View
69
Download
2
Tags:
Embed Size (px)
PATOLOGI SISTEM INDERA
Dr. ERFIRA, SpMFKIK UIN Syarif HidayatullahJakarta - 2009
MATA
Anatomi mata
Pemeriksaan tajam penglihatan
Tajam penglihatan = Jarak pemeriksaan
Jarak standar
Normal : 6/6; 20/20; 1,0
04/17/23 5
Tajam Penglihatan
• Kriteria kebutaan menurut WHO
K r i t e r i a S n e l l e n Normal 6/6 to 6/18
Visual impairment <6/18 to 6/60
Severe visual impairment <6/60 to 3/60
Blind < 3/60
04/17/23 6
KEBUTAAN
• Kebutaan total di dunia (2000)– 50 juta orang mengalami kebutaan50 juta orang mengalami kebutaan– 110 juta orang memiliki cacat 110 juta orang memiliki cacat
penglihatanpenglihatan
• Kebutaan di Indonesia- 1,5% penduduk
- tertinggi di Asia Tenggara
04/17/23 7
KEBUTAAN
• Penyebab kebutaanKatarakKatarak : 50%: 50%GlaukomaGlaukoma : 16%: 16%Sikatrik kornea / trachomaSikatrik kornea / trachoma : 10%: 10%Retinopati diabetik Retinopati diabetik : 6%: 6%ARMDARMD : 4%: 4%Kelainan refraksiKelainan refraksi : 4%: 4%Defisiensi vit. A Defisiensi vit. A TraumaTrauma 10% 10%Kebutaan pada anakKebutaan pada anakLain-lainLain-lain
04/17/23 8
Kelainan Mata
1. Mata merah visus tetap2. Mata merah visus turun3. Mata tenang visus turun perlahan4. Mata tenang visus turun mendadak5. Lain-lain (adneksa, trauma, tumor)
Mata merah visus tetap
• Konjungtivitis: peradangan pada konjungtiva
• Skleritis• Pterigium• Perdarahan
subkonjungtiva• Xerosis konjungtiva
04/17/23 10
Kelainan Mata
• Mata merah visus tetap
Konjungtivitis
04/17/23 11
Kelainan Mata
• Mata merah visus tetap
Skleritis
04/17/23 12
Kelainan Mata
• Mata merah visus tetap
Pterygium
04/17/23 13
Kelainan Mata
• Mata merah visus tetapPerdarahan
subkonjungtiva
Xerosis konjungtiva (devisiensi vit-A)
04/17/23 14
Mata merah visus turun
• Gangguan penglihatan akibat proses peradangan pada segmen anterior
Kornea
Segmen anterior
Bilik mata depan
Segmen posterior
04/17/23 15
Kelainan Mata
• Mata merah visus turun– Keratitis: peradangan pada kornea– Keratokonjungtivitis– Ulkus kornea– Uveitis: peradangan pada uvea– Glaukoma akut: peningkatan tekanan
bola mata mendadak akibat terhambatnya aliran humor akuos
04/17/23 16
Kelainan Mata
• Mata merah visus turun
Keratokonjungtivitis
04/17/23 17
Kelainan Mata
• Mata merah visus turun
Ulkus kornea dengan hipopion Keratitis
Glaukoma akut
…glaukoma akut
• Gejala lain: kornea keruh dengan edema epitel
• Kamera okuli anterior dangkal/kolaps• Fundus sering sulit dievaluasi, saat
tervisualisasi: papil n II normal – hiperemis+edema, kongesti vena retina sentral, pulsasi arteri retina sentral
• Penurunan tajam penglihatan
04/17/23 20
Uveitis
• Peradangan pada uvea (iris, badan silier, koroid)
• Etiologi: proses imunologi atau infeksi• Gejala dan tanda:
– Nyeri, sakit kepala, penglihatan buram, fotofobia, lakrimasi
– Injeksi silier, injeksi konjungtiva– Pupil miosis– Infiltrasi sel radang di kamera okuli anterior
sel, keratik presipitat, Busaca nodul, Koeppe nodul, hipopion
04/17/23 21
Uveitis
Uveitis anterior Sinekia posterior Keratik precipitate
Hipopion Nodul pada iris
Mata tenang visus turun perlahan
• Kelainan refraksi: miopia, hipermetropia, astigmat, presbiopia
• Distrofi kornea
• Sikatrik kornea
• Katarak
• Glaukoma kronik
• Retinitis pigmentosa
04/17/23 23
Kelainan Mata
• Mata tenang visus turun perlahan
Kelainan refraksi : miopia, hipermetropia, astigmat
Emetropia: mata normal
Miopia: bayangan jatuh di depan retina
Klasifikasi miopia
• Simple myopia (school age myopia):
- onset 10-12 tahun, bertahan setelah usia 20 th
• Pathologic myopia
- herediter, progresivitas tdk bergantung aktivitas
Koreksi miopia
• Kaca mata lensa negatif • Lensa kontak• Pengangkatan lensa• Bedah refraktif (LASIK, PRK)
Hipermetropia: bayangan jatuh di belakang retina
Astigmatisme
Terapi Astigmatisme
• Kacamata lensa silinder• Lensa kontak rigid• Bedah refraktif
Anisometropia
• Definisi: perbedaan besar kelainan refraksi antara kedua mata, baik sferis atau astigmat, umumnya > 2D
• Koreksi: koreksi penuh per mata, kecuali bila beda > 3D aniseikonia (besar bayangan yang jatuh ke retina berbeda sehingga sulit untuk difusikan oleh otak)
• Komplikasi anisometropia– Ambliopia– Anisekonia– Anisophoria
Ambliopia
• Definisi: penurunan tajam penglihatan dengan koreksi terbaik unilateral atau bilateral yang bukan disebabkan secara langsung oleh berbagai kelainan struktur bola mata atau adanya gangguan jalur penglihatan posterior.
Etiologi ambiopia
• Etiologi: pengalaman penglihatan yang abnormal pada usia dini, antara lain akibat:– Strabismus– Kelainan refraksi yang tidak dikoreksi– Berbagai kelainan yang mengganggu
kualitas bayangan yang dikirim ke otak
Klasifikasi ambliopia
• Ambliopia strabismus: trofia konstan, non alternating
• Ambliopia anisometropia: gangguan refraksi antara kedua mata tidak sama besar menyebabkan bayangan yang jatuh pada salah satu retina selalu tidak fokus
Klasifikasi ambliopia
• Ambliopia isoametropia: penurunan tajam penglihatan kedua mata (relatif ringan), umumnya disebabkan kelainan refraksi pada kedua mata pada usia muda yang tidak dikoreksi. Hiperopia: +5D, miopia -10D
• Ambliopia deprivasi: disebabkan kekeruhan media refraksi kongenital/sejak kecil (katarak kongenital, ptosis kongenital)
Terapi ambliopia
• Mengatasi deprivasi
• Memberikan koreksi tajam penglihatan terbaik
• Memaksa mata ambliopia untuk lebih terlatih dengan menutup mata yang lebih baik
04/17/23 37
Distrofi kornea
• Kekeruhan pada kornea tanpa disertai peradangan
• Diturunkan/herediter
Band keratopathy Corneal dystrophy
04/17/23 38
Katarak
• Kekeruhan pada lensa• Kongenital/degeneratif/komplikata
Katarak matur Katarak hipermatur
04/17/23 39
Kelainan Mata
Dislokasi lensa: perubahan posisi lensa akibat terputusnya sebagian zonulla Zinn
Katarak kongenital
04/17/23 40
Glaukoma kronik
• Definisi:– Neuropati optik yang disertai gangguan
lapang pandang dengan peningkatan tekanan intra okuler sebagai faktor resiko utama
• Tekanan bola mata normal: 10-22 mmHg
• Tahap awal tidak ada keluhan, kerusakan parah lapang pandang menyempit (tunnel vision)
Pemeriksaan
• Slit lamp
• Gonioskopi
• Tekanan intra okuler: palpasi, tonometri Schiotz, aplanasi, non kontak
• Funduskopi
04/17/23 43
Mata tenang visus turun mendadak
• Kelainan pada segmen posterior bola mata
• Perdarahan vitreus• Sumbatan arteri/vena retina sentralis• Ablasio retina• Papilitis• Papil edema
04/17/23 44
Mata tenang visus turun mendadak
Fundus normal
Perdarahan vitreus (atas), perdarahan subhialoid (bawah)
04/17/23 45
• Mata tenang visus turun mendadak
Oklusi vena retina sentralis
Oklusi arteri retina sentralis
04/17/23 46
Kelainan Mata
• Mata tenang visus turun mendadak
Ablasio retina Retinitis citomegalovirus
04/17/23 47
Kelainan Mata
• Mata tenang visus turun mendadak
Papil edema
Papilitis
Papil atrofi
Kelainan Mata
• Kelainan MataHordeolum: peradangan pada kelopak akibat sumbatan kelenjar sebasea
Hemangioma kapiler: pertumbuhan abnormal kapiler kulit, dapat regenerasi spontan, terjadi pada bayi/balita.
Kelainan Mata
• Kelainan Mata KongenitalStrabismus (juling): kelainan kedudukan bola mata, bersifat kongenital/didapat
Ptosis: kelopak mata tidak dapat terangkat, kongenital/didapat
Koloboma palpebra: tidak sempurnanya pembentukan palpebra/kelopak.
Kelainan Mata
• Kelainan Mata Degenerasi
Entropion: tepi kelopak mata mengarah ke dalam sehingga bulu mata mengenai kornea
Ektropion: tepi kelopak mata terlipat ke luar sehingga konjungtiva tarsal terpapar
04/17/23 51
Kelainan Mata
• Tumor mata
Retinoblastoma
Melanoma maligna
Neuroblastoma
Kelainan Mata
• Trauma mekanik
Kelainan Mata
• Trauma mekanik
Ruptur palpebra
Dislokasi lensa Hifema
Iridodialisis Avulsi bola mata
Kelainan Mata
• Trauma tembus
Kelainan Mata
• Trauma kimia
Trauma asam Trauma basa
PATOLOGI HIDUNG
Definisi
• Rinitis alergi: – penyakit inflamasi karena reaksi alergi – pasien atopi – sebelumnya tersensitisasi alergen – dilepaskannya mediator kimia saat paparan ulangan
• Sinusitis: radang mukosa sinus paranasal • Rinosinusitis: proses inflamasi yang melibatkan
mukosa hidung dan 1/ lebih sinus
Gejala Rinitis Alergi• Bersin berulang (> 5x)
• Ingus encer,banyak
• Hidung tersumbat
• Hidung-mata gatal
• Lakrimasi
• Alergen penyebab
• Riw.atopi (ps, keluarga)
Rinitis Vasomotor
Gangguan vasomotor hidung
→ Gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung
penyebab: pertambahan aktivitas parasimpatis
Etiologi → ? → Diduga Gangguan keseimbangan fungsi vasomotor
(Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n.Vidianus)
Rangsangan saraf parasimpatis Rangsangan saraf simpatis• Dilatasi PD dalam konka Konstriksi PD dalam konka• permbeabilitas kapiler ↓ permbeabilitas kapiler• sekresi kelenjar ↓ sekresi kelenjar
Faktor yang mempengaruhi keseimbangan Vasomotor
1. Obat-obatan yang menghambat dan menekan sistem saraf simpatis
Ergotamin, Chlorpromazin, Obat anti hipertensi, Vasokonstriksi topikal
2. Faktor fisikIritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara tinggi, bau yang merangsang, makanan yang pedas dan panas
3. Faktor endokrinKehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil, hipotiroidisme
4. Faktor psikisRasa cemas, tengang
Gejala klinis
Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan dibagi menjadi:– Golongan obstruksi
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan– Golongan rinore
Rinore mukus atau serosa, kadang-kadang agak banyak
• Jarang disertai bersin• Tidak terdapat rasa gatal di mata• Gejala dapat memburuk pada pagi hari saat bangun
tidur, udara lembab atau asap rokok.
Rhinitis Infeksi
Infeksi Rongga Hidung
• Rhinitis Akut– Merupakan Manifestasi dari Rinitis Simplex,
Influenza,Penyakit exantema (morbilli, variola, varisela, pertusis)
• Rhinitis Kronis– Rhinitis Hipertrofi– Rinitis Sika– Rinitis spesifik
• Rhinitis difteria• Rhinitis atrofi (ozaena)• Rhinitis Sifilis• Rhinitis Tuberkulosa• Rhinitis Jamur
Rhinitis Simpleks
• Manifestasi tersering dari common cold/coryza• Merupakan radang akut pada mukosa hidung
akibat infeksi virus (Rhinovirus, Myxsovirus, coxackie virus, dan ECHO virus)
• Gejala klinis ringan seperti hidung tersumbat,ingus encer, bersin berulang, biasa disertai demam dan nyeri kepala.
• Terapi:– Simptomatik– Spesifik bila terjadi infeksi sekunder oleh bakteri
Rhinitis Hipertrofi
• Timbul akibat proses peradangan berulang mukosa hidung
• Gejala utama adalah sumbatan hidung, sekret banyak, mukopurulen dan nyeri kepala.
• Pada pemeriksaan ditemukan adanya saluran udara yang menyempit dan hipertrofi konka terutama konka inferior denga permukaan berbenjol-benjol
• Terapi:– Cari faktor penyebab rhinitis– Pemebebasan jalan nafas : kauter konka dengan zat
kimia, kauter listrik, luksasi konka, dan konkotomi.
Rhinitis Sika
• Biasa ditemukan pada orangtua, dan orang yang bekerja di lingkungan kering, panas dan berdebu.
• Keluhan biasanya adalah rasa kering di hidung disertai dengan epistaksis.
• Pada pemeriksaan ditemukan mukosa yang kering terutama pada bagian depan septum dan ujung depan konka inferior
• Pengobatan lokal obat cuci hidung
Rhinitis Atrofi
• Infeksi kronik yang ditandai oleh atrofi Progresif pada mukosa dan tulang konka.
• Biasa pada wanita, usia pubertas, dengan sos-ek yang lemah dan lingkungan yang buruk.
• Histopatologik– Mukosa hidung menipis, silia menghilang.– Epitel thorax bersilia epitel kubik/gepeng
berlapis– Kelenjar berdegenerasi dan mengecil.
Rhinitis Atrofi
• Etiologi:– Kuman spesifik terutama Klebsiella Ozaena.– Defisiensi Fe– Defisiensi vitamin A– Gangguan Hormonal– Sinusitis kronis– Penyakit kolagen autoimun.
Rhinitis Atrofi
• Gejala dan tanda– Nafas berbau , gangguan penghidu, hidung
tersumbat, dan disertai nyeri kepala.– Ingus kental berwarna hijau disertai krusta kehijauan.– Pada pemeriksaan ditemukan rongga hidung sangat
lapang, konka inferior dan media hipotrofi/atrofi.
• Pemeriksaan penunjang– Transiluminasi, Roentgen paranasal, kultur bakteri
dan uji resistensi, pemeriksaan darah tepi dan Fe serum.
Kriteria Rinosinusitis
Mayor• Nyeri wajah/nyeri wajah
saat ditekan• Kongesti/ rasa penuh di
wajah• Sumbatan hidung• Sekret nasal purulen/
aliran postnasal berubah warna
• Hiposmia/anosmia• demam ( akut)
Minor• Sakit kepala• demam ( selain
rinosinusitis akut)• Halitosis• Rasa lemas• Sakit gigi• Batuk• Nyeri, rasa
tertekan,/penuh pada telinga
Pemeriksaan Fisik Sinusitis
• Pembengkakan daerah muka
• Rinoskopi anterior :– Mukosa hiperemis, edema– Mukopus di meatus medius (maksila, frontal,
etmoid ant)
• Rinoskopi posterior :– Mukopus di nasofaring (postnasal drip)
Pemeriksaan Penunjang Sinusitis
• Transiluminasi
• Roentgen Radiologi
• CT scan
Klasifikasi Rinosinusitis
• Akut : ≤ 4 minggu
• Subakut : ≥ 4 minggu, < 12 minggu
• Kronik : gejala menetap ≥ 12 minggu
• Rekuren: ≥ 4 episode dalam 12 bulan
• Ringan : tidak ada gangguan aktivitas
• Sedang-berat : tdpt gangguan aktivitas
POLIP HIDUNG
• Definisi: Kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan
• Penampilan bervariasi: – bulat atau lonjong– tunggal atau multipel – dengan tangkai yang melekat pada mukosa
hidung dan atau sinus paranasal.
• Biasanya bilateral dan tangkainya biasanya berasal dari dinding lateral kavum nasi, terutama di sekitar meatus medius
Polip Hidung
Etiologi
1. Peradangan kronik & berulang pada mukosa hidung dan sinus
2. Gangguan keseimbangan vasomotor
3. Peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema mukosa hidung
Patofisiologi
• Diawali edema mukosa (kebanyakan terjadi di daerah meatus medius) stroma terisi cairan interseluler mukosa yang sembab menjadi polipoid
• Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar & turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai (polip).
Gambaran Klinis
Keluhan utama: – hidung tersumbat, menetap, semakin lama semakin
berat– bilateral dan tidak selalu sama derajat beratnya
• Terasa massa di dalam hidung• Sukar membuang ingus• Gangguan penciuman
(anosmia atau hiposmia)pada ¾ kasus
• Gejala sekunder– bila disertai kelainan organ di dekatnya
• post nasal drip , sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur, gangguan tidur atau penurunan kualitas hidup.
• Epistaksis– jarang– pada polip unilateral harus dicurigai
keganasan
GANGGUAN PENGHIDU
Anatomi dan fisiologi
• Indra penghidu N. olfaktorius (N. I)
• Reseptor regio olfaktorius ( 1/3 atas)• Neuroepitelium sel saraf bipolar, sel
microvillar, supporting cell, globose basal cell, horizontal basal cell dan Bowman’s glands cell.
• Sel saraf bipolar tembus lamina kribrosa os etmoidalis bulbus olfaktorius
traktus olfaktorius
ANATOMI
• Traktus olfaktorius korteks periamigdalae dan prepiriformis (inti reseptif olfaktorius primer).
• Korteks asosiatif (entorinalis) impuls diintegrasikan dlm mekanisme fungsi luhur
• Impuls di inti septal nukleus ant. Talami dan girus cinguli mekanisme autonom (air liur, rasa lapar)
• Impuls girus cinguli emosi (sistem limbik)
Patofisiologi
• Partikel bau reseptor penghidu bila menarik napas kuat atau larut dlm lendir permukaan mukosa daerah olfaktorius.
• Gangguan penghidu :– ada yang menghalangi sampainya partikel
pada reseptor saraf– kelainan pada nervus olfaktorius dari reseptor
sampai pusat olfaktorius.
• Hiposmia obstruksi hidung rhinitis alergi, rhinitis vasomotor, rhinitis atrofi, hipertrofi konka, deviasi septum, dan polip tumor.
• Pasca infeksi saluran napas atas virus/bakteri edema , hiperemia membran nasal, nekrosis silia, destruksi sel ↓ reseptor olfaktorius hiposmia, disosmia.
• Anosmia trauma daerah frontal atau oksipital kerusakan serabut saraf olfaktorius di fossa kranial anterior. Penyebab lain infeksi virus.
• Parosmia juga paling sering disebabkan oleh trauma.
• Gangguan pd bulbus, traktus dan korteks reseptifnya oleh proses intrakranial tumor serebri, meningitis, ensefalitis, dan proses degeneratif.
• Meningioma di fossa kranialis anterior >> anosmia.
• Pada epilepsi lobus temporalis anterior, halusinasi olfaktorik (kakosmia) dapat timbul sebagai serangan sebelum atau pasca manifestasi epileptik.
Gejala&Anamnesis
Gejala
• Hiposmia daya penghidu berkurang• Anosmia daya penghidu hilang• Hiperosmia daya penghidu meningkat• Parosmia Sensasi peghidu berubah/ tidak sesuai• Kakosmia Timbul halusinasi bau/ sensasi penciuman yg tdk menyenangkan
PATOLOGI TELINGA
Anatomi dan Fisiologi
Patogenesis Gangguan Pendengaran
• 3 jenis gangguan pendengaran :– Tuli Konduksi– Tuli Sensorineural– Tuli campur
• Kerusakan di :
– Telinga luar -------- Tuli konduktif– Telinga tengah----- Tuli Konduktif
– Telinga dalam ----- Tuli sensori neural– Campuran -------- Tuli campur
Tuli konduktif
• Kelainan di telinga luar :– Kelainan kongenital :
• Atresia liang telinga• Mikrotia
– Otitis Eksterna– Osteoma liang telinga– Sumbatan serumen
• Kelainan di telinga tengah :
– Gangguan fungsi tuba eustakhius– Barotrauma– Otitis media– Otosklerosis, Timpanosklerosis– Hemotimpanum– Dislokasi tulang pendengaran
Tuli Sensorineural
• Tuli sensorineural– Tipe koklea– Tipe retrokoklea
• Pemeriksaan Audiometri khusus :– Berfungsi untuk membedakan tuli tipe koklea atau
retrokoklea– Jenis tes :
• SISI,ABLB,ToneDecay,• Tympanometri,Bekessy,BERA,• Elektrokokleografi,OAE
• Kelainan dgn tuli retro koklea:
– Neuroma Akustik– CPA (tumor sudut Serebelopontin)– Multiple Mieloma
Patologi kelainan di koklea
– Kerusakan organ corti
– Kerusakan sel-sel rambut luar &dalam
– Stria vaskularis
Tuli sensorineural
• Kelainan di telinga dalam (koklea):
– Presbiakusis– Tuli akibat bising– Tuli akibat obat ototoksik– Tuli mendadak– Trauma Kapitis
Tuli campur
• Kelainan di telinga tengah dan dalam
Presbiakusis
Patologi :
– Atrofi & perubahan vaskuler pd stria vaskularis
– Degenerasi sel-sel rambut penunjang di organ Corti
– Berkurangnya jumlah & ukuran sel ganglion & saraf
Tuli akibat bising
• Patologi :
– Kerusakan bagian organ Corti : membran, stereosilia, sel rambut,
– Kerusakan organ subseluler, stria vaskularis
• Gejala : – pendengaran terganggu biasanya bilateral– Telinga berdenging– Riwayat terpajan bising – Riwayat bekerja di lingkungan bising cukup lama– Bising > 85 dB >8 jam perhari atau 40 jam perminggu– Pada gangguan pendengaran cukup berat, sukar
menangkap percakapan
• Prognosis :
– Kurang baik karena tuli sensorineural koklea bersifat menetap (irreversible) dan tidak dapat diobati.
– Pencegahan sangat penting
• Pencegahan :
– Usahakan bising lingkungan kerja <85 dB dg meredam sumber bunyi
– Alat pelindung pendengaran utk pekerja– Penyuluhan berkala pada pekerja
Tuli akibat obat ototoksik
• Patologi :
– Kerusakan sel rambut– Kerusakan stria vaskularis
• Gejala:– pendengaran terganggu Kadang disertai vertigo– Telinga berdenging– Riwayat konsumsi obat ototoksik : aminoglikosida,
diuretik,anti inflamasi (salisilat),anti malaria (Klorokuin), anti Kanker (CIS platinum)
– Riwayat penyakit lain shg memakai obat ototoksik
• Prognosis :
– Tergantung jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan, kerentanan pasien
– Pada umumnya tidak baik.
Tuli mendadak
• Patologi :
– Iskemia koklea akibat spasme,trombosis atau perdarahan A.Auditiva Interna
– Menyebabkan degenerasi sel ganglion stria vaaskularis & ligamen spiralis
– Kerusakan sel rambut tidak luas– Infeksi virus : parotis,varisela,variola
• Gejala :
– pendengaran terganggu tiba-tiba, penyebabnya tidak diketahui
– Biasanya terjadi pada satu telinga– Riwayat influensa,– Riwayat penyakit hipertensi, gangguan
hematologi
– Bila sdh terdpt gangguan komunikasi dilakukan Rehabilitasi:
• Dengan Alat Bantu Dengar, dikombinasikan dgn latihan membaca ucapan, latihan mendengar.(lip reading & auditory training)
• Prognosis :– Makin cepat diberi pengobatan makin besar
kemungkinan perbaikan,– Bila > 2 minggu kemungkinan perbaikan kecil