Paper Marketing Strategic Planning

Embed Size (px)

Citation preview

Paper Kelompok Marketing Strategic Planning

Etika Pemasaran dan Tanggung Jawab Sosialdalam Perencanaan StrategisDisusun untuk memenuhi tugas terstruktur MK Marketing Strategic Planning yang dibimbing oleh Bp.Dimas

Disusun oleh : KELAS BC

1. ARVITA PURI R 2. CHRISNA NUR S 3. RIZKY (09102230)

(0910223054) (0910223061)

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2012

Salah satu sinyal penting yang akan di bahas dalam materi ini adalah perubahan pola pikir menjadi faktor perubahan prinsip-prinsip etika pemasaran dan tanggung jawab sosial dalam perencanaan strategis. Seiring perkembangan jaman, pengaruh etika dan tanggung jawab sosial tumbuh begitu cepat sehingga dipandang penting oleh perusahaan ketika dalam merencanakan strategi. Peran etika pemasaran dan tanggung jawab sosial menjadi penting sebab

memengaruhi citra, reputasi, dan hasil pemasaran yang kadang menjadi lingkungan timbulnya masalah perusahaan. Banyak perusahaan kesulitan untuk membangun citra dan reputasi dalam beberapa aktivitas kerja mereka. Gagalnya perusahaan dalam membangun citra dan reputasi dapat menurunkan

kepercayaan dan hubungan yang telah dijalin dengan konsumen. Selain itu etika dan tanggung jawab sosial dapat dijadikan pemenuh tuntutan para stakeholder dan beberapa hukum federal. Di sisi lain, kebutuhan untuk beretika dan memenuhi tanggung jawab sosial juga menambah nilai hasil kerja pemasaran dan keuntungan. Etika pemasaran tidak hanya harus dipelajari, tetapi juga harus diimplementasikan secara efektif dan mematuhi program dan sistem yang telah dibuat. Peran Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Strategi Pemasaran 1. Dimensi-dimensi pada Tanggung Jawab Sosial Tanggung jawab sosial merupakan suatu konsep umum yang berhubungan dengan kewajiban perusahaan dalam meningkatkan efek positif bagi lingkungan masyarakat. Tanggung jawab sosial terbagi atas 4 dimensi yaitu ekonomi, legal, etika, dan dermawan (philantropic). Dimensi yang pertama dan kedua adalah tanggung jawab ekonomi dan legalisasi. Dalam persepsi ekonomi, seluruh perusahaan harus bertanggung jawab pada beberapa shareholder mereka yang telah tertarik untuk menjalin kerja sama yang akan mempengaruhi reputasi perusahaan dan shareholder itu sendiri, dimana mereka sama-sama bertujuan mendapat hasil dari investasi. Kemudian untuk persepsi legalisasi, pemasar harus memiliki ekspektasi tentang hasil kinerja perusahaannya, dengan telah mematuhi hukum dan regulasi yang ada. Dalam etika pemasaran itu sendiri, etika-etika akan ditetapkan oleh publik, pemerintah, pesaing, dan internal perusahaan itu sendiri. Beberapa

prinsip etika yang dibuat jelas harus menciptakan kondisi yang nyaman bagi masyarakat dan tidak menimbulkan opini-opini yang dapat memicu polemik. Dengan adanya etika pemasaran yang dilaksanakan bersama legalisasi, pemasar akan mudah membuat keputusan untuk membangun kepercayaan, yang juga menciptakan hubungan pemasaran yang terus menerus. Keputusan-keputusan yang dimaksud berhubungan dengan aktivitas

organisasi, pencapaian individual dalam tim kerja, penerimaan oleh masyarakat dan kemajuan perusahaan, dan stakeholders. Ini berarti etika pemasaran memiliki hubungan yang cukup kompleks karena berhubungan dengan semua aspek sosial yang berada di sekitar perusahaan. Berlaku etis dan bertanggung jawab itu membutuhkan komitmen. Untuk tanggung jawab philanthropic, perusahaan berusaha keras untuk menyeimbangkan philanthopy dengan pemasaran dan citra merk. Salah satu upaya mereka adalah ikut berpartisipasi dalam suatu even besar, contohnya dalam bentuk sponsor. Nike dan Adidas misalnya, ikut berpartisipasi dalam even Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dalam bentuk sponsor apparel yang digunakan oleh tim nasional negara-negara peserta Piala Dunia. Ini dinamakan dengan strategi philanthropy. 2. Etika Pemasaran dan Strategi Etika pemasaran meliiputi prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang membimbing perilaku individual dan kelompok dalam membuat keputusan. Dalam merencanakan strategi pemasaran, kita harus memikirkan para stakeholder, termasuk manajer, pegawai, konsumen, asosiasi industri, pemerintah, rekan kerja sama, dan beberapa kelompok tertentu, yang berkontribusi dalam perwujudan ekpektasi perusahaan. Yang paling mendasar adalah bagaimana perusahaan dapat menciptakan keputusan yang tetap mematuhi kebijakan yang ada serta menciptakan kenyamanan bagi lingkungan sekitar perusahaan. Dasar untuk menciptakan aktivitas pemasaran yang beretika

membutuhkan hubungan timbal balik antara organisasi (perusahaan) dengan individual, yaitu bertanggung jawab atas kegiatan yang mereka lakukan dan melengkapinya dengan sistem-sistem nilai yang ada. Disini, pemerintah yang berperan sebagai pembuat kebijakan menjadi pengontrol terhadap aktivitas yang dilakukan oleh baik organisasi maupun individu. Pemerintah

berupaya untuk membantu organisasi menciptakan aktivitas-aktivitas yang memberikan efek positif bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Tanpa bantuan pemerintah, perusahaan bisa saja melakukan kesalahan dalam menciptakan keseimbangan antara aktivitas ekonomi dengan kebutuhan bersosialisasi. Apabila keseimbangan gagal diwujudkan, beberapa regulasi tambahan dapat digunakan untuk memperbaiki perilaku-perilaku

menyimpang yang dilakukan oleh para pemasar. Dan kini masyarakat seakan membuat aturan-aturan untuk membimbing perusahaan-perusahaan dalam kegiatan bisnisnya untuk tidak melupakan keselamatan masyarakat di sekitarnya. Tantangan yang etis dan bertanggung jawab sosial Meskipun yang sangat dipertimbangkan nilai kejujuran, rasa hormat, dan kepercayaan menjadi jelas dan dapat diterima secara universal, keputusan bisnis yang melibatkan kompleks dan diskusi mendetail dimana yang benar mungkin tidak dibatalkan. Kedua karyawan dan manajer memerlukan pengalaman dalam industri spesifik mereka untuk lebih memahami bagaimana beroperasi di area abu-abu. Menangani panggilan dalam mengembangkan daerah, seperti internet privasi. Setiap individu memiliki keterbatasan pengalaman bisnis yang jarang ditemukan pada dirinya yang dibutuhkan untuk membuat keputusan tiba-tiba tentang kualitas produk, pengiklanan, penetapan harga, tekhnik penjualan, memperkerjakan praktik, privasi, dan kontrol polusi. Dengan kata lain, pengalaman seseorang dan keputusan di rumah, disekolah maupun di masyarakat mungkin cukup berbeda dari pengalaman-pengalaman yang dia harus buat ditempat kerja. Selain itu, ketertarikan dan nilai setiap individu pada pekerja mungkin akan berbeda dari perusahaan dimana mereka bekerja, dari standart industri, dan masyarakat pada umumnya. Ketika nilai-nilai pribadi tidak konsisten dengan konfigurasi nilai yang diselenggarakan oleh kelompok kerja, konflik etis mungkin terjadi. Ini sangat penting untuk menceritakan sebuah visi bersama dari perilaku mengembangkan yang dapat diterima dari pandangan organisasi untuk memupuk konsisten dan hubungan yang dapat diandalkan kepada seluruh perhatian stakeholder. Sebuah etika visi bersama merupakan bagian dari budaya organisasi yang mungkin dapat ditanyai, dianalisis, dan dirubah seperti isu-isu baru mengembangkan. Bagaimanapun, etika pemasaran

harus berelasi atau berhubungan dengan keputusan lingkungan pekerjaan dan tidak harus mengontrol atau mempengaruhi isu-isu pribadi etis. Pada dasarnya, kapan pun suatu kegiatan menyebabkan manajer, karyawan, atau pelanggan pada target pasar untuk merasakan manipulasi atau dikhianati, masalah etika terlepas dari legalitas aktivitas. Banyak isu-isu etika dapat berkembang menjadi masalah hukum jika mereka tidak menjadi bahasan dalam perencanaan proses. Praktek menipu dalam pemasaran Secara menyeluruh fraud adalah kesalahan komunikasi yang salah, menipu, manipulasi atau menyembunyikan fakta agar menciptakan kesan yang buruk. Ini akan menjadi pertimbangan kejahatan, dan penipuan dapat mengakibatkan denda, hukuman penjara, atau keduanya. Beberapa aktivitas penipuan yang umum dilakukan oleh karyawan mencuri perlengkapan kantor dan karyawan mencuri, mengaku telah berkerja berjam-jam, dan mencuri uang atau barang. Pada tahun terakhir, kedua pemasaran dan penipuan akuntansi menjadi masalah etika utama dan menjadi berita utama. Publisitas negatif telah mengambil korban pada opini masyarakat dari profesi pemasaran. Telemarketer, penjual mobil, dan eksekutif periklanan diantara urutan terendah profesi pemasaran di perusahaan pada persepsi masyarakat tentang kejujuran dan etika. Penipuan komunikasi dan promosi Praktek pemasaran yang salah atau yang menyesatkan dapat

menghancurkan kepercayaan konsumen pada suatu organisasi. Meskipun contoh yang sangat terkenal yaitu kejadian penipuan nasional atau level global. Masalah penipuan pemasaran tidak terbatas untuk perusahaan-perusahaan besar dan terkenal. Faktanya kesepakatan besar pada penipuan pemasaran yang terjadi di suatu negara atau level lokal. Menurut asosiasi nasional lembaga konsumen administrator, lokal kontraktor perbaikan diantaranya yang paling sering dilakukan penipuan pemasaran. Tidak menepati janji, menawarkan jaminan yang salah dan kontrak servis, dan meninggalkan pekerjaan sebelum menyelesaikan pekerjaannya merupakan pelanggaran umum yang sering dilakukan. Di banyak negara, beberapa persyaratan perijinan untuk kontraktor, yang membuat lebih mudah bagi pelanggan untuk ditipu.

Komunikasi palsu dan menipu dan promosi merupakan hal yang paling umum dan masalah umum yang berulang pada penipuan pemasaran. Pelanggaran pada promosi berkisar dari klaim berlebihan dan fakta tersembunyi. Klaim berlebihan tidak dapat dibuktikan, sama halnya seperti ketika iklan negara menyatakan bahwa suatu produk tertentu unggul bagi yang lainnya di pasaran. Sebagai contoh Papa Johns International, Inc., investasi tahunan dan miliar dolar ke Better Ingredients Better Pizza Ikaln perjalanan. Bagaimanapun, juri Texas menemukan slogan menyesatkan pada iklan, dan hakim memerintahkan perusahaan tersebut untuk menghentikan klaim pada iklan dimasa datang. Keputusan yang akhirnya membatalkan banding. ` Bentuk lain pelanggaran iklan yang melibatkan membuat pernyataan

yang ambigu, dimana klaim sangat lemah bagi penonton, pembaca, atau pendengar harus menyimpulkan pesan yang diharapkan. Karena samar, menggunakan kalimat ambigu memungkinkan si pengiklan membantah niat untuk menipu. Contoh lain, FTC dan agensi lainnya sekarang memantau lebih dekat promosi pekerjaan untuk di rumah. Pelanggan kehilangan jutaan dolar setiap tahunnya menanggapi iklan untuk keuntungan bisnis palsu sama seperti mereka menjanjikan $50.000 tiap tahunnya untuk tagihan medis komputer rumah. Pengaturan praktik pemasaran menipu Banyak perusahaan mencoba untuk mengatur dirinya sendiri dengan mendemonstrasikan etika tanggung jawab dan peraturan mencegah lebih lanjut oleh pemerintahan pusat. Disamping itu memenuhi semua peraturan hukum yang relevan dan regulasi. Banyak perusahaan memilih untuk bergabung dengan asosiasi perdagangan yang memiliki program regulasi sendiri. Meskipun program tersebut bukan merupakan hasil program langsung dari hukum, banyak yang menjadi mapan untuk menghentikan atau menunda pengembangan hukum dan regulasi menetapkan kode etik oleh dimana anggota harus ditinggalkan atau teguran atau pengusiran dari asosiasi. Ketika perusahaan melanggar apa yang dipercayai BBB untuk menjadi praktik bisnis yang baik, biro memperingatkan konsumen melalui koran lokal atau media broadcast. Jika menyinggung organisasi anggota jika BBB diusir dari dari biro lokal.

Organisasi penentu etik pemasaran dan tanggung jawab sosial Pilihan etis yang paling sering dibuat bersama di komite dan kerja tim atau pada percakapan dengan rekan kerja. Meskipun, orang belajar untuk menyelesaikan masalah etika tidak hanya dari latar belakang pribadi tetapi juga orang lain dengan siapa mereka bergaul di lingkungan bisnis. Hasil dari proses pembelajaran tergantung pada kekuatan nilai-nilai pribadi setiap individu, kesempatan bagi perilaku tidak etis, dan paparan lain yang berprilaku dengan etis maupun tidak etis. Oleh karena itu, budaya organisasi serta alasan, rekan, dan bawahan dapat memiliki dampak yang signifikan pada proses pembuatan keputusan. Untuk memenuhi tuntutan meningkat publik untuk etika pemasaran, perusahaan perlu untuk mengembangkan rencana dan struktur untuk mengatasi pertimbangan. Beberapa petunjuk peningkatan etika telah diamanatkan melalui peraturan, tetapi perusahaan harus bersedia ada di tempat sistem nilai dan etika yang melebihi peraturan persyaratan minimum. Meskipun tidak ada standart universal yang dapat diterapkan untuk organisasi program etika, sebagian besar perusahaan mengembangkan kode, nilai, dan kebijakan untukpanduan prilaku bisnis. Akan sangat naif untuk hal yang hanya memiliki kode etik akan memecahkan dilema etika perusahaan mungkin menghadapi. Faktanya

mayoritas perusahaan yang mengalami pengalaman etis atau masalah hukum biasanya telah menyatakan kode etik dan program. Seringkali masalahnya adalah bahwa manajemen puncak, serta budaya perusahaan secara

keseluruhan, tidak memiliki integrasi dari kode-kode, nilai-nilai dan standart atas membuat keputusan. Untuk memastikan bahwa pekerja memahami hakikat dari etika bisnis dan standar etis yang perusahaan harapkan untuk mereka ikuti, TI menawarkan sebuah ujian cepat mengenai etika untuk membantu mereka saat mereka memiliki kesulitan pada situasi dan perilaku tertentu: Apakah tindakan tersebut legal? Apakah hal tersebut sesuai dengan nilai kami? Jika anda melakukan hal tersebut, apakah anda merasa tidak enak? Bagaimana hal itu terlihat di koran? Jika anda tahu bahwa hal tersebut salah, jangan lakukan!

Jika anda tidak yakin, bertanyalah. Teruslah bertanya hingga anda mendapat sebuah jawaban. Penelitian telah menemukan bahwa kode perusahaan atas etika

seringkali memiliki lima hingga tujuh nilai inti atau prinsip sebagai tambahan untuk merinci deskripsi dan contoh-contoh dari tindakan yang pantas.42 Enam nilai inti dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sangat diinginkan dalam tingkah laku kode etik: (1) layak dipercaya (2) rasa hormat, (3) bertanggung jawab, (4) keadilan, (5) kepedulian, (6) citizenship.43 Nilai-nilai ini akan menjadi tidak efektif tanpa adanya penyaluran, pelatihan, dan dukungan dari manajer tingkat atas dalam untuk membuat mereka sebagai bagian dari budaya dan iklim etika perusahaan. Para pekerja membutuhkan contoh yang spesifik dari bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan. Kode tingkah laku tidak akan memecahkan setiap isu etis yang dialami dalam operasional sehari-hari, tetapi mereka membantu para pekerja dan manager untuk menghadapi dilema etis dengan menjelaskan dan membatasi aktivitas tertentu. Banyak perusahaan memiliki kode etik, tetapi mereka seringkali mereka tidak menyampaikan kode mereka secara efektif. Sebuah kode yang ditempatkan di website atau pada manual pelatihan adalah tidak berguna jika perusahaan tidak menguatkanya dalam dasar sehari-hari. Etika Pemasaran Dan Kepemimpinan Ada kenaikan dukungan bahwa budaya etis muncul dari kepemimpinan yang kuat. Banyak yang setuju bahwa karakter dan sukses dari perusahaan paling dikagumi berasal dari para pemimpin mereka. Alasannya sederhana: jika perusahaan memelihara perilaku etis, manager tingkat atas harus

memperagakan standar dan kebijakan ini. Faktanya, memelihara budaya etis mendekati ketidakmungkinan jika manager tingkat atas tidak mendukung perilaku etis. Sebagai contoh, dalam sebuah usaha untuk menjaga pendapatan tetap tinggi dan menaikkan harga saham, banyak perusahaan memuat laporan pendapatan palsu. Eksektif tingkat atas pada perusahaan ini telah mendukung perilaku itu karena mereka memegang saham pilihan dan dapat menerima paket bonus yang sangat dipengaruhi oleh performa perusahaan. Jadi, pendapatan yang dilaporkan lebih tinggi berarti imbalan eksekutif yang lebih besar.

Pada bidang etika pemasaran, para pemimmpin yang hebat (1) menciptakan tujuan umum atau visi untuk perusahaan, (2) memperoleh dukungan dari rekan yang berpengaruh, (3) memotivasi yang lain untuk menjadi etis, (4) menggunakan sumber daya yang ada untuk mereka, (5) menikmati pekerjaan mereka dan menjalankan mereka dengan sebuah keuletan, sabar, dan berkomitmen. Bersama dengan kepemimpinan etis yang kuat, sebuah budaya perusahaan yang kuat dalam mendukung perilaku etis dapat juga memainkan sebuah peran kunci dalam memandu perilaku pegawai. Budaya organisasi, rekan kerja dan supervisor serta kesempatan untuk ikut serta dalam perilaku tak beretika mempengaruhi pembuatan keputusan etis. Kesadaran penuh terhadap filosofi manajemen, peraturan, dan prosedur dapat memperkuat, baik budaya organisasi dan pendirian rekan kerja dan supervisor. Kesadaran seperti itu, juga, mempersenjatai pegawai melawan kesempatan untuk berperilaku tidak etis dan mengurangi kemungkinan berlaku salah. Jika dirancang dengan cukup dan dengan penuh pertimbangan, pelatihan etika dapat memastikan setiap orang yang tiap orang dalam perusahaan (1) menyadari situasi yang mungkin terlibat di pembuatan keputusan etis, (2) memahami nilai dan busaya perusahaan, dan (3) dapat mengevaluasi dampak dari keputusan etis di perusahaan dalam menyoroti struktur nilainya. Pihak Terkait, Orientasi Pasar, Dan Performa Pemasaran Salah satu argumen yang paling kuat yang terkandung dalam etika dan tanggung jawab sosial dalam proses perencanaan strategik adalah

meningkatnya bukti dari sebuah hubungan antara tanggungjawab sosial, pihak terkait dan performa pemasaran. Sebuah iklim etis menyebutkan anggota organisasi pada gabungan ketertarikan dari semua pihak terkait meliputi pelanggan, dalam keputusan dan tindakan mereka. Karenanya, pegawai bekerja dalam sebuah iklim etis akan membuat sebuah usaha ekstra untuk memahami dengan lebih baik permintaan dan peduli pada pelanggan. Sebuah studi menemukan bahwa iklim etis diasosiasikan dengan komitmen pekerja pada kualitas dan kepercayaan dalam perusahaan. Komitmen pekerja pada

perusahaan, kesetiaan pelanggan, dan profitabilitas juga dihubungkan pada kenaikan tanggungjawab sosial. Penemuan ini menekankan peran dari iklim etis dalam membangun posisi persaingan yang kuat.

Seorang pekerja merasakan sebuah kemajuan dalam iklim etis dari perusahaan mereka, komitmen mereka pada pencapaian standar yang tinggi juga meningkat. Mereka menjadi lebih mau untuk mendukung secara personal kualitas inisiatif perusahaan. Pegawai tersebut seringkali berdiskusi pada isu yang terkait dengan kualitas dengan teman-temanya yang lain baik di dalam maupun di luar perusahaan dan meningkatkan rasa prestasi personal dari penyediaan kualitas barang dan jasa. Pekerja tersebut memperlihatkan usaha melebihi pengharapan dan kebutuhan dalam rangka memenuhi kualitas produk pada pekerjaan mereka atau area tanggungjawab mereka. Dan sebaliknya, pekerja yang bekerja pada iklim etis yang kurang memiliki komitmen yang kurang untuk menyediakan kualitas tersebut. Pekerja ini cenderung bekerja untuk bayaran, beristirahat lebih lama, dan gelisah untuk berangkat setiap hari ya atau tidaknya mereka menyelesaikan pekerjaan mereka. Orientasi Pasar Sebuah iklim etis juga menghasilkan sebuah orientasi pasar yang kuat. Orientasi pasar mengacu pada perkembangan dari sebuah budaya organisasi untuk penciptaan nilai superior untuk pembeli dan dengan begitu, meneruskan performa superior perusahaan. Orientasi pasar menempatkan kepentingan pelanggan ditempat pertama, tapi tidak meniadakan kepentingan dari pihak-pihak lain yang terkait. Menjadi berorientasi pada pasar berarti mengembangkan perasaan kooperatif dan pertukaran informasi yang terbuka yang memberikan perusahaan gambaran yang lebih jelas pada kebutuhan dan keinginan pelanggan.tanpa sebuah iklim etis yang kuat, sebuah orientasi tempat kerja yang bersaing bisa timbul. Sebuah orientasi yang bersaing mendorong kesuksesan seseorang. Kompetisi internal antar pegawai mungkin saja mendorong pencapaian tingkat prestasi keuangan., tanpa memandang efek potensi mereka pada pihak terkait baik di dalam maupun di luar perusahaan. Sebagai konsekuensi, para pekerja gagal menggabungkan kebutuhan dan perhatian pada masyarakat, bisnis, atau pelanggan dalam keputusan mereka. Orientasi Pihak-Pihak Terkait Tingkatan pada perusahaan yang mana memahami dan menunjukkan permintaan pihak terkait dapat di tunjuk sebagai sebuah orientasi pihak terkait. Orientasi ini berisi tiga set aktivitas: (1) generasi organisasi luas dari data

mengenai kelompok pihak-pihak terkait dan penilaian perusahaan pada efek perusahaan pada kelompok tersebut (2) distribuai informasi ini keseluruh perusahaan (3) kemampuan bereaksi organisasi sebagai keseluruhan pada kecerdasan ini. Menghasilkan data mengenai pihak-pihak terkait dimulai dengan mengidentifikasi pihak-pihak terkait yang relevan dengan perusahaan. Komunitas pihak-pihak terkait yang relevan harus dianalisis pada dasar dari kekuatan masing-masing memperoleh sama halnya dengan mengikatkan diri diantara mereka. Kemudian, perusahaan harus menggolongkan perhatian mengenai mengadakan urusan yang tiap-tiap kelompok pihak-pihak terkait bagi. Informasi ini dapat diperolah dari penelitian formal, termasuk survei, grup focus, pencarian internet, atau tinjauan pers. Kemampuan bereaksi pada organisasi secara keseluruhan pada kepandaian pihak-pihak terkait terdiri atas inisiatif bahwa perusahaan menyetujui untuk memastikan bahwa hal ini ada dengan atau melebihi pengharapan pihakpihak terkait dan memiliki dampak positif pada isu pihak-pihak terkait. Beberapa aktivitas mungkin menjadi spesifik pada sebuah kelompok dari pihak-pihak terkait tertentu (contonya, jadwal kerja family friendly). Proses kemampuan bereaksi biasanya termasuk partisipasi dari kelompok pihak-pihak terkait. Kraft, sebagai contoh, memasukkan kelompok yang memiliki keterkaitan khusus dan wakil universitas dalam program untuk menjadi peka pada isu etis saat ini dan mendatang. Sebuah orientasi pihak-pihak terkait dapat dipandang sebagai rangkaian kesatuan yang mana perusahaan kemungkinan besar mengadopsi konsep bermacam-macam tingkatan. Untuk mengukur orientasi pihak-pihak terkait perusahaan, perlu untuk mengevaluasi luas yang mana perusahaan mengadopsi perilaku yang melambangkan baik generasi dan penyebaran kecerdasan pihakpihak terkait dan kemampuan bereaksi untuk hal itu. Sebuah organisasi mungkin saja menghasilkan dan menyebarkan lebih kecerdasan mengenai komunitas pihak-pihak terkait tertentu dari pada mengenai yang lain dan sebagai hasil mungkin saja merespon pada kecerdaan itu secara berbeda.

Performa Pemasaran Sebuah iklim etika dan tanggung jawab sosial juga menciptakan ukuran kepercayaan diantara pihak-pihak terkait perusahaan. Faktor penyebaran yang paling penting untuk meningkatkan kepercayaan adalah persepsi bahwa perusahaan dan pagawainya tidak akan mengorbankan standar integritas mereka. Dalam iklim kerja etis, pekerja dapat mengharapkan perlakuan yang layak dengan rasa hormat dan pertimbangan oleh rekan sekerja dan superior.terlebih lagi, mempercayai hubungan dengan kunci pihak-pihak terkait eksternal dapat berkontribusi pada efisiensi dan produktivitas yang lebih besar dalam supply, seperti halnya perasaan setia yang lebih kuat diantara pelanggan milik perusahaa.sebuah studi oleh Cone/ Roper melaporkan bahwa tiga dari empat pelanggan mengatakan mereka menolak membeli dari bisnis tertentu. Pelayanan yang buruk adalah alasan nomer pertama yang dikutip, tetapi kelakuan bisnis adalah alasan kedua pelanggan menolak perusahaan tertentu. Perusahaan yang tidak mengembangkan strategi dan program untuk memasukkan tanggungjawab etis dan sosial dalam budaya organisasinya akan membayarnya dengan potensi performa pemasaran yang buruk, biaya potensial dari proses pengadilan perdata dan pidana, dan publisitas negative yang merusak saat public menemukan aktivitas yang meragukan. Disisi lain, perusahaan yang melakukan memasukkan tanggungjawab sosial dan etika dalam rencana strategi nampaknya mengalami kemajuan performa pemasara. Sayangnya, karena banyak perusahaan tidak memandang tanggungjawab sosial dan etika isu prestasi organisasi, banyak perusahaan tidak percaya bahwa isu tersebut perlu dipertimbangkan dalam proses perencanaan strategik. Individu juga memiliki ide yang berbeda mengenai apa yang etis dan tidak etis, mengarahkan mereka kepada kebingungan kebutuhan etika di tempat kerja dengan hak untuk memelihara nilai dan etika personal yang dimiliki. Meskipun konsep etika sedang diperdebatkan/ controversial, hal ini mungkin untuk memasukkan tanggungjawab etis dan sosial pada proses perencanaan. Memasukan Tanggungjawab Etika Dan Sosial Pada Perencanaan Strategik Banyak perusahaan menggabungkan tanggungjawab sosial dan etika dalam perencannaan strategic melalui program pemenuhan etika atau inisiatif integritas yang membuat pemenuhan legal, etika, dan tanggungjawab sosial

sebuah

usaha

organisasi

luas. Program-program

tersebut

membangun,

menyampaikan dan menjaga sebuah persyaratan legal dan nilai etis perusahaan melalui kode tingkah laku, kantor etika, program training dan audit. Meskipun banyak perusahaan mengambil pertimbangan waktu dan upaya dalam menciptakan kode tingkah laku mereka sendiri, bayak yang tidak melakukan. Krispy Kreme, perusahaan high flying, telah mengalami sebuah meltdown saat dua eksekutifnya berusaha mengelola laba untuk memenuhi pengharapan Wall Street. Rencana pemasaran seharusnya memasukkan elemen yang jelas dari tanggungjawab etis dan sosial sebagaimana yang telah ditentukan oleh manager pemasaran tingkat atas. Strategi pemasaran dan pengimplementasian rencana harus dikembangkan yang mana mencerminkan sebuah pemahaman (1) resiko yang diasosiasikan dengan kesalahan bertindak legal dan etis, (2) konsekuensi sosial dan etis dari pilihan strategi, (3) nilai anggota organisasi dan pihak-pihak terkait. Untuk memastikan kesuksesan, manager tingkat atas harus

mendemostrasikan komitmen mereka pada perilaku yang bertanggungjawab secara sosial dan etis melalui tindakan-tindakan mereka kata-kata saja

tidaklah cukup. Pada akhirnya, sebuah rencana pemasaran yang mengabaikan tanggungjawab sosial atau membisu mengenai persyaratan etis meninggalkan pedoman perilaku bertanggungjawab secara sosial dan etis pada kelompok kerja, yang mana ada resiko kerusakan etika dan berbahaya bagi perusahaan.