11
Seminar Nasional Industrialisasi Madura & Call for Paper 2012 Penentuan Variabel Six Big Losses yang Paling Mempengaruhi Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) Mesin Corrugating 1 pada PT. X dengan Pendekatan Regresi Linier. Hakam Muzakki, Ika Deefi Anna Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ABSTRAK Makalah ini membahas Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah ukuran tingkat keefektivitasan yang terdapat di dalam Total Productive Maintenance (TPM). Kemampuan mengidentifikasikan secara jelas akar permasalahan dan faktor penyebabnya, sehingga membuat usaha perbaikan menjadi terfokus merupakan faktor utama metode ini diaplikasikan secara menyeluruh oleh banyak perusahaan di dunia. Saat ini mesin corrugating 1 pada PT. X memiliki permasalahan yang belum terungkap jelas. Hal tersebut mengakibatkan penggunaan peralatan yang belum optimal. Pengungkapan akar masalah dan faktor penyebabnya diperlukan sebelum perusahaan melakukan usaha perbaikan. Dalam penelitian ini digunakan metode pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan multiple regresion and correlation. Hasil penelitian untuk periode tahun 2009 menunjukkan bahwa nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk mesin corrugating 1 adalah 52,69%. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai Overall Equipment

Penentuan Variabel Six Big Losses Yang Paling Mempengaruhi Nilai Overall Equipment Effectiveness

Embed Size (px)

DESCRIPTION

six big losses

Citation preview

Seminar Nasional Industrialisasi Madura & Call for Paper 2012

Penentuan Variabel Six Big Losses yang Paling Mempengaruhi Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) Mesin Corrugating 1 pada PT. X dengan Pendekatan Regresi Linier.

Hakam Muzakki, Ika Deefi AnnaFakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (UTM)

ABSTRAKMakalah ini membahas Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah ukuran tingkat keefektivitasan yang terdapat di dalam Total Productive Maintenance (TPM). Kemampuan mengidentifikasikan secara jelas akar permasalahan dan faktor penyebabnya, sehingga membuat usaha perbaikan menjadi terfokus merupakan faktor utama metode ini diaplikasikan secara menyeluruh oleh banyak perusahaan di dunia.Saat ini mesin corrugating 1 pada PT. X memiliki permasalahan yang belum terungkap jelas. Hal tersebut mengakibatkan penggunaan peralatan yang belum optimal. Pengungkapan akar masalah dan faktor penyebabnya diperlukan sebelum perusahaan melakukan usaha perbaikan. Dalam penelitian ini digunakan metode pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan multiple regresion and correlation.Hasil penelitian untuk periode tahun 2009 menunjukkan bahwa nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk mesin corrugating 1 adalah 52,69%. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin corrugating 1 belum memenuhi kondisi ideal. Apabila nilai ini dibandingkan dengan kondisi ideal untuk nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) dalam Total Productive Maintenance (TPM) yaitu 85%.

Kata kunci : Overall Equipment Effectiveness (OEE), multiple regresion and correlation.

1. Pendahuluan PT. X merupakan perusahaan yang memproduksi carton box, sheet dan single face. Saat ini PT. X telah memiliki 2 buah mesin corrugating serta didukung 7 mesin flexo dan beberapa mesin converting. Saat ini PT. X berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga

mencapai 4000ton/bulan. PT. X selalu berupaya untuk melakukan efisiensi dan peningkatan produktifitas pada sistem produksinya untuk menghasilkan produk dengan kapasitas produksi yang optimal, memenuhi standart dan kontiyu sehingga dapat memenuhi kebutuhan customer. Oleh sebab itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan costumer, keandalan dan performansi dari peralatan yang dimiliki sangatlah penting untuk dijaga. Seperti yang kita ketahui, adanya kerusakan pada salah satu mesin produksi akan berpengaruh terhadap keseimbangan sistem produksi yang berakibat pada penurunan produktifitas perusahaan.Permasalahan yang dihadapi perusahaan, sering terjadinya kemacetan pada mesin corrugating 1 yang memproduksi sheet, karena mesin ini sudah cukup lama beroperasi. Dalam satu bulan, frekuensi kemacetan yang terjadi bias 5 sampai 6 kali. Sehingga berdampak pada proses produksi pada mesin flexo dan converting, proses produksi akan terhenti. Biaya operasional yang tinggi harus dikeluarkan oleh PT. X untuk melakukan maintenance berulang-ulang dan juga rendahnya produktifitas mesin tersebut.Di makalah ini dijelaskan bahwa manajemen PT. X membutuhkan maintenance yang tepat agar penurunan efektifitas pada mesin corrugating 1 terjadi dapat ditekan seminimal mungkin. Karena di PT. X belum dilakukan pengukuran nilai overall equipment effectiveness (OEE) pada mesin corrugating 1. Tujuan dilakukan pengukur nilai overall equipment effectiveness (OEE) pada mesin corrugating 1 adalah untuk meningkatan produktifitas mesin dalam menghasilkan produk yang berupa sheet dan mengetahui besarnya efektifitas yang dimiliki. Dan manfaat yang diperoleh adalah dapat meningkatan produktifitas mesin dalam menghasilkan produk yang berupa sheet dan mengetahui besarnya efektifitas yang dimiliki oleh mesin corrugating 1.Untuk dapat meningkatkan efektifitas mesin corrugating 1 dilakukan dengan pengukuran nilai overall equipment effectiveness (OEE). Identifikasi kategori six big losses yang terjadi pada mesin corrugating 1dilakukan terlebih dahulu.Setelah itu dilakukan pengukuran nilai overall equipment effectiveness (OEE) mesin corrugating 1. Dengan mengetahui nilai overall equipment effectiveness (OEE) mesin dapat diketahui variabel six big losses yang menyebabkan mesin corrugating 1 kurang efektif.

2 Enam Kerugian Utama ( Six Big Losses )Tujuan dari menghitung six big losses ini adalah untuk mengetahui nilai efektivitas keseluruhan Overall Equipment Effectiveness (OEE). Dari nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) dapat diambil langkah langkah untuk memperbaiki atau mempertahankan nilai tersebut. Keenam kerugian tersebut dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: (Dewi,P., 2006)1. AvailabilityMerupakan suatu rasio yang menggambarkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Availability terdiri dari: Breakdown losses yaitu kerugian yang disebabkan adanya kerusakan peralatan yang memerlukan perbaikan. Kerugian ini sebagai contoh terdiri dari downtime yang dialami pekerja dan waktu perbaikan dari peralatan. Set-up and adjustment losses, disebabkan adanya perubahan kondisi operasi, seperti kegiatan set-up dan penyesuaian tiap shift. Kerugian ini sebagai contoh terdiri dari downtime, set-up (perubahan peralatan, penggantian cetakan dan perkakas), start-up dan pengaturan mesin.2. Performance rateMerupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan dari peralatan dalam menghasilkan barang. Performance rate terdiri dari: Small stop losses disebabkan oleh kejadian kejadian seperti pemberhentian sejenak, kemacetan mesin, idle time dari mesin. Kenyataannya kerugian ini tidak dapat dideteksi secara langsung tanpa adanya alat pelacak. Ketika operator tidak dapat memperbaiki pemberhentian yang bersifat minor stoppage dalam waktu yang ditentukan, dapat dianggap suatu breakdown. Reduced speed losses kerugian karena mesin tidak beroperasi secaramaksimum (kecepatan mesin berkurang) sesuai dengan teoritis. Pada kecepatan yang lebih tinggi, secara teoritis akan terjadi penurunan kualitas dari produk.Rumus yang digunakan:3. QualityMerupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan peralatan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standart. Quality terdiri dari:

Quality defect and re-work losses yaitu kerugian karena produk tidak berada dalam batas pesifikasi atau kecacatan produk yang terjadi pada operasi normal. Produk seperti ini harus dibuang atau diproses ulang. Kerugian ini meliputi biaya tenaga kerja untuk melakukan re-work dan biaya dari material yang dibuang. Yield losses disebabkan material yang tidak terpakai atau sampah bahan baku. Yang pertama merupa sampah bahan baku yang disebabkan dari kesalahan desain, metode manufaktur dan peralatan yang mengalami gangguan. Yang kedua adalah kerusakan produksi yang disebabkan oleh adanya adjusting mesin dan juga saat mesin melakukan pemanasan (belum pada kondisi kerja yang stabil).Adapun rumusan diatas dapat dituangkan ke dalam rumus yang lebih mudah unutk digunakan dalam perhitungan, yaitu:

3. Mengukur Keefektivitasan Peralatan/MesinOverall Equipment Effectiveness (OEE) sering dipakai sebagai satu metrik kunci di TPM (Total Productive Maintenance) dan program lean manufacturing dan memberikan satu cara konsisten untuk mengukur efektivitas dari TPM (total pemeliharaan produktif) dan inisiatif lain dengan menyediakan satu kerangka keseluruhan untuk mengukur efisiensi produksi. Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan besarnya efektifitas yang dimiliki oleh peralatan atau mesin. (Stephens,2004, dalam Didik, 2009).Beberapa manfaat yang dapat diambil dari Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah: Dapat digunakan untuk menentukan starting point dari perusahaan ataupun peralatan/mesin Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kejadian bottleneck di dalam peralatan/mesin Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerugian produktivitas (True Productivity Losses) Dapat digunakan untuk menentukan prioritas dalam usaha untuk meningkatkan Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan peningkatan produktivitas.OEE = Availabili ty Performanc e QualityEfektivitas fasilitas mempunyai suatu kaitan langsung atas daya saing dan profitabilitas suatu perusahaan. Memaksimalkan efektivitas berarti kemungkinan terbaik dihasilkan oleh masing-masing modal yang dimiliki oleh perusahaan.Setelah dilakukan perhitungan The Six Big Losses, maka dilakukan perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) :

Pada umumnya keberhasilan TPM (total pemeliharaan produktif) dapat dilihat berdasarkan pengalaman. Menurut Seichi Nakajima (1989), kondisi yang ideal untuk Overall Equipment Effectiveness (OEE) setelah dilaksanakannya TPM (total pemeliharaan produktif) pada suatu perusahaan adalah : Operation Time Rate (Availability) > 90% Performance Efficiency > 95% Rate of Quality Product >99%, sehingga kondisi ideal pencapaian nilai OEE adalah > 85%.

4 Analisis Regresi dan Korelasi4.1 RegresiDalam ilmu statistik, metode ini digunakan untuk melihat dan mengetahui bagaimana hubungan antara dua atau lebih variabel independen (bebas) terhadap satu variabel dependen (terikat atau tergantung) (Levin dan Rubin, 1998, dalam Betrianis, 2005). Biasanya variabel dependen dilambangkan sebagai Y dan variabel independen dilambangkan sebagai X.Analisis regresi dinyatakan dengan hubungan persamaan regresi, yaitu suatu persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel variabel.a. Regresi Linier SederhanaMerupakan suatu dalam statistika untuk menentukan persamaan garis secara linier yang dapat meminimasi penyimpangan da deviasi antara nilai data yang di dapat dari observasi dengan yang didapat dari suatu persamaan regresi. Dalam regresi linier terdapat dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.b. Regresi Berganda (multiple regresi)Merupakan regresi dengen variabel independen lebih dari satu. Hubungan antara kedua variabel independen dan dependen diwakilkan melalui suatu persamaan multiple regresi, dengan format baku seperti persamaan berikut ini:dimana,Y adalah nilai ramalan berkenaan dengan variabel dependenta adalah pertemuan sumbu Y pada diagram multiple regresi adalah nilai dari beberapa variabel independent adalah kemiringan garis regresi sesuai dengan variabel independent.

4.2 KorelasiAnalisis korelasi adalah alat statistic yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain. Umumnya analisis korelasi digunakan, dalam hubungannya dengan analisis regresi, untuk mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan (explaining) variasi nilai variabel dependen.a. Koefisien DeterminasiKoefisien determinasi adalah salah satu nilai statistic yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan.Koefisien determinsi sample diperoleh dari hubungan antara dua macam deviasi, yaitu deviasi nilai Y observasi dalam rata-rata satu set data di sekitar garis regresi dan deviasi Y observasi di sekitar rata-ratanya.b. Koefisien KorelasiKoefisien korelasi merupakan ukuran kedua yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain. Jika koefisien korelasi berhubungan dengan sample yang digunakan, maka koefisien korelasi (diberi symbol r) besarnya adalah akar koefisien determinasi.5. Data dan PerhitunganData The Six Big LossesBerikut ini adalah data The Six Big Losses yang dikumpulkan pada saat penelitian dan direkap menjadi tiap bulan selama periode tahun 2009.