15
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP NEGERI 1 KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN APPLICATION OF NON MODEL EXAMPLE EXAMPLE LEARNING TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION AND RESULTS SUBJECT TO CITIZENSHIP EDUCATION IN B IN CLASS VIII OF JUNIOR HIGH SCHOOL 1 KEJAYAN PASURUAN Selvia Rosalina Pembimbing: Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si Hj. Yuniastuti, S.H, M.Pd Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mendeskripsikan penerapan model Example non Example; (2) Untuk menganalisis penerapan model Example non Example dalam meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) Untuk menganalisis penerapan model Example non Example dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Hasil penelitian tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 sesuai dengan hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti. Selain itu terbukti dengan peningkatan nilai motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dari tiap pertemuan ke pertemuan selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas VIII B di SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan. Kata Kunci: motivasi, hasil belajar, example non example ABSTRACT- This study aims to: (1) To describe the application of non Example Example models; (2) To analyze the application of non Example Example models in increasing students' motivation; (3)To analyze the application of non Example Example models in improving student learning outcomes. This study is an action research (Classroom Action Research) were conducted in two cycles of action. The results of the action research cycle 1 and cycle 2 in accordance with the hypothesis put forward by the study investigators. In addition to the proven value increase student motivation and student learning outcomes of each meeting to the next meeting.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP NEGERI 1 KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

APPLICATION OF NON MODEL EXAMPLE EXAMPLE LEARNING TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION AND RESULTS SUBJECT TO CITIZENSHIP EDUCATION IN B IN CLASS VIII OF JUNIOR HIGH SCHOOL 1

KEJAYAN PASURUAN

Selvia RosalinaPembimbing:

Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.SiHj. Yuniastuti, S.H, M.Pd

Universitas Negeri MalangFakultas Ilmu Sosial

Jurusan Hukum dan KewarganegaraanProdi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Email: [email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mendeskripsikan penerapan model Example non Example; (2) Untuk menganalisis penerapan model Example non Example dalam meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) Untuk menganalisis penerapan model Example non Example dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus tindakan.Hasil penelitian tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 sesuai dengan hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti. Selain itu terbukti dengan peningkatan nilai motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dari tiap pertemuan ke pertemuan selanjutnya.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas VIII B di SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan.

Kata Kunci: motivasi, hasil belajar, example non example

ABSTRACT- This study aims to: (1) To describe the application of non Example Examplemodels; (2) To analyze the application of non Example Example models in increasingstudents' motivation; (3)To analyze the application of non Example Example models inimproving student learning outcomes. This study is an action research (Classroom ActionResearch) were conducted in two cycles of action.The results of the action research cycle 1 and cycle 2 in accordance with the hypothesis put forward by the study investigators. In addition to the proven value increase student motivation and student learning outcomes of each meeting to the next meeting.

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

2

Based on the results of this study concluded that by using the example of non examplelearning model can improve motivation and learning outcomes of students in civic educationsubjects in class VIII B of Junior High School 1 Kejayan Pasuruan.Key Words : motivation, learning outcomes, example non example

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran umum yang wajib

ada dalam setiap jenjang pendidikan mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,

Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan bahkan sampai Perguruan Tinggi dan

harus ada di setiap satuan pendidikan, baik sekolah umum maupun sekolah yang berbasis

agama. Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan hukumnya wajib karena materi

keilmuannya mencakup dimensi pengetahuan (knowledges), ketrampilan (skills) dan nilai

(values) yang sejalan dengan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai yang

dikemukanan Departemen Pendidikan Nasional yaitu membentuk warga negara yang ideal

yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-

prinsip kewarganegaraan sebagai harapan terwujudnya masyarakat yang demokratis

konstitusional.

Pendidikan kewarganegaraan berangkat dari kehidupan sehari-hari tentang peristiwa

maupun kejadian-kejadian yang ada disekitar. Menurut Aunurrahman (2011:146) model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, serta

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk

merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang pas untuk mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan ini adalah Model Example non Example. Model Example non

Example.merupakan model pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada keaktifan fisik

semata, melainkan juga aspek intelektual, sosial, mental, dan emosional. Melalui model

pembelajaran Example non Example guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan ide-ide mereka sendiri (Riensuciati : 2013). Oleh sebab itu konsep tersebut

sangat tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dimana

siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran yang berlangsung. Pembelajaran yang aktif

akan lebih mudah tersimpan dan teringat oleh memori otak manusia dari pada hanya sekedar

pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah.

Berdasarkan Observasi Pratindakan yang dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 21

Januari 2014 di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan materi Demokrasi menunjukkan

tingkat keaktifan di kelas tersebut masih tergolong rendah. Hal itu ditunjukkan dengan respon

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

3

siswa ketika diberi pertanyaan oleh guru. Respon jawaban yang diberikan siswa cenderung

lambat dan tidak menyeluruh. Sedangkan secara matematis dapat dihitung jumlah siswa yang

menjawab pertanyaan dengan berani mengancungkan tangan selama 2 jam pelajaran hanya

satu orang saja. Selebihnya siswa harus ditunjuk terlebih dahulu agar mau menjawab. Apabila

siswa belum paham dengan materi yang disampaikan oleh guru, siswa memilih bertanya

kepada teman sebangkunya. Selama pelajaran di hari tersebut tidak ada satupun siswa yang

mengajukan pertanyaan. Kesimpulannya, pembelajaran PKn di Kelas VIII B SMP Negeri 1

Kejayan berlangsung secara pasif.

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMP

Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006, mata pelajaran

yang memfokuskan kajian pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang

cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yang termaktub

dalam alinea keempat pembukaan Undang-undang Dasar 1945 adalah Pendidikan

Kewarganegaraan yang kemudian disingkat menjadi PKn.

Menurut Winarno (2013:64) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan program pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi politik yang

ditujukan kepada peserta didik atau warga negara yang bersangkutan. Secara garis besar

pendidikan kewarganegaraan berperan untuk mengajarkan atau membiasakan peserta didik

agar berperilaku baik menaati norma-norma yang berlaku dimasyarakat dan UUD 1945.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membangun dan

menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang mencintai tanah

air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam

diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai ilmu

pengetahuaan dan teknologi serta seni.

Dalam pembukaan UUD 1945 pendidikan kewarganegaraan telah mengalami

perubahan khususnya pada Alenia ke-4 yang menyatakan bahwa pembentukan Pemerintah

Negara Indonesia dimaksudkan untuk : ‘’…melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia

dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

4

Ruang Lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tertuang dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 yang meliputi : (1) persatuan

dan kesatuan bangsa; (2) norma, hukum dan peraturan; (3) hak asasi manusia; (4) kebutuhan

warga negara; (5) konstitusi Negara; (6) kekuasaan dan politik; (7) Pancasila; dan (8)

globalisasi.

MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Upaya pencapaian tujuan pembelajaran

yang telah dirancang sebelumnya oleh guru dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

membutuhkan suatu strategi. Sebagaimana dikemukakan Kemp yang dikutip oleh Rusman

(2011:132) strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa

agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Pemilihan model pembelajaran ditentukan oleh beberapa hal yaitu: (1) sesuai dengan

materi; (2) tingkat berpikir siswa; (3) kemampuan dari guru itu sendiri. Dalam

pelaksanaannya, sebaik apapun model pembelajaran tersebut apabila guru tidak mampu untuk

menerapkannya pada siswa, maka tidak akan diperoleh hasil yang maksimal. Model

pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi

peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan kurikulum

KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka guru harus pula

mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani

berinovasi dan beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran PAIKEM seperti menggunakan

model pembelajaran Example non Example sehingga tidak terpaku pada metode ceramah

saja.

MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE

Model Pembelajaran Example Non Example merupakan model pembelajaran yang

menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Menurut teori konstruktivisme, prinsip

yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya memberikan

pengetahuan kepada siswa melainkan membantu siswa membanguan pengetahuan

berdasarkan pengalamannya sendiri. Melalui model pembelajaran Example non Example

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri

(Riensuciati : 2013).

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

5

Model Example non Example adalah salah satu model yang dapat di gunakan untuk

membuat siswa lebih leluasa, lebih bebas, lebih mandiri, lebih menyenangkan, lebih

semangat dalam mengerjakan tugas sebab kalau siswa senang mereka tidak akan merasa

memiliki beban untuk mengerjakan tugas.

Menurut (Novianto: 2013) langkah-langkah dalam pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

• Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

• Guru menempelkan gambar di papan tulis.

• Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk

memperhatikan/menganalisis gambar.

• Melalui diskusi kelompok 5-6 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas.

• Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

• Guru mulai menjelaskan mulai dari pertanyaan, komentar, dan jawaban.

• Guru dan peserta didik menyimpulkan materi.

MOTIVASI BELAJAR

Motivasi belajar dalam bahasa Inggris adalah motivation yang berarti to move atau

menyebabkan terjadinya aktivitas-aktivitas seseorang. Motivasi disebut juga sebagai sesuatu

yang melatarbelakangi terjadinya perilaku si pembelajar. “ motivasi belajar merupakan

kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.” (Dimyati&Mudjiono,2006:239).

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan psikis yang bersifat non

intelektual yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri seseorang yang

menyangkut persoalan kejiwaan, perasaan, dan emosi yang dapat menentukan tingkah

lakunya.

Dalam proses belajar, motivasi sangat di perlukan karena apabila seseorang tidak

mempunyai motivasi dalam belajar maka tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar

yang efektif. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seorang

siswa. Menurut Suherman (2008), motivasi di bagi menjadi 2 jenis, yaitu: Motivasi Intrinsik

dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang

berasal dari diri individu itu sendiri. Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan

sesuatu karena adanya perangsang dari luar individu.

Menurut Dimyati (2006:85) motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru.

Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut: (a) Menyadarkan kedudukan

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

6

awal belajar, proses, dan hasil belajar; (b) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar

yang membandingkan dengan teman sebaya; (c) Mengarahkan kegiatan belajar; (d)

Membesarkan semangat belajar; (e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.

Fungsi motivasi untuk mendorong timbulnya kekuatan, fungsi motivasi itu adalah;

(Hamalik, 2008:161)

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan tanpa motivasi tidak akan timbul

perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian

tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya

motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan

motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut: (Hamalik, 2008:166) (1) Memberi Angka;

(2) Pujian; (3) Hadiah; (4) Kerja Kelompok.

Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar. Setiap anggota

kelompok kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok itu menjadi

pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.

a. Persaingan

Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada

murid hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik.

b. Tujuan dan level of aspiration

Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa

c. Penilaian

Penilaian secara continue akan mendorong murid-murid untuk belajar karena setiap

anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. “siswa belajar bahwa ada

keuntungan yang diasosiasikan dengan nilai yang tertinggi, dengan demikian memberikan tes

dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi untuk belajar”, (Slameto,2003:177).

d. Karyawisata

Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan

mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.

e. Film pendidikan

Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih

menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru

yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

7

HASIL BELAJAR

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar yaitu nilai yang di peroleh

selama kegiatan belajar mengajar. Menurut (Hamalik, 2008:159) menyatakan bahwa “hasil

belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator

adanya derajat perubahan adanya tingkah laku siswa”. Sedangkan hasil belajar adalah hasil

yang telah diperoleh siswa berdasarkan pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang

diikuti selama pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Dimyati, 2006:201)

Menurut Gagne (dalam Slameto, 2003:14) membagi lima kategori hasil belajar yang

disebut the domains of learning, yaitu: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3)

stategi kognitif; (4) sikap; (5) keterampilan motoris. Hasil belajar diukur pada pembelajaran

yang berlandaskan kurikulum 2006 (KTSP) meliputi kemampuan kognitif, efektif, dan

psikomotorik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239) hasil belajar merupakan hasil proses

belajar atau proses pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi akademik biasanya diukur dari

nilai sehari-hari dan hasil tes di sekolah. Grounlund (dalam Dimyati, 2006:5) menyatakan

bahwa dasar tes hasil belajar hendaknya; (1). Mengukur tujuan belajar; ( 2). Mengukur yang

representative; ( 3). Menurut item-item yang paling cocok; (4). Sesuai dengan maksud

penggunaannya; (5). Ditafsirkan secara cermat; (6). Memperbaiki dan meningkatkan belajar.

Benyamin S. Bloom (dalam Winkel, 2005:275) membagi hasil belajar ke dalam tiga

ranah yaitu: (1) Ranah Kognitif ; (2) Ranah Psikomotorik; (3) Ranah Afektif.

Hasil belajar yang diperoleh siswa kadang-kadang baik dan kurang baik. Hal ini tentu

saja tidak lepas dari usaha belajar siswa. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar sangatlah banyak. Menurut Slameto (2003:54) faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa di golongkan menjadi dua yaitu:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berada dalam diri anak didik. Faktor Intern

adalah sebagai berikut: (1) Faktor Jasmaniah; (2) Faktor Psikologis, faktor ini terdiri dari: (a)

Intelegensi; (b) Perhatian; (c) Minat; (d) Bakat; (e) Motivasi; (f) Kematangan; (g) Kesiapan.

Faktor Ekstern

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berada diluar anak didik,yang terdiri dari 3

faktor yaitu: (1) Faktor Keluarga, faktor ini terdiri dari: (a) Cara orang tua mendidik; (b)

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

8

Relasi antar anggota keluarga; (c) Suasana rumah; (d) Keadaan ekonomi keluarga. (2) Faktor

Sekolah; (3) Faktor Masyarakat.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan tujuan, penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan

Kabupaten Pasuruan dengan menerapkan model pembelajaran Example non Example.

Arikunto (2010:3) menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2)

tindakan, (3) kelas dari ketiga kata tersebut bisa diartikan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang proses pembelajaran

PKn dengan menggunakan metode example non example. Data diperoleh dengan observasi

pada saat proses pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru

pendidikan kewarganegaraan VIII B di SMPN 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan.

Sesuai dengan tujuan peneliti ini, maka teknik analisis data menggunakan deskriptif

kuantitatif dan kualitatif . Analisis data kuantitatif merupakan jenis analisis statistik yang

bermaksud mendeskripsikan sifat-sifat sampel atau populasi dengan persentase rumus untuk

mengolah data yang berupa deskriptif persentase. Analisis data kualitatif dilakukan dengan

mengikuti prosedur pelaksanaan tindakan kelas berupa kalimat dan proses pembelajarannya,

baik yang terjadi di awal maupun yang terjadi setelah diterapkan tindakan.

HASIL

Tabel Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Interval Nilai

KriteriaSiklus I Siklus II

Frekuensi Persentase Nilai Frekuensi Persentase Nilai0-39 Sangat Kurang 0 0 E 0 0 E

40-54 Kurang 2 5,5 D 0 0 D55-69 Cukup 7 19,4 C 0 0 C70-84 Baik 17 47,2 B 20 52,6 B85-100 Sangat Baik 10 27,7 A 18 47,4 AJumlah 36 100 38 100

Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Keterangan Siklus 1 Siklus II

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

9

Rata – rata 71 86

Tidak tuntas 29 siswa 6 siswa

Tuntas 7 siswa 32 siswa

Refleksi Tindakan Siklus 1

Pada setiap akhir siklus dilakukan refleksi tindakan yang didasarkan pada hasil

observasi. Dari hasil refleksi pada siklus I tersebut, maka peneliti mengetahui kelebihan dan

kekurangan selama proses belajar mengajar, selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk

melakukan perbaikan pada siklus II.

Kelebihan-kelebihan selama proses pembelajaran antara lain:

1) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi lebih menarik siswa

sehingga siswa antusias mengikuti pembelajaran PKn

2) Guru model tidak menghendaki jawaban bersama jadi setiap siswa yang menjawab

pertanyaan diharuskan untuk mengangkat tangannya

3) Guru model sering mengitari siswa dan mendatangi setiap kelompok secara bergantian

sehingga memudahkan siswa yang ingin bertanya

4) Siswa mampu menggunakan sumber belajar lain selain buku teks sehingga lebih

merangsang mereka untuk aktif pada saat diskusi

Kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran antara lain:

1) Siswa masih kurang dapat fokus terhadap pembelajaran

2) Beberapa siswa terpaksa dalam berkelompok

3) Guru kurang memperhatikan kelompok 2 yang duduk di bagian belakang sebelah

selatan sehingga kelompok tersebut terlihat paling pasif bila dibandingkan dengan

kelompok yang lain

4) Guru terlalu percaya kepada siswa sehingga pada saat presentasi guru hanya berada di

depan mendengarkan kelompok yang presentasi jadi pada saat suara penyaji tidak

kedengar sampai ke belakang

5) Manajemen waktu belum maksimal

6) Hanya beberapa siswa yang aktif dalam diskusi dalam kelompok masing-masing

Refleksi Siklus II

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

10

Tahap refleksi pada siklus II yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil

observasi kemudian dilakukan refleksi untuk mengetahui apakah penerapan model Example

non Example mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang

dilakukan oleh guru juga akan direfleksi untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Setelah

dianalisis, motivasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Peningkatan pada motivasi belajar dari siklus I ke siklus II yaitu aspek displin sebesar

16%, aspek semangat mengalami peningkatan sebesar 13%, aspek kerjasama mengalami

peningkatan sebesar 7%, sedangkan aspek tanggung jawab tidak mengalami peningkatan.

Secara keseluruhan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan

mengalami peningkatan antara siklus I dan siklus II walaupun diakhir siklus II aspek

kerjasama tidak mengalami peningkatan dari siklus I.

Sementara itu, pada hasil belajar rata-rata siklus I yaitu 71 dan siklus II mengalami

peningkatan menjadi 86. Ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 84% yang berarti secara

klasikal kelas VIII B yang sudah tuntas dalam pembelajaran PKn. Ada 6 siswa yang belum

tuntas pada siklus II.

Setelah melaksanakan rangkaian pembelajaran, guru melakukaan wawancara dengan 2

orang siswa masing-masing bernama Lutfiah dan Ali. Dari wawancara dapat disimpulkan

bahwa siswa lebih senang belajar dengan menggunakan gambar-gambar dan diskusi daripada

ceramah, karena pada saat diskusi mereka dituntut lebih aktif sehingga materi pelajaran akan

lebih mudah diingat dan akan memudahkan mereka dalam ulangan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada siklus II pembelajaran model Example Non

Example mampu meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar siswa kelas VIII B di SMP Negeri

1 Kejayan.

PEMBAHASAN

Penerapan model Example Non Example di kelas VIIIB SMP Negeri 1 Kejayan

Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dilaksanakan selama 2 kali

siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan, serta pemberian evaluasi pada tiap-tiap

pertemuan untuk mengukur hasil belajar siswa. Mata Pelajaran PKn di kelas VIII B

berlangsung pada hari Selasa jam ke 1-2 dan dilaksanakan di Kelas VIII B.

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2014 dan 18 Maret 2013. Pada

siklus 1 pembelajaran yang berlangsung terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Dalam tahap perencanaan peneliti merancang

rencana pelaksanaan pembelajaran dan model Example Non Example yang akan digunakan

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

11

dalam pembelajaran yang kemudian akan di diskusikan dengan guru Pendidikan

Kewarganegaraan.

Menurut Riensuciati (2013), melalui model pembelajaran Example non Example guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri. Paparan

data penelitian ini menunjukkan bahwa guru mengajak siswa untuk menemukan ide atau

gagasannya dengan cara berdiskusi kelompok. Dengan cara ini diharapkan siswa lebih

terbuka lagi dalam menyampaikan ide-idenya terutama dengan teman satu kelompoknya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Example Non Example

antara guru dan siswa terjalin hubungan yang terbina secara dialogis, hal ini terbukti dari

sikap guru yang selalu mendekati tiap-tiap kelompok saat kerja kelompok sedang berlangsung

serta mengajak mereka untuk berdiskusi apa ada kesulitan dalam mengerjakan tugas yang

diberikan. Selain itu, hal tersebut adalah untuk membangun kedekatan antara guru dan siswa

sehingga tidak hanya siswa yang belajar dari guru, guru juga dapat belajar dari siswa.

Aspek displin diterapkan didalam kelas, dalam kelas siswa dituntut untuk masuk ke

dalam kelas tepat waktu. Pada saat pelajaran diberlangsung siswa dituntut untuk tidak

membuat keributan didalam kelas dengan berbicara sendiri dengan teman sebangkunya.

Aspek semangat dan tanggung jawab diterapkan siswa dituntut aktif dalam mengikuti

pelajaran, aktif berkomunikasi dengan menyumbangkan ide-ide dalam diskusi mereka. Ide

yang diberikan harus sesuai dengan teori atau realita yang ada, bukan hanya asal memberikan

tapi siswa dituntut untut dpat mempertanggung jawabkan ide-ide yang mereka sumbang.

Dalam presentasi atau diskusi kelas, pertanyaan dan jawaban yang diberikan harus sesuai

dengan pengetahuan yang siswa pahami. Aspek kerjasama diterapkan dengan pembagian

kelompok yang selalu berubah disetiap pertemuan, ini dilakukan untuk melatih siswa agar

dapat bekerjasama dengan siapapun dalam dikelas tanpa membedakan antara yang pintar

dengan yang biasa-biasa saja.

Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan

Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

kelas VIII B SMPN 1 Kejayan. Hasil penelitian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model Example Non Example menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari

siklus pertama ke siklus kedua. Tahapan pembelajaran dalam model Example Non Example

menuntut siswa untuk selalu terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

meliputi : displin, semangat, tanggung jawab, dan kerjasama.

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

12

Dari paparan data pada BAB IV, aspek displin dari siklus I sebesar 72 % ke siklus II

88%. Aspek semangat pada siklus I 72% pada siklus II 85%. Aspek tanggung jawab pada

siklus I 79% pada siklus II 86%. Aspek Kerjasama pada siklus I 83% dan pada siklus II 83%.

Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Dimyati&Mudjiono, 2006:239

yang menyatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang melatarbelakangi terjadinya perilaku

si pembelajar, motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya

proses belajar. Dari paparan data diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan yang terjadi

pada siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa perilaku siswa menunjukkan bahwa siswa

termotivasi pada saat proses belajar yang sedang berlangsung.

Pada siklus 2 selain hasil mengenai berkelompok, diperoleh juga hasil pengamatan

sikap siswa pada saat proses pembelajaran, dibandingkan dengan hasil pengamatan pada

siklus 1 maka pada siklus 2 ini sudah terlihat peningkatan yang cukup baik, siswa yang

menyimpang menjadi lebih disiplin, siswa melakukan proses belajar dengan baik, dan siswa

sudah menguasai tahap-tahapan model pembelajaran Example Non Example dengan baik.

Penerapan model Example Non Example dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas

VIII B SMP Negeri 1 Kejayan

Pada siklus I jumlah siswa yang telah tuntas belajar meningkat sebanyak 7 siswa atau

19% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 71. Nilai rata-rata kelas dapat dikatakan belum tuntas

karena dibawah KKM, dan belum mencapai ketuntasan belajar klasikal karena siswa yang

tuntas belajar masih dibawah 80%. Pada siklus II siswa yang tuntas belajar sebanyak 32 siswa

atau 84% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 86. Ketuntasan belajar klasikal dan nilai rata-

rata kelas sudah tercapai setelah siklus II.

Hasil belajar akan terlihat apabila individu telah mempunyai sikap dan nilai yang

diinginkan, menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang harus

dicapai. Menurut (Hamalik, 2008:159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjuk pada

prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan

adanya tingkah laku siswa. Hal tersebut sesuai dengan temuan penelitian yaitu hasil belajar

meningkat dari siklus I ke siklus II yang berarti tujuan pembelajaran telah tercapai.

Pemahaman siswa terhadap materi dapat diasah melalui pembelajaran di kelas dan

review materi yang dilakukan siswa saat belajar di rumah. Pembelajaran yang menarik bagi

siswa adalah pembelajaran yang menuntut mereka untuk aktif dalam pembelajaran sehingga

model pembelajaran Example Non Example akan lebih menarik bagi siswa apabila

dibandingkan dengan metode ceramah dan hal tersebut akan dapat meningkatkan hasil belajar

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

13

siswa yang ditunjukkan dengan nilai atau angka. Hasil belajar siswa secara klasikal

mengalami peningkatan dalam penelitian ini dibuktikan dengan angka-angka yang telah

disebutkan. Dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VIII B dengan menggunakan model Example Non Example berhasil.

Dari paparan data siklus 2 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sesuai dengan

hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti yaitu dengan metode Example Non

Example yang diterapkan akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B

SMP Negeri 1 Kejayan. Selain itu nilai afektif dan nilai kognitif siswa terbukti mengalami

peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2.

Berdasarkan hasil dari siklus 2, semua indikator telah mencapai standar ketuntasan

minimal sehingga penelitian ini pun diakhiri sampai siklus 2. Pada siklus I hasil belajar siswa

mengalami peningkatan namun belum mencapai KKM dan pada siklus 2 hasil belajar siswa

yang sudah terbiasa dengan menggunakan metode Example Non Example sudah mengalami

peningkatan dan sudah memenuhi nilai KKM. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari tabel di

bawah ini:

Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus 2

Keterangan Siklus 1 Siklus II

Rata – rata 71 86

Tidak tuntas 29 siswa 6 siswa

Tuntas 7 siswa 32 siswa

Berdasarkan tabel diatas, pada siklus I sebanyak 29 siswa tidak tuntas belajar

dan pada siklus II sebanyak 6 siswa tidak tuntas belajar. Secara klasikal, kelas VIII B tuntas

belajar pada siklus II karena siswa yang mendapat nilai ≥ 80 sebanyak 32 siswa atau 84%.

Sedangkan pada siklus I presentase ketuntasan belajar klasikal sebanyak 7 siswa atau 19%.

Sementara itu, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari siklus I, dan meningkat lagi

pada siklus II.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, paparan data, dan pembahasan yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

14

1. Penerapan model pembelajaran Example non Example di kelas VIII B dilaksanakan

dengan tahapan-tahapan yaitu: Pembukaan, Inti pembelajaran, Refleksi, serta Evaluasi

2. Penelitian yang dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan menggunakan

model pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

pada Standart Kompetensi memahami makna kedaulatan rakyat.

3. Penelitian yang dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Kejayan dengan menggunakan

model pembelajaran Example non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

Standart Kompetensi memahami makna kedaulatan rakyat.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti menyampaikan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Untuk Guru

a) Guru harus dapat mengelola waktu dan kelas dengan baik pada pembelajaran model

Example non Example agar pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan

yang diharapkan

b) Guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran agar tidak membuat siswa jenuh,

terutama untuk siswa yang sudah memiliki input yang bagus dengan menggunakan

berbagai model pembelajaran yang lain.

2. Untuk Siswa

a) Siswa seharusnya datang kesekolah tidak dengan tangan kosong, melainkan sudah

membawa bekal terkait dengan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan pada hari

tersebut sehingga akan mempermudah proses pembelajaran

b) Siswa harus jujur dan saling memberi yang terbaik, yaitu bertanya apabila tidak

paham dengan materi dan memberi tahu pada teman yang kesulitan memahami materi

pelajaran dengan jujur.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

a) Pembelajaran model Example non Example dapat menjadi pilihan yang baik untuk

mengatasi masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada matapelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran.

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel0B21155BF57F723C6E06A6... · PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII B DI SMP

15

b) Penggunaan model Example non Example hendaknya diterapkan untuk materi yang

menuntut siswa untuk aktif, tidak hanya sekedar teori tetapi juga bagaimana

prakteknya, sehingga akan mendorong siswa untuk berpikir lebih aktif.

c) Pada awal pembukaan¸ lagu yang dinyanyikan seharusnya disesuaikan dengan materi

yang akan disampaikan.

4. Untuk Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

a) Jurusan Hukum Kewarganegaraan agar menindaklanjuti penelitian ini sehingga model

pembelajaran Example non Example ini bisa terus berkembang dan diterapkan untuk

siswa. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan bentuk yang berbeda, misalnya :

penelitian pengembangan ataupun eksperimen agar khasanah rujukan untuk model

pembelajaran yang serupa bisa lebih banyak.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Penelitian dan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta

Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: AlfabetaBSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan JenjangPendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.Dhedhinovianto. 2013. Metode Example Non Example (Online),

(http://dhedhinovianto.weebly.com/metode-example-non-example.html) diakses 13 Maret 2013

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka CiptaHamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru AlgensindoRiensuciati. 2013. Model Pembelajaran Example Non Example (Online),

(http://riensuciati99.blogspot.com/2013/04/model-pembelajaran-example-non-example.html) diakses 15 Maret 2014

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi, Strategi dan Penilaian.Jakarta: Bumi Aksara

Winkel. W S.2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo