62
PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA SAMA DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh YANI LESTARI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA …digilib.unila.ac.id/23378/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH TELUKBETUNG BANDAR

  • Upload
    dohanh

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA SAMA

DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH

TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

YANI LESTARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PLAYING ESTAFET PUZZLE ON THECOOPERATION DEVELOPMENT IN A RANGE OF 4-5 YEARS AGE

IN TK AISYIYAH TELUKBETUNG BANDARLAMPUNG

The problem of this research was the lack of cooperation development in arange of 4-5 years age in TK Aisyiyah. This research aimed to determind theinfluence of playing estafet puzzle on the cooperation development and thedifference between before and after applaying estafet puzzle game. Thisresearch was used pre-experiment design method and one group pre-experiment post-experiment. Data collection tool that used observation anddocumentation. This research was analized by t-test examination and samplelinier regresssion test. The result showed that there was a significant differencebetween before and after applying estafet puzzle game toward children oncooperation development in a range of 4-5 years age in TK AisyiyahTelukbetung Bandar Lampung

Keyword: plying, estafet puzzle, cooperation development

ABSTRAK

PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGANKERJA SAMA DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH

TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG

Masalah dalam penelitian ini adalah perkembangan kerja sama dalam kelompokusia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah masih rendah. Dengan bertujuan untuk mengetahuipengaruh permainan estafet puzzle terhadapat perkembangan kerjasama dalamkelompok dan perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu melaluibermain estafet puzzle. Metode penelitian adalah menggunakan metode Pre-Experimental Design. Menggunakan design one group pre-ekperiment post-eksperiment. Alat pengumpulan data yaitu menggunakan observasi dandokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji t-test dan uji regresi liniersederhana. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang siginifikanantara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bermain estafet puzzle dan adapengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerjasama dalamkelompok usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.

Kata Kunci : bermain, estafet puzzle, perkembangan kerjasama.

PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA SAMA

DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH

TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG

Oleh

YANI LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

RIWAYAT HIDUP

Yani Lestari dilahirkan pada tanggal 04 April 1990 di desa

Panggung Rejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu

Lampung. Putri dari pasangan bapak Suhadi dan ibu Wagiyem

ini menamatkan sekolah dasar di SD 1 Panggungrejo

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu pada tahun 2006. Pada tahun 2009

peneliti menyelesaikan pendidikan SMP di PKBM Melati Pecoh Raya Telukbetung

Selatan.Pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan di SMA Tamansiswa

Telukbetung Bandarlampung.Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi

program pendidikan guru anak usia dini. Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui seleksi penjaringan

mahasiswa PMPAP.

Tahun 2015 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Profesi

Kependidikan (PPK) di TK Tunas Harapan Pekon Kebuayan Krui Pesisir Barat

MOTTO

“Ketika sekelompok manusia bersatu dan bekerjasama dengan harmonis”

“Peningkat energi yang tercipta melalui kerjasama tersebut dialami setiap individu

di dalam kelompok”

(Napoleon Hill)

“Pendidikan tidak memandang siapa seseorang itu”

“Sambut dan raihlah masa depan dengan berilmu”

(Yani Lestari)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmannirrohim.....

Kupersembanhkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT serta Nabi

junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terimakasih serta banggaku kepada

Kedua orang tua tercinta dan tersayang (Bapak Suhadi, Mamak Wagiyem) telah

memberikan cinta dan doa yang tulus untuk aku trimakasih

Almamater Tercinta Universitas Lampung

sebagai tempat mencari dan menggali segudang ilmu, menjadikan sosok dewasa

dan mandiri

Teman –teman satu angkatan PG-PAUD 2012

yang telah banyak motivasi dan masukannya , seperjuangan satu tujuan dalam

menyelesaikan studi ini kelas A dan B terimakasih

Teman-teman KKN di Pekon Kebuayan Pesisir Barat Krui terimakasih atas

dukungannya

SANWACANA

Puji syukur senantiasa ku panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi PG-PAUD di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, selaku Rektor Universitas Lampung

2. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

4. Ari Sofia, S. Psi. M. A. Psi, selaku Ketua Program Studi SI-PG PAUD

Universitas Lampung.

5. Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah bersedia

memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, dan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Gian Fitria Angraini, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah bersedia memberi

bimbingan, kritik, saran, motivasi, dan semangat dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

7. Dr. Riswandi, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan

saran guna perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak/ibu Dosen PG-PAUD Universitas Lampung dan Staf Karyawan PG-

PAUD serta seluruh staf FKIP Universitas Lampung yang tidak tersebut yang

telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Mamah tersayang (Rohayah, S.Pd) terimakasih yang sebanyak-banyaknya telah

mendorong dan mensuport memberikan masukan moril dam materil demi

kelancaran dalam menggapai cita-citaku dan do’a yang tak pernah berhenti.

10. Kakang, Yayuk, Adik tersayang (Kasyanto, Noviyanti, Sigit Widodo) yang telah

menjadi sodara sekaligus teman dalam sehari-hari dan memberikan semangat

,terimakasih

11. Ponakan yang paling lucu (Andi Bagus Alfarabbi Cendikia) yang selalu

memberikan inspirasi membuat saya tersenyum dengan tingkah lucunya yang

selalu manja dengan saya. Terimakasih telah menghibur dalam saya menggapai

cita-cita.

12. Teman satu Geng beautifull girls ( Diah Ayuningtyas, Dinda Restya, Irania,

Kartika Aprilia) teman dari pertama kuliah, penyemangat, seperjuangan, canda

tawa kalian selalu membuatku tertawa, selalu kompak kalian lah motivasiku

tanpa kalian aku tak seperti ini termakasih kita satu tujuan satu gelar dan kita

datang bareng lulus bareng love you are beautiful girls

13. Teman Sukadukaku Irma Febriyana, Istiqomah, Wildan Solehah teman dari

pertama kuliah kost bareng satu kamar sedih bareng seneng bareng kalian

penyemangatku, penolongku selama menyusun skripsi trimakasih

14. Orang yang tersayang tercinta di hati, telah mengisi hatiku dan hari-hariku,

memberikan cinta dan kasih sayang penuh untukku , memberikan semangat

selama perjalanan sampai menuju cita-citaku love you my boy, Terimakasih

15. Almamater Tercinta Universitas Lampung sebagai tempat mencari dan menggali

segudang ilmu, menjadikan sosok dewasa dan mandiri

16. Teman –teman satu angkatan PG-PAUD 2012 yang telah banyak motivasi dan

masukannya , seperjuangan satu tujuan dalam menyelesaikan studi ini kelas A

dan B terimakasih

17. Teman-teman KKN di Pekon Kebuayan Pesisir Barat Krui terimakasih atas

dukungannya

Bandar Lampung, Juli 2016

Penulis

Yani Lestari

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEEL......................................................................................xviDAFTAR GAMBAR....................................................................................xviiDAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xviii

I. PENDAHULUAN.............................................................................1A. Latar Belakang .......................................................................1B. Identifikasi Masalah ...............................................................6C. Pembatasan Masalah ..............................................................6D. Rumusan Masalah ..................................................................6E. Tujuan Masalah......................................................................7F. Manfaat Masalah....................................................................7

II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................9A. Hakikat Anak Usia Dini .........................................................9B. Perkembangan Anak Usia Dini..............................................11C. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini ...................................11

1. Pola Perilaku Perkembangan Sosial Anak ......................132. Pentingnya Pengalaman Sosial........................................143. Faktor-Faktor Perkembangan Sosial Anak Usia Dini .....154. Perkembangan Kerjasama Anak .....................................165. Manfaat Kerjasama..........................................................176. Tugas Dalam Kelompok..................................................177. Tujuan Kelompok............................................................17

D. Pengertian Bermain................................................................181. Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini......................182. Fungsi Bermain ...............................................................193. Jenis Bermain ..................................................................194. Bermain Estafet Secara Umum .......................................225. Bermain Estafet puzzle....................................................23

E. Penelitian Yang Relevan ........................................................24F. Kerangka Pikir .......................................................................25G. Hipotesis.................................................................................28

III. METODE PENELITIAN ................................................................30A. Metode Dan Desain Penelitian...............................................30B. Setting Penelitian ...................................................................31C. Populasi ..................................................................................31D. Definisi Variabel ....................................................................31E. Instrumen ...............................................................................33F. Teknik Pengumpulan Data.....................................................35G. Teknik Analisis Data .............................................................36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................40A. Hasil Dan Penelitian...............................................................40B. Pembahasan............................................................................51

V. KESIMPULAH DAN SARAN........................................................60A. Kesimpulan ............................................................................61B. Saran.......................................................................................57

Daftar pustaka ........................................................................62

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Kisi- Kisi Kegiatan Kerjasama Dalam Kelompok ........................33

2. Kisi-Kisi Bermain Estafet Puzzle...................................................34

3. Tabel Bermain Estafet Puzzle ........................................................36

4. Tabel Kerjasama Dalam Kelompok ...............................................37

5 . Tabel Silang ..................................................................................37

6. Distribusi Nilai Keaktifan Sebelum Diberikan Permainan X ......40

7. Distribusi Nilai Keaktifan Sesudah Diberikan Permainan X ........41

8. Distribusi Nilai Keaktifan Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Permainan X ..................................................................................42

9.Distribusi Nilai Kerja Sama Sebelum Diberikan Permainan ........43

10. Distribusi Nilai Kerja Sama Sesudah Diberikan Permainan........44

11. Distribusi Nilai Kerja Sama Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Permainan ......................................................................................45

12. Tabel Silang .................................................................................47

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pikir................................................................................28

2. Desain Penelitian............................................................................30

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1.Lembar Observasi Keaktifan Sebelum X ........................................66

2. Lembar Observasi Keaktifan Sesudah X........................................67

3. Lembar Observasi Kerja Sama Sebelum Y ....................................68

4. Lembar Observasi Kerja Sama Sesudah Y....................................70

5. Rekapitulasi Uji T...........................................................................72

6. Rekapitulasi Uji Regresi Linier Sederhana ....................................73

7.Rubrik Instrumen Variabel Y.........................................................74

8. Rubrik Intrumen X .........................................................................76

9. Instrumen Variabel X .....................................................................77

10. Instrumen Variabel Y ...................................................................78

11Rkh Bermain Estafet Puzzle...........................................................80

12. Rkh Konfensional .........................................................................89

13. Validasi Intrumen Indikator .........................................................95

14. Keterangan Surat Pendahuluan Tk Aisyiyah............................. 109

15. Keterangan Izin Penelitian Tk Aisyiyah.................................... 110

16. Surat Keterangan Penelitian Dari Sekolah ................................ 111

17. Gambar Media ........................................................................... 112

18. Dokumentasi.............................................................................. 113

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dinimerupakan masa peletakan dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan danperkembangan anak. Rangsangan yang diterima anak pada masa usia diniyang meliputi makanan, minuman serta stimulus dari lingkungannyamemberikan kontribusi yang sangat besar pada pertumbuhan danperkembangan anak pada masa itu, dan berpengaruh terhadappertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Usia dini (0-6 tahun)merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangatmenentukan bagi anak di masa depannya atau disebut juga masa keemasan(the golden age) sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukantahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Suyadi &Maulidya, 2011:2)

Bentuk pembelajaran pada anak usia dini adalah dengan memperhatikan

karakteristik anak yang dimiliki oleh setiap anak. Anak usia dini sangat

membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Jika anak mendapatkan

rangsangan yang baik, maka perkembangan anak akan berkembang secara

optimal dan begitu juga sebaliknya. Proses melaksanankan pembelajaran

pada anak usia dini, harus mampu membimbing dan mengetahui jenis

karakter peserta didik, juga harus mengetahui tentang standar pendidikan

anak usia dini yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia

Dini yang meliputi beberapa aspek yaitu nilai-nilai moral dan agama, fisik

motori yang di dalamnya ada fisik motorik halus dan kasar, kognitif,

bahasa, sosial emosional dan seni.

2

Perkembangan anak yang terdapat di Peraturan Menteri Pendidikan

Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di

atas harus dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan tahapan

perkembangan anak. Salah satu aspek perkembangan yang perlu

ditingkatkan adalah perkembangan sosial emosional khususnya kerjasama

anak. Anak usia dini merupakan fase fundamental yang akan menentukan

masa yang akan datang, untuk itu harus diperhatikan perkembangan dan

keterampilan sosialnya. Sependapat dengan teori Vygotsky dalam Trianto

(2012:76) mengatakan bahwa “fungsi mental yang lebih tinggi pada

umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antara individu lain”.

Keterampilan sosial anak biasanya terbentuk melalui kelompok bermain

seusianya. Anak bekerja sama dalam satu permainan. Hal tersebut dapat

menjadi sarana bagi anak untuk belajar bekerjasama meskipun pada

dasarnya hal tersebut muncul akibat perasaan malu pada anak (Syamsu,

2011: 42) hal ini adalah sebagai bentuk perwujudan reaksi emosional.

Pada usia 2-4 tahun anak biasanya masih egosentris tidak memperdulikan

orang lain asyik dengan dunianya sendiri.

Adapun pentingnya perkembangan sosial anak harus dibentuk sejak dini,

karena pada masa anak-anak adalah masa pembentukan kepribadian

setelah anak menjadi orang dewasa. Banyaknya pengalaman kebahagiaan

mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagi dan untuk

menjadi orang yang mempunyai sifat sosial. Banyaknya pengalaman yang

tidak menyenangkan mungkin menimbulkan sikap yang tidak sehat

3

terhadap pengalaman sosial dan terhadap orang pada umumnya,

pengalaman yang tidak menyenangkan yang terlalu banyak juga

mendorong anak menjadi tidak sosial dan anti sosial. Pengalaman sosial

awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang lain di

luar lingkungan rumah. Sebagai pedoman umum, pengalaman di dalam

rumah lebih penting pada masa prasekolah sedangkan pengalaman di luar

rumah menjadi lebih penting setelah anak-anak memasuki sekolah. Tahun

demi tahun, karena perkembangannya keinginan akan status dalam

kelompok, sikap dan perilaku anak dipengaruhi oleh tekanan anggota

kelompok (Hurlock, 2000 : 256)

Adapun pola perilaku sosial pada anak menurut (Hurlock: 2000:262) yaitu

: 1) meniru, dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok

sosial, anak-anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan

kelompok terhadap diri mereka 2) hasrat akan penerimaan sosial, jika

hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan

diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima oleh orang dewasa

biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk diterima

oleh teman sebaya 3) simpati, anak kecil tidak mampu berperilaku

simpatik sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan

dukacita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong

atau menghibur seseorang yang sedang sedih 4) empati kemampuan

meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati

pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat

memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain. Sikap

4

mementingkan diri sendiri, belajar memikirkan orang lain dan berbuat

untuk orang lain dan bukan hanya memusatkan perhatian pada

kepentingan dan milik mereka sendiri (Hurlock, 2000 :263).

Upaya pengembangan dan peningkatkan perkembangan sosial anak

biasanya dilakukan melalui bermain. Bermain mampu meningkatkan

perilaku sosial anak dengan dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi

kebiasaan.

Permainan estafet puzzle anak-anak akan merasa senang dan tertantang

untuk melakukan kegiatan bersama dan bergantian dalam kelompoknya,

didalamnya terdapat kegiatan yang bentuk kompetitif, dimana untuk

memacu semangat anak dalam permainan. Permainan estafet juga adanya

kerjasama, berbagi tugas, bergiliran, mengerjakan tujuan bersama teman

kelompoknya sehingga anak akan terhubung dengan teman bermainnya

dan dapat mengembangkan keterampilan sosial anak usia dini.

Adapun hasil penelitian dari Alfiyah (2015) mengatakan bahwa “Dengan

bermain aku sayang kawan dapat mengembangkan keterampilan sosial

anak, karena pada saat bermain anak melakukan komunikasi dan saling

bekerjasama dengan teman bermainnya”. Selain itu juga penelitian dari

Zulfasari (2013) mengatakan bahwa “dengan bermain bola estafet dapat

meningkatkan hasil belajar anak dan dapat mengembangkan aspek sosial

emosional, motorik, kognitif, dan juga bahasa. Bermaian adalah hal yang

menyenangkan bagi anak usia dini”.

5

Berdasarkan pengamatan observasi yang dilakukan pada tanggal 01 Maret

2016 di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung, maka terdapat

beberapa anak yang masih mengalami kesulitan dalam bermain kelompok

anak-anak cenderung lebih suka bermain sendiri-sendiri (individualis)

karena usia yang masih 4-5 tahun. Faktor penghambat yang muncul

dikarenakan guru di sekolah tidak pernah adanya kegiatan untuk bermain

kelompok, bahkan berdasarkan pengamatan di sekolah tidak pernah

adanya bermain, setiap hari hanya belajar baca, tulis, hitung (calistung).

Guru belum menggunakan alat permainan edukatif dalam pembelajaran,

sehingga anak tidak terbiasa bermain secara berkelompok. Hal ini

mengakibatkan anak kurang mempunyai kesempatan untuk

mengekpresikan dirinya dan kemudian menghambat keterampilan sosial

anak. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti saat

observasi di TK Aisyiyah Telukbetung Bandarlampung yang berjumlah 30

anak. Anak-anak masih berada pada kategori keterampilan sosialnya

berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 2 anak, berkembang sesuai

harapan (BSH) sebanyak 5 anak, mulai berkembang (MB) 23 anak, dan

tidak ada anak yang belum berkembang (BB). Upaya dalam membantu

mengembangkan keterampilan sosial anak ada beberapa permainan yang

dapat digunakan misalnya, “permainan bola estafet” (Syamsidah:2013),

“estafet air” (Amini : 20110) dengan demikian peneliti meggunakan

permainan estafet puzzle untuk mengembangkan kerja sama dalam

kelompok anak.

6

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti bermaksud melihat

pengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam

kelompok usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Talukbetung Bandarlampung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, masalah yang

teridentifikasi dalam penilitian sebagai berikut :

a. Anak-anak belum bisa bermain kelompok

b. Anak-anak lebih suka bermain sendiri (Individualis)

c. Guru kurang menerapkan permainan berkelompok

d. Guru belum kreatif dalam membuat APE

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah masih rendahnya kemampuan anak dalam bekerja

sama dan anak-anak usia 4-5 tahun masih bersifat individual.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan kerja sama sebelum dan

sesudah diberi perlakuan bermain estafet puzzle terhadap

perkembangan kerja sama dalam kelompok?

2. Apakah terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap

perkembangan kerja sama dalam kelompok?

7

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberi

perlakuan bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja

sama dalam kelompok

2. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengaruh bermain

estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam

kelompok

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitan diharapakan dapat menjadi manfaat

1. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu

pengetahuan pada bidang pendidikan anak usia dini yang berkaitan

dengan mengembangkan kerja sama dalam kelompok dengan

bermain estafet puzzle.

Manfaat Praktis :

a. Bagi guru

Sebagai pendidik harus mengetahui jenis karakter anak agar

dalam mengembangkan perkembangan anak usia dini sesuai

dengan minat dan bakat anak, dengan memilih teknik

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan perkembangan

sosial anak.

8

b. Bagi sekolah

Dapat meningkatkan kualitas sekolah dan menghasilkan anak

didik yang baik dalam perkembangan sosial anak.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian dapat meningkatkan perkembangan kerja sama

anak dan untuk berlatih terus-menerus dengan bermain bersama

dengan teman sebayanya untuk dapat diterima dikehidupan

selanjutnya.

9

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang masuk rentang usia 0-6 tahun. Usia dini

merupakan masa keemasan (golden age) dimana pada masa ini memiliki

peluang untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang

dimiliki. Oleh karena itu menstimulus perkembangan anak sesuai dengan

tahap perkembangan sangat penting dilakukan untuk mengembangkan

kemampuan anak dengan cara membangun pengetahuannya sendiri

Slavina dalam Trianto (2012:76.

1. Teori Kontruktivisme

Sujiono,(2010:29) Pembelajaran pada anak usia dini merupakan

proses antara anak, otang tua, atau orang dewasa lainnya dalam

suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi

yang dibangun adalah faktor yang mempengaruhi tercapainya

tujuan pembelajaran. Melalui interaksi tersebut anak memperoleh

pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar anak dapat

berlangsung dengan lancar. Menurut Vigotsky dalam Hildayani

(2011: 3.22) berpendapat bahwa

Perkembangan kognitif anak di bangun melalui interaksi sosial,dengan kata lain lingkungan sosial dan budaya amat berperandalam meningkatkan perkembangan kognitif anak berkenandengan hal tersebut Vigotsky juga dikenal dengan titik pandangbudaya atau bisa disebut Socialcultural.

10

Menurut teori kontruktivisme, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri

seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan

lingkungan. Aliran kontruktivisme merupakan aliran yang meyakini

bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia

disekeliling mereka, dan membangun pemahaman mereka sendiri terhadap

sekitar.

Erikson dalam Hildayani, dkk ( 2011:2.4) meyebutkan bahwaproses maturasi fisik dalam tuntutan masayarakat mencinptakandelapan krisis atau isu yang harus di selesaikan oleh seseorang. Iamenjelaskan krisis ini dengan hasil positif dan negatif, misal basictrust vs basic mitrust. Bila krisis ini tidak dapat di tanggulangidengan baik maka seseorang akan terus berperang untukmenyelesaikan selama hidupnya. Delapan krisis ini merupakantahapan perkembangan emosi yang terjadi pada diri seseorang,bahwa keberhasilan pada setiap tahapannya akan mempengaruhipada tahapan selanjutnya.

Adapun delapan tahapan yang dialami oleh individu sebagai berikut :

a. Basic Trust Vs Basic Mitrust (0-1 Tahun)

b. Autonomy Vs Shame And Doubt (Tahun Ke-2)

c. Initiative Vs Guilt (3-5 Tahun)

d. Industry Vs Inferiority (6 Tahun- Pubertas)

e. Identitit Vs Identity Confusion (Remaja :10-20 Tahun)

f. Intimacy Vs Isolation (Dewasa Muda :20-30 Tahun)

g. Geberativity Vs Stagnation (Dewasa Madya :40-50 Tahun)

h. Integrity Vs Despair (Dewasa Akhir)

Berdasarkan perkembangan anak usia dini berada pada tahapan 3-5 Tahun

atau innitiative vs Guilt Hildayani (2011: 2.7) menyatakan perkembangan

pada tahap ini anak mulai memasuki lingkungan sosial yang lebih luas dan

11

mereka dituntut untuk mengembangkan perilaku yang dituntut dalam

lingkungan sosialnya.

Dapat disimpulakan bahwa perkembangan emosi merupakan

perkembangan yang berkaitan dengan perasaan yang ditunjukkan melalui

bahasa tubuh akibat reaksi dari suatu kejadian.

(Trianto, 2012:36) Adapun kecerdasan interpersonal yangkaitannya dengan kemampuan untuk berhubungan dengan oranglain. Biasanya anak mudah dalam kerja sama dalam kelompoknyamereka juga mudah berkomunikasi dan berempati kepada oranglain.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dianalisa bahwa kecerdasan

interpersonal merupakan kemampuan yang berhubungan dengan orang

lain. Melalui kecerdasan tersebut anak dapat mudah bekerja sama dalam

kelompok sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam

berkomunikasi dan berempati terhadap orang lain.

B. Perkembangan Anak Usia Dini

Setiap individu mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya.

(Trianto, 2012:20) perkembangan adalah perubahan-perubahan yang

dialami oleh individu untuk menuju tingkat kedewasaan dan kematangan.

Dapat disimpulkan perkembangan anak usia dini adalah suatu perubahan

yang dialami oleh setiap individu, yaitu menuju tingkat pendewasaan dan

kematangan yang berlangsung secara sistematis, progres dan

berkesinambungan baik fisik maupun psikis.

12

C. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau

interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral

agama. Perkembangan pada anak usia dini ditandai dengan adanya

perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga

dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan

sosialnya bertambah luas.

Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari

sikap berpusat kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama

(kooperatif) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang

lain). Anak mulai berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya, dan

bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok

(gang), dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya

(Syamsu Y Dkk , 2011: 65).

Anak perlu belajar dari kehidupan sehingga memperoleh keterampilan

sebagai bekal kehidupan. Pembelajaran di kelas melibatkan kegiatan fisik,

penggunaan benda-benda sebagai alat yang dapat dimanipulasi anak secara

konkret sehingga dapat mengembangkan kemampuan intelektual. Interaksi

antar anak-anak juga diperlukan sehingga anak dapat belajar dari

lingkungan sosial, (Yus, 2012:6)

13

1. Pola Perilaku Perkembangan Sosial AUD

Perkembangan anak merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial anak usia dini . dapat diartikan juga proses belajar

sependapat dengan (Hurlock, 2000: 255) yang mengatakan ada

beberapa pola perilaku perkembangan anak usia dini sebagai berikut

Kerja Sama

Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja sama dengan

anak lain sampai mereka dewasa. Semakin banyak kesempatan

yang mereka miliki untuk memiliki sesuatu bersama-sama.

Semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara kerja

sama.

Meniru

Meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-

anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok

terhadap diri mereka.

Hasrat Akan Penerimaan Sosial

Jika hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk

menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima

oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan

dengan hasrat untuk diterima oleh teman sebaya.

14

Simpati

Anak kecil tidak mampu berperilaku simpatik sampai mereka

pernah mengalami situasi yang mirip dengan dukacita. Mereka

mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau

menghibur seseorang yang sedang sedih.

Empati

Empati kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain

dan menghayati pengalaman orang tesebut. Hal ini hanya

berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau

maksud pembicaraan orang lain.

Sikap Mementingkan Diri Sendiri

Belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dan

bukannya memusatkan perhatian pada kepentingan dan milik

mereka sendiri.

2. Pentingnya Pengalaman Sosial Awal

Karena perilaku sosial atau perilaku yang tidak sosial dibina pada

masa anak-anak awal atau masa pembentukan kepribadian setelah

anak menjadi orang dewasa. Banyaknya pengalaman kebahagiaan

mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagi dan

untuk menjadi orang yang mempunyai sifat sosial. Banyaknya

pengalaman yang tidak menyenangkan mungkin menimbulkan sikap

yang tidak sehat terhadap pengalaman sosial dan terhadap orang pada

15

umumnya, pengalaman yang tidak menyenangkan yang terlalu

banyak juga mendorong anak menjadi tidak sosial dan anti sosial.

Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota

keluarga atau orang lain di luar lingkungan rumah. Sebagai pedoman

umum, pengalaman di dalam rumah lebih penting pada masa

prasekolah sedangkan pengalaman di luar rumah menjadi lebih

penting setelah anak-anak memasuki sekolah. Tahun demi tahun,

karena perkembangannya keinginan akan status dalam kelompok,

sikap dan perilaku anak dipengaruhi oleh tekanan anggota kelompok

(Hurlock, 2000:256)

3. Faktor-Faktor Perkembangan Sosial AUD

Pada anak usia dini sebagai individu yang mengalami perkembangan

bersifat unik. Anak berkembang dengan cara tertentu. Perkembangan

anak mempunyai variasi individual dan perkembangan anak bisa

terjadi setiap saat. Adapun faktor dalam perkembangan anak :

Faktor Keluarga

Jika lingkungan rumah sebaiknya secara keseluruhan memupuk

perkembangan sikap sosial yang baik, kemungkinan besar anak

akan menjadi pribadi yang sosial dan begitupun sebaliknya.

Sejumlah studi tentang penyesuaian sosial telah membuktikan

bahwa hubungan pribadi di lingkungan antara ayah, ibu anak

dengan saudaranya, dan anak dengan orang tua, mempunyai

pengaruh yang sangat kuat. (Hurlock, 2000:256)

16

Faktor Luar Rumah

Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di

dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap

sosial dan pola perilaku anak. Jika hubungan mereka dengan

teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah menyenangkan,

maka anak akan menikmati hubungan sosial dan ingin

mengulanginya lagi dan begitupun sebaliknya. (Hurlock,

2000:257)

4. Perkembangan Kerjasama AUD

Kelompok belajar merupakan salah satu bentuk realisasi bimbingan di

sekolah. Disamping belajar secara individual, anak-anakpun sebaiknya

juga belajar dengan sistem kelompok. Mengenai hal ini, ada beberapa

alasan mendasar yang dapat diajukan sebagai landasan untuk

penyelenggaraan kalompok belajar itu (Walgito, 2010:123).

Sehubungan dengan itu pula, perlu kita ingat mengenai tujuan daripendidikan dan pengajaran yang tercantum dalam UUNo.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional : usia lahirsampai dengan masa keemasan sekaligus masa kritis dalamtahapan kehidupan manusia, yang akan menentukanperkembangan anak selanjutnya (Yamin Martinis dkk, 2010:5).

Kata-kata tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan adalah

membentuk orang yang mempunyai sikap atau Attitude sosial yang

baik, yang mampu bekerja sama dengan lingkungannya.

Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam Walgito, (2010:124)

“Manusia itu merupakan makhluk sosial sehingga tiap-tiap manusia

17

mempunyai keinginan untuk berkelompok dengan teman-teman

sosialnya”.

Perkembangan sosial dari umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar

melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar

lingkungan rumah terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya.

Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam kelompok

bermainnya (Hurlock, 2000:261)

5. Manfaat Kerja Sama AUD

Kerja sama dapat menambahkan produktifitas dan meningkatkan

moral. Kerja sama dalam kelompok ini akan membuahkan hasil yang

lebih baik terhadap tugasnya tanpa pamrih

6. Tugas dalam Kelompok

Tugas-tugas dalam kelompok ini harus memberikan kesempatan

kepada setiap peserta kelompok untuk menunjukkan prestasinya, dan

juga diarahkan untuk mencapai tujuan yang sama. Dengan

melaksanakan tugas kelompok, siswa dapat belajar tentang sikap dan

kebiasaan dalam kerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa,

dan bertanggung jawab (Syamsu Y, Dkk , 2011: 66).

7. Tujuan Kelompok

Walgito (2010:124) Ada beberapa hal yang dapat dicapai dalam kerja

sama kelompok. Tentu saja tidak hanya dalam hal pelajaran antara

lain:

18

1. Membiasakan anak bergaul dengan teman-teman2. Bermain kelompok dapat merealisasikan tujuan3. Mengatasi kesulitan dalam tugas atau permainan4. Belajar hidup bersama agar nantinya bisa bermasyakat5. Mempunyai rasa kebersamaan kegotong-royongan antar

sesama.

Dari pengertian di atas dapat disimpulka bahwa : Kerja sama (Team

work) adalah keinginan kerja sama dengan orang lain secara

kooperatif menjadi bagian dari kelompok. Kelompok adalah sejumlah

individu yang berkomunikasi dengan orang lain untuk jangka waktu

tertentu dalam mengerjakan tugas bersama dengan tujuan yang sama

pula.

D. Pengertian Bermain

Menurut melinda dalam Yus (2012:32) bermain merupakan peluang bagi

anak untuk melakukan berbagai hal. Situasi itulah yang membuat anak

belajar, belajar tentang apa saja, belajar tentang objek, kejadian, situasi,

dan konsep (misalnya, halus , kasar, dan lain-lain) melalui bermain anak

berlatih mengekspresikan perasaan dan berusaha mendapatkan sesuatu.

Piaget dalam Mauldya (2015 :42) Mengatakan bahwa “Bermain adalah

suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan

kesenangan atau kepuasan diri seseorang”. Sedangkan Parten

dalam Mauldya (2015 :43) memandang kegiatan bermain sebagai sarana

sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberikan kesempatan

anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi,

dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat

19

membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa dia hidup

serta lingkungan dimana ia hidup.

1. Pentingnya Bermain bagi Anak Usia Dini

Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak

hal, dapat mengenal ukuran, bersosialisasi, menempatkan diri,

menata emosi, toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi

sportivitas. Disamping itu, aktivitas bermain juga dapat

mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan

keterampilan motorik anak usia dini. Oleh karena itu anak usia dini

tidak ada hari tanpa bermain, dan bagi mereka bermain merupakan

kegiatan pembelajaran yang sangat penting (Mulyasa, 2014:166).

2. Fungsi Bermain

Fungsi bermain adalah dapat mengembangkan segala aspek

perkembangan anak. Saat anak beraktivitas dalam bermain dengan

tidak sadar anak bergerak yaitu motorik kasar dan halus yang

sedang diolah, saat anak berbicara anak sudah berkembang secara

bahasa, berbagi dengan teman perkembangan sosial, berfikir dan

merancang permainan kognitif, adanya peraturan dalam permainan

yaitu moral agama.

3. Jenis Bermain

Berdasarkan pengamatan dari kegiatan anak-anak dalam bermain,

dan berbagai hasil kajian beberapa ahli yang peduli terhadap

perkembangan anak dapat dikemukakan berbagai jenis permainan

20

yang sering dilakukan oleh anak diantaranya : bermain dengan

benda, bermain peran, bermain sosiodrama, dan bermain sosial.

a. Bermain sosial

Dalam bermain sosial, gurulah yang mengamati cara bermain

anak, dan dia akan memperoleh kesan bahwa partisipasi anak

dalam kegiatan bermain dengan teman-temannya akan

menunjukkan derajat partisipasi yang berbeda. Parterm dalam

Mulyasa mengelompokkan kegiatan bermain berdasarkan

derajat partisipasi seseorang dalam bermain yaitu :

unoccupied play (tidak peduli), solitary play ((soliter),

onlooker play (penonton), paralel play (paralel), assosiative

play (asosiatif), dan cooperative play (kooperatif).

Unoccupied play (tidak peduli) adalah kegiatan

bermain ketika anak hanya mengamati kejadian yang

menarik perhatiannya. Jika tidak ada yang menarik,

maka anak akan menyibukkan diri dengan berbagai hal

seperti memainkan anggota tubuhnya dan hanya

keliling sekitar saja.

Solitary play (bermain soliter) adalah bermain yang

dilakukan seorang anak, dan ketika anak bermain tidak

memperhatikan apa yang dilakukan anak lain lakukan.

Onlooker play (bermain sebagai penonton) anak hanya

sebagai penonton anak yang lain sedang bermain, anak

21

hanya duduk diam mengamati permainan tanpa

mengikuti permainan yang ada.

Parallel play (bermain paralel) adalah permainan yang

dilakukan sekelompok anak dengan menggunakan alat

main yang sama, tetapi masing-masing bermain sendiri-

sendiri tanpa melihat teman sekitar.

Assosiative play (bermain asosiatif) adalah permainan

yang dilakukan oleh beberapa kelompok anak bersama-

ama, tetapi tidak ada peraturan.

Cooperative play (bermain bersama) adalah bermaian

yang dilakukan oleh sekelompok anak yang masing-

masing mempunyai peran dan dalam campai satu

tujuan permainan.

b. Bermain dengan benda

Bermain dengan benda merupakan kegiatan bermain ketika

anak dalam bermain menggunakan atau mempermainkan

benda-benda tertentu, dan benda-benda tersebut dapat

menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak yang

bermainnya. Oleh karena itu lembaga-lembaga pendidikan

menyiapkan berbagai permainan, sekaligus menyediakan

benda-benda yang dapat digunakan secara aman dan nyaman

bagi anak-anak dalam bermain.

c. Bermain peran

22

Pendidikan anak usia dini sering dihadapkan pada berbagai

masalah, baik yang berkaitan dengan bidang pengembangan

maupun menyangkut hubungan sosial. melalui bermain

peran, anak-anak mencoba mengeksplorasi hubungan antara

manusia dengan cara memperagakannya dan

mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama dapat

mengeksplorsari perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi

pemecahan masalah (Mulyasa, 2014:173).

4. Bermain Estafet Secara Umum

Permainan estafet secara umum adalah permainan estafet yang

dikerjakan oleh sejumlah kelompok untuk saling bekerja sama

dalam menyelesaikan tujuan yang sama. Permainan ini masuk ke

dalam permainan fisik motorik dan sosial, karena adanya gerak

tubuh dan melibatkan beberapa orang dalam permainan, sehingga

untuk para pendidik bisa menggunakan jenis permainan ini

terutama dalam pengembangan sosial anak dalam kerja sama. Salah

satu lomba estafet pada perlombaan atletik yang dilaksanakan

secara bergantian. Satu regu pelari sambung terdiri dari 4 orang

pelari. Dalam perlombaan lari sambung, pelari berlari dengan

kecepatan penuh dengan memindahkan tongkat ke pelari

berikutnya (Aminudin, 2010:39).

23

5. Bermain Estafet Puzzle

Permainan estafet puzzle adalah salah permainan yang peneliti

ambil dari pengertian di atas dan peneliti memodifikasi dengan

menyesuaikan perkembangan anak usia dini. Pada penelitian ini

peneliti akan menggunakan permainan yaitu estafet puzzel yang

berupa permainan menyusun huruf dirangkai menjadi kata.

Adapun dalam Peraturan bermain estafet puzzle sebagai berikut

Pemain dalam satu kelompok berjumlah 10 anak dan dibagi

menjadi 3 kelompok

Pemain pertama mengambil kartu huruf

Lalu pemain pertama membarikan ke pemain kedua, ketiga

dan selanjutnya

Lalu pemain terakhir menempelkan kartu huruf sesuai

gambar dan urutan yang ada dengan cepat dan tepat

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain estafet puzzle

merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas

lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka

mencapai suatu hasil akhir. Anak-anak umumnya sangat menikmati

permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki

kesempatan, karena melalui bermainlah anak belajar tentang apa yang

ingin mereka ketahui. Hingga pada akhirnya mereka mampu mengenal

semua peristiwa yang terjadi disekitarnya.

24

E. Penelitian yang Relevan

1) Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nurul Fatimah (2015)

Jurnal Universitas PGRI Semarang yang berjudul “Upaya

meningkatkan kerjasama anak melalui permainan outbound estafet bola

bocor pada kelompok B TK Mardisiwi II Tuksongo tahun ajaran 2015.

Berdasarkan keseluruhan kegiatan penelitian tindakan kelas dapat

disimpulkan bahwa kemampuan kerja sama anak pada kelompok B TK

mardisiwi II Tuksongomengalami peningkatan melalui peningkatan

melalui bermain outbound estafet bola bocor. Saran yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu (I) bagi anak agar lebih termotivasi dan

semangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama kegiatan

pembelajaran permainan outbound estafet bola bocor karena permainan

ini sangat menyenangkan dan menarik. (2) bagi guru penerapan

permaina outbound estafet bola bocor merupakan salah satu cara

alternatif yang perlu digunakan oleh guru untuk meningkatkan

kemampuan kerja sama anak.

2) Penelitian dilakukan sebelumnya oleh Esti Kurnia Mahardika (2014)

Jurnal pendidikan anak usia dini yang berjudul “Peningkatan Perilaku

Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional Jawa” Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk meningkat perilaku sosaial anak kelompok

A TK DWP Putra harapan bojonegoro. Perilaku sosial anak dapat

meningkat setelah dilakukan tindakan melalui kegiatan bermain

permainan tradisional jawa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian

yang menyebutkan bahwa rerata kelas pada tindakan sebesar 41,13%

25

setelah dilakukan tindakan dalam siklus I meningkat rerata kelas

menjadi sebesar 83,01% dan pada siklus II meningkat menjadi 99,7%.

3) Peneliti sebelumnya Samsidah (2013) jurnal pendidikan anak yang

berjudul “permainan bola estafet sebagai media pembelajaran pada dari

hasil anak usia dini” dengan hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa

dengan permainan bola estafet dapat meningkatkan semangat belajar

anak dan dapat menampak perbendaharaan permainan di lembaga

pendidikan.

F. Kerangka Pikir

Perkembangan yang dijelaskan dalam peraturan menteri pendidikan

Nasional nomor 137 tahun 2014 tentang standar pendidikan anak usia dini

yaitu nilai-nilai moral dan agama, fisik motori yang di dalamnya ada fisik

motorik halus dan kasar, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni dari

enam aspek perkembangan tersebut hendaknya harus disimulasi dengan

baik agar perkembangan dapat berkembang secara optimal.

Salah satu aspek perkembangan yang penting untuk kesiapan anak

menghadapi kehidupan selanjutnya adalah aspek sosial emosional, aspek

sosial merupakan salah satu aspek pencapaian kematangan dalam

hubungan atau interaksi sosial yang ditandai dengan anak memiliki

kesanggupan menyesuaikan diri. Salah satu kemampuan yang harus

dimiliki anak yaitu bekerja sama dalam kelompok yang hendaknya

distimulasi sejak dini. Kerja sama dalam kelompok memberikan

pengalaman langsung kepada anak untuk melakukan kegiatan bersama

26

teman sebayanya dengan tujuan agar anak berkomunikasi dengan teman

sebaya atau orang lain. Merangsang perkembangan sosial anak dengan

melakukan kegiatan yang diberikan secara berkelompok akan mendorong

anak untuk melakukan kerja sama dengan kelompoknya hal ini dilakukan

dengan harapan agar anak mendapatkan kesempatan mengembangkan

aspek perkembanagan sosial emosionalnya sehingga anak memiliki

kesiapan dalam mempersiapkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat

dengan teman atau orang lain.

Keterampilan sosial atau biasa disebut dengan interpersonal adalah

kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood, temperamental,

motivasi, dan hasrat orang lain, serta bekerja sama dengan orang lain,

seperti peka pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat orang lain dan dapat

berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan terus-menerus dan

berulang-ulang melalui metode atau jenis permainan yang mengarah

kepada permainan kerja sama dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil survei di TK Aisyyah Telukbetung bahwa anak belum berkembang

dalam aspek sosial khususnya kerja sama dalam kelompok masih rendah,

dikarenakan guru di sekolah tidak pernah adanya kegiatan untuk bermain

kelompok, bahkan berdasarkan pengamatan di sekolah tidak pernah

adanya bermain, setiap hari hanya belajar baca, tulis, hitung (calistung).

Guru hanya menggunakan majalah sebagai bahan ajar di sekolah. Guru

belum menggunakan alat permainan edukatif dalam pembelajaran,

27

sehingga anak tidak terbiasa bermain secara berkelompok. Sehingga

kurangnya kesempatan anak untuk mengekpresikan dirinya dan kemudian

menghambat keterampilan sosial anak, agar dapat memenuhi semua

kebutuhan perkembangan anak hendaknya dengan kegiatan pembelajaran

dengan bermain yang menyenangkan bagi anak. Bermain merupakan

dunia anak-anak yang tak lepas dari kehidupannya sehai-hari karena pada

hakekatnya anak belajar melalui bermain Piaget dalam Mauldya

(2015:42).

Bermain estafet puzzzle berupakan bentuk penyaluran pesan untuk

menyampaikan pembelajaran melalui bermain yang ditandai dengan

persyaratan dan aturan yang dilakukan dengan mengambil kartu huruf dan

berlari untuk memberikan keteman berikutnya selanjutnya menempelkan

kartu ditempat yang sesuai. Dengan demikian permainan estafet puzzle

yang diharapkan dapat mengembangkan aspek sosial anak kerja sama

dalam kelompok adalah jenis permainan kerja sama dan interaksi sosial

kepada teman atau orang lain seperti gotong royong, berbagi tugas,

bertanggung jawab. Permainan estafet adalah permainan yang

mengajarkan adanya kerja sama dan interaksi dan dapat menumbuhkan

sikap sosial anak dalam kehidupan sehar-hari.

Dengan demikian permainan yang menarik akan membuat anak tertarik

untuk melakukan kegiatan dalam pembelajaran, segingga ketika anak

sudah tertarik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kemampuan anak

akan berkembang secara optimal.

28

Berdasarkan diatas maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka pikir

Keterangan :X = Bermain estafet puzzleY = Kerjasama dalam kelompok

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah di uraikan di atas maka dapat di

rumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ha : Terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan

bermain estafet puzzle di TK Aisyiyah Telukbetung

Bandarlampung

Ho : Tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberi

perlakuan bermain estafet puzzle di TK Aisyiyah Telukbetung

Bandarlampung

2. Ha : Terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap kerja sama

dalam kelompok usian 4-5 tahun di TK Aisyiyah Telukbetung

Bandarlampung

Bermain estafet

puzzle

X

X

Kerjasama dalam

kelompok

Y

29

Ho : Tidak terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap kerja

sama dalam kelompok usian 4-5 tahun di TK Aisyiyah

Telukbetung Bandarlampung

III. METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode ini menggunakan metode Pre-Experimental Design, menurut

Sugiyono (2011:109) dikatakan Pre-Experimental Design, karena desain

ini belum merupakan ekperimen sungguh-sungguh dan masih terdapat

variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya dependen.

2. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan one group pre-ekperiment post-

eksperiment. Pada penelitian ini, diberikan pre-ekperiment sebelum diberi

perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan

Sugiyono (2011:110) Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar II desain penelitian one group pre-ekperiment post-eksperiment

O O1 O O2CX X

31

B. Setting penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran

2015/2016.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, (Sugiyono, 2014:119).

Populasi yang akan digunakan pada penelitian TK Aisyiyah Telukbetung

Bandar Lampung secara keseluruhan yang berjumlah 30 anak. Jadi peneliti

mengambil seluruh anak untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

D. Definisi Variabel1. Definisi fariabel konseptual

Variabel bebas: Permainan Estafet Puzzle

Permainan estafet puzzle adalah permainan menempel puzzel yang

berbentuk huruf dirangkai menjadi kata yang dikerjakan oleh sejumlah

kelompok untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tujuan

yang sama sehingga untuk para pendidik bisa menggunakan jenis

permainan ini terutama dalam pengembangan sosial anak dalam kerja

sama.

32

Variabel terikat : Kerja sama dalam Kelompok

Kerja sama (Team work) adalah keinginan kerja sama dengan orang

lain secara kooperatif menjadi bagian dari kelompok. Kelompok

adalah sejumlah individu yang berkomunikasi dengan orang lain

untuk jangka waktu tertentu dalam mengerjakan tugas bersama

dengan tujuan yang sama pula.

2. Definisi variabel operasional

Variabel bebas : Permainan Estafet Puzzle

Aktivitas bermain estafet puzzle adalah permainan menempel

huruf yang dikerjakan sejumlah kelompok yang saling bekerja

sama antara lain 1). Ketepatan dalam mengambil kartu estafet

puzzle, 2). Kecepatan dalam mengambil kartu estafet puzzle, 3).

Kesesuaian dalam menempel kartu estafet puzzle

Variabel terikat : Kerja sama dalam Kelompok

Kemampuan kerja sama dalam kelompok adalah kemampuan

seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk jangka

waktu tertentu dan menjalankan tugas bersama-sama dengan tujuan

yang sama juga. yaitu : Gotongroyong dengan teman dalam

mengambil kartu estafet puzzle bersama-sama teman, menempel

kartu estafet puzzle, berbagi tugas dalam menerima kartu estafet

puzzle, berbagi tugas menyusun kartu estafet puzzle,

bertanggungjawab dalam menempel kartu estafet puzzle,

33

bertanggungjawab dalam menerima kartu estafet puzzle,

bertanggungjawab dalam memberikan kartu estafet puzzle ke

teman selanjutnya.

E. Instrumen

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar panduan

observasi yaitu dengan menjabarkan variabel yang diukur menjadi indikator

variabel. Adapun kisi-kisi yang dibuat untuk mengukur variabel Y yaitu

kerjasama kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kerjasama Kelompok (Y)

Aspek Indikator

Aspek yang dinilaiPenilaian

Ceklis

BerkembangBelum

berkembangYa(1)

Tidak(0)

Gotongroyongdalam bermain

Mengambilkartu estafetpuzzle

Sudah bisamengambilkartu estafetpuzzlebersama-sama

Belum bisamengambil kartuestafet puzzlebersama-sama

Menempelkartu estafetpuzzle

Sudah bisamenempelkartu estafetpuzzlebersama-sama

Belum bisamenempel kartuestafet puzzle

bersama-sama

Berbagi tugas

Berbagi tugasdalammenerimakartu estafetpuzzle

Anak sudahberbagi tugasdalammenerimakartu estafetpuzzle

Anak belum bisaberbagi tugasdalam menerimakartu estafetpuzzle

Menyusunkartu estafetpuzzle

Anak sudahbisa berbagitugas menyusunkartu estafetpuzzle

Anak belum bisaberbagi tugasmenyusun kartuestafet puzzle

34

Bertanggungjawab

menempelkartu estafetpuzzle

Anak sudahbisa menempelkartu estafetpuzzle

Anak belum bisamenempel kartuestafet puzzle

menerimakartu estafetpuzzle

Anak sudahbisa menerimakartu estafetpuzzle

Anak belum bisamenerima kartuestafet puzzle

memberikankartu estafetpuzzle ketemanselanjutnya

Anak sudah bisamemberikankartu estafetpuzzle ke temanselanjutnya

Anak belum bisamemberikan kartuestafet puzzle keteman selanjutnya

Selanjutnya kisi-kisi yang dibuat untuk mengukur variabel X yaitu bermain estafet

sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Bermain Estafet Puzzle (X)

No Indikator

Kreteria Skor

TerlibatTidakterlibat

Ya(1)

Tidak(0)

1Ketepatan dalammengambil kartuestafet puzzle

Anak sudahtepat dalammengambilkartu estafetpuzzle

Anak belumtepat dalammengambil

kartu estafetpuzzle

2Kecepatan dalammengambil kartuestafet puzzlekurang dari 15detik/ kartu huruf

Anak sudahcepat dalammengambilkartu estafetpuzzle

Anak belumcepat dalammengambilkartu estafetpuzzle

3Kesesuaian dalammenempel kartuestafet puzzle

Anak sudahsesuai dalammenempel kartuestafet puzzle

Anak belumsesuai dalammenempel kartuestafet puzzle

35

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah sangat penting bagi penelitian untuk dapat

mengetahui dari hasil penelitian yaitu kualitas, kebenaran atau data yang valid.

Oleh karena itu dalam pengumpulan data ada beberapa teknik yang dapat

dilakukan :

1. Observasi terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara

sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.

Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti

tentang variabel apa yang akan diamati. Pedoman wawancara terstruktur,

atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk

melakukan observasi. (Sugiyono, 2014:198)

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen

yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya seni, yang dapat berupa gambar,

patung, film, dan lain-lain. (Sugiyono, 2014:240)

36

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan

kerjasama dalam kelompok pada anak usia dini setelah diberi perlakuan

menggunakan rumus interval menurut (Mangkuatmodjo 1997:37) sebagai

berikut :

Ɩ = NT-NR

K

KeteranganI =intervalNt =nilai tertinggiNr =nilai terendahK = kategori

1. Analisis tabel

Analisis tabel digunakan untuk mengetahui data yang diperoleh dari hasil

penelitian. Tabel tersebut berbentuk tabel sebagai contoh dapat dilihat tabel

berikut ini :

Tabel 3. Tabel Bermain Estafet Puzzle (X)

No Kategori IntervalFrekuensi

(f)Persentase

(%)1 SA2 A3 CA4 KA

Keterangan :SA = sangat aktifA = aktifCA = cukupaktifKA = kurang aktif

37

Tabel 4. Tabel Kerjasama dalam Kelompok (Y)

No Kategori IntervalFrekuensi

(f)Persentase

(%)1 BSB2 BSH3 MB4 BB

Keterangan :BSB = berkembang sangat baikBSH = berkembang sesuai harapanMB = mulai berkembangBB = belum berkembang

Tabel 5. Tabel Bermain Estafet Puzzle dan Perkembangan Kerjasamadalam Kelompok

Noy

xBSB BSH MB BB JUMLAH

1 SA2 A3 CA4 KA

Jumlah

2. Uji Hipotesis

Teknik analisis data untuk menguji hipotesis pertama dalam penelitian

ini dengan t-test, untuk mencari perbedaan antara sesudah dan sebelum

dengan rumus sbagai berikut:

Keterangan :MD : mean differencesd : deviasi individual dari MDN : jumlah subjek

38

Ŷ = a + bX

Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan rumus regresi

linier sederhana yang digunakan untuk menggambarkan garis yang

menunjukkan pengaruh antara variabel. Manfaat dari hasil analisi regresi

adalah untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel

dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variable independen atau

tidak. Sugiyono (2012: 260) regresi sederhana didasarkan pada hubungan

fungsional atau pun kausa satu variabel independen dengan satu variabel

dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :

Rumus regresi sederhana menurut Sugiyono (2012: 260) sebagai berikut :

Keterangan:

Ŷ =Subjek dalam variabel dependen yang diprediksiX =Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Peningkatan atau pun penurunan variabel penurunan variabel dependen

yang disadarkan pada perubahan variabel independen apa bila nilai variabel

independen X ditentukan. Dimana rumus menghitung nilai konstan b dan a

sebagai berikut :

39

Ket :

a =Harga Y ketika harga X = (harga konstan)b =Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkanpada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila(-) maka arah garis turun.

60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dengan

menggunakan t-test dan uji linier sederhana dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji t-test dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan sebelum diberikan perlakuan menggunakan

permainan estafet puzzle, hanya beberapa anak yang perkembangan

kerjasama dalam kelompoknya berkembang sangat baik. Sesudah

diberikan perlakuan menggunakan permainan estafet puzzle sebagian

anak berkembang sangat baik.

2. Sementara hasil uji dengan regresi linier sederhana juga menunjukkan

terdapat pegaruh bermain estafet puzzle terhadap kerjasama dalam

kelompok pada anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Teluk Betung

Bandar Lampung. Bermain estafet puzzle menunjukkan adanya

pengaruh yang signifikan pada perkembangan kerja sama dalam

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan

permainan estafet puzzle.

Dengan demikian dapat simpulkan bahwa dengan bermain estafet puzzle dapat

meningkatkan perkembangan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 tahun di TK

Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.

61

B. Saran

1. Guru

Guru dapat menggunakan permainan yang edukatif dan menyenangkan

serta mengetahui jenis karakter anak sehingga dapat dengan mudah di

kembangkan dan diterima oleh anak-anak dalam mengembangkan kerja

sama dalam kelompok usia 4-5 tahun.

2. Sekolah

Diharapkan sekolah dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang

menunjang dalam proses belajar mengajar. Agar pengembangan yang akan

dilakukan sesuai dan mencapai tujuan dengan optimal.

3. Peneliti lain

Babagai peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian sebagai referensi

untuk dapat menyusun penelitian yang lebih baik dalam mnggunakan

permainan yang dimodifikasi untuk dapat meningkatkan perkembangan

kerjasama dalam kelompok usia 4-5 tahun.

62

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah Sita. 2015. Validasi Modul Bermain Peran Aku Sayang Kawan UntukMeningkatkan Pengetahuan Perilaku Prososial Pada Anak Usia Dini. Jurnal OfProfessional Psychology Universitas Gadjah Mada (Online) Tersedia Vol. 1 No 2Agustus (2015) ISSN Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei 2016 Pukul 11:11WIB

Allen, Maotz. 2010. Profil Perkembangan Anak Edisi Lima. Jakarta: PT. Indeks.

Amini. 2012. Upaya Meningkatkat Kercerdasan Interpersonal Anak Melalui Estafet Air.Surakarta : Mummadiyah Surakarta

Aminudin. 2010. Atletik & Tekniknya. Bogor : Quadra.

Astutii. 2007. Belajar Dan Pembelajaran 2 Edisi Satu. Jakarta : UniversitasTerbuka.

Bestiani. M. 2012. Peningkatan Kerjasama Dengan Teman Melalui Permainan PipaBocor Di TK Negeri 01 Ketapang. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (Online)FKIP UNTAN. Diunduh

Esti Kurniawati Mahardika. 2014. Peningkatan Perilaku Sosial Anan MelaluiPermainan Tradisional Jawa. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (Online)Tersedia Vol VIII Edisi 2. November (2014). Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01Mei Pikul 11:41 Wib.

Fatimah. 2015. Upaya meningkatkan kerjasama melalui permainan outbound estafet.Jurnal of education universitas PGRI Semarang (online) tersedia Vol 4. No 1Oktober (2015) PAUDIA

Hadi, Sutrisno. 2006. Metodologi Penelitian. Jogyakarta: Andi Ofset

Hartimah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : PT. RefikaAditama

Hildayani Rini, dkk. 2011. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : UniversitasTerbuka.

Hurlock, Elizabeth. 2000. Perkembangan Anak Edisi Enam. Jakarta.Erlangga

Kurnia M Esti. 2014. Peningkatan Perilaku Sosial Anak Melalui Permainan TradisionalJawa. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Universtas Negri Jakarta. (Online) TesediaVol. 8 Edisi 2 November 2014. PUD Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei2016 Pukul 11:41 WIB

63

Mangkuatmodjo, Soegyarto. 1997. Pengantar statistika. Jakarta : Rineka Cipta.

Masitoh. 2005. Pendekatan Belajar Aktir Taman Kanak-Kanan. Departemen PendidikanNasional. Jakarta : Universitas Terbuka

Muhammad, As’adi. 2010. Panduan Praktis Stimulasi Otak Anak. Jogjakarta :Divapress .

Mulyasa. 2014. Manajemen PAUD. Bandung : PT remaja Rosdakarya.

Nazayanti. 2013. Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Kegiatan Bermain BalokAnak Usia Dini. Jurnal pendidikan anak (online) tersedia volum II Agustus (2013)diunduh pada hari senen tgl 27 Juni 2016.

Sigiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi Mix Methods. Bandung : Alfabeta, C.V

Siregar, Syofia. 2011. Statistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta : Rajawalipers

Sujiono,Yuliani Nuraini, Dkk. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Majemuk.Jakarta : Indeks.

Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.456.

.2012. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta C.V

Suyadi & Maulidya 2015. Konsep Dasar Paud.. Bandung: Pt RemajaRosdakarya Offset.

Syamsidah. 2013. Permainan Bola Estafet Sebagai Media Pembelajaran Pada AnakUsia Dini. Jurnal Pendidikan Anak. (Online) Tersedia Vol II Edisi 2 Desember(2013) Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 10:10 Wib.

Syamsu, Yusuf Dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : RajagrafindoPersada.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu . Jakarta: Bumi Aksara.

Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Yamin, Martin, dkk. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Gaung Persada.Jakarta.

Yeni, Rachmawati Dkk. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak.Jakarta : Prenadamedia.

64

Yus, Anita 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Edisi Pertama. Jakarta :Prenadamedia.

.2012. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zulfasari Rina. 2013. Penerapan Modifikai Permainan Lari Estafet UntukMeningkatkan Motivasi Siswa Hasil Belajar Dalam Pembelajarn Penjaskes.Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. UNESA. (Online) Tersedia Vol1 No 02 (2013) Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 10:33 Wib.