Upload
nguyennga
View
234
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP NEGERI 1 KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN
APPLICATION OF NON MODEL EXAMPLE EXAMPLE LEARNING TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION AND RESULTS SUBJECT TO CITIZENSHIP EDUCATION IN B IN CLASS VIII OF JUNIOR HIGH SCHOOL 1
KEJAYAN PASURUAN
Selvia RosalinaPembimbing:
Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.SiHj. Yuniastuti, S.H, M.Pd
Universitas Negeri MalangFakultas Ilmu Sosial
Jurusan Hukum dan KewarganegaraanProdi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mendeskripsikan penerapan model Example non Example; (2) Untuk menganalisis penerapan model Example non Example dalam meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) Untuk menganalisis penerapan model Example non Example dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus tindakan.Hasil penelitian tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 sesuai dengan hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti. Selain itu terbukti dengan peningkatan nilai motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dari tiap pertemuan ke pertemuan selanjutnya.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas VIII B di SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan.
Kata Kunci: motivasi, hasil belajar, example non example
ABSTRACT- This study aims to: (1) To describe the application of non Example Examplemodels; (2) To analyze the application of non Example Example models in increasingstudents' motivation; (3)To analyze the application of non Example Example models inimproving student learning outcomes. This study is an action research (Classroom ActionResearch) were conducted in two cycles of action.The results of the action research cycle 1 and cycle 2 in accordance with the hypothesis put forward by the study investigators. In addition to the proven value increase student motivation and student learning outcomes of each meeting to the next meeting.
2
Based on the results of this study concluded that by using the example of non examplelearning model can improve motivation and learning outcomes of students in civic educationsubjects in class VIII B of Junior High School 1 Kejayan Pasuruan.Key Words : motivation, learning outcomes, example non example
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran umum yang wajib
ada dalam setiap jenjang pendidikan mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan bahkan sampai Perguruan Tinggi dan
harus ada di setiap satuan pendidikan, baik sekolah umum maupun sekolah yang berbasis
agama. Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan hukumnya wajib karena materi
keilmuannya mencakup dimensi pengetahuan (knowledges), ketrampilan (skills) dan nilai
(values) yang sejalan dengan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai yang
dikemukanan Departemen Pendidikan Nasional yaitu membentuk warga negara yang ideal
yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-
prinsip kewarganegaraan sebagai harapan terwujudnya masyarakat yang demokratis
konstitusional.
Pendidikan kewarganegaraan berangkat dari kehidupan sehari-hari tentang peristiwa
maupun kejadian-kejadian yang ada disekitar. Menurut Aunurrahman (2011:146) model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, serta
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang pas untuk mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan ini adalah Model Example non Example. Model Example non
Example.merupakan model pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada keaktifan fisik
semata, melainkan juga aspek intelektual, sosial, mental, dan emosional. Melalui model
pembelajaran Example non Example guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan ide-ide mereka sendiri (Riensuciati : 2013). Oleh sebab itu konsep tersebut
sangat tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dimana
siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran yang berlangsung. Pembelajaran yang aktif
akan lebih mudah tersimpan dan teringat oleh memori otak manusia dari pada hanya sekedar
pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah.
Berdasarkan Observasi Pratindakan yang dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 21
Januari 2014 di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan materi Demokrasi menunjukkan
tingkat keaktifan di kelas tersebut masih tergolong rendah. Hal itu ditunjukkan dengan respon
3
siswa ketika diberi pertanyaan oleh guru. Respon jawaban yang diberikan siswa cenderung
lambat dan tidak menyeluruh. Sedangkan secara matematis dapat dihitung jumlah siswa yang
menjawab pertanyaan dengan berani mengancungkan tangan selama 2 jam pelajaran hanya
satu orang saja. Selebihnya siswa harus ditunjuk terlebih dahulu agar mau menjawab. Apabila
siswa belum paham dengan materi yang disampaikan oleh guru, siswa memilih bertanya
kepada teman sebangkunya. Selama pelajaran di hari tersebut tidak ada satupun siswa yang
mengajukan pertanyaan. Kesimpulannya, pembelajaran PKn di Kelas VIII B SMP Negeri 1
Kejayan berlangsung secara pasif.
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMP
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006, mata pelajaran
yang memfokuskan kajian pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yang termaktub
dalam alinea keempat pembukaan Undang-undang Dasar 1945 adalah Pendidikan
Kewarganegaraan yang kemudian disingkat menjadi PKn.
Menurut Winarno (2013:64) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan program pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi politik yang
ditujukan kepada peserta didik atau warga negara yang bersangkutan. Secara garis besar
pendidikan kewarganegaraan berperan untuk mengajarkan atau membiasakan peserta didik
agar berperilaku baik menaati norma-norma yang berlaku dimasyarakat dan UUD 1945.
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membangun dan
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang mencintai tanah
air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam
diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai ilmu
pengetahuaan dan teknologi serta seni.
Dalam pembukaan UUD 1945 pendidikan kewarganegaraan telah mengalami
perubahan khususnya pada Alenia ke-4 yang menyatakan bahwa pembentukan Pemerintah
Negara Indonesia dimaksudkan untuk : ‘’…melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
4
Ruang Lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 yang meliputi : (1) persatuan
dan kesatuan bangsa; (2) norma, hukum dan peraturan; (3) hak asasi manusia; (4) kebutuhan
warga negara; (5) konstitusi Negara; (6) kekuasaan dan politik; (7) Pancasila; dan (8)
globalisasi.
MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Upaya pencapaian tujuan pembelajaran
yang telah dirancang sebelumnya oleh guru dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
membutuhkan suatu strategi. Sebagaimana dikemukakan Kemp yang dikutip oleh Rusman
(2011:132) strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Pemilihan model pembelajaran ditentukan oleh beberapa hal yaitu: (1) sesuai dengan
materi; (2) tingkat berpikir siswa; (3) kemampuan dari guru itu sendiri. Dalam
pelaksanaannya, sebaik apapun model pembelajaran tersebut apabila guru tidak mampu untuk
menerapkannya pada siswa, maka tidak akan diperoleh hasil yang maksimal. Model
pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi
peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan kurikulum
KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka guru harus pula
mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani
berinovasi dan beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran PAIKEM seperti menggunakan
model pembelajaran Example non Example sehingga tidak terpaku pada metode ceramah
saja.
MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE
Model Pembelajaran Example Non Example merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Menurut teori konstruktivisme, prinsip
yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa melainkan membantu siswa membanguan pengetahuan
berdasarkan pengalamannya sendiri. Melalui model pembelajaran Example non Example
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri
(Riensuciati : 2013).
5
Model Example non Example adalah salah satu model yang dapat di gunakan untuk
membuat siswa lebih leluasa, lebih bebas, lebih mandiri, lebih menyenangkan, lebih
semangat dalam mengerjakan tugas sebab kalau siswa senang mereka tidak akan merasa
memiliki beban untuk mengerjakan tugas.
Menurut (Novianto: 2013) langkah-langkah dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
• Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
• Guru menempelkan gambar di papan tulis.
• Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk
memperhatikan/menganalisis gambar.
• Melalui diskusi kelompok 5-6 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar
tersebut dicatat pada kertas.
• Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
• Guru mulai menjelaskan mulai dari pertanyaan, komentar, dan jawaban.
• Guru dan peserta didik menyimpulkan materi.
MOTIVASI BELAJAR
Motivasi belajar dalam bahasa Inggris adalah motivation yang berarti to move atau
menyebabkan terjadinya aktivitas-aktivitas seseorang. Motivasi disebut juga sebagai sesuatu
yang melatarbelakangi terjadinya perilaku si pembelajar. “ motivasi belajar merupakan
kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.” (Dimyati&Mudjiono,2006:239).
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan psikis yang bersifat non
intelektual yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri seseorang yang
menyangkut persoalan kejiwaan, perasaan, dan emosi yang dapat menentukan tingkah
lakunya.
Dalam proses belajar, motivasi sangat di perlukan karena apabila seseorang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar maka tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar
yang efektif. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seorang
siswa. Menurut Suherman (2008), motivasi di bagi menjadi 2 jenis, yaitu: Motivasi Intrinsik
dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang
berasal dari diri individu itu sendiri. Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan
sesuatu karena adanya perangsang dari luar individu.
Menurut Dimyati (2006:85) motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru.
Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut: (a) Menyadarkan kedudukan
6
awal belajar, proses, dan hasil belajar; (b) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar
yang membandingkan dengan teman sebaya; (c) Mengarahkan kegiatan belajar; (d)
Membesarkan semangat belajar; (e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.
Fungsi motivasi untuk mendorong timbulnya kekuatan, fungsi motivasi itu adalah;
(Hamalik, 2008:161)
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan tanpa motivasi tidak akan timbul
perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan
motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut: (Hamalik, 2008:166) (1) Memberi Angka;
(2) Pujian; (3) Hadiah; (4) Kerja Kelompok.
Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar. Setiap anggota
kelompok kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok itu menjadi
pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.
a. Persaingan
Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada
murid hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik.
b. Tujuan dan level of aspiration
Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa
c. Penilaian
Penilaian secara continue akan mendorong murid-murid untuk belajar karena setiap
anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. “siswa belajar bahwa ada
keuntungan yang diasosiasikan dengan nilai yang tertinggi, dengan demikian memberikan tes
dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi untuk belajar”, (Slameto,2003:177).
d. Karyawisata
Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan
mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.
e. Film pendidikan
Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih
menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru
yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.
7
HASIL BELAJAR
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar yaitu nilai yang di peroleh
selama kegiatan belajar mengajar. Menurut (Hamalik, 2008:159) menyatakan bahwa “hasil
belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator
adanya derajat perubahan adanya tingkah laku siswa”. Sedangkan hasil belajar adalah hasil
yang telah diperoleh siswa berdasarkan pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang
diikuti selama pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Dimyati, 2006:201)
Menurut Gagne (dalam Slameto, 2003:14) membagi lima kategori hasil belajar yang
disebut the domains of learning, yaitu: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3)
stategi kognitif; (4) sikap; (5) keterampilan motoris. Hasil belajar diukur pada pembelajaran
yang berlandaskan kurikulum 2006 (KTSP) meliputi kemampuan kognitif, efektif, dan
psikomotorik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239) hasil belajar merupakan hasil proses
belajar atau proses pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi akademik biasanya diukur dari
nilai sehari-hari dan hasil tes di sekolah. Grounlund (dalam Dimyati, 2006:5) menyatakan
bahwa dasar tes hasil belajar hendaknya; (1). Mengukur tujuan belajar; ( 2). Mengukur yang
representative; ( 3). Menurut item-item yang paling cocok; (4). Sesuai dengan maksud
penggunaannya; (5). Ditafsirkan secara cermat; (6). Memperbaiki dan meningkatkan belajar.
Benyamin S. Bloom (dalam Winkel, 2005:275) membagi hasil belajar ke dalam tiga
ranah yaitu: (1) Ranah Kognitif ; (2) Ranah Psikomotorik; (3) Ranah Afektif.
Hasil belajar yang diperoleh siswa kadang-kadang baik dan kurang baik. Hal ini tentu
saja tidak lepas dari usaha belajar siswa. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar sangatlah banyak. Menurut Slameto (2003:54) faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa di golongkan menjadi dua yaitu:
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang berada dalam diri anak didik. Faktor Intern
adalah sebagai berikut: (1) Faktor Jasmaniah; (2) Faktor Psikologis, faktor ini terdiri dari: (a)
Intelegensi; (b) Perhatian; (c) Minat; (d) Bakat; (e) Motivasi; (f) Kematangan; (g) Kesiapan.
Faktor Ekstern
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berada diluar anak didik,yang terdiri dari 3
faktor yaitu: (1) Faktor Keluarga, faktor ini terdiri dari: (a) Cara orang tua mendidik; (b)
8
Relasi antar anggota keluarga; (c) Suasana rumah; (d) Keadaan ekonomi keluarga. (2) Faktor
Sekolah; (3) Faktor Masyarakat.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan, penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan
Kabupaten Pasuruan dengan menerapkan model pembelajaran Example non Example.
Arikunto (2010:3) menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2)
tindakan, (3) kelas dari ketiga kata tersebut bisa diartikan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang proses pembelajaran
PKn dengan menggunakan metode example non example. Data diperoleh dengan observasi
pada saat proses pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru
pendidikan kewarganegaraan VIII B di SMPN 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan.
Sesuai dengan tujuan peneliti ini, maka teknik analisis data menggunakan deskriptif
kuantitatif dan kualitatif . Analisis data kuantitatif merupakan jenis analisis statistik yang
bermaksud mendeskripsikan sifat-sifat sampel atau populasi dengan persentase rumus untuk
mengolah data yang berupa deskriptif persentase. Analisis data kualitatif dilakukan dengan
mengikuti prosedur pelaksanaan tindakan kelas berupa kalimat dan proses pembelajarannya,
baik yang terjadi di awal maupun yang terjadi setelah diterapkan tindakan.
HASIL
Tabel Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Interval Nilai
KriteriaSiklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Nilai Frekuensi Persentase Nilai0-39 Sangat Kurang 0 0 E 0 0 E
40-54 Kurang 2 5,5 D 0 0 D55-69 Cukup 7 19,4 C 0 0 C70-84 Baik 17 47,2 B 20 52,6 B85-100 Sangat Baik 10 27,7 A 18 47,4 AJumlah 36 100 38 100
Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Keterangan Siklus 1 Siklus II
9
Rata – rata 71 86
Tidak tuntas 29 siswa 6 siswa
Tuntas 7 siswa 32 siswa
Refleksi Tindakan Siklus 1
Pada setiap akhir siklus dilakukan refleksi tindakan yang didasarkan pada hasil
observasi. Dari hasil refleksi pada siklus I tersebut, maka peneliti mengetahui kelebihan dan
kekurangan selama proses belajar mengajar, selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk
melakukan perbaikan pada siklus II.
Kelebihan-kelebihan selama proses pembelajaran antara lain:
1) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi lebih menarik siswa
sehingga siswa antusias mengikuti pembelajaran PKn
2) Guru model tidak menghendaki jawaban bersama jadi setiap siswa yang menjawab
pertanyaan diharuskan untuk mengangkat tangannya
3) Guru model sering mengitari siswa dan mendatangi setiap kelompok secara bergantian
sehingga memudahkan siswa yang ingin bertanya
4) Siswa mampu menggunakan sumber belajar lain selain buku teks sehingga lebih
merangsang mereka untuk aktif pada saat diskusi
Kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran antara lain:
1) Siswa masih kurang dapat fokus terhadap pembelajaran
2) Beberapa siswa terpaksa dalam berkelompok
3) Guru kurang memperhatikan kelompok 2 yang duduk di bagian belakang sebelah
selatan sehingga kelompok tersebut terlihat paling pasif bila dibandingkan dengan
kelompok yang lain
4) Guru terlalu percaya kepada siswa sehingga pada saat presentasi guru hanya berada di
depan mendengarkan kelompok yang presentasi jadi pada saat suara penyaji tidak
kedengar sampai ke belakang
5) Manajemen waktu belum maksimal
6) Hanya beberapa siswa yang aktif dalam diskusi dalam kelompok masing-masing
Refleksi Siklus II
10
Tahap refleksi pada siklus II yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil
observasi kemudian dilakukan refleksi untuk mengetahui apakah penerapan model Example
non Example mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang
dilakukan oleh guru juga akan direfleksi untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Setelah
dianalisis, motivasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan pada motivasi belajar dari siklus I ke siklus II yaitu aspek displin sebesar
16%, aspek semangat mengalami peningkatan sebesar 13%, aspek kerjasama mengalami
peningkatan sebesar 7%, sedangkan aspek tanggung jawab tidak mengalami peningkatan.
Secara keseluruhan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan
mengalami peningkatan antara siklus I dan siklus II walaupun diakhir siklus II aspek
kerjasama tidak mengalami peningkatan dari siklus I.
Sementara itu, pada hasil belajar rata-rata siklus I yaitu 71 dan siklus II mengalami
peningkatan menjadi 86. Ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 84% yang berarti secara
klasikal kelas VIII B yang sudah tuntas dalam pembelajaran PKn. Ada 6 siswa yang belum
tuntas pada siklus II.
Setelah melaksanakan rangkaian pembelajaran, guru melakukaan wawancara dengan 2
orang siswa masing-masing bernama Lutfiah dan Ali. Dari wawancara dapat disimpulkan
bahwa siswa lebih senang belajar dengan menggunakan gambar-gambar dan diskusi daripada
ceramah, karena pada saat diskusi mereka dituntut lebih aktif sehingga materi pelajaran akan
lebih mudah diingat dan akan memudahkan mereka dalam ulangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada siklus II pembelajaran model Example Non
Example mampu meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar siswa kelas VIII B di SMP Negeri
1 Kejayan.
PEMBAHASAN
Penerapan model Example Non Example di kelas VIIIB SMP Negeri 1 Kejayan
Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dilaksanakan selama 2 kali
siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan, serta pemberian evaluasi pada tiap-tiap
pertemuan untuk mengukur hasil belajar siswa. Mata Pelajaran PKn di kelas VIII B
berlangsung pada hari Selasa jam ke 1-2 dan dilaksanakan di Kelas VIII B.
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2014 dan 18 Maret 2013. Pada
siklus 1 pembelajaran yang berlangsung terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Dalam tahap perencanaan peneliti merancang
rencana pelaksanaan pembelajaran dan model Example Non Example yang akan digunakan
11
dalam pembelajaran yang kemudian akan di diskusikan dengan guru Pendidikan
Kewarganegaraan.
Menurut Riensuciati (2013), melalui model pembelajaran Example non Example guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri. Paparan
data penelitian ini menunjukkan bahwa guru mengajak siswa untuk menemukan ide atau
gagasannya dengan cara berdiskusi kelompok. Dengan cara ini diharapkan siswa lebih
terbuka lagi dalam menyampaikan ide-idenya terutama dengan teman satu kelompoknya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Example Non Example
antara guru dan siswa terjalin hubungan yang terbina secara dialogis, hal ini terbukti dari
sikap guru yang selalu mendekati tiap-tiap kelompok saat kerja kelompok sedang berlangsung
serta mengajak mereka untuk berdiskusi apa ada kesulitan dalam mengerjakan tugas yang
diberikan. Selain itu, hal tersebut adalah untuk membangun kedekatan antara guru dan siswa
sehingga tidak hanya siswa yang belajar dari guru, guru juga dapat belajar dari siswa.
Aspek displin diterapkan didalam kelas, dalam kelas siswa dituntut untuk masuk ke
dalam kelas tepat waktu. Pada saat pelajaran diberlangsung siswa dituntut untuk tidak
membuat keributan didalam kelas dengan berbicara sendiri dengan teman sebangkunya.
Aspek semangat dan tanggung jawab diterapkan siswa dituntut aktif dalam mengikuti
pelajaran, aktif berkomunikasi dengan menyumbangkan ide-ide dalam diskusi mereka. Ide
yang diberikan harus sesuai dengan teori atau realita yang ada, bukan hanya asal memberikan
tapi siswa dituntut untut dpat mempertanggung jawabkan ide-ide yang mereka sumbang.
Dalam presentasi atau diskusi kelas, pertanyaan dan jawaban yang diberikan harus sesuai
dengan pengetahuan yang siswa pahami. Aspek kerjasama diterapkan dengan pembagian
kelompok yang selalu berubah disetiap pertemuan, ini dilakukan untuk melatih siswa agar
dapat bekerjasama dengan siapapun dalam dikelas tanpa membedakan antara yang pintar
dengan yang biasa-biasa saja.
Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan
Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas VIII B SMPN 1 Kejayan. Hasil penelitian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model Example Non Example menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari
siklus pertama ke siklus kedua. Tahapan pembelajaran dalam model Example Non Example
menuntut siswa untuk selalu terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut
meliputi : displin, semangat, tanggung jawab, dan kerjasama.
12
Dari paparan data pada BAB IV, aspek displin dari siklus I sebesar 72 % ke siklus II
88%. Aspek semangat pada siklus I 72% pada siklus II 85%. Aspek tanggung jawab pada
siklus I 79% pada siklus II 86%. Aspek Kerjasama pada siklus I 83% dan pada siklus II 83%.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Dimyati&Mudjiono, 2006:239
yang menyatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang melatarbelakangi terjadinya perilaku
si pembelajar, motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar. Dari paparan data diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan yang terjadi
pada siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa perilaku siswa menunjukkan bahwa siswa
termotivasi pada saat proses belajar yang sedang berlangsung.
Pada siklus 2 selain hasil mengenai berkelompok, diperoleh juga hasil pengamatan
sikap siswa pada saat proses pembelajaran, dibandingkan dengan hasil pengamatan pada
siklus 1 maka pada siklus 2 ini sudah terlihat peningkatan yang cukup baik, siswa yang
menyimpang menjadi lebih disiplin, siswa melakukan proses belajar dengan baik, dan siswa
sudah menguasai tahap-tahapan model pembelajaran Example Non Example dengan baik.
Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas
VIII B SMP Negeri 1 Kejayan
Pada siklus I jumlah siswa yang telah tuntas belajar meningkat sebanyak 7 siswa atau
19% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 71. Nilai rata-rata kelas dapat dikatakan belum tuntas
karena dibawah KKM, dan belum mencapai ketuntasan belajar klasikal karena siswa yang
tuntas belajar masih dibawah 80%. Pada siklus II siswa yang tuntas belajar sebanyak 32 siswa
atau 84% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 86. Ketuntasan belajar klasikal dan nilai rata-
rata kelas sudah tercapai setelah siklus II.
Hasil belajar akan terlihat apabila individu telah mempunyai sikap dan nilai yang
diinginkan, menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang harus
dicapai. Menurut (Hamalik, 2008:159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjuk pada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan
adanya tingkah laku siswa. Hal tersebut sesuai dengan temuan penelitian yaitu hasil belajar
meningkat dari siklus I ke siklus II yang berarti tujuan pembelajaran telah tercapai.
Pemahaman siswa terhadap materi dapat diasah melalui pembelajaran di kelas dan
review materi yang dilakukan siswa saat belajar di rumah. Pembelajaran yang menarik bagi
siswa adalah pembelajaran yang menuntut mereka untuk aktif dalam pembelajaran sehingga
model pembelajaran Example Non Example akan lebih menarik bagi siswa apabila
dibandingkan dengan metode ceramah dan hal tersebut akan dapat meningkatkan hasil belajar
13
siswa yang ditunjukkan dengan nilai atau angka. Hasil belajar siswa secara klasikal
mengalami peningkatan dalam penelitian ini dibuktikan dengan angka-angka yang telah
disebutkan. Dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII B dengan menggunakan model Example Non Example berhasil.
Dari paparan data siklus 2 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sesuai dengan
hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti yaitu dengan metode Example Non
Example yang diterapkan akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B
SMP Negeri 1 Kejayan. Selain itu nilai afektif dan nilai kognitif siswa terbukti mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2.
Berdasarkan hasil dari siklus 2, semua indikator telah mencapai standar ketuntasan
minimal sehingga penelitian ini pun diakhiri sampai siklus 2. Pada siklus I hasil belajar siswa
mengalami peningkatan namun belum mencapai KKM dan pada siklus 2 hasil belajar siswa
yang sudah terbiasa dengan menggunakan metode Example Non Example sudah mengalami
peningkatan dan sudah memenuhi nilai KKM. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari tabel di
bawah ini:
Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus 2
Keterangan Siklus 1 Siklus II
Rata – rata 71 86
Tidak tuntas 29 siswa 6 siswa
Tuntas 7 siswa 32 siswa
Berdasarkan tabel diatas, pada siklus I sebanyak 29 siswa tidak tuntas belajar
dan pada siklus II sebanyak 6 siswa tidak tuntas belajar. Secara klasikal, kelas VIII B tuntas
belajar pada siklus II karena siswa yang mendapat nilai ≥ 80 sebanyak 32 siswa atau 84%.
Sedangkan pada siklus I presentase ketuntasan belajar klasikal sebanyak 7 siswa atau 19%.
Sementara itu, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari siklus I, dan meningkat lagi
pada siklus II.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, paparan data, dan pembahasan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
14
1. Penerapan model pembelajaran Example non Example di kelas VIII B dilaksanakan
dengan tahapan-tahapan yaitu: Pembukaan, Inti pembelajaran, Refleksi, serta Evaluasi
2. Penelitian yang dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan menggunakan
model pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
pada Standart Kompetensi memahami makna kedaulatan rakyat.
3. Penelitian yang dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan menggunakan
model pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
Standart Kompetensi memahami makna kedaulatan rakyat.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Untuk Guru
a) Guru harus dapat mengelola waktu dan kelas dengan baik pada pembelajaran model
Example non Example agar pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan
yang diharapkan
b) Guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran agar tidak membuat siswa jenuh,
terutama untuk siswa yang sudah memiliki input yang bagus dengan menggunakan
berbagai model pembelajaran yang lain.
2. Untuk Siswa
a) Siswa seharusnya datang kesekolah tidak dengan tangan kosong, melainkan sudah
membawa bekal terkait dengan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan pada hari
tersebut sehingga akan mempermudah proses pembelajaran
b) Siswa harus jujur dan saling memberi yang terbaik, yaitu bertanya apabila tidak
paham dengan materi dan memberi tahu pada teman yang kesulitan memahami materi
pelajaran dengan jujur.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
a) Pembelajaran model Example non Example dapat menjadi pilihan yang baik untuk
mengatasi masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada matapelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran.
15
b) Penggunaan model Example non Example hendaknya diterapkan untuk materi yang
menuntut siswa untuk aktif, tidak hanya sekedar teori tetapi juga bagaimana
prakteknya, sehingga akan mendorong siswa untuk berpikir lebih aktif.
c) Pada awal pembukaan¸ lagu yang dinyanyikan seharusnya disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan.
4. Untuk Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
a) Jurusan Hukum Kewarganegaraan agar menindaklanjuti penelitian ini sehingga model
pembelajaran Example non Example ini bisa terus berkembang dan diterapkan untuk
siswa. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan bentuk yang berbeda, misalnya :
penelitian pengembangan ataupun eksperimen agar khasanah rujukan untuk model
pembelajaran yang serupa bisa lebih banyak.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Penelitian dan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: AlfabetaBSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan JenjangPendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.Dhedhinovianto. 2013. Metode Example Non Example (Online),
(http://dhedhinovianto.weebly.com/metode-example-non-example.html) diakses 13 Maret 2013
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka CiptaHamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru AlgensindoRiensuciati. 2013. Model Pembelajaran Example Non Example (Online),
(http://riensuciati99.blogspot.com/2013/04/model-pembelajaran-example-non-example.html) diakses 15 Maret 2014
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi, Strategi dan Penilaian.Jakarta: Bumi Aksara
Winkel. W S.2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo