Upload
dohanh
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA SAMA
DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH
TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
YANI LESTARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PLAYING ESTAFET PUZZLE ON THECOOPERATION DEVELOPMENT IN A RANGE OF 4-5 YEARS AGE
IN TK AISYIYAH TELUKBETUNG BANDARLAMPUNG
The problem of this research was the lack of cooperation development in arange of 4-5 years age in TK Aisyiyah. This research aimed to determind theinfluence of playing estafet puzzle on the cooperation development and thedifference between before and after applaying estafet puzzle game. Thisresearch was used pre-experiment design method and one group pre-experiment post-experiment. Data collection tool that used observation anddocumentation. This research was analized by t-test examination and samplelinier regresssion test. The result showed that there was a significant differencebetween before and after applying estafet puzzle game toward children oncooperation development in a range of 4-5 years age in TK AisyiyahTelukbetung Bandar Lampung
Keyword: plying, estafet puzzle, cooperation development
ABSTRAK
PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGANKERJA SAMA DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH
TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG
Masalah dalam penelitian ini adalah perkembangan kerja sama dalam kelompokusia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah masih rendah. Dengan bertujuan untuk mengetahuipengaruh permainan estafet puzzle terhadapat perkembangan kerjasama dalamkelompok dan perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yaitu melaluibermain estafet puzzle. Metode penelitian adalah menggunakan metode Pre-Experimental Design. Menggunakan design one group pre-ekperiment post-eksperiment. Alat pengumpulan data yaitu menggunakan observasi dandokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji t-test dan uji regresi liniersederhana. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang siginifikanantara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bermain estafet puzzle dan adapengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerjasama dalamkelompok usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.
Kata Kunci : bermain, estafet puzzle, perkembangan kerjasama.
PENGARUH BERMAIN ESTAFET PUZZLE TERHADAP KERJA SAMA
DALAM KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH
TELUKBETUNG BANDAR LAMPUNG
Oleh
YANI LESTARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Yani Lestari dilahirkan pada tanggal 04 April 1990 di desa
Panggung Rejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
Lampung. Putri dari pasangan bapak Suhadi dan ibu Wagiyem
ini menamatkan sekolah dasar di SD 1 Panggungrejo
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu pada tahun 2006. Pada tahun 2009
peneliti menyelesaikan pendidikan SMP di PKBM Melati Pecoh Raya Telukbetung
Selatan.Pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan di SMA Tamansiswa
Telukbetung Bandarlampung.Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi
program pendidikan guru anak usia dini. Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui seleksi penjaringan
mahasiswa PMPAP.
Tahun 2015 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Profesi
Kependidikan (PPK) di TK Tunas Harapan Pekon Kebuayan Krui Pesisir Barat
MOTTO
“Ketika sekelompok manusia bersatu dan bekerjasama dengan harmonis”
“Peningkat energi yang tercipta melalui kerjasama tersebut dialami setiap individu
di dalam kelompok”
(Napoleon Hill)
“Pendidikan tidak memandang siapa seseorang itu”
“Sambut dan raihlah masa depan dengan berilmu”
(Yani Lestari)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohim.....
Kupersembanhkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT serta Nabi
junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terimakasih serta banggaku kepada
Kedua orang tua tercinta dan tersayang (Bapak Suhadi, Mamak Wagiyem) telah
memberikan cinta dan doa yang tulus untuk aku trimakasih
Almamater Tercinta Universitas Lampung
sebagai tempat mencari dan menggali segudang ilmu, menjadikan sosok dewasa
dan mandiri
Teman –teman satu angkatan PG-PAUD 2012
yang telah banyak motivasi dan masukannya , seperjuangan satu tujuan dalam
menyelesaikan studi ini kelas A dan B terimakasih
Teman-teman KKN di Pekon Kebuayan Pesisir Barat Krui terimakasih atas
dukungannya
SANWACANA
Puji syukur senantiasa ku panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi PG-PAUD di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, selaku Rektor Universitas Lampung
2. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
3. Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Ari Sofia, S. Psi. M. A. Psi, selaku Ketua Program Studi SI-PG PAUD
Universitas Lampung.
5. Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah bersedia
memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Gian Fitria Angraini, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah bersedia memberi
bimbingan, kritik, saran, motivasi, dan semangat dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
7. Dr. Riswandi, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan
saran guna perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak/ibu Dosen PG-PAUD Universitas Lampung dan Staf Karyawan PG-
PAUD serta seluruh staf FKIP Universitas Lampung yang tidak tersebut yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Mamah tersayang (Rohayah, S.Pd) terimakasih yang sebanyak-banyaknya telah
mendorong dan mensuport memberikan masukan moril dam materil demi
kelancaran dalam menggapai cita-citaku dan do’a yang tak pernah berhenti.
10. Kakang, Yayuk, Adik tersayang (Kasyanto, Noviyanti, Sigit Widodo) yang telah
menjadi sodara sekaligus teman dalam sehari-hari dan memberikan semangat
,terimakasih
11. Ponakan yang paling lucu (Andi Bagus Alfarabbi Cendikia) yang selalu
memberikan inspirasi membuat saya tersenyum dengan tingkah lucunya yang
selalu manja dengan saya. Terimakasih telah menghibur dalam saya menggapai
cita-cita.
12. Teman satu Geng beautifull girls ( Diah Ayuningtyas, Dinda Restya, Irania,
Kartika Aprilia) teman dari pertama kuliah, penyemangat, seperjuangan, canda
tawa kalian selalu membuatku tertawa, selalu kompak kalian lah motivasiku
tanpa kalian aku tak seperti ini termakasih kita satu tujuan satu gelar dan kita
datang bareng lulus bareng love you are beautiful girls
13. Teman Sukadukaku Irma Febriyana, Istiqomah, Wildan Solehah teman dari
pertama kuliah kost bareng satu kamar sedih bareng seneng bareng kalian
penyemangatku, penolongku selama menyusun skripsi trimakasih
14. Orang yang tersayang tercinta di hati, telah mengisi hatiku dan hari-hariku,
memberikan cinta dan kasih sayang penuh untukku , memberikan semangat
selama perjalanan sampai menuju cita-citaku love you my boy, Terimakasih
15. Almamater Tercinta Universitas Lampung sebagai tempat mencari dan menggali
segudang ilmu, menjadikan sosok dewasa dan mandiri
16. Teman –teman satu angkatan PG-PAUD 2012 yang telah banyak motivasi dan
masukannya , seperjuangan satu tujuan dalam menyelesaikan studi ini kelas A
dan B terimakasih
17. Teman-teman KKN di Pekon Kebuayan Pesisir Barat Krui terimakasih atas
dukungannya
Bandar Lampung, Juli 2016
Penulis
Yani Lestari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEEL......................................................................................xviDAFTAR GAMBAR....................................................................................xviiDAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xviii
I. PENDAHULUAN.............................................................................1A. Latar Belakang .......................................................................1B. Identifikasi Masalah ...............................................................6C. Pembatasan Masalah ..............................................................6D. Rumusan Masalah ..................................................................6E. Tujuan Masalah......................................................................7F. Manfaat Masalah....................................................................7
II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................9A. Hakikat Anak Usia Dini .........................................................9B. Perkembangan Anak Usia Dini..............................................11C. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini ...................................11
1. Pola Perilaku Perkembangan Sosial Anak ......................132. Pentingnya Pengalaman Sosial........................................143. Faktor-Faktor Perkembangan Sosial Anak Usia Dini .....154. Perkembangan Kerjasama Anak .....................................165. Manfaat Kerjasama..........................................................176. Tugas Dalam Kelompok..................................................177. Tujuan Kelompok............................................................17
D. Pengertian Bermain................................................................181. Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini......................182. Fungsi Bermain ...............................................................193. Jenis Bermain ..................................................................194. Bermain Estafet Secara Umum .......................................225. Bermain Estafet puzzle....................................................23
E. Penelitian Yang Relevan ........................................................24F. Kerangka Pikir .......................................................................25G. Hipotesis.................................................................................28
III. METODE PENELITIAN ................................................................30A. Metode Dan Desain Penelitian...............................................30B. Setting Penelitian ...................................................................31C. Populasi ..................................................................................31D. Definisi Variabel ....................................................................31E. Instrumen ...............................................................................33F. Teknik Pengumpulan Data.....................................................35G. Teknik Analisis Data .............................................................36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................40A. Hasil Dan Penelitian...............................................................40B. Pembahasan............................................................................51
V. KESIMPULAH DAN SARAN........................................................60A. Kesimpulan ............................................................................61B. Saran.......................................................................................57
Daftar pustaka ........................................................................62
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Kisi- Kisi Kegiatan Kerjasama Dalam Kelompok ........................33
2. Kisi-Kisi Bermain Estafet Puzzle...................................................34
3. Tabel Bermain Estafet Puzzle ........................................................36
4. Tabel Kerjasama Dalam Kelompok ...............................................37
5 . Tabel Silang ..................................................................................37
6. Distribusi Nilai Keaktifan Sebelum Diberikan Permainan X ......40
7. Distribusi Nilai Keaktifan Sesudah Diberikan Permainan X ........41
8. Distribusi Nilai Keaktifan Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Permainan X ..................................................................................42
9.Distribusi Nilai Kerja Sama Sebelum Diberikan Permainan ........43
10. Distribusi Nilai Kerja Sama Sesudah Diberikan Permainan........44
11. Distribusi Nilai Kerja Sama Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Permainan ......................................................................................45
12. Tabel Silang .................................................................................47
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Pikir................................................................................28
2. Desain Penelitian............................................................................30
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1.Lembar Observasi Keaktifan Sebelum X ........................................66
2. Lembar Observasi Keaktifan Sesudah X........................................67
3. Lembar Observasi Kerja Sama Sebelum Y ....................................68
4. Lembar Observasi Kerja Sama Sesudah Y....................................70
5. Rekapitulasi Uji T...........................................................................72
6. Rekapitulasi Uji Regresi Linier Sederhana ....................................73
7.Rubrik Instrumen Variabel Y.........................................................74
8. Rubrik Intrumen X .........................................................................76
9. Instrumen Variabel X .....................................................................77
10. Instrumen Variabel Y ...................................................................78
11Rkh Bermain Estafet Puzzle...........................................................80
12. Rkh Konfensional .........................................................................89
13. Validasi Intrumen Indikator .........................................................95
14. Keterangan Surat Pendahuluan Tk Aisyiyah............................. 109
15. Keterangan Izin Penelitian Tk Aisyiyah.................................... 110
16. Surat Keterangan Penelitian Dari Sekolah ................................ 111
17. Gambar Media ........................................................................... 112
18. Dokumentasi.............................................................................. 113
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dinimerupakan masa peletakan dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan danperkembangan anak. Rangsangan yang diterima anak pada masa usia diniyang meliputi makanan, minuman serta stimulus dari lingkungannyamemberikan kontribusi yang sangat besar pada pertumbuhan danperkembangan anak pada masa itu, dan berpengaruh terhadappertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Usia dini (0-6 tahun)merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangatmenentukan bagi anak di masa depannya atau disebut juga masa keemasan(the golden age) sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukantahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Suyadi &Maulidya, 2011:2)
Bentuk pembelajaran pada anak usia dini adalah dengan memperhatikan
karakteristik anak yang dimiliki oleh setiap anak. Anak usia dini sangat
membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Jika anak mendapatkan
rangsangan yang baik, maka perkembangan anak akan berkembang secara
optimal dan begitu juga sebaliknya. Proses melaksanankan pembelajaran
pada anak usia dini, harus mampu membimbing dan mengetahui jenis
karakter peserta didik, juga harus mengetahui tentang standar pendidikan
anak usia dini yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini yang meliputi beberapa aspek yaitu nilai-nilai moral dan agama, fisik
motori yang di dalamnya ada fisik motorik halus dan kasar, kognitif,
bahasa, sosial emosional dan seni.
2
Perkembangan anak yang terdapat di Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di
atas harus dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Salah satu aspek perkembangan yang perlu
ditingkatkan adalah perkembangan sosial emosional khususnya kerjasama
anak. Anak usia dini merupakan fase fundamental yang akan menentukan
masa yang akan datang, untuk itu harus diperhatikan perkembangan dan
keterampilan sosialnya. Sependapat dengan teori Vygotsky dalam Trianto
(2012:76) mengatakan bahwa “fungsi mental yang lebih tinggi pada
umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antara individu lain”.
Keterampilan sosial anak biasanya terbentuk melalui kelompok bermain
seusianya. Anak bekerja sama dalam satu permainan. Hal tersebut dapat
menjadi sarana bagi anak untuk belajar bekerjasama meskipun pada
dasarnya hal tersebut muncul akibat perasaan malu pada anak (Syamsu,
2011: 42) hal ini adalah sebagai bentuk perwujudan reaksi emosional.
Pada usia 2-4 tahun anak biasanya masih egosentris tidak memperdulikan
orang lain asyik dengan dunianya sendiri.
Adapun pentingnya perkembangan sosial anak harus dibentuk sejak dini,
karena pada masa anak-anak adalah masa pembentukan kepribadian
setelah anak menjadi orang dewasa. Banyaknya pengalaman kebahagiaan
mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagi dan untuk
menjadi orang yang mempunyai sifat sosial. Banyaknya pengalaman yang
tidak menyenangkan mungkin menimbulkan sikap yang tidak sehat
3
terhadap pengalaman sosial dan terhadap orang pada umumnya,
pengalaman yang tidak menyenangkan yang terlalu banyak juga
mendorong anak menjadi tidak sosial dan anti sosial. Pengalaman sosial
awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang lain di
luar lingkungan rumah. Sebagai pedoman umum, pengalaman di dalam
rumah lebih penting pada masa prasekolah sedangkan pengalaman di luar
rumah menjadi lebih penting setelah anak-anak memasuki sekolah. Tahun
demi tahun, karena perkembangannya keinginan akan status dalam
kelompok, sikap dan perilaku anak dipengaruhi oleh tekanan anggota
kelompok (Hurlock, 2000 : 256)
Adapun pola perilaku sosial pada anak menurut (Hurlock: 2000:262) yaitu
: 1) meniru, dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok
sosial, anak-anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan
kelompok terhadap diri mereka 2) hasrat akan penerimaan sosial, jika
hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan
diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima oleh orang dewasa
biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk diterima
oleh teman sebaya 3) simpati, anak kecil tidak mampu berperilaku
simpatik sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan
dukacita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong
atau menghibur seseorang yang sedang sedih 4) empati kemampuan
meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati
pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat
memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain. Sikap
4
mementingkan diri sendiri, belajar memikirkan orang lain dan berbuat
untuk orang lain dan bukan hanya memusatkan perhatian pada
kepentingan dan milik mereka sendiri (Hurlock, 2000 :263).
Upaya pengembangan dan peningkatkan perkembangan sosial anak
biasanya dilakukan melalui bermain. Bermain mampu meningkatkan
perilaku sosial anak dengan dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan.
Permainan estafet puzzle anak-anak akan merasa senang dan tertantang
untuk melakukan kegiatan bersama dan bergantian dalam kelompoknya,
didalamnya terdapat kegiatan yang bentuk kompetitif, dimana untuk
memacu semangat anak dalam permainan. Permainan estafet juga adanya
kerjasama, berbagi tugas, bergiliran, mengerjakan tujuan bersama teman
kelompoknya sehingga anak akan terhubung dengan teman bermainnya
dan dapat mengembangkan keterampilan sosial anak usia dini.
Adapun hasil penelitian dari Alfiyah (2015) mengatakan bahwa “Dengan
bermain aku sayang kawan dapat mengembangkan keterampilan sosial
anak, karena pada saat bermain anak melakukan komunikasi dan saling
bekerjasama dengan teman bermainnya”. Selain itu juga penelitian dari
Zulfasari (2013) mengatakan bahwa “dengan bermain bola estafet dapat
meningkatkan hasil belajar anak dan dapat mengembangkan aspek sosial
emosional, motorik, kognitif, dan juga bahasa. Bermaian adalah hal yang
menyenangkan bagi anak usia dini”.
5
Berdasarkan pengamatan observasi yang dilakukan pada tanggal 01 Maret
2016 di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung, maka terdapat
beberapa anak yang masih mengalami kesulitan dalam bermain kelompok
anak-anak cenderung lebih suka bermain sendiri-sendiri (individualis)
karena usia yang masih 4-5 tahun. Faktor penghambat yang muncul
dikarenakan guru di sekolah tidak pernah adanya kegiatan untuk bermain
kelompok, bahkan berdasarkan pengamatan di sekolah tidak pernah
adanya bermain, setiap hari hanya belajar baca, tulis, hitung (calistung).
Guru belum menggunakan alat permainan edukatif dalam pembelajaran,
sehingga anak tidak terbiasa bermain secara berkelompok. Hal ini
mengakibatkan anak kurang mempunyai kesempatan untuk
mengekpresikan dirinya dan kemudian menghambat keterampilan sosial
anak. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti saat
observasi di TK Aisyiyah Telukbetung Bandarlampung yang berjumlah 30
anak. Anak-anak masih berada pada kategori keterampilan sosialnya
berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 2 anak, berkembang sesuai
harapan (BSH) sebanyak 5 anak, mulai berkembang (MB) 23 anak, dan
tidak ada anak yang belum berkembang (BB). Upaya dalam membantu
mengembangkan keterampilan sosial anak ada beberapa permainan yang
dapat digunakan misalnya, “permainan bola estafet” (Syamsidah:2013),
“estafet air” (Amini : 20110) dengan demikian peneliti meggunakan
permainan estafet puzzle untuk mengembangkan kerja sama dalam
kelompok anak.
6
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti bermaksud melihat
pengaruh bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam
kelompok usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Talukbetung Bandarlampung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, masalah yang
teridentifikasi dalam penilitian sebagai berikut :
a. Anak-anak belum bisa bermain kelompok
b. Anak-anak lebih suka bermain sendiri (Individualis)
c. Guru kurang menerapkan permainan berkelompok
d. Guru belum kreatif dalam membuat APE
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah masih rendahnya kemampuan anak dalam bekerja
sama dan anak-anak usia 4-5 tahun masih bersifat individual.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan kerja sama sebelum dan
sesudah diberi perlakuan bermain estafet puzzle terhadap
perkembangan kerja sama dalam kelompok?
2. Apakah terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap
perkembangan kerja sama dalam kelompok?
7
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberi
perlakuan bermain estafet puzzle terhadap perkembangan kerja
sama dalam kelompok
2. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengaruh bermain
estafet puzzle terhadap perkembangan kerja sama dalam
kelompok
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitan diharapakan dapat menjadi manfaat
1. Manfaat Teoritis :
Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu
pengetahuan pada bidang pendidikan anak usia dini yang berkaitan
dengan mengembangkan kerja sama dalam kelompok dengan
bermain estafet puzzle.
Manfaat Praktis :
a. Bagi guru
Sebagai pendidik harus mengetahui jenis karakter anak agar
dalam mengembangkan perkembangan anak usia dini sesuai
dengan minat dan bakat anak, dengan memilih teknik
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan perkembangan
sosial anak.
8
b. Bagi sekolah
Dapat meningkatkan kualitas sekolah dan menghasilkan anak
didik yang baik dalam perkembangan sosial anak.
c. Bagi siswa
Hasil penelitian dapat meningkatkan perkembangan kerja sama
anak dan untuk berlatih terus-menerus dengan bermain bersama
dengan teman sebayanya untuk dapat diterima dikehidupan
selanjutnya.
9
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang masuk rentang usia 0-6 tahun. Usia dini
merupakan masa keemasan (golden age) dimana pada masa ini memiliki
peluang untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang
dimiliki. Oleh karena itu menstimulus perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangan sangat penting dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan anak dengan cara membangun pengetahuannya sendiri
Slavina dalam Trianto (2012:76.
1. Teori Kontruktivisme
Sujiono,(2010:29) Pembelajaran pada anak usia dini merupakan
proses antara anak, otang tua, atau orang dewasa lainnya dalam
suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi
yang dibangun adalah faktor yang mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran. Melalui interaksi tersebut anak memperoleh
pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar anak dapat
berlangsung dengan lancar. Menurut Vigotsky dalam Hildayani
(2011: 3.22) berpendapat bahwa
Perkembangan kognitif anak di bangun melalui interaksi sosial,dengan kata lain lingkungan sosial dan budaya amat berperandalam meningkatkan perkembangan kognitif anak berkenandengan hal tersebut Vigotsky juga dikenal dengan titik pandangbudaya atau bisa disebut Socialcultural.
10
Menurut teori kontruktivisme, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Aliran kontruktivisme merupakan aliran yang meyakini
bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia
disekeliling mereka, dan membangun pemahaman mereka sendiri terhadap
sekitar.
Erikson dalam Hildayani, dkk ( 2011:2.4) meyebutkan bahwaproses maturasi fisik dalam tuntutan masayarakat mencinptakandelapan krisis atau isu yang harus di selesaikan oleh seseorang. Iamenjelaskan krisis ini dengan hasil positif dan negatif, misal basictrust vs basic mitrust. Bila krisis ini tidak dapat di tanggulangidengan baik maka seseorang akan terus berperang untukmenyelesaikan selama hidupnya. Delapan krisis ini merupakantahapan perkembangan emosi yang terjadi pada diri seseorang,bahwa keberhasilan pada setiap tahapannya akan mempengaruhipada tahapan selanjutnya.
Adapun delapan tahapan yang dialami oleh individu sebagai berikut :
a. Basic Trust Vs Basic Mitrust (0-1 Tahun)
b. Autonomy Vs Shame And Doubt (Tahun Ke-2)
c. Initiative Vs Guilt (3-5 Tahun)
d. Industry Vs Inferiority (6 Tahun- Pubertas)
e. Identitit Vs Identity Confusion (Remaja :10-20 Tahun)
f. Intimacy Vs Isolation (Dewasa Muda :20-30 Tahun)
g. Geberativity Vs Stagnation (Dewasa Madya :40-50 Tahun)
h. Integrity Vs Despair (Dewasa Akhir)
Berdasarkan perkembangan anak usia dini berada pada tahapan 3-5 Tahun
atau innitiative vs Guilt Hildayani (2011: 2.7) menyatakan perkembangan
pada tahap ini anak mulai memasuki lingkungan sosial yang lebih luas dan
11
mereka dituntut untuk mengembangkan perilaku yang dituntut dalam
lingkungan sosialnya.
Dapat disimpulakan bahwa perkembangan emosi merupakan
perkembangan yang berkaitan dengan perasaan yang ditunjukkan melalui
bahasa tubuh akibat reaksi dari suatu kejadian.
(Trianto, 2012:36) Adapun kecerdasan interpersonal yangkaitannya dengan kemampuan untuk berhubungan dengan oranglain. Biasanya anak mudah dalam kerja sama dalam kelompoknyamereka juga mudah berkomunikasi dan berempati kepada oranglain.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dianalisa bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan kemampuan yang berhubungan dengan orang
lain. Melalui kecerdasan tersebut anak dapat mudah bekerja sama dalam
kelompok sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam
berkomunikasi dan berempati terhadap orang lain.
B. Perkembangan Anak Usia Dini
Setiap individu mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya.
(Trianto, 2012:20) perkembangan adalah perubahan-perubahan yang
dialami oleh individu untuk menuju tingkat kedewasaan dan kematangan.
Dapat disimpulkan perkembangan anak usia dini adalah suatu perubahan
yang dialami oleh setiap individu, yaitu menuju tingkat pendewasaan dan
kematangan yang berlangsung secara sistematis, progres dan
berkesinambungan baik fisik maupun psikis.
12
C. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau
interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral
agama. Perkembangan pada anak usia dini ditandai dengan adanya
perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga
dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan
sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari
sikap berpusat kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama
(kooperatif) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang
lain). Anak mulai berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya, dan
bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok
(gang), dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya
(Syamsu Y Dkk , 2011: 65).
Anak perlu belajar dari kehidupan sehingga memperoleh keterampilan
sebagai bekal kehidupan. Pembelajaran di kelas melibatkan kegiatan fisik,
penggunaan benda-benda sebagai alat yang dapat dimanipulasi anak secara
konkret sehingga dapat mengembangkan kemampuan intelektual. Interaksi
antar anak-anak juga diperlukan sehingga anak dapat belajar dari
lingkungan sosial, (Yus, 2012:6)
13
1. Pola Perilaku Perkembangan Sosial AUD
Perkembangan anak merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial anak usia dini . dapat diartikan juga proses belajar
sependapat dengan (Hurlock, 2000: 255) yang mengatakan ada
beberapa pola perilaku perkembangan anak usia dini sebagai berikut
Kerja Sama
Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja sama dengan
anak lain sampai mereka dewasa. Semakin banyak kesempatan
yang mereka miliki untuk memiliki sesuatu bersama-sama.
Semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara kerja
sama.
Meniru
Meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-
anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok
terhadap diri mereka.
Hasrat Akan Penerimaan Sosial
Jika hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima
oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan
dengan hasrat untuk diterima oleh teman sebaya.
14
Simpati
Anak kecil tidak mampu berperilaku simpatik sampai mereka
pernah mengalami situasi yang mirip dengan dukacita. Mereka
mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau
menghibur seseorang yang sedang sedih.
Empati
Empati kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain
dan menghayati pengalaman orang tesebut. Hal ini hanya
berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau
maksud pembicaraan orang lain.
Sikap Mementingkan Diri Sendiri
Belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dan
bukannya memusatkan perhatian pada kepentingan dan milik
mereka sendiri.
2. Pentingnya Pengalaman Sosial Awal
Karena perilaku sosial atau perilaku yang tidak sosial dibina pada
masa anak-anak awal atau masa pembentukan kepribadian setelah
anak menjadi orang dewasa. Banyaknya pengalaman kebahagiaan
mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagi dan
untuk menjadi orang yang mempunyai sifat sosial. Banyaknya
pengalaman yang tidak menyenangkan mungkin menimbulkan sikap
yang tidak sehat terhadap pengalaman sosial dan terhadap orang pada
15
umumnya, pengalaman yang tidak menyenangkan yang terlalu
banyak juga mendorong anak menjadi tidak sosial dan anti sosial.
Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota
keluarga atau orang lain di luar lingkungan rumah. Sebagai pedoman
umum, pengalaman di dalam rumah lebih penting pada masa
prasekolah sedangkan pengalaman di luar rumah menjadi lebih
penting setelah anak-anak memasuki sekolah. Tahun demi tahun,
karena perkembangannya keinginan akan status dalam kelompok,
sikap dan perilaku anak dipengaruhi oleh tekanan anggota kelompok
(Hurlock, 2000:256)
3. Faktor-Faktor Perkembangan Sosial AUD
Pada anak usia dini sebagai individu yang mengalami perkembangan
bersifat unik. Anak berkembang dengan cara tertentu. Perkembangan
anak mempunyai variasi individual dan perkembangan anak bisa
terjadi setiap saat. Adapun faktor dalam perkembangan anak :
Faktor Keluarga
Jika lingkungan rumah sebaiknya secara keseluruhan memupuk
perkembangan sikap sosial yang baik, kemungkinan besar anak
akan menjadi pribadi yang sosial dan begitupun sebaliknya.
Sejumlah studi tentang penyesuaian sosial telah membuktikan
bahwa hubungan pribadi di lingkungan antara ayah, ibu anak
dengan saudaranya, dan anak dengan orang tua, mempunyai
pengaruh yang sangat kuat. (Hurlock, 2000:256)
16
Faktor Luar Rumah
Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di
dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap
sosial dan pola perilaku anak. Jika hubungan mereka dengan
teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah menyenangkan,
maka anak akan menikmati hubungan sosial dan ingin
mengulanginya lagi dan begitupun sebaliknya. (Hurlock,
2000:257)
4. Perkembangan Kerjasama AUD
Kelompok belajar merupakan salah satu bentuk realisasi bimbingan di
sekolah. Disamping belajar secara individual, anak-anakpun sebaiknya
juga belajar dengan sistem kelompok. Mengenai hal ini, ada beberapa
alasan mendasar yang dapat diajukan sebagai landasan untuk
penyelenggaraan kalompok belajar itu (Walgito, 2010:123).
Sehubungan dengan itu pula, perlu kita ingat mengenai tujuan daripendidikan dan pengajaran yang tercantum dalam UUNo.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional : usia lahirsampai dengan masa keemasan sekaligus masa kritis dalamtahapan kehidupan manusia, yang akan menentukanperkembangan anak selanjutnya (Yamin Martinis dkk, 2010:5).
Kata-kata tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan adalah
membentuk orang yang mempunyai sikap atau Attitude sosial yang
baik, yang mampu bekerja sama dengan lingkungannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam Walgito, (2010:124)
“Manusia itu merupakan makhluk sosial sehingga tiap-tiap manusia
17
mempunyai keinginan untuk berkelompok dengan teman-teman
sosialnya”.
Perkembangan sosial dari umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar
melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar
lingkungan rumah terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya.
Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam kelompok
bermainnya (Hurlock, 2000:261)
5. Manfaat Kerja Sama AUD
Kerja sama dapat menambahkan produktifitas dan meningkatkan
moral. Kerja sama dalam kelompok ini akan membuahkan hasil yang
lebih baik terhadap tugasnya tanpa pamrih
6. Tugas dalam Kelompok
Tugas-tugas dalam kelompok ini harus memberikan kesempatan
kepada setiap peserta kelompok untuk menunjukkan prestasinya, dan
juga diarahkan untuk mencapai tujuan yang sama. Dengan
melaksanakan tugas kelompok, siswa dapat belajar tentang sikap dan
kebiasaan dalam kerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa,
dan bertanggung jawab (Syamsu Y, Dkk , 2011: 66).
7. Tujuan Kelompok
Walgito (2010:124) Ada beberapa hal yang dapat dicapai dalam kerja
sama kelompok. Tentu saja tidak hanya dalam hal pelajaran antara
lain:
18
1. Membiasakan anak bergaul dengan teman-teman2. Bermain kelompok dapat merealisasikan tujuan3. Mengatasi kesulitan dalam tugas atau permainan4. Belajar hidup bersama agar nantinya bisa bermasyakat5. Mempunyai rasa kebersamaan kegotong-royongan antar
sesama.
Dari pengertian di atas dapat disimpulka bahwa : Kerja sama (Team
work) adalah keinginan kerja sama dengan orang lain secara
kooperatif menjadi bagian dari kelompok. Kelompok adalah sejumlah
individu yang berkomunikasi dengan orang lain untuk jangka waktu
tertentu dalam mengerjakan tugas bersama dengan tujuan yang sama
pula.
D. Pengertian Bermain
Menurut melinda dalam Yus (2012:32) bermain merupakan peluang bagi
anak untuk melakukan berbagai hal. Situasi itulah yang membuat anak
belajar, belajar tentang apa saja, belajar tentang objek, kejadian, situasi,
dan konsep (misalnya, halus , kasar, dan lain-lain) melalui bermain anak
berlatih mengekspresikan perasaan dan berusaha mendapatkan sesuatu.
Piaget dalam Mauldya (2015 :42) Mengatakan bahwa “Bermain adalah
suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan
kesenangan atau kepuasan diri seseorang”. Sedangkan Parten
dalam Mauldya (2015 :43) memandang kegiatan bermain sebagai sarana
sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberikan kesempatan
anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi,
dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat
19
membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa dia hidup
serta lingkungan dimana ia hidup.
1. Pentingnya Bermain bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak
hal, dapat mengenal ukuran, bersosialisasi, menempatkan diri,
menata emosi, toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi
sportivitas. Disamping itu, aktivitas bermain juga dapat
mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan
keterampilan motorik anak usia dini. Oleh karena itu anak usia dini
tidak ada hari tanpa bermain, dan bagi mereka bermain merupakan
kegiatan pembelajaran yang sangat penting (Mulyasa, 2014:166).
2. Fungsi Bermain
Fungsi bermain adalah dapat mengembangkan segala aspek
perkembangan anak. Saat anak beraktivitas dalam bermain dengan
tidak sadar anak bergerak yaitu motorik kasar dan halus yang
sedang diolah, saat anak berbicara anak sudah berkembang secara
bahasa, berbagi dengan teman perkembangan sosial, berfikir dan
merancang permainan kognitif, adanya peraturan dalam permainan
yaitu moral agama.
3. Jenis Bermain
Berdasarkan pengamatan dari kegiatan anak-anak dalam bermain,
dan berbagai hasil kajian beberapa ahli yang peduli terhadap
perkembangan anak dapat dikemukakan berbagai jenis permainan
20
yang sering dilakukan oleh anak diantaranya : bermain dengan
benda, bermain peran, bermain sosiodrama, dan bermain sosial.
a. Bermain sosial
Dalam bermain sosial, gurulah yang mengamati cara bermain
anak, dan dia akan memperoleh kesan bahwa partisipasi anak
dalam kegiatan bermain dengan teman-temannya akan
menunjukkan derajat partisipasi yang berbeda. Parterm dalam
Mulyasa mengelompokkan kegiatan bermain berdasarkan
derajat partisipasi seseorang dalam bermain yaitu :
unoccupied play (tidak peduli), solitary play ((soliter),
onlooker play (penonton), paralel play (paralel), assosiative
play (asosiatif), dan cooperative play (kooperatif).
Unoccupied play (tidak peduli) adalah kegiatan
bermain ketika anak hanya mengamati kejadian yang
menarik perhatiannya. Jika tidak ada yang menarik,
maka anak akan menyibukkan diri dengan berbagai hal
seperti memainkan anggota tubuhnya dan hanya
keliling sekitar saja.
Solitary play (bermain soliter) adalah bermain yang
dilakukan seorang anak, dan ketika anak bermain tidak
memperhatikan apa yang dilakukan anak lain lakukan.
Onlooker play (bermain sebagai penonton) anak hanya
sebagai penonton anak yang lain sedang bermain, anak
21
hanya duduk diam mengamati permainan tanpa
mengikuti permainan yang ada.
Parallel play (bermain paralel) adalah permainan yang
dilakukan sekelompok anak dengan menggunakan alat
main yang sama, tetapi masing-masing bermain sendiri-
sendiri tanpa melihat teman sekitar.
Assosiative play (bermain asosiatif) adalah permainan
yang dilakukan oleh beberapa kelompok anak bersama-
ama, tetapi tidak ada peraturan.
Cooperative play (bermain bersama) adalah bermaian
yang dilakukan oleh sekelompok anak yang masing-
masing mempunyai peran dan dalam campai satu
tujuan permainan.
b. Bermain dengan benda
Bermain dengan benda merupakan kegiatan bermain ketika
anak dalam bermain menggunakan atau mempermainkan
benda-benda tertentu, dan benda-benda tersebut dapat
menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak yang
bermainnya. Oleh karena itu lembaga-lembaga pendidikan
menyiapkan berbagai permainan, sekaligus menyediakan
benda-benda yang dapat digunakan secara aman dan nyaman
bagi anak-anak dalam bermain.
c. Bermain peran
22
Pendidikan anak usia dini sering dihadapkan pada berbagai
masalah, baik yang berkaitan dengan bidang pengembangan
maupun menyangkut hubungan sosial. melalui bermain
peran, anak-anak mencoba mengeksplorasi hubungan antara
manusia dengan cara memperagakannya dan
mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama dapat
mengeksplorsari perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi
pemecahan masalah (Mulyasa, 2014:173).
4. Bermain Estafet Secara Umum
Permainan estafet secara umum adalah permainan estafet yang
dikerjakan oleh sejumlah kelompok untuk saling bekerja sama
dalam menyelesaikan tujuan yang sama. Permainan ini masuk ke
dalam permainan fisik motorik dan sosial, karena adanya gerak
tubuh dan melibatkan beberapa orang dalam permainan, sehingga
untuk para pendidik bisa menggunakan jenis permainan ini
terutama dalam pengembangan sosial anak dalam kerja sama. Salah
satu lomba estafet pada perlombaan atletik yang dilaksanakan
secara bergantian. Satu regu pelari sambung terdiri dari 4 orang
pelari. Dalam perlombaan lari sambung, pelari berlari dengan
kecepatan penuh dengan memindahkan tongkat ke pelari
berikutnya (Aminudin, 2010:39).
23
5. Bermain Estafet Puzzle
Permainan estafet puzzle adalah salah permainan yang peneliti
ambil dari pengertian di atas dan peneliti memodifikasi dengan
menyesuaikan perkembangan anak usia dini. Pada penelitian ini
peneliti akan menggunakan permainan yaitu estafet puzzel yang
berupa permainan menyusun huruf dirangkai menjadi kata.
Adapun dalam Peraturan bermain estafet puzzle sebagai berikut
Pemain dalam satu kelompok berjumlah 10 anak dan dibagi
menjadi 3 kelompok
Pemain pertama mengambil kartu huruf
Lalu pemain pertama membarikan ke pemain kedua, ketiga
dan selanjutnya
Lalu pemain terakhir menempelkan kartu huruf sesuai
gambar dan urutan yang ada dengan cepat dan tepat
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain estafet puzzle
merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas
lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka
mencapai suatu hasil akhir. Anak-anak umumnya sangat menikmati
permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki
kesempatan, karena melalui bermainlah anak belajar tentang apa yang
ingin mereka ketahui. Hingga pada akhirnya mereka mampu mengenal
semua peristiwa yang terjadi disekitarnya.
24
E. Penelitian yang Relevan
1) Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nurul Fatimah (2015)
Jurnal Universitas PGRI Semarang yang berjudul “Upaya
meningkatkan kerjasama anak melalui permainan outbound estafet bola
bocor pada kelompok B TK Mardisiwi II Tuksongo tahun ajaran 2015.
Berdasarkan keseluruhan kegiatan penelitian tindakan kelas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan kerja sama anak pada kelompok B TK
mardisiwi II Tuksongomengalami peningkatan melalui peningkatan
melalui bermain outbound estafet bola bocor. Saran yang diajukan
dalam penelitian ini yaitu (I) bagi anak agar lebih termotivasi dan
semangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama kegiatan
pembelajaran permainan outbound estafet bola bocor karena permainan
ini sangat menyenangkan dan menarik. (2) bagi guru penerapan
permaina outbound estafet bola bocor merupakan salah satu cara
alternatif yang perlu digunakan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan kerja sama anak.
2) Penelitian dilakukan sebelumnya oleh Esti Kurnia Mahardika (2014)
Jurnal pendidikan anak usia dini yang berjudul “Peningkatan Perilaku
Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional Jawa” Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkat perilaku sosaial anak kelompok
A TK DWP Putra harapan bojonegoro. Perilaku sosial anak dapat
meningkat setelah dilakukan tindakan melalui kegiatan bermain
permainan tradisional jawa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
yang menyebutkan bahwa rerata kelas pada tindakan sebesar 41,13%
25
setelah dilakukan tindakan dalam siklus I meningkat rerata kelas
menjadi sebesar 83,01% dan pada siklus II meningkat menjadi 99,7%.
3) Peneliti sebelumnya Samsidah (2013) jurnal pendidikan anak yang
berjudul “permainan bola estafet sebagai media pembelajaran pada dari
hasil anak usia dini” dengan hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa
dengan permainan bola estafet dapat meningkatkan semangat belajar
anak dan dapat menampak perbendaharaan permainan di lembaga
pendidikan.
F. Kerangka Pikir
Perkembangan yang dijelaskan dalam peraturan menteri pendidikan
Nasional nomor 137 tahun 2014 tentang standar pendidikan anak usia dini
yaitu nilai-nilai moral dan agama, fisik motori yang di dalamnya ada fisik
motorik halus dan kasar, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni dari
enam aspek perkembangan tersebut hendaknya harus disimulasi dengan
baik agar perkembangan dapat berkembang secara optimal.
Salah satu aspek perkembangan yang penting untuk kesiapan anak
menghadapi kehidupan selanjutnya adalah aspek sosial emosional, aspek
sosial merupakan salah satu aspek pencapaian kematangan dalam
hubungan atau interaksi sosial yang ditandai dengan anak memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri. Salah satu kemampuan yang harus
dimiliki anak yaitu bekerja sama dalam kelompok yang hendaknya
distimulasi sejak dini. Kerja sama dalam kelompok memberikan
pengalaman langsung kepada anak untuk melakukan kegiatan bersama
26
teman sebayanya dengan tujuan agar anak berkomunikasi dengan teman
sebaya atau orang lain. Merangsang perkembangan sosial anak dengan
melakukan kegiatan yang diberikan secara berkelompok akan mendorong
anak untuk melakukan kerja sama dengan kelompoknya hal ini dilakukan
dengan harapan agar anak mendapatkan kesempatan mengembangkan
aspek perkembanagan sosial emosionalnya sehingga anak memiliki
kesiapan dalam mempersiapkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat
dengan teman atau orang lain.
Keterampilan sosial atau biasa disebut dengan interpersonal adalah
kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood, temperamental,
motivasi, dan hasrat orang lain, serta bekerja sama dengan orang lain,
seperti peka pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat orang lain dan dapat
berinteraksi dengan orang lain.
Keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan terus-menerus dan
berulang-ulang melalui metode atau jenis permainan yang mengarah
kepada permainan kerja sama dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil survei di TK Aisyyah Telukbetung bahwa anak belum berkembang
dalam aspek sosial khususnya kerja sama dalam kelompok masih rendah,
dikarenakan guru di sekolah tidak pernah adanya kegiatan untuk bermain
kelompok, bahkan berdasarkan pengamatan di sekolah tidak pernah
adanya bermain, setiap hari hanya belajar baca, tulis, hitung (calistung).
Guru hanya menggunakan majalah sebagai bahan ajar di sekolah. Guru
belum menggunakan alat permainan edukatif dalam pembelajaran,
27
sehingga anak tidak terbiasa bermain secara berkelompok. Sehingga
kurangnya kesempatan anak untuk mengekpresikan dirinya dan kemudian
menghambat keterampilan sosial anak, agar dapat memenuhi semua
kebutuhan perkembangan anak hendaknya dengan kegiatan pembelajaran
dengan bermain yang menyenangkan bagi anak. Bermain merupakan
dunia anak-anak yang tak lepas dari kehidupannya sehai-hari karena pada
hakekatnya anak belajar melalui bermain Piaget dalam Mauldya
(2015:42).
Bermain estafet puzzzle berupakan bentuk penyaluran pesan untuk
menyampaikan pembelajaran melalui bermain yang ditandai dengan
persyaratan dan aturan yang dilakukan dengan mengambil kartu huruf dan
berlari untuk memberikan keteman berikutnya selanjutnya menempelkan
kartu ditempat yang sesuai. Dengan demikian permainan estafet puzzle
yang diharapkan dapat mengembangkan aspek sosial anak kerja sama
dalam kelompok adalah jenis permainan kerja sama dan interaksi sosial
kepada teman atau orang lain seperti gotong royong, berbagi tugas,
bertanggung jawab. Permainan estafet adalah permainan yang
mengajarkan adanya kerja sama dan interaksi dan dapat menumbuhkan
sikap sosial anak dalam kehidupan sehar-hari.
Dengan demikian permainan yang menarik akan membuat anak tertarik
untuk melakukan kegiatan dalam pembelajaran, segingga ketika anak
sudah tertarik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kemampuan anak
akan berkembang secara optimal.
28
Berdasarkan diatas maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Kerangka pikir
Keterangan :X = Bermain estafet puzzleY = Kerjasama dalam kelompok
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah di uraikan di atas maka dapat di
rumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Ha : Terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan
bermain estafet puzzle di TK Aisyiyah Telukbetung
Bandarlampung
Ho : Tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberi
perlakuan bermain estafet puzzle di TK Aisyiyah Telukbetung
Bandarlampung
2. Ha : Terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap kerja sama
dalam kelompok usian 4-5 tahun di TK Aisyiyah Telukbetung
Bandarlampung
Bermain estafet
puzzle
X
X
Kerjasama dalam
kelompok
Y
29
Ho : Tidak terdapat pengaruh bermain estafet puzzle terhadap kerja
sama dalam kelompok usian 4-5 tahun di TK Aisyiyah
Telukbetung Bandarlampung
III. METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode ini menggunakan metode Pre-Experimental Design, menurut
Sugiyono (2011:109) dikatakan Pre-Experimental Design, karena desain
ini belum merupakan ekperimen sungguh-sungguh dan masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya dependen.
2. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini menggunakan one group pre-ekperiment post-
eksperiment. Pada penelitian ini, diberikan pre-ekperiment sebelum diberi
perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,
karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan
Sugiyono (2011:110) Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar II desain penelitian one group pre-ekperiment post-eksperiment
O O1 O O2CX X
31
B. Setting penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di TK Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran
2015/2016.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, (Sugiyono, 2014:119).
Populasi yang akan digunakan pada penelitian TK Aisyiyah Telukbetung
Bandar Lampung secara keseluruhan yang berjumlah 30 anak. Jadi peneliti
mengambil seluruh anak untuk dijadikan sampel dalam penelitian.
D. Definisi Variabel1. Definisi fariabel konseptual
Variabel bebas: Permainan Estafet Puzzle
Permainan estafet puzzle adalah permainan menempel puzzel yang
berbentuk huruf dirangkai menjadi kata yang dikerjakan oleh sejumlah
kelompok untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tujuan
yang sama sehingga untuk para pendidik bisa menggunakan jenis
permainan ini terutama dalam pengembangan sosial anak dalam kerja
sama.
32
Variabel terikat : Kerja sama dalam Kelompok
Kerja sama (Team work) adalah keinginan kerja sama dengan orang
lain secara kooperatif menjadi bagian dari kelompok. Kelompok
adalah sejumlah individu yang berkomunikasi dengan orang lain
untuk jangka waktu tertentu dalam mengerjakan tugas bersama
dengan tujuan yang sama pula.
2. Definisi variabel operasional
Variabel bebas : Permainan Estafet Puzzle
Aktivitas bermain estafet puzzle adalah permainan menempel
huruf yang dikerjakan sejumlah kelompok yang saling bekerja
sama antara lain 1). Ketepatan dalam mengambil kartu estafet
puzzle, 2). Kecepatan dalam mengambil kartu estafet puzzle, 3).
Kesesuaian dalam menempel kartu estafet puzzle
Variabel terikat : Kerja sama dalam Kelompok
Kemampuan kerja sama dalam kelompok adalah kemampuan
seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk jangka
waktu tertentu dan menjalankan tugas bersama-sama dengan tujuan
yang sama juga. yaitu : Gotongroyong dengan teman dalam
mengambil kartu estafet puzzle bersama-sama teman, menempel
kartu estafet puzzle, berbagi tugas dalam menerima kartu estafet
puzzle, berbagi tugas menyusun kartu estafet puzzle,
bertanggungjawab dalam menempel kartu estafet puzzle,
33
bertanggungjawab dalam menerima kartu estafet puzzle,
bertanggungjawab dalam memberikan kartu estafet puzzle ke
teman selanjutnya.
E. Instrumen
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar panduan
observasi yaitu dengan menjabarkan variabel yang diukur menjadi indikator
variabel. Adapun kisi-kisi yang dibuat untuk mengukur variabel Y yaitu
kerjasama kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kerjasama Kelompok (Y)
Aspek Indikator
Aspek yang dinilaiPenilaian
Ceklis
BerkembangBelum
berkembangYa(1)
Tidak(0)
Gotongroyongdalam bermain
Mengambilkartu estafetpuzzle
Sudah bisamengambilkartu estafetpuzzlebersama-sama
Belum bisamengambil kartuestafet puzzlebersama-sama
Menempelkartu estafetpuzzle
Sudah bisamenempelkartu estafetpuzzlebersama-sama
Belum bisamenempel kartuestafet puzzle
bersama-sama
Berbagi tugas
Berbagi tugasdalammenerimakartu estafetpuzzle
Anak sudahberbagi tugasdalammenerimakartu estafetpuzzle
Anak belum bisaberbagi tugasdalam menerimakartu estafetpuzzle
Menyusunkartu estafetpuzzle
Anak sudahbisa berbagitugas menyusunkartu estafetpuzzle
Anak belum bisaberbagi tugasmenyusun kartuestafet puzzle
34
Bertanggungjawab
menempelkartu estafetpuzzle
Anak sudahbisa menempelkartu estafetpuzzle
Anak belum bisamenempel kartuestafet puzzle
menerimakartu estafetpuzzle
Anak sudahbisa menerimakartu estafetpuzzle
Anak belum bisamenerima kartuestafet puzzle
memberikankartu estafetpuzzle ketemanselanjutnya
Anak sudah bisamemberikankartu estafetpuzzle ke temanselanjutnya
Anak belum bisamemberikan kartuestafet puzzle keteman selanjutnya
Selanjutnya kisi-kisi yang dibuat untuk mengukur variabel X yaitu bermain estafet
sebagai berikut:
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Bermain Estafet Puzzle (X)
No Indikator
Kreteria Skor
TerlibatTidakterlibat
Ya(1)
Tidak(0)
1Ketepatan dalammengambil kartuestafet puzzle
Anak sudahtepat dalammengambilkartu estafetpuzzle
Anak belumtepat dalammengambil
kartu estafetpuzzle
2Kecepatan dalammengambil kartuestafet puzzlekurang dari 15detik/ kartu huruf
Anak sudahcepat dalammengambilkartu estafetpuzzle
Anak belumcepat dalammengambilkartu estafetpuzzle
3Kesesuaian dalammenempel kartuestafet puzzle
Anak sudahsesuai dalammenempel kartuestafet puzzle
Anak belumsesuai dalammenempel kartuestafet puzzle
35
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah sangat penting bagi penelitian untuk dapat
mengetahui dari hasil penelitian yaitu kualitas, kebenaran atau data yang valid.
Oleh karena itu dalam pengumpulan data ada beberapa teknik yang dapat
dilakukan :
1. Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.
Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti
tentang variabel apa yang akan diamati. Pedoman wawancara terstruktur,
atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan observasi. (Sugiyono, 2014:198)
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film, dan lain-lain. (Sugiyono, 2014:240)
36
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan
kerjasama dalam kelompok pada anak usia dini setelah diberi perlakuan
menggunakan rumus interval menurut (Mangkuatmodjo 1997:37) sebagai
berikut :
Ɩ = NT-NR
K
KeteranganI =intervalNt =nilai tertinggiNr =nilai terendahK = kategori
1. Analisis tabel
Analisis tabel digunakan untuk mengetahui data yang diperoleh dari hasil
penelitian. Tabel tersebut berbentuk tabel sebagai contoh dapat dilihat tabel
berikut ini :
Tabel 3. Tabel Bermain Estafet Puzzle (X)
No Kategori IntervalFrekuensi
(f)Persentase
(%)1 SA2 A3 CA4 KA
Keterangan :SA = sangat aktifA = aktifCA = cukupaktifKA = kurang aktif
37
Tabel 4. Tabel Kerjasama dalam Kelompok (Y)
No Kategori IntervalFrekuensi
(f)Persentase
(%)1 BSB2 BSH3 MB4 BB
Keterangan :BSB = berkembang sangat baikBSH = berkembang sesuai harapanMB = mulai berkembangBB = belum berkembang
Tabel 5. Tabel Bermain Estafet Puzzle dan Perkembangan Kerjasamadalam Kelompok
Noy
xBSB BSH MB BB JUMLAH
1 SA2 A3 CA4 KA
Jumlah
2. Uji Hipotesis
Teknik analisis data untuk menguji hipotesis pertama dalam penelitian
ini dengan t-test, untuk mencari perbedaan antara sesudah dan sebelum
dengan rumus sbagai berikut:
Keterangan :MD : mean differencesd : deviasi individual dari MDN : jumlah subjek
38
Ŷ = a + bX
Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan rumus regresi
linier sederhana yang digunakan untuk menggambarkan garis yang
menunjukkan pengaruh antara variabel. Manfaat dari hasil analisi regresi
adalah untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel
dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variable independen atau
tidak. Sugiyono (2012: 260) regresi sederhana didasarkan pada hubungan
fungsional atau pun kausa satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :
Rumus regresi sederhana menurut Sugiyono (2012: 260) sebagai berikut :
Keterangan:
Ŷ =Subjek dalam variabel dependen yang diprediksiX =Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Peningkatan atau pun penurunan variabel penurunan variabel dependen
yang disadarkan pada perubahan variabel independen apa bila nilai variabel
independen X ditentukan. Dimana rumus menghitung nilai konstan b dan a
sebagai berikut :
39
Ket :
a =Harga Y ketika harga X = (harga konstan)b =Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkanpada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila(-) maka arah garis turun.
60
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan t-test dan uji linier sederhana dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji t-test dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan sebelum diberikan perlakuan menggunakan
permainan estafet puzzle, hanya beberapa anak yang perkembangan
kerjasama dalam kelompoknya berkembang sangat baik. Sesudah
diberikan perlakuan menggunakan permainan estafet puzzle sebagian
anak berkembang sangat baik.
2. Sementara hasil uji dengan regresi linier sederhana juga menunjukkan
terdapat pegaruh bermain estafet puzzle terhadap kerjasama dalam
kelompok pada anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Teluk Betung
Bandar Lampung. Bermain estafet puzzle menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan pada perkembangan kerja sama dalam
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan
permainan estafet puzzle.
Dengan demikian dapat simpulkan bahwa dengan bermain estafet puzzle dapat
meningkatkan perkembangan kerja sama dalam kelompok usia 4-5 tahun di TK
Aisyiyah Telukbetung Bandar Lampung.
61
B. Saran
1. Guru
Guru dapat menggunakan permainan yang edukatif dan menyenangkan
serta mengetahui jenis karakter anak sehingga dapat dengan mudah di
kembangkan dan diterima oleh anak-anak dalam mengembangkan kerja
sama dalam kelompok usia 4-5 tahun.
2. Sekolah
Diharapkan sekolah dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang
menunjang dalam proses belajar mengajar. Agar pengembangan yang akan
dilakukan sesuai dan mencapai tujuan dengan optimal.
3. Peneliti lain
Babagai peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian sebagai referensi
untuk dapat menyusun penelitian yang lebih baik dalam mnggunakan
permainan yang dimodifikasi untuk dapat meningkatkan perkembangan
kerjasama dalam kelompok usia 4-5 tahun.
62
DAFTAR PUSTAKA
Alfiyah Sita. 2015. Validasi Modul Bermain Peran Aku Sayang Kawan UntukMeningkatkan Pengetahuan Perilaku Prososial Pada Anak Usia Dini. Jurnal OfProfessional Psychology Universitas Gadjah Mada (Online) Tersedia Vol. 1 No 2Agustus (2015) ISSN Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei 2016 Pukul 11:11WIB
Allen, Maotz. 2010. Profil Perkembangan Anak Edisi Lima. Jakarta: PT. Indeks.
Amini. 2012. Upaya Meningkatkat Kercerdasan Interpersonal Anak Melalui Estafet Air.Surakarta : Mummadiyah Surakarta
Aminudin. 2010. Atletik & Tekniknya. Bogor : Quadra.
Astutii. 2007. Belajar Dan Pembelajaran 2 Edisi Satu. Jakarta : UniversitasTerbuka.
Bestiani. M. 2012. Peningkatan Kerjasama Dengan Teman Melalui Permainan PipaBocor Di TK Negeri 01 Ketapang. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (Online)FKIP UNTAN. Diunduh
Esti Kurniawati Mahardika. 2014. Peningkatan Perilaku Sosial Anan MelaluiPermainan Tradisional Jawa. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (Online)Tersedia Vol VIII Edisi 2. November (2014). Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01Mei Pikul 11:41 Wib.
Fatimah. 2015. Upaya meningkatkan kerjasama melalui permainan outbound estafet.Jurnal of education universitas PGRI Semarang (online) tersedia Vol 4. No 1Oktober (2015) PAUDIA
Hadi, Sutrisno. 2006. Metodologi Penelitian. Jogyakarta: Andi Ofset
Hartimah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : PT. RefikaAditama
Hildayani Rini, dkk. 2011. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : UniversitasTerbuka.
Hurlock, Elizabeth. 2000. Perkembangan Anak Edisi Enam. Jakarta.Erlangga
Kurnia M Esti. 2014. Peningkatan Perilaku Sosial Anak Melalui Permainan TradisionalJawa. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Universtas Negri Jakarta. (Online) TesediaVol. 8 Edisi 2 November 2014. PUD Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei2016 Pukul 11:41 WIB
63
Mangkuatmodjo, Soegyarto. 1997. Pengantar statistika. Jakarta : Rineka Cipta.
Masitoh. 2005. Pendekatan Belajar Aktir Taman Kanak-Kanan. Departemen PendidikanNasional. Jakarta : Universitas Terbuka
Muhammad, As’adi. 2010. Panduan Praktis Stimulasi Otak Anak. Jogjakarta :Divapress .
Mulyasa. 2014. Manajemen PAUD. Bandung : PT remaja Rosdakarya.
Nazayanti. 2013. Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Kegiatan Bermain BalokAnak Usia Dini. Jurnal pendidikan anak (online) tersedia volum II Agustus (2013)diunduh pada hari senen tgl 27 Juni 2016.
Sigiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi Mix Methods. Bandung : Alfabeta, C.V
Siregar, Syofia. 2011. Statistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta : Rajawalipers
Sujiono,Yuliani Nuraini, Dkk. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Majemuk.Jakarta : Indeks.
Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.456.
.2012. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta C.V
Suyadi & Maulidya 2015. Konsep Dasar Paud.. Bandung: Pt RemajaRosdakarya Offset.
Syamsidah. 2013. Permainan Bola Estafet Sebagai Media Pembelajaran Pada AnakUsia Dini. Jurnal Pendidikan Anak. (Online) Tersedia Vol II Edisi 2 Desember(2013) Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 10:10 Wib.
Syamsu, Yusuf Dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : RajagrafindoPersada.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu . Jakarta: Bumi Aksara.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Yamin, Martin, dkk. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Gaung Persada.Jakarta.
Yeni, Rachmawati Dkk. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak.Jakarta : Prenadamedia.
64
Yus, Anita 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Edisi Pertama. Jakarta :Prenadamedia.
.2012. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zulfasari Rina. 2013. Penerapan Modifikai Permainan Lari Estafet UntukMeningkatkan Motivasi Siswa Hasil Belajar Dalam Pembelajarn Penjaskes.Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. UNESA. (Online) Tersedia Vol1 No 02 (2013) Di Unduh Pada Hari Minggu Tgl 01 Mei Pikul 10:33 Wib.