Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
METODE PENELITIAN KUALITATIF I
Persepsi Pendidikan Bagi Kalangan Pemuda di Desa Girikerto
Disusun oleh : KELOMPOK 11
Shifa Anisya Aulia (18/430849/SP/28693)
Shita Al-Addawiyah Lampart (18/428318/SP/28527)
Celine Nuzullita Kusumabekti (18/430834/SP/28678)
Angela Firdaus Antariksa (18/413261/SP/27978)
Nadia Shafa Ratnasari (18/413249/SP/27966)
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
1
KATA PENGANTAR
Persepsi tentang pendidikan merupakan hal yang menarik minat peneliti untuk
diteliti lebih dalam karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Pendidikan
sangat dibutuhkan bagi individu dikarenakan untuk mempersiapkan masa depannya. Berangkat
dari hal ini lah peneliti tergerak untuk meneliti mengenai ini, untuk kemudian diharapkan bisa
menjadi referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan para pembuat kebijakan. Selain itu,
diharapkan juga dapat menjadi bacaan yang dapat memicu kegelisahan para pembacanya
sehingga dapat diambil kesimpulan dan hikmahnya.
Kemudian atas tersusunnya penyusunan laporan penelitian ini, tak lupa kami panjatkan
puji syukur Alhamdulillah kepada Allah Swt. atas limpahan rahmatnya sehingga kami dapat
lancar melalukan penelitian dan penyusunan laporan ini. Tak luput kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Tadjuddin Noor Efendi, Bapak Dr. Suharko, dan Mas
Fuji Riang Prastowo, S.Sos., M.Sc. atas bimbingannya sehingga kami dapat lancar
melakukan penelitian dan menyusun laporan ini. Begitu pula kepada segenap civitas
akademika Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
melakukan praktikum lapangan ini. Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada para
pejabat dan para warga Desa Girikerto yang bersedia mengizinkan kami untuk melakukan
penelitian guna untuk melengkapi kewajiban kami sebagai mahasiswa.
Tentunya kami menyadari bahwa laporan praktikum lapangan ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan laporan praktikum ini, kami dengan terbuka
menerima kritik dan saran.
Dengan Hormat,
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................................................i
Daftar Isi ........................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan .......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................................................2
1.4 Kerangka Teori ……................................................................................................................3
1.5 Metodologi Penelitian ..............................................................................................................5
BAB II Deskripsi Wilayah .............................................................................................................7
BAB III Pembahasan .....................................................................................................................9
3.1 Pendidikan, apa itu? .................................................................................................................9
3.2 Sistem Pendidikan…………....………....................................................................................14
3.3 Apakah sekolah untuk mencari relasi?....................................................................................19
3.4 Tugas Sekolah, Efektifkah? ...................................................................................................24
3.5 Sarana Pengembangan Diri......................................................................................................27
BAB IV Penutup …......................................................................................................................32
4.1 Kesimpulan………………......................................................................................................32
4.1 Limitasi………………..…......................................................................................................33
4.1 Saran………...……………......................................................................................................34
Daftar Pustaka ..............................................................................................................................35
Lampiran ......................................................................................................................................37
3
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia untuk masa-masa sekarang dan masa yang akan datang. Dengan pendidikan dapat
membantu anak untuk mempersiapkan masa depan karena pendidikan dapat membantu anak
dalam memberikan pengetahuan atau wawasan serta mengembangkan ketrampilan anak.
Pendidikan mengalami perubahan sepanjang waktu, sehingga pendidikan tidak ada akhirnya atau
pendidikan harus dilakukan sepanjang kita masih hidup.
Saat ini pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam program bantuan pendidikan
kepada masyarakat guna membantu memberikan kesempatan kepada masyarakat yang kurang
mampu khususnya agar tetap dapat medapatkan pendidikan. Bantuan yang disediakan oleh
pemerintah antara lain, Bantuan Operasional Sekolah untuk pendidikan dasar hingga menengah
atas, Program Kartu Indonesia Pintar untuk anak dari keluarga dengan ekonomi rendah,
Beasiswa Bidikmisi untuk tingkat mahasiswa S1 dengan latar belakang ekonomi rendah, dan
pemerintah juga telah menyediakan Beasiswa LPDP untuk lulusan sarjana apabila ingin
melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, serta masih banyak lainnya.
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam program bantuan pendidikan,
ternyata masih terdapat anak yang putus sekolah. Di Yogyakarta, berdasarkan data yang
diperoleh dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun ajaran 2017/2018 jumlah
siswa putus sekolah jenjang Sekolah Dasar sebanyak 151, jumlah siswa putus sekolah jenjang
Sekolah Menengah Pertama sebanyak 420, jumlah siswa putus sekolah jenjang Aekolah
Menengah Atas sebanyak 143, dan jumlah siswa putus sekolah jenjang Sekolah Menengah
Kejuruan sebanyak 1.091.
Berdasarkan riset yang pernah dilakukan oleh Titik Kamsihyati, Sutomo, dan Sakinah FS
pada tahun 2016 memperoleh data bahwa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah
diantaranya adalah faktor ekonomi keluarga yang rendah serta minat dalam diri anak, yaitu anak
4
merasa tidak tertarik untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih memilih
untuk bekerja membantu ekonomi keluarga. Hal ini tentu saja menarik untuk diteliti, mengingat
pendidikan yang memiliki peranan penting untuk mempersiapkan anak ke dunia kerja serta
bantuan yang telah disediakan oleh pemerintah untuk anak dari keluarga ekonomi rendah akan
tetapi anak justru lebih memilih untuk bekerja daripada melanjutkan pendidikan. Oleh karena itu,
kami ingin meneliti terkait dengan bagaimana persepsi pemuda mengenai arti pentingnya
pendidikan. Penelitian ini kami lakukan di desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta karena di Desa Girikerto sendiri masih banyak terdapat anak yang
lebih memilih untuk bekerja setelah lulus sekolah dibandingkan untuk melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi.
1.2Rumusan Masalah
Utama : Bagaimana persepsi pemuda Girikerto terhadap pentingnya pendidikan?
Key messages : pentingnya pendidikan
- Pentingnya pendidikan :
a. Apakah definisi pendidikan?
b. Dimana kita bisa mendapatkan pendidikan?
c. Kapan kita membutuhkan pendidikan?
d. Siapa yang dapat memberi pendidikan yang tepat?
e. Bagaimana peran pendidikan dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Mata kuliah Metode Penelitian Kualitatih 1 sudah didesain sejak awal perkuliahan
dengan menggunakan 2 metode pembelajaran, yaitu pembelajaran di dalam kelas dan
pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran di dalam kelas bertujuan untuk memperkuat dasar
pengetahuan tentang riset sosial dengan pendekatan kualitataif, sedangkan pembelajaran di luar
kelas bertujuan supaya mahasiswa memperoleh pengalaman lebih dengan melakukan praktik
penelitian secara langsung. Mahasiswa secara bersama-sama melalui proses tahapan penelitian,
melai dari proses persiapan (penentuan informan, penyusunan interview guide, dan observasi),
5
pengumpulan data (wawancara mendalam), pengolahan, dan analisis data. Berdasarkan
pemaparan rumusan masalah di bab atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
persepsi pemuda Girikerto terhadap arti penting pendidikan.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi informan agar
lebih konsentrasi dan memfokuskan diri terhadap pendidikan dan lebih memiliki pemikiran
terbuka mengenai betapa pentingnya pendidikan sehingga mereka dapat lebih bersemangat untuk
menempuh pendidikan. Selain itu, manfaat penelitian ini dapat digunakan untuk membuat
kebijakan bagi pemerintah dalam bidang pendidikan.
1.4 Kerangka Teori
Pendidikan adalah kebajikan manusia yang penting, kebutuhan masyarakat, dasat
kehidupan yang baik dan tanda kebebasan (Bhardwaj, 2016). Pendidikan penting diberikan
kepada anak-anak untuk dapat mengembangkan kemampuan dan kerampilan mereka yang dapat
digunakan sebagai bekal hidupnya di masa yang akan datang. Dengan pendidikan, mereka dapat
mengubah karir dan status keluarganya di masyarakat. Pendidikan tidak hanya dapat
mengantarkan kita pada kesuksesan tetapi juga memberikan kita pengetahuan mengenai
kepemimpinan sosial, karakter, serta kepekaan diri terhadap lingkungan sekitar.
Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan, penting nya pendidikan
dapat menjadikan kita mengerti akan beberapa hal diantaranya, pendidikan menjadikan kita
sebagai warganegara yang lebih baik karena pendidikan mengajarkan kita mengenai banyak hal,
seperti pentingnya berkelakuan baik, praturan, dan penataan kita akan peraturan fi alam hidup.
Selain itu, pendidikan juga dapat memberikan keyakinan kepada kita, kita tidak dapat mencapai
apapun ketika kita tidak yakin, akan tetapi dengan pendidikan dapat memberikan kita keyakinan
atas kemampuan yang kita miliki. Dan yang terpenting adalah pendidikan dapat memastikan
masa depan yang cerah, dengan pendidikan dapat membangunkan ketrampilan dan bakat yang
ada di dalam diri kita, dengan adanya bakat dan ketrampilan diri ini dapat memberikan kita
kepada pekerjaan yang dapat menjadikan masa depan kita terjamin.
6
Oleh karena begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan setiap manusia, maka hal ini
dapat menjadi menarik untuk diteliti kepada masyaratat dengan latar sosial pedesaan pada
umumnya dan pemuda dengan lataar sosial pedesaan yang jauh dari lingkungan pendidikan pada
khususnya untuk mengetahui bagaimana persepsi mereka akan pentingnya pendidikan,
mengingat banyak sebagian dari pemuda yag lebih memilih untuk bekerja dibandingkan dengan
melanjutkan pendidikan.
Seperti yang dikutip dari United Nations, bahwa pendidikan merupakan inti dari
perkembangan dan peningkatan kehidupan kaum muda di seluruh dunia. Pendidikan mempunyai
peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan dapat menjadikan
sumber daya manusia lebih siap dalam menghadapi perubahan dalam lingkungan kerja. Oleh
karena itu, tidak lah mengherankan apabila negara memiliki tingkat pendidikan tinggi maka
pertumbuhan ekonominya akan berkembang pesat (Yusuf, 2014).
Selain itu, dalam jurnal ‘THE ROLE OF EDUCATION IN THE SOCIETAL
DEVELOPMENT’ ini membahas peran pendidikan dalam pembangunan sosial yang sangat
penting untuk memahami hal yang disebut dengan kemajuan dan perubahan sosial, peningkatan
dalam perubahan sosial ini dapat dicapai dengan adanya pendidikan. Pendidikan melibatkan
semua pengalaman yang diperoleh seseorang di dalam atau di luar sekolah. Dalam hal ini,
pendidikan adalah proses yang cukup signifikan menghasilkan fondasi dasar pembangunan
sosial-ekonomi. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi orang yang dididik tetapi juga
keseluruhan masyarakat dengan memulai dari keluarganya. Dengan kata lain, meningkatkan
jumlah orang yang efisien untuk masyarakat yang lebih sejahtera adalah tugas pendidikan dan
lembaga pendidikan yang memiliki fungsi tertentu di Indonesia. Dan yang paling penting
kontribusi pendidikan tidak hanya untuk meningkatkan standar kehidupan warga tetapi juga
untuk memungkinkan mereka menjadi warga negara yang lebih baik. Selain menjadi hak asasi
manusia, pendidikan saat ini adalah prasyarat untuk pembangunan dan juga sarana yang efektif
untuk mengambil keputusan berbasis pengetahuan dan meningkatkan demokrasi. pendidikan
meningkatkan dan memperkuat kapasitas perkembangan individu, komunitas, kelompok,
lembaga, dan negara (Türkkahraman, 2012)
7
1.5 Metodologi Penelitian
a. Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif, dimana penelitian kualitatif bersifat deskriptif kerena penelitian ini memiliki
data berupa tulisan dan wawancara, dan peneliti ingin menggambarkan atau melukiskan
fakta-fakta, keadaan, ataupun gejala mengenai pendidikan yang ada di desa Girikerto,
kecamatan Turi. Kemudian, dalam menganalisis data ini menggunakan analisis
mendalam terhadap data yang ada serta lebih menonjolkan proses dan makna (perspektif
subjek) dapat juga dikatakan menggunakan analisis semiotik. Semiotik merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai simbol dan makna.
Subjek dalam penelitian ini adalah pemuda yang bersekolah baik sekolah
menengah atas maupun berkuliah yang tinggal di beberapa padukuhan di Desa Girikerto,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Peneliti mengumpulkan data
dengan melakukan wawancara dan observasi untuk melihat keadaan sekolah sekolah
yang ada di desa Girikerto. Wawancara direkam menggunakan alat perekam dari telepon
genggam. Kemudian hasil rekaman tersebut akan melalui proses verbatim transcript,
indexing verbatim transcript, dan coding. Lalu data yang dihasilkan dari proses coding
akan ditampilkan dalam bentuk data networking. Setelah itu, peneliti akan menganalisa
dengan pendekatan deskriptif dan semiotik untuk melihat bagaimana persepsi pemuda di
Desa Girikerto terhadap pentingnya pendidikan.
b. Sumber DataSumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Selebihnya adalah data seknder
atau data tambahan, seperti dokumentasi berbagai data dari sumber lain guna
memperkaya data, baik itu melalui buku, foto, artikel, surat kabar, data statistik, dan lain
sebagainnya
c. Teknik Pengumpulan Data
8
Teknik pengumpulan data penelitian ini antara lain; wawancara semi terstruktur,
observasi non-partisipan, dokumentasi, serta Studi Pustaka. Fenomena berkaitan dengan
persepsi pemuda tentang pendidikan. Agar memberikan gambaran yang lebih baik, perlu
adanya interaksi dengan wawancara dan observasi pada sekolah yang ada di dekat Desa
Girikerto. Selain itu diperlukan dokumentasi dan studi pustaka untuk melengkapi data
penelitian beserta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.
a. Wawancara Semi Terstruktur
Teknik ini memberikan peluang pada peneliti untuk mengarahkan jalannya
penelitian berjalan sesuai dengan apa yang peneliti inginkan dan memberikan
waktu dimana peneliti berbasa-basi dengan informan agar mencairkan suasana
dalam wawancara agar tidak terlalu kaku seperti wawancara terstruktur. Selain
itu peneliti juga menanyakan spontan untuk menggali informasi secara lebih
dalam dari interview guide yang dibuat.
b. Obervasi Non-Partisipatoris
Peneliti melakukan observasi non-partisipan ke lokasi sekolah yang ada
disekitar Desa Girikerto untuk melihat jarak antara rumah informan dengan
sekolah.
c. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data visual, yaitu berupa foto yang diambil dari
observasi beberapa sekolah yang dekat dengan Desa Girikerto. Ada pula data
audio berupa rekaman wawancara.
d. Studi Pustaka
Peneliti mencari beberapa referensi yang sesuai dengan topik atau tema yang
diteliti. Studi pustaka ini dilakukan untuk menunjang kelengkapan data dalam
penelitian dengan menggunakan sumber-sumber kepustakaan yang relevan.
9
BAB II
Deskripsi Wilayah
Desa Girikerto merupakan salah satu desa di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki 13 padukuhan. Rumah-rumah antar warga
di Desa Girikerto memiliki jarak yang cukup berjauhan, akan tetapi kita dapat menjangkaunya
dengan mudah dikarenakan secara fisik Desa Girikerto memiliki infrastruktur yang cukup baik,
hal ini dapat dilihat dari kondisi jalan yang sudah diaspal meskipun terdapat beberapa jalan untuk
menuju lokasi yang masih dalam tahap perbaikan. Sealin itu, kondisi rumah warga juga sebagian
sudah memiliki bangunan fisik yang permanen karena jarang sekali ditemukan rumah warga
yang masih gubuk atau terbuat bambu.
Secara umum, masyarakat di Desa Girikerto sebagian besar memiliki mata pencaharian
sebagai petani/peternak. Tanaman yang menjadi komoditas utama dalam pertanian adalah salak
pondoh. Apabila kita pergi ke Desa Girikerto maka kita dapat melihat banyak sekali pohon salak
pondoh di sepanjang jalan maupun di samping rumah warga. Sedangkan hewan ternak yang ada
di Desa Girikerto adalah kambing dan sebagian sapi.
Desa Girikerto memiliki potensi wisata yang bagus. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya
usaha Desa Wisata Pancoh yang dikembangkan oleh para pemudanya yann aktif melakukan
kerja bakti di desa wisata setiap akhir pekan. Selain itu, Desa Girikerto juga memiliki “Gerbang
Merapi” yang merupakan nama BUMDes Girikerto yang dibentuk dengan tujuan
mengembangkan badan usaha Desa Girikerto.
Selain itu, penduduk di DesaGirikerto memiliki latar belakang sosial-ekonomi yang
beragam dengan sebagian besar penduduknya merupakan orang asli Girikerto. Akan tetapi ada
juga beberapa dari keluarga mereka yan melakukan migrasi ke luar pulau, terutama Pulau
Sumatera, seperti adik-adik dari Bapak Sumarno yang melakukan migrasi ke Lampung dan
10
hanya akan pulang ke Desa Girikerto apabila ada hal yang penting dan mendesak seperti adanya
nkeluarga yang meningal ataupun adanya keluarga yang hajatan.
Di Desa Girikerto terdapat 5 Taman Kanak-Kanak, 4 SD Negeri dan 1 SD Swasta, 1
Sekolah Menengah Pertama dan tidak ada Sekolah Menengah Atas. Penelitian yang kita lakukan
tersebar dibeberapa padukuhan diantaranya, Padukuhan Nangsri, Padukuhan Tegal Nganggring,
dan Padukuhan Kuncen. Dari padukuhan tersebut memiliki jarak yang lumayan jauh untuk
menuju ke SMA dan Perguruan Tinggi atau Universitas.
11
BAB III
Pembahasan
Dalam penelitan ini, peneliti mewawancarai tujuh orang informan yang dilakukan di
sekitar desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Dari wawancara tersebut, peneliti
mendapatkan informasi tentang bagaimana arti pentingnya pendidikan menurut pemuda yang
ada di Girikerto, dimana pemuda yang menjadi informan peneliti berkisaran usia 17-25 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada enam hal yang berasosiasi dengan arti
pentingnya pendidikan yaitu pendidikan, apa itu?, kemudian hal kedua yang berasosiasi adalah
adanya relasi pertemanan dalam menempuh pendidikan yang dapat mendorong keinginan
mereka untuk melanjutkan pendidikan, selanjutnya hal ketiga yang berasosiasi dengan arti
penting pendidikan adalah sarana pengembangan diri, kemudian hal yang keempat adalah
asosiasi manfaat tugas sekolah untuk mendorong arti pentingnya pendidikan, kemudian yang
terakhir adalah sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini memperngaruhi bagaimana
pola pikir pemuda Girikerto.
3.1 Pendidikan, apa itu?
Di Indonesia seluruh warganya diberikan hak untuk menempuh pendidikan bahkan
dicanangkan pula pendidikan diwajibkan selama dua belas tahun. Pendidikan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, merupakan suatu langkah dimana adanya pengubahan pada sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia, dalam hal ini terdapat
berbagai upaya pengajaran dan pelatihan yang didalamnya terdapat proses, cara, dan perbuatan
mendidik. Dengan adanya pendidikan kita dapat bertahan dalam kehidupan dan tuntutan zaman
yang semakin hari semakin maju, pendidikan pun harus mengikuti perkembangan zaman agar
individu yang dihasilkan dari pendidikan tersebut menjadi individu yang dapat bertahan dalam
perkembngan zaman, pendidikan harus terus berubah untuk terus memperbaiki kekurangan yang
12
dirasakan sebelumnya, sehingga pendidikan yang kita lakukan dapat terus berkembang dari
waktu ke waktu. Artinya dalam hal ini pendidikan merupakan sebuah kebutuhan bagi seluruh
masyarakat Indonesia, utamanya untuk masa depan. Ini juga diterangkan oleh seluruh informan
kami.
“Kalo menurut saya, pendidikan itu kayak kita bisa melatih skill, terus eee mempersiapkan masa
depan" (Wulan, 2019)
Pentingnya pendidikan pada dasarnya memberikan kita pengetahuan bagaimana bersikap,
bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang pada akhirnya bisa dimanfaatkan untuk
khalayak banyak di masa depan. Tapi saat ini terdapat pergeseran pemikiran para pemuda dalam
arti penting pendidikan sendiri, apa yang terjadi sekarang ini pendidikan dianggap menjadi ajang
untuk mencari nafkah uang, uang, dan uang. Bahkan berbagai cara orang lakukan untuk
mendapatkan label sarjana agar dapat diterima pada sebuah instansi. 5 dari 7 informan kami
langsung memberi pendapat bahwa pendidikan hanya bertujuan untuk mencari kerja bukan untuk
menambah kemampuan dalam diri individu.
“Kalau saya sendiri ini, kalau mencari ilmu kan.. kan kalau setiap orang kan dituntut untuk
mencari ilmu.” (Edy, 2019)
Dari keterangan di lapangan tersebut, Edy sebagai informan tersebut menjelaskan bahwa
dalam mencari ilmu merupakan sebuah tuntutan bukan kebutuhan, kemudian ia melanjutkan
bahwa,
13
Storybox
Wulan sebagai informan kami yang sudah berkuliah di bidang kebidanan,
menuturkan bahwa pendidikan dianggap penting selain untuk melatih skill juga
menganggap bahwa saat ini adalah zaman millennial, zaman dimana semua
dapat diakses melalui teknologi canggih yang ada, ia menjelaskan apabila sudah
di zaman ini, apabila tidak mau belajar dan maunya main terus, besarnya akan
jadi seperti apa.
“Haa itu.. saya mau bercita-cita sampai S1 itu. Terus yang kedua itu, apa ya, kan kakak saya
itu kan memberi saya bocoran, kalau semisal mau kerja disini, jadi karyawan tetap terus mau
bagian ini kan, ada disana kan ada, ada yang mencari tapi syaratnya itu kan.. harus S1. Iya
untuk kepentingan pekerjaan” (Edi, 2019)
Dari keterangan data di lapangan, Edy di atas menjelaskan, ketika dia ditanya tentang
motivasi untuk melanjutkan kuliah, dia menuturkan untuk mencari kerja di Jepang seperti sang
kakak, jadi dia tidak berfikiran bahwa dalam pendidikan tersebut terdapat transfer ilmu tentang
kehidupan, tetapi orientasi dalam menempuh pendidikannya hanya pada untuk mencari kerja.
Padahal tujuan pendidikan tidak seperti itu, pendidikan penting karena ingin memanusiakan
manusia sesuai dengan teori kehidupan manusia yang baik.
Dalam storybox 1 tersebut sudah menjelaskan bahwa informan bernama Isnanto ini
menganggap bahwa pendidikan yang ia tempuh saat ini dalam beberapa hal dipergunakan untuk
mempersiapkan banyak hal di masa depan, dan juga membentuk kemampuan individu dalam
segala hal. Studi terdahulu juga menjelaskan bahwa pendidikan meningkatkan dan memperkuat
kapasitas perkembangan individu, komunitas, kelompok, lembaga, dan negara (Türkkahraman,
2012).
14
Storybox
Isnanto merupakan informan yang sudah melanjutkan kuliah di jurusan teknologi informasi. Dalam wawancara kami, ia menjelaskan bahwa pendidikan tersebut dirasa penting untuk melatih mental dan menambah pengetahuan, tetapi ia merasa bahwa materi yang ia dapat saat menempuh pendidikan belum tentu digunakan ketika bekerja nantinya, yang digunakan menurut dia hanyalah 10%. Selain itu ia juga menuturkan bahwa yang dimaksud melatih mental disini adalah ketika menempuh pendidikan di kuliah, ada yang dinamakan kegiatan praktikum, dimana menurut informan ini dirasa penting untuk melatih kerjasama tim. Dalam jurusan yang ia tempuh saat ini ia rasa kurang bermanfaat apabila dikaitkan dengan pekerjaan, karena menurutnya teknologi informasi yang ia pelajari saat ini akan berubah tiap tahunnya, apalagi ketika nanti saat ia bekerja, namun ia menuturkan bahwa konseplah yang paling penting untuk dipahami.
Sumber : https://jateng.sindonews.com/read/2138/1/sekolah-terdampak-erupsi-merapi-dilatih-mitigasi-bencana-1551103372
“ee... menurutku pendidikan itu, eee... e.... kaya kebutuhan lah mbak, nah kan aku
pernah denger sebuah quote, pendidikan itu bukanlah segala-galanya, tapi segala-galanya
butuh pendidikan” (Bayu, 2019)
Selain itu, data yang kami temukan lainnya adalah seorang informan bernama Bayu yang
berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta yang berpendapat bahwa pendidikan sudah seperti
kebutuhan menurutnya, dan ia menuturkan quote yang menjadi prinsipnya adalah pendidikan
bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya membutuhkan pendidikan. Seperti yang
diucapkan informan tersebut di atas. Kemudian ketika kami tanyai kembali bagaimana pendapat
tentang orientasi pendidikan yang hanya untuk nilai atau memang sangat dibutuhkan, ia
menjawab bahwa orientasi pendidikan memang dibutuhkan untuk setiap individu, dan ia
menomorduakan untuk masalah nilai, ia menganggap yang penting adalah proses bukan
hasilnya. Selain itu, data yang menarik dari informan yang bernama Bayu tersebut, yaitu ia
sempat merasa bingung ketika menunggu pengumuman kelulusan SBMPTN, ia mendapat
15
tawaran dengan gaji tinggi untuk bekerja mendesain animasi, kemudian ketika kami tanya
mengapa tidak mengambil tawaran tersebut, ia menjawab lebih memilih berkuliah untuk mencari
relasi agar dimudahkan ketika bekerja nantinya. Padahal tawaran tersebut sudah cocok dengan
passion nya sebagai ahli IT. Tetapi ia lebih memilih untuk tetap mencari relasi di perguruan
tinggi, sekaligus mencari ilmu.
Hasil analisis dari data di atas, menjelaskan bahwa pemuda yang dipilih sebagai
informan, 5 dari 7 pemuda memberikan pendapatnya bahwa pendidikan dianggap penting
hanyalah kebutuhan untuk mencari pekerjaan, sedangkan 2 diantaranya memberikan pendapat
bahwa pendidikan penting dilihat dari prosesnya, yaitu pendidikan dapat memberikan perubahan
pada diri individu. Karena pendidikan tidak hanya sekedar pengajaran berupa materi, namun juga
pengajaran dalam bentuk tata perilaku maupun sikap individu.
16
3.2 Sistem Pendidikan
Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”1 Pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk
mengambangkan skill-skill atau kemampuan yang dimiliki dalam diri seseorang, membentuk
watak agar menjadi lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat atau dapat juga disebut sebagai
pembelajaran sopan santun, memperoleh pengetahuan yang dapat berguna di kemudian hari, dari
tujuan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa itu semua hanya untuk mendapatkan pekerjaan
untuk menghidupi kehidupan dikemudian hari. Seperti yang dikatakan Wulan informan yang
diwawancarai saudara shita
“belajar, melatih skill mempersiapkan masa depan belajar tidak hanya di sekolah” (Wulan,
2019)
dan informan yang diwawancarai Nadia mengatakan
“Kalau saya sendiri ini, kalau mencari ilmu kan.. kan kalau setiap orang kan dituntut untuk
mencari ilmu.” (Edy, 2019)
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan media yang berupa sistem dari pemerintah
yang dapat mengatur bagaimana pendidikan tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Jika
membicarakan mengenai sistem pendidikan maka tak lepas dengan yang disebut kurikulum.
1 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3
17
pengertian kurikulum menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 yang dimaksud
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”2
Pemuda yang diwawancarai di Girikerto sebagian besar telah menjalani dua masa
kurikulum yaitu KTSP dan K13 . Berikut adalah cerita singkat mengenai KTSP dan K13, pada
tahun 2006 pemerintah mulai menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
Indonesia. Kurikulum ini menerapkan delapan standar nasional, dimana standar nasional tersebut
diatur oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Delapan standar nasional tersebut
adalah Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan
Standar Penilaian Pendidikan.3 Ditengah-tengah perjalanan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang dirasa baru akan mulai berkembang, pemerintah tiba-tiba menetapkan
kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai
diterapkan pada awal tahun ajaran 2014/2015, dimana Kurikulum 2013 ini menekankan pada
delapan standar (Standar Isi, Standar Proses, Standar Kelulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, Standar Pengelolaan dan
Standar Penilaian Kependidikan) yang semuanya itu diatur oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Dalam pelaksanaan rancangan Kurikulum 2013 dengan pembentukan
2 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 193 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP), pasal 2, ayat (1)
18
karakter sekaligus berbasis kompetensi telah mendapat persetujuan dari DPR melalui komisi X
bahwa Kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada 15 Juli 2013 kepada 6.325 sekolah yang
ada di Indonesia. Pemerintah memprioritaskan implementasi bagi sekolah RSBI dan sekolah
berakreditasi A.4 Kurikulum ini memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan mutu proses dalam
pembelajaran dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak
mulia peserta didik yang utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi
sekaligus berbasis karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.5 Dalam Kurikulum
2013 yang berbasis kompetensi dan karakter ini, Peserta didik perlu dilibatkan secara aktif,
karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan
karakter. Kami mendapatkan bahwa pemuda Girikerto tidak keberatan dengan kurikulum yang
diganti tersebut tetapi ada juga yang kesulitan karena kurikulumnya tidak jelas dan banyak
pelajaran yang banyak tidak di terapkan dalam kehidupan. Tetapi saat memperoleh kurikulum
2013 ini mereka banyak yang menjadi lebih baik karena tidak hanya mendapat penjelasan dari
guru lalu diberi pekerjaan rumah tetapi dalam kelas mereka juga dituntut aktif selama pelajaran,
jadi mereka dituntut mandiri tidak hanya tuntunan dari guru saja, yang itu biasanya menghambat
perkembagan pendidikan di Indonesia. Kami juga mendapatkan informan yang mengatakan
bahwa jika ia belajar sendiri maka nilainya akan lebih bagus dibandingkan hanya belajar di
sekolah saja.
“engga susah kan biasanya kan cuma dikasi dari guru gitu trus kita, kalau 2013 kan kita yang
aktif terus gitu tanya terus gituu” (Isnanto,2019)
“ ee... menurutku kalau yang hasil belajar yang di sekolah malah biasa aja, tapi kalau hasil
belajarku yang mandiri, yang lebih ke nggak akademik, gitu malah lebih... lebih gitu” (Bayu,
2019)
4 Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013: Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013,
(Surabaya: Kata Pena, 2013), hlm. 1395 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
Cet. III, hlm. 7
19
tetapi kami juga mendapatkan bahwa seharusnya kurikulum dilaksanakan sejak dini tidak
langsung tiba tiba diganti dengan tindakan tersebut maka banyak yang kesulitan, banyak yang
belum mengerti dan akan tertinggal seperti yang dikatakan informan kami,
“yang 2013 itu aslinya bagus tapi harus diawali dari yang kecil dulu dari SD atau dari apa
ngga bisa langsung” (Isnanto,2019)
Jika membahas tentang sistem maka tak lepas pula dengan adanya sistem wajib belajar
12 tahun yang diterapkan di Indonesia.
Wajib belajar sendiri dapat dikatakan sebagai program pendidikan minimal yang harus
diikuti oleh warga negara Indonesia sebagai bentuk tanggung jawab jadi warga Negara Indonesia
wajib melaksanakan kegiatan wajib belajar mulai dari 12 tahun yang sudah di atur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2006
Tentang Program Indonesia Pintar. Warga Girikerto yang kami wawancarai pun juga setuju
dengan adanya program wajib bellajar 12 tahun ini dikarenakan program ini juga membantu
masyarakat dalam kemudahan untuk memperoleh pekerjaan dan juga melaksanakan tujuan
nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
20
Gambar 2. Program pemerintah wajib belajar 12 tahun. sumber : suaramerdeka.com
“Setuju sih. Soalnya kan persaingan kan mas semakin ketat gitu, kalo eee mau... kerja atau mau
ndaftar kuliah kan harus punya tiga eee apa ijazah kayak SKHUN gitu” (Wulan, 2019)
Sistem pendidikan Indonesia tak lepas pula dari adanya Ujian Nasional yang diadakan di
Negara Indonesia dimana menurut H. A. R. Tilaar, Ujian Nasional merupakan upaya pemerintah
dalam mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional
pendidikan. Hasil dari Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Negara adalah upaya pemetaan
masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional6. Lalu Menurut
Syawal Gultom Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah di
Indonesia. Selain itu sebagai sarana untuk memetakan mutu berbagai tingkatan pendidikan satu
daerah dengan daerah lain7 . Sedangkan menurut Hari Setiadi, Ujian Nasional adalah penilaian
hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi.8
Pemuda Girikerto yang menjadi informan kami semuanya telah melalui Ujian Nasional sendiri
dan ada yang berpendapat bahwa Ujian Nasional itu tidak penting. ada juga yang penting tetapi
setidaknya harusnya jangan diratakan seluruh Indonesia seperti itu karena kompetensi setiap
6 H. A. R. Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjuan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta. Hal
109-110.7 Gultom, Syawal. Ujian Nasional Sebagai Wahana Evaluasi Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa.
Jurnal. Hal 5.8 Setiadi, Hari. Dampak Ujian Nasional Pada Karakter Bangsa. Jurnal. Hal 2.
21
Gambar 3. Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer. sumber : harnas.co
daerah berbeda beda tetapi tujuan dari Ujian Nasional sendiri adalah sebagai pemetaan mutu
kualitas pendidikan di suatu daerah dengan daerah lain.
3.3 Apakah sekolah untuk mencari relasi?
Manusia merupakan mahluk sosial, mahluk yang membutuhkan manusia lainnya dalam
menjalani kehidupannya. Dalam menjalani kehidupannya, manusia memiliki relasi yang
berbeda-beda dari manusia satu dengan yang lain. Dengan adanya relasi itulah manusia sangat
beragam dalam menentukan perbedaan-perbedaan yang ada dari manusia satu dengan yang lain.
Pengertian Relasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hubungan, perhubungan atau
pertalian dengan orang lain. Relasi atau hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi menurut
Michener & Delameter (dalam Hidayati, 2014:22), menjelaskan:
“Relasi sosial atau hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku)
sistematik antara dua orang atau lebih. Hubungan dalam relasi sosial merupakan hubungan
yang bersifat timbal balik antar individu yang satu dengan yang lain dan saling
mempengaruhi.”
(Dunia remaja dan hubungan teman)
Remaja merupakan masa dimana mereka suka dengan hal yang baru dan ingin
mengetahui lebih banyak dari yang mereka lihat. Rasa ingin tahu inilah yang mengembangkan
pola pikir remaja untuk mencapai masa dewasanya. Pada masa remaja, mereka lebih
mengutamakan teman sepermainannya daripada keluarga terdekat mereka. Dengan begitu remaja
22
Story box
Isnanto informan yang telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi duduk di
ruangan tengah sambil meminum teh bersama dengan kami mengungkapkan jikalau
UN itu disamaratakan seluruh Indonesia padahalkan tiap daerah beda beda kapasitas
otaknya, kompetensi nya berbeda, materinya berbeda pula
lebih mengutamakan relasi pertemanan dari pada yang lain karena merasa hubungan pertemanan
adalah segala-galanya dimata remaja.
(Hubungan teman remaja sekolah)
Adanya relasi pertemanan yang kuat, pemuda yang mayoritas pada masa remaja lebih
mengutamakan berada dalam zona teman mereka. Akan tetapi ada beberapa pemuda juga
mementingkan pendidikan yang mereka jalani dalam menimba ilmu pengetahuan. Dari hasil
wawancara informan F, dalam mengikuti sekolah formal menyukai suasana tenang saat pelajaran
berlangsung, tetapi saat pelajaran telah usai atau guru sedang keluar dari kelas mereka
menggunakan kesempatan itu untuk bercakap dengan teman yang ada di dekatnya dan akrab
dengan mereka.
Gambar 3.4.1 dan 3.4.2 Sekolah Informan F
23
Story Box
F merupakan siswa SMK Muhammadiyah 1 Sleman. Dari hasil wawancara dirumahnya, ia menyatakan bahwa suasana dalam kelas F berbeda dengan yang lain. F bahkan merasa asik dengan kelas tersebut karena suasana dalam kelas F lebih tenang dan berbeda dengan kelas lain yang ribut. Ia mengaku kelasnya tenang jika guru ada dalam kelas dan jika pelajaran sedang berlangsung.
Berdasarkan Story box () dapat terlihat bahwa informan menyukai suasana tenang saat
pelajaran dimulai. Pada saat yang bersamaan informan juga menyukai teman-teman yang ada
dalam kelas yang dapat bersikap tenang. Jika guru sudah keluar dari kelas, mereka dapat
memahami bahwa mereka dapat mengobrol dengan teman yang lain dan mendapatkat relasi yang
mereka butuhkan. Dengan suasana yang sedemikian rupa informan sangat menyukai dengan
suasana kelas tersebut.
A : “Hm... Ahahaha, menurutmu itu (kelas tenang) seru ga sih?”
F :“Ya serunya gitu mba, kalau ada guru ribut kan ga enak to mba sama gurunya.”
(Informan F, 28 April 2019)
Dari petikan wawancara diatas Informan F menilai bahwa kelas tenang adalah kelas yang
seru dan informan sangat menghargai bila guru ada di dalam kelas. Ia menilai bahwa ribut saat
kelas sangat mengganggu guru dengan kelas tenang membuat guru tidak terganggu. Hal ini
berkaitan dengan relasi guru dengan murid yaitu kelas membutuhkan guru dan seorang guru
membutuhkan murid untuk mentransfer ilmu pengetahuan ke generasi berikutnya.
Gambar 3.4.3 Suasana Ruang Kelas
Sumber: https://www.boombastis.com/kenangan-masa-sekolah/149601
24
Selain itu, dari hasil wawancara dan observasi lapangan ditemukan pemuda mencari relasi
pertemanan dalam dunia pemdidikan, ini berkaitan dengan waktu pembelajaran yang dapat
dikatakan cukup panjang. Karena waktu panjang di sekolah, pemuda dapat bercengkrama dengan
orang yang ada di lingkungan sekolah lebih lama dan menjalin relasi yang lebih lama dari teman
satu wilayah tetapi berbeda sekolah.
S : oo bingung, kalo kuliah itu menurut mas untuk apa sih mas? mas ngelanjutin kuliah itu?
[00:12:52.07]
B : kalo aku mikirnya buat cari relasi mbak [00:12:54.24] (Informan B, 1 Mei 2019)
S : oo.. trus masnya kenapa milih kuliah aja nggak kerja aja? kan udah ada tawaran sangat
menggiurkan [00:13:31.19]
B : soale e...e.. nggak tau mbak, pengen kuliah aja gitu, biar relasinya banyak
[00:13:40.00] (Informan B, 1 Mei 2019)
Ada hal menarik tentang pendidikan menurut hasil wawancara informan B, ia
mengutarakan bahwa pendidikan itu penting karena untuk menambah hubungan pentemanan.
Alasan tersebut menjelaskan bahwa informan B melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan
untuk menambah relasi yang lebih luas untuk membantu saat bekerja esok. Dalam dunia kerja,
sangat dibutuhkan adanya relasi yang luas dalam pekerjaan yang dijalani karena semua pekerjaan
memiliki hubungan dengan pekerjaan yang lain. Selain itu, variasi dalam bekerja membuat relasi
dari tiap pekerjaan sangat dibutuhkan.
(Hubungan teman dalam ekstrakulikuler/ukm)
Dalam dunia pendidikan terutama formal, sekolah memberikan wadah bagi siswanya
untuk menyalurkan bakat melalui ekstrakulikuler. Ada variasi yang dapat dipilih siswa untuk
menyalurkan bakatnya dan mendalami lebih untuk mengembangkan ilmu di luar pendidikan di
sekolah untuk menukung dalam dunia bekerja. Adanya ekstrakulikuler, selain membantu dalam
dunia bekerja juga menambah waktu dalam mencari relasi dari teman satu kelompok
ekstrakulikuler.
25
Dari story box () dapat dijelaskan bahwa, kegiatan ekstrakulikuler dari sekolah
memberikan semangat kepada peserta didik dalam mendapatkan sebuah pengetahuan dari
kegiatan diluar pembelajaran sekolah. Selain itu dengan adanya kegiatan seperti itu memberikan
waktu lebih kepada pemuda untuk mendapatkan relasi pertemanan yang memiliki kesanaan
dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dengan begitu sekolah berperan membantu pemuda dalam
mendapatkan relasi-relasi yang dibutuhkan pemuda dalam kehidupan menimba ilmu.
26
Story Box
Informan F mengikuti beberapa ektrakulikuler pada saat ia SMP,
salah satunya yang paling ia minati adalah Futsal. Ia memilih
Futsal karena hobi bermain sepak bola dan juga Futsal.
Ekstrakulikuler tersebut menyewa tempat latihan yang jarak dari
rumah informan F cukup jauh. Walaupun demikian ia sangat
semangat mengikuti kegiatan tersebut meskipun harus pergi
menjelang malam.
3.4 Tugas, Efektifkah?
Pendidikan merupakan suatu proses yang penting dalam kehidupan. Di dalam dunia
pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi tentu saja sudah tidak asing lagi dengan
pemberian sebuah tugas atau penugasan. Tugas atau penugasan merupakan suatu pekerjaan yang
diberikan dari guru atau dosen kepada siswa-nya yang bersifat wajib untuk dilakukan atau
dikerjakan, biasanya sebagai salah satu aspek yang dilihat untuk memberikan tambahan nilai
kepada siswa. Sebagian siswa ada yang senang ketika diberi tugas oleh guru atau dosennya.
Akan tetapi, seringkali pemberian tugas ini juga dianggap sebagai momok yang menyebalkan
bagi sebagian siswa yang lainnya.
Penelitian yang kami lakukan kepada pemuda di Desa Girikerto mendapatkan informasi
bahwa 3 dari 5 informan yang kami minta pendapatnya tentang tugas yang diberikan oleh guru
atau dosen megaku bahwa mereka pernah merasa malas dan kurang minat untuk
mengerjakannya. Salah satu informan juga mengatakan bahwa suka atau tidaknya ia terhadap
tugas yang diberikan itu bergantung dengan jenis tugas yang diberikan. Ia akan merasa senang
dan tertantang apabila tugas yang diberikan itu semacam penugasan pembuatan video dan ia
akan merasa malas apabila tugas yang diberikan itu berupa menulis dan analisis. Informan yang
lain mengatakan, meskipun ia merasa malas dalam hal mengerjakan tugas, akan tetapi ia selalu
27
merasa tertantang karena dengan adanya tugas maka ia akan menjadi berusaha untuk mencari
tahu lebih banyak informasi mengenai apa yang ditanyakan dan ditugaskan oleh dosen.
Story Box
Mas Edi, salah satu informan yang kami wawancarai di Desa Girikerto pada 27/04/2019
mengatakan bahwa sebenarnya dengan diberikannya tugas oleh guru dapat memberikan
pengaruh dalam kelanjutan pendidikan dan pengetahuan-pengetahuan yang didapat. Akan
tetapi, suka atau tidak sukanya ia terhadap pemberian tugas itu bergantung pada mood
(keadaan hati) nya. Ketika ia sedang ingin mengerjakannya, maka ia akan mengerjakan dan
menyelesaikannya, jika ia sedang merasa lelah maka ia akan mengerjakan tugas tersebut di
sekolah pada pagi hari sebelum dikumpulkan. Selain itu, ia juga mengakui bahwa sebenarnya
ia merasa kurang minat terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena ia lebih suka
mencari informasi melalui handphone dibandingkan dengan buku.
Berdasarkan story box di atas diketahui bahwa mood atau suasana hati ternyata dapat
berpengaruh terhadap kemauan siswa dalam mengerjakan tugas. Di samping itu, jenis penugasan
juga memiliki pengaruh terhadap minat siswa unuk mengerjakan. Penugasan yang sesuai dengan
keahlian dan kesenangannya akan membuat siswa semangat dalam mengerjakan. Akan tetapi,
penugasan yang dirasa sulit dan tidak sesuai dengan keahliannya akan cenderung membuat
mereka merasa malas. Selain itu, ternyata kurangnya motivasi yang dimiliki oleh siswa dan
kurangnya pengetahuan siswa mengenai cara belajar yang efektif serta adanya tuntutan waktu
siswa unuk bersaing merupakan penyebab mengapa siswa tidak menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Alasan mengapa guru atau dosen memberikan tugas kepada siswanya antara lain adalah
untuk mendorong siswa agar memiliki motivasi untuk membaca meskipun berada di luar kelas.
Selain itu, untuk tingkat sekolah menengah, alasan guru memberikan tugas kepada siswa adalah
karena seringkali siswa tidak memiliki kesiapan untuk menghadapi kelas sehingga kurang fokus
28
dalam menghadapi pelajaran, akhirnya guru memberikan tugas kepada siswa agar tetap dapat
belajar dan memahami materi sendiri di rumah atau di luar jam pelajaran.
Sumber foto : https://www.instagram.com/p/BkX2ffeFfJX/?igshid=f0ak32t27d5z
Sebenarnya, pemberian tugas oleh guru atau dosen memberikan beberapa manfaat untuk
siswa. Menulis merupakan sebuah proses kognitif, sehingga penugasan yang berkaitan dengan
penulisan dapat meningkakan pembelajaran dan perolehan pengetahuan oleh siswa. Ketika siswa
adalah pembelajar yang aktif, yaitu ketika siswa diminta untuk menulis bersamaan dengan
membaca materi kuliah atau materi presentasi yang lainnya, maka mereka akan menjadi jauh
lebih baik dan mampu untuk mengintegrasikan materi karena mereka dapat melihat lebih jelas
koneksi dari apa yang mereka krjakan melalui penugasan.
29
3.5. Sarana Pengembangan Diri
Mengembangkan diri menjadi hal yang penting untuk memaksimalkan potensi dalam setiap
pribadi. Hal ini dapat diperoleh dari berbagai macam usaha, salah satunya adalah dari
pendidikan. Beberapa informan yang peneliti wawancara menyebutkan bahwa pendidikan yang
mereka tempuh, tujuannya untuk mengembangkan diri. Mengembangkan diri ini berguna untuk
mengasah dan mengembangkan potensi diri perihal pengetahuan dan praktik, hingga
memperoleh pekerjaan. Mengembangkan potensi diri disini juga dikaitkan dengan
mengaktualisasi diri yang dapat mendukung potensi seseorang dalam mengembangkan dirinya
dengan memenuhi relasi yang memiliki nilai. Dari potensi diri yang didukung dengan aktualisasi
diri, memiliki kemungkinan memudahkan seseorang dalam mengembangkan bakat dari maupun
serta minat juga mendapatkan relasi didalamnya.
a) Mengasah dan Mengembangkan Potensi Diri untuk Mengaktualisasi Diri
Potensi diri merupakan kemampuan dalam diri yang memiliki kemungkinan dapat
dikembangkan. Potensi dalam diri yang dapat diasah, bisa berupa pengetahuan maupun bakat,
yang bisa diperoleh dari praktik-praktik semasa menempuh pendidikan. Seperti yang
disampaikan oleh informan Isnanto bahwa pendidikan selain untuk melatih mental, juga bisa
30
menambah pengetahuan, meski menurutnya kemungkinan hanya sebagian kecil dari pengetahuan
yang diperoleh dari menempuh pendidikan dapat digunakan dalam dunia kerja (“penting cuma
ngelatih mental sama menambah pengetahuan tapi juga kalau pas kerjanya belum tentu kepakai
juga paling cuma sepuluh persen dipakainya waktu kerja”). Mental yang terlatih saat menempuh
pendidikan yang dimaksud oleh informan Isnanto adalah ketika berada dalam suatu tugas
bersama kelompok seperti praktikum kaitannya dengan kerja sama dalam kelompok tersebut
(“kan ada kayak praktikumnya itu terus kerja sama timnya itu juga kaya gimana”).
Zaman milenial menjadi salah satu pendukung dari pentingnya mengembangkan keahlian
dalam pendidikan. Zaman milenial merupakan masa dimana kehidupan dari generasi tertentu
tidak dapat lepas dari teknologi. Zaman milenial ini merupakan zaman modern hasil dari
perkembangan zaman yang semakin maju. Salah satu informan mengaitkan zaman milenial
dengan pendidikan dalam melatih keahlian untuk mempersiapkan masa depan. Informan Wulan
menyampaikan bahwa pendidikan itu penting kaitannya dengan melatih skill atau keahlian.
Keahlian tersebut kemudian dikaitkan dengan zaman milenial yang didukung dengan
berkembangnya perindustrian (soale kan kalau pendidikan kita bisa melatih skill, terus apalagi
kan sekarang udah jaman.. eh zaman milenial. He’eh kalau kita nggak mau belajar, terus kita
main terus itu kita besok jadi mau eh.. mau jadi apa gitu kan e he’eh). Maka dari yang
disampaikan informan Wulan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan menjadi salah satu poin
penting kaitannya dengan pengembangan diri perihal keahlian dalam menyambut zaman yang
semakin maju.
Mengaktualisasi diri juga menjadi poin yang mendukung berkembangnya seseorang
kaitannya dengan penyampaian kemampuan yang kemungkinan didapatkan dari relasi.
Mengaktualisasi diri merupakan usaha melakukan pemenuhan kebutuhan seseorang dari situasi
maupun kondisi yang memberikan kesempatan serta kemungkinan untuk mengembangkan bakat
dan karier seseorang. Tahap dari aktualisasi diri menuntut kemampuan untuk menjalin koneksi
atau relasi yang memiliki nilai (Masni, 2018). Secara tidak langsung, salah satu informan
mengaitkan pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mengaktualisasi diri perihal relasi.
Informan Bayu menyampaikan bahwa informan menempuh kuliah dengan tujuan, salah satunya
untuk mendapatkan banyak relasi (pengen aja kuliah gitu, biar relasinya banyak). Selain itu,
informan Dari hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengaktualisasian diri seseorang
31
dalam pendidikan dapat dikaitkan dengan mendapatkan relasi gunanya untuk memenuhi
kebutuhan dalam suatu situasi yang kemudian dapat menjadi kesempatan untuk mengembangkan
bakat serta karier seseorang.
b) Memperoleh Pekerjaan
Dalam pendidikan, mengembangkan potensi diri berguna untuk memperoleh pekerjaan,
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan untuk kemampuan yang memadai. Mengembangkan
bakat dan minat tujuannya agar dapat belajar hingga bekerja sesuai dengan kemampuan dan
bidang yang diminati (Atabik, 2014). Kemampuan yang memadai ini bisa didapatkan dari
pendidikan di sekolah, baik pengetahuan maupun praktik. Selain hanya mendapat pekerjaan,
pendidikan tinggi dianggap dapat menjadi kualifikasi agar mendapat posisi yang bagus perihal
pekerjaan, seperti karyawan tetap. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
informan Edi Kurniawan yang memiliki cita-cita menyabet gelar sarjana untuk memenuhi
keinginannya agar dapat bekerja di bagian yang diinginkan serta menjadi karyawan tetap di
perusahaan tersebut (saya mau bercita-cita sampai S1 itu. Terus yang kedua itu, apa ya, kan
kakak saya itu kan memberi saya bocoran, kalau semisal mau kerja disini, jadi karyawan tetap
terus mau bagian ini kan, ada disana kan ada, ada yang mencari tapi syaratnya itu kan.. harus
S1). Maka dari itu, pendidikan tinggi menjadi hal yang penting dalam mengembangkan potensi
diri yang juga kaitannya dengan gelar guna mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai bakat dan
minat seseorang.
Prestasi menjadi hal yang cukup penting dalam menempuh pendidikan. Pada saat menempuh
pendidikan, prestasi ini dapat dijadikan pendukung dari berkas dalam memperoleh nilai lebih
untuk mendaftar suatu pekerjaan. Hal tersebut kaitannya dengan sertifikat dari hasil prestasi yang
didapatkan semasa menempuh pendidikan. Sesuai dengan yang pendapat informan Bayu saat
diwawancarai bahwa meraih prestasi dapat menghasilkan sertifikat yang kemungkinan akan
mempengaruhi ketika mendaftar pekerjaan (biasanya kan dapat itu mbak.. e.. sertifikat, kan
sertifikat itu bakal mempengaruhi kalau kita daftar apa itu.. kerja). Maka dari itu, mengasah
potensi diri mendukung seseorang dalam memenuhi klasifikasi mendapat pekerjaan, serta
mendukung seseorang dalam memenuhi suatu pencapaian atau prestasi yang kemudian memiliki
kemungkinan berpengaruh pada saat akan mendaftarkan diri dalam suatu pekerjaan.
32
33
Story Box 1
Isnanto merupakan seorang mahasiswa berumur 21 tahun yang kesibukannya hanya kuliah di
AKAKOM. Dalam kesehariannya, Isnanto berkuliah dengan mengendarai sepeda motor yang
berada sekitar 35 km dari rumahnya, tepatnya di daerah Janti, sebelah Utara JEC. Isnanto ini
menganggap pendidikan selain untuk menambah pengetahuan, juga dapat berguna untuk melatih
mental dalam menyelesaikan tugas di kelompok sebagai suatu tim perihal kerja sama.
Story Box 2
Putri Wulandari atau akrab dipanggil Wulan merupakan seorang mahasiswi di Akademi
Kesehatan Karya Husada dengan prodi Kebidanan. Wulan memiliki kesadaran akan pentingnya
pendidikan dalam keluarganya yang mayoritas bekerja serta menyebut bahwa pendidikan di
Girikerto sudah merata. Selain itu, Wulan juga menyampaikan bahwa pendidikan menjadi poin
yang mendukung untuk menyambut perkembangan zaman yang semakin pesat, kaitannya juga
dengan perindustrian.
Story Box 3
Bayu merupakan mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta dengan jurusan Teknologi
Pendidikan. Kesehariannya tidak hanya berkuliah, tetapi juga ia mendapat tawaran full time
sebagai ilustrator yang dianggapnya lebih menggoda dibandingkan dengan kuliah. Bayu
menyampaikan bahwa tujuannya berkuliah terlebih dahulu daripada langsung bekerja adalah
agar mendapatkan banyak relasi. Selain itu, Bayu juga mengikuti lomba-lomba yang tujuannya
untuk mendapatkan prestasi, meskipun belum pernah memenangkan perlombaan. Menurutnya,
prestasi yang didapatkan dari lomba yang dimenangkan dapat menghasilkan sertifikat untuk
digunakan sebagai pertimbangan dalam mendaftar pekerjaan.
34
Story Box 4
Edi Kurniawan atau akrab dipanggil Edi merupakan siswa SMK Negeri 3 Yogyakarta dengan
jurusan Mesin. Edi merupakan calon mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta dengan
jurusan Teknik yang diterima melalui jalur SNMPTN. Edi memiliki cita-cita untuk menuntaskan
gelar S1 untuk keluarganya, karena di keluarganya belum ada yang memiliki gelar sarjana.
Setelah menuntaskan S1, Edi ingin bekerja di Jepang sebagai karyawan tetap dengan gelar S1
yang menjadi syarat untuk dapat bekerja sebagai karyawan tetap.
35
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan sebelumnya,
kesimpulan umum yang didapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah pendidikan
dianggap penting oleh para pemuda di desa Girikerto, namun dengan orientasi mereka
pendidikan untuk pekerjaan, bukan sebagai sebuah kebutuhan mendasar untuk meningkatkan
kemampuan individu dalam menjalani kehidupan. Selanjutnya, berkaitan dengan pertanyaan dan
hipotesis penelitian, secara khusus dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dilihat dari pendidikan yang ada di Girikerto, jarak antar sekolah yang sangat jauh, tidak
menjadi penghalang para pemuda untuk menempuh pendidikan, bahkan informan bernama Bayu
setiap harinya menempuh 38 km pulang pergi hanya untuk berkuliah. Selain itu, dari hasil
jawaban informan menegaskan bahwa mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menempuh
pendidikan.
2. Dari jawaban informan, segi kurikulum yang digunakan para pendidik di Girikerto, maupun di
tempat para informan menempuh pendidikan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan
pemerintah
3. Berdasarkan jawaban informan, menurut mereka adanya relasi pertemanan yang baik
dianggap dapat mendorong semangat individu untuk menempuh pendidikan
4. Selain itu, seluruh informan bersemangat mengerjakan tugas bergantung pada jenis tugas yang
diberikan. Bahkan mereka juga bersemangat mendapat tugas atau berkuliah apabila sesuai
dengan kesukaan (passion) mereka.
36
4.2 Limitasi
Limitasi dari penelitian ini terletak pada waktu dan jumlah informan dalam penelitian.
Waktu penelitian yang kami gunakan adalah 2 hari, yaitu pada tanggal 27 April 2019 dan pada
tanggal 28 April 2019. Singkatnya waktu yang kami gunakan untuk melakukan penelitian ini
maka kami sadar bahwa terdapat banyak sekali kekurangan yang ada bai dalam data maupun dari
tekni pengambilan datanya.
Penelitian ini dilakukan di Desa Girierto, Kecamatan Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan informan sebanyak 7 orang yang memiliki latar berbeda. Informan pertama
bernama Putri Wulandari yang kini sedang menempuh semester 2 di Akademi Kesehatan Karya
Husada, informan edua bernama Febri yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Mengenah
Kejuruan Muhammadiyah 1 Slema, informan selanjutnya bernama Edi Kurniawan yang tahun ini
sudah lulus dari SMK dan akan melanjutkan ke Universitas Negeri Yogyakarta. Informan
keempat bernama Dewi yang sedang menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri, kelima
ada informan yang bernama Isnanto yang saat ini sedang menempuh dunia peruliahan, Informan
keenam bernama Luthfiana yang sedang menempuh jenjang Sekolah Menengah Kejuruan, dan
informan yang ketujuh adalah Bayu yang saat ini sedang menempuh pendidian Universitas
Negeri Yogyakarta.
Dari ketujuh informan ini pun memiliki persepsi dan sikap yang berbeda-beda terhadap
pedidikan. Karena informan yang kami wawancarai hanya terbatas jumlahnya pada 7 orang saja,
sehingga data dari penelitian ini bukan merupakan representasi dari persepsi keseluruhan
pemuda yang ada di desa Girikerto, melainkan hanya data persepsi dari 7 orang informan yang
bersangkutan.
37
4.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah kita temui maka dapat didapatkan bahwa para
pemuda Girikerto menganggap pendidikan itu penting dalam hal mencari pekerjaan dan bukan
dianggap sebagai sebuah kebutuhan mendasar dalam meningkatan kemampuan individu, dari
fenomena itu maka diperlukan sistem pendidikan yang lebih baik, sistem yang memberi tahu
jikalau pendidikan itu benar benar bermanfaat bagi kehidupan dan tak hanya untuk mendapatkan
nilai bagus ataupun hanya sekedar ijazah untuk mencari pekerjaan. Dan kita juga mendapatkan
informasi dari informan, banyak anak yang malas dengan sistem pembelajaran atau pendidikan
yang ada di Indonesia yang disebut membosankan, maka dari itu saran untuk pemerintah yang
lagi-lagi diperlukan adanya pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, supaya lebih
menyenangkan dan menambah minat belajar siswa sehingga meningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia. Saran yang kedua adalah, melihat kondisi keberadaan sekolah di kecamatan Turi
sendiri sangat jarang, dan jarak diantaranya sangat jauh maka pemerintah juga harus
memperhatikan keberadaan sekolah di daerah terpencil, dan lebih memperbanyak keberadaan
sekolah di Girikerto.
38
DAFTAR PUSTAKA
Atabik, A. (2014). Pendidikan dan Pengembangan Potensi Anak Usia Dini. 149-163.
Bhardwaj, A. (2016). Importance of Education in Human Life: a Holistic Approach.
International Journal of Science and Consciouness, 23-28.
Dynan, L., & Cate, T. (-). The Impact of Writing Assignments on Student Learning; Should
Writing Assignment be Structured or Unstructured. International Review of Economics
Education, 64-87.
E. Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya, hlm. 7
Gultom, Syawal (2012). Ujian Nasional Sebagai Wahana Evaluasi Pengembangan Pendidikan
Karakter Bangsa. Seminar Nasional yang Diselenggarakan oleh Program Pascasarjana
UNY bekerjasama dengan HEPI DI Yogyakarta. Hal 5.
H. A. R. Tilaar. (2006). Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjuan Kritis. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal 109-110.
Hidayati, D. S. 2014. “Peningkatan Relasi Sosial melalui Social Skill Therapy pada Penderita
Schizophrenia Katatonik”. Jurnal Online Psikologi, 2 (1): 17-28.
KBBI. (2019, Juni 14). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Retrieved from https://kbbi.web.id/didik
Masni, H. (2018). Urgensi Pendidikan dalam Mengembangkan Potensi Diri Anak. Jurnal Ilmiah
Dikdaya, 275-286.
Mida Latifatul Muzamiroh. (2013). Kupas Tuntas Kurikulum 2013: Kelebihan dan Kekurangan
Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena. hlm. 139
Nurkholis. (2013). PENDIDIKAN DALAM UPAYA MEMAJUKAN TEKNOLOGI. Jurnal
Kependidikan, I(1), 25-29.
39
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), pasal 2, ayat (1)
Setiadi, Hari. (2005). Dampak Ujian Nasional Pada Karakter Bangsa.
Starcher, K., & Dennis, P. (2011). Encouraging Students to Read: What Peofessors Are (and
Aren't) Doing About. International Journal of Teaching and Learning in Higher
Education, 396-407.
Türkkahraman, P. D. (2012). THE ROLE OF EDUCATION IN THE SOCIETAL
DEVELOPMENT. JOURNAL OF EDUCATIONAL AND INSTRUCTIONAL STUDIES,
2(4), 38-40.
Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat
19
Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3
Yusuf, A. (2014). Analisis Kebutuhan Pendidikan Masyarakat. Jurnal Penelitian Pendidikan ,
78.
40
LAMPIRAN
A. Pembagian Tugas
No Tugas Shifa Anisya Aulia
Shita Al-Addawiyah
Celline Nuzullita
Nadia Shafa R.
Angela Firdaus A.
1. Proposal √ √
2. Kata Pengantar dan Daftar isi
√
3. BAB I (Latar Belakang-Metodologi Penelitian)
√ √ √ √
4. BAB II (Latar Sosial) √ √
5. Sub-bab 3.1 (Pendidikan, apa itu?)
√
6. Sub-bab 3.2 (Perubahan Sistem Kurikulum )
√
7. Sub-bab 3.3 (Sarana Pengembangan Diri)
√
8. Sub-bab 3.4 (Tugas Sekolah, Efektifkah?)
√
9. Sub-bab 3.5 (Sekolah untuk cari relasi?)
√
10.
BAB IV Penutup (Kesimpulan dan Saran)
√ √ √ √
11.
Checking, Editing, dan Finishing keseluruhan
√
12.
Poster √
41
B. Mindmapping Kelompok
42
C. Mindmapping Individu
Angela Firdaus Antariksa (18/413261/SP/27978)
Celine Nuzullita Kusumabekti (18/430834/SP/28678)
43
Nadia Shafa Ratnasari (18/413249/SP/27966)
44
Shifa Anisya Aulia (18/430849/SP/28693)
45
Shita Al-Addawiyah Lampart (18/428318/SP/28527)
46