Upload
robiul-petapakiniamnesia
View
101
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Paper Predetermined Overhead Rate and Process Costing (Hak Cipta)
Citation preview
PAPER
ANALISIS DAN ESTIMASI BIAYA
PREDERTERMINED OVERHEAD RATE AND PROCESS COSTING
OLEH :
1. ROBIUL AZIZ (120421100090)
2. M. WISMOYO ARIS M. (120421100093)
3. MAKHMUD (120421100087)
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2013
PREDERTERMINED OVERHEAD RATE AND PROCESS COSTING
Robiul Aziz1, Mohammad Wismoyo Aris Munandar
1, Makhmud
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri1
Universitas Trunojoyo Madura Bangkalan Jawa Timur
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Predertermined Overhead Rate and Process Costing termasuk dalam siklus
akuntansi perusahaan dalam proses pembelian sampai proses dimana produk yang di
produksi sampai ke gudang. Dalam predertermined overhead rate and process costing,
ada metode yang biasanya digunakan yaitu weight average method. Metode weight
average method digunakan dimana harga pokok persediaan produk saat proses pertama
dimasukkan ke dalam biaya produksi yang sedang dilakukan, kemudian hasil total biaya
tersebut dibagi dengan unit ekuivalensi produk. Dalam proses diatas, dikenal juga
metode first in first out, dimana dalam metode ini disebutkan bahwa proses dalam
penjualan produk disesuaikan dengan urutan dimana proses pembelian itu terjadi.
Metode first in first out ini banyak digunakan oleh sebagian besar perusahaan.
Kata kunci : predetermined overhead rate, wight average method, first in first out.
ABSTRACT
Predertermined Overhead Rate and Process Costing included in the accounting
cycle of company in the process of buying up to the process by which products are in
production up to the warehouse. In predertermined overhead rate and process costing,
there is a method commonly used is the average weight method. Weight average method
used where the cost of inventory when the product first put in charge of production is
being done, then the result is total cost divided by units of product equivalence. in the
above process, also known as first-in, first-out method, which the method mentioned in
that process in the sale of products customized to the order in which the purchase it
happen. First in first out method is widely used by most companies.
Keyword : predetermined overhead rate, wight average method, first in first out.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Siklus akuntansi dalam perusahaan
sangat dipengaruhi oleh siklus usaha
perusahaan tersebut. Siklus kegiatan
perusahaan dimulai pembelian
komponen barang dan tanpa melalui
pengolahan lebih lanjut dan diakhiri
penjualan kembali barang
tersebut.dalam proses tersebut siklus
akuntasi biaya dimulai dari pencatatan
harga pokok bahan baku dalam proses
produksi, dilanjutkan dengan
pencatatan biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead
perusahaan yang dikonsumsi untuk
produksi serta berakhir dengan
disajikannya harga pokok produk jadi
yang diserahkan oleh bagian produksi
ke bagian gudang.
Kalkulasi biaya normal (normal
costing system) mengharuskan
perusahaan untuk mebebankan biaya
aktual bahan langsung dan tenaga
kerja langsung kepada unit yang
diproduksi, namun untuk overhead
dibebankan berdasarkan estimasi yang
ditentukan terlebih dahulu. Kesulitan
utama dari metode ini adalah
perbedaan antara tarif aktual dengan
tarif yang telah ditentukan.
Kalkulasi biaya produk tradisional
hanya membebankan biaya produksi
pada produk. Pembebanan biaya
utama keproduk tidak memiliki
kesulitan, karena dapat menggunakan
penelusuran langsung atau
penelusuran penggerak yang sangat
akurat. Tetapi sebaliknya, biaya
overhead memiliki masalah dalam
pembebanan biaya ke produk, karena
hubungan antara masukan dan
keluaran tidak dapat diobservasi
secara fisik.
Dalam Perhitungan biaya produksi
dapat dilakukan dengan beberapa
metode. Metode tersebut antara lain
dengan metode full costing dan
metode variable costing. Dalam
proses costing dapat dilakukan dengan
cara Weighted Average cost Method
(metode harga pokok rata-rata
tertimbang).
Dalam Weight Average cost
Method (WAM), harga pokok
persediaan produk dalam proses awal
di tambahkan kepada biaya produksi
sekarang, dam jumlahnya kemudian
dibagi dengan unit ekuivalensi produk
untuk mendapatkan harga pokok rata-
rata tertimbang.
Dalam metode kalkulasi biaya
persediaan menurut sistem persediaan
perpetual, semua kenaikan dan
penurunan barang dagang dicatat
dengan cara yang sama seperti
mencatat kenaikan dan penurunan kas.
Dalam pembuatan asumsi arus biaya
pada perusahaan dapat menggunakan
beberapa metode, salah satunya
dengan menggunakan metode first-in,
first-out.
Metode first-in, first-out (FIFO)
adalah metode dimana proses
penjualan barang disesuaikan dengan
urutan pembeliannya. Hal ini
dilakukan terutama untuk barang-
barang yang tidak tahan lama dan
yang modelnya cepat berubah. Metode
FIFO memberikan hasil-hasil yang
sama dengan yang diperoleh dengan
melalui pengidentifikasian biaya
khusus setiap item yang dijual dan ada
dalam persediaan.
Dengan uraian tersebut, proses
costing weighted average method
digunakan untuk menentukan harga
produk jadi dengan cara mengalirkan
jumlah kuantitasnya dan metode first-
in, first-out digunakan untuk
menentukan proses penjualan barang
sesuai dengan urutan pembeliannya.
1.2. Tujuan
Tujuan dalam predertermined
overhead rate and process costing
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang Predermined
over head rate and proses costing.
2. Mengetahui tentang proses costing
weighted average method.
3. Mengetahui tentang metode first-in
first-out.
2. PEMBAHASAN
2.1. Predertimed Overhead Rate
Tarif overhead yang ditentukan
lebih dahulu (predetermined
overhead rate) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini :
Sebagai contoh pembahasan
dilakukan pada tarif pabrik
menyeluruh dimana pembebanan
overhead ke produk secara tradisional
adalah sebagai berikut,
PT Rbz memproduksi 2 jenis
telepon yaitu tanpa kabel dan model
reguler. Data estimasi dan data aktual
adalah sebagai berikut:
Overhead yang di anggarkan
$ 360.000
Aktivitas yang diharapkan
(jam tenaga kerja langsung)
100.000
Aktivitas aktual
(jam TT langsung)
100.000
Overhead aktual
$ 380.000
Jika tarif ditentukan langsung
berdasarkan jam tenaga kerja
langsung, maka tarif overhead yang
ditentukan terlebih dahulu dapat
dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Tarif overhead
Maka untuk mencari overhead
yang dibebankan digunakan rumus
berikut ini.
Overhead yang dibebankan
= tarif overhead x output aktual
= $3,60 x 100.000
= $360.000
Perbedaan antara overhead aktual
dengan yang dibebankan disebut
varian. PT Rbz terlalu rendah
membebankan overhead sebesar
$20.000, hal ini disebut underapplied,
jika terlalu tinggi disebut overapplied.
Jika terjadi underapplied, maka pada
akhir tahun akan menambah harga
pokok penjualan dan sebaliknya.
Biaya/unit dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Biaya/unit PT Rbz
2.2. proses costing weighted average
method.
Proses costing weighted average
method ialah metode dengan harga
pokok persediaan produk dalam proses
awal ditambahkan kepada biaya
produksi sekarang, dan jumlahnya
kemudian dibagi dengan unit
ekuivalensi produk untuk mendapatkan
harga pokok rata-rata tertimbang.
Harga pokok rata-rata tertimbang ini
kemudian digunakan untuk
menentukan harga pokok produk jadi
yang ditransfer ke departement
berikutnya atau ke gudang dengan cara
mengalirkannya dengan jumlah
kuantitasnya.
Untuk memberikan gambaran
mengenai penggunaan weighted
average method dan metode masuk
pertama, keluar pertama disajikan
dalam contoh kasus berikut ini.
Tanpa kabel Reguler
Unit yang diproduksi 10000 100000
Jam tenaga kerja langsung 10000 90000
Biaya utama $78.000 $738.000
$3,60 x 10.000 36000
$3,60 x 90.000 324000
total biaya produksi $114.000 $1.062.000
Biaya/unit $11,40 $10,62
biaya overhead
Contoh soal 1
PT Obby Roe memproduksi produknya melalui dua departement produksi.
Departement 1 dan Departement 2. Data produksi dan biaya produksi bulan Mei
2012 di kedua departement produksi tersebut disajikan dalam gambar 2.1
Gambar 2.1 data produksi dari biaya produksi bulan Mei 2012
PT Obby Roe
Data Produksi dan Biaya Produksi
Bulan Mei 2012
Departemen 1 Departemen 2
Data Produksi
Produk dalam proses awal:
BBB 100%, BK 40% 4.000 kg -
BTK 20%, BOP 60% - 6.000 kg
Dimasukan dalam proses bulan ini 40.000 kg -
Unit yang ditransfer ke Dept. 2 35.000 kg -
Unit yang diterima dari Dept. 1 - 35.000 kg
Produk jadi yang di transfer ke gudang - 38.000 kg
Produk dalam proses akhir
BBB 100%, BK 70%* 9.000 kg -
BTK 40%, BOP 80% - 3.000 kg
Harga Pokok Produk dalam proses awal:
Harga pokok dari Dept. 1 - Rp 11.150.000
Biaya bahan baku Rp 1.800.000 -
Biaya tenaga kerja Rp 1.200.000 Rp 1.152.000
Biaya overhead pabrik Rp 1.920.000 Rp 4.140.000
Biaya Produksi:
Biaya bahan baku Rp 20.200.000 -
Biaya tenaga kerja Rp 29.775.000 Rp 37.068.000
Biaya overhead pabrik Rp 37.315.000 Rp 44.340.000
* BBB = Biaya bahan baku BTK = Biaya tenaga kerja
BOP = Biaya overhead pabrik BK = Biaya konversi
Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang Departemen Pertama.
Dalam departemen produksi pertama, biaya yang harus diperhitungkan dalam
penentuan harga pokok produk adalah biaya yang melekat pada persediaan produk
dalam proses awal dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam produksi sekarang.
Biaya yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal merupakan biaya yang
berasal dari periode sebelumnya. Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang ini,
biaya yang berasal periode sebelumnya ditambah dengan biaya periode sekarang,
kemudian dihitung rata-ratanya dengan cara membagi jumlah tersebut dengan unit
ekuivalensi unsur biaya yang bersangkutan. Harga pokok rata-rata per unit ini juga
digunakan untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akir
periode.
Rumus perhitungan harga pokok rata-rata tertimbang tampak dalam Gambar 2.2.
Rumus Perhitungan Harga Pokok Per-Unit Produk Departemen Pertama Dengan
Menggunakan Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang.
Biaya bahan baku yang melekat Biaya bahan baku yang di
1. Biaya bahan pada produk dalam proses awal + keluarkan dalam periode sekarang
baku per unit =
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
.............................................................................................................................................
Biaya tenaga kerja yang melekat Biaya tenaga kerja yang dike-
2. Biaya tenaga pada produk dalam proses awal + luarkan dalam periode sekarang
kerja per unit =
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja
.............................................................................................................................................
Biaya overhead Pabrik yang melekat Biaya overhead Pabrik yang dike-
3. Biaya overhead pada produk dalam proses awal + luarkan dalam periode sekarang
pabrik per unit =
Unit ekuivalensi biaya overbead pabrik
.............................................................................................................................................
Atas dasar data dalam gambar 2.1 contoh 1 dan rumus perhitungan harga pokok
produksi per unit dalam Gambar 2.2, dalam gambar 2.3 dihitung biaya produksi
persatuan pabrik yang dihasilkan oleh Departemen 1 dalam bulan Mei 2012.
Perhitungan biaya Produksi Per Satuan Departemen 1 Bulan Januari 2012
(2) + (3)
(4)
BOP 1.800.000Rp 20.200.000Rp 22.000.000Rp 44.000Rp * 500Rp
BTK 1.200.000Rp 29.775.000Rp 30.975.000Rp 41.300Rp ** 750Rp
BOP 1.920.000Rp 37.515.000Rp 39.235.000Rp 41.300Rp ** 950Rp
Biaya produk
per unit
Unsur Biaya
Produksi
Yang melekat
pada produk
dalam proses
Yang dikeluarkan
dalam periode
sekarang Total biaya
Unit
ekuivalensi
(1) (2) (3) (5) (6)
* (100% x 35.000) + (100% x 9.000) = 44.000
** (100% x 35.000) + (70% x 9.000) = 41.300
Gambar 2.3 biaya produksi per satuan pabrik yang dihasilkan oleh Departemen 1
dalam bulan Mei 2012
Contoh Soal 2
Sebagai ilustrasi, asumsi bahwa Computer King membuka sebuah outlet
penjualan PC dan perangkat. Selama tahun 2001, Computer king membeli barang
dagang senilai $340.000. Jika persediaan pada tanggal 31 Desember 2001, yaitu akhir
tahun, adalah $59.700, maka hargapokok penjualan selama tahun 2001 akan dilaporkan
sebagai berikut:
Harga pokok penjualan
Pembelian $340.000
Dikurangi persediaan barang dagang,
31 Desember 2001 59.700
Harga pokok penjualan .. $280.300
Asumsi bahwa selama tahun 2002 Computer King membeli barang dagang tambahan
seharga $521.980. Perusahaan menerima kredit untuk retur dan potongan pembelian
sebesar $9.100, menerima diskon pembelian sebesar $2.525, dan membayar biaya
transportasi $17.400. Retur dan potongan pembelian serta diskon pembelian dikurangi
dari total pembelian untuk mendapatkan pembelian bersih. Biaya transportasi
ditambahkan ke pembelian bersih sehingga harga pokok pembelian (cost of
merchandise purchase). Jumlah ini akan dilaporkan dalam seksi harga pokok penjualan
pada laporan laba-rugi. Computer King untuk tahun 2002 sebagai berikut:
Pembelian $521.980
Dikurangi: Retur dan potongan
Pembelian $9.100
Diskon pembelian 2.525 11.625
Pembelian bersih 510.355
Ditambah baiaya transportasi 17.400
Harga pokok pembelian .
$527.755
Persediaan akhir Computer King pada tanggal 31 Desember 2001, $59.700,
menjadi persediaan awal untuk tahun 2002. Dalam seksi harga pokok penjualan pada
laporan laba-rugi tahun 2002, Persediaan awal ini ditambahkan ke harga pokok
pembelian untuk menghasilkan barang dagang yang tersedia untuk dijual (merchandise
available for sale). Persedian akhir, yang diasumsikan sebesar $62.150, kemudian
dikurangkan dari barang dagang yang tersedia untuk dijual sehingga penjualan selama
tahun 2002 akan dilaporkan sebagai berikut:
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang dagang,
1 Januari 2002 $ 59.700
Pembelian $521.980
Dikurangi: Retur dan potongan
Pembelian $9.100
Diskon pembelian 2.525 11.625
Pembelian bersih $510.355
Ditambah: Biaya trasportasi 17.400
Harga pokok pembelian .. 527.755
Barang dagang yang tersedia untuk dijual . $587.455
Dikurangi: Persediaan barang
dagang, 31 Desember 2002 62.250
Harga pokok penjualan . $525.305
Sama seperti sistem persediaan perpetual, asumsi arus biaya harus dibuat pada
saat unit-unit yang identik dibeli dengan harga yang berbeda sepanjang suatu periode.
Dalam hal iini digunakan metode FIFO, atau biaya rata-rata.
Metode First-In, First-Out (FIFO)
Untuk mengilustrasikan pemakaian metode FIFO dalam sistem persediaan periodik,
asumsikanlan data-data berikut:
1 Jan. Persediaan: 200 unit @ $ 9 $ 1.800
10 Mar. Persediaan: 300 unit @ $ 10 3.000
21 Sep. Persediaan: 400 unit @ $ 11 4.400
18 Nov. Persediaan: 100 unit @ $ 12 1.200
Tersedia untuk dijual
selama tahun berjalan 1.000 $10.400
Perhitungan fisik pada tanggal 31 Desember memperlihatkan bahwa 300 unit
belum terjual. Dengan menggunakan metode FIFO, harga pokok dari 700 unit yang
telah terjual sebagai berikut:
Biaya paling awal,
1 Januari: 200 unit @ $ 9 $ 1.800
Biaya paling awal berikutnya,
10 maret: 300 unit @ $ 10 3.000
Biaya paling awal berikutnya,
21 September: 200 unit @ $ 11 2.200
Harga pokok penjualan: 700 unit $ 7.000
Dengan mengurangi harga pokok penjualan sebesar $7.000 dari $10.400 barang
dagang yang tersedia untuk dijual menghasilkan biaya persediaan sebesar $3.400.
persediaan sebesar $3.400 terdiri dari harga pokok paling akhir untuk barang dimaksud.
Peraga 5 memperlihatkan hubungan harga pokok penjualan selama tahun berjalan
dengan persediaan per 31 Desember.
Gambar 2.4 Arus Biaya First-In, First-Out
Contoh Soal 3
PT KXT dalam Contoh 2 di Bab 9 melanjutkan operasinya di bulan Februari
20X3. Pada awal bulan tersebut, Departemen Produksi A dan Departemen B, masing-
masing mempunyai sediaan awal produk dalam proses sebanyak 5.000 kg. sediaan ini
berasal dari produk yang pada akhir bulan Januari 20X3 masih dalam proses. Sediaan
awal produk dalam proses ini membawa kos dari bulan sebelumnya, yang dengan
weighted average cost method kos tersebut ditambahkan pada biaya aktivitas yang
dikeluarkan dalam bulan Februari untuk menghitung rerata kos per unit produk yang
dihasilkan dalam bulan tersebut. Data rinci tentang produksi dan biaya result-producing
activities bulan Februari 20X3 disajikan pada Gambar 2.5
Data Operasi
Jumlah sediaan awal produk dlam proses 5.000 kg 5.000 kg
Jumlah produk yang dimasukan dalam proses 45.000 kg
50.000 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer
ke Dep. Produksi B 43.000 kg
Jumlah produk selesai yang diterima dari Dep. Produksi A 43.000 kg
48.000 kg
Jumlah produk jadi yang ditransfer ke gudang 42.000 kg
Jumlah produk yang pada akhir bulan
masih dalam proses 7.000 kg 6.000 kg
Total 50.000 kg 48.000 kg
Tingkat penyelesaian produk yang pada akhir bulan
Masih dalam proses:
Biaya aktivitas persiapan 100%
Biaya aktivitas pemasakan 30%
Biaya aktivitas penyempurnaan 70%
Biaya aktivitas perakitan 40%
Biaya aktivitas pembungkusan 40%
Biaya aktivitas penjualan 25%
Kos sediaan awal produk dalam proses
Biaya aktivitas persiapan Rp8.750.000
Biaya aktivitas pemasakan 4.500.000
Kos dari Departemen Produksi A Rp31.250.000
Biaya aktivitas penyempurnaan 24.000.000
Biaya aktivitas perakitan 18.750.000
Biaya aktivitas pembungkusan Rp6.000.000
Biaya aktivitas penjualan 3.250.000
Biaya Aktivitas Bulan Januari 20X3
Biaya aktivitas persiapan Rp70.950.000
Biaya aktivitas pemasakan 161.964.000
Biaya aktivitas penyempurnaan Rp300.000.000
Biaya aktivitas perakitan 280.000.000
Biaya aktivitas pembungkusan
Rp190.000.000
Biaya aktivitas penjualan
220.000.000
Total biaya aktivitas Rp246.164.000 Rp654.000.000
Rp419.250.000
Gambar 2.5 Data produksi dan biaya result-producing Activities bulan januari 20X3
Biaya aktivitas
persiapan per unit =
Biaya aktivitas persiapan yang
melekat pada sediaan awal
produk dalam proses
+
Biaya persiapan yang
dikeluarkan atau terjadi
dalam periode sekarang
Equivalent unit untuk biaya aktivitas persiapan
Biaya aktivitas
pemasakan per unit =
Biaya aktivitas pemasakan yang
melekat padasediaan awal
produk dalam proses
+
Biaya aktivitas
pemasakan yang
dikeluarkan atau terjadi
dalam periode sekarang
Equivalent unit untuk biaya aktivitas pemasakan
Banyak aktivitas
persiapan per unit =
Rp. 8.750.000 + Rp. 70.950.000
= Rp. 1.594
50.000 kg
Banyak aktivitas
pemasakan per
unit
=
Rp. 4.500.000 + Rp. 161.964.000
= Rp. 3.691
45.100 kg
Atas dasar perhitungan rerata
biaya aktivitas per unit produk
Departemen Produksi, dapat dihitung
biaya produksi selesai yang ditransfer
oleh Departemen Produksi A ke
Departemen Produksi B dan biaya
sediaan produk dalam proses di
Departemen Produksi A pada akhir
bulan januari 20X3
PT KXT
LAPORAN BIAYA AKTIVITAS DEPARTEMEN PRODUKSI A
BULAN FEBRUARI 20X3
Data Operasi
Sediaan awal produk dalam proses 5.000 kg
Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses 45.000 kg
Jumlah produk yang tersedia untuk diproses 50.000 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke Dep. Produksi
B
43.000 kg
Jumlah produk dalam proses (dengan tingkat
penyelesaian:
Aktivitas persiapan 100%, aktivitas pemasakan 30%)
7.000 kg
Total produk yang dihasilkan 50.000 kg
Data Biaya
Total Biaya
Equivalent
unit
Biaya per kg
Kos sediaan awal
produk dalam proses
Aktivitas persiapan Rp. 8.750.000
Aktivitas pemasakan 4.500.000
Biaya aktivitas bulan
ini
Aktivitas persiapan Rp. 70.950.000 50.000 Rp. 1.594
Aktivitas pemasakan 161.964.000 45.100 3.691
Rp. 246.164.000 Rp. 5.285
Pertanggungjawaban
Biaya
Kos kumulatif produk
jadi yang ditransfer ke
Dep. Produksi B
43.000 @ Rp. 5.285
Rp. 227.254.905
Kos Produk yang pada
akhir bulan Januari 20X3
masih dalam proses
Aktivitas persiapan 7.000 x 100% @ Rp. 1.594 Rp. 11.158.000
Aktivitas pemasakan 7.000 x100% @ Rp. 3.691 7.751.095
18.909.095
Total biaya Rp. 246.
164.000
Metode Weighted Average Cost-
Departemen Produksi Setelah
Departemen Produksi Pertama
Kos produksi yang dihasilkan oleh
departemen produksi setelah
departemen produksi pertama
merupakan kos kumulatif, yaitu
merupakan penjumlahan dari kos
departemen produksi (atau departemen-
departemen produksi) sebelumnya
dengan biaya aktivitas yang
ditambahkan dalam departemen
produksi yang bersangkutaan.
Dalam metode weighted average
cost, untuk menghitung kos per unit
kumulatif produk yang dihasilkan
departemen produksi setelah
departemen produksi pertama, perlu
dihitung rerata kos per unit produk yang
berasal dari departemen sebelumnya
dan rerata kos yang ditambahkan dalam
departemen produksi setelah
departemen produksi pertama yanag
bersangkutan. Rumus perhitungan
rerata kos per unit berasal dari
Departemen Produksi A adalah sebagai
berikut:
Rerata kos per unit
produk dari Dep.
Produksi A
=
Biaya aktivitas Dep.
Produksi A yang melekat pad
asediaan awal produk dalam
proses
+
BIaya aktivitas yang
melekat pada produk yang
ditransfer dari Dep.
Produksi A dalam periode
sekarang
Kuantitas sediaan awal
produk dalam proses di Dep.
Produksi B
+
Kuantit produksi yang
diterima dari Dep. Produksi
A
Jika rumus di atas diterapkan pada
data dalam contoh 3 maka rerata kos per
unit produk yang berasal dari
Departemen Produksi A dihitung
sebagai berikut:
(Rp. 31.250.000 + Rp.
227.254.905)/(5.000 kg + 43.000 kg)
Rerata kos per unit produk dari
Departemen Produksi A = Rp. 5.385,52
Rumus perhitungan rerata biaya
per unit yang ditambahkan oleh result-
producing activities (yaitu aktivitas
penyepurnaan dan perakitan di
Departemen Produksi B dan aktivitas
pembungkusan dan aktivitas penjualan
di Departemen Pemasaran).
Atas dasar contoh 3, rerata biaya
aktivitas per unit produk yang
ditambahkan oleh Departemen Produksi
B dan Departemen Pemasaran dihitung
dalam Gambar 2.6
Rerata biaya
aktivitas
penyempurnaan
per unit
=
Biaya aktivitas
penyempurnaan yang
melekat pada sediaan awal
produk dalam prosess
+
Biaya aktivitas
penyempurnaan yang
dikeluarkan atau terjadi dalam
periode sekarang
Equivalent unit untuk biaya aktivitas penyempurnaan
Rerata biaya
aktivitas
perakitan per
unit
=
Biaya aktivitas perakitan
yang melekat pada sediaan
awal produk dalam prosess
+
Biaya aktivitas perakitan yang
dikeluarkan atau terjadi dalam
periode sekarang
Equivalent unit untuk biaya aktivitas perakitan
Rerata biaya
aktivitas
pembungkusan
per unit
=
Biaya aktivitas
pembungkusan yang
melekat pada sediaan awal
produk dalam prosess
+
Biaya aktivitas
pembungkusan yang
dikeluarkan atau terjadi dalam
periode sekarang
Equivalent unit untuk biaya aktivitas pembungkusan
Rerata biaya
aktivitas
penjualan per
unit
=
Biaya aktivitas penjualan
yang melekat pada sediaan
awal produk dalam prosess
+
Biaya aktivitas penjualan
yang dikeluarkan atau terjadi
dalam periode sekarang
Equivalent unit untuk biaya aktivitas penjualan
PT KXT
LAPORAN BIAYA AKTIVITAS DEPARTEMEN PRODUKSI A
BULAN FEBRUARI 20X3
Data Operasi
Sediaan awal produk dalam proses 5.000 kg
Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses 45.000 kg
Jumlah produk yang tersedia untuk diproses 50.000 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke Dep.
Produksi B
43.000 kg
Jumlah produk dalam proses (dengan tingkat
penyelesaian:
Aktivitas persiapan 100%, aktivitas pemasakan
30%)
7.000 kg
Total produk yang dihasilkan 50.000 kg
Data Biaya
Total Biaya
Equivalent
unit
Biaya per
kg
Biaya sediaan awal
produk dalam proses
Biaya dari Dep.
Produksi A
Rp. 31.250.000
Aktivitas
penyempurnaan
24.000.000
Aktivitas perakitan 18.750.000
Aktivitas
pembungkusan
6.000.000
Aktivitas penjualan 3.250.000
Biaya aktivitas bulan ini
Biaya dari Dep.
Produksi A
Rp.
227.254.905
48.000 Rp.
5.385,52
Aktivitas
penyempurnaan
300.000.000 46.200 7.012,99
Aktivitas perakitan 280.000.000 44.400 6.728,60
Aktivitas
pembungkusan
190.000.000 44.400 4.414,41
Aktivitas penjualan 220.000.000 43.500 5.132,18
Total biaya kumulatif Rp.
1.300.504.905
Rp.
28.673,71
Pertnggungjawaban
Biaya
Kos kumulatif
produk jadi yang
ditransfer ke gudang
42.000 @ Rp. 28.673,71
Rp.
1.204.295.727
Metode FIFO Departemen Produksi
Pertama
Metode ini mengganggap biaya
aktivitas periode sekarang pertama kali
digunakan untuk menyelesaikan produk
yang dianggap yang pada awal periode
masih dalam proses, baru kemudiam
sisanya digunakan untuk mengolah
produk yang dimasukkan dalam proses
dalam periode sekarang. Oleh karena itu,
dalam perhitungan equivalent unit, tingkat
penyelesaian persediaan awal produk
dalam proses harus diperhitungkan.
Equivalent unit biaya aktivitas persiapan
departemen A (dalam contoh 1) dihitung
dengan memperhatikan tingkat
penyelesaian biaya aktivitas persiapan
daam sediaan awal produk dalam proses
adalah 100%, maka aktivitas persiapan
yang dikeluarkan dalam peiode sekarang
sebesar Rp 70.950.000 di Departemen
produksi A tidak lagi diserap untuk
penyesaian sediaan awal produk dalam
proses. Dengan demikian, biaya aktivitas
persiapan tersebut hanya digunakan untuk
menyelesaikan 38.000 kg (43.000 kg-
5.000 kg) produk selesai yang ditransfer
ke Departemen produksi B dan unit 7.000
unit produk ynag pada akhir periode
masih dalam proses di Departemen A
dapat dihutung dalam gambar 2.7.
Sediaan awal produk dalam proses 0 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen produksi B 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 100% x 7.000 7.000 kg
Jumlah 45.000 kg
Gambar 2.7 perhitungan ekuivalen unit biaya aktivitas persiapan Departemen Produksi
A dengan menggunakan metode FIFO.
Equivalen unit biaya aktivitas permasakan di Departemen produksi A dihitung
pada gambar 2.8
Sediaan awal produk dalam proses (100% - 20%)x 5.000 kg 4.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen produksi B 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 30% x 7.000 2.100 kg
Jumlah 44.100 kg
Gambar 2.8 perhitungan ekuivalen unit biaya aktivitas persiapan Departemen Produksi
A dengan menggunakan metode FIFO.
Perhitungan biaya produk per unit menurut metode FIFO disajikan dalam
gambar 2.9
Aktivitas Total Biaya equivalensi Unit Biaya per unit
Persiapan Rp 70.950.000 45.000 Rp 1.576,67
Pemasakan 161.964.000 44.100 3.672,65
Total Rp246.164.000 Rp 5.249,32
Gambar 2.9 Perhitungan Biaya per Unit dengan menggunakan metode FIFO
Atas dasar data kos produk per unit tersebut, dapat dihitung kos produk selesai
yang ditransfer ke Departemen B dan produk yang pada akhir bulan Januari 20X3 masih
dalam proses di Departemen produksi A disajikan pada gambar 2.10
Kos produk selesai yang ditransfer ke Departemen B:
Kos sediaan proses awal
Biaya aktivitas persiapan Rp 8.750.000
Biaya aktivitas permasakan 4.500.000
Subtotal Rp 13.250.000
Biaya penyelesaian prouk dalan proses awal:
Biaya aktivitas persiapan 0
Biaya aktivitas permasakan
(100% - 20%) x 5.000 kg x Rp 5.249,32 Rp 199.474.761,90
Total kos produk yang ditransfer ke Departemen B Rp 227.414.761,90
Kos produk yang pada akhir bulan masih dalam proses:
Aktivitas persiapan: 7.000kgx100%xRp1.576,67 Rp11.036.666.67
Aktivitas pemasakan: 7.000kgx30%xRp3.672,65 7.712.571,43
18.749.238,10
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Departemen A Rp 246.164.000,00
Gambar 2.10 Perhitungan kos produk selesai dan disediakan produk dalam proses
departemen Produksi A
Perhitungan diatas dapat disajikan dalam laopran biaya produksi Departemen
produksi A pada gambar 2.8
Gambar 2.8 Laporan Biaya Aktivitas departemen Produksi A bulan Januari 20X3-
Metode FIFO
PT KXT
LAPORAN BIAYA AKTIVITAS DAPARTEMEN PRODUKSI A
BULAN FEBRUARI 20X3
Data Operasi
Sediaan awal produk dalam proses (dengan tingkat penyelesaian:
Aktivitas persiapan 100%, aktivitas pemasukan 30%) 5.000 kg
Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses 45.000 kg
Jumlah produk yang tersedia untuk diproses 50.000 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke Dep. Prod. B 43.000 kg
Jumlah produk dalam proses (dengan tingkatan penyelesaian:
Aktivitas persiapan 100%, aktivitas pemasukan 30%) 7.000 kg
Total produk yang dihasilkan 50.000 kg
Equivalent Biaya
Data Biaya Total Biaya Unit Per kg
Kos sediaan awal
Produk dalam proses
Aktivitas persiapan Rp8.750.000
Aktivitas pemasakan 4.500.000
Biaya aktivitas bulan ini
Aktivitas persiapan 70.950.000 45.000 Rp 1.576,67
Aktivitas pemasakan 161.964.000 44.100 3.672,65
Rp246.164.000 Rp 5.249,
Pertanggungjawaban Biaya
Kos produk selesai yang ditransfer ke Dep. Prod. B
Kos sediaan awal produk dalam proses Rp13.250.000
Biaya penyelesaian sediaan awal produk dalam proses
Aktivitas persiapan 5.000kgx100%-100% @Rp1.576,67 0,00
Aktivitas pemasakan 5.000kgx(100%-80%) @Rp3.672,65 14.690.612,24
Biaya aktivitas yang dibebankan pada produksi sekarang
38.000 kg @ Rp5.249,32 199.474.149,66
Kos produk yang pada akhir bulan 227.414.761,90
Januari 20X3 masih dalam proses
Aktivitas persiapan 7.000kg x 100% @Rp1.576,67 Rp11.036.666,67
Aktivitas pemasakan 7.000kg x 30 % @Rp3.691 7.712.571,43
18.749.328,10
Total biaya Rp246.164.000
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapet
disimpulkan bahwa first in first out
method adalah metode penentuan kos
produk jadi dan produk yang pada
akhir periode akuntansi masih dalam
proses dengan menggunakan kos
yang melekat pada sediaan awal
produk dalam proses sebagai kos
yang pertama kali diperhitungkan.
Dan weight average method adalah
metode penentuan kos produk jadi
dan produk yang pada akhir periode
akuntansi masih dalam proses
dengan menggunakan retata kos
tertimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2002. Akuntansi Biaya.
Jakarta: Salemba empat
Mulyadi. 2003. Activity-Based Cost
System. Yogyakarta: UPP
YKPN Ikut Mencerdaskan
Bangsa
Warren, dkk. 2004. Prinsip-prinsip
akuntansi jilid 1. Jakarta:
Erlangga