Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN GAYA
KELEKATAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KARIR PADA SISWA DAN SISWI SMA NEGERI 36
JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Denny Sekar Taji
NIM: 1110070000029
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
i
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN GAYA
KELEKATAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KARIR PADA SISWA DAN SISWI SMA NEGERI 36
JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Denny Sekar Taji
NIM: 1110070000029
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Untuk mamah tercinta
Engkau yang mengandungku selama 9 bulan
Engkau melahirkanku dengan susah payah
Engkau merawatku sampai tumbuh besar
Engkau merawatku tanpa pamrih
Engkau yang selalu merawatku penuh kasih sayang
Terima kasih atas pengorbanan yang engkau berikan
Appreciate those who love you
Help those who need you
Forgive those who hurt you
Forget those who leave you
( ANONYMOUS )
Accept the things you cannot change
Have the courage to change the things you can
And have the wisdom to know the difference
( Nora Allen )
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Maret 2015
C) Denny Sekar Taji
D) Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Gaya Kelekatan terhadap Pengambilan
Keputusan Karir pada Siswa dan Siswi SMA Negeri 36 Jakarta
E) xvi + 105 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional dan
gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir pada siswa dan siswi
SMA Negeri 36 Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan analisis regresi berganda. Sampel berjumlah 237 siswa dan siswi SMA
Negeri 36 Jakarta yang diambil dengan menggunakan teknik nonprobability
sampling. Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi instrumen pengumpulan
data, yaitu Assessment of Career Decision Making (ACDM), Wong and Law
Emotional Intelligence (WLEIS) dan Adult Attachment Scale (AAS). Analisis
data penelitian menggunakan software SPSS, sedangkan untuk pengujian
validitas konstruk menggunakan uji validitas konstruk CFA.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh tiga kesimpulan penelitian.
Kesimpulan pertama adalah ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan
dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional pada siswa
dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Ditemukan bahwa variabel yang
berpengaruh signifikan adalah use of emotions. Kesimpulan kedua yang
diperoleh adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan
emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir intuitif
pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Ditemukan ada variabel yang
berpengaruh signifikan, yaitu gaya kelekatan menghindar. Kesimpulan terakhir
yang diperoleh adalah ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan
emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir dependen
pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Ditemukan bahwa variabel yang
berpengaruh signifikan adalah self emotions appraisal dan regulation of
emotions. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar
menggunakan variabel lain seperti trait kepribadian, dukungan sosial, self
efficacy dan variabel demografi.
G) Bahan bacaan: 34 Jurnal + 11 Buku + 7 Tesis + 1 Artikel
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) March 2015
C) Denny Sekar Taji
D) The Effect of Emotional Intelligence and Attachment Styles to Career Decision
Making on High School Students 36 Jakarta
E) xvi + 105 pages + appendix
F) This study aimed to examine the effect of emotional intelligence and
attachment styles to the career decision making on students high school 36
Jakarta. This study uses a quantitative approach with multiple regression
analysis. The sample totaled 237 high school students were taken using a non
probability sampling technique. In this study, researcher modified the
instrumental data, namely Assessment of Career Decision Making (ACDM),
Wong And Law Intelligence Scale (WLEIS) and Adult Attachment Scale
(AAS). Research data analysis using SPSS software, while for the construct
validity testing using CFA.
Based on the analysis of data, there is three research conclusions. The first
conclusion is that there is significant relationship between emotional
intelligence and attachment styles to rational career decision making on
students. It was found that the variable that have a significant effect is the use
of emotions. The second conclusion is there is no significant relationship
between emotional intelligence and attachment styles to the intuitive career
decision making on students. It was found that the variable that have a
significant effect is the avoidance attachment style. The final conclusion there
is significant relationship between emotional intelligence and attachment styles
to dependent career decision making on students. It was found that the variable
that have a significant effect is self emotions appraisal and regulation of
emotions. For further study, the researcher suggested that usuing other
variables such as personality, social support, self efficacy and demographic
variables.
G) Reading materials: 34 Journals + 11 Books + 7 Thesis + 1 Article
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
izin-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan
karir pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta”.
Tak lupa shalawat dan salam peneliti selalu curahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat. Penelitian skripsi
ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya, serta seluruh civitas
akademik Fakultas Psikologi. Terima kasih atas segala bantuan, bimbingan
dan arahannya selama ini.
2. Ibu Solicha, M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas waktu, tenaga,
pikiran dan ilmu yang diberikan kepada peneliti. Semoga Allah SWT
membalas budi baiknya berkali lipat.
3. Ibu Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi selaku dosen pembimbing akademik.
Terima kasih atas semangat dan nasihat, baik di dalam, maupun di luar
perkuliahan.
ix
4. Pimpinan dan seluruh staf SMA Negeri 36 Jakarta yang telah memberikan
kemudahan dan menyediakan waktu kepada peneliti untuk melakukan
penelitian. Terima kasih juga kepada siswa dan siswi yang telah membantu
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.
5. Orang tua dan keluarga peneliti yang selalu memberikan dukungan dari awal
sampai akhir penelitian. Terima kasih untuk mamah tercinta yang telah sabar
mendidik sehingga anakmu mampu bertahan sampai sejauh ini.
6. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungan dan bantuan yang diberikan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Jakarta, 8 Maret 2015
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO .......................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………... 1-13
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………….. 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah …………….. 9
1.2.1 Pembatasan masalah ……………………… 9
1.2.2 Perumusan masalah ………………………. 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ 11
1.3.1 Tujuan penelitian …………………………. 11
1.3.2 Manfaat penelitian ....................................... 12
1.4 Sistematika Penulisan .............................................. 12
BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................... 14-38
2.1 Pengambilan Keputusan Karir ……………………. 14
2.1.1 Definisi pengambilan keputusan karir ……. 14
2.1.2 Dimensi pengambilan keputusan karir …… 16
2.1.3 Pengukuran pengambilan keputusan karir.... 17
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan karir……………... 18
2.2 Kecerdasan Emosional …………………………… 20
2.2.1 Definisi kecerdasan emosional …………… 20
2.2.2 Dimensi kecerdasan emosional …………... 22
2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosional ………. 23
2.3 Gaya kelekatan ........................................................ 24
2.3.1 Definisi gaya kelekatan …………………... 24
2.3.2 Dimensi gaya kelekatan .............................. 26
2.3.3 Pengukuran gaya kelekatan ......................... 27
2.4 Kerangka Berpikir ………………………………... 28
2.5 Hipotesis Penelitian ................................................. 37
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................. 39-68
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan
Sampel ……………………………………………. 39
xi
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel ………………………………………….... 39
3.2.1 Variabel penelitian ....................................... 39
3.2.2 Definisi operasional variabel ……………... 40
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ……………………. 41
3.4 Uji Validitas Konstruk ………………………….... 44
3.4.1 Uji validitas skala pengambilan keputusan
karir …………………………………......... 45
3.4.1.1 Pengambilan keputusan karir
rasional …………………………… 45
3.4.1.2 Pengambilan keputusan karir
intuitif ….......................................... 48
3.4.1.3 Pengambilan keputusan karir
dependen .......................................... 50
3.4.2 Uji validitas skala kecerdasan emosional … 52
3.4.2.1 Self emotions appraisal ................... 52
3.4.2.2 Other’s emotions appraisal ............. 54
3.4.2.3 Use of emotions …………………... 55
3.4.3.4 Regulation of emotions .................... 57
3.4.3 Uji validitas skala gaya kelekatan ………... 58
3.4.3.1 Gaya kelekatan aman …………….. 58
3.4.3.2 Gaya kelekatan cemas ……………. 60
3.4.3.3 Gaya kelekatan menghindar ............ 61
3.5 Teknik Analisis Data ……………………………... 63
3.6 Prosedur Penelitian ……………………………….. 67
BAB 4 HASIL PENELITIAN …………………………………... 69-94
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ……………... 69
4.2 Analisis Deskriptif ……………………………….. 70
4.3 Kategorisasi Skor .................................................... 71
4.3.1 Kategorisasi skor pengambilan keputusan
karir rasional ............................................... 72
4.3.2 Kategorisasi skor pengambilan keputusan
karir intuitif …………………………….... 72
4.3.3 Kategorisasi skor pengambilan keputusan
karir dependen ……………………………. 73
4.3.4 Kategorisasi skor self emotions appraisal ... 74
4.3.5 Kategorisasi skor other’s emotions
appraisal ………………………………...... 74
4.3.6 Kategorisasi skor use of emotions ……….... 75
4.3.7 Kategorisasi skor regulation of emotions .... 75
4.3.8 Kategorisasi skor gaya kelekatan aman …… 76
4.3.9 Kategorisasi skor gaya kelekatan cemas ….. 76
4.3.10 Kategorisasi skor gaya kelekatan
menghindar .................................................. 77
4.4 Uji Hipotesis ……………………………………… 77
xii
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................... 95-104
5.1 Kesimpulan ……………………………………… 95
5.2 Diskusi ................................................................... 96
5.3 Saran ....................................................................... 102
5.3.1 Saran metodologis ………………………... 103
5.3.2 Saran praktis …………………………….... 103
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 105
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penilaian skala pengambilan keputusan karir,
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan ....................... 41
Tabel 3.2 Blue print skala pengambilan keputusan karir .................. 42
Tabel 3.3 Blue print skala kecerdasan emosional ............................. 43
Tabel 3.4 Blue print skala gaya kelekatan ........................................ 44
Tabel 3.5 Muatan faktor dimensi pengambilan keputusan
karir rasional...................................................................... 47
Tabel 3.6 Muatan faktor dimensi pengambilan keputusan
karir intuitif ....................................................................... 50
Tabel 3.7 Muatan faktor dimensi pengambilan keputusan
karir dependen ................................................................... 52
Tabel 3.8 Muatan faktor dimensi self emotions appraisal ................ 54
Tabel 3.9 Muatan faktor dimensi other’s emotions appraisal .......... 55
Tabel 3.10 Muatan faktor dimensi use of emotions ............................ 57
Tabel 3.11 Muatan faktor dimensi regulation of emotions ................. 58
Tabel 3.12 Muatan faktor dimensi gaya kelekatan aman .................... 60
Tabel 3.13 Muatan faktor dimensi gaya kelekatan cemas .................. 61
Tabel 3.14 Muatan faktor dimensi gaya kelekatan menghindar ......... 63
Tabel 4.1 Gambaran umum subjek penelitian................................... 69
Tabel 4.2 Analisis deskriptif ............................................................. 71
Tabel 4.3 Norma skor ........................................................................ 72
Tabel 4.4 Kategorisasi skor pengambilan keputusan karir
rasional .............................................................................. 72
Tabel 4.5 Kategorisasi skor pengambilan keputusan karir
intuitif ................................................................................ 73
Tabel 4.6 Kategorisasi skor pengambilan keputusan karir
dependen ........................................................................... 73
Tabel 4.7 Kategorisasi skor self emotions appraisal ........................ 74
Tabel 4.8 Kategorisasi skor other’s emotions appraisal ................... 74
Tabel 4.9 Kategorisasi skor use of emotions ..................................... 75
Tabel 4.10 Kategorisasi skor regulation of emotions.......................... 75
Tabel 4.11 Kategorisasi skor gaya kelekatan aman ............................ 76
Tabel 4.12 Kategorisasi skor gaya kelekatan cemas ........................... 76
Tabel 4.13 Kategorisasi skor gaya kelekatan menghindar .................. 77
Tabel 4.14 R Square terhadap pengambilan keputusan rasional......... 78
Tabel 4.15 Anova pengaruh IV terhadap pengambilan keputusan
karir rasional...................................................................... 78
Tabel 4.16 Koefisien regresi ............................................................... 79
Tabel 4.17 Proporsi varian pengambilan keputusan karir rasional ..... 81
Tabel 4.18 R Square terhadap pengambilan keputusan karir
intuitif ................................................................................ 83
Tabel 4.19 Anova pengaruh IV terhadap pengambilan keputusan
karir intuitif ....................................................................... 83
xiv
Tabel 4.20 Koefisien regresi ................................................................ 84
Tabel 4.21 Proporsi varian pengambilan keputusan karir intuitif ........ 87
Tabel 4.22 R Square terhadap pengambilan keputusan karir
dependen ............................................................................ 88
Tabel 4.23 Anova pengaruh IV terhadap pengambilan keputusan
karir dependen .................................................................... 89
Tabel 4.24 Koefisien regresi ................................................................ 90
Tabel 4.25 Proporsi varian pengambilan keputusan karir dependen ... 92
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir pengambilan keputusan
karir rasional...................................................................... 34
Gambar 2.2 Skema kerangka berpikir pengambilan keputusan
karir intuitif ....................................................................... 35
Gambar 2.3 Skema kerangka berpikir pengambilan keputusan
karir dependen ................................................................... 36
Gambar 3.1 Analisis konfirmatorik skala pengambilan keputusan
karir rasional...................................................................... 46
Gambar 3.2 Analisis konfirmatorik skala pengambilan keputusan
karir intuitif ....................................................................... 49
Gambar 3.3 Analisis konfirmatorik skala pengambilan keputusan
karir dependen ................................................................... 51
Gambar 3.4 Analisis konfirmatorik skala self emotions appraisal ....... 53
Gambar 3.5 Analisis konfirmatorik skala other’s emotion appraisal ... 54
Gambar 3.6 Analisis konfirmatorik skala use of emotions ................... 56
Gambar 3.7 Analisis konfirmatorik skala regulation of emotions ........ 57
Gambar 3.8 Analisis konfirmatorik skala gaya kelekatan aman ........... 59
Gambar 3.9 Analisis konfirmatorik skala gaya kelekatan cemas ......... 60
Gambar 3.10 Analisis konfirmatorik skala gaya kelekatan
menghindar ........................................................................ 62
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Surat izin penelitian
Lampiran B Kuesioner penelitian
Lampiran C Contoh syntax CFA pengambilan keputusan rasional
Lampiran D Contoh output CFA pengambilan keputusan rasional
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memaparkan tentang latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengambilan keputusan karir merupakan tugas penting yang terjadi pada siswa
sekolah menengah atas. Pada tahapan ini remaja mulai aktif mengeksplorasi minat
dan bakat mereka serta mengembangkan tujuan yang berkaitan dengan karir dan
aspirasi. Remaja juga diarahkan agar tepat sasaran dalam membuat keputusan
karir. Pada akhirnya, remaja akan mengambil keputusan mengenai karirnya
setelah mengetahui adanya kecocokan antara kemampuan yang dimiliki dengan
tuntutan dalam suatu karir (Supatmi, 2014).
Sukardi (1993) menyatakan bahwa pengambilan keputusan karir
merupakan suatu proses dimana seseorang mengadakan suatu seleksi terhadap
beberapa pilihan dalam rencana masa depan. Penjelasan lebih lanjut dikemukakan
oleh Munandir (1996), menyatakan bahwa keputusan karir yang dimaksud adalah
keputusan yang diambil secara arif dan teliti serta penuh pertimbangan.
Pengambilan keputusan karir berkaitan dengan membuat pilihan terkait
pendidikan, pelatihan dan pekerjaan (Patton & McMahon, 2014).
Remaja harus memikirkan mengenai studi mereka di sekolah menengah
atas selama masa remaja awal dan pertengahan dan studi mereka di perguruan
2
tinggi selama masa remaja akhir (Bacanli, 2012). Pada tingkat akhir sekolah
menengah atas, mereka juga perlu memutuskan apakah akan melanjutkan
pendidikan dengan memasuki perguruan tinggi atau mengakhiri pendidikannya
dengan mencari pekerjaan (Bubic, 2014).
Pengambilan keputusan karir bukanlah tugas yang mudah karena hal
tersebut membutuhkan proses yang dinamis, seperti halnya menentukan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan diri. Memilih karir merupakan satu hal yang
dialami setiap individu karena tidak ada seorangpun yang ingin menjadi
pengangguran setelah menamatkan studinya (Supatmi, 2014). Oleh karena itu,
pengambilan keputusan karir merupakan salah satu keputusan penting yang harus
dilakukan oleh remaja (Hussain & Rafique, 2013).
Sebuah penelitian dilakukan oleh Pramudi (2015) untuk melihat
kemampuan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas XI SMAN 1 Kutasari.
Hasilnya adalah ternyata kemampuan pengambilan keputusan karir pada siswa
kelas XI SMAN 1 Kutasari termasuk dalam kategori kurang dengan jumlah
presentase 73,40%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar
siswa mengambil keputusan karir sesuai dengan keadaan orang tua dan sesuai
dengan minatnya. Hal ini dibuktikan bahwa terdapat 70% siswa yang mengambil
keputusan karir sesuai dengan keadaan orang tua dan terdapat 57% siswa yang
mengambil keputusan karir sesuai dengan minatnya. Akan tetapi, masih banyak
siswa yang belum yakin dengan keputusan karirnya dan sebagian besar juga
menyatakan tidak menentukan sendiri dalam mengambil keputusan karirnya. Hal
ini ditunjukkan bahwa terdapat 77% siswa yang belum dapat memutuskan pilihan
3
karirnya sendiri dan terdapat 63% siswa yang belum belum yakin terhadap
keputusannya sendiri.
Pramudi (2015) juga melakukan studi wawancara terhadap beberapa siswa
yang duduk di bangku kelas XI, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa
siswa mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan karir. Sebagian siswa
merasa salah jurusan dan kesulitan menyesuaikan diri dengan jurusan pilihannya.
Hal tersebut karena mereka belum matang dalam mengambil keputusannya. Siswa
juga merasa bingung untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan belum siap
ketika memasuki dunia kerja.
Crites (1969) menemukan bahwa 30% peserta didik merasa kebingungan
semasa berada di sekolah sebagai akibat dari minimnya pengetahuan mereka
tentang karir masa depan. Kurangnya informasi yang akurat mengenai pemilihan
karir menjadi salah satu penghambat remaja dalam mengambil keputusan karirnya
secara tepat. Selain itu, peserta didik yang akan menamatkan studi tidak
mempertimbangkan kesesuaian diri pribadi dengan karir yang hendak dituju. Hal
ini menunjukkan peserta didik belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk
membuat pemilihan karir yang tepat. Pemilihan karir yang tepat tentunya harus
disesuaikan dengan minat dan kemampuan remaja (Supatmi, 2014).
Sebuah lembaga karir ECC UGM melakukan sebuah survei terhadap 462
responden yang merupakan karyawan di berbagai perusahaan. Pertanyaan yang
diberikan yaitu apakah pekerjaan yang mereka jalani telah sesuai dengan minat
dan bakat atau belum. Hasil survei tersebut menyatakan bahwa sebanyak 88
responden mengatakan mereka telah bekerja sesuai minat, 197 mengatakan tidak
4
dan 177 responden belum tahu apakah pekerjaan saat ini sudah sesuai dengan
minat dan bakat mereka (Engineering Career Centre UGM, 2013). Hal tersebut
membuktikan masih banyak orang-orang yang bekerja tidak sesuai minat dan
bakat mereka.
Ada sebuah periode ketika individu tidak dapat atau kesulitan dalam
membuat keputusan secara optimal mengenai karirnya. Oleh karena itu,
dibutuhkan bimbingan dari konselor karir karena kesulitan yang dihadapi dalam
membuat keputusan karir (Gati, Amir & Landman, 2010). Pada kenyataanya,
banyak remaja menerima terlalu sedikit bimbingan karir dari pembimbing di
sekolah dan tidak cukup banyak mengeksplorasi pilihan karir sendiri. Rata-rata
siswa SMA hanya menghabiskan tiga jam per tahun dengan pembimbing, bahkan
di sekolah tertentu malah tidak sebanyak itu (National Assesment of Educational
Progress, 1976). Bimbingan karir dengan intensitas yang sedikit diterima di
sekolah juga dapat menyebabkan siswa dan siswi kekurangan informasi mengenai
peluang karir dan jenis-jenis pekerjaan yang tersedia.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir,
yaitu trait kepribadian (Di Fabio, Palazzeschi, Peretz & Gati, 2013), spritualitas
(Oluwole & Umar, 2013), kecerdasan emosional (Afzal, Atta & Shujja, 2013) dan
gaya kelekatan (Agheli, Abedi, Nilforooshan & Baghban, 2013). Faktor
demografis juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan karir, seperti
keluarga, sekolah, program bimbingan karir, media dan teman sebaya (Mudhovozi
& Chireshe, 2012). Falaye dan Adams (2008) menambahkan bahwa jenis kelamin,
pekerjaan dan pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
5
karir. Variabel independen yang akan diteliti adalah kecerdasan emosional dan
gaya kelekatan. Oleh karena itu, peneliti akan menjelaskan kaitan antara
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir.
Pengambilan keputusan karir melibatkan proses kognitif pada individu.
Akan tetapi, bukan hanya proses kognitif yang berperan dalam pengambilan
keputusan karir, melainkan peran emosi juga memiliki pengaruh (Kidd, 1998).
Peran emosi yang dimaksud adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional
diketahui dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karir sehingga individu
dapat memilih karirnya dengan baik (Di Fabio & Kenny, 2011). Orang dengan
kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kesadaran yang lebih baik terhadap
emosi mereka dan memiliki kapasitas yang besar untuk mengintegrasikan emosi
dengan pikiran dan tindakan. Oleh karena itu, individu dengan kemampuan seperti
ini lebih mampu memanfaatkan kecerdasan emosional mereka dalam pengambilan
keputusan karir (Di Fabio & Palazzeschi, 2009).
Emmerling dan Cherniss (2003) menyatakan bahwa individu dengan
kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih menyadari minat mereka dan lebih
percaya pada kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan karir. Hal ini menunjukkan bahwa
individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan berusaha untuk membuat
keputusan yang jelas untuk karir.
Anggraeni (2015) berpendapat bahwa kecerdasan emosional merupakan
salah satu aspek psikologis yang dapat mendorong individu untuk membuat
keputusan karir. Diasumsikan bahwa penggunaan emosi dapat mempengaruhi
6
individu untuk bertindak mengambil keputusan karirnya. Individu dengan
kecerdasan emosional yang baik akan mampu mengidentifikasikan dirinya terkait
kelebihan dan kekurangan pada dirinya serta memiliki tujuan karir yang jelas
sehingga lebih efektif dalam mengambil keputusan karirnya.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Afzal, Atta dan Shujja (2013) untuk
melihat pengaruh kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan karir.
Hasilnya adalah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap
pengambilan keputusan karir. Dijelaskan juga pengaruh masing-masing dimensi
kecerdasan emosional bahwa dimensi self emotions appraisal dan use of emotions
memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan other’s emotions appraisal dan
regulation of emotions tidak signifikan. Diasumsikan bahwa individu yang self
emotions appraisal tinggi akan lebih menyadari minat, bakat dan kemampuan
pada dirinya sehingga dapat mengambil keputusan karir dengan baik. Sedangkan,
individu dengan use of emotions yang tinggi akan membuat individu lebih mampu
memecahkan masalah terkait dengan pilihan karir (Mayer & Salovey, 1997).
Selain kecerdasan emosional, variabel independen lainnya yang memiliki
pengaruh terhadap pengambilan keputusan karir adalah gaya kelekatan. Ainsworth
menjelaskan bahwa gaya kelekatan merupakan cara individu berinteraksi ataupun
membuat hubungan dengan individu lain. Gaya kelekatan ini dibagi menjadi tiga,
yaitu gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar (dalam Akhtar, 2012). Ada
beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara gaya kelekatan dengan
pengambilan keputusan karir. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Wolfe dan
Betz (2004), menunjukkan bahwa gaya kelekatan aman memiliki hubungan
7
negatif dengan ketakutan dalam pengambilan keputusan karir pada mahasiswa.
Hal ini diasumsikan bahwa ketika individu dengan gaya kelekatan aman yang
rendah, maka mereka akan merasakan ketakutan atau kecemasan yang lebih ketika
mengambil keputusan karir. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wilson (2000), yaitu bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya
kelekatan dengan keraguan karir mahasiswa.
Blustein, Prezioso dan Schultheiss (1995) berpendapat ketika individu
akan mengambil keputusan karirnya, akan muncul perasaan takut dan cemas
bahwa mereka tidak mampu mencapainya. Akan tetapi, rasa aman yang dimiliki
individu dapat mengurangi rasa takut dan cemas yang terkait dengan pengambilan
keputusan karir. Artinya adalah ketika individu memiliki rasa aman dengan
individu lain, hal tersebut akan memunculkan perasaan tenang bahwa mereka
tidak sendirian ketika mengambil keputusan karirnya. Individu dapat saling
percaya dan meminta saran dalam memilih karir. Rasa aman ini disebut juga gaya
kelekatan aman.
Bercovitz (2014) melakukan sebuah penelitian untuk melihat apakah ada
pengaruh gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir. Gaya kelekatan
yang dimaksud oleh Braunstein tidak hanya sebatas dengan keluarga, namun
mencakup peran hubungan dengan significant others. Hasil penelitian
mengemukakan bahwa gaya kelekatan aman memiliki hubungan yang positif
terkait dengan perkembangan karir, terutama pengambilan keputusan karir dan
berkomitmen pada karir yang telah dipilih. Diasumsikan bahwa individu yang
memiliki gaya kelekatan aman bukan hanya mempengaruhi dalam mengambil
8
keputusan karir, melainkan dapat membuat individu lebih komitmen terhadap
karir yang telah dipilihnya. Gaya kelekatan cemas dan menghindar juga
mempengaruhi hambatan dalam pengambilan keputusan karir. Individu yang
memiliki gaya kelekatan ini dicirikan dengan kecenderungan menghindari dan
tidak percaya kepada individu lain. Hal ini justru akan mengakibatkan proses
pengambilan keputusan karir terhambat. Individu akan kekurangan informasi dan
dukungan dari individu lain karena menghindari dan tidak percaya sehingga
proses pengambilan keputusan karir akan terhambat.
Penelitian yang dilakukan oleh Agheli, Abedi, Nilforooshan dan Baghban
(2013) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara gaya kelekatan
menghindar dengan pengambilan keputusan karir rasional. Diasumsikan bahwa
individu dengan gaya kelekatan menghindar, maka pengambilan keputusan
rasionalnya rendah. Individu akan kekurangan informasi mengenai karir karena
menghindari lingkungan sekitar dan tidak percaya dengan individu lainnya. Oleh
karena itu, individu tidak mampu untuk membuat keputusan karir secara rasional.
Sedangkan, ada hubungan positif antara gaya kelekatan cemas dengan
pengambilan keputusan karir intuitif. Individu dengan gaya kelekatan cemas
memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan hubungan dan menghindari
individu lainnya. Oleh karena itu, individu tidak dapat membuat keputusan secara
rasional sehingga lebih menggunakan intuisinya sebagai landasan berpikir.
Ditemukan juga ada pengaruh signifikan antara gaya kelekatan cemas dengan
pengambilan keputusan karir dependen.
9
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
menganggap perlu adanya penelitian terkait hal tersebut. Oleh karena itu, untuk
merealisasikan hal tersebut peneliti melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan
keputusan karir siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta“.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir
pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Adapun definisi tentang konsep
variabel yang digunakan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses psikologi yang
mengorganisasi sebuah informasi, memperhatikan berbagai alternatif dan
membuat komitmen untuk sebuah tindakan yang dilakukan (Harren, 1979).
Pengambilan keputusan karir yang dilihat disini adalah rasional, intuitif dan
dependen.
2. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk dapat memahami dan
mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan merasakan perasaan
emosi orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan emosi untuk
mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja (Wong & Law, 2004)
Dalam penelitian ini meliputi dimensi self emotions appraisal, other’s
emotions appraisal, use of emotions dan regulation of emotions.
10
3. Gaya kelekatan adalah cara individu berinteraksi ataupun membuat hubungan
dengan individu lainnya. Gaya kelekatan yang dimaksud adalah tidak hanya
sebatas dengan keluarga, akan tetapi mencakup peran hubungan dengan
significant others. Dalam penelitian ini meliputi gaya kelekatan aman, cemas
dan menghindar (Ainsworth, dalam Akhtar, 2012).
4. Populasi pada penelitian ini adalah siswa dan siswi aktif tahun ajaran
2014/2015 kelas X, XI dan XII SMA Negeri 36 Jakarta.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan
masalah yang akan disusun sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional pada siswa dan siswi
SMA Negeri 36 Jakarta?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir intuitif pada siswa dan siswi
SMA Negeri 36 Jakarta?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir dependen pada siswa dan
siswi SMA Negeri 36 Jakarta?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi-dimensi kecerdasan emosional
dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan
dependen pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta?
11
5. Variabel mana yang paling besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan
karir rasional, intuitif dan dependen pada siswa dan siswi SMA Negeri 36
Jakarta?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional pada siswa dan siswi
SMA Negeri 36 Jakarta.
2. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir intuitif pada siswa dan siswi
SMA Negeri 36 Jakarta.
3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir dependen pada siswa dan
siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
4. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dimensi-dimensi kecerdasan
emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional,
intuitif dan dependen pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
5. Untuk mengetahui variabel mana yang paling besar pengaruhnya dalam
pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan dependen pada siswa dan
siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
1.3.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :
12
1. Memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan karir siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
2. Untuk memberikan kontribusi pengembangan dan pemikiran sebuah teori bagi
ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan.
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1. Remaja dapat lebih memahami dan mengetahui dalam mengambil keputusan
mengenai karir masa depan.
2. Dapat memberikan wawasan kepada orang tua agar dapat lebih
memperhatikan anak-anaknya dalam menentukan karir pada masa depan.
3. Dapat memberikan wawasan kepada Institusi Pendidikan agar lebih peduli
terhadap remaja dalam menentukan pilihan karir masa depan dengan
memperhatikan aspek-aspek psikologisnya.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2 : Landasan Teori
Membahas sejumlah teori yang terkait dengan masalah yang akan diteliti secara
sistematis, yaitu teori tentang pengambilan keputusan karir, teori kecerdasan
emosional dan teori gaya kelekatan. Selain itu juga terdapat kerangka berpikir
beserta pengajuan hipotesis penelitian.
BAB 3 : Metode Penelitian
Meliputi jenis dan pendekatan penelitian, partisipan penelitian, variabel penelitian,
13
instrumen penelitian, prosedur penelitian dan teknik analisis data.
BAB 4 : Hasil Penelitian
Menyajikan gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan analisis
hasil penelitian.
BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam
bab ini juga akan berisi diskusi dan saran.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dibahas tentang teori setiap variabel yang akan diteliti, yaitu
pengambilan keputusan karir, kecerdasan emosional dan gaya kelekatan.
Kemudian kerangka berpikir penelitian, yang menjelaskan hubungan antara
kecerdasan emosional, gaya kelekatan dengan pengambilan keputusan karir, serta
membahas mengenai hipotesis penelitian.
2.1 Pengambilan Keputusan Karir
2.1.1 Definisi pengambilan keputusan karir
Sebelum membahas pengambilan keputusan karir, peneliti akan menjelaskan
definisi pengambilan keputusan terlebih dahulu. Hal tersebut karena teori
pengambilan keputusan dapat digunakan sebagai landasan dalam memahami
pengambilan keputusan karir (Gati, Landman, Davidovitch, Peretz & Gadassi,
2010). Pengambilan keputusan adalah suatu aktivitas kognitif yang mengarahkan
individu untuk bertindak terhadap pilihan yang tersedia (Sanders, 2008). Espero
(2009) berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan sebuah proses
yang dilakukan individu, meliputi pencarian informasi dan menentukan pilihan
yang tersedia. Contohnya adalah menentukan pilihan karir pada remaja.
Pengambilan keputusan karir adalah proses yang terjadi ketika individu
giat mencari beberapa alternatif karir, membandingkannya dan memilih satu karir
(Osipow, 1999). Menurut Parson (dalam Brown, 2002), pengambilan keputusan
karir adalah proses berpikir pada individu yang mengintegrasikan pengetahuan
15
mengenai dirinya sendiri dan informasi pekerjaan yang dimiliki untuk mencapai
pada pemilihan pekerjaan. Brown (2002) berpendapat bahwa pengambilan
keputusan karir merupakan sebuah proses yang bukan hanya meliputi pemilihan
karir, melainkan membuat komitmen untuk melakukan tindakan yang diperlukan
untuk menjalankan pilihan tersebut.
Pengambilan keputusan karir mengacu pada proses pembuatan pilihan
karir berdasarkan pengetahuan pribadi seseorang, pengalaman dan informasi
pekerjaan yang dimiliki seseorang (Ngunjiri, 2013). Menurut Harren (1979),
pengambilan keputusan karir adalah suatu proses psikologi yang mengorganisasi
sebuah informasi, memperhatikan berbagai alternatif dan membuat komitmen
untuk sebuah tindakan yang dilakukan. Maksudnya adalah individu melakukan
pencarian informasi dan memperhatikan berbagai jenis karir dan pekerjaan yang
tersedia, setelah itu individu membuat keputusan dan sebuah komitmen terhadap
karir dan pekerjaan yang telah dipilihnya tersebut.
Harren (1979) mengelompokkan pengambilan keputusan karir menjadi
tiga, yaitu pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan dependen.
Pengambilan keputusan karir rasional ditandai dengan individu membuat
beberapa pertimbangan yang logis dan perencanaan yang matang sebelum
membuat keputusan mengenai karirnya. Pengambilan keputusan karir intuitif
ditandai dengan individu mencari informasi dan membuat keputusan karirnya
berdasarkan perasaan dan tidak memperhatikan pertimbangan yang logis.
Pengambilan keputusan karir dependen ditandai dengan individu tidak terlalu
peduli dengan karirnya karena dalam membuat keputusan lebih bergantung
16
kepada orang lain. Pengambilan keputusan karir yang efektif dilakukan
berdasarkan pemikiran dan pendekatan masalah secara logis serta perencanaan
yang cukup matang (Harren, 1979).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi pengambilan
keputusan karir menurut Harren (1979), yaitu suatu proses psikologi yang
mengorganisasi sebuah informasi, memperhatikan berbagai alternatif dan
membuat komitmen untuk sebuah tindakan yang dilakukan. Hal tersebut karena
terdapat dimensi dasar yang relevan dengan respon remaja pada umumnya dalam
mengambil sebuah keputusan.
2.1.2 Dimensi pengambilan keputusan karir
Adapun dimensi pengambilan keputusan karir menurut Harren (1979) adalah
sebagai berikut :
1. Rasional
Pengambilan keputusan karir rasional ditandai dengan individu membuat
beberapa pertimbangan yang logis dan perencanaan yang matang sebelum
membuat keputusan mengenai karirnya. Keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif, logis dan mendekati kebenaran. Pada pengambilan keputusan ini
terdapat kejelasan masalah, orientasi tujuan, pengetahuan alternatif dan hasil
maksimal. Harren (1979) mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan
karir rasional dapat meningkatkan kematangan karir pada individu karena
menggunakan cara yang sistematis dan rasional dalam mengambil keputusan.
17
2. Intuitif
Pengambilan keputusan karir intuitif ditandai dengan penggunaan intuisi dan
perasaan dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi membutuhkan waktu yang singkat. Pengambilan keputusan ini sulit
diukur kebenarannya karena sifatnya subjektif sehingga beberapa
pertimbangan lainnya tidak diperhatikan.
3. Dependen
Pengambilan keputusan karir dependen ditandai dengan individu menghindari
tugas pengambilan keputusan dan menyerahkan pada orang lain untuk
mengambil keputusan. Pengambilan keputusan karir dependen ini lebih
menekankan pada opini dan pendapat orang lain dalam mengambil keputusan.
2.1.3 Pengukuran pengambilan keputusan karir
Adapun skala yang dapat digunakan untuk mengukur pengambilan keputusan
karir adalah sebagai berikut :
1. The Career Decision Profile digunakan untuk mengukur tingkat keputusan
karir seseorang, bagaimana membuat keputusan dan keraguan dalam memilih
karir yang terdiri dari 18 item pernyataan. Alat ukur ini terdiri dari 3 dimensi,
yaitu decidedness, comfort dan reasons. Reliabilitas alat tes ukur ini berkisar
0,66 sampai 0,80.
2. General Decision Making Style Questionnaire digunakan untuk mengukur
pengambilan keputusan karir seseorang yang terdiri dari 25 item pernyataan.
Instrumen ini terdiri dari 5 dimensi, yaitu rational, intuitive, dependent,
18
avoidant dan spontaneous dengan masing-masing tingkat reliabilitas 0,78,
0,83, 0,82, 0,89 dan 0,81.
3. Career Decision Making Profile Questionnaire adalah skala psikologis untuk
mengukur pengambilan keputusan karir. Terdiri dari 39 pernyataan, 36
pernyataan mewakili 12 dimensi dan 3 pernyataan lainnya merupakan
pernyataan pembuka. Reliabilitas skala ini berkisar antara 0,70 sampai 0,87.
4. Assessment of Career Decision Making adalah skala psikologi yang digunakan
untuk mengukur pengambilan keputusan karir, terdiri dari 3 dimensi, yaitu
rational, intuitive dan dependent. Skala ini berjumlah 30 item pernyataan
dengan masing-masing 10 pada setiap dimensinya. Reliabilitas pada skala ini
adalah berkisar antara 0,76 sampai 0,85.
Dari pemaparan alat ukur di atas, peneliti menggunakan skala Assessment of
Career Decision Making yang dikembangkan oleh Harren dengan alasan : 1) alat
ukur lebih reliabel untuk meneliti pengambilan keputusan karir, yang terdiri dari
rasional, intuitif dan dependen, 2) skala ini lebih mudah digunakan dengan sasaran
subjek remaja karena lebih mudah dipahami.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir adalah
sebagai berikut :
1. Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan
karir. Selama dua dekade terakhir, kecerdasan emosional menjadi pusat
perhatian oleh para akademisi dalam melakukan penelitian yang berkaitan
19
dengan pengambilan keputusan karir. Individu dengan kecerdasan emosional
yang baik akan lebih mampu merencanakan dan mengarahkan pilihan karirnya
dengan baik (Afzal, Atta & Shujja, 2013). Oleh karena itu, kecerdasan
emosional memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan karir (Fabio
& Palazzeschi, 2009).
2. Trait kepribadian
Trait kepribadian juga memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan
karir. Dengan menggunakan trait kepribadian Big Five, Fabio dan
Palazzaeschi (2009) mencoba meneliti apakah ada pengaruh antara trait
kepribadian dengan pengambilan keputusan karir. Hasilnya adalah individu
dengan tipe kepribadian ekstrovert yang lebih besar akan lebih mudah dalam
menghadapi kesukaran dalam proses pengambilan keputusan karir. Sedangkan
individu dengan tipe kepribadian neurotis yang lebih besar terlihat lebih
sangat waspada dalam mencari karir dan lebih impulsif ketika membuat
keputusan.
3. Spritualitas
Kepercayaan atau tingkat spritualitas memainkan peran yang penting sebagai
prediktor dalam pengambilan keputusan karir bagi beberapa remaja sekolah.
Oluwole dan Umar (2013) melakukan penelitian bahwa spritualitas
merupakan prediksi untuk keyakinan diri dalam pengambilan keputusan karir.
Spritualitas merupakan sumber penting yang dapat mendukung proses
pengembangan karir dan sebagai motivasi dalam proses pengambilan
keputusan karir.
20
4. Gaya kelekatan
Gaya kelekatan memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan karir.
Penelitian yang dilakukan oleh Agheli, Abedi, Nilforooshan dan Baghban
(2013) menghasilkan bahwa ada pengaruh gaya kelekatan aman, cemas dan
menghindar terhadap pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan
dependen.
5. Faktor demografi
Mudhovozi dan Chireshe (2012) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi individu terkait pengambilan keputusan karir, yaitu faktor
keluarga, sekolah, program bimbingan karir, media, teman sebaya dan usia.
Falaye dan Adams (2008) menambahkan bahwa jenis kelamin, pekerjaan dan
pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karir.
Dari faktor-faktor yang telah dijelaskan tersebut, yang akan menjadi variabel
independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan gaya kelekatan.
2.2 Kecerdasan Emosional
2.2.1 Definisi kecerdasan emosional
Sebelum menjelaskan definisi kecerdasan emosional, peneliti akan mencoba
menjelaskan definisi emosi terlebih dahulu. Menurut Salovey dan Mayer (1997),
emosi adalah respon perasaan yang mempengaruhi kondisi fisiologis, sistem
psikologis, kognitif dan motivasi seseorang. Emosi merujuk pada suatu perasaan
dan pikiran, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2004). Emosi biasanya muncul ketika
individu menghadapi sebuah peristiwa yang bermakna dalam hidupnya.
21
Menurut Gardner, kecerdasan emosional merupakan bagian dari
kecerdasan sosial, yang disebut sebagai kecerdasan pribadi. Salah satu aspek
kecerdasan pribadi ada yang berhubungan dengan perasaan dan cukup dekat
dengan apa yang kita sebut kecerdasan emosional (dalam Salovey & Mayer,
1990). Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengakses
dan menghasilkan emosi sehingga dapat membantu dalam berpikir, untuk
memahami emosi dan pengetahuan emosional, serta mengatur emosi sehingga
dapat mendorong pertumbuhan emosi dan intelektual (Mayer & Salovey, 1997).
Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk mengenali makna
dan hubungan suatu emosi, serta menggunakannya sebagai dasar dalam penalaran
dan pemecahan masalah (Mayer, Salovey, Caruso & Sitarenios, 2001).
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan dasar manusia untuk
mempertahankan hidup, seperti misalnya kesanggupan untuk mengendalikan
dorongan emosi, membaca perasaan orang lain dan memelihara hubungan dengan
baik. Kecerdasan emosional juga mencakup pengendalian diri, semangat dan
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (Goleman, 2004).
Menurut Wong dan Law (2004), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
dapat memahami dan mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan
merasakan perasaan emosi orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan
emosi untuk mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja. Kecerdasan
emosional berkembang dari waktu ke waktu, cenderung berubah dalam kehidupan
seseorang dan dapat ditingkatkan melalui program pelatihan (Di Fabio, 2012).
22
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi kecerdasan emosional
menurut Wong dan Law (2004), yaitu kemampuan untuk dapat memahami dan
mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan merasakan perasaan emosi
orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan emosi untuk mengarahkan
individu dalam beraktivitas dan bekerja. Hal tersebut karena dalam teori ini
menjelaskan secara detail mengenai kecerdasan emosional pada individu.
2.2.2 Dimensi kecerdasan emosional
Menurut Wong dan Law (2004) terdapat empat dimensi kecerdasan emosional
yaitu :
1. Self emotions appraisal
Self emotions appraisal menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk
memahami emosinya dengan baik dan mengekspresikannya secara alami.
Contohnya, individu mampu memahami penyebab rasa senang yang dia
rasakan dan mampu mengekspresikan rasa senangnya tersebut dengan baik.
Individu yang memiliki kemampuan tinggi pada dimensi ini akan mampu
merasakan dan memahami emosi mereka lebih baik dibandingkan dengan
individu lainnya.
2. Other’s emotions appraisal
Other’s emotions appraisal menjelaskan mengenai kemampuan individu
untuk mengetahui dan memahami emosi orang-orang di sekitar mereka.
Contohnya, individu mampu merasakan kesedihan ataupun kesenangan yang
dialami oleh individu lain. Individu memiliki rasa simpati dan empati yang
baik. Individu yang memiliki kemampuan tinggi pada dimensi ini akan lebih
23
sensitif terhadap perasaan emosi individu lain dan cenderung mampu
membaca pikiran mereka.
3. Use of emotions
Use of emotions menjelaskan mengenai kemampuan individu menggunakan
emosinya untuk mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja. Emosi
dapat mempengaruhi pikiran individu dalam bertindak dan memecahkan suatu
masalah. Contohnya, dalam memilih pekerjaan individu terkadang memilih
pekerjaan yang sesuai dengan kenyamanan hatinya.
4. Regulation of emotions
Regulation of emotions menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk
mengatur dan mengelola emosi mereka ketika mengalami masalah emosional,
seperti marah ataupun stres. Contohnya, individu mampu menenangkan diri
dengan cepat ketika sedang marah. Individu yang memiliki kemampuan tinggi
pada dimensi ini akan mampu mengontrol perilakunya dengan baik ketika
emosi mereka sedang tidak baik..
2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosional
Adapun skala yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional
adalah sebagai berikut :
1. Bar’On Emotional Quotient Inventory digunakan untuk mengukur kecerdasan
emosional seseorang yang terdiri dari 133 item pernyataan, 15 sub skala dan 5
faktor, yaitu intrapersonal, interpersonal, adaptation, stress management dan
general mood. Reliabilitas alat ukur ini berada pada nilai 0,85.
24
2. Emotional Intelligence Scale terdiri dari 85 item pernyataan, 17 sub skala dan
3 faktor, yaitu emphaty, autonomy dan emotional control. Konsistensi internal
skala ini relatif rendah, dengan beberapa nilai di bawah 0.50.
3. Wong Law Emotional Intelligence Scale. Skala ini berisi 16 item pernyataan
yang masing-masing komponen terdiri dari 4 item pada setiap sub skala.
Adapun dimensinya adalah self emotions appraisal, other’s emotions
appraisal, use of emotions dan regulation of emotions. Reliabilitas alat ukur
ini berkisar antara 0,70 sampai 0,85.
Dari pemaparan alat ukur di atas, peneliti menggunakan skala Wong Law
Emotional Intelligence Scale yang dikembangkan oleh Wong dan Law dengan
alasan : 1) alat ukur lebih reliabel untuk meneliti kecerdasan emosional yang
terdiri dari dimensi self emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of
emotions dan regulation of emotions, 2) skala ini lebih mudah digunakan dengan
sasaran subjek remaja karena lebih mudah dipahami dan jumlah item tidak terlalu
banyak.
2.3 Gaya Kelekatan
2.3.1 Definisi gaya kelekatan
Gaya kelekatan menurut Baron dan Byrne (2005) merupakan tingkat keamanan
yang dialami dalam hubungan interpersonal individu. Maksudnya adalah
sejauhmana individu merasa aman berhubungan dengan individu lain. Kelekatan
pada individu tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari serangkaian
tahap. Bowlby (dalam Santrock, 2003) berpendapat bahwa gaya kelekatan
merupakan hal yang penting pada tahun pertama kehidupan, misalnya ketika bayi.
25
Hal tersebut karena gaya kelekatan yang muncul pada saat bayi dapat
mempengaruhi perilaku interpersonal sepanjang hidupnya.
Individu dilahirkan dengan perilaku bawaan yang memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan kedekatan dengan figur kelekatan. Individu yang sering
berinteraksi dengan figur kelekatan dapat membawa dampak yang positif.
Terlebih lagi ketika figur kelekatan ada dan memberikan dukungan ketika
individu membutuhkannya. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa keamanan dan
membangun mental positif diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya, ketika figur
kelekatan tidak memberikan dukungan pada saat dibutuhkan, hal tersebut justru
akan meningkatkan stres, merasa tidak aman, masalah emosional dan
ketidakmampuan dalam penyesuaian diri (Mikulincer & Shaver, 2012).
Gaya kelekatan merupakan bagian dari teori perkembangan sosial yang
mendeskripsikan asal mula pola hubungan interpersonal yang dekat. Gaya
kelekatan merupakan perilaku yang dimunculkan oleh individu untuk
meningkatkan rasa aman, terutama ketika individu tersebut sedang merasa stres
dan membutuhkan dukungan. Pola perilaku ini cukup stabil dan di masa dewasa
disebut juga gaya kelekatan dewasa (Ravitz, Maunder, Hunter, Sthankiya &
Lancee, 2010).
Ainsworth (dalam Akhtar, 2012) menjelaskan bahwa gaya kelekatan
merupakan cara individu berinteraksi ataupun membuat hubungan dengan
individu lain. Gaya kelekatan ini dibagi menjadi tiga, yaitu gaya kelekatan aman,
cemas dan menghindar. Gaya kelekatan aman dicirikan dengan individu merasa
nyaman dan percaya dengan individu lain. Gaya kelekatan cemas dicirikan dengan
26
individu berpikir bahwa individu lain tidak ingin membuat hubungan yang dekat
dengannya. Gaya kelekatan menghindar dicirikan dengan individu tidak merasa
nyaman dan sulit mempercayai individu lainnya.
Gaya kelekatan mengacu pada hubungan antara dua individu yang
mempunyai perasaan kuat terhadap satu sama lain dan melakukan beberapa hal
untuk melanjutkan hubungan tersebut. Artinya, ketika individu merasakan
kenyamanan dengan figur kelekatan, individu akan mencoba mempertahankan
dan menjaga hubungan tersebut (Rahmawati, 2013).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi gaya kelekatan
menurut Ainsworth (dalam Akhtar, 2012) yang menjelaskan bahwa gaya
kelekatan merupakan cara individu berinteraksi ataupun membuat hubungan
dengan individu lain.. Hal tersebut karena teori ini menjelaskan gaya kelekatan
lebih detail pada individu.
2.3.2 Dimensi gaya kelekatan
Menurut Ainsworth (dalam Akhtar, 2012) terdapat tiga dimensi gaya kelekatan,
yaitu :
1. Gaya kelekatan aman
Gaya kelekatan aman menjelaskan bahwa individu memunculkan rasa percaya
dengan individu lain. Individu akan merasa nyaman ketika membuat
hubungan dan cenderung ketergantungan dengan individu lain. Individu
dengan gaya seperti ini akan merasa nyaman ketika individu lain ingin
membuat hubungan dengannya.
27
2. Gaya kelekatan cemas
Gaya kelekatan cemas ditandai dengan individu akan berpikir bahwa individu
lain tidak ingin membuat hubungan dekat dengannya. Individu memiliki
perasaan takut akan penolakan dalam sebuah hubungan. Individu berpikir
bahwa individu lain tidak ingin tinggal bersama mereka.
3. Gaya kelekatan menghindar
Gaya kelekatan menghindar menjelaskan bahwa individu tidak merasa
nyaman untuk dekat dengan individu lainnya. Individu dengan gaya seperti ini
sulit untuk dapat mempercayai individu lain. Mereka tidak dapat membiarkan
dirinya tergantung pada individu lain. Mereka akan merasa gugup ketika
individu lain mencoba untuk membuat hubungan yang dekat dengannya.
2.3.3 Pengukuran gaya kelekatan
Adapyun skala yang dapat digunakan untuk mengukur gaya kelekatan adalah
sebagai berikut :
1. Adult Attachment Scale. Skala ini dikembangkan oleh Ainsworth yang
terdiri dari 3 dimensi, yaitu aman, cemas dan menghindar. Skala ini berisi
18 item pernyataan yang masing-masing komponen terdiri dari 6 item
pada setiap sub skala. Nilai cronbach berkisar antara 0,78 sampai 0,87.
Reliabilitas berkisar antara 0,68 sampai 0,72.
2. Attachment Styles Questionnaire. Skala gaya kelekatan ini terdiri dari 24
item. Item ini mengacu berdasarkan empat dimensi yang dijelaskan oleh
Bartholomew dan Horowitz. Empat dimensi tersebut adalah secure,
28
fearful, dismissing dan preoccupied. Konsistensi internal alat ukur ini
antara 0,59 sampai 0,76.
3. Relationship Questionnaire. Skala gaya kelekatan ini hanya terdiri dari
empat item yang disusun untuk mengukur gaya kelekatan dewasa. Alat
ukur ini disusun berdasarkan tiga dimensi yang dikembangkan oleh Hazan
dan Shaver (1987) dan menambah satu dimensi, yaitu dismissing avoidant.
Reliabilitas alat ukur ini berkisar 0,72 sampai 0,96.
Dari pemaparan alat ukur di atas, peneliti menggunakan skala Adult
Attachment Scale yang dikembangkan oleh Ainsworth dengan alasan : 1) alat ukur
konsisten dengan definisi gaya kelekatan yang digunakan dalam penelitian ini, 2)
skala ini lebih mudah digunakan dengan sasaran subjek remaja karena lebih
mudah dipahami dan jumlah item tidak terlalu banyak.
2.4 Kerangka Berpikir
Sukardi (1993) menyatakan bahwa pengambilan keputusan karir merupakan suatu
proses dimana seseorang mengadakan suatu seleksi terhadap beberapa pilihan
dalam rencana masa depan. Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Munandir
(1996), menyatakan bahwa keputusan karir yang dimaksud adalah keputusan yang
diambil secara arif dan teliti serta penuh pertimbangan. Pengambilan keputusan
karir berkaitan dengan membuat pilihan terkait pendidikan, pelatihan dan
pekerjaan (Patton & McMahon, 2014).
Memilih karir masa depan merupakan sebuah keputusan penting yang
harus dihadapi selama perkembangannya. Tahap remaja, khususnya pada akhir
masa SMA, adalah waktu ketika mereka memilih untuk melanjutkan pendidikan
29
ke perguruan tinggi atau mengakhiri pendidikan mereka dengan mencari
pekerjaan atau jalur lainnya. Crites berasumsi bahwa pengambilan keputusan karir
cenderung muncul pada umur 21 tahun, sedangkan Super menjelaskan pada tahap
eksplorasi, yaitu 15-24 tahun merupakan tahap yang paling signifikan dalam
pengambilan keputusan karir (dalam Albion dan Fogarty, 2002).
Harren (1979) mengelompokkan pengambilan keputusan karir menjadi
tiga, yaitu pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan dependen.
Pengambilan keputusan karir rasional ditandai dengan individu membuat
beberapa pertimbangan yang logis dan perencanaan yang matang sebelum
membuat keputusan mengenai karirnya. Individu tersebut menyiapkan kebutuhan
untuk membuat keputusan karir di masa depan dan mengeksplorasi tentang diri
mereka sendiri, serta perlu memahami setiap situasi. Pada pengambilan keputusan
ini terdapat kejelasan masalah, orientasi tujuan, pengetahuan alternatif, preferensi
yang jelas dan hasil maksimal untuk mencapai karir yang dibutuhkan
Pengambilan keputusan karir intuitif ditandai dengan individu mencari
informasi dan membuat keputusan karirnya berdasarkan perasaan dan tidak
memperhatikan pertimbangan yang logis. Pengambilan keputusan karir dependen
ditandai dengan individu tidak terlalu peduli dengan karirnya karena dalam
membuat keputusan lebih bergantung kepada orang lain.
Pada penelitian ini, variabel independen yang akan diteliti adalah
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir.
Faktor pertama adalah kecerdasan emosional. Penelitian Afzal, Atta dan Shujja
(2013) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan
30
emosional terhadap pengambilan keputusan karir. Dijelaskan juga pengaruh
masing-masing dimensi kecerdasan emosional bahwa dimensi self emotions
appraisal dan use of emotions memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan
other’s emotions appraisal dan regulation of emotions tidak signifikan.
Diasumsikan bahwa individu dengan self emotions appraisal tinggi akan lebih
menyadari minat, bakat dan kemampuan pada dirinya sehingga dapat mengambil
keputusan karir secara rasional. Sedangkan, individu dengan use of emotions yang
tinggi akan membuat individu lebih mampu memecahkan masalah terkait dengan
pilihan karir (Mayer & Salovey, 1997).
Peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki self emotions appraisal
dan other’s emotional appraisal tinggi, maka hal tersebut akan berkorelasi dengan
pengambilan keputusan karir rasional. Remaja akan mampu memahami dan
mengelola emosinya dengan baik sehingga mereka mampu mengarahkan pilihan
karirnya dengan baik. Sedangkan, ketika remaja memiliki use of emotions dan
regulation of emotions yang tinggi, mereka memiliki perencanaan, pemikiran
yang kreatif dan kontrol emosi yang baik yang berpengaruh dalam pengambilan
keputusan karir rasional.
Individu dengan self emotions appraisal dan other’s emotional appraisal
yang rendah diasumsikan belum memiliki kesadaran yang baik dan cukup matang
secara emosional dalam menjalani tugas perkembangan yang berkaitan dengan
karir. Sedangkan, ketika use of emotions dan regulation of emotions yang rendah
diasumsikan bahwa kemampuan manajemen emosi individu cenderung rendah
31
sehingga kurang efektif melakukan perencanaan secara matang dalam mengambil
keputusan karir secara rasional dan lebih menggunakan intuisinya.
Self emotions appraisal juga diasumsikan bahwa individu yang memahami
dirinya dengan baik, maka mereka akan menyadari kelebihan dan kekurangannya
sehingga mengetahui batasan-batasan pada dirinya. Individu yang merasa
kesulitan dalam mengambil keputusan karir akan membutuhkan pendapat individu
lain, bahkan memiliki ketergantungan dengan individu lainnya dalam mengambil
keputusan. Hal ini disebut pengambilan keputusan karir dependen. Diasumsikan
juga ketika regulation of emotions rendah, artinya semakin rendah kemampuan
mengelola emosinya, individu akan kesulitan dalam mengambil keputusan karir
sehingga seolah-olah menyerahkan keputusan karir tersebut kepada individu lain.
Faktor kedua yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir adalah
gaya kelekatan. Gaya kelekatan dapat digunakan untuk memahami perkembangan
karir, terlebih lagi dalam pengambilan keputusan karir. Peneliti memiliki asumsi
bahwa gaya kelekatan memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan karir.
Gaya kelekatan berkaitan dengan bagaimana remaja memiliki hubungan dengan
orang sekitar yang terdekat, seperti orang tua, keluarga, teman dekat dan guru
disekolah. Orang-orang tersebut adalah orang terdekat yang memiliki kontribusi
bagi remaja dalam memilih karirnya. Oleh karena itu, gaya kelekatan merupakan
salah satu faktor yang menentukan bagi remaja dalam memilih karirnya. Adapun
dimensi gaya kelekatan terbagi menjadi tiga, yaitu gaya kelekatan aman, cemas
dan menghindar.
32
Gaya kelekatan aman yaitu sejauhmana seorang remaja percaya dan
menjalin hubungan dengan orang lain. Remaja yang memiliki gaya kelekatan
aman dengan orang terdekatnya diasumsikan lebih terarah dalam pengambilan
keputusan karirnya. Mereka akan lebih terbuka dalam menerima pendapat dari
orang lain tentang bagaimana cara mengambil keputusan terkait karirnya.
Terkadang remaja dengan gaya kelekatan aman lebih cenderung mengambil
keputusan berdasarkan informasi-informasi ataupun pendapat orang terdekatnya.
Hal tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan karir rasional karena
individu mengambil keputusan karir tidak secara subjektif, namun menggunakan
beberapa informasi yang mendukung.
Gaya kelekatan aman juga dapat dikaitkan dengan pengambilan keputusan
karir dependen. Ketika individu percaya dan nyaman dengan individu lain,
mereka akan membutuhkan dukungan dan pengaruh individu lain dalam
mengambil keputusan karirnya. Dapat diasumsikan juga ketika individu memiliki
gaya kelekatan aman yang rendah, individu akan lebih mengambil keputusan
secara intuitif. Ketika gaya kelekatan aman rendah, diasumsikan individu akan
mencoba menghindari individu lain dan tidak percaya dengan individu lainnya
Berbeda dengan gaya kelekatan cemas dan menghindar. Remaja dengan
gaya kelekatan cemas dan menghindar lebih tertutup dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Mereka merasa tidak ingin dan tidak nyaman ketika berada
dekat dengan orang lain. Mereka juga tidak dapat mempercayai dan bergantung
kepada orang lain. Remaja dengan gaya kelekatan seperti ini lebih sulit dalam
menghadapi masalah dan membuat keputusan yang tepat. Mereka juga terkadang
33
membuat keputusan yang tidak logis dan lebih menggunakan intuisinya dalam
mengambil keputusan karir.
Sebuah penelitian terkait gaya kelekatan juga dilakukan oleh Agheli,
Abedi, Nilforooshan dan Baghban (2013) yang mencoba menganalisis dimensi-
dimensi gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional, intuitif
dan dependen. Ada hubungan negatif antara gaya kelekatan menghindar dengan
pengambilan keputusan karir rasional. Semakin tinggi individu dengan gaya
kelekatan menghindar, maka semakin rendah pengambilan keputusan karir secara
rasional. Berikutnya, ada pengaruh secara positif yang signifikan antara gaya
kelekatan cemas dengan pengambilan keputusan karir intuitif. Dan terakhir ada
pengaruh secara positif yang signifikan antara gaya kelekatan cemas dengan
pengambilan keputusan karir dependen.
Pada penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa masing-masing variabel
independen memiliki pengaruh terhadap masing-masing pengambilan keputusan
karir yang terdiri dari tiga, yaitu rasional, intuitif dan dependen. Sedikit halnya
penelitian yang mencoba melihat pengaruh variabel independen terhadap masing-
masing pengambilan keputusan karir ini yang dijelaskan oleh Harren. Secara
umum, penelitian-penelitian sebelumnya hanya meneliti pengaruh variabel
independen terhadap pengambilan keputusan karir secara keseluruhan. Hal
tersebut dikarenakan perbedaan teori yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kecerdasan emosional dan
gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir yang terdiri dari tiga, yaitu
rasional, intuitif dan dependen. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas,
34
maka dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran guna mengetahui variabel-
variabel yang berpengaruh serta hubungan dari masing-masing variabel terhadap
pengambilan keputusan karir. Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini
dapat diilustrasikan pada gambar 2.1, 2.2 dan 2.3 berikut ini :
Gambar 2.1
Skema pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir rasional
Kecerdasan Emosional :
Self emotions appraisal
Other’s emotions
appraisal
Use of emotions
Regulation of emotions
Gaya Kelekatan :
Gaya kelekatan aman
Gaya kelekatan cemas
Gaya kelekatan
menghindar
Pengambilan
Keputusan Karir
Rasional
35
Gambar 2.2
Skema pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir intuitif
Kecerdasan Emosional :
Self emotions appraisal
Other’s emotions
appraisal
Use of emotions
Regulation of emotions
Gaya Kelekatan :
Gaya kelekatan aman
Gaya kelekatan cemas
Gaya kelekatan
menghindar
Pengambilan
Keputusan Karir
Intuitif
36
Gambar 2.3
Skema pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir dependen
Kecerdasan Emosional :
Self emotions appraisal
Other’s emotions
appraisal
Use of emotions
Regulation of emotions
Gaya Kelekatan :
Gaya kelekatan aman
Gaya kelekatan cemas
Gaya kelekatan
menghindar
Pengambilan
Keputusan Karir
Dependen
37
2.5 Hipotesis Penelitian
Ada tiga hipotesis mayor yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu hipotesis
mayor tentang pengambilan keputusan karir rasional, pengambilan keputusan
karir intuitif dan pengambilan keputusan karir dependen. Berikut adalah ketiga
hipotesis mayor tersebut :
Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA
Negeri 36 Jakarta.
Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir intuitif siswa dan siswi SMA
Negeri 36 Jakarta.
Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir dependen siswa dan siswi SMA
Negeri 36 Jakarta.
Adapun hipotesis minor sebagai berikut :
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan self emotions appraisal terhadap pengambilan
keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan other’s emotions appraisal terhadap
pengambilan keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan use of emotions terhadap pengambilan
keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan regulation of emotions terhadap pengambilan
keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
38
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan aman terhadap pengambilan
keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan cemas terhadap pengambilan
keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
Ha7: Ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan menghindar terhadap
pengambilan keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
Hipotesis minor pada variabel dependen pengambilan keputusan karir
intuitif dan pengambilan keputusan karir dependen sama persis dengan hipotesis
minor di atas. Hanya saja variabel dependennya diganti menjadi pengambilan
keputusan karir intuitif dan pengambilan keputusan karir dependen.
39
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang metode penelitian yang terdiri dari
populasi dan sampel, variabel penelitian dan instrumen penelitian, serta prosedur
pengumpulan data.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 780, terdiri atas siswa dan siswi aktif
tahun ajaran 2014/2015 kelas X, XI dan XII. Sampel berjumlah 237 orang.
Kriteria yang menjadi sampel penelitian, yaitu merupakan siswa dan siswi aktif
tahun ajaran 2014/2015 kelas X-XII dan terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling yang berarti
dalam suatu populasi, tidak semua elemen memiliki peluang untuk menjadi
sampel penelitian ini. Peneliti melakukan pengambilan data dalam waktu satu
minggu dengan melakukan penelurusan pada tiap jenjang kelas di sekolah yang
menjadi populasi penelitian.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini berjumlah 10 variabel dengan rincian sebagai
berikut : pengambilan keputusan karir rasional, pengambilan keputusan karir
intuitif, pengambilan keputusan karir dependen, self emotions appraisal, other’s
emotions appraisal, use of emotions, regulation of emotions, gaya kelekatan
aman, gaya kelekatan cemas dan gaya kelekatan menghindar.
40
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengambilan keputusan
karir, yang terdiri dari pengambilan keputusan karir rasional, pengambilan
keputusan karir intuitif dan pengambilan keputusan karir dependen. Sedangkan
variabel lainnya merupakan variabel independen.
3.2.2 Definisi operasional variabel
Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah :
1. Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses psikologi yang
mengorganisasi sebuah informasi, memperhatikan berbagai alternatif dan
membuat komitmen untuk sebuah tindakan yang dilakukan, dimana skor
pengambilan keputusan karir diperoleh menggunakan skala Assessment of
Career Decision Making (ACDM) yang berdasarkan tiga dimensi, yaitu
rasional, intuitif dan dependen.
2. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk dapat memahami dan
mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan merasakan perasaan
emosi orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan emosi untuk
mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja., dimana skor
kecerdasan emosional diperoleh menggunakan skala Wong Law Emotional
Intelligence Scale (WLEIS) yang berdasarkan empat dimensi, yaitu self
emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions, dan
regulation of emotions.
3. Gaya kelekatan adalah sebagai cara orang berinteraksi dengan orang lain atau
membuat suatu hubungan yang terbagi menjadi tiga gaya kelekatan yaitu
41
aman, cemas dan menghindar, dimana skor gaya kelekatan diperoleh
menggunakan skala Adult Attachment Scale (AAS).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner dengan menggunakan skala model likert. Dalam penelitian ini akan
digunakan tiga skala, yaitu skala pengambilan keputusan karir, skala kecerdasan
emosional dan skala gaya kelekatan.
Skala ini terdiri dari empat kategori jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS),
Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Item-item tersebut
terdiri dari item favorable dan unfavorable. Adapun cara subjek memberikan
jawaban terhadap skala model likert ini adalah dengan memberikan tanda silang
(X) atau ceklist (√) pada salah satu alternatif jawaban.
Bobot skor nilai untuk skala pengambilan keputusan karir, skala
kecerdasan emosional dan skala gaya kelekatan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Penilaian skala pengambilan keputusan karir, skala kecerdasan emosional
dan skala gaya kelekatan
Jawaban Nilai
Favorabel Unfavorabel
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari empat bagian :
a. Bagian pengantar, berisikan tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden dan ucapan terima
kasih peneliti,
42
b. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti inisial, jenis
kelamin dan pekerjaan orang tua,
c. Bagian inti, berisi petunjuk dan cara pengisian kuesioner,
d. Bagian keempat, berisi alat ukur penelitian, yaitu skala pengambilan
keputusan karir, skala kecerdasan emosional dan skala gaya kelekatan.
A. Skala pengambilan keputusan karir
Dalam penelitian ini, pengukuran pengambilan keputusan karir menggunakan
skala yang dikembangkan oleh Harren, yaitu Assessment of Career Decision
Making (ACDM). Skala ini terdiri dari tiga dimensi, yaitu rasional, intuitif dan
dependen. Skala ini berisi 30 item pernyataan yang masing-masing komponen
terdiri dari 10 item pada setiap sub skala. Adapun blue print skala
pengambilan keputusan karir dijelaskan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Blue print skala pengambilan keputusan karir
No. Dimensi Indikator Nomor Jml
Fav Unfav
1 Rasional -sistematis dalam membuat
keputusan
-memahami konsekuensi yang
ada
1,4,16,19,25
7,28 5 item
2 item
-berpikir jernih dan berorientasi
masa depan
10,13,22 3 item
2 Intuitif -menggunakan perasaan batin 8,17,23 2,20 5 item
-orientasi jangka pendek 26 14 2 item
-berpikir cukup cepat
-tidak mencari informasi
-kepuasan emosi pribadi
5
29
11
1 item
1 item
1 item
3 Dependen -membutuhkan dukungan dan
dorongan orang lain
3,6,9,12,15,21 6 item
-menunda keputusan 18 1 item
-tidak memiliki keyakinan 24 27,30 3 item
43
B. Skala kecerdasan emosional
Dalam penelitian ini, pengukuran kecerdasan emosional menggunakan skala
Wong Law Emotional Intelligence Scale. Skala ini berisi 16 item pernyataan
yang masing-masing komponen terdiri dari 4 item pada setiap sub skala.
Adapun blue print skala kecerdasan emosional dijelaskan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Blue print skala kecerdasan emosional
No. Dimensi Indikator Nomor Jml
Fav Unfav
1 Self
emotions
appraisal
-memahami emosi diri sendiri
1,2,3,4
4 item
2 Other’s
emotions
appraisal
-memahami dan peka terhadap
emosi orang lain
5,6,7,8 4 item
3 Use of
emotions
-memiliki tujuan yang harus
dicapai
9 1 item
-memiliki keyakinan diri
10,11,12 3 item
4 Regulation
of
emotions
-mengendalikan emosi
13,14,15,16
4 item
C. Skala gaya kelekatan
Dalam penelitian ini, pengukuran gaya kelekatan menggunakan skala yang
dikembangkan oleh Ainsworth, yaitu Adult Attachment Scale (AAS). Skala ini
terdiri dari 3 dimensi, yaitu aman, cemas dan menghindar. Skala ini berisi 18
item pernyataan yang masing-masing komponen terdiri dari 6 item pada setiap
sub skala. Adapun blue print skala gaya kelekatan dijelaskan pada tabel 3.4.
44
Tabel 3.4
Blue print skala gaya kelekatan
No. Dimensi Indikator Nomor Jml
Fav Unfav
1 Aman -merasa nyaman dan saling
ketergantungan
-percaya pada orang lain
3,17
4,13
14
7
3 item
3 item
2 Cemas -tidak yakin dapat selalu
bergantung
-memiliki perasaan takut akan
penolakan
-berpikir bahwa individu lain
tidak ingin tinggal bersama
mereka
-keinginan untuk menjalin
hubungan dengan orang lain
12
11
6
8,9
10
1 item
3 item
1 item
1 item
3 Menghindar -tidak bergantung pada orang
lain
1 6 item
-sulit percaya pada orang lain 2,5 1 item
-tidak merasa nyaman 15,16,18 3 item
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Dalam CFA (Confirmatory
Factor Analysis), peneliti harus memiliki gambaran yang spesifik mengenai (a)
jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu faktor dan (c) faktor-faktor
yang saling berkorelasi. Adapun logika dari CFA (Umar, 2012), yaitu :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Teori setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes
hanya mengukur satu faktor juga. Artinya, baik item maupun subtes bersifat
unidimensional.
45
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
(unidimensional), maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0,05, maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya, teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika
hasil t-test tidak signifikan, maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan
sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak sesuai
dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software
LISREL 8.70.
3.4.1 Uji validitas skala pengambilan keputusan karir
3.4.1.1 Uji validitas skala pengambilan keputusan karir rasional
46
Peneliti menguji apakah 10 item dari skala pengambilan keputusan karir
rasional bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
pengambilan keputusan karir rasional saja. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=115,54, df=35, P-value=0,00000, RMSEA=0,099. Akan tetapi,
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square=36,89, df=29, P-value=0,14902,
RMSEA=0,034 seperti pada gambar dibawah ini :
IT0110.43
IT0410.84
IT0710.17
IT1010.08
IT1310.15
IT168.65
IT197.68
IT2210.19
IT2510.55
IT288.75
RASIONAL 0.00
Chi-Square=36.89, df=29, P-value=0.14902, RMSEA=0.034
6.45
1.92
10.94
14.71
7.11
9.73
11.12
7.57
7.56
9.63
Gambar 3.1
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala pengambilan keputusan
karir rasional
Dari gambar 3.1, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu pengambilan keputusan karir rasional.
47
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran pengambilan keputusan karir
rasional disajikan pada tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5
Muatan faktor item skala pengambilan keputusan karir rasional
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,43 0,07 6,45 √
4 0,13 0,07 1,92 X
16 0,69 0,06 10,94 √
19 0,82 0,06 14,71 √
25 0,46 0,06 7,11 √
7 0,60 0,06 9,73 √
28 0,69 0,06 11,12 √
10 0,50 0,07 7,57 √
13 0,50 0,07 7,56 √
22 0,60 0,06 9,63 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel koefisien di atas tidak terdapat faktor item yang bermuatan
negatif. Selanjutnya, ditemukan juga muatan faktor pada item nomor 4
tidak signifikan karena nilai t<1,96. Dengan demikian item tersebut di
drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.
Langkah terakhir yaitu dari item-item pengambilan keputusan karir
rasional yang tidak didrop dihitung faktor skornya. Faktor skor ini
dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi
penghitungan faktor skor ini tidak menjumlahkan item-item variabel pada
48
umumnya, tetapi justru dihitung true score pada tiap item. Setelah
didapatkan faktor skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi T
skor. T skor ini diharapkan dapat meniadakan skor negatif sehingga lebih
mudah dipahami dan ditafsirkan. Jika pada Z score memiliki mean= 0 dan
standar deviasi= 1, maka T skor memiliki mean= 50 dan standar deviasi=
10. Kemudian yang kedua, untuk menghindari nilai minus pada faktor skor
agar pembaca mudah memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun
rumus T skor yaitu :
Tskor = (faktor skor x 10) + 50.
Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T skor,
nilai baku inilah yang akan dijadikan data dalam uji hipotesis regresi.
Perlu dicatat, bahwa hal yang sama dilakukan pada semua variabel
independen dan gambar model fit pada variabel independen self emotions
appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions, regulation of
emotions, gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar dilampirkan.
3.4.1.2 Uji validitas skala pengambilan keputusan karir intuitif
Peneliti menguji apakah 10 item dari skala pengambilan keputusan karir
intuitif bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
pengambilan keputusan karir intuitif saja. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=153,89, df=35, P-value=0,00000, RMSEA=0,12. Akan tetapi,
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,
49
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=36,25, df=26, P-
value=0,08712, RMSEA=0,041 seperti pada gambar dibawah ini :
IT0210.86
IT0510.81
IT0810.51
IT118.52
IT1410.52
IT1710.76
IT204.82
IT2310.48
IT266.75
IT2910.89
INTUITIF 0.00
Chi-Square=36.25, df=26, P-value=0.08712, RMSEA=0.041
3.47
2.98
4.81
0.35
-8.98
6.45
-4.40
-1.96
-8.21
-0.99
Gambar 3.2
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala pengambilan keputusan
karir intuitif
Dari gambar 3.2, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu pengambilan keputusan karir intuitif.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
50
muatan faktor untuk item pengukuran pengambilan keputusan karir intuitif
disajikan pada tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6
Muatan faktor item skala pengambilan keputusan karir intuitif
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
8 0,27 0,08 3,47 √
17 0,21 0,07 2,98 √
23 0,35 0,07 4,81 √
2 0,02 0,07 0,35 X
20 -0,73 0,08 -8,98 X
26 0,57 0,09 6,45 √
14 -0,32 0,07 -4,40 X
5 -0,14 0,07 -1,96 X
11 -0,59 0,07 -8,21 X
29 -0,08 0,08 -0,99 X
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel koefisien di atas terdapat faktor item yang bermuatan negatif,
yaitu item 2, 5, 11, 20 dan 29. Selanjutnya, ditemukan juga muatan faktor
pada item nomor 2, 5, 11, 14, 20 dan 29 tidak signifikan karena nilai
t<1,96. Dengan demikian item tersebut di drop dan tidak diikutkan pada
analisis berikutnya.
3.4.1.3 Uji validitas skala pengambilan keputusan karir dependen
Peneliti menguji apakah 10 item dari skala pengambilan keputusan karir
dependen bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
pengambilan keputusan karir dependen saja. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=150,90, df=35, P-value=0,00000, RMSEA=0,118. Akan tetapi,
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,
51
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=37,64, df=26, P-
value=0,06535, RMSEA=0,044 seperti pada gambar dibawah ini :
IT0310.12
IT069.85
IT0910.22
IT1210.75
IT1510.82
IT1810.67
IT214.09
IT2410.83
IT2710.37
IT307.91
DEPENDEN 0.00
Chi-Square=37.64, df=26, P-value=0.06535, RMSEA=0.044
9.08
9.84
8.71
4.36
2.96
14.74
6.23
2.38
-6.98
-9.43
Gambar 3.3
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala pengambilan keputusan
karir dependen
Dari gambar 3.3, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu pengambilan keputusan karir dependen.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
52
muatan faktor untuk item pengukuran pengambilan keputusan karir
dependen disajikan pada tabel 3.7 berikut :
Tabel 3.7
Muatan faktor item skala pengambilan keputusan karir dependen
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
3 0,57 0,06 9,08 √
6 0,62 0,06 9,84 √
9 0,55 0,06 8,71 √
12 0,29 0,07 4,36 √
15 0,20 0,07 2,96 √
21 0,88 0,06 14,74 √
18 0,41 0,07 6,23 √
24 0,16 0,07 2,38 √
27 -0,47 0,07 -6,98 X
30 -0,65 0,07 -9,43 X
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel koefisien di atas terdapat faktor item yang bermuatan negatif
dan tidak signifikan, yaitu item 27 dan 30 karena nilai t<1,96. Dengan
demikian item tersebut di drop dan tidak diikutkan pada analisis
berikutnya.
3.4.2 Uji validitas skala kecerdasan emosional
3.4.2.1 Uji validitas skala self emotions appraisal
Peneliti menguji apakah 4 item dari skala self emotions appraisal bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur self emotions appraisal
saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0,88, df=1, P-
value=0,34745, RMSEA=0,000 seperti pada gambar dibawah ini :
53
IT0110.61
IT020.04
IT035.09
IT0410.01
SELF_APP 0.00
Chi-Square=0.88, df=1, P-value=0.34745, RMSEA=0.000
11.37
20.83
18.50
9.61
Gambar 3.4
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala self emotions appraisal
Dari gambar 3.4, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu self emotions appraisal.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran self emotions appraisal disajikan
pada tabel 3.8 berikut :
54
Tabel 3.8
Muatan faktor item skala self emotions appraisal
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,66 0,06 11,37 √
2 1,00 0,05 20,83 √
3 0,93 0,05 18,50 √
4 0,60 0,06 9,61 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item
bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan
sifat item. Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 1, 2, 3 dan 4
memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.
3.4.2.2 Uji validitas skala other’s emotions appraisal
Peneliti menguji apakah 4 item dari skala other’s emotions appraisal
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur other’s emotions
appraisal saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0,02, df=1, P-
value=0,89352, RMSEA=0,000 seperti pada gambar dibawah ini :
IT059.94
IT060.13
IT079.90
IT087.38
OTHERS_E 0.00
Chi-Square=0.02, df=1, P-value=0.89352, RMSEA=0.000
10.05
17.71
10.08
13.02
Gambar 3.5
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala other’s emotions appraisal
55
Dari gambar 3.5, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu other’s emotions appraisal.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran other’s emotions appraisal disajikan
pada tabel 3.9 berikut :
Tabel 3.9
Muatan faktor item skala other’s emotions appraisal
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
5 0,62 0,06 10,05 √
6 1,00 0,06 17,71 √
7 0,62 0,06 10,08 √
8 0,78 0,06 13.02 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item
bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan
sifat item. Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 5, 6, 7 dan 8
memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.
3.4.2.3 Uji validitas skala use of emotions
Peneliti menguji apakah 4 item dari skala use of emotions bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur use of emotions saja. Dari
56
hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, maka
diperoleh model fit Chi-Square=0,03, df=1, P-value=0,86035,
RMSEA=0,000 seperti pada gambar dibawah ini :
IT0910.18
IT101.20
IT117.81
IT12-1.01
USE_EMO 0.00
Chi-Square=0.03, df=1, P-value=0.86035, RMSEA=0.000
6.41
9.78
8.54
11.80
Gambar 3.6
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala use of emotions
Dari gambar 3.6, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu use of emotions.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran use of emotions disajikan pada tabel
3.10 berikut :
57
Tabel 3.10
Muatan faktor item skala use of emotions
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
9 0,44 0,07 6,41 √
10 0,91 0,09 9,78 √
11 0,62 0,07 8,54 √
12 1,09 0,09 11,80 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item
bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan
sifat item. Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 9, 10, 11 dan 12
memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.
3.4.2.4 Uji validitas skala regulation of emotions
Peneliti menguji apakah 4 item dari skala regulation of emotions bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur regulation of emotions
saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, maka diperoleh model fit Chi-Square=1,25, df=1, P-
value=0,26448, RMSEA=0,032 seperti pada gambar dibawah ini :
IT135.28
IT147.02
IT159.94
IT162.13
REG_EMO 0.00
Chi-Square=1.25, df=1, P-value=0.26448, RMSEA=0.032
16.21
16.50
13.10
18.92
Gambar 3.7
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala regulation of emotions
58
Dari gambar 3.7, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu regulation of emotions.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran regulation of emotions disajikan
pada tabel 3.11 berikut :
Tabel 3.11
Muatan faktor item skala regulation of emotions
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
13 0,89 0,05 16,21 √
14 0,88 0,05 16,50 √
15 0,74 0,06 13,10 √
16 0,96 0,05 18,92 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item
bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan
sifat item. Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 13, 14, 15 dan 16
memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.
3.4.3 Uji validitas skala gaya kelekatan
3.4.3.1 Uji validitas skala gaya kelekatan aman
59
Peneliti menguji apakah 6 item dari skala gaya kelekatan aman bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur gaya kelekatan aman saja.
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
maka diperoleh model fit Chi-Square=3,55, df=6, P-value=0,73714,
RMSEA=0,000 seperti pada gambar dibawah ini :
IT0310.46
IT049.96
IT0710.53
IT131.64
IT146.59
IT1710.84
AMAN 0.00
Chi-Square=3.55, df=6, P-value=0.73714, RMSEA=0.000
2.57
0.68
2.01
4.44
3.97
2.38
Gambar 3.8
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala gaya kelekatan aman
Dari gambar 3.8, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu gaya kelekatan aman.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
60
muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan aman disajikan pada
tabel 3.12 berikut :
Tabel 3.12
Muatan faktor item skala gaya kelekatan aman
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
3 0,22 0,09 2,57 √
17 0,06 0,08 0,68 X
4 0,23 0,11 2,01 √
13
14
7
0,77
0,47
0,20
0,17
0,12
0,09
4,44
3,97
2,38
√
√
√
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, ditemukan muatan faktor pada item nomor 17 tidak
signifikan karena nilai t<1,96. Dengan demikian item 17 di drop dan tidak
diikutkan pada analisis berikutnya.
3.4.3.2 Uji validitas skala gaya kelekatan cemas
Peneliti menguji apakah 6 item dari skala gaya kelekatan cemas bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur gaya kelekatan cemas saja.
Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
maka diperoleh model fit Chi-Square=10,88, df=7, P-value=0,14398,
RMSEA=0,048 seperti pada gambar dibawah ini :
IT0610.89
IT088.93
IT090.94
IT101.73
IT1110.88
IT129.76
CEMAS 0.00
Chi-Square=10.88, df=7, P-value=0.14398, RMSEA=0.048
5.68
2.19
-2.41
-6.22
-7.85
-7.32
Gambar 3.9
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala gaya kelekatan cemas
61
Dari gambar 3.9, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu gaya kelekatan cemas.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan cemas disajikan pada
tabel 3.13 berikut :
Tabel 3.13
Muatan faktor item skala gaya kelekatan cemas
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
6 -0,15 0,06 -2,41 X
8 -0,49 0,08 -6,22 X
9 -0,91 0,12 -7,85 X
10
11
12
-0,84
0,13
0,43
0,11
0,06
0,08
-7,32
2,19
5,68
X
√
√
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, ditemukan nilai t bagi koefisien muatan faktor item
nomor 6, 8, 9 dan 10 bermuatan negatif dan t<1,96. Dengan demikian item
6, 8, 9 dan 10 di drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.
3.4.3.3 Uji validitas skala gaya kelekatan menghindar
Peneliti menguji apakah 6 item dari skala gaya kelekatan menghindar
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur gaya kelekatan
62
menghindar saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, maka diperoleh model fit Chi-Square=7,69, df=5, P-
value=0,17418, RMSEA=0,048 seperti pada gambar dibawah ini :
IT0110.87
IT0210.70
IT0510.81
IT155.28
IT162.52
IT1810.40
MENGHIND 0.00
Chi-Square=7.69, df=5, P-value=0.17418, RMSEA=0.048
0.33
2.38
1.64
6.51
7.07
3.69
Gambar 3.10
Hasil analisis faktor konfirmatorik skala gaya kelekatan menghindar
Dari gambar 3.10, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja
yaitu gaya kelekatan menghindar.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item
manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan menghindar
disajikan pada tabel 3.14 berikut :
63
Tabel 3.14
Muatan faktor item skala gaya kelekatan menghindar
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0,03 0,08 0,33 X
2 0,19 0,08 2,38 √
5 0,13 0,08 1,64 X
15
16
18
0,63
0,78
0,29
0,10
0,11
0,08
6,51
7,07
3,69
√
√
√
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, ditemukan nilai t bagi koefisien muatan faktor item
nomor 1 dan 5 tidak signifikan karena t< 1,96. Dengan demikian item 1
dan 5 di drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan analisis regresi
berganda. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya)
adalah pengambilan keputusan karir rasional, pengambilan keputusan karir intuitif
dan pengambilan keputusan karir dependen. Sedangkan yang dijadikan IV
(prediktor) adalah self emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of
emotions, regulation of emotions, gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar.
Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory
Factor Analysis), maka akan didapatkan data variabel yang berupa true-score
yang selanjutnya dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda.
Karena dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan
analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis
nihil. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada
penelitian ini terdapat tujuh independent variable (variabel bebas) dan tiga
64
dependent variable (variabel terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y1 = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Y2 = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Y3 = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
jika dituliskan variabelnya maka :
Y1 = pengambilan keputusan karir rasional
Y2 = pengambilan keputusan karir intuitif
Y3 = pengambilan keputusan karir dependen
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = self emotions appraisal
X2 = other’s emotions appraisal
X3 = use of emotions
X4 = regulation of emotions
X5 = gaya kelekatan aman
X6 = gaya kelekatan cemas
X7 = gaya kelekatan menghindar
e = residu
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu
koefisien determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians
dari masing-masing DV yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya IV secara
65
keseluruhan. Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai
berikut :
Yaitu :
R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi
telah diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus
untuk uji F terhadap R2 adalah :
dengan df= K dan (N-K-1)
Dimana K adalah banyaknya IV dan N adalah besarnya sampel. Apabila
nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV.
Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh masing-masing
IV terhadap masing-masing DV. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap
setiap koefisien regresi. Jika nilai t>1,96 maka berarti IV yang bersangkutan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV, dan sebaliknya.
Adapun rumus t-test yang digunakan adalah :
66
Dimana bi adalah koefisien regresi untuk IVi dan Sbi adalah standar deviasi
sampling dari .
Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varian
yang disumbangkan oleh masing-masing IV dalam mempengaruhi masing-masing
DV. Dalam hal ini peneliti melakukannya melalui analisis regresi berganda yang
bersifat berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan analisis regresi berulang-
ulang dimulai dengan hanya satu IV kemudian dengan dua IV, dilanjutkan dengan
tiga IV, dan seterusnya sampai IV ke tujuh. Setiap kali dilakukan analisis regresi
akan diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan IV baru diharapkan terjadi
peningkatan R2 secara signifikan.
Jika pertambahan R2 (R2 change) signifikan secara statistik maka berarti
IV baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara statistik maupun dalam
upaya memprediksi DV serta untuk menguji hipotesis apakah IV bersangkutan
signifikan pengaruhnya. Setiap pertambahan R2 ketika satu IV baru ditambahkan
adalah menunjukan besarnya sumbangan unik IV tersebut terhadap bervariasinya
DV setelah pengaruh dari beberapa IV terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh
sebab itulah analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan
stepwise regression.
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya
pertambahan proporsi varian (R2 change) adalah sebagai berikut :
dengan
67
Disini, adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah IV baru ditambahkan
kedalam persamaan, dan adalah nilai R2 yang diperoleh sebelum IV baru
ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya IV pada , dan S adalah
banyaknya IV pada N adalah besarnya sampel penelitian.
Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk menguji
signifikan tidaknya pertambahan R2 baik untuk pertambahan satu IV maupun
untuk pertambahan beberapa IV.
Jika nilai F yang dihasilkan signifikan berarti proporsi varian yang dapat
dijelaskan dan merupakan sumbangan dari IV yang ditambahkan adalah signifikan
secara statistik. Jadi rumus ini bisa diuji signifikan tidaknya pertambahan IV baik
hanya dengan menambahkan satu IV maupun dengan menambahkan beberapa IV
sekaligus. Misalnya untuk menguji hipotesis mayor dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan rumus diatas untuk mengetahui apakah sumbangan proporsi varian
sekelompok IV yang mengukur kecerdasan emosi (self emotions appraisal,
other’s emotions appraisal, use of emotions dan regulation of emotions)
signifikan atau tidaknya secara keseluruhan (kecerdasan emosi secara
keseluruhan). Begitu juga halnya dengan variabel gaya kelekatan.
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti
kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari
sudut pandangan teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap
kemudian menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan
68
digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat ukur pengambilan keputusan karir
menggunakan Assessment of Career Decision Making (ACDM), alat ukur
kecerdasan emosional menggunakan Wong Law Emotional Intelligence Scale
(WLEIS) dan alat ukur gaya kelekatan menggunakan Adult Attachment Scale
(AAS). Masing-masing alat ukur terdiri dari empat kategori jawaban, yaitu
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai
(STS). Ketiga alat ukur tersebut merupakan skala baku yang sudah diadaptasi
dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan peneliti.
2. Membuat surat izin penelitian kepada pihak fakultas psikologi dan membuat
surat izin melakukan penelitian yang ditujukan untuk SMA Negeri 36 Jakarta.
3. Sebelum peneliti menyebarkan kuesioner, peneliti berkoordinasi dengan pihak
sekolah terkait jumlah siswa dan siswi dari setiap kelas yang dapat menjadi
sampel penelitian.
4. Setelah mendapatkan konfirmasi mengenai jumlah siswa dan siswi, peneliti
memasuki kelas yang sedang berlangsung mata pelajaran bimbingan dan
konseling.
5. Peneliti melakukan pengambilan data dalam waktu satu minggu dengan
melakukan penelurusan pada tiap jenjang kelas di sekolah yang menjadi
populasi penelitian.
6. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti kemudian melakukan
pengolahan dan pengujian terhadap data yang sudah didapatkan.
69
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian ini akan dibahas mengenai gambaran umum subjek
dan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 237. Subjek dipilih berdasarkan kriteria : (1)
siswa dan siswi aktif tahun ajaran 2014/2015 kelas X, XI dan XII (2) berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Untuk mempermudah perhitungan, maka
peneliti mengkategorikan responden berdasarkan kelas dan jenis kelamin.
Gambaran subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Gambaran subjek penelitian
Jumlah Presentase
Kelas
X 60 25,32
XI
XII
Jumlah
65
112
27,43
47,25
100,0
Jenis kelamin
Laki-Laki 115 48,52
Perempuan 122 51,48
Jumlah 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam
penelitian ini berada pada kategori kelas XII SMA berjumlah 112 orang dengan
presentase sebesar 47,25%, pada kategori kelas XI berjumlah 65 orang dengan
presentase 27,43% dan kategori kelas X berjumlah 60 orang dengan presentase
25,32%.
70
Selanjutnya, dapat diketahui pula bahwa responden laki-laki berjumlah
115 orang dengan presentase 48,52%, sedangkan responden perempuan berjumlah
122 orang dengan prsentase 51,48%. Maka dapat disimpulkan subjek penelitian
terbanyak adalah subjek yang berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 122
orang, yaitu dengan presentase 51,48% .
4.2 Analisis Deskriptif
Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni
(t-score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini
dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil
penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada
setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Untuk memperoleh
deskripsi statistik, dihitung item-item yang valid dan positif sehingga didapatkan
skor faktor. Skor faktor tersebut dihitung untuk menghindari bias dari kesalahan
pengukuran. Jadi, penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan item-item
variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap skala. Skor
faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan.
Tscore = (10 x skor faktor) + 50
Setelah didapatkan skor faktor yang telah dirubah menjadi T score, nilai
baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Yang
perlu diingat bahwa hal yang sama berlaku juga untuk semua variabel pada
penelitian ini. Skor tersebut disajikan dalam tabel 4.2.
71
Tabel 4.2
Analisis deskriptif
Norma N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Rasional
Intuituf
Dependen
237
237
237
22,53
26,40
8,47
71,30
80,17
74,78
50,0000
50,0000
50,0000
10,00000
10,00000
10,00000
SELF_APPRAISAL 237 22,34 67,26 50,0000 10,00000
OTHERS_EMO 237 20,49 68,32 50,0000 10,00000
USE_EMO 237 22,57 67,70 50,0000 10,00000
REG_EMO 237 21,88 66,82 50,0000 10,00000
Aman 237 21,46 75,83 50,0000 10,00000
Cemas 237 17,14 71,97 50,0000 10,00000
Menghindar 237 25,69 78,72 50,0000 10,00000
Valid N (listwise) 237
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui analisis deskriptif pada setiap variabel. Kolom N
menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 237. Kolom minimum
dan maksimum menjelaskan nilai minimum dan maksimum pada setiap variabel.
Dilihat dari kolom minimum diketahui variabel pengambilan keputusan karir
dependen memilki nilai terendah dengan nilai 8,47. Sementara itu, berdasarkan
kolom maksimum diketahui variabel pengambilan keputusan karir intuitif
memiliki nilai tertinggi dengan nilai 80,17. Adapun nilai mean masing-masing
variabel adalah 50 dengan standar deviasi 10.
4.3 Kategorisasi Skor
Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian,
maka hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian
dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Dalam hal ini,
ditetapkan norma pada tabel 4.3.
72
Tabel 4.3
Norma skor
Norma Intepretasi
X < Mean – 1Standar Deviasi Rendah
X > Mean +1Standar Deviasi Tinggi
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase
kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan
dikategorikan sebagai rendah dan tinggi.
4.3.1 Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir rasional
Pada tabel 4.4 menunjukkan sebaran variabel pengambilan keputusan karir
rasional yang dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.
Tabel 4.4
Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir rasional
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 134 56,5
Tinggi 103 43,5
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.4, ditemukan bahwa 56,5% dari total responden memiliki
tingkat pengambilan keputusan karir rasional rendah dan 43,5% responden
memiliki tingkat pengambilan keputusan karir rasional tinggi. Dapat disimpulkan
bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat pengambilan keputusan
karir rasional yang paling dominan berada pada kategori rendah.
4.3.2 Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir intuitif
Pada tabel 4.5 menunjukkan sebaran variabel pengambilan keputusan karir intuitif
yang dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu
rendah dan tinggi.
73
Tabel 4.5
Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir intuitif
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 115 48,5
Tinggi 122 51,5
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.5, ditemukan bahwa 48,5% dari total responden memiliki
tingkat pengambilan keputusan karir intuitif rendah dan 51,5% responden
memiliki tingkat pengambilan keputusan karir intuitif tinggi. Dapat disimpulkan
bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat pengambilan keputusan
karir intuitif yang paling dominan berada pada kategori tinggi.
4.3.3 Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir dependen
Pada tabel 4.6 menunjukkan sebaran variabel pengambilan keputusan karir
dependen yang dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.
Tabel 4.6
Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir dependen
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 119 50,2
Tinggi 118 49,8
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.6, ditemukan bahwa 50,2% dari total responden memiliki
tingkat pengambilan keputusan karir dependen rendah dan 49,8% responden
memiliki tingkat pengambilan keputusan karir dependen tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat pengambilan
keputusan karir dependen yang paling dominan berada pada kategori rendah.
74
4.3.4 Kategorisasi tingkat self emotions appraisal
Pada tabel 4.7 menunjukkan sebaran variabel self emotions appraisal yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
Tabel 4.7
Kategorisasi tingkat self emotions appraisal
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 141 59,5
Tinggi 96 40,5
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.7, ditemukan bahwa 59,5% dari total responden memiliki
tingkat self emotions appraisal rendah dan 40,5% responden memiliki tingkat self
emotions appraisal tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden
yang diteliti, tingkat self emotions appraisal yang paling dominan berada pada
kategori rendah.
4.3.5 Kategorisasi tingkat other’s emotions appraisal
Pada tabel 4.8 menunjukkan sebaran variabel other’s emotions appraisal yang
dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu
rendah dan tinggi.
Tabel 4.8
Kategorisasi tingkat other’s emotions appraisal
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 106 44,7
Tinggi 131 55,3
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.8, ditemukan bahwa 44,7% dari total responden memiliki
tingkat other’s emotions appraisal rendah dan 55,3% responden memiliki tingkat
other’s emotions appraisal tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
75
responden yang diteliti, tingkat other’s emotions appraisal yang paling dominan
berada pada kategori tinggi.
4.3.6 Kategorisasi tingkat use of emotions
Pada tabel 4.9 menunjukkan sebaran variabel use of emotions yang dibagi menjadi
dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.
Tabel 4.9
Kategorisasi tingkat use of emotions
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 135 57
Tinggi 102 43
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.9, ditemukan bahwa 57% dari total responden memiliki
tingkat use of emotions rendah dan 43% responden memiliki tingkat use of
emotions tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang
diteliti, tingkat use of emotions yang paling dominan berada pada kategori rendah.
4.3.7 Kategorisasi tingkat regulation of emotions
Pada tabel 4.10 menunjukkan sebaran variabel regulation of emotions yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
Tabel 4.10
Kategorisasi tingkat regulation of emotions
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 113 47,7
Tinggi 124 52,3
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.10, ditemukan bahwa 47,7% dari total responden memiliki
tingkat regulation of emotions rendah dan 52,3% responden memiliki tingkat
regulation of emotions tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
76
responden yang diteliti, tingkat regulation of emotions yang paling dominan
berada pada kategori tinggi.
4.3.8 Kategorisasi gaya kelekatan aman
Pada tabel 4.11 menunjukkan sebaran variabel gaya kelekatan aman yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
Tabel 4.11
Kategorisasi tingkat gaya kelekatan aman
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 126 53,2
Tinggi 111 46,8
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.11, ditemukan bahwa 53,2% dari total responden memiliki
tingkat gaya kelekatan aman rendah dan 46,8% responden memiliki tingkat gaya
kelekatan aman tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden
yang diteliti, tingkat gaya kelekatan aman yang paling dominan berada pada
kategori rendah.
4.3.9 Kategorisasi gaya kelekatan cemas
Pada tabel 4.12 menunjukkan sebaran variabel gaya kelekatan cemas yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
Tabel 4.12
Kategorisasi tingkat gaya kelekatan cemas
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 136 57,4
Tinggi 101 42,6
Total 237 100,0
77
Berdasarkan tabel 4.12, ditemukan bahwa 57,4% dari total responden memiliki
tingkat gaya kelekatan cemas rendah dan 42,6% responden memiliki tingkat gaya
kelekatan cemas tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden
yang diteliti, tingkat gaya kelekatan cemas yang paling dominan berada pada
kategori rendah.
4.3.10 Kategorisasi gaya kelekatan menghindar
Pada tabel 4.13 menunjukkan sebaran variabel gaya kelekatan menghindar yang
dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu
rendah dan tinggi.
Tabel 4.13
Kategorisasi tingkat gaya kelekatan menghindar
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 118 49,8
Tinggi 119 50,2
Total 237 100,0
Berdasarkan tabel 4.13, ditemukan bahwa 49,8% dari total responden memiliki
tingkat gaya kelekatan menghindar rendah dan 50,2% responden memiliki tingkat
gaya kelekatan menghindar tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
responden yang diteliti, tingkat gaya kelekatan menghindar yang paling dominan
berada pada kategori tinggi.
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Pengambilan keputusan karir rasional
Tujuh variabel independen diteorikan sebagai determinan tingkat pengambilan
keputusan karir rasional individu. Berikut ini merupakan tabel R square terhadap
pengambilan keputusan karir rasional :
78
Tabel 4.14
Tabel R square terhadap pengambilan keputusan karir rasional
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .429a .184 .159 9.17130
Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa diperoleh R square sebesar 0,184 atau 18,4%.
Artinya, proporsi varian dari pengambilan keputusan karir rasional yang
dijelaskan oleh semua variabel independen adalah sebesar 18,4%, sedangkan
81,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua
peneliti menguji apakah seluruh independen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengambilan keputusan karir rasional. Adapun hasil uji F dapat dilihat
pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Anova pengaruh seluruh IV terhadap pengambilan keputusan karir rasional
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4338.193 7 619.742 7.368 .000a
Residual 19261.807 229 84.113
Total 23600.000 236
Berdasarkan uji F pada tabel 4.15, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom
paling kanan adalah p=0,000 dengan nilai p<0,05. Jadi, hipotesis nihil yang
berbunyi “tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir rasional” ditolak. Artinya, terdapat pengaruh
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir
rasional.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-
masing IV. Jika sig<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
79
variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengambilan keputusan karir rasional. Adapun besarnya koefisien regresi dari
masing-masing variabel independen terhadap pengambilan keputusan karir
rasional dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16
Koefisien regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) 21.627 7.071 3.058 .002
SELF_EMO .083 .070 .083 1.186 .237
OTHERS_EMO .062 .062 .062 1.001 .318
USE_EMO .262 .072 .262 3.628 .000
REG_EMO .014 .066 .014 .218 .828
AMAN .118 .070 .118 1.698 .091
CEMAS .100 .062 .100 1.615 .108
MENGHINDAR -.071 .066 -.071 -1.075 .283
a. Dependent Variable: Rasional
Berdasarkan tabel 4.16, dapat dilihat dari tujuh variabel independen yang ada,
terdapat satu variabel yang memilki pengaruh secara signifikan, yaitu use of
emotions (β=.262, p<0,05). Dalam hal ini, peneliti menggunakan koefisien regresi
yang terstandardisasi atau beta (β) untuk melihat besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Koefisien dari beta yang positif
menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan emosi yang baik, maka semakin
besar pula tingkat pengambilan keputusan karir rasional pada individu. Adapun
penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independen
variabel adalah sebagai berikut :
80
1. Variabel self emotions appraisal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,083 dengan taraf signifikansi 0,237
(sig>0,05), artinya variabel self emotions appraisal secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.
2. Variabel other’s emotions appraisal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,062 dengan taraf signifikansi 0,318
(sig>0,05), artinya variabel other’s emotions appraisal secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.
3. Variabel use of emotions
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,262 dengan taraf signifikansi 0,000
(sig<0,05), artinya variabel use of emotions secara positif signifikan
mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional. Hal ini menjelaskan
bahwa semakin tinggi variabel use of emotions, maka semakin tinggi pula
pengambilan keputusan karir rasional.
4. Variabel regulation of emotions
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,014 dengan taraf signifikansi 0,828
(sig>0,05), artinya variabel regulation of emotions secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.
5. Variabel gaya kelekatan aman
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,118 dengan taraf signifikansi 0,091
(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan aman secara positif tidak signifikan
mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.
81
6. Variabel gaya kelekatan cemas
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,100 dengan taraf signifikansi 0,108
(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan cemas secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.
7. Variabel gaya kelekatan menghindar
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,71 dengan taraf signifikansi 0,283
(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan menghindar secara negatif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.
Langkah selanjutnya adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan
proporsi varian dari tiap variabel independen terhadap pengambilan keputusan
karir rasional. Adapun proporsi varian masing-masing variabel independen dapat
dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17
Proporsi varian pengambilan keputusan karir rasional pada setiap variabel
independen
Model Summary
Model R R Square
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .249a .062 .062 15.535 1 235 .000
2 .276b .076 .014 3.592 1 234 .059
3 .390c .152 .076 20.781 1 233 .000
4 .393d .154 .002 .681 1 232 .410
5 .415e .172 .018 4.982 1 231 .027
6 .424f .180 .008 2.112 1 230 .148
7 .429g .184 .004 1.156 1 229 .283
Berdasarkan informasi yang dipaparkan pada tabel 4.17, peneliti dapat
mengetahui besaran sumbangan proporsi varian variabel independen terhadap
pengambilan keputusan karir rasional dengan rincian sebagai berikut :
82
1. Variabel self emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 6,2% dalam
varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut signifikan
secara statistik dengan F=15,535 dan df2=235.
2. Variabel other’s emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 1,4%
dalam varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=3,592 dan df2=234.
3. Variabel use of emotions memberikan sumbangan sebesar 7,6% dalam varian
pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik dengan F=20,781 dan df2=233.
4. Variabel regulation of emotions memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam
varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=0,681 dan df2=232.
5. Variabel gaya kelekatan aman memberikan sumbangan sebesar 1,8% dalam
varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut signifikan
secara statistik dengan F=4,982 dan df2=231.
6. Variabel gaya kelekatan cemas memberikan sumbangan sebesar 0,8% dalam
varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=2,112 dan df2=230.
7. Variabel gaya kelekatan menghindar memberikan sumbangan sebesar 0,4%
dalam varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=1,156 dan df2=229.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel independen,
yaitu self emotions appraisal, use of emotions dan gaya kelekatan aman yang
83
signifikan sumbangannya terhadap pengambilan keputusan karir rasional, jika
dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan
penambahan variabel independen (sumbangan proporsi varian yang diberikan).
4.4.2 Pengambilan keputusan karir intuitif
Tujuh variabel independen diteorikan sebagai determinan tingkat pengambilan
keputusan karir intuitif individu. Berikut ini merupakan tabel R square terhadap
pengambilan keputusan karir intuitif :
Tabel 4.18
Tabel R square terhadap pengambilan keputusan karir intuitif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .203a .041 .012 9.94071
Pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa diperoleh R square sebesar 0,041 atau 4,1%.
Artinya, proporsi varian dari pengambilan keputusan karir intuitif yang dijelaskan
oleh semua variabel independen adalah sebesar 4,1%, sedangkan 95,9% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti
menguji apakah seluruh independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengambilan keputusan karir intuitif. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
4.19.
Tabel 4.19
Anova pengaruh seluruh IV terhadap pengambilan keputusan karir intuitif
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 970.733 7 138.676 1.403 .205a
Residual 22629.267 229 98.818
Total 23600.000 236
84
Berdasarkan uji F pada tabel 4.19, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom
paling kanan adalah p=0,205 dengan nilai p>0,05. Jadi, hipotesis nihil yang
berbunyi “tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir intuitif” diterima. Artinya, tidak ada pengaruh
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir
intuitif.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-
masing IV. Jika sig<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengambilan keputusan karir intuitif. Adapun besarnya koefisien regresi dari
masing-masing variabel independen terhadap pengambilan keputusan karir intuitif
dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20
Koefisien regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) 34.275 7.664 4.472 .000
SELF_EMO .142 .075 .142 1.878 .062
OTHERS_EMO .068 .067 .068 1.011 .313
USE_EMO -.038 .078 -.038 -.490 .625
REG_EMO -.007 .072 -.007 -.100 .920
AMAN -.010 .075 -.010 -.131 .896
CEMAS .011 .067 .011 .159 .874
MENGHINDAR .149 .072 .149 2.087 .038
a. Dependent Variable: Intuitif
Berdasarkan tabel 4.20, dapat dilihat dari tujuh variabel independen yang ada,
terdapat satu variabel yang memilki pengaruh secara signifikan, yaitu gaya
kelekatan menghindar (β=.149, p<0,05). Dalam hal ini, peneliti menggunakan
85
koefisien regresi yang terstandardisasi atau beta (β) untuk melihat besarnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien dari beta
yang positif menunjukkan bahwa semakin besar gaya kelekatan menghindar,
maka semakin besar pula tingkat pengambilan keputusan karir intuitif pada
individu. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-
masing independen variabel adalah sebagai berikut :
1. Variabel self emotions appraisal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,142 dengan taraf signifikansi 0,062
(sig>0,05), artinya variabel self emotions appraisal secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.
2. Variabel other’s emotions appraisal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,068 dengan taraf signifikansi 0,313
(sig>0,05), artinya variabel other’s emotions appraisal secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.
3. Variabel use of emotions
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,038 dengan taraf signifikansi 0,625
(sig>0,05), artinya variabel use of emotions secara negatif tidak signifikan
mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.
4. Variabel regulation of emotions
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,007 dengan taraf signifikansi 0,920
(sig>0,05), artinya variabel regulation of emotions secara negatif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.
86
5. Variabel gaya kelekatan aman
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,010 dengan taraf signifikansi 0,896
(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan aman secara negatif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.
6. Variabel gaya kelekatan cemas
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,011 dengan taraf signifikansi 0,874
(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan cemas secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.
7. Variabel gaya kelekatan menghindar
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,149 dengan taraf signifikansi 0,038
(sig<0,05), artinya variabel gaya kelekatan menghindar secara positif
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi variabel gaya kelekatan menghindar, maka
semakin tinggi pula pengambilan keputusan karir intuitif.
Langkah selanjutnya adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan
proporsi varian dari tiap variabel independen terhadap pengambilan keputusan
karir intuitif. Adapun proporsi varian masing-masing variabel independen dapat
dilihat pada tabel 4.21.
87
Tabel 4.21
Proporsi varian pengambilan keputusan karir intuitif pada setiap variabel
independen
Model Summary
Model R R Square
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .109a .012 .012 2.821 1 235 .094
2 .120b .015 .003 .628 1 234 .429
3 .135c .018 .004 .893 1 233 .346
4 .136d .019 .000 .059 1 232 .808
5 .148e .022 .003 .765 1 231 .383
6 .151f .023 .001 .268 1 230 .605
7 .203g .041 .018 4.355 1 229 .038
Berdasarkan informasi yang dipaparkan pada tabel 4.21, peneliti dapat
mengetahui besaran sumbangan proporsi varian variabel independen terhadap
pengambilan keputusan karir intuitif dengan rincian sebagai berikut :
1. Variabel self emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 1,2% dalam
varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=2,821 dan df2=235.
2. Variabel other’s emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 0,3%
dalam varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=0,628 dan df2=234.
3. Variabel use of emotions memberikan sumbangan sebesar 0,4% dalam varian
pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan F=0,893 dan df2=233.
4. Variabel regulation of emotions memberikan sumbangan sebesar 0% dalam
varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=0,059 dan df2=232.
88
5. Variabel gaya kelekatan aman memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam
varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=0,765 dan df2=231.
6. Variabel gaya kelekatan cemas memberikan sumbangan sebesar 0,1% dalam
varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=0,268 dan df2=230.
7. Variabel gaya kelekatan menghindar memberikan sumbangan sebesar 1,8%
dalam varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik dengan F=4,355 dan df2=229.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat satu variabel independen,
yaitu gaya kelekatan menghindar yang signifikan sumbangannya terhadap
pengambilan keputusan karir intuitif, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2
yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel independen
(sumbangan proporsi varian yang diberikan).
4.4.3 Pengambilan keputusan karir dependen
Tujuh variabel independen diteorikan sebagai determinan tingkat pengambilan
keputusan karir dependen individu. Berikut ini merupakan tabel R square terhadap
pengambilan keputusan karir dependen :
Tabel 4.22
Tabel R square terhadap pengambilan keputusan karir dependen
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .272a .074 .046 9.76893
89
Pada tabel 4.22 dapat dilihat bahwa diperoleh R square sebesar 0,074 atau 7,4%.
Artinya, proporsi varian dari pengambilan keputusan karir dependen yang
dijelaskan oleh semua variabel independen adalah sebesar 7,4%, sedangkan
92,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua
peneliti menguji apakah seluruh independen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengambilan keputusan karir dependen. Adapun hasil uji F dapat dilihat
pada tabel 4.23.
Tabel 4.23
Anova pengaruh seluruh IV terhadap pengambilan keputusan karir
dependen
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1746.089 7 249.441 2.614 .013a
Residual 21853.911 229 95.432
Total 23600.000 236
Berdasarkan uji F pada tabel 4.23, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom
paling kanan adalah p=0,013 dengan nilai p<0,05. Jadi, hipotesis nihil yang
berbunyi “tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir dependen” ditolak. Artinya, ada pengaruh
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir
dependen.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-
masing IV. Jika sig<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengambilan keputusan karir dependen. Adapun besarnya koefisien regresi dari
90
masing-masing variabel independen terhadap pengambilan keputusan karir
dependen dapat dilihat pada tabel 4.24.
Tabel 4.24
Koefisien regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) 44.392 7.532 5.894 .000
SELF_EMO .155 .074 .155 2.093 .037
OTHERS_EMO .051 .066 .051 .771 .442
USE_EMO -.099 .077 -.099 -1.287 .199
REG_EMO -.204 .071 -.204 -2.888 .004
AMAN .013 .074 .013 .170 .865
CEMAS .088 .066 .088 1.343 .181
MENGHINDAR .108 .070 .108 1.531 .127
a. Dependent Variable: Dependen
Berdasarkan tabel 4.24, dapat dilihat dari tujuh variabel independen yang ada,
terdapat dua variabel yang memilki pengaruh secara signifikan, yaitu self
emotions appraisal (β=.155, p<0,05) dan regulation of emotions (β=-.204,
p<0,05). Dalam hal ini, peneliti menggunakan koefisien regresi yang
terstandardisasi atau beta (β) untuk melihat besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Koefisien dari beta yang positif self
emotions appraisal menunjukkan bahwa semakin besar self emotions appraisal,
maka semakin besar pula tingkat pengambilan keputusan karir dependen pada
individu. Sedangkan koefisien dari beta yang negatif regulation of emotions
menunjukkan hubungan signifikan yang terbalik. Adapun penjelasan dari nilai
koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independen variabel adalah
sebagai berikut :
91
1. Variabel self emotions appraisal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,155 dengan taraf signifikansi 0,037
(sig<0,05), artinya variabel self emotions appraisal secara positif signifikan
mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen. Hal ini menjelaskan
bahwa semakin tinggi variabel self emotions appraisal, maka semakin tinggi
pula pengambilan keputusan karir dependen.
2. Variabel other’s emotions appraisal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,051 dengan taraf signifikansi 0,442
(sig>0,05), artinya variabel other’s emotions appraisal secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.
3. Variabel use of emotions
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,099 dengan taraf signifikansi 0,199
(sig>0,05), artinya variabel use of emotions secara negatif tidak signifikan
mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.
4. Variabel regulation of emotions
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,204 dengan taraf signifikansi 0,004
(sig<0,05), artinya variabel regulation of emotions secara negatif signifikan
mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen. Hal ini menjelaskan
bahwa semakin rendah variabel regulation of emotions, maka semakin tinggi
pengambilan keputusan karir dependen.
92
5. Variabel gaya kelekatan aman
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,013 dengan taraf signifikansi 0,865
(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan aman secara positif tidak signifikan
mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.
6. Variabel gaya kelekatan cemas
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,088 dengan taraf signifikansi 0,181
(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan cemas secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.
7. Variabel gaya kelekatan menghindar
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,108 dengan taraf signifikansi 0,127
(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan menghindar secara positif tidak
signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.
Langkah selanjutnya adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan
proporsi varian dari tiap variabel independen terhadap pengambilan keputusan
karir dependen. Adapun proporsi varian masing-masing variabel independen dapat
dilihat pada tabel 4.25.
Tabel 4.25
Proporsi varian pengambilan keputusan karir dependen pada setiap
variabel independen
Model Summary
Model R R Square
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .049a .002 .002 .560 1 235 .455
2 .049b .002 .000 .003 1 234 .957
3 .141c .020 .018 4.170 1 233 .042
4 .231d .053 .033 8.196 1 232 .005
5 .232e .054 .000 .104 1 231 .747
6 .254f .065 .011 2.633 1 230 .106
7 .272g .074 .009 2.344 1 229 .127
93
Berdasarkan informasi yang dipaparkan pada tabel 4.25, peneliti dapat
mengetahui besaran sumbangan proporsi varian variabel independen terhadap
pengambilan keputusan karir dependen dengan rincian sebagai berikut :
1. Variabel self emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam
varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=0,560 dan df2=235.
2. Variabel other’s emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 0%
dalam varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut
tidak signifikan secara statistik dengan F=0,003 dan df2=234.
3. Variabel use of emotions memberikan sumbangan sebesar 1,8% dalam varian
pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik dengan F=4,170 dan df2=233.
4. Variabel regulation of emotions memberikan sumbangan sebesar 3,3% dalam
varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut signifikan
secara statistik dengan F=8,196 dan df2=232.
5. Variabel gaya kelekatan aman memberikan sumbangan sebesar 0% dalam
varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=0,104 dan df2=231.
6. Variabel gaya kelekatan cemas memberikan sumbangan sebesar 1,1% dalam
varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F=2,633 dan df2=230.
94
7. Variabel gaya kelekatan menghindar memberikan sumbangan sebesar 0,9%
dalam varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut
tidak signifikan secara statistik dengan F=2,344 dan df2=229.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua variabel independen,
yaitu use of emotions dan regulation of emotions yang signifikan sumbangannya
terhadap pengambilan keputusan karir dependen, jika dilihat dari besarnya
pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel
independen (sumbangan proporsi varian yang diberikan).
95
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi
tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian
selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh tiga kesimpulan penelitian. Kesimpulan
pertama adalah ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional (self
emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions, regulation of
emotions) dan gaya kelekatan (gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya
kelekatan menghindar) terhadap pengambilan keputusan karir rasional pada siswa
dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Ditemukan bahwa variabel yang paling besar
pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan karir rasional adalah use of
emotions.
Kesimpulan kedua yang diperoleh adalah tidak ada pengaruh yang
signifikan antara kecerdasan emosional (self emotions appraisal, other’s emotions
appraisal, use of emotions, regulation of emotions) dan gaya kelekatan (gaya
kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar) terhadap
pengambilan keputusan karir intuitif pada siswa dan siswi SMA Negeri 36
Jakarta. Kesimpulan terakhir yang diperoleh adalah ada pengaruh yang signifikan
antara kecerdasan emosional (self emotions appraisal, other’s emotions appraisal,
use of emotions, regulation of emotions) dan gaya kelekatan (gaya kelekatan
96
aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar) terhadap pengambilan
keputusan karir dependen pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.
Ditemukan bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pengambilan
keputusan karir dependen adalah self emotions appraisal.
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian yang dijelaskan pada bab 4, peneliti mencoba untuk
memaparkan penjelasannya secara berurut pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap pengambilan keputusan karir, yaitu rasional, intuitif dan
dependen. Penelitian ini menghasilkan sebuah penemuan baru dimana melakukan
analisis lebih mendalam pada pengambilan keputusan karir.
Pada penelitian ini, variabel kecerdasan emosional berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan karir rasional. Meskipun berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Afzal, Atta dan Shujja (2013), yaitu melihat pengambilan
keputusan karir secara keseluruhan, hasil penelitian menyebutkan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan
karir. Penelitian yang dilakukan oleh Fabio dan Palazzeschi (2008) juga
menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan karir. Dimensi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karir
rasional adalah the adaptability. Penelitian ini menggunakan teori kecerdasan
emosional milik Bar’On. Hasil penelitian di atas menyimpulkan bahwa semakin
tinggi kecerdasan emosional pada individu, maka semakin tinggi pula
pengambilan keputusan karir rasional mereka.
97
Kecerdasan emosional merupakan variabel yang tidak berdiri sendiri.
Kecerdasan emosional memiliki beberapa dimensi yang mengukur kemampuan
berbeda. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa tidak semua dimensi kecerdasan
emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan
karir rasional. Dengan jumlah empat dimensi kecerdasan emosional, yaitu self
emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions dan regulation of
emotions, ditemukan hanya satu dimensi yang memiliki pengaruh signifikan, yaitu
use of emotions. Berdasarkan nilai koefisien regresi, use of emotions memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan karir
rasional pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi use of emotions, maka semakin tinggi pula pengambilan
keputusan karir rasional pada individu.
Analisis lebih lanjut pada dimensi kecerdasan emosional menunjukkan
hasil bahwa use of emotions memiliki peran utama dalam proses pengambilan
keputusan karir dibandingkan dengan dimensi lain. Hasil penelitian ini dapat
didukung secara logis bahwa penggunaan emosi tidak hanya membuat seseorang
untuk memahami emosi, akan tetapi juga membuatnya mampu menggunakan
emosinya dengan cara yang berguna. Pemanfaatan lebih lanjut dari penggunaan
emosi meliputi perencanaan yang fleksibel, berpikir kreatif, perhatian yang terarah
dan motivasi. Seluruh atribut penggunaan emosi ini dapat mempengaruhi individu
dalam pengambilan keputusan karir (Mayer & Salovey, 1997).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga dimensi kecerdasan
emosional, yaitu self emotions appraisal, other’s emotions appraisal dan
98
regulation of emotions tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengambilan keputusan karir rasional pada siswa dan siswi SMA Negeri 36
Jakarta. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afzal, Atta dan Shujja
(2013) yang menyebutkan other’s emotions appraisal dan regulation of emotions
tidak memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan dimensi self emotions
appraisal memiliki pengaruh yang signifikan, berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti berasumsi bahwa yang menyebabkan hasil
penelitian ini tidak signifikan adalah kemampuan untuk memahami emosi sendiri
dan orang lain atau significant others pada siswa dan siswi SMA Negeri 36
Jakarta cenderung rendah. Individu dengan self emotions appraisal rendah
diasumsikan belum memiliki kesadaran yang baik dan cukup matang secara
emosional dalam menjalani tugas perkembangan yang berkaitan dengan karir.
Sedangkan regulation of emotions tidak berpengaruh diasumsikan bahwa
kemampuan manajemen emosi individu cenderung rendah sehingga kurang efektif
melakukan perencanaan secara matang dalam mengambil keputusan karir secara
rasional.
Selanjutnya ditemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi
kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan intuitif. Berbeda dengan
penelitian Fabio dan Palazzeschi (2008) bahwa kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karir intuitif. Dengan menggunakan
teori kecerdasan emosional milik Bar’On, hasil penelitian tersebut membuktikan
dimensi interpersonal memiliki korelasi positif terhadap pengambilan keputusan
karir intuitif. Perbedaan hasil penelitian tersebut diasumsikan karena sampel yang
99
digunakan dalam penelitian, yaitu siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta kurang
mampu memahami emosi dirinya dengan baik dan kesadaran emosionalnya
rendah. Perbedaan teori yang digunakan juga dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
Ditemukan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap
pengambilan keputusan karir dependen. Hal ini sesuai dengan penelitian Fabio
dan Palazzeschi (2008). Dimensi yang memiliki pengaruh adalah self emotions
appraisal secara positif dan regulation of emotions secara negatif. Peneliti
berasumsi bahwa individu yang memahami dirinya dengan baik, maka mereka
akan menyadari kelebihan dan kekurangan sehingga mengetahui batasan-batasan
pada dirinya. Individu yang merasa kesulitan dalam mengambil keputusan karir
akan membutuhkan pendapat dan dorongan orang lain. Regulation of emotions
memiliki pengaruh yang signifikan secara negatif. Artinya semakin rendah
kemampuan mengelola emosinya, individu akan kesulitan dalam mengambil
keputusan karir sehingga seolah-olah menyerahkan keputusan karir tersebut
kepada orang lain.
Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi umumnya memiliki
kesadaran yang lebih besar terhadap emosi mereka dan memiliki kapasitas yang
lebih besar untuk mengintegrasikan pengalaman emosional dengan pikiran dan
tindakan mereka (Afzal, Atta & Shujja, 2013) Hal tersebut cukup rasional apabila
mereka mampu mengurangi keraguan sehingga dapat menentukan pilihan karir
mereka. Individu yang mampu memahami dan mengelola emosi mereka akan
lebih baik dalam memprediksi konsekuensi terhadap pilihan karir yang potensial.
100
Oleh karena, itu kecerdasan emosional merupakan salah satu variabel yang
menjanjikan dalam memahami proses pengambilan keputusan karir yang lebih
baik.
Selanjutnya, peneliti mencoba menganalisis dimensi-dimensi gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan dependen.
Hasil penelitian adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara gaya kelekatan
aman, cemas dan menghindar terhadap pengambilan keputusan karir rasional.
Gaya kelekatan aman dan cemas tidak memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap pengambilan keputusan rasional. Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Agheli, Abedi, Nilforooshan dan Baghban
(2013). Peneliti berasumsi bahwa individu yang tidak memiliki gaya kelekatan
aman tidak akan memunculkan rasa percaya dengan individu lain. Individu ini
merasa tertutup akan bantuan ataupun dorongan dari significant others yang dapat
mempengaruhi dalam membuat keputusan karir. Palos dan Drobot (2010)
berpendapat bahwa individu dengan gaya kelekatan aman memiliki keinginan
lebih untuk terlibat dan mengeksplorasi lingkungan, lebih penasaran,
mengembangkan hubungan yang positif dengan orang lain dan mencari dukungan
mereka. Individu akan lebih jauh terbuka dengan orang lain dan memiliki
keingintahuan yang lebih tentang karir masa depannya.
Sedangkan, gaya kelekatan menghindar tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengambilan keputusan karir rasional. Berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan secara negatif
terhadap pengambilan keputusan rasional (Agheli, Abedi, Nilforooshan &
101
Baghban, 2013). Peneliti berasumsi bahwa individu yang memiliki gaya kelekatan
menghindar akan merasa tidak nyaman untuk dekat dengan individu lain dan
kurang mempercayai individu lain (Ainsworth, dalam Akhtar, 2012). Jadi, dalam
mengambil keputusan karirnya, individu lebih percaya pada kemampuan dirinya
sendiri.
Selanjutnya adalah pengaruh gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar
terhadap pengambilan keputusan karir intuitif. Ditemukan bahwa hanya satu
dimensi yang signifikan, yaitu gaya kelekatan menghindar. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agheli, Abedi, Nilforooshan
dan Baghban (2013). Individu dengan gaya kelekatan menghindar memiliki
kecerdasan emosional yang rendah, tidak mampu untuk melawan masalah, serta
membuat keputusan yang tepat. Dalam beberapa situasi mereka tidak dapat
membuat keputusan secara logis. Individu juga cenderung merasa tidak aman dan
cemas karena takut tidak mendapatkan dukungan dalam pengambilan keputusan
karir masa depannya (Palos & Drobot, 2010).
Gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar juga ditemukan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan karir dependen. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak satupun gaya kelekatan yang
berpengaruh. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Agheli, Abedi,
Nilforooshan dan Baghban (2013), terdapat satu gaya kelekatan yang signifikan
berpengaruh, yaitu gaya kelekatan cemas. Hasil penelitian ini menunjukkan
semakin tinggi gaya kelekatan cemas, maka semakin tinggi pula pengambilan
keputusan karir dependen. Individu dengan gaya kelekatan cemas mempunyai
102
kecenderungan untuk menghindari dan tidak berkomunikasi dengan orang lain.
Mereka akan berpikir bahwa individu lain tidak ingin membuat hubungan yang
dekat dengan mereka (Ainsworth, dalam Akhtar, 2012). Peneliti berasumsi bahwa
seharusnya ketika individu memiliki gaya kelekatan cemas, maka hal tersebut
berbanding terbalik atau tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karir
dependen. Pengambilan keputusan karir dependen lebih menekankan tanggung
jawab keputusan karirnya kepada individu lain. Sedangkan, gaya kelekatan cemas
cenderung merasa tidak aman dengan kehadiran individu lain. Oleh karena itu,
peneliti berasumsi bahwa penelitian yang dilakukan oleh Agheli, Abedi,
Nilforooshan dan Baghban (2013) tidak relevan dengan teori yang telah dijelaskan
di atas.
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan pendapat dari
beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai dimensi-dimensi kecerdasan
emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir. Penelitian
mengenai pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap
pengambilan keputusan karir masih sangat sedikit dilakukan. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kecerdasan emosional dan gaya
kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir agar dapat memberikan
gambaran yang lebih mendalam pada masyarakat, khususnya instansi pendidikan
dan orang tua.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa
kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa
103
saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya,
baik berupa saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran metodologis
1. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan faktor-faktor lain yang
dapat dijadikan variabel independen untuk melihat pengaruhnya terhadap
pengambilan keputusan karir, seperti trait kepribadian, dukungan sosial,
self efficacy dan variabel demografi.
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan studi pendahuluan dan
observasi ke sekolah-sekolah yang akan dijadikan populasi dan sampel
penelitian. Hal ini dapat membantu peneliti untuk mengetahui fenomena
pengambilan keputusan karir pada individu.
3. Pada penelitian ini metode pengambilan data yang digunakan hanya
menggunakan self report, yaitu kuesioner. Untuk penelitian selanjutnya
sebaiknya menggunakan metode pengambilan data yang lebih bervariasi,
seperti wawancara dan observasi. Hal ini dapat membantu peneliti untuk
mendapatkan data penelitian yang lebih akurat.
5.3.2 Saran praktis
1. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa use of emotions memiliki pengaruh
signifikan terhadap pengambilan keputusan karir rasional. Oleh karena itu,
disarankan kepada tenaga pendidik agar mengadakan kegiatan yang dapat
melatih kemampuan siswa dan siswi untuk mengeksplorasi emosinya
dalam memecahkan suatu masalah.
104
2. Terkait dengan self appraisal emotions dan regulation of emotions yang
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan karir dependen.
Disarankan kepada instansi pendidikan agar membantu siswa dan siswi
nya untuk dapat mengenali emosi dirinya, memahami kelebihan dan
kekurangan yang dimilikinya, serta memanajemen emosi sehingga siswa
dan siswi mampu memahami dengan baik dirinya sebelum mengambil
keputusan karir.
3. Terkait dengan pengambilan keputusan karir, peneliti menyarankan
kepada pihak instansi pendidikan untuk selalu memberikan informasi yang
lengkap mengenai karir yang sesuai untuk masa depan siswa dan siswi dan
selalu memberikan bimbingan agar mereka mampu mencapai karir yang
dibutuhkan.
105
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, A., Atta, M., & Shujja, S. (2013). Emotional intelligence as predictor of
career decision making among university undergraduates. Journal of
Behavioural Sciences, 23(1), 119-131
Agheli, M., Abedi, R.M., Nilforooshan, P., & Baghban, I. (2013). Attachment
styles and career decision making styles in Universities of Isfahan students.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 5(6), 404-
413
Akhtar, Z. (2012). The effect of parenting style of parents on attachment styles of
undergraduate students
Albion, J.M., & Fogarty, J.G. (2002). Factor influencing career decision making
in adolescents and adults. Thesis. University of Southern Queensland
Anggraeni, P.W. (2015). Analisis pengaruh kecerdasan emosi terhadap
perencanaan karir individual pada wanita yang memiliki konflik peran
ganda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(1), 1-21
Bacanli, F. (2012). An examination of the relationship amongst decision making
strategies and ego identity statuses. Education and Science, 37(163), 17-28
Baron, R.A., & Byrne, D.B. (2005). Psikologi sosial. Edisi Kesepuluh Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Bercovitz, B.H. (2014). Self criticism, anxious attachment and avoidant
attachment as predictors of career decision making. Journal of Career
Assessment, 22(1), 176-187
Blustein, D. L., Prezioso, M. S., & Schultheiss, D. P. (1995). Attachment theory
and career development: current status and future directions. The Counseling
Psychologist, 23, 426–432.
Brown, D. (2002). Carrer choice and development (4th Ed). John Wiley & Sons,
Inc
Bubic, A. (2014). Decision making characteristics and decision styles predict
adolescents’s career choice satisfaction. Springer Science and Business
Crites, J.O. (1969). Vocational psychology: The study of vocational and
development. New York: McGraw Hill
106
Di Fabio, A. (2012). Emotional intelligence: New perspectives and applications.
Italy: InTech.
Di Fabio, A., & Kenny, M.E. (2011). Promoting emotional intelligence and career
decision making among Italian High School students. Journal of Career
Assessment, 19(1), 21-34
Di Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2009). Emotional intelligence, personality traits a
and career decision difficulties. International Journal for Educational and
Vocational Guidance, 9(2), 135-146
Di Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2008). Emotional intelligence: New perspectives
in career decision making. Journal of Psychology of Work and
Organization, 14(4), 459-471
Di Fabio, A., Palazzeschi, L., Peretz, A.L., & Gati, I. (2013). Career indecision
versus indecisiveness: Associations with personality traits and emotional
intelligence. Journal of Career Assessment, 21(1), 42-56
ECC UGM (2013). 42% akui bekerja tak sesuai passion. Diunduh tanggal 23
Maret 2013 dari http://careernews.web.id
Emmerling, R. J., & Cherniss, C. (2003). Emotional intelligence and the career
choice process. Journal of Career Assessment, 11(2), 153-167
Espero, O.C. (2009). Correlates of career decision among children of overseas
Filipino workers. Journal of Basic Education, 3(3), 54-65
Falaye, V.F., & Adams, T.B. (2008). An assessment of factors influencing career
decision of in school youths. Pakistan Journal of Social Sciences, 5(3), 222-
225
Gati, I., Amir, T., & Landman, S. (2010). Career counselor’s perceptions of the
severity of career decision making difficulties. British Journal of Guidance
& Counseling, 38(4), 393-408
Gati, I., Landman, S., Davidovitch, S., Asulin-Peretz, L., & Gadassi, R. (2010).
From career decision-making styles to career decision making profiles: A
multidimensional approach. Journal of Vocational Behavior, 76, 277–291.
Goleman, D. Emotional Intelligence. Kecerdasan emosional: Mengapa EQ lebih
penting daripada IQ ?. Hermaya (terj). 1996. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Harren, A.V. (1979). A model of career decision making for college students.
Journal of Vocational Behavior, 14, 119-133
107
Hussain, S., & Rafique, R. (2013). Parental expectation, career salience and career
decision making. Journal of Behavioural Sciences, 23(2), 62-76
Kidd, J. M. (1998). Emotion: An absent presence in career theory. Journal of
Vocational Behavior, 52(3), 275-288
Mayer, D.J., Caruso., R.D., Salovey, P., & Sitarenios, G. (2001). Emotional
intelligence as a standard intelligence. Emotion, 1(3), 232-242
Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997). What is emotional intelligence? In P. Salovey
& D. Sluyter (Eds), Emotional development and emotional intelligence:
Implication for educators (pp. 3–34). New York: Basic Books
Mikulincer, M., & Shaver., R.P. (2012). An attachment perspective on
psychopatology. World Psychiatry, 11, 11-15
Mudhovozi, P., & Chireshe, R. (2012). Socio demographic factors influencing
career decision making among undergraduate psychology students in South
Africa. Journal of Social Sciences, 31(20), 167-176
Munandir. (1996). Program bimbingan karier di sekolah. Jakarta: Jalan Pintu
Satu
Ngunjiri, F.G. (2013). Decisiveness in career choices among secondary school
students in Kiambu west district Kenya. Thesis. Kenyatta Univeristy
Oluwole, A., & Umar, I.T. (2013). Psychological predictors of career decision
among school going adolescents in Katsina State Nigeria. African Journal
for The Psychological Study of Social Issues, 16(1), 140-147
Onder, C.K., Kirdok, O.,& Isik, E. (2010). Highs school student’s decision
making pattern across parenting styles and parental attachment levels.
Electronic Journal of Research in Educational Psychology, 8(1), 263-280
Osipow, S. H. (1999). Assessing career indecision. Journal of Vocational
Behavior, 55(1), 147-154.
Palos, R., & Drobot, L. (2010). The impact of family influence on the career
choice of adolescents. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2, 3407-
3411
Pasquarella, F.K. (2013). Undecided students: A study of decision making styles
and choosing a college major at Rowan University. Thesis. Rowan
University
108
Patton, W., & McMahon, M. (2014). Career development and systems theory:
Connecting theory and practice (3th Ed). Rotterdam : Sense Publishers
Pramudi, H. (2015). Kemampuan pengambilan keputusan karir siswa kelas XI di
SMA Negeri 1 Kutasaro Purbalingga. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta
Rahmawati, E. (2013). Hubungan attachment style dan konsep diri dengan self
disclosure pada remaja. Skripsi. UIN Jakarta
Ravitz, P., Maunder, R., Hunter, J., Sthankiya, B., & Lancee, W. (2010). Adult
attachment measures: A 25 year review. Journal of Psychosomatic
Research, 69, 419-432
Reisenzein, R. (2007). What is a definition of emotion? Are emotions mental
behavioral processes?. Social Science Information, 46(3). SAGE
Publications
Salovey, P., & Mayer, D.J. (1990). Emotional Intelligence. Baywood Publishing
Co, Inc
Sanders, R.P. (2008). The decision making styles, ways of knowing and learning
strategy prferences of clients at a one stop career center. Thesis.
Oklahoma State University
Santrock, J.W. (2003). Perkembangan remaja. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga
Sayekti, P.S (2013). Pengaruh status identitas ego dan gaya pengambilan
keputusan terhadap kematangan karir remaja di SMAN 2 dan SMAN 3
Depok. Tesis. UIN Jakarta
Sovet, L., & Metz, J.A. (2014). Parenting styles and career decision making
among French and Korean adolescents. Journal of Vocational Behavior,
84, 345-355
Sukardi, D.K. (1993). Psikologi Pemilihan Karier. Jakarta: Rineka Cipta
Supatmi, T. (2014). Pengembangan bahan informasi bimbingan pemilihan karir
untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa
SMK Rumpun jurusan ekonomi. Jurnal. Universitas Sebelas Maret
Surakarta
109
Umar, J. (2012). Bahan ajar confirmatory factor analysis (CFA). Tidak
dipublikasikan
Wilson, L. (2000). The Relationship between parental attachment, career decision
making self efficacy, gender, race and career indecision. Florida: The
Florida State University
Wolfe, J. B., & Betz, N. E. (2004). The relationship of attachment variables to
career decision making self efficacy and fear of commitment. Career
Development Quarterly, 52(4), 363–369
Wong, S.C., Wong, M.P .,& Law, S.K. (2004). Evidence on the practical utility of
wong’s emotional intelligence scale in chinese societies. Asia Pacific
Journal of Management, 1-27
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Saya adalah mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini sedang melakukan penelitian yang merupakan
persyaratan untuk mencapai gelar sarjana psikologi. Penelitian ini berjudul “Pengaruh
kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir pada siswa/i
SMA Negeri 36 Jakarta”. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan Saudara/i untuk mengisi
kuesioner ini.
Dalam menjawab kuesioner ini tidak ada jawaban salah atau benar. Maka, Saudara/i
bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing. Setiap jawaban yang
diberikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk penelitian ini saja.
Bacalah petunjuk terlebih dahulu. Setelah mengisi kuesioner ini, mohon diteliti kembali
jawaban Saudara/i agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 2014
Hormat saya,
Denny Sekar Taji
Data responden
Inisial nama : ……………………………………………………..
Jenis kelamin : ……………………………………………………..
Usia : ……………………………………………………..
Pendidikan orang tua : ……………………………………………………..
Jenis pekerjaan orang tua : ……………………………………………………..
Petunjuk pengisian
Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum
mengisi pernyataan-pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu, kemudian berikan
tanda checklist (√) pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping kanan pernyataan sebagai berikut :
SS : Sangat sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak sesuai
STS : Sangat tidak sesuai
Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya mampu membuat keputusan yang penting √
Skala 1
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya sistematis ketika saya akan membuat sebuah keputusan
penting
2 Saya membuat keputusan yang tepat bagi saya tanpa mengetahui
mengapa saya membuat keputusan tersebut
3 Penting bagi saya mendapatkan saran dari teman-teman ketika
membuat keputusan
4 Saya membuat keputusan penting dengan mengumpulkan semua
informasi yang dibutuhkan
5 Saya dapat membuat keputusan dengan cepat pada keputusan
penting
6 Saya ingin memiliki seseorang yang dapat mengarahkan ke arah
yang benar ketika saya dihadapkan dengan sebuah keputusan
penting
7 Saya harus mengetahui konsekuensi yang ada ketika mengambil
sebuah keputusan
8 Dalam membuat keputusan, hanya perasaan yang saya percaya
9 Saya benar-benar merasa kesulitan ketika mengambil keputusan
yang penting tanpa bantuan
10 Ketika saya harus membuat keputusan, saya membutuhkan waktu
untuk berpikir dengan hati-hati
11 Saya memutuskan sesuatu tanpa mencari informasi terlebih
dahulu
12 Saya membuat keputusan berdasarkan apa yang orang lain
pikirkan, bukan pada apa yang benar-benar ingin saya lakukan.
13 Saya berpikir jangka panjang sehingga butuh waktu lama
sebelum bertindak dalam mengambil keputusan penting
14 Saya tidak memikirkan sebuah keputusan untuk sementara waktu
dan ada saatnya saya tahu apa yang akan dilakukan
15 Sebelum membuat keputusan, saya berbicara dengan teman dekat
terlebih dulu
16 Saya akan memeriksa sumber informasi untuk memastikan
bahwa saya memiliki fakta yang benar sebelum memutuskan
sesuatu
17 Dalam memutuskan sesuatu, saya biasanya menggunakan
imajinasi atau fantasi untuk melihat bagaimana perasaan saya jika
saya melakukannya
18 Saya menunda dalam membuat keputusan karena saya gelisah
memikirkannya
19 Saya berhati-hati dalam membuat rencana sebelum saya
melakukan sesuatu yang penting
20 Saya tidak perlu memiliki alasan yang rasional untuk sebagian
besar keputusan yang saya buat
21 Saya tampaknya membutuhkan banyak dorongan dan dukungan
dari orang lain ketika saya membuat keputusan
22 Saya tidak membuat keputusan tergesa-gesa karena saya ingin
memastikan bahwa saya membuat keputusan yang tepat
23 Saya membuat keputusan yang cukup kreatif karena mengikuti
naluri batin saya sendiri
24 Saya ingin orang lain yang membuat keputusan penting untuk
saya
25 Saya melihat bahwa setiap keputusan yang saya buat merupakan
tahapan kemajuan saya dalam menuju tujuan yang pasti
26 Pada umumnya, saya membuat keputusan berdasarkan bagaimana
dampak hal tersebut bagi saya saat ini, bukan berdasarkan
dampak di masa depan
27 Saya tidak yakin dengan kemampuan saya dalam membuat
keputusan, jadi biasanya saya mengandalkan pendapat lain
28 Saya ingin belajar sebanyak mungkin mengenai konsekuensi
sebuah keputusan sebelum saya membuatnya
29 Keputusan dapat dikatakan tepat untuk saya jika hal itu
memuaskan perasaan saya
30 Pada umumnya, saya tidak memiliki banyak keyakinan dalam
membuat keputusan, kecuali teman-teman memberikan dukungan
kepada saya
Skala 2
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mengetahui penyebab apa yang saya rasakan
2 Saya memahami dengan baik tentang perasaan sendiri
3 Saya benar-benar memahami apa yang saya rasakan
4 Saya mengetahui apakah saya senang atau tidak
5 Saya mengetahui emosi teman-teman melalui perilaku yang
mereka munculkan
6 Saya pengamat yang baik dalam mengamati emosi orang lain
7 Saya merupakan seseorang yang peka terhadap perasaan orang
lain
8 Saya memiliki pemahaman yang baik mengenai emosi orang
disekitar
9 Saya menetapkan tujuan dan mencoba yang terbaik untuk
mencapainya
10 Saya adalah orang yang kompeten
11 Saya merupakan seseorang yang memotivasi diri sendiri
12 Saya menyemangati diri sendiri untuk menjadi yang terbaik
13 Saya mampu mengendalikan amarah dan menangani kesulitan
secara rasional
14 Saya mampu mengendalikan emosi
15 Saya cepat tenang ketika sangat marah
16 Saya memiliki kontrol emosi yang baik
Skala 3
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tidak dapat bergantung pada orang lain
2 Orang-orang tidak pernah ada ketika saya membutuhkan mereka
3 Saya merasa nyaman bergantung pada orang lain
4 Saya tahu bahwa orang lain akan datang ketika saya
membutuhkan mereka
5 Saya sulit untuk percaya pada orang lain
6 Saya tidak yakin bahwa saya dapat bergantung pada orang lain
ketika saya membutuhkan mereka
7 Saya tidak khawatir akan ditinggalkan
8 Saya khawatir bahwa orang lain tidak percaya dengan saya
9 Orang lain tidak ingin menjalin hubungan yang dekat dengan
saya seperti yang saya inginkan
10 Saya khawatir orang lain tidak mau membuat hubungan dengan
saya
11 Saya ingin menjalin hubungan dengan orang lain
12 Keinginan saya untuk menjalin hubungan terkadang membuat
orang tersebut takut dan pergi
13 Saya merasa mudah untuk dekat dengan orang lain
14 Saya tidak khawatir seseorang yang semakin dekat dengan saya
15 Saya tidak nyaman berada dekat dengan orang lain
16 Saya gugup ketika orang terlalu dekat
17 Saya merasa nyaman memiliki orang lain yang bergantung pada
saya
18 Saya tidak nyaman ketika orang lain mendekati saya
LAMPIRAN C
Contoh syntax pengambilan keputusan karir rasional
UJI ANALISA FAKTOR
DA NI=30 NO=237 MA=PM
LA
IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12
IT13 IT14 IT15 IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26
IT27 IT28 IT29 IT30
PM SY FI=NEWPKK.COR
SE
1 4 16 19 25 7 28 10 13 22/
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
RASIONAL
FR TD 9 8 TD 9 3 TD 8 3 TD 7 3 TD 8 1 TD 7 1
PD
OU TV MI SS
LAMPIRAN D
Contoh output CFA pengambilan keputusan karir rasional
DATE: 3/ 9/2015
TIME: 2:31
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\Kampus\Kuliah\SKRIPSI\BAB
III\Olah Data\NEW\RASIONAL.LS8:
UJI ANALISA FAKTOR
DA NI=30 NO=237 MA=PM
LA
IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12
IT13 IT14 IT15 IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26
IT27 IT28 IT29 IT30
PM SY FI=NEWPKK.COR
SE
1 4 16 19 25 7 28 10 13 22/
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
RASIONAL
FR TD 9 8 TD 9 3 TD 8 3 TD 7 3 TD 8 1 TD 7 1
PD
OU TV MI SS
UJI ANALISA FAKTOR
Number of Input Variables 30
Number of Y - Variables 0
Number of X - Variables 10
Number of ETA - Variables 0
Number of KSI - Variables 1
Number of Observations 237
UJI ANALISA FAKTOR
Correlation Matrix
IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07
-------- -------- -------- -------- -------- --------
IT01 1.00
IT04 -0.05 1.00
IT16 0.31 0.15 1.00
IT19 0.30 0.07 0.56 1.00
IT25 0.26 0.05 0.28 0.42 1.00
IT07 0.26 0.15 0.42 0.52 0.22 1.00
IT28 0.18 0.11 0.31 0.60 0.33 0.39
IT10 0.08 -0.01 0.16 0.43 0.17 0.36
IT13 0.22 0.07 0.06 0.39 0.24 0.29
IT22 0.33 0.03 0.42 0.47 0.32 0.31
Correlation Matrix
IT28 IT10 IT13 IT22
-------- -------- -------- --------
IT28 1.00
IT10 0.31 1.00
IT13 0.37 0.48 1.00
IT22 0.36 0.32 0.34 1.00
UJI ANALISA FAKTOR
Parameter Specifications
LAMBDA-X
RASIONAL
--------
IT01 1
IT04 2
IT16 3
IT19 4
IT25 5
IT07 6
IT28 7
IT10 8
IT13 9
IT22 10
THETA-DELTA
IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07
-------- -------- -------- -------- -------- --------
IT01 11
IT04 0 12
IT16 0 0 13
IT19 0 0 0 14
IT25 0 0 0 0 15
IT07 0 0 0 0 0 16
IT28 17 0 18 0 0 0
IT10 20 0 21 0 0 0
IT13 0 0 23 0 0 0
IT22 0 0 0 0 0 0
THETA-DELTA
IT28 IT10 IT13 IT22
-------- -------- -------- --------
IT28 19
IT10 0 22
IT13 0 24 25
IT22 0 0 0 26
UJI ANALISA FAKTOR
Number of Iterations = 7
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
RASIONAL
--------
IT01 0.43
(0.07)
6.45
IT04 0.13
(0.07)
1.92
IT16 0.69
(0.06)
10.94
IT19 0.82
(0.06)
14.71
IT25 0.46
(0.06)
7.11
IT07 0.60
(0.06)
9.73
IT28 0.69
(0.06)
11.12
IT10 0.50
(0.07)
7.57
IT13 0.50
(0.07)
7.56
IT22 0.60
(0.06)
9.63
PHI
RASIONAL
--------
1.00
THETA-DELTA
IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07
-------- -------- -------- -------- -------- --------
IT01 0.82
(0.08)
10.43
IT04 - - 0.98
(0.09)
10.84
IT16 - - - - 0.53
(0.06)
8.65
IT19 - - - - - - 0.32
(0.04)
7.68
IT25 - - - - - - - - 0.79
(0.07)
10.55
IT07 - - - - - - - - - - 0.64
(0.06)
10.17
IT28 -0.12 - - -0.17 - - - - - -
(0.05) (0.04)
-2.46 -3.78
IT10 -0.14 - - -0.19 - - - - - -
(0.05) (0.05)
-2.78 -3.93
IT13 - - - - -0.27 - - - - - -
(0.05)
-5.53
IT22 - - - - - - - - - - - -
THETA-DELTA
IT28 IT10 IT13 IT22
-------- -------- -------- --------
IT28 0.52
(0.06)
8.75
IT10 - - 0.74
(0.07)
10.08
IT13 - - 0.23 0.75
(0.06) (0.07)
4.19 10.15
IT22 - - - - - - 0.65
(0.06)
10.19
Squared Multiple Correlations for X - Variables
IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.19 0.02 0.47 0.68 0.21 0.36
Squared Multiple Correlations for X - Variables
IT28 IT10 IT13 IT22
-------- -------- -------- --------
0.48 0.25 0.25 0.35
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 29
Minimum Fit Function Chi-Square = 38.04 (P = 0.12)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 36.89 (P = 0.15)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 7.89
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 27.63)
Minimum Fit Function Value = 0.16
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.033
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.12)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.034
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.064)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.79
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.38
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.34 ; 0.46)
ECVI for Saturated Model = 0.47
ECVI for Independence Model = 4.52
Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 1047.64
Independence AIC = 1067.64
Model AIC = 88.89
Saturated AIC = 110.00
Independence CAIC = 1112.32
Model CAIC = 205.06
Saturated CAIC = 355.74
Normed Fit Index (NFI) = 0.96
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.62
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.94
Critical N (CN) = 308.67
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.036
Standardized RMR = 0.036
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.97
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.94
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.51
UJI ANALISA FAKTOR
Modification Indices and Expected Change
No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X
No Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTA
IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07
-------- -------- -------- -------- -------- --------
IT01 - -
IT04 4.39 - -
IT16 0.49 3.08 - -
IT19 4.34 1.12 0.21 - -
IT25 0.97 0.01 2.21 2.00 - -
IT07 0.01 2.13 0.05 0.90 1.86 - -
IT28 - - 0.49 - - 2.02 0.01 0.52
IT10 - - 2.37 - - 0.46 2.41 2.49
IT13 0.17 1.59 - - 2.07 0.01 0.29
IT22 2.88 0.81 0.39 0.67 1.35 1.27
Modification Indices for THETA-DELTA
IT28 IT10 IT13 IT22
-------- -------- -------- --------
IT28 - -
IT10 2.11 - -
IT13 1.18 - - - -
IT22 1.13 0.34 0.75 - -
Expected Change for THETA-DELTA
IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07
-------- -------- -------- -------- -------- --------
IT01 - -
IT04 -0.12 - -
IT16 0.03 0.09 - -
IT19 -0.09 -0.04 -0.02 - -
IT25 0.05 -0.01 -0.07 0.06 - -
IT07 0.00 0.08 0.01 0.04 -0.07 - -
IT28 - - 0.04 - - 0.07 0.01 -0.03
IT10 - - -0.08 - - 0.03 -0.08 0.07
IT13 0.02 0.07 - - -0.06 0.00 -0.02
IT22 0.09 -0.05 0.03 -0.03 0.06 -0.05
Expected Change for THETA-DELTA
IT28 IT10 IT13 IT22
-------- -------- -------- --------
IT28 - -
IT10 -0.06 - -
IT13 0.05 - - - -
IT22 -0.05 0.03 0.04 - -
Maximum Modification Index is 4.39 for Element ( 2, 1) of THETA-DELTA
UJI ANALISA FAKTOR
Standardized Solution
LAMBDA-X
RASIONAL
--------
IT01 0.43
IT04 0.13
IT16 0.69
IT19 0.82
IT25 0.46
IT07 0.60
IT28 0.69
IT10 0.50
IT13 0.50
IT22 0.60
PHI
RASIONAL
--------
1.00
Time used: 0.062 Seconds