34
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/324817989 Pemberdayaan Waqf Produktif sebagai Media Pembangunan Ekonomi Pesantren Article · June 2017 CITATIONS 0 READS 33 1 author: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: journal project View project Syamsuri Syamsuri University of Darussalam Gontor 6 PUBLICATIONS 1 CITATION SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Syamsuri Syamsuri on 28 April 2018. The user has requested enhancement of the downloaded file.

Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/324817989

Pemberdayaan Waqf Produktif sebagai Media

Pembangunan Ekonomi Pesantren

Article · June 2017

CITATIONS

0READS

33

1 author:

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

journal project View project

Syamsuri Syamsuri

University of Darussalam Gontor

6 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Syamsuri Syamsuri on 28 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

Page 2: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 1

Pemberdayaan Waqf Produktif sebagaiMedia Pembangunan Ekonomi Pesantren:

Satu Analisa Mekanisme Pelaksanaanyadi Pesantren Wali Songo Ngabar

Iqbal Imari dan Syamsuri1

Universitas Darussalam Gontor Ponorogo([email protected] & [email protected])

AbstractBased on history of management productive waqf in Indonesia there are three

periods; that is traditional, semi professional, and professional. Generally themanagement of waqf in Indonesia is influanced by those periods. Traditional periodjust serves to physical development, Semi professionals are being developed for moreproductive activities, While the professional period has been empowered for multi-dimensional development whose benefits include both economic and social aspects.However, in some cases nadhzir does not have the capacity and qualifications to empowerwaqaf’s property, Waqf should be able to meet the needs of anyone who is entitled tobenefit from it. So the educational foundation which has the property of waqf is notneglected, undeveloped, Become damaged, unworked optimally, unbenefit and upbankrupt. By using qualitative method and presented by descriptive analysis Supportedin the collection of data sources “triangulation” that is a documentation, observationand interview. By using qualitative method and presented by descriptive analysisSupported in the collection of data sources “triangulation” that is a documentation,observation and interview. This article will explore and examine how the mechanismsof empowering productive waqaf as economic development strategy in Pesantren WaliSongo Ponorogo. This pesantren was chosen because of his expertise in managingwaqf with professionals which has been started since 6 July 1980 years ago. Finallythis article explains that in its implementation to empower productive waqaf in order tomaximize its role and sustainable benefits, then Wali Songo Ngabar pesantren hassubmitted several efforts must be done every institution managing waqf to maintain

1 Kampus Pusat UNIDA Gontor Jl Raya Siman Demangan Siman Ponorogo67431

Page 3: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal2 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

the trust of waqif, is starting from the stages of planning, organizing, institutionalleadership until the supervision must be done well.

Key world; Empowerment, productive waqf, educational institutions

AbstrakAda tiga periode dalam sejarah pengelolaan harta waqaf di Indonesia yaitu

tradisional, semi-profesional, dan profesional. Ketiga periode ini telah banyak mewarnaidalam pemberdayaan dan pengelolaan harta waqaf. Periode tradisional waqaf hanyaberfungsi untuk pembangunan fisik, semi professional waqaf mulai dikembangkanuntuk aktivitas yang lebih produktif, manakala periode professional waqaf telahdiberdayakan untuk pembangunan multi dimensi yang manfaatnya meliputi aspekekonomi maupun sosial. Akan tetapi beberapa kasus para nadhzir tidak memilikikapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan harta waqaf, supaya dapat memenuhikebutuhan para pihak yang berhak menerima manfaatnya. Sehingga yayasanpendidikan yang memiliki harta benda waqaf terlantar, menganggur, tidak berkembang,tidak berfungsi optimal, tidak memberikan manfaat, hingga gulung tikar. Denganmengunakan metode kualitatif yang disajikan secara diskriptif analitik didukung dalampengambilan sumber data “triangulasi” yaitu dokumentasi, observasi dan wawancara.Artikel ini akan mencoba menggali dan memahami mekanisme pemberdayaan waqafproduktif sebagai strategi pembangunan ekonomi di Pesantren Wali Songo Ponorogo.Pesantren ini dipilih karena kepiawiaanya dalam mengelola harta waqaf secaraprofessional yang telah berkembang dan dikembangkan sejak 6 Juli 1980 silam.Akhirnya artikel ini menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pemberdayaan harta waqafagar lebih maksimal perannya dan berkelanjutan manfaatnya pesantren Wali SongoNgabar telah melalukukan beberapa upaya wajib diupayakan oleh setiap lembagapengelola waqaf untuk menjaga kepercayaan para wakif, baik itu dari tahapanperencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan lembaga hingga pengawasan.

Kata kunci: Pemberdayaan, waqaf produktif, lembaga pendidikan

Pendahuluan

A da tiga sejarah periode dalam pengelolaan waqaf diIndonesia yaitu; periode tradisional, semi-profesional, danprofesional. Pada periode tradisional waqaf masih

dipandang sebagai media ibadah yang hanya difungsikan untukpembangunan fisik saja. Seperti masjid, mushalla, pesantren, danyayasan. Sehingga harta waqaf belum memberikan kontribusisosial yang luas. Kondisi ini disebabkan keterbatasan kefahamanmasyarakat Indonesia terhadap waqaf yang dipandang sebagaimekanisme yang statis, termasuk peraturan perundangan yang

Page 4: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 3

Iqbal Imari dan Syamsuri

belum memadai.2 Sedangkan periode semi-profesional masyarakatsudah mulai mengembangkan dan memberdayakan waqaf secaraproduktif, sehingga dapat memberikan manfaat sosial ekonomimeskipun belum maksimal. Tanah-tanah waqaf mulai diberdaya-kan untuk bidang pertanian, usaha-usaha toko, koperasi, bengkel,dan sebagainya.3 Pada periode Profesional waqaf mulai menjadiisu yang menarik untuk diberdayakan. Sehingga pada periode inipengelolaan waqaf meliputi aset harta, manajemen, sumber dayamanusia, dan dalam bentuk usaha ekonomi. Bahkan pada fase inimulai dilengkapi dengan peraturan UU Waqaf yang diikutsertakandalam kebijakan moneter.4

Nampaknya model waqaf produktif mulai banyak diminatioleh para wakif, karena dapat memainkan peran ekonomi dan sosialyang sangat penting sebagai sumber pembiayaan bagi pesantren,sekolah-sekolah, pengkajian dan penelitian, rumah-rumah sakit,pelayanan sosial dan perusahaan yang memproduksi output yangmanfaatnya jelas.5 Akan tetapi, perguliran ini belum disadari olehmasyarakat luas, sebagian banyak masih memandang bahwa hartawaqaf mutlak milik Allah semata, tidak boleh sembarang orangmenguruskan harta ini. Sehingga harta waqaf seringkali belumdikelola secara profesional oleh pengelola waqaf (nadhzir). Dalambeberapa kasus tertentu, nadhzir terkadang tidak memilikikemampuan memadai dengan kualifikasi yang kurang sesuai,kurang berpengetahuan, dan kurang profesional. Selain itu, padaumumnya benda waqaf dikelola oleh nadhzir yang tidak jelas status,tugas, dan kewajibannya, serta banyak dirangkap oleh takmirmasjid.6 Dampak kondisi seperti ini menjadikan yayasanpendidikan yang memiliki harta benda waqaf terlantar, harta waqafmenganggur, tidak berkembang, tidak berfungsi optimal, tidakmemberikan manfaat, hingga “gulung tikar”.7

2 Rachmadi Usman, Hukum Perwaqafan di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika,2013), hlm. 9.

3 Direktorat Pemberdayaan Waqaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan MayarakatIslam, Paradigma Baru Waqaf di Indonesia, (Jakarta: Februari 2008), hlm. 15.

4 Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal BimbinganMayarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Waqaf Tahun 2013. Strategi PengembanganWaqaf Tunai di Indonesia, hlm.6.

5 Syamsul Anwar, “Studi Hukum Islam Kontemporer”, cet ke-1, (Jakarta: RM Books,2007 ), hlm. 75.

6 Imam Suhadi, Waqaf untuk Kesejahteraan Umat, hlm. 38.7 Ali Amin Isfandiar.”Tinjauan Fiqh Muamalat dan Hukum Nasional tentang Waqaf

di Indonesia”. hlm. 71.

Page 5: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal4 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Menurut Ali Amin Isfandiar setidaknya ada dua strategi yangperlu diperhatikan dalam pengelolaan harta waqaf yaitu; pertama,profesionalitas manajemen ke-nadhziran yang meliputi; kredibilitasdalam kejujuran, profesionalitas dalam kapabilitas, maupunkompensasi terkait dengan upah pendayagunaan sebagai implikasiprofesionalitasnya; dan kedua, peruntukan aset waqaf yaitu alihfungsi (ubah peruntukan) dan relokasi untuk pengembangan asetwaqaf agar lebih produktif.8 Oleh karena waqaf merupakan akadtabaru’, dimana pengembangannya tidak didasarkan padapencapaian target keuntungan bagi pemilik modal atau yangmewaqafkan hartanya (waqif), tetapi lebih ditekankan pada bentukkerjasama yang mengandung unsur kebajikan dan kebaikan demikepentingan umum (maslahah amah). Sehingga aset waqaf dilaranguntuk dikurangi, dibiarkan tanpa diolah, atau dijual demikeuntungan; tetapi harus dikelola agar produktif.9

Sehingga artikel ini akan mencoba menggali dan memahamimekanisme pemberdayaan waqaf produktif sebagai strategipembangunan ekonomi di Pesantren Wali Songo (PPWS).Pesantren ini dipilih karena kepiawiaanya dalam mengelola hartawaqaf sejak 6 Juli 1980 yang bertepatan Ahad, 22 Sya’ban 1400 Hyaitu KH. Ahmad Thoyyib dan KH. Ibrohim Thoyyib meng-ikrarkan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo dengan segalakekayaan yang dimilikinya sebagai “Waqaf Untuk PendidikanIslam”.10 PPWS dinyatakan berhasil dalam mengelola danmemberdayakan waqafnya secara produktif, karena hampirseluruh kebutuhan pondok dalam menjalankan program-programnya serta memberikan kesejahteraan bagi keluargapondok, baik santri, kyai, guru-guru, dosen-dosen, dan masyarakatsekitar pondok sebagian besar melalui pengelolaan dan pem-berdayaa dana waqafnya. Dengan demikian, fokus penelitian iniadalah memahami bagaimana mekanisme pengelolaan danpemberdayaan waqaf produktif untuk pengembangan pendidikandi pesantren.

8 Ali Amin, Tinjauan Fiqh Muamalat, hlm.78.9 Kementrian Agama Republik Indonesia, Strategi Pengembangan, hlm. 11.10 Pedoman Kerja Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Waqaf Pondok Pesantren

Wali Songo Ngabar, Kantor Pusat Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Waqaf PondokPesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo, Jawa Timur, 2013, hlm. 9.

Page 6: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 5

Iqbal Imari dan Syamsuri

Landasan Teoritis

Ada beberapa penelitian yang mengkritisi dan berupayauntuk memperbaiki praktek pemberdayaan waqaf produktif.Upaya perbaikan ini pada hakikatnya merupakan perubahan padabentuk dan sistem kepengurusan baru yang sesuai dengankarakteristik waqaf Islam. Perbaikan ini menjadi penting karenawaqaf khususnya waqaf produktif merupakan bagian dari sumberlembaga ekonomi yang erat kaitannya dengan pembangunanekonomi umat. Jadi Mubarok mengutip dari apa yang dipaparkanoleh Achmad Djunaidi dan kawan-kawan dalam bukunya waqafproduktif11 menawarkan dua pendekatan dalam pemberdayaanwaqaf produktif: Pertama, asas paradigma baru waqaf, yaitu: (a)asas keabadian manfaat, (b) asas pertanggungjawaban(responsibility), (c) asas profesionalitas manajemen, dan (d) asaskeadilan sosial. Kedua, aspek-aspek paradigma baru waqaf, yaitu:(a) pembaruan/reformasi pemahaman mengenai waqaf, (b) sistemmanajemen pengelolaan yang profesional, (c) sistem manajemenke-nadhziran/manajemen sumber daya insani, dan (d) sistemrekrutmen waqif. Atas dasar asas dan aspek paradigma tersebut,waqaf diharapkan dikelola oleh nadhzir dengan pendekatan bisnis,yakni suatu usaha yang berorientasi pada keuntungan, dankeuntungan tersebut disedekahkan kepada para pihak yang berhakmenerimanya.12

Abdul Azim Islahi dalam papernya yang berjudul provisonof public goods: role of the voluntary sektor (waqf) in Islamic historydi Jeddah tahun 1992. Penelitian ini menyimpulkan bahwalembaga waqaf non-pemerintah sangat dibutuhkan dalammenyediakan kepemilikan publik dikarenakan lembaga tersebutlebih mengetahui bentuk dan kebutuhan serta pengalaman hinggasaat ini.13 Perbedaan dan keaslian penelitian ini adalah terletak padakonsep pengelolaan waqaf produktif yang dilakukan oleh suatulembaga pendidikan.

Monzer Kahf, Waqaf dan Aspek Sosial-politiknya (Waqf andits Sociopolitical Aspects) menyatakan bahwa dari waqaf di Istambul,

11 Jaih Mubarak , Waqaf Produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama , 2008) hlm. 27.12 Ibid, hlm.28.13 Abdul Azim Islahi, 1992, “Provision of Publc Goods: Role of The Voluntary

Sektor (Waqf) in Islamic History”, Papers presented at the Third International Conferenceon Islamic Economics in Kuala Lumpur, Malaysia, Islamic Research and Training Institute,Islamic Development Bank, Jeddah, Saudi Arabia.

Page 7: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal6 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Jerussalem, dan Kairo hampir mayoritas digunakan untuk lahanpertanian dan hasil dari pengelolaannya digunakan untukmembiayai kegiatan keagamaan, pendidikan, dan kegiatan sosialyang lain.14 Pendapat tersebut didukung dengan penelitian ImtiazB Ali, dalam judul penelitiannya waqaf sebagai sebuah LembagaPembangunan yang Berkelanjutan pada Masyarakat Muslim (waqfa sustainable development institution for muslim communities). Hasilpenelitiannya menyatakan bahwa lembaga waqaf memilikikesempatan nyata bagi muslim untuk menyalurkan bantuanmereka dalam aktivitas yang produktif dalam bentuk pembangun-an yang bersifat langsung, jangka pendek, jangka panjang padasebuah masyarakat yang diharapkan.15

Termasuk penelitian Miftahul Huda dalam fundraising Waqafdan Kemandirian Pesantren (Strategi Nadhzir Waqaf Pesantrendalam Menggalang Sumber Daya Waqaf), Nadhzir waqaf pesantrenrelatif memiliki kesadaran terhadap pentingnya kegiatanpenggalangan sumber-sumber waqaf, demi keberlangsungan dankemandirian program pesantren.16 Serta penelitian MukhlisinMuzarie dalam judulnya Permasalahan Waqf dan Lembaga-Lembaga Keagamaan di Indonesia (Mudzakarah Waqf Uang UlamaRifa’iyah) menambahkan bahwa konsep waqaf merupakan produkijtihad yang mesti mengalami perkembangan dari masa kemasa.Yang perlu dipertahankan dalam amalan waqaf adalahmempertahankan aset (baqa’ al-‘ain) dalam arti hartanya, bukanjenis bendanya, dan melestarikan manfaatnya (dawam al-manfaat)agar pahalanya tetap mengalir sesuai dengan tujuan waqif.17

Sedangkan Setiawan Budi Utomo dalam sebuah penelitiannyaditemukan bahwa kunci keberhasilan sebuah lembaga pengelolawaqaf adalah pengelolaanya harus dilakukan secara professional,budaya transparasi dan akuntabilitas wajib dijaga untuk menjagakepercayaan umat. Akan tetapi pengawasan menjadi faktor penting

14 Monzer Kahf, 1999, “Towards The Revival of Awqaf: A Few Fiqhi Issues toReconsider”, Papers Presented at The Harvard Forum on Islamic Finance and Economics.Harvard University USA.

15 Ali, Imtiaz B., 2009, “Waqf A Sustainable Development Institution for MuslimCommunities”, Takaaful T & T Friendly Society, Valsayn Trinidad and Tobago.

16 Miftahul Huda, “Fundraising Waqaf dan Kemandirian Pesantren (Strategi NadzirWaqaf Pesantren dalam Menggalang Sumber Daya Waqaf)” Makalah dipresentasikan padaThe 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS), Surakarta 2-5 November 2009.

17 Mukhlisin Muzarie, 2010, “Permasalahan Waqaf dan Lembaga-LembagaKeagamaan di Indonesia (Mudzakarah Waqaf Uang Ulama Rifa’iyah)”

Page 8: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 7

Iqbal Imari dan Syamsuri

untuk mempertanggungjawabkan hak waqif atas aset yang telahhilang, sehingga akan tercipta budaya pengelolaan yangprofesional, transparan, dan akuntabel.18 Dari penelitian di atasterdapat beberapa persamaan dalam penelitian yaitu tema waqafdan pengelolaannya secara produktif, seperti pemberdayaan waqafuntuk sektor pertanian, perdagangan, perindustrian, investasi, danusaha-usaha lain yang produktif. Akan tetapi ada perbedaan dalampenelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian inimencoba menggali informasi lebih dalam tentang model waqafproduktif yang dilaksanakan oleh yayasan Pondok Pesantren WaliSongo Ngabar Ponorogo dan sejauhmana pemberdayaan tersebutdapat dijadikan sebagai strategi pembangunan ekonomi pesantren.Sehingga hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikankontribusi kepada lembaga pengelola waqaf yaitu model barudalam pengelolaan waqaf produktif untuk pengembangan lembagapendidikan.

Metodologi

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)yang dapat disebut sebagai penelitian empiris.19 Penelitian inidilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatuobjek tertentu dengan mempelajari suatu kasus dengan maksuduntuk mencari kajian data empiris yang ditemukan di lapangan,dalam hal ini adalah model waqaf produktif suatu lembagapendidikan.20 Sedangkan sifat penelitian yaitu deskriptif qaulitative21

dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih detailmengenai suatu gejala atau fenomena dan hasilnya biasanya berupatipologi atau pola-pola mengenai fenomena yang sedang dibahas.Penelitian ini akan menggambarkan mekanisme pemberdayaanwaqaf produktif sebagai media pembangunan ekonomi Pesantrendi Pesantren Wali Songo Ngabar.

18 Setiawan Budi Utomo, ManajemenEfektif Dana Waqaf Produktif, ( Jakarta: RumahZakat Indonesia).

19 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT RemajaRosdakarya,2006),hlm. 4

20 Supardi, Metodologi Penelitian ekonomi dan bisnis (UII Press, Yogyakarta, 2005),hlm: 34.

21 Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,FISIP UI, Jakarta, 2006, hlm: 52.

Page 9: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal8 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Oleh karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka untukmendapatkan sumber data primer, peneliti menggunakan tigapendekatan (triangulasi) yang lazim digunakan yaitu dokumentasi,observasi dan wawancara. Dokumen yang dimaksud berupa arsip-arsip dan buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, hukum, danlain-lain yang berhubungan dengan pemberdayaan waqafproduktif di PPWS. Adapun metode wawancara yaitu tidak selaludilakukan dalam situasi yang formal, namun juga dikembangkanpertanyaan-pertanyaan aksidental sesuai dengan alur pembicaraan,sementara ini informan primer yang diwawancarai adalahPimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo, ketuayayasan pemeliharaan waqaf dan staf unit-unit usaha lainya.Sedangkan untuk memperkuat data yang diperoleh dariwawancara dan dokumentasi, maka peneliti membuat observasi di lapangan yaitu PPWS untuk memastikan dan mencocokkanserta membanding antara realita di lapangan dengan data. Setelahdata tersebut diperoleh, peneliti dianalisa secara induktif dandijelaskan secara diskriptif.

Pembahasan

Definisi Waqaf Produktif

Kata waqaf atau waqf ( ) berasal dari bahasa Arab wa-qa-fa ( ) berarti menahan, berhenti, diam di tempat, atauberdiri. Kata waqafa-yaqifu-waqfan semakna dengan kata habasa-yahbisu-tahbisan ( ) yang bermakna terhalanguntuk menggunakan. Oleh karena itu, kata waqf dalam bahasaArab mengandung makna ( ) artinya menahan,menahan harta untuk diwaqafkan, tidak dipindahmilikkan.22

benda yang diwaqafkan (al-mauquf bih) atau dipakai dalampengertian waqaf sebagai institusi seperti yang dipakai dalamperundang-undangan Mesir. Sedangkan, di Indonesia waqaf dapatbermakna objek yang diwaqafkan atau institusi.23

22 M. Al-Syarbini al-Khatib, al-Iqna fi al-Hall al-Alfadz Abi Syuza’, (Indonesia:Dar al-Ihya al-Kutub, tt), hlm. 319.

23 Juhaya S. Praja. Perwaqafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum danPerkembangannya. (Bandung: Yayasan Piara, 1995), hlm. 6.

Page 10: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 9

Iqbal Imari dan Syamsuri

Sedangkan secara istilah meskipun terdapat perbedaanpenafsiran, disepakati bahwa makna waqaf adalah menahan zatnyadan menyedekahkan manfaatnya.24 Adapun perbedaan pendapatpara ulama fikih dalam mendefinisikan waqaf dikarenakan carapenafsiran dalam memandang hakikat waqaf. Perbedaanpandangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Abu Hanifah25 berpendapat bahwa waqaf adalahmenahan suatu benda yang menurut hukum, tetap dimiliki si waqifdalam rangka dipergunakan manfaatnya untuk kebajikan”.Berdasarkan definisi itu, maka pemilikan harta waqaf tidak lepasdari si waqif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan bolehmenjualnya. Jika si waqif wafat, harta tersebut menjadi hartawarisan untuk ahli warisnya. Waqaf hanyalah “menyumbangkanmanfaat”. Oleh karena itu, madzhab Hanafiyah mendefinisikanwaqaf adalah tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda,yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkanmanfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarangmaupun yang akan datang.

Kedua, Madzhab Maliki berpendapat bahwa waqaf itu tidakmelepaskan harta yang diwaqafkan dari kepemilikan waqif, namunwaqaf tersebut mencegah waqif melakukan tindakan yang dapatmelepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain danwaqif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak bolehmenarik hartanya untuk digunakan oleh mustahiq (penerima waqaf),walaupun yang dimilikinya itu berbentuk upah atau menjadikanhasilnya untuk dapat digunakan seperti mewaqafkan uang. Waqafdilakukan dengan mengucapkan lafadz waqaf untuk masa tertentusesuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik hartamenahan benda itu dari penggunaan secara kepemilikan, tetapimembolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebajikan, yaitupemberian manfaat benda secara wajar yang mana benda itu tetapmilik si waqif. Perwaqafan itu berlaku untuk suatu masa tertentu,dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai waqaf kekal.

Ketiga, Madzhab Syafi’iyah, Hanbaliyah, dan sebagianHanafiyah berpendapat bahwa waqaf adalah mendayagunakan

24 Abu Zahra. Muhadharat fi al-Waqf. (Beirut:Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1971), hlm. 41.25 Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamiy, hal. 7599-7502; Muhammad Abid Abdullah

Al-Kabisi (2004). Hukum Waqaf: Kajian Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsidan Pengelolaan Waqaf serta Penyelesaian atas Sengketa Waqaf, Terj. Ahrul Sani Faturrahman& Rekan KMCP. (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika & IIMaN), hlm. 38-60.

Page 11: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal10 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

harta untuk diambil manfaatnya dengan mempertahankan zatbenda tersebut dan memutus hak waqif untuk mendayagunakanharta tersebut. Waqif tidak boleh melakukan apa saja terhadapharta yang diwaqafkan. Berubahnya status kepemilikan dari milikseseorang, kemudian diwaqafkan menjadi milik Allah. Jika waqafwafat, harta yang diwaqafkan tersebut tidak dapat diwariskankepada ahli waris. Waqif menyalurkan manfaat harta yangdiwaqafkannya kepada mauquf ‘alaih (orang yang diberi waqaf)sebagai sedekah yang mengikat, yang mana waqif tidak dapatmelarang menyalurkan sumbangannya tersebut. Apabila waqifmelarangnya, maka qadhi berhak memaksanya agar memberikan-nya kepada mauquf ‘alaih. Oleh karena itu, madzhab inimendefinisikan waqaf adalah tidak melakukan suatu tindakan atassuatu benda yang berstatus sebagai milik Allah swt denganmenyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial).

Sedangkan waqaf produktif adalah upaya untuk meningkat-kan (memaksimalkan) fungsi-fungsi waqaf agar dapat memenuhikebutuhan para pihak yang berhak menerima manfaatnya. Denganterpenuhinya kebutuhan para pihak berarti waqaf dalam batas-batas tertentu telah berfungsi untuk menyejahterakan masya-rakat.26 Atau waqaf produktif adalah sebuah skema pengelolaandonasi waqaf dari umat, yaitu dengan memproduktifkan donasitersebut, hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan.Donasi waqaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logammulia, maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan.Dasar hukum waqaf produktif di Indonesia adalah UU Nomor 41Tahun 2004 tentang waqaf dan PP Nomor 42 Tahun 2006 tentangpelaksanaan UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang waqaf.

Proses pemberdayaan waqaf produktif

Pada dasarnya teori pemberdayaan waqaf produktif dapatdiperhatikan dari model manajemen waqaf produktif yang di-kembangkan oleh Rozalinda yaitu menggunakan fungsimanajemen berbasis Islam.27

26Jaih Mubarok, “Waqaf Produktif”, Cetakan pertama, (Simbiosa Rekatama Media,Bandung 2008). hlm. 17.

27 Rozalinda, Manajemen Waqaf Produktif, (P T Raja Grafindo Persada, Jakarta,2015) hlm: 90.

Page 12: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 11

Iqbal Imari dan Syamsuri

Gambar 1. Proses Interaktif Fungsi Manajemen Waqaf28

Model manajemen waqaf tersebut menunjukkan hubungansemua titik dalam dua arah yang berarti bahwa fungsi-fungsimanajemen waqaf diperlukan agar keseluruhan sumber dayapengelola waqaf dapat dipergunakan secara efektif dan efisien,sehingga tujuan pengelolaan waqaf dapat dicapai. Perencanaan,pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan adalah tindakansimultan dan saling berhubungan. Ini adalah cara untuk menanganihubungan formal yang berlangsung secara beransur-ansur.

Standar yang dipergunakan dalam mengevaluasi danmengendalikan tindakan nadhzir merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari proses perencanaan dan sebagai faktor utamadalam memotivasi dan memimpin bawahan. Ini berarti agarseluruh kegiatan pengelolaan waqaf berjalan lancar, pelaksanaanfungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan sertapengawasan dilakukan secara simultan.29 Dalam rangka mencapai

28 Ibid. hlm.91.29 Rozalinda, Manajemen Waqaf, hlm. 92.

Page 13: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal12 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

tujuan yang ditentukan dan organisasi dapat berjalan sesuai denganrencana yang digariskan, tentu proses manajemen juga harusberpedoman kepada prinsip-prinsip dalam Islam. Tidak hanyadikelola dengan manajemen yang baik dengan memanfaatkansumber daya bisnis, seperti tenaga kerja, peralatan, dan uang untukmenghasilkan barang dan jasa; tetapi manajemen harus memegangteguh prinsip-prinsip Islami sebagai wujud kebajikan). Prinsip-prinsip Islam merupakan prinsip yang universal dan berlaku bagisemua golongan masyarakat di dunia dan sebagai suatu disiplin ilmuyang digali dari Al-Qur’an dan Haditst.30 Berikut penjelasan tahapan-tahapan dalam pemberdayaan ekonomi berbasis Islam (Islam).

1. PerencanaanIslam memandang perencanaan sebagai musyawarah yang

dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yangakan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkantarget dan tujuan organisasi. Allah SWT menciptakan alam semestadengan hak dan perencanaan yang matang dan disertai dengantujuan yang jelas.

Dalam melakukan perencanaan, ada beberapa aspek yangharus diperhatikan, antara lain hasil yang ingin dicapai, orang yangakan melakukan, waktu dan skala prioritas, serta dana (capital).31

Konsep manajemen dalam ekonomi Islam menjelaskan bahwasetiap manusia hendaklah memperhatikan apa yang telah diperbuatpada masa yang telah lalu untuk merencanakan hari esok. (AlHasyr: 18).

2. PengorganisasianIstilah pengorganisasian berasal dari kata organisme yang

merupakan sebuah entitas dengan bagian-bagian yang terintegrasi,sehingga hubungan satu sama lain dipengaruhi oleh hubunganterhadap keseluruhan. Lebih jauh lagi, istilah ini diartikan sebagaitindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yangefektif antar orang, sehingga setiap orang dapat bekerjasama secaraefisien untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakantugas-tugas tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.32

30 Ibid, hlm 93.31 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalam Praktik.

Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 2003, hlm: 77-78.32 M. Karebet Widjajakusuma dan M. Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syariah,

Penerbit Khairul Bayan, Jakarta, 2002, hlm: 127.

Page 14: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 13

Iqbal Imari dan Syamsuri

Pengorganisasian mengandung pengertian sebagai prosespenetapan struktur peran-peran melalui penentuan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organi-sasi dan bagian-bagiannya, pengelompokkan aktivitas-aktivitas,penugasan kelompok-kelompok aktivitas kepada manajer-manajer, pendelegasian wewenang untuk melaksanakannya,pengkoordinasian hubungan wewenang dan informasi, baikhorizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi.33

3. KepemimpinanKepemimpinan adalah tindakan mempengaruhi dan me-

motivasi anggota organisasi untuk menjalankan tugas mereka secaratanggung jawab dan akuntabel. Berbeda dengan perintah yangterbatas pada hierarki atasan-bawahan, Islam lebih menjunjungtinggi kepemimpinan yang melibatkan sumber daya manusia yangada. Manajemen akan bekerja bersama-sama dengan seluruhanggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah dikomitmen-kan bersama oleh semua anggota.34

Sesuai dengan Islam, pengaruh dan motivasi yang diberikanoleh manajemen harus didasarkan pada iman. Motivasi kerjamerupakan perpanjangan dari kerangka kerja yang harus me-nentukan visi, misi, ukuran kesuksesan, dan pemahaman tentangposisinya. Oleh karena itu, manajemen harus menjaga kerangkaberpikir dan pemahaman bahwa misi yang dilakukan selarasdengan tugasnya sebagai khalifah di bumi untuk mewujudkankesejahteraan.35

4. PengawasanPengawasan bertujuan untuk memastikan aktivitas organi-

sasi telah sesuai dengan regulasi dan aturan organisasi. Pengawasantidak hanya berfokus pada tujuan akhir, tetapi juga nilai yangdianut oleh organisasi. Manajemen diawasi dan dievaluasi tidakhanya dari sisi keuntungan, tetapi juga memastikan apakah mana-jemen telah melakukan proses pengelolaan sesuai Islam, secaraamanah, adil, serta mampu mewujudkan kesejahteraan sosial.36

33 Suparman Usman, Hukum perwaqafan di Indonesia, Darul Ulum Pres, Jakarta,1999, hlm. 45.

34 Ibid. hlm. 137.35 Ibid, hlm. 137.36 Ibid, hlm. 134.

Page 15: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal14 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Model Pemberdayaan waqaf ProduktifWaqaf produktif memerlukan pemberdayaan yang me-

madai. Pola atau model pemberdayaan dan manajemen yang baikakan berdampak pada tercapainya tujuan dan manfaat waqafproduktif. Hal ini dikarenakan manajemen merupakan serangkaianproses yang terdiri dari perencanaan strategis, mengelola sumberdaya, dan mengembangkan aset untuk mencapai tujuan dan hasil.37

Pengorganisasian waqaf produktif dapat dilakukan melalui tigamodel utama, yaitu penghimpunan (fundraising), pengelolaan(organization), hingga pendistribusian manfaat (distribution ofbenefits). Fundraising merupakan proses pengumpulan dana waqaf.Fundraising dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu melibatkan partisi-pasi waqif secara langsung dan tidak langsung.38 Melibatkanpartisipasi waqif secara langsung adalah kondisi jika dalam diriwaqif muncul keinginan untuk melakukan donasi setelahmendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka dana waqafbisa segera diperoleh dengan mudah dan semua kelengkapaninformasi yang diperlukan untuk melakukan donasi tersedia.Sedangkan, jenis yang tidak melibatkan waqif secara langsungadalah dengan metode promosi yang mengarah kepada pem-bentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk transaksidonasi pada saat itu juga. Contoh dari metode ini adalah melaluiperantara, menjalin relasi, melalui referensi, dan mediasi para tokoh.

Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metodetersebut. Metode langsung diperlukan karena inisiatif yang cepatdari waqif untuk mendonasikan dananya. Namun, jika semuadilakukan secara langsung, maka kemungkinan menambah calonwaqif menjadi terbatas. Kedua metode tersebut dapat digunakansecara fleksibel dan semua lembaga harus pandai mengkombinasi-kan kedua metode tersebut. Fundraising memiliki beberapa tujuan,antara lain:39

1) Menghimpun DanaMenghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yangpaling mendasar. Dana yang dimaksudkan adalah dana waqaf,

37 Ziarab Mahmood and Muhammad Basharat, Review of Classical ManagementTheories, International Journal of Sosial Sciences and Education, (Volume: 2 Issue: 1January 2012) hlm: 513.

38 Jaih Mubarok, “Waqaf Produktif”, hlm. 24.39 Badan Waqaf Indonesia, Perencanaan Gerakan Nasional Waqaf Tunai Oleh

President Republik Indonesia, (Jakarta: Januari 2010), hlm. 28.

Page 16: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 15

Iqbal Imari dan Syamsuri

dana operasi pengelolaan waqaf, maupun barang atau jasa yangmemiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama danutama dalam pengelolaan waqaf dan ini pula yang menyebab-kan mengapa dalam pengelolaan waqaf fundraising harusdilakukan. Tanpa aktivitas fundraising kegiatan lembaga penge-lola waqaf akan kurang efektif. Bahkan, jika aktivitas fundraisingtidak menghasilkan dana sama sekali maka fundraising tersebutdinyatakan gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilanlainnya. Hal ini dikarenakan fundraising yang gagal tidakmenghasilkan sumber daya, sehingga lembaga akan kesulitanuntuk terus menjaga kelangsungan programnya.

2) Memperbanyak Donatur/WaqifTujuan kedua dari fundraising adalah menambah calon waqif.Nadhzir yang melakukan fundraising harus terus menambahjumlah donator/ waqifnya. Untuk dapat menambah jumlahdonatur, terdapat dua cara yang dapat ditempuh, yaitumenambah donasi dari setiap waqif atau menambah jumlahwaqif baru. Di antara kedua pilihan tersebut, menambah waqifadalah cara yang relatif lebih mudah daripada menaikan jumlahdonasi dari setiap waqif. Dengan alasan ini, maka mau tidakmau fundraising dari waktu ke waktu juga harus berorientasidan berkonsentrasi penuh untuk terus manambah jumlahwaqif.

3) Meningkatkan atau Membangun Citra Lembaga40

Aktivitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah lembagaSwadaya Masyarakat (LSM), baik langsung atau tidak langsungakan berpengaruh terhadap citra lembaga. Fundraising adalahgarda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksidengan masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akanmembentuk citra lembaga dalam benak khalayak. Dengan citraini setiap orang akan menilai lembaga, yang pada akhirnyamenunjukan sikap atau perilaku positif terhadap lembaga. Jikayang ditunjukan adalah citra yang positif, maka dukungan dansimpati akan mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga,sehingga tidak ada lagi kesulitan dalam mencari waqif.

4) Menghimpun Simpatisan/Relasi dan Pendukung41

Kadang kala terdapat seseorang atau sekelompok orang yangtelah berinteraksi dengan aktivitas fundraising yang dilakukan

40 Ibid, hlm. 30.41 Ibid, hlm. 35.

Page 17: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal16 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

oleh sebuah Organisasi Pengola Waqaf atau Lembaga SwadayaMasyarakat. Mereka memiliki kesan positif dan bersimpatiterhadap lembaga tersebut. Namun, bisa jadi pada saat itumereka tidak mempunyai kemampuan untuk memberikandana kepada lembaga tersebut sebagai donasi. Kelompok sepertiini kemudian menjadi simpatisan dan pendukung lembagameskipun tidak menjadi waqif secara langsung. Kelompokseperti ini harus diperhitungkan dalam aktivitas fundraising.Walaupun mereka tidak mempunyai donasi, mereka akanberusaha melakukan dan berbuat apa saja untuk mendukunglembaga. Kelompok seperti ini pada umumnya secara sadarbersedia menjadi promotor atau pemberi informasi positiftentang lembaga kepada orang lain. Dengan adanya kelompokini, maka lembaga waqaf telah memiliki jaringan informal yangsangat menguntungkan dalam aktivitas fundraising.

5) Meningkatkan Kepuasan DonaturTujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan waqif. Tujuanini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk jangkapanjang, meskipun secara teknis dilakukan sehari-hari. Kepuas-an waqif penting karena akan berpengaruh terhadap nilai donasiyang akan diberikan kepada lembaga. Mereka akan mendonasi-kan dananya kepada lembaga secara berulang-ulang, bahkanmenginformasikan kepuasannya terhadap lembaga secarapositif kepada orang lain. Selain itu, waqif yang puas akanmenjadi tenaga fundraiser alami (tanpa diminta, tanpa dilantik,dan tanpa dibayar). Karena fungsi pekerjaan fundraising lebihbanyak berinteraksi dengan waqif, maka secara otomatiskegiatan fundraising juga harus bertujuan untuk memuaskanwaqif.

Manajemen waqaf produktif juga harus menekankan padapentingnya pengaturan mekanisme kerja. Pengelola waqaf baikindividu ataupun lembaga perlu memperhatikan beberapa halsebagai berikut:42

1) Memiliki Sistem, Prosedur, dan Mekanisme KerjaSistem ini dimaksudkan untuk memperjelas mekanisme kerjapengelola waqaf, sehingga pembagian tugas tidak terikat olehsalah satu orang melainkan terikat kepada prosedur dan aturanyang ada.

42 M. Karebet Widjajakusuma dan M. Ismail Yusanto, Manajemen Syari’ah dalamPraktik, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 2003, hlm: 32

Page 18: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 17

Iqbal Imari dan Syamsuri

2) Melakukan Sistem Manajemen TerbukaPengelolaan waqaf sebagai lembaga publik perlu melakukanhubungan dengan masyarakat melalui media publikasi, sertamelakukan kerjasama dengan pihak investor, konsultan, tokohagama, dan lembaga-lembaga keagamaan lainya dalam rangkapengembangan fungsi dan tujuan waqaf produktif.

Pemberdayaan waqaf produktif dapat di implementasikandengan berbagai cara. Kategori produktif yang dapat dilakukanantara lain: cara pengumpulan, investasi, penanaman modal,produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan,perindustrian, pengembangan teknologi, pembangunangedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan,perkantoran, sarana pendidikan, sarana kesehatan, usaha-usahayang tidak bertentangan dengan syariah.43

Sejarah perwaqafan Pesantren Wali Songo NgabarPondok Pesantren Wali Songo Ngabar diwaqafkan pada

tanggal 6 Juli 1980. Pada hari Ahad, 22 Sya’ban 1400 H, bertepatandengan 6 Juli 1980, KH.Ahmad Thoyyib dan KH.Ibrohim Thoyyibmengikrarkan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo dengan segalakekayaan yang dimilikinya sebagai “Waqaf Untuk PendidikanIslam”.44 Untuk itu ditunjuk 15 (lima belas) orang dari KeluargaBesar Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar untuk bertindaksebagai nadzir atas waqaf tersebut, dengan amanat supaya PondokPesantren Wali Songo Menjadi lembaga pendidikan yang tundukkepada hukum Islam, serta berkhidmat kepada masyarakatmenuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Waqaf dan yayasan itu sebenarnya merupakan dua hal yangberbeda. Waqaf merupakan suatu benda, sedangkan yayasanmerupakan badan hukum. Suatu benda (tanah) yang dimilikiwakif yang diserahkan untuk dijadikan suatu sarana ibadahmaupun sosial disebut tanah waqaf yang akan dikelola nadzir yangdapat berupa perorangan, organisasi, maupun badan hukum.Sedangkan, yayasan merupakan badan hukum, sehingga yayasandapat bertindak dalam mengelola tanah waqaf. Yayasan bisadisebut nadzir karena yayasan yang mengelola tanah waqaf.45

43 UU No. 41 Tahun 2004 tentang Waqaf pasal 43 ayat (2) dan penjelasannya.44 Ibid. hlm. 9.45 Wawancara dengan Alwi Mudlofar bagian pengengembanga ekonomi

Pesantren di Ngabar Ponorogo, tanggal 04-Juli-2015.

Page 19: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal18 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Pondok Pesantren Wali Songo mulai awal berdirinya hinggatahun 2001 masih diasuh dan dipimpin oleh keluarga pendiri, tetapimulai tahun 2001 hingga  sekarang dipimpin  oleh  3  (tiga)  orangyang dipilih oleh Majlisu Riyasatil Ma’had sebagai  lembagatertinggi dengan masa kepemimpinan 5 (lima) tahun. Sejak awalberdirinya sampai sekarang dan seterusnya pun pondok tidakberafiliasi dengan partai politik atau golongan manapun.46 BerikutPimpinan Pondok sejak 1961-2016:

Tabel 4.1.Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar47

Pimpinan Pondok

Sebelum tahun 1961 seluruh pelajar yang nyantri berasaldari kawasan sekitar Ngabar. Pada tahun 1961 baru berdatangansembilan orang santri yang berasalkan dari kawasan di luarPonorogo yang dengan sendirinya memerlukan tempat tinggal.

46H.M. Bisri, M.A. Pokok-pokok Khutbatul Iftitah Pondok Pesantren Wali SongoNgabar,( Ponorogo, Wali Songo Publishing, 2014). Hlm.6.

47 Warta Tahunan Informasi Tahunan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar EdisiXXXIII, hlm. 31.

Page 20: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 19

Iqbal Imari dan Syamsuri

Kedatangan mereka membuka lembaran baru dengan didirikanyasecara resmi Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar pada 4 April1961. Pemilihan Wali Songo sebagai nama pondok ini bukan tanpaalasan. Para wali dianggap berjasa besar dalam penyebaran agamaIslam khususnya di pulau Jawa. Perjuangan para wali ini sangatberkesan di hati penggagas Pondok Ngabar hingga memberinama Wali Songo. Nama itu juga dikarenakan dua hal, yaitupertama, keinginan untuk mengingat jasa-jasa para wali dalambidang dakwah Islam di Indonesia; serta kedua, keinginan mewarisisekaligus meneruskan semangat dan usaha para wali dalammenyebarkan ajaran agama Islam. Selain itu, santri pertama yangdatang ke pesantren ini ada sembilan orang dari berbagai daerah.

Kemudian, nadhzir diamanatkan dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk mendirikan yayasan yang berbadan hukumbernama Majlisu Riyasatil Ma’had sebagai lembaga tertinggi dalamstruktur organisasi Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dansebagai pelaksana amanat waqif yang tercantum dalam PiagamIkrar Waqaf. Dengan berdirinya lembaga berbadan hukum inistruktur organisasi di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabardiperjelas. Fungsi dan wewenang masing-masing lembaga dibuatsejelas mungkin sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara fungsidan wewenang lembaga-lembaga yang ada. Termasuk juga telahdibuat aturan yang jelas tentang mekanisme pergantian ke-pemimpinan, sehingga kelangsungan hidup Pondok Pesantren WaliSongo Ngabar dapat lebih dijamin dan dipertanggungjawabkan.

Hingga saat ini pondok menyelanggarakan lembaga pen-didikan Taman Kanak-Kanak, Ibtidaiyah, serta Mu’allimin danMu’allimat. Jika memungkinkan, pondok akan melanjutkan untukmengembangkan di tingkat Pendidikan Tinggi. Hal ini dikarenakanpondok memang bertujuan untuk menjadi Lembaga PendidikanIslam yang berjiwa pondok pesantren dengan mengutamakan arahpendidikannya kepada takwa kepada Allah, beramal shalih, berbudiluhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas, danberwiraswasta48; serta menjadi tempat beramal untuk meninggikankalimat Allah.

48 Ibid. hlm. 16.

Page 21: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal20 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Mekanisme pengelolaan waqaf produktif di Wali SongoNgabar

Seperti yang dijelaskan di atas, apabila dilihat dari bentukdan pengaturan harta produktif, maka lembaga waqaf serupadengan yayasan ekonomi. Artinya pengurus tidak turut memilikiharta akan tetapi terjadi pemisahan antara kepemilikan danpengurus untuk mengurangi penyimpangan secara internal daripara pengurus seta demi menjaga profesionalitas. Dalam sistemekonomi Islam, tujuan manajer harus selaras dengan harapanpemilik melalui pengelolaan (manajemen) atas instrumen ekonomiIslam seperti yang diamanatkan oleh pemilik. Manajemen inimenempati posisi penting dalam mempengaruhi tingkat keefektif-an waqaf produktif. Selain itu, manajemen sangat menentukankelangsungan lembaga waqaf karena yang paling menentukanbenda waqaf bermanfaat atau tidak adalah pola manajemen yangdigunakan.49 Kalau pengelolaan harta waqaf dikelola seadanyadengan menggunakan sistem kepercayaan dan sentralismekepemimpinan yang bertumpu hanya pada satu orang saja, makaparadigma tersebut harus diganti dengan manajemen moderndengan menonjolkan sistem manajemen yang lebih profesionalsecara rapi, benar, tertib, dan teratur sesuai prinsip Islam. Selainitu, kegiatan manajemen perlu mengacu pada UU No. 41 Tahun2004 tentang waqaf dan PP No. 42 Tahun 2006 tentangpelaksanaanya.50

Profesionalitas manajemen ini harusnya dijadikan semangatpengelolaan benda waqaf dalam rangka mengambil kemanfaatanyang lebih luas dan lebih nyata bagi kepentingan masyarakatbanyak.51 Bahkan, pengelolaan waqaf produktif sebagai sumberdaya di dalam sebuah balai pendidikan berbasis pesantren secarabaik berpotensi menjadi pusat perhatian tersendiri dan mem-berikan dampak yang sangat besar bagi pemberdayaan masya-rakat. Memberdayakan masyarakat berarti melakukan perubahanke dalam masyarakat yang lebih baik yang identik dengan pem-bangunan dan perubahan, yaitu peningkatan bidang-bidangkehidupan yang memang diarahkan kepada tujuan yang hendak

49 Direktorat Pemberdayaan waqaf, Paradigma Baru Waqaf di Indonesia,( Jakarta,Februari 2008 ), hlm: 81.

50 Rachmadi Usman, Hukum Perwaqafan di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2013)hlm 78.

51 Ibid, hlm: 82.

Page 22: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 21

Iqbal Imari dan Syamsuri

dicapai52 khususnya bagi peradaban umat Islam.Demikian pula pengawasan yang dilakukan dalam

pengelolaan waqaf produktif merupakan fungsi yang mengusaha-kan adanya keserasian antara rencana dan pelaksanaan. Pengawasanbersifat timbal balik, artinya pengawasan tidak saja bertujuanuntuk menyesuaikan pelaksanaan dengan suatu rencana, akantetapi digunakan pula untuk menyesuaikan rencana denganperkembangan situasi dan kondisi yang terjadi dari waktu kewaktu.53 Berdasarkan hal tersebut, mengelola harta waqaf secaraproduktif merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh suatulembaga yang mempunyai aset waqaf. Pengelolaan waqafproduktif, baik dari segi perencanaan, pengorganisasian, pengelola-an sumber daya manusia, kepemimpinan, dan pengawasandijelaskan sebagai berikut:

1. PerencanaanVisi waqaf Pondok Pesantren Wali Songo (PPWS) adalah

terwujudnya ekonomi Pondok Pesantren Wali Songo yang mandiridan bermartabat, sedangkan misi adalah melakukan segala usahadi bidang ekonomi demi tercapainya tujuan-tujuan pondok denganmengingat ketentuan-ketentuan hukum Islam dan peraturan-peraturan negara yang berlaku; melakukan pemeliharaan,penyempurnaan, dan pengembangan usaha Pondok PesantrenWali Songo Ngabar; melakukan pendataan dan inventarisasi asetdan hak milik pondok; serta melakukan kerjasama denganlembaga-lembaga terkait bagi pengembangan ekonomi.54 Visi misiharus sesuai dengan Panca Jiwa pondok, yaitu keikhlasan,kesederhanaan, berdikari (kesanggupan menolong diri sendiri),ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan.

Perencanaan dalam waqaf produktif di PPWS sudah di-rancang dan terkonsep dengan rapi dan terstruktur dalam jangkapendek dan jangka panjang melalui rapat rencana kerja bulanan,anggaran, dan menggunakan laporan keuangan yang sangat telitidan disetujui oleh pimpinan pesantren melalui bendahara yayasan.Perencanaan yang dilakukan oleh PPWS merupakan sebuah tujuan

52 Departemen Agama, Model Pengembangan Waqaf Produktif, (Direktorat jenderalBimbingan Mayarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Waqaf, 2008), hlm: 120.

53 Setiawan Budi Utomo, Manajemen Efektif Dana Waqaf Produktif, ( Jakarta,Rumah Zakat Indonesia) hlm: 5.

54 Ibid, hlm: 55.

Page 23: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal22 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

yang sangat harus dilakukan untuk mengetahui proyeksi, potensiyang dimiliki dalam mengelola waqaf produktif, biaya yang akandikeluarkan, tingkat investasi, sasaran, target dan waktu yangseefisien mungkin dalam menggalakkan waqaf produktif,perkiraan hasil keuntungan unit-unit usaha yang ada di dalamperekonomian pesantren demi tercapainya ekonomi mandiri, sertamelakukan evaluasi atas program yang telah dilakukan tahunsebelumnya.

Lembaga-lembaga dan staf-staf pondok,55 seperti TA Al-Manae, MI Mambaul Huda, Tarbiyatul Mu’alimin Al-Islamiyah,Tarbiyatul Mu’alimat Al-Islamiyah, Sekretariat Pimpinan Pondok,Organisasi Santri Wali Songo (OSWAS) Putra maupun Putri, sertaMajelis Pembimbing Santri (MPS) kampus Putra dan Putri telahmemiliki anggaran masing-masing yang harus disusun untukpendapatan dan pengeluaran pada masa jabatannya. Anggaran initermuat dalam Rencana Anggaran dan Pendapatan Bulanan (RAPB)yang mulai dibentuk pada tahun 2015 dan dipelopori oleh UstadzH.M. Zaki Su’aidi, Lc.,GDIS., M.A., M.PI (HONS) dan Ustadz Drs.Khudlorie HF. Selaku yang bertanggung jawab atas mutualismekelancaran ekonomi pondok.56

Lebih lanjut menurut Didin Hafidhuddin dan HendriTanjung dalam bukunya Manajemen Syari’ah dalam Praktik,57

penyusunan perencanaan memerlukan kajian untuk memperolehdata yang berkaitan dengan kelayakan kegiatan ekonomi tersebut.Data-data tersebut ialah data yang berkaitan dengan karakteristikdemografi, kegiatan ekonomi, persaingan, iklim sosial, rencana tataruang, dan lingkungan.

Perencanaan waqaf produktif di PPWS telah memper-timbangkan sistem demografi yang sudah ada secara terstruktur(demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk,serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibatkelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan) dalam melaksanakankegiatan ekonomi yang terus-menerus berputar dari setiap unit-unit usaha yang ada, seperti beberapa unit usaha yang membantuperekonomian pondok, yaitu Penggilingan Padi, Warung AmalPutra,Warung Amal Putri,Wartel Putri, transportasi Elf, minimarket

55 Ibid.56 Ibid.57 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalam

Praktik,(Jakarta: Gema Insani, 2005),hlm: 98.

Page 24: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 23

Iqbal Imari dan Syamsuri

WBC, Depot WBC, penginapan tamu dan meeting hall WBC,transportasi truk, konveksi Firja, meubel, Ngabar Mart Putra,Ngabar Mart Putri, dan laundry.

Jika dilihat dari manajemen perencanaan yang dilaksanakanoleh PPWS, dapat disimpulkan bahwa perencanaan yangdilaksanakan telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diaturdalam manajemen perencanaan waqaf produktif, baik secaraadministratif maupun prinsip-prinsip Islam. Hal ini dikarenakanIslam memandang perencanaan sebagai musyawarah yangdilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan di masa yang akandatang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkantarget dan tujuan organisasi; sebagaimana Allah SWT menciptakanalam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang dandisertai dengan tujuan yang jelas. Dengan demikian, dalamekonomi Islam perencanaan yang akan dilakukan harusdisesuaikan dengan keadaan, situasi, kegiatan ekonomi, danrencana tata ruang yang sesuai dengan kemandirian pesantren.

2. PengorganisasianDijelaskan oleh Buchari Alma58 bahwa organisasi juga

diartikan sebagai suatu keseluruhan termasuk di dalamnya fasilitaskeuangan, material fisik, dan sumber daya manusia yangperilakunya diatur menurut posisi berdasarkan tugas pekerjaan.Pengaturan posisi dan tugas dimuat dalam struktur organisasisebagai suatu rangka kerjasama dari berbagai bagian menurut polayang menghendaki adanya tertib, penyusunan yang logis, danhubungan yang serasi. Dengan kata lain, struktur organisasi adalahrangka yang menunjukkan segenap tugas pekerjaan untukmencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi, sertawewenang dan tanggung jawab tiap anggota organisasi.

Pengelolaan yang dapat merealisasikan tujuan waqafproduktif sebenarnya adalah pengelolaan pihak swasta setempatyang masa jabatannya terbatas pada waktu tertentu, tunduk padapengawasan administrasi, keuangan negara, dan masyarakat, sertamendapat dukungan dari pemerintah dalam aspek perencanaan,investasi, dan pendanaan. Bentuk kepengurusan ini menyerupaikepengurusan yayasan yang bekerja sesuai dengan kebijakan pasardan menggantikan pengawasan organisasi kemasyarakatan sertapemiliknya dengan pengawasan pemerintah dan masyarakat.

58 Buchari Alma, Pengantar Bisnis, ( Bandung: Alfabeta, 2006 ), hlm: 115.

Page 25: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal24 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Adapun bentuk pengelolaan swasta yang diusulkan oleh Mundhziruntuk mengelola harta waqaf produktif terdiri dari beberapaperangkat, yaitu 1) pengelolaan langsung yang terdiri dari badanhukum atau dewan yang terdiri dari beberapa orang atau 2)organisasi atau dewan pengelola harta waqaf yang bertugas memilihdan mengawasi pengurus. Pengurus waqaf seperti ini diawasi olehpemerintah yang telah membentuk lembaga pengawas yang terdiridari orang-orang profesional sesuai dengan standar kelayakanteknis yang telah direncanakan. Pemerintah juga memberikanbantuan teknis dan fasilitas keuangan yang diberikan oleh ke-menterian atau badan yang membina urusan waqaf dan memper-hatikan pengembangannya.59

Berdasarkan hasil observasi, PPWS berbentuk dan bertindakseperti yayasan. Pertama, dilihat dari sisi pengorganisasian fisik,maka pengelola bertugas untuk memperbesar hasil waqaf produktifdengan pengelolaan yang optimal, melindungi pokok harta pemilik,meminimasi kemungkinan kerusakan, dan mendistribusikan hasil-hasilnya. Tata ruang dan lingkungan di unit-unit usaha PPWS sudahtersusun dengan rapi dengan disediakannya lahan berupa tanahmaupun bangunan dan dukungan dari lingkungan yang sangatproduktif dalam melakukan kegiatan ekonomi dalam keseharian-nya.

Kedua, dilihat dari sisi pengorganisasian keuangan, penge-lolaan keuangan waqaf produktif diwujudkan melalui tiga metodeutama, yaitu manajemen penghimpunan, manajemen investasi,dan manajemen penyaluran manfaat waqaf produktif. Peng-himpunan waqaf produktif yang dilakukan oleh PPWS cukupefektif karena selalu mengalami peningkatan yang cukupsignifikan. Penghimpunan waqaf produktif yang sekarang dijadikanunit-unit usaha pondok semakin maju dan berkembang. Bahkan,pada saat ini unit-unit usaha yang berkembang sampai 15 unit yangdi setiap unitnya mempunyai keuntungan yang berbeda-beda.Pelaporan atas perolehan keuntungan dibuat dan diserahkan kepadabendahara yayasan dengan persetujuan Pimpinan.

Metode penghimpunan dana waqaf diatur untuk dijadikanmodal sarana dan prasarana bagi santri, guru-guru, dan masyarakatsekitar. Adapun seperti bagian pertanahan dan pertanian, YPPW-

59 Abdul Hakim, Manajemen Waqaf Produktif dan InvestasiDalam Sistem EkonomiSyari’ah, (Jurnal, Riptek, Vol.4, No.I1, Tahun 2010), hlm: 21.

Page 26: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 25

Iqbal Imari dan Syamsuri

PPWS memprioritaskan kepada bapak ibu guru untuk mengelolaatau menggarap sawah milik pondok, dengan harapan untukmenambah penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan.

Selanjutnya, manajemen investasi yang dilakukan dengancara sebelum dimulainya ajaran baru setiap unit usaha membuatperencanaan awal atau kebutuhan modal yang disetujui oleh Ketuayayasan dan setelah disepakati oleh bapak Pimpinan. Setelahdisetujui, modal awal diambil dari uang kas atau yang biasanyadisebut dengan dana abadi (dana operasional). Bagian usaha yangbergelut di bidang minimarket dapat mengambil barang terlebihdahulu dari distributor dan membayarnya di kemudian hari setelahbarang-barang tersebut terjual. Keuntungan yang dihasilkandigunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan pondok, santri, danpara asatidz.60

Usaha untuk mengelola investasi penyertaan modal dapatdilakukan melalui berbagai cara, di antaranya adalah modaldikelola dalam suatu usaha dan melalui pola kemitraan (partnership).Pola-pola kemitraan dalam Islam dapat dilakukan dalambentuk mudharabah dan musyarakah (syirkah).61

Ketiga, dilihat dari sisi pengorganisasian sumber dayamanusia, aspek organisasi di PPWS berorentasi pada kepentingandan kemaslahatan santri, guru, dan dosen yang didesain sesuai visidan misinya. Kekuatan dari organisasi dan manajeman akanmuncul dari kualitas personil dan sifat amanah yang dibutuhkansesuai dengan komposisinya.

Personil-personil yang diposisikan dalam struktur organisasiuntuk mengorganisasi waqaf adalah Yayasan Pemeliharaan danPengembangan Waqaf Pondok Pesantren Wali Songo (YPPW-PPWS). YPPW-PPWS merupakan salah satu dari 9 lembaga dibawah Majlisu Riyasati-L-Ma’had yang mendapat beban tugas dantanggung jawab utama dalam memelihara dan mengembangkansemua hajat materiil milik pondok, serta mempertanggungjawab-kan pekerjaannya kepada Pimpinan Pondok. Dalam melaksanakantugas dan tanggung jawabnya, ia berfungsi sebagai pelaksana kerjadalam hal memelihara dan mengembangkan materiil pondok,sehingga dapat mencapai tujuannya.

60 Wawancara dengan Alwi Mudhofar Ketua YayasanPondok Pesantren di NgabarPonorogo, tanggal 09- Desember-2015.

61 Abdul Hakim, Manajemen Harta Waqaf Produktif dan Investasi dalam SistemEkonomi Syari’ah, (Jurnal Riptek, Vol.4.No.11, Tahnun 2010), hlm: 28.

Page 27: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal26 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Untuk merealisasikan fungsi, tugas, dan tanggung jawabyayasan, maka diberikan beban tugas kepada masing-masingpengurus. Struktur organisasi telah membentuk divisi atau bagian-bagian sesuai dengan kebutuhan. Pembagian dan pendelegasiantugas kepada masing-masing divisi atau bagian telah dilakukandengan jelas, sehingga tidak terjadi tumpang tindih serta tetap adakerjasama dan dalam kordinasi yang baik.

3. Pengelolaan Sumber Daya ManusiaUntuk meningkatkan kemampuan nadhzir, maka pembina-

an dilakukan kepada para nadhzir dalam berbagai aspek misalnyatentang hukum perwaqafan, sistem ekonomi syari’ah, administrasiperwaqafan, dan materi-materi lain yang terkait. Pembinaan secaraberkala penting dilakukan karena nadhzir waqaf produktifmemikul beban yang relatif lebih berat daripada nadhzir bendawaqaf yang langsung diambil manfaatnya. Untuk melaksanakantugas sebagai nadzir sebagaimana yang tercantum dalam pasal 11UU Nomor 41 tahun 2004 tentang Waqaf,62 ia dituntut untukmemiliki pengetahuan tentang bisnis yang Islami, serta kemampuanmengambil strategi yang tepat agar benda waqaf yang menjaditanggung jawabnya semakin berkembang.

Secara umum, pengembangan sumber daya manusiadilaksanakan melelui Pusat Latihan Manajemen Pondok Pesantren(PLMPP) yang didirikan oleh Badan Waqaf untuk memberdaya-kan santri dan masyarkat dalam berbagai bidang kewirausahaan,63

Lembaga ini merupakan mesin pemberdayaan SDM yang secarastuktural berada di bawah pimpinan pondok. Setiap santri yangakan diterjunkan ke unit-unit usaha milik PPWS Ngabar atau akanterjun ke masyarakat dididik dan dilatih terlebih dahulu dilembagaini agar memiliki ketrampilan yang memadai baik menjadipemimpin di masyarakat maupun menjadi juru dakwah yang tidakmenggantungkan kehidupanya kepada masyarakat.

Sifat kemandirian yang sesuai dengan Panca Jiwa Berdikari,benar-benar dijalankan oleh seluruh penghuni pondok dalamsegala hal termasuk dalam unit-unit usaha, prinsipnya selama

62 Nadhzir mempunyai tugas: a. melakukan pengadministrasian benda waqaf;b.mengelola dan mengembangkan harta benda waqaf sesuai dengan tujuan, fungsi danperuntukannya, c.mengawasi dan melindungi harta benda waqaf; d. melaporkan pelaksanaantugas kepada Badan Waqaf Indonesia.

63 Wawancara dengan Alwi Mudhofar Ketua YayasanPondok Pesantren di NgabarPonorogo, tanggal 09- Desember-2015.

Page 28: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 27

Iqbal Imari dan Syamsuri

pondok masih mampu memproduksi, menciptakan, dan mengerja-kannya sendiri, maka pondok tidak akan bersandar pada luarpondok. Di samping itu Pondok Wali Songo melalui Kopontrennyaterus melakukan inovasi dan perkembangan guna memperkayausaha-usaha dalam memperdayakan waqafnya.

4. Kepemimpinan“Seorang kyai di pondok tidak cukup sekedar mengajarkan

pelajaran akidah, tafsir, hadits, atau pelajaran-pelajaran lainnya,sebab mendidik itu tidak cukup hanya dengan pelajaran. Di WaliSongo yang mendidik santri dalam kehidupan adalah seluruhkegiatan yang diselenggarakan oleh pondok. milliu pesantren yangdiisi dengan berbagai kegiatan inilah yang mendidik para santri-santri Wali Songo, dan inilah yang harus diatur, dikelola, dandimenej kyai di Wali Songo. jadi tugas kyai itu menata, mengem-bangkan, menghidupkan tata kehidupan pondok secara total.64

Di Wali Songo yang dipilih menjadi kyai harus siap bekerjakeras, tekun, menguasai masalah, baik itu menyangkut nilainnya,sistemnya, materinya, program pendidikannya”bahkan tentangPengelolaan Waqafnya.

Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Waqaf Pondokpesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo, berkewajiban melaksana-kan kebijaksanaan-kebijaksanaan pimpinan pondok pesantrenWali Songo Ngabar.65 Ketua yayasan Pemeliharaan dan pengem-bangan Waqaf Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar adalahmandataris pimpinan Pondok Pesantren dan bertanggung jawabkepada pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. KetuaYayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Waqaf PondokPesantren Wali Songo Ngabar disamping memimpin bagian-bagianyang ada pada lembaga tersebut, berkewajiban mengatur danmembina masing-masing anggota pengurus yayasan pemeliharaandan pengembangan waqaf pondok pesantren.

Ketua yayasan berhak mengatur fungsi dan wewenangbagian-bagian agar terciptanya suasana yang kondusif dan stabildalam pengembangan pemeliharaan waqaf Pondok Pesantren WaliSongo Ngabar diantara fungsi dan wewenang bagian-bagian adalah,Seketaris Yayasan adalah penanggung jawab dan pengatur kegiatan

64 Wawancara dengan Heru Syaiful Anwar Pimpinan Pesantren di NgabarPonorogo, tanggal 05- November-2015.

65 Ibid.

Page 29: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal28 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

ketatausahaan yayasan pemeliharaan dan pengembangan waqafpondok pesantren rumah tangga, statistik, pengumpulan datakegiatan serta grafik kegiatan yayasan pemeliharaan danpengembangan waqaf pondok pesantren sepertti yang sudahtertera dalam Anggaran Rumah tangga Yayasan Pemeliharaan danPengembangan Waqaf Pondok Pesantren Wali Songo Ngabaradalah Sekretaris yayasan membantu ketua dalam menuanaikankewajiban dan mewakili ketua jika berhalangan.66 Kemudian adapula Bendahara yayasan yang harus di atur ooleh pimpinan yayas-an, bendahara yayasan pemeliharaan dan pengembangan Waqafpondok pesntren Wali Songo Ngabar, mengkoordinasi semuakegiatan yang ada pada bagian tersebut yaitu: Bagian PerluasanWaqaf Pertanahan, Bagian Pemeliharaan Waqaf Pertanian, Bagianperalatan Pergedungan Pembangunan dan perlistrikan, BagianKeuangan Usaha: Pembantu bendahara Mu’allimin pembantubendahara Mu’allimat Pembantu bendahara Madrasah IbtidaiyahPembantu bendahara Tarbiyatul Athfal Koperasi Mu’alliminKoperasi Mu’allimat Warama Mu’allimin Warama Mu allimatKoperasi dapur Bagian Penerbitan, dan bagian investasi.

Peneliti dapati setidaknya ada dua strategi yang telahditerapkan di Pondok Pesantren Wali Songo yaitu; proteksi danproyeksi. Proteksi itu megacu kepada prinsip “al-muhafadzhatu‘ala al-qadim al-sholih” (memelihara tradisi yang baik), proyeksiitu mengacu pada prinsip “al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah”(mengambil hal-hal baru yang lebih baik). Untuk menjalankandua strategi ini, pimpinan di Pondok Pesantren Wali Songo perluterus-menerus mengasah berbagai kepekaan dalam mengelola danmengembangkan Pondok Pesantren. Peka terhadap efektifitas,peka terhadap transparasi, perencanaan, evaluasi, pekak terhadapkoorperasi dan sinergi, peka terhadap nilai-nilai kesungguhan dankeikhlasan. Ini lah yang menjadi kesuksesan dibalik waqafproduktif yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. Inilahyang menjadi nilai-nilai kesuksesan dalam pengelolaan waqafproduktif dimana kyai terjun langsung, dalam proses kepemim-pinannya kyai menjadi sosok pemimpin yang cekatan meluangkanwaktu yang penuh dalam pengelolaan waqaf produktif yang dijadikan unit-unit usaha dan mengetahui aliran dana dan ke-untungan, jadi tugas kyai itu menata, mengembangkan, meng-hidupkan tata kehidupan pondok secara total.

66 Pedoman Kerja Yayasan, Kantor Pusat Yayasan, hlm. 24.

Page 30: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 29

Iqbal Imari dan Syamsuri

5. PengawasanPengelolaan waqaf produktif memerlukan pengawasan yang

layak, yaitu pengawasan administrasi dan keuangan. Tujuanpengawasan ini adalah untuk memberikan pelayanan dandukungan kepada pengurus harta waqaf produktif. Pengawasanatau pengendalian merupakan sutau upaya sistematis untukmenetapkan sandar presentasi kerja dengan sebagai umpan balikinformasi, membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standaryang telah ditetapkan, dan mengambil tidakan perbaikan yangdiperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasitelah digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien gunatercapainya tujuan organisasi.67

Pengawasan terhadap kinerja nadzir menjadi salah satufaktor yang sangat penting dalam rangka menilai keberhasilannadzir.68 Penilaian dilakukan dengan memberikan penafsiranapakah hasil sesuai dengan standar, sejauh mana terdapat pe-nyimpangan, dan apa saja faktor-faktor penyebabnya. Pengawasanjuga dilakukan terhadap sistem keuangan di pondok. Pengawasanmulai digalakkan karena pengalaman PPWS selama 50 tahunmenunjukkan bahwa pengelolaan keuangan mengalami pasangsurut.

Dalam pengelolaan waqaf produktif di Pondok PesantrenWali Songo Ngabar sudah cukup signifikan dalam hal pengawasanBerdasarkan pengamatan, kunjungan peneliti ke kantor yayasanPemeliharaan Waqaf Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar,pengawasan yang ada dipondok sudah memenuhi kriteria dalampengembangan waqaf pondok, karena dalam penmgawasantersebut sudah menggunakan metode sentralisasi denganpengambilan keputusan yang terpusat pada bapak pengasuhpondok pesantren segala sesuatu yang berhubungan denganlaporan keuangan semuanya harus dengan sepengetahuan bapakpimpinan pondok pesantren. Selaku bapak pengasuh di PondokPeantren Wali Songo Ngabar K.H. Heru Syaiful Anwar. M.A. cukupcekatan dan maksimal terjun langsung dalam pengawasan hartabenda waqaf Pondok Pesantren. Pengasuh pondok selalu terjunlangsung dalam segala hal yang berkaitan dengan pengawasan harta

67 M, Karebet Widjajakusuma dan M. Ismail Yusanto, Pengantar ManajemenSyari;ah, (Khairul Bayan, Jakarta, 2002), hlm: 203.

68 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Pustaka Alfabet, Jakarta,2006), hlm: 170.

Page 31: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal30 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

69 Wawancara dengan KH. Heru Syaiful Anwar, MA. Pimpinan PondokPesantrenWali Songo Ponorogo, 05- November-2015 pkl 18.38 WIB.

benda waqaf , setiap harinya beliau selalu keliling dan melihat data-data harta benda waqaf yang terpusat dikantor yayasan PondokPesantren, pemeblajaran dari semua kasus yang ada di PondokPesantren menjadi kaca perbandingan di tahun tahun selanjutnya,pengawasan itu tidak berhenti di pengasuh Pondok saja namunketua Yayasan pun terjun langsung ke dalam sektot-sektor unit-unit usaha yang ada didalam Pondok Pesantren setiap harinya,memerikasa keuntunagn, rugi, saldo dan keadaan harta bendawaqaf setiap harinya di semua sektot unit-unit usaha danmelaporkanya kepada bapak pengasuh bias sebulan atau seminggusekali setiap bada maghrib.

Tidak hanya itu, peran Pemimpin Pondok dalam melaksana-kan pengawasan waqaf produktif adalah harus mengetahui teoripemberdayannya dahulu dalam bingkai “proyek terintegrasi” yaitumengintegrasikan manajemen proyek meliputi koordinasi semuaarea pengetahuan proyek ke dalam aktivitas tahapan-tahapanpelaksanaan proyek guna mencapai keberhasilan proyek69.Pengawasan yang terlah dilakukan oleh pimpinan pondok danYPPW-PPWS sudah memasuki model transparasi karena trans-parasi adalah aspek penting yang tak terpisahkan dalam rangkaiankepemimpinan yang diajarkan oleh nilai-nilai Islam denganberpijak pada sifat amanah dan shiddiq.

Kesimpulan

Dalam pelaksanaannya pemberdayaan harta waqafproduktif di Pesantren Wali Songo sepenuhnya dikelola di bawahlembaga yayasan. Artinya pengurus tidak turut memiliki harta,sehingga terjadi pemisahan kepemilikan bahkan selain daripadaitu prinsip ini juga dapat mengurangi penyimpangan secara internaldari para pengurus demi menjaga profesionalitas sesuai denganpasal 11 UU Nomor 41 tahun 2004 tentang Waqaf. Beberapa prinsippengelolaan dana waqaf produktif di pesantren Wali Songo dalamrangkan memberdayaan ekonomi adalah sebagai berikut;perencanaan yaitu PPWS sudah merancang dan mengkonsepdengan rapi dan terstruktur baik itu dalam jangka pendek maupunjangka panjang melalui rapat rencana kerja bulanan dan tahunan.

Page 32: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 31

Iqbal Imari dan Syamsuri

Kedua, pengorganisasian yaitu PPWS telah melakukan peng-organisasian dengan baik melalui manajemen penghimpunan,manajemen investasi, dan manajemen penyaluran manfaat waqafproduktif. Ketiga, pengelolaan sumber daya manusia di PPWSsemuanya terpusat di PLMPP (Pusat Latihan Manajemen PondokPesantren) Lembaga ini menjadi mesin pemberdayaan SDM yangsecara stuktural berada di bawah pimpinan pondok. Keempat,prinsip kepemimpinan dalam hal ini ada dua stategi yang telahdilakukan oleh PPWS, yaitu proteksi yang megacu kepada prinsip“al-muhafazhatu ‘ala al-qadim al-sholih” (memelihara tradisi yangbaik), dan proyeksi yang berlandaskan pada “al-akhdzu bi al-jadidal-ashlah” (mengambil hal-hal baru yang lebih baik). Untukmenjalankan dua strategi ini, pimpinan di Pondok Pesantren WaliSongo senantiasa terus-menerus mengasah berbagai kepekaandalam mengelola dan mengembangkan harta waqaf, peka terhadapefektifitas, peka terhadap transparasi, perencanaan, evaluasi, pekakterhadap koorperasi dan sinergi dengan lembaga-lembaga lain.Kelima, pengawasan metode sentralisasi dengan pengambilankeputusan yang terpusat pada bapak pengasuh pondok pesantrensegala sesuatu yang berhubungan dengan laporan keuangan.

Daftar Pustaka

Abdul Azim Islahi, 1992, “Provision of Publc Goods: Role of TheVoluntary Sektor (Waqf) in Islamic History”, Paperspresented at the Third International Conference on IslamicEconomics in Kuala Lumpur, Malaysia, Islamic Researchand Training Institute, Islamic Development Bank, Jeddah,Saudi Arabia.

Abdul Hakim, Manajemen Harta Waqaf Produktif dan Investasidalam Sistem Ekonomi Syari’ah, (Jurnal Riptek, Vol.4.No.11,Tahnun 2010).

Abu Zahra. Muhadharat fi al-Waqf. (Beirut:Dar al-Fikr al-‘Arabi,1971).

Ali, Imtiaz B., 2009, “Waqf A Sustainable Development Institutionfor Muslim Communities”, Takaaful T & T Friendly Society,Valsayn Trinidad and Tobago.

Badan Waqaf Indonesia, Perencanaan Gerakan Nasional Waqaf TunaiOleh President Reppublik Indonesia, (Jakarta: Januari 2010).

Buchari Alma, Pengantar Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2006).

Page 33: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Islamic Economics Journal32 |

Pemberdayaan Waqf Produktif ...

Departemen Agama, Model Pengembangan Waqaf Produktif ,(Direktorat jenderal Bimbingan Mayarakat IslamDirektorat Pemberdayaan Waqaf, 2008 ).

Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalamPraktik. Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 2003

Direktorat Pemberdayaan Waqaf dan Direktorat JenderalBimbingan Mayarakat Islam, Paradigma Baru Waqaf diIndonesia, (Jakarta: Februari 2008).

Jaih Mubarok, “Waqaf Produktif”, Cetakan pertama, (SimbiosaRekatama Media, Bandung 2008).

Juhaya S. Praja. Perwaqafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukumdan Perkembangannya. (Bandung: Yayasan Piara, 1995).

Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat JenderalBimbingan Mayarakat Islam Direktorat PemberdayaanWaqaf Tahuun 2013. Strategi Pengembangan Waqaf Tunaidi Indonesia.

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2006).

M, Karebet Widjajakusuma dan M. Ismail Yusanto, PengantarManajemen Syari;ah, (Khairul Bayan, Jakarta, 2002).

M. Al-Syarbini al-Khatib, al-Iqna fi al-Hall al-Alfadz Abi Syuza’,(Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub, tt), hlm. 319.

M. Bisri, M.A. Pokok-pokok Khutbatul Iftitah Pondok Pesantren WaliSongo Ngabar,( Ponorogo, Wali Songo Publishing, 2014).

M. Karebet Widjajakusuma dan M. Ismail Yusanto, ManjemenSyari’ah dalam Praktik, Penerbit Gema Insani Press, Jkarta,2003.

Miftahul Huda, “Fundraising Waqaf dan Kemandirian Pesantren(Strategi Nadzir Waqaf Pesantren dalam MenggalangSumber Daya Waqaf)” Makalah dipresentasikan pada The9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS),Surakarta 2-5 November 2009.

Monzer Kahf, 1999, “Towards The Revival of Awqaf: A Few FiqhiIssues to Reconsider”, Papers Presented at The Harvard Forumon Islamic Finance and Economics. Harvard University USA.

Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi (2004). Hukum Waqaf:Kajian Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentangFungsi dan Pengelolaan Waqaf serta Penyelesaian atasSengketa Waqaf, Terj. Ahrul Sani Faturrahman & RekanKMCP. (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika & IIMaN).

Page 34: Pembangunan Ekonomi Pesantren Pemberdayaan Waqf Produktif ...icast.unida.gontor.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/Pemberdayaan-Wakaf...kapasitas dan kualifikasi untuk memberdayakan

Vol. 3, No. 1, Juni 2017 | 33

Iqbal Imari dan Syamsuri

Mukhlisin Muzarie, 2010, “Permasalahan Waqaf dan Lembaga-Lembaga Keagamaan di Indonesia (Mudzakarah WaqafUang Ulama Rifa’iyah)”

Pedoman Kerja Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan WaqafPondok Pesantren Wali Songo Ngabar , Kantor PusatYayasanPemeliharaan dan Pengembangan Waqaf PondokPesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo, Jawa Timur, 2013

Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, FISIP UI, Jakarta, 2006

Rachmadi Usman, Hukum Perwaqafan di Indonesia, (Jakarta, SinarGrafika, 2013).

Rozalinda, Manajemen Waqaf Produktif, (P T Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2015).

Setiawan Budi Utomo, ManajemenEfektif Dana Waqaf Produktif,(Jakarta: Rumah Zakat Indonesia).

Supardi, Metodologi Penelitian ekonomi dan bisnis (UII Press,Yogyakarta, 2005).

Suparman Usman, Hukum perwaqafan di Indonesia, Darul UlumPres, Jakarta,1999.

Syamsul Anwar, “Studi Hukum Islam Kontemporer”, cet ke-1,(Jakarta: RM Books, 2007).

Warta Tahunan Informasi Tahunan Pondok Pesantren Wali SongoNgabar Edisi XXXIII.

Wawancara dengan Heru Syaiful Anwar Pimpinan Pesantren diNgabar Ponorogo, tanggal 05-November-2015.

Wawancara dengan Alwi Mudlofar bagian pengembangan ekonomiPesantren di Ngabar Ponorogo, tanggal 04-Juli-2015.

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (PustakaAlfabet, Jakarta, 2006).

Ziarab Mahmood and Muhammad Basharat, Review of ClassicalManagement Theories, International Journal of SosialSciences and Education , (Volume: 2 Issue: 1 January 2012).

View publication statsView publication stats