56
UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) HUKUM LAUT INTERNASIONAL Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si

UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

  • Upload
    tranque

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS)

HUKUM LAUT INTERNASIONAL

Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si

Page 2: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

PENGERTIAN NEGARA

Montevideo Convention on the Rights and Duties of States 26 December 1933 ; menyebutkan beberapa unsur suatu negara sebagai subjek hukum Internasional : permanent population; a defined territory; a Government; and a capacity to enter into relations with other

States.

Page 3: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

WILAYAH LAUT INDONESIA

Prinsip hukum internasional uti possidetis juris, wilayah Indonesia adalah wilayah bekas kekuasaan Hindia Belanda.

UU Kolonial Belanda : Staatblad tahun 1939 No. 442 mengenai ’Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie’ (Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim).

Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum Laut PBB ke 3 1982 (United Nations

Convention on the Law of the Sea/UNCLOS ’82). UU No 5 Tahun 1983 : ZEE Indonesia. UU No 17 Tahun 1985 : Ratifikasi UNCLOS 3 1982

Page 4: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...

UU No 6 Tahun 1996 ttg Perairan Indonesia, UU No 43 Tahun 2008 ttg Wilayah Negara, UU No 21 Tahun 2009 ttg Persetujuan

pelaksanaan ketentuan-ketentuan UNCLOS 3 (1982) ttg konservasi dan Pengelolaan sediaan ikan yang beruaya terbatas Dan sediaan ikan yang beruaya jauh,

Page 5: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

LATAR BELAKANG SEJARAHHUKUM LAUT INTERNASIONAL

1. Penemuan Benua baru pada Abad 15 dan 16 memerlukan batas-batas wilayah yang jelas antara kekuasaan Spanyol dan Portugis, Bartholomeu Diaz berlayar ke Tanjung Harapan 1486 Christopher Columbus menemukan Bahama 1492 Vasco Da Gama berlayar ke Hindia Tikur melalui

Tanjung Harapan 1497

2. Perjanjian Tordesilas antara Raja Spanyol dan Raja Portugis 1506

Page 6: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan....3. Pemikiran ahli filsafat klasik Grotius dalam karyanya De iure Belli Ac Pacis (1625),

terkenal dengan konsepnya MARE LIBERUM yaitu asas kebebasan laut (freedom of the sea), terdapat 2 konsep Dominion dan Imperium,

Samuel Pufendorf dalam karyanya De iure Naturae et Gentium (1672) : dasar klaim kepemilikan perikanan pantai,

John Selden (1584-1654), konsep MARE CLAUSUM yaitu laut dapat dimiliki,

Cornelius van Bynkershoek dalam karyanya De Dominion Maris Disertatio : Asimilasi wilayah daratan dengan laut yang tersambung dengan pantai, gagasannya Kedaulatan negara berakhir sampai sejauh jangkauan tembakan meriam (awal doktrin laut teritorial).

Page 7: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan....3. Larangan Raja Inggris 1 (1609) : melarang

orang asing menangkap ikan di sepanjang pantai Inggris dan Irlandia; pada saat yang sama negara-negara Eropa melakukan klaim atas laut di sekitar negaranya.

4. Konferensi Kodifikasi Den Haag 1930 dalam naungan Liga Bangsa-Bangsa; membahas laut teritorial Dihadiri 47 negara Tidak tercapai kesepakatan batas luar laut

teritorial dan hak penangkapan ikan pada zona tambahan.

Page 8: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

UNCLOS 11. Resolusi Majelis Umum PBB No 1105 (XI) 21 Februari 1957,2. Diselenggarakan di Genewa 24 Februari – 27 April 1958,

dihadiri 86 negara,3. Kesepakatan yang dihasilkan;

Konvensi tentang laut teritorial dan jalur tambahan (convention on the territorial sea and contiguous zone) belum ada kesepakatan dan diusulkan dilanjutkan di UNCLOS II,

Konvensi tentang laut lepas (convention on the high seas) Kebebasan pelayaran Kebebasan menangkap ikan Kebebasan meletakkan kabel di bawah laut dan

pipa-pipa Kebebasan terbang di atas laut lepas

Konvensi tentang perikanan dan perlindungan sumber-sumber hayati di laut,

Konvensi tentang landas.

Page 9: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

UNCLOS 2

Pada 17 Maret – 26 April 1960 UNCLOS II, membicarakan tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan, namun masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan, sehingga perlu diadakan konferensi lagi.

Page 10: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

UNCLOS 3

Ditanda tangani oleh 117 negara termasuk Indonesia dan 2 satuan bukan negara diMontego Bay, Jamaica pada 10 Desember 1982,

Telah diratifikasi oleh 149 negara, Berisi mengenai penetapan batas-batas terluar

dan garis batas antar negara dari berbagai zona maritim seperti: Perairan Dalam, Laut teritorial, Selat, ZonaTambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, Laut Bebas/Lepas, dan Kawasan.

Page 11: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Istilah Negara dalam UNCLOS 31. Coastal State (Negara Pantai), semua bentuk negara

yang memiliki pantai, termasuk Negara Kepulauan.

2. Archipelagic State, Suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau

lebih gugusan kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.

gugusan kepulauan berarti suatu gugusan pulau-pulau termasuk bagian pulau, perairan diantara gugusan pulau-pulau tersebut dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demikian eratnya sehingga gugusan pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya tersebut merupakan suatu kesatuan geografi dan politik yang hakiki, atau secara historis telah dianggap sebagai satu kesatuan demikian.

Page 12: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan....4. Landlocked State, Negara Tak Berpantai, sudah tentu tidak

termasuk dalam Coastal States.5. Geographical Disadvantage State

Artinya negara yang secara geografis tak beruntung, termasuk Negara pantai yang berbatasan dengan laut tertutup atau setengah tertutup, yang letak geografisnya membuatnya tergantung pada eksploitasi sumber kekayaan hayati zona ekonomi eksklusif Negara lain di sub-region atau region untuk persediaan ikan yang memadai bagi keperluan gizi penduduknya.

6. Flag StateSemua kapal wajib memiliki kebangsaan kapal. Hal ini selain menyangkut status hukum“teritori” di atas kapal, juga menyangkut pertanggunganjawab negara dalam penyelenggaraan keamanan pelayaran, serta pelaksanaan hukum laut.

Page 13: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan....6. Port State

Apabila suatu kendaraan air secara sukarela berada di suatu pelabuhan atau berada pada suatu terminal lepas pantai suatu Negara, maka Negara itu dapat mengadakan pemeriksaan dan dimana terdapat bukti-bukti yang cukup kuat, mengadakan penuntutan berkenaan dengan setiap pelepasan dari kendaraan air tersebut di luar perairan pedalaman, laut teritorial atau zona ekonomi eksklusif dari Negara itu yang melanggar ketentuan-ketentuan dan standar-standar internasional yang berlaku dan ditentukan melalui organisasi-organisasi internasional yang kompeten atau konperensi diplomatik yang umum.

Page 14: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Istilah Wilayah Laut

1. Laut Teritorial / Territorial Waters2. Archipelagic Waters3. Economic Exclusive Zone4. Continental Shelf5. High Seas

Page 15: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Laut Teritorial

1. Sovereign authority2. Breadth & Measurement3. Rights of Ships (innocent passage/lintas

damai)4. Rights and jurisdiction of coastal state

Page 16: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Sovereign authority

Kedaulatan suatu Negara pantai, selain wilayah daratan dan perairan pedalamannya dan, dalam hal suatu Negara kepulauan, perairan kepulauannya, meliputi pula suatu jalur laut yang berbatasan dengannya dinamakan laut teritorial.

Kedaulatan ini meliputi ruang udara di atas laut teritorial serta dasar laut dan tanah di bawahnya.

Kedaulatan atas laut teritorial dilaksanakan dengan tunduk pada ketentuan Konvensi ini dan peraturan hukum internasional lainnya.

Page 17: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Breadth & Measurement- baseline

Setiap Negara berhak menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu batas yang tidak melebihi 12 mil laut, diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai UNCLOS 1982

Garis pangkal biasa untuk mengukur lebar laut teritorial adalah garis air rendah sepanjang pantai sebagaimana terlihat pada peta skala besarnya yang diakui resmi oleh Negara pantai tersebut.

Page 18: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Measurements of Areas of Sea

Page 19: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Competences in Areas of the

Page 20: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Rights of Ships1. Negara berpantai ataupun Negara tak berpantai,

menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial.2. Lintas berarti navigasi melalui laut teritorial untuk

keperluan : melintasi laut tanpa memasuki perairan pedalaman

atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut (roadstead) atau fasilitas pelabuhan di luar perairan pedalaman; atau

berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut (roadstead) atau fasilitas pelabuhan tersebut.

Page 21: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...

Lintas harus terus menerus, langsung serta secepat mungkin. Namun demikian, lintas mencakup berhenti dan buang jangkar, tetapi hanya sepanjang hal tersebut berkaitan dengan navigasi yang lazim atau perlu dilakukan karena force majeure atau mengalami kesulitan atau guna memberikan pertolongan kepada orang, kapal atau pesawat udara yang dalam bahaya atau kesulitan.

Page 22: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lintas Damai1. Lintas adalah damai sepanjang tidak merugikan bagi

kedamaian, ketertiban atau keamanan Negara pantai. Lintas tersebut harus dilakukan sesuai dengan ketentuan Konvensi ini dan peraturan hukum internasional lainnya.

2. Lintas suatu kapal asing harus dianggap membahayakan kedamaian, ketertiban atau Keamanan Negara pantai, apabila kapal tersebut di laut teritorial melakukan salah satu kegiatan sebagai berikut : (a) setiap ancaman atau penggunaan kekerasan

terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik Negara pantai, atau dengan cara lain apapun yang merupakan pelanggaran asas hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

Page 23: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...(b) setiap latihan atau praktek dengan senjata macam

apapun;

(c) setiap perbuatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang merugikan bagi pertahanan atau keamanan Negara pantai;

(d) setiap perbuatan propaganda yang bertujuan mempengaruhi pertahanan atau keamanan Negara pantai;

(e) peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap pesawat udara di atas kapal;

(f) peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap peralatan dan perlengkapan militer;

Page 24: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...

(g) bongkar atau muat setiap komoditi, mata uang atau orang secara bertentangan dengan peraturan perundangundangan bea cukai, fiskal, imigrasi atau saniter Negara Pantai;

(h) setiap perbuatan pencemaran dengan sengaja dan parah yang bertentangan dengan ketentuan Konvensi ini;

(i) setiap kegiatan perikanan;

(j) kegiatan riset atau survey;

(k) setiap perbuatan yang bertujuan mengganggu setiap sistem komunikasi atau setiap fasilitas atau instalasi lainnya Negara pantai;

(l) setiap kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan lintas.

Page 25: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Rights and jurisdiction of coastal state1. Negara pantai dapat mengambil langkah yang diperlukan

dalam laut teritorialnya untuk mencegah lintas yang tidak damai.

2. Negara pantai, tanpa diskriminasi formil atau diskriminasi nyata di antara kapal asing, dapat menangguhkan sementara dalam daerah tertentu laut teritorialnya lintas damai kapal asing apabila penangguhan demikian sangat diperlukan untuk perlindungan keamanannya, termasuk keperluan latihan senjata. Penangguhan demikian berlaku hanya setelah diumumkan sebagaimana mestinya.

Page 26: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Civil Jurisdiction in Relation to Foreign Ships1. Negara pantai seharusnya tidak menghentikan atau merobah

haluan kapal asing yang melintasi laut teritorialnya untuk tujuan melaksanakan yurisdiksi perdata bertalian dengan seseorang yang berada di atas kapal itu.

2. Negara pantai tidak dapat melaksanakan eksekusi terhadap atau menahan kapal untuk keperluan proses perdata apapun, kecuali hanya apabila berkenaan dengan kewajiban atau tanggung jawab ganti rugi yang diterima atau yang dipikul oleh kapal itu sendiri dalam melakukan atau untuk maksud perjalannya melalui perairan Negara pantai.

3. Ayat 2 tidak mengurangi hak Negara pantai untuk melaksanakan eksekusi atau penangkapan sesuai dengan undangundangnya dengan tujuan atau guna keperluan proses perdata terhadap suatu kapal asing yang berada di laut teritorial atau melintasi laut teritorial setelah meninggalkan perairan pedalaman.

Page 27: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Criminal Jurisdiction on Board a Foreign Ship1. Yurisdiksi kriminal Negara pantai tidak dapat dilaksanakan di

atas kapal asing yang sedang melintasi laut teritorial untuk menangkap siapapun atau untuk mengadakan penyidikan yang bertalian dengan kejahatan apapun yang dilakukan di atas kapal selama lintas demikian, kecuali dalam hal yang berikut :(a) apabila akibat kejahatan itu dirasakan di Negara pantai;(b) apabila kejahatan itu termasuk jenis yang mengganggu

kedamaian Negara tersebut atau ketertiban laut wilayah;(c) apabila telah diminta bantuan penguasa setempat oleh

nakhoda kapal oleh wakil diplomatik atau pejabat konsuler Negara bendera; atau

(d) apabila tindakan demikian diperlukan untuk menumpas perdagangan gelap narkotika atau bahan psychotropis.

Page 28: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Archipelagic baselines1. Suatu Negara kepulauan dapat menarik garis pangkal

lurus kepulauan yang menghubungkan titik-titik terluar pulaupulau dan karang kering terluar kepulauan itu, dengan ketentuan bahwa didalam garis pangkal demikian termasuk pulau-pulau utama dan suatu daerah dimana perbandingan antara daerah perairan dan daerah daratan, termasuk atol, adalah antara satu berbanding satu dan sembilan berbanding satu.

2. Panjang garis pangkal demikian tidak boleh melebihi 100 mil laut, kecuali bahwa hingga 3% dari jumlah seluruh garis pangkal yang mengelilingi setiap kepulauan dapat melebihi kepanjangan tersebut, hingga pada suatu kepanjangan maksimum 125 mil laut.

Page 29: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...3. Garis pangkal demikian tidak boleh ditarik ke dan dari elevasi

surut, kecuali apabila di atasnya telah dibangun mercu suar atau instalasi serupa yang secara permanen berada di atas permukaan laut atau apabila elevasi surut tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu jarak yang tidak melebihi lebar laut teritorial dari pulau yang terdekat.

4. Garis pangkal yang ditarik sesuai dengan ketentuan pasal ini, harus dicantumkan pada peta dengan skala atau skala-skala yang memadai untuk menegaskan posisinya. Sebagai gantinya, dapat dibuat daftar koordinat geografis titik-titik yang secara jelas memerinci datum geodetik.

5. Negara kepulauan harus mengumumkan sebagaimana mestinya peta atau daftar koordinat geografis demikian dan harus mendepositkan satu salinan setiap peta atau daftar demikian pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Page 30: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Exclusive Economic Zone

1. Specific legal regime – special nature2. Breadth3. Rights, jurisdiction of coastal state4. Rights and duties of other states5. Enforcement jurisdiction

Page 31: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Specific legal regime and Breadth

Zona ekonomi eksklusif adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan laut teritorial, yang tunduk pada rejim hukum khusus berdasarkan mana hak-hak dan yurisdiksi Negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan Negara lain,

Zona ekonomi eksklusif tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut teritorial diukur.

Page 32: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Rights, jurisdiction and duties of the coastal State1. Dalam zona ekonomi eksklusif, Negara pantai

mempunyai :(a) Hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan

eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan alam, baik hayati maupun non-hayati, dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut dan tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona tersebut, seperti produksi energi dari air, arus dan angin;

Page 33: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan....

(b) Yurisdiksi dengan : pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi

dan bangunan; riset ilmiah kelautan; perlindungan dan pelestarian lingkungan laut;

(c) Hak dan kewajiban lain sebagaimana ditentukan dalam Konvensi ini.

Page 34: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...

2. Di dalam melaksanakan hak-hak dan memenuhi kewajibannya berdasarkan Konvensi ini dalam zona ekonomi eksklusif, Negara Pantai harus memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak dan kewajiban Negara lain dan harus bertindak dengan suatu cara sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.

3. Hak-hak yang tercantum dalam pasal ini berkenaan dengan dasar laut dan tanah di bawahnya harus dilaksanakan sesuai dengan Bab VI (Continental Shelf).

Page 35: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Rights and duties of other States1. Di zona ekonomi eksklusif, semua Negara, baik Negara

berpantai atau tak berpantai, menikmati, dengan tunduk pada ketentuan yang relevan Konvensi ini, kebebasan kebebasan pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan meletakkan kabel dan pipa bawah laut yang disebut dalam pasal 87 (Laut Lepas) dan penggunaan laut lain yang sah menurut hukum internasional yang bertalian dengan kebebasan-kebebasan ini, seperti penggunaan laut yang berkaitan dengan pengoperasian kapal, pesawat udara, dan kabel serta pipa di bawah laut, dan sejalan dengan ketentuan-ketentuan lain Konvensi ini.

Page 36: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...

2. Pasal 88 (pencadangan laut lepas utk maksud damai) sampai 115 dan ketentuan hukum internasional lain yang berlaku diterapkan bagi zona ekonomi eksklusif sepanjang tidak bertentangan dengan Bab ini.

3. Dalam melaksanakan hak-hak memenuhi kewajibannya berdasarkan Konvensi ini di zona ekonomi eksklusif, Negaranegara harus memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak dan kewajiban Negara pantai dan harus mentaati peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Negara pantai sesuai dengan ketentuan Konvensi ini dan peraturan hukum internsional lainnya sepanjang ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan Bab ini.

Page 37: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Enforcement of laws and regulations of the coastal State

1. Negara pantai dapat, dalam melaksanakan hak berdaulatnya untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif mengambil tindakan demikian, termasuk menaiki kapal, memeriksa, menangkap dan melakukan proses peradilan, sebagaimana diperlukan untuk menjamin ditaatinya peraturan perundang-undangan yang ditetapkannya sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.

2. Kapal-kapal yang ditangkap dan awak kapalnya harus segera dibebaskan setelah diberikan suatu uang jaminan yang layak atau bentuk jaminan lainnya.

Page 38: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...3. Hukuman Negara pantai yang dijatuhkan terhadap

pelanggaran peraturan perundang-undangan perikanan di zona ekonomi eksklusif tidak boleh mencakup pengurungan, jika tidak ada perjanjian sebaliknya antara Negara-negara yang bersangkutan, atau setiap bentuk hukuman badan lainnya.

4. Dalam hal penangkapan atau penahanan kapal asing Negara pantai harus segera memberitahukan kepada Negara bendera, melalui saluran yang tepat, mengenai tindakan yang diambil dan mengenai setiap hukuman yang kemudian dijatuhkan.

Page 39: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum
Page 40: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum
Page 41: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Continental Shelf

1. Measuring & isobath rule2. Rights of coastal state3. Legal status of waters and airspace4. Rights and freedoms of other states

Page 42: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Measuring & isobath rule

1. Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.

Page 43: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan....2. Negara pantai akan menetapkan pinggiran luar tepian

kontinen dalam hal tepian kontinen tersebut lebih lebar dari 200 mil laut dari garis pangkal dan mana lebar laut teritorial diukur, atau dengan : suatu garis yang ditarik sesuai dengan ayat 7 dengan

menunjuk pada titik tetap terluar dimana ketebalan batu endapan adalah paling sedikit 1% dari jarak terdekat antara titik tersebut dan kaki lereng kontinen; atau

suatu garis yang ditarik sesuai dengan menunjuk pada titik-titik tetap yang tereltak tidak lebih dari 60 mil kaut dari kaki lereng kontinen.

3. Dalam hal tidak terdapatnya bukti yang bertentangan, kaki lereng kontinen harus ditetapkan sebagai titik perubahan maksimum dalam tanjakan pada kakinya.

Page 44: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...

4. Titik-titik tetap yang merupakan garis batas luar landas kontinen pada dasar laut, yang ditarik sesuai dengan ayat 4 (a)(i) dan (ii), atau tidak akan boleh melebihi 350 mil laut dari garis pangkal dari mana laut teritorial diukur atau tidak boleh melebihi 100 mil laut dari garis batas kedalaman (isobath) 2.500 meter, yaitu suatu garis yang menghubungkan kedalaman 2.500 meter.

Page 45: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Continental Shelf General Measurements

Page 46: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Continental Shelf Isobat Rule

Page 47: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Rights of the coastal State over the continental shelf

1. Negara pantai menjalankan hak berdaulat di landas kontinen untuk tujuan mengeksplorasinya dan mengekploitasi sumber kekayaan alamnya.

2. Hak yang tersebut dalam ayat 1 di atas adalah eksklusifnya dalam arti bahwa apabila Negara pantai tidak mengekplorasi landas kontinen atau mengekploitasi sumber kekayaan alamnya, tiada seorangpun dapat melakukan kegiatan itu tanpa persetujuan tegas Negara pantai.

3. Hak suatu Negara pantai atas landas kontinen tidak tergantung pada pendudukan (okupasi), baik efektif atau tidak tetap (notinal), atau pada proklamasi secara jelas apapun.

Page 48: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan...

4. Sumber kekayaan alam tersebut dalam Bab ini terdiri dari sumber kekayaan mineral dan sumber kekayaan non hayati lainnya pada dasar laut dan tanah di bawahnya, bersama dengan organisme hidup yang tergolong jenis sedenter yaitu organisme yang pada tingkat yang sudah dapat dipanen dengan tidak bergerak berada pada atau di bawah dasar laut atau tidak dapat bergerak kecuali jika berada dalam kontak pisik tetap dengan dasar laut atau tanah dibawahnya.

Page 49: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Legal status of the superjacentwaters and air space and the rights and freedoms of other States

1. Hak Negara pantai atas landas kontinen tidak mempengaruhi status hukum perairan di atasnya atau ruang udara di atas perairan tersebut.

2. Pelaksanaan hak Negara pantai atas landas kontinen tidak boleh mengurangi, atau mengakibatkan gangguan apapun yang tak beralasan terhadap pelayaran dan hak serta kebebasan lain yang dimiliki Negara lain sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Konvensi ini.

Page 50: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Laut Bebas/Lepas/High Seas1. Laut lepas terbuka untuk semua Negara, baik Negara pantai atau

tidak berpantai. Kebebasan laut lepas, dilaksanakan berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan dalam Konvensi ini dan ketentuan lain hukum internasional. Kebebasan laut lepas itu meliputi, inter alia, baik untuk Negara pantai atau Negara tidak berpantai :(a) kebebasan berlayar;(b) kebebasan penerbangan;(c) kebebasan untuk memasang kabel dan pipa bawah laut,

dengan tunduk pada Bab VI (Landas Kontinen);(d) kebebasan untuk membangun pulau buatan dan instalasi

lainnya yang diperbolehkan berdasarkan hukum internasional, dengan tunduk pada Bab VI;

(e) kebebasan menangkap ikan, dengan tunduk pada persyaratan yang tercantum dalam bagian 2;

(f) kebebasan riset ilmiah, dengan tunduk pada Bab VI dan XIII.

Page 51: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Lanjutan....

2. Kebebasan ini akan dilaksanakan oleh semua Negara, dengan memperhatikan sebagaimana mestinya kepentingan Negara lain dalam melaksanakan kebebasan laut lepas itu, dan juga dengan memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak dalam Konvensi ini yang bertalian dengan kegiatan di Kawasan.

Page 52: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum

Hak dan Kewajiban Indonesia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982(United Nations Convention on the Law of the Sea)

karena sudah diratifikasi dengan UU No. 17 Tahun 1985

Page 53: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum
Page 54: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum
Page 55: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum
Page 56: UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF …thomasnu.staff.ipb.ac.id/...Convention-on-The-Law-of-The-Sea_Materi...Lingkungan Maritim). Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Konvensi Hukum