Upload
komang-ayu-ratnawati
View
370
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
1/50
i
BAHAN AJAR
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
2/50
BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS(BDKT)
OLEH :
ADI CANDRA PURNAMA
BALAI DIKLAT METROLOGI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PERDAGANGAN
DEPARTEMEN PERDAGANGAN2008
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
3/50
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah berkat tuntunan dan ridho Allah SWT, kami telah dapat
menyelesaikan penyusunan bahan ajar tentang Barang dalam Keadaan
Terbungkus bagi peserta Diklat Fungsional Penera Berjenjang Tingkat Dasar.
Bahan ajar ini ditulis sesuai dengan tingkat kebutuhan, daya serap dan latar
belakang pendidikan peserta Diklat serta berdasarkan pendekatan Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
Dalam penyajian bahan ajar ini, pembahasan materi yang meliputi materi
pokok tentang konsep dasar Barang Dalam Keadaan Terbungkus meliputi
pengertian Barang Dalam Keadaan Terbungkus, Pengawasan serta prosedur
pengujian kebenaran kuantitas dari Barang Dalam Keadaan Terbungkus.
Kepada semua pihak yang membantu terwujudnya bahan ajar ini, kami
sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya. Kami sangat mengharapkan
masukan kritik dan saran agar pada penyusunan yang akan datang lebih
dapat disempurnakan lagi.
Demikian, akhirnya semoga Allah swt meridhoi niat baik kita dalam upaya
mencerdaskan dan mentrampilkan SDM di Indonesia terutama para pejabat
fungsional Penera.
Bogor, Desember 2008
Wassalam,
Penulis
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
4/50
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................... 1
A. Latar Belakang ......................................... 1
B. Deskripsi Singkat .................................... 3
C. Manfaat Modul Bagi Peserta .................... 4
D. Tujuan Pembelajaran ............................... 4
1. Kompetensi Dasar .............................. 4
2. Indikator Keberhasilan ........................ 4
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ........ 4
BAB II. Konsep Dasar BDKT… ................................ 6
A. Latar Belakang Pentingnya Kemasan ... 5
B. Pengertian Barang dalam Keadaan terbungkus 8
C. Penerapan aturan Barang dalam Keadaan terbungkus 9
D. Rangkuman ………………………………. . 11
E. Latihan ..................................................... 12
BAB III. Pengawasan Barang dalam Keadaan Terbungkus 13
A. Pengawasan…… ..................................... 13B. Penandaan …… ...................................... 14
C. Perbuatan yang Dilarang dan Sanksi …… 15
D. Tindakan Preventif dan Represif ………… 16
E. Rangkuman ............................................. 19
F. Latihan .................................................... 20
BAB IV. Pengujian Kebenaran Barang Dal;am Keadaan Terbungkus 21
A. Pemeriksaan Penandaan ……................ 21
B. Metode Pengambilan Sampel…… ........... 20C. Pengujian Kebenaran Kuantitas BD.......... 24
D. Pengujian BDKT Cairan …… ................... 30
E. Rangkuman ............................................. 32
F. Latihan ..................................................... 32
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
5/50
v
BAB V. PENUTUP .................................................. 33
A. Kesimpulan .............................................. 33
B. Tindak Lanjut ........................................... 34
LAMPIRAN............................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 43
BIO DATA PENULIS ................................................ 44
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
6/50
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
7/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi global telah mendorong perdagangan yang
semakin efektif dan efisien baik bagi produsen maupun konsumen
dalam maupun luar negeri. Pertumbuhan yang menonjol disektor
industri manufaktur dan kegiatan perdagangan tersebut telah
mendorong baik secara langsung maupun tidak langsung
perkembangan penyelenggaraan kemetrologian. Dalam rangka
menetapkan dasar hukum pengawasan kemetrologian khususnya
pengawasan barang-barang dalam keadaan terbungkus yang
diperdagangkan perlu disesuaikan dengan perkembangan ekonomi
global.
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) merupakan produk
barang bungkusan yang dibuat dan dihasilkan oleh perusahaan untuk
mempermudah distribusi dalam pemasarannya. Perkembangan
produk yang dibungkus atau dikemas dewasa ini sudah sangat pesat,
setiap perusahaan berusaha untuk menjual atau memasarkan hasil
produksinya dalam bentuk BDKT, karena lebih efisien dalam
transaksi perdagangan. Hal ini banyak dijumpai di setiap toko,
swalayan supermarket dll.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
8/50
2 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
Upaya pengawasan BDKT sudah dilakukan sejak dikeluarkan
Ordonansi Tera 1949, namun upaya tersebut belum dapat
memberikan perlindungan kepada produsen dan konsumen secara
maksimal, Dalam rangka meningkatkan sistem pengawasan BDKT
secara efektif dan efisien serta kepercayaan konsumen pada para
pedagang/produsen saat mengadakan transaksi jual beli, maka perlu
adanya perlindungan terhadap kebenaran hasil pengukuran sehingga
tidak ada yang dirugikan.
Tujuan penyelenggaraan kemetrologian telah dituangkan di dalam
konsideran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal yang berbunyi : “ bahwa untuk melindungi
kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran
pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam
pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan
alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya”.
Guna kelancaran penyelenggaraan pengawasan BDKT perlu disusun
suatu pedoman yang diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman
pelaksanaan pengawasan BDKT.
Pedoman pengawasan BDKT sangat diperlukan agar setiap orang
yang berhubungan dengan masalah BDKT dapat memahami
mengenai apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya, bukan
saja didalam menjaga kelancaran dan kontinuitas
peredaran/pemakaian BDKT, tetapi juga agar dapat tercapai daya
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
9/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 3
guna dan hasil guna sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya.
Pada tahun 1991 Direktorat Metrologi telah menerbitkan petunjuk
pelaksanaan pengawasan BDKT namun dengan adanya perubahan-
perubahan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
masalah BDKT maka materi tersebut sudah banyak yang tidak sesuai
lagi dengan kondisi saat sekarang.
Mengingat kondisi-kondisi yang telah diuraikan di atas, maka perlu
kiranya disusun pedoman pengawasn BDKT yang baru yang
materinya disuaikan dengan perubahan dan perkembangan peraturan
perundang-undangan dibidang BDKT dan perlindungan konsumen.
Dengan adanya pedoman pengawasan BDKT ini diharapkan agar
didalam pelaksanaan pengawasan BDKT, khususnya di lingkungan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan akan dapat tercapai satu
bahasa dalam menafsirkan, memahami system dan langkah-langkah
pelaksanaan pengawasan BDKT, sehingga dapat terjamin kebenaran
BDKT serta kontinuitas arus perdagangan BDKT dalam mencapai
sasaran tertib ukur yang pada gilirannya akan dapat menciptakan
perlindungan konsumen.
B. Deskrips i Singkat
Mata diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
konsep dasar BDKT, pengawasan BDKT , serta pengujian
kebenaran Barang Dalam Keadaan Terbungkus
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
10/50
4 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
C. Manfaat Modul Bagi Peserta
Melalui modul ini peserta diklat sebagai calon penera diharapkan
dapat lebih memahami hal-hal pokok tentang konsep dasar barang
Dalam Keadaan terbungkus, tata cara pengawasan Barang Dalam
Keadaan Terbungkus serta diharapkan dapat melaksanakan
pengujian kebenaran kuantitas Barang dalam Keadaan terbungkus
baik padat maupun cairan .
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta peserta mampu
mengaplikasikan konsep dasar BDKT, pengawasan BDKT, serta
melaksanakan pengujian kebenaran Barang Dalam Keadaan
Terbungkus.
2. Indikator Keberhasilan
Peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar tentang Barang Dalam Keadaan
Terbungkus (BDKT).
2. Melakukan pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus
3. Melakukan pengujian kebenaran kuantitas Barang Dalam
Keadaan Terbungkus
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
a. Materi Pokok :
1. Konsep Dasar Barang Dalam Keadaan Terbungkus.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
11/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 5
2. Pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus
3. Pengujian Kebenaran Barang Dalam Keadaan
Terbungkus
b. Sub Materi Pokok :
1.1. Latar belakang pentingnya kemasan.
1.2. Pengertian Barang Dalam Keadaan Terbungkus
1.3. Penerapan Aturan Barang Dalam Keadaan
Terbungkus
1.1. Pengawasan.
1.2. Penandaan
1.3. Perbuatan yang dilarang dan sanksi
1.4. Tindakan preventif dan represif .
3.1. Pemeriksaan Penandaan
3.2. Metode Pengambilan Sampel
3.3. Pengujian Kebenaran Kuantitas Barang Dalam
Keadaan terbungkus
3.4. Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus Cairan
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
12/50
6 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
BAB II
KONSEP DASAR
BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
A. Latar Belakang Pentingnya Kemasan
Selaras dengan kemajuan produksi dan perdagangan, Barang
kemasan mempunyai peranan dan merupakan suatu usaha untuk
memudahkan penjualan dan transpor barang yang dijualnya. Bila
suatu barang dijual berdasarkan ukuran “berat” atau “isi” atau “jumlah”
dalam bungkusan, karena tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya
selain daripada membuka bungkusan atau akan menerima begitu saja
tentang isinya. Ukuran besar kecilnya bungkusan tidak selalu
memberikan anggapan yang benar tentang ukuran, berat bersih, isi
bersih atau jumlahnya. Tanpa memberitahukan atau menonjolkan
ukuran, berat bersih, isi bersih atau jumlah akan menimbulkan keragu-
raguan bagi pemakai barang (konsumen) dalam membeli BDKT. Oleh
karena itu perlu diwajibkan pencantuman tentang ukuran, berat bersih,
isi bersih dan jumlah yang sebenarnya terhadap Barang Dalam
Keadaan Terbungkus dengan jelas, terang serta mudah dibaca pada
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu :1. Menjelaskan pentingnya kemasan2. Menjelaskan pengertian Barang Dalam Keadaan Terbungkus..3. Menjelaskan penerapan Barang Dalam Keadaan Terbungkus
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
13/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 7
setiap kemasannya. Dibawah ini ada 3 (tiga) aspek yang
melatarbelakangi pentingnya suatu barang yang dikemas, ketiga
apkenya adalah:
Aspek Pemasaran
Dalam pemasaran memberikan kepuasan kepada konsumen
adalah salah satu cara untuk meningkatkan penjualan. Memberikan
kepuasan dilakukan antara lain dengan menaruh barang dalam
kemasan yang disukai oleh konsumen. Kemasan harus
memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mengkonsumsi
isinya. Mudah dibuka bila hendak dikonsumsi, menjadi wadah
sementara apabila isinya tidak habis sekali pakai dan mudah
disimpan. Bentuk dan penampilannya juga harus memikat. Seiring
dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dalam
menjaga lingkungan hidup (terutama di negara maju) banyak
konsumen yang menginginkan kemasan yang ramah lingkungan
dalam pengertian dibuat dari bahan yang tidak merusak lingkungan
hidup dan dapat didaurulang atau mudah dihancurkan.
Dilihat dari segi transportasi dan distribusi, sebuah kemasan harus
memberikan kemudahan dalam transportasi mulai dari titik barang
diproduksi atau dikemas sampai ke tempat akhir penyimpanan
konsumen. Kemasan harus mudah diangkut atau disusun di dalam
alat angkut oleh karena itu bentuknya harus mendukung. Sebagai
contoh ”botol” elpiji dengan penambahan pada bagian atas botol itu
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
14/50
8 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
mudah disusun di dalam truk maupun untuk diangkat. Contoh lain
adalah mi instan dalam box, jumlah bungkusan dalam box dan
bentuk serta ukuran box diperhitungkan sedemikian rupa agar
karton dapat ditumpuk dalam proses pengangkutan maupun
penyimpanan. Bahan kemasan juga harus dipilih yang tidak
gampang rusak.
a. Aspek Kesehatan
Kemasan harus dapat melindungi isinya sehingga memenuhi
persyaratan kesehatan. Hal tersebut antara lain terkait dengan
penggunaan bahan untuk kemasan. Bahan kemasan untuk obat-
obatan dan makanan/ minuman seperti daging, ikan, sayur ,
minyak goreng, air minum dan lain-lainnya harus melalui proses
tertentu agar tidak meracuni isinya.
b. Aspek Hukum
Kemasan harus memenuhi ketentuan dan bisa mengakomodasi
ketentuan beberapa peraturan perundang-undangan yang antara
lain mengatur tentang:
- Penulisan isi bersihnya.
- Penulisan informasi yang berkaitan kesehatan.
- Label halal.
- Label Standar Nasional Indonesia (SNI).
- Label tentang keamanan/keselamatan.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
15/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 9
Bentuk dan bahan kemasan harus memungkinkan untuk penulisan
atau pelabelan hal-hal yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan.
B. Pengertian Barang Dalam Keadaan Terbungkus
Pengertian dari Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) adalah
barang yang ditempatkan dalam bungkusan atau kemasan tertutup
yang untuk mempergunakannya harus merusak pembungkusnya atau
segel pembungkusnya. Merusak pembungkus atau segel adalah
upaya paksa untuk mengambil sebagian atau seluruh isinya dari
BDKT dimaksud, disini proses merusak selain bertujuan untuk
penggunaan isi dari BDKT tersebut juga untuk pengujian isi kebenaran
dari BDKT tersebut apakah isi bersihnya sesuai dengan etiket/label
dan kuantitas nominalnya sama dengan yang tertulis pada label.
Salah satu kegunaan pembungkus adalah untuk melindungi isinya dari
kerusakan, pencurian dll. Untuk itu kemasan BDKT biasanya dibuat
secara permanen dan mudah kelihatan bila rusak. Dalam kaitannya
dengan metrologi/BDKT kemasan dilihat dari sisi fungsinya untuk
melindungi kebenaran isinya.
Sedangkan pengertian etiket/label adalah keterangan yang
ditempelkan/dicantumkan pada BDKT bertuliskan data yang
diperlukan sesuai ketentuan sehingga label harus berisi keterangan/
informasi yang diperlukan oleh konsumen. Informasi yang diperlukan
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
16/50
10 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
oleh konsumen sebagian merupakan kewajiban yang diatur oleh
peraturan perundang-undangan sesuai dengan masing-masing
bidang.
C. Penerapan Aturan Barang Dalam Keadaan Terbungkus
Penerapan pengawasan BDKT selanjutnya bukan hanya berlaku
terhadap barang kemasan yang pengertian secara harfiahnya selalu
harus merusak cara menggunakan isinya tetapi juga terhadap barang
yang dinyatakan dalam jumlah ataupun ukuran dalam label atau
etiketnya.. Penerapan aturan BDKT ini berlaku bagi :
1. BDKT yang penetapan harganya didasarkan atas ukuran atau
takaran atau timbangan yang ukuran bersih, isi bersih, berat bersih
atau netto-nya sama dengan atau lebih dari 5 mm, 5 mL atau 5
gram.
Contoh : kopi sachet, tabungLPG, minuman botol, minyak goreng
kemasan, mie kemasan, dan lain sebagainya.
LPG 3 kg Minuman Botol
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
17/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 11
2. BDKT yang penetapan harganya tidak didasarkan atas ukuran,
takaran, atau timbangan, tetapi dalam menyatakan isinya harus
dicantumkan dalam jumlah hitungan.
Contohnya : rokok, teh celup,permen, dll.
3. Barang-barang yang secara nyata tidak dibungkus, tetapi
penetapan barangnya berdasarkan satu kesatuan ukuran.
Contoh : kertas, buku tulis, cd, paku, batangan besi, kabel dll
yang telah dipotong-potong terlebih dulu berdasarkan
ukuran tertentu.
4. BDKT yang isinya makanan atau minuman yang menurut
kenyataannya tidak mudah basi atau tahan lebih lama dari 7 (tujuh)
hari.
Contoh : Banyak dijumpai akhir-akhir ini terutama dalam
masyarakat kota atau yang dijual disupermarket.
Jumlahhitungan
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
18/50
12 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
D. Rangkuman
Perkembangan produk yang dibungkus atau dikemas dewasa ini
sudah sangat pesat, setiap perusahaan berusaha untuk menjual atau
memasarkan hasil produksinya dalam bentuk BDKT, karena lebih
efisien dan efektif dalam pemasarannya, lebih mempunyai daya jual,
lebih terjamin dari segi kesehatan, serta terjamin dari segi hokum
karena memenuhi ketentuan sehingga sah dan terjamin kebenaran
kuantitasnya dan sah digunakan dalam transaksi perdagangan.
Untuk hal itu maka aturan penerapan ketentuan pelabelan pada
Barang Dalam Keadaan Terbungkus diberlakukan bukan hanya
terhadap barang yang dibungkus dan dikemas secara tertutup atau
disegel tetapi juga diberlakukan terhadap barang yang secara nyata
dinyatakan jumlah ukuran, kuantitas dan kesatuan ukurannya.
E. Latihan
1. Sebutkan aspek – aspek yang melandasi pentingnya
penggunaan kemasan dalam produk barang dagangan ?
2. Jelaskan pengertian dari Barang dalam Keadaan Terbungkus?
3. Penerapan Barang Dalam Keadaan Terbungkus tidak hanya
berlaku pada barang disegel atau tertutup saja,jelaskan ?
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
19/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 13
BAB III
PENGAWASAN
BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
A. Pengawasan
Dalam pengawasan barang dalam keadaan terbungkus hal – hal
pokok yang perlu diatur adalah subyek, obyek, dan tempat
pengawasan.
i. Subyek Pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus
(BDKT) meliputi semua barang kemasan yang disimpan,
diedarkan ditawarkan atau dipamerkan untuk dijual di dalam
negeri.
ii. Obyek Pengawasan BDKT meliputi kebenaran penandaan ,
kebenaran ukuran, isi bersih, berat bersih atau jumlah
hitungannya.
iii. Tempat-tempat pengawasan terhadap kebenaran penandaan
kebenaran ukuran bersih, isi bersih, berat bersih atau jumlah
hitungan barang dalam bungkusan dapat dilakukan : di tempat
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu :1. Menjelaskan pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus.2. Menjelaskan penandaan pada kemasan Barang Dalam Keadaan
Terbungkus..3. Menjelaskan perbuatan yang dilarang dan sanksi penyitaan
4. Menjelaskan tindakan preventif dan represif yang bisa dilakukan oleh penera.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
20/50
14 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
pengemasan, di agen, di distributor, di gudang, dan di
laboratorium Metrologi.
Pengawasan terhadap kebenaran ukuran bersih, isi bersih, berat
bersih dan jumlah hitungan barang dalam bungkusan dapat juga
dilakukan di tempat penjualan jika adanya keluhan konsumen
atau ditemukan adanya kecurangan tentang kekurangan dari
batas kesalahan yang diizinkan atau yang bersifat razia dari
BDKT yang bersangkutan.
B. Penandaan
Semua Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) yang
pembungkusnya atau proses pembungkusannya dilakukan di dalam
negeri, yang diedarkan, dijual, ditawarkan atau dipamerkan untuk
dijual di dalam negeri wajib ditandai dengan suatu keterangan pada
kemasannya yang menyatakan :
Nama barang dalam bungkusan;
Ukuran, isi atau berat bersih atau netto dengan satuan atau
lambang satuan Sistem Internasional (SI);
Jumlah barang dalam bungkusan, jika barang itu dijual
dalam hitungan;
Nama dan tempat perusahaan yang memproduksi atau
yang membungkus.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
21/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 15
Sedangkan jika BDKT tersebut berasal dari luar negeri atau diimpor
maka ketentuan penandaannya :
Jika BDKT-nya tidak dilengkapi sebagaimana butir diatas,
maka importir/agen wajib melengkapinya dengan keterangan
sesuai point diatas;
Menggunakan satuan atau lambang satuan bukan SI, maka
importir/agen wajib mencantumkan konversi satuannya
kedalam system SI yang berlaku di Indonesia.
Keterangan yang tercantum dalam BDKT harus dicetak langsung
pada pembungkusnya atau dapat berupa etiket yang dicetak, distensil
atau diketik yang dilekatkan pada barang atau bungkusan itu sendiri
dengan singkat, jelas, kontras dibuat dengan angka dan huruf cetak
latin serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Atas barang dalam keadaan terbungkus yang penetapan harganya
didasarkan pada takaran atau timbangan, dalam menyatakan isi
bersih atau berat bersihnya harus dicantumkan kata “Isi Bersih” atau
“Netto”. Ketentuan ini dikecualikan atas barang dalam keadaan
terbungkus yang isi bersih atau berat bersihnya sama dengan atau
kurang dari 20 mL atau 25 gram.
C. Perbuatan yang Dilarang dan Sanksi
Perbuatan yang dilarang dalam transaksi perdagangan untuk BDKT
ialah dilarang menjual, menawarkan untuk dibeli atau
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
22/50
16 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
memperdagangkan dengan cara apapun juga semua BDKT, yang
tidak memenuhi rumusan butir B diatas. BDKT penandaannya harus
jelas dan mudah dibaca, menggunakan huruf cetak latin dan angka
yang ukurannya sepadan dengan luas etiket/label serta sesuai
dengan kenyataan dan tidak menyesatkan, menggunakan satuan
Sistem Internasional (SI) dan apabila penulisan lambang satuan
dalam bentuk jamak tidak perlu diberi tambahan huruf “s” di belakang
lambing satuan. Apabila dari penulisaan dalam label BDKT salah satu
dari syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, maka dapat dikatagorikan
pelanggaran terhadap penandaan BDKT.
Selain dari segi penandaan, hal yang dilarang dalam transaksi BDKT
adalah dari segi kuantitas BDKT itu sendiri, dimana dilarang menjual,
mengedarkan , menawarkan untuk dibeli atau memperdagangkan
dengan cara apapun juga, semua BDKT yang ukuran, isi bersih, berat
bersih atau jumlah hitungannya kurang daripada yang tercantum
pada bungkus atau labelnya. BDKT sebagaimana dimaksud adalah :
BDKT yang nyata-nyata setelah dilaksanakan pengujian kebenaran
kuantitas hasilnya ditolak atau tidak memenuhi batas toleransi yang
diizinkan dari nilai kuantitas yang tercantum dalam kemasan.
Sanksi berupa penyitaan terhadap barang bukti BDKT yang
mempunyai kesalahan penandaanya serta tidak lolos waktu pengujian
kebenaran kuantitas dapat dilakukan ditempat sebagai berikut :
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
23/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 17
a. Kalau berada di perusahaan, tempat pengemasan dapat
dilakukan penyitaan minimal sejumlah 5 (lima) bungkus dan
maksimal 125 (seratus dua puluh lima) bungkus dari setiap jenis
produksi/BDKT.
b. Kalau berada di tempat agen, distributor, tempat penjualan eceran
dapat dilakukan penyitaan minimal 2 (dua) bungkus dan maksimal
10 (sepuluh) bungkus dari setiap jenis BDKT dengan
memperhatikan kondisi di tempat kejadian.
Penyitaan barang bukti BDKT harus dapat mewakili jumlah
kepentingan pengujian BDKT tersebut.
Selanjutnya penyegelan terhadap BDKT yang merupakan sisa dari
jumlah yang disita dapat dilakukan apabila terjadi adanya penolakan
hasil pengujian BDKT,dimana penyegelan harus sesuai dengan tata
cara KUHAP yaitu :
a. Penyegelan dapat dilakukan hanya terhadap BDKT yang
hasil pengujiannya ditolak dan betul-betul penyimpangan
tersebut akan diproses ke Pengadilan.
b. Penyegelan harus memperhatikan serta memperhitungkan
kondisi BDKT nya, misal BDKT harus betul-betul aman dan
tidak merubah.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
24/50
18 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
D. Tindakan Preventif dan Represif
Terhadap perusahaan, agen, importir, serta pengecer yang telah
melakukan pelanggaran mengenai kebenaran kuantitas dan
penandaan, terdapat dua tindakan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Tindakan Preventif
Tindakan preventif terhadap pelanggaran BDKT dapat dilakukan
apabila memenuhi salah satu kriteria :
a. Belum pernah dilkakukan pembinaan terhadap
produsen/pengemas BDKT;
b. Belum pernah diperingatkan;
c. Bukan merupakan BDKT yang diadukan oleh konsumen.
Bentuk penindakan preventif adalah :
- Perusahaan pengemas, penjual atau pemegang kuasa atas
BDKT membuat pernyataan tertulis;
- Perusahaan pengemas, penjual atau pemegang kuasa atas
BDKT diperingatkan secara tertulis.
b. Tindakan Represif
Tindakan represif terhadap pelanggaran BDKT dapat dilakukan
apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan pengemas BDKT sudah pernah diperingatkan
sebanyak 2 kali;
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
25/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 19
b. BDKT yang diadukan konsumen dan ternyata terbukti
kuantitasnya kurang.
E. Rangkuman
Dalam pengawasan BDKT terdapat dua hal penting yang harus
dilakukan seorang penera jika menemui BDKT yang secara nyata
tidak memenuhi ketentuan penandaan maupun kebenaran kuantitas
yaitu melakukan tindakan secara preventif dan represif. Tindakan
preventif sifatnya lebih mengarah ke penyuluhandan pembinaan
mengenai pelaksanaan pengawasan BDKT, sedangkan tindakan
represif juga perlu dilakukan jika memang tindakan preventif tidak bisa
lagi dilakukan, jika hal ini terjadi maka pelaksanaan tindakan represif
dapat berupa sanksi hukum yang berlaku di negara kita. Pada
prinsipnya kedua hal tindakan tersebut adalah bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari ketidakbenaran kuantitas BDKT yang
beredar dimasyarakat, disini sebenarnya manfaat pengawasan BDKT
juga berpihak ke produsen BDKT yaitu jika kebenaran kuantitas dan
penandaan kemasan sesuai dengan ketentuan yang ada maka secara
tidak langsung kepercayaan masyarakat terhadap produk BDKT akan
semakin besar dan dapat juga meningkatkan produksi maupun
keuntungan.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
26/50
20 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
F. Latihan
1. Jelaskan ketentuan penandaan yang harus dicantumkan dalam
kemasan BDKT ?
2. Jelaskan dua tindakan yang harus dilakukan terhadap BDKT yang
secara nyata telah melanggar ketentuan kebenaran kuantitas
BDKT?
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
27/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 21
BAB IV
PENGUJIAN KEBENARANBARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
Dalam penerapan pengawasan BDKT terdapat dua hal pokok yang harus
dilaksanakan yaitu pemeriksaan penandaan yang tercantum dalam
kemasan BDKT serta pengujian kebenaran terhadap kuantitas,isi, maupun
satuan ukuran dari BDKT.
A. Pemeriksaan penandaan
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap BDKT sebelum dilakukan
pengujian kebenaran kuantitas, dimana pemeriksaan ini adalah
melihat dan memeriksa suatu keterangan yang tercantum pada
kemasan BDKT yang menyatakan :
Nama barang dalam bungkusan;
Ukuran, isi atau berat bersih atau netto dengan satuan atau
lambang satuan Sistem Internasional (SI);
Jumlah barang dalam bungkusan, jika barang itu dijual
dalam hitungan;
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu :1. Melakukan pemeriksaan pelabelan Barang Dalam Keadaan Terbungkus.2. Melakukan pengujian kuantitas kebenaran Barang Dalam Keadaan
Terbungkus padat.3. Melakukan pengujian kuantitas kebenaran Barang Dalam Keadaan
Terbungkus cair.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
28/50
22 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
Nama dan tempat perusahaan yang memproduksi atau
yang membungkus.
Pemeriksaan dilakukan dengan mencocokan semua keterangan yang
tercantum dalam kemasana dengan keadaan sebenarnya dari BDKT
dimaksud.
B. Metode Pengambilan Sampel
Pelaksanaan pengawasan BDKT yang utama adalah pengujian
kebenaran terhadap kuantitas dari BDKT itu sendiri, pengujian ini
dilaksanakan terhadap BDKT padat, cair dan gas. Yang satuannya
dinyatakan dalam ukuran berat atau volume. Pengujian kebenaran
kuantitas BDKT metode yang digunakan adalah dengan metode
pengujian sampling,dimana jumlah BDKT yang diuji adalah hanya
jumlah sampel yang diambil secara acak dari jumlah lot yang
diproduksi, hal ini dilakukan dengan pertimbangan tentunya akan lebih
rumit baik dari segi waktu maupun biaya jika pengujian dilakukan
terhadap semua BDKT yang diproduksi. Hal – hal yang menjadi acuan
untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan adalah jumlah lot
dari BDKT yang diproduksi perusahaan, dimana persyaratan BDKT
dalam lot harus memiliki :
Kuantitas nominal yang sama;
Bentuk/desain yang sama;
Kualitas yang sama.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
29/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 23
Alat timbang / timbangan yang digunakan untuk menguji kuantitas
nominal BDKT sesuai dengan ketentuan yaitu alat timbang dengan
nilai skala maksimum sebagai berikut :
Tabel 1
Bruto BDKT [g] Skala terkecil [g]
Kurang dari 25
25 s/d 1000
1001 s/d 5000
5001 dan lebih
0,01
0,1
1,0
2,0
Alat timbang yang digunakan untuk pengujian kuantitas BDKT
sebelum digunakan harus dicocokkan terlebih dahulu dengan anak
timbangan kelas F2.
Pengambilan sampel di tempat pengemasan dilakukan setelah BDKT
tidak mengalami penyusutan dan pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan tidak sistimatik. Jumlah sampel untuk kepentingan pengujian
dengan metode sampling acak ditentukan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Tanpa Merusak
Tabel 2
Ukuran LotJumlahSampel
Jumlah BDKTyang mempunyai
kesalahan negatif
Faktor Keamanan
N n Diterima(c)
Ditolak (d) K
100 s/d 500
501 s/d 3200
3201 s/d lebih
50
80
125
3
5
7
4
6
8
0,379
0.295
0,234
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
30/50
24 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
b. Pemeriksaan Dengan Merusak
Tabel 3
Ukuran Lot JumlahSampel
Jumlah BDKTYang mempunyaiKesalahan negatif
Faktor kesalahan
N n Diterima (c) Ditolak (d) k
100 s/d 500
501 s/d 3200
3201 s/d lebih
8
13
20
0
1
1
1
2
2
1,237
0,847
0,640
c. Apabila ukuran lot (N), lebih kecil dari 99, diatur sebagai berikut:
Tabel 5
UkuranLot
JumlahSampel
Jumlah BDKT yang mempunyaikesalahan negatif
Faktor kesalahan
N n Diterima(c)
Ditolak (d) k
50 s/d 99
15 s/d 49
15
25
15
100 %
1
0
0
2
1
1
0,558
0,762
0,762
C. Pengujian Kebenaran Kuantitas BDKT
Dalam pengujian kebenaran kuantitas BDKT prosedur pengujiannya
mengacu ke Rekomendasi OIML R87 Edisi tahun 2004 “Quantity of
product in prepackages”. Dimana prosedur pengujiannya adalah
sebagai berikut :
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
31/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 25
1. Menentukan ukuran lot BDKT yang akan diuji berdasarkan
informasi dari produsen atau importer jika BDKT dari luar negeri.
2. Menentukan ukuran sampel yang mewakili sesuai dengan ukuran
lot BDKT yang akan diuji, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(lihat table 6 dibawah).
Table 6
Ukuran Lot UkuranSampel
Faktor KoreksiSampel
n
t 11
Jumlah BDKT
yang mempunyai
kesalahan negative
100 s/d 500 50 0,379 3
501 s/d 3200 80 0,295 5
> 3200 125 0,234 7
3. Menentukan sampel BDKT yang akan diuji secara acak,
sehingga peluang setiap sampel mempunyai peluang yang sama
besarnya.
4. Menentukan Batas Kesalahan (T) kuantitas nominal dari produk
BDKT yang diuji sesuai dengan ketentuan yang berlaku, lihat
tabel 7 dibawah :
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
32/50
26 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
Tabel 7
Kuantitas Nominal Produk(Qn) dalam g atau mL
Batas Kekeliruan (T)a
Persen dari Qn g atau mL
0 s/d 50 9 -
50 s/d 100 - 4.5
100 s/d 200 4.5 -
200 s/d 300 - 9
300 s/d 500 3 -
500 s/d 1000 - 15
1000 s/d 10 000 1.5 -
10000 s/d 15000 - 15015000 s/d 50000 1 -
a Nilai T akan dibulatkan 1/10 g atau mL untuk nilai Qn 1000 g atau mLdan untuk nilai Qn > 1000 g atau mL.
Kuantitas Nominal (Qn)
dalam panjang
Persen dari Qn
Qn 5 m Tidak ada batas kekeliruan
Qn > 5 m 2
Kuantitas Nominal (Qn) dalam Luas
Persen dari Qn
Semua nilai Qn 3
Kuantitas Nominal (Qn)
dalam kuanta
Persen dari Qn
Qn 50 item Tidak ada batas kekeliruan
Qn 50 item 1 b
b Menghitung nilai T dengan mengalikan kuantitas nominal dengan 1%dan dibulatkan ke nilai diatasnya. Nilai tersebut mungkin akan lebih besar
dari 1% karena dibulatkan tetapi hal ini dapat diterima karena menyangkutkeutuhan item produk tersebut yang tidak dapat dibagi.
5. Menentukan ketidakcukupan BDKT atau ketidaksesuaian jumlah
BDKT yang diijinkan untuk mempunyai kesalahan sesuai dengan
tabel 7 kolom 4 diatas, biasanya disebut dengan kesalahan negatif.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
33/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 27
- Suatu ketidaksesuaian pada BDKT dipakai untuk mengetahui
apakah kuantitas sebenarnya lebih kecil dibandingkan dengan
kuantitas nominalnya yang sudah dikurangi toleransinya (lihat
Tabel 7) disebut kesalahan negative T1.
- Suatu ketidaksesuaian pada BDKT dipakai untuk mengetahui
apakah kuantitas yang sebenarnya lebih kecil dibandingkan
dengan kuantitas nominalnya yang sudah dikurangi dengan
dua kali nilai toleransi dari kuantitas nominal (lihat table 7)
disebut kesalahan T2.
6. Menentukan rata-rata berat tara / average tarre weight (ATW)
dari BDKT yang diuji. Tara disini adalah berat kemasannya atau
pembungkusnya.
7. Mengukur dan mencatat berat dari setiap sampel BDKT dan
menentukan kesalahan setiap individu masing-masing sampel.
BDKT yang ditimbang adalah produknya dengan kemasannya
atau berat kotornya (Gross weight)
8. Menentukan kuantitas aktual dari masing-masing sampel dengan
mengurangkan dengan taranya yaitu :
Berat Kotor BDKT - Berat rata-rata Tara = Berat bersih
atau
Gross weight - ATW = Netto
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
34/50
28 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
9. Menentukan Kesalahan individual masing –masing sampel
BDKT, dengan cara mengurangkan dengan berat nominal /
Quantity Nominal (Qn) BDKT yang tertulis dalam kemasannya.
Netto - Qn = Kesalahan masing-masing sampel
Contoh : Misal penimbangan sampel BDKT dengan kuantitas
nominalnya
Qn = 500g dan ATW = 8 g, menentukan kesalahan
sampelnya adalah sbb:
GrossWeight
ATW AktualKuantitas(Netto)
KuantitasNominal
(Qn)
Kesalahanindividualsampel
(1) (2) (3) = (1) – (2) (4) (5) = (3) – (4)
510 g 8 g 502 g 500 g + 2 g
506 g 8 g 498 g 500 g -2 g
10. Menentukan hasil pengujian sampel BDKT apakah memenuhi
persyaratan untuk dapat dikatakan lolos pengujian.
Ada tiga (3) persyaratan untuk sampel yang diuji dapat
memenuhi persayaratan sehingga lot dari BDKT dapat lolos uji
kebenaran kuantitas BDKT, yaitu :
I. Ketentuan pertama : “ Rata – rata dari Berat aktual (netto
weight) sampel tidak boleh kurang atau lebih kecil dari
Kuantitas Nominal (Qn) dari BDKT yang diuji”.
Jika memenuhi maka selanjutnya adalah:
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
35/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 29
- Menentukan total kesalahan individu BDKT atau Total
Pre-package Error (TPE) dengan cara menjumlahkan
semua kesalahan individu dari sampel BDKT.
- Membagi TPE dengan jumlah sampel (n) untuk
menghitung rata-rata kesalahan (AE = average error )
Jika AE positif berarti BDKT yang diuji lolos ketentuan
pertama
Jika AE negative berarti harus dilanjutkan dengan
menghitung nilai batas kesalahan sampel (SEL =
sample error limit)
Cara menghitung SEL :
a. Menentukan standar deviasi dari sampel (s)
b. Menghitung Batas kesalahan sampel (SEL)
dengan mengalikan standar deviasi sampel (s)
dengan factor koreksi sampel (Sample Corection
Factor = SCF) seperti ditunjukkan pada tabel 6
kolom 3.
SEL = standar deviasi sampel x Faktor Koreksi
Sampel
c. Jumlahkan SEL dengan AE :
Jika jumlahnya bernilai positif, sampel lot
pemeriksaan dinyatakan lolos
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
36/50
30 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
Jika jumlahnya bernilai negative , sampel lot
pemeriksaan dinyatakan gagal.
II. Ketentuan Kedua : “ Persentase BDKT dalam sampel yang
kuantitas produknya lebih kecil dari Qn-T harus kurang dari
2,5% atau juga berarti lot pemeriksaan BDKT akan ditolak
jika sampel mengandung BDKT yang didalamnya tidak
sesuai dengan kuantitas BDKTnya atau T1 melebihi
persyaratan dalam tabel 1.
III. Ketentuan Ketiga : “ Bahwa suatu lot pemeriksaan harus
ditolak jika terdapat satu atau lebih BDKT yang tidak sesuai
dengan sampel yang kuantitas produknya lebih kecih
dibandingkan T2
D. Pengujian BDKT Cairan
Dalam pengujian BDKT yang berbentuk cairan atau BDKT yang
massa nominalnya dinyatakan dalam volume (biasanya dalam ml
atau liter), sementara metode yang praktis dan mudah
pelaksanaanya adalah menggunakan metode penimbangan seperti
dalam BDKT bentuk padat. Untuk itu perlu terlebih dahulu
mengkonversi volume dari isi BDKT tersebut kedalam berat atau
massa. Kemudian untuk memperoleh volume yang sebenarnya
berdasarkan hasil pengukuran dengan cara penimbangan harus
dikonversikan dari satuan massa ke satuan volume. Untuk
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
37/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 31
mengkonversi bentuk volume kedalam berat adalah dengan
menggunakan rumus :
= W / V
Dimana : = massa jenis (g/ml)
W= berat (g)
V = volume (ml)
Jenis (density)
Untuk itu sangat penting untuk mengetahui terlebih dahulu berat jenis
atau density dari cairan BDKT yang akan dilakukan pengujian :
Cara untuk mengetahui berat jenis dari BDKT adalah :
1. Dengan menggunakan data yang ada dari perusahaan
pembuatnya, dimana datanya harus tertelurus dan dapat dijamin
keakuratannya.
2. Dengan melakukan pengujian terhadap cairan BDKT yang akan
diuji untuk mengetahui berta jenisnya, dimana cara pengujiannya
dengan densitometer atau picnometer.
Sebagai contoh misal BDKT suatu minuman jus apel diketahui
mempunyai berat jenis 1,0469 g /ml dan berat nominalnya sesuai label
adalah 2000 ml, berapakah beratnya :
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
38/50
32 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
Jawab :
W = V = 1,0469 . 2000 = 2093,8 g
Dalam cerapannya pengujiannya biasanya setelah berat netto dari
BDKT cairan diketahui maka netto dalam volumenya juga ditulis, yaitu
dengan membagi berat netto dengan berat jenisnya.erapan
E. Rangkuman
Prosedur pengujian kebenaran kuantitas BDKT ditentukan sebagai
dasar acuan untuk mengetahui suatu produk BDKT yang diproduksi
oleh suatu perusahaan apakah telah memenuhi semua ketentuan
tentang BDKT baik ketentuan pelabelan maupun ketentuan tentang
kebenaran kuantitas isinya. Kebenaran kuantitas yang sesuai dengan
yang tercantum dalam label bukan hanya untuk BDKT bentuk padat
tetapi juga berlaku untuk BDKT bentuk cairan. Oleh karena itu
seorang penera juga harus mampu melakukan konversi volume cairan
BDKT ke dalam bentuk bersatuan massa atau berat.
F. Latihan
1. Jelaskan persamaan BDKT yang diajadikan sampel dalam satu lot
produksi ?
2. Jelaskan bagaimana mengkonversi satuan dalam volume ke dalam
satuan dalam bentuk berat ?
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
39/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) merupakan produk
barang bungkusan yang dibuat dan dihasilkan oleh perusahaan untuk
mempermudah distribusi dalam pemasarannya. Perkembangan
produk yang dibungkus atau dikemas dewasa ini sudah sangat pesat,
setiap perusahaan berusaha untuk menjual atau memasarkan hasil
produksinya dalam bentuk BDKT, karena lebih efisien dalam
transaksi perdagangan.
Pengawasan BDKT disaat ini adalah merupakan tantangan yang berat
bagi jajaran kemtrologian sebab perkembangan teknologi mau tidak
mau juga mendorong juga meningkatkan keberagaman jenis barang
kemasan yang pada ujungnya setiap penera harus mampu melakukan
pengawasan BDKT dengan baik guna menuju tertib ukur di segala
bidang. Selain pengawasan, pembinaan dan penyuluhan tentang
BDKT juga menjadi tantangan bagi penera sebab masih banyak
perusahaan produsen BDKT yang belum memahami sepenuhnya
peraturan tentang Barang Dalam Keadaan Terbungku. Dengan
kemauan dan berpedoman pada peraturan yang ada maka
diharapkan ketertiban dan kebenaran kuantitas dari setiap barang
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
40/50
34 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
kemasanm yang beredar di negara kita dapat terjamin dan
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
B. Tindak Lanjut
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perdagangan yang
berhubungan dengan barang kemasan, maka merupakan
tantangan bagi penera untuk selalu menkaji dan mengolah setiap
metode pengujian yang ada di negara-negara lain. Dengan
menggunakan metode pengujian yang baik dan terukur tentunya
keakuratan hasil pengujian kebenaran kuantitas BDKT akan dapat
dipertanggungjawabkan.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
41/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 35
LAMPIRAN
Cerapan Pengujian BDKT
A. Informasi UmumNama Produk :
_______________________________________________________Merk Dagang :
_______________________________________________________Diproduksi oleh :
_______________________________________________________Kapasitas produksi/jam :
_______________________________________________________Diuji oleh :1.
_____________________________________________________ 2.
_____________________________________________________Lokasi Pengujian :
______________________________________________________Tanggal Pengujian :
______________________________________________________
B. Informasi LabelNetto (Qn) : ______
C. Informasi PengujianBKD : T1 : ______________
T2 : ______________Faktor Keamanan (k) : _____________________Rata-rata Berat Tara (ATW) : _____________________
D. Tabel Hasil Pengujian(terlampir)
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
42/50
36 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
43/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 37
BERITA ACARA
Pada hari in ……………….. tanggal ……………… bulan ……………
tahun ……………………………….., kami :
Nama : , NIP :
Pangkat : , Jabatan :
Pada kantor Direktorat Metrologi/………………………………………..
Berdasarkan :
1. Pasal 22, 23, 24, 29, dan31 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10/1987 tentang Satuan
Turunan, Satuan Tambahan dan Satuan Lain yang berlaku;
3. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :
61/MPP/Kep/2/1998 dan No. 251/MPP/Kep/6/99;
4. Surat Perintah Tugas Nomor :
Telah mengadakan pengujian terhadap Barang Dalam Keadaan
Terbungkus (BDKT) berupa
………………………………………………………………...
yang diproduksi oleh :
…………………………………………………………
dengan hasil sebagai berikut :
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
44/50
38 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
NoNamaBDKT
NettoSesuaiLabel
JumlahSampelyang
diambil
Hasil Pengujian
PenandaanLabel
Kuantitas Nominal
Salah
Benar
Ditolak Diterima
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya, ditutup dan
ditandatangani pada hari dan tanggal tersebut di atas.
Yang menyaksikan Pemeriksa/Penguji
1. . . . . .…… NIP.
2.………. . . . NIP.
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
45/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 39
KOP
SURAT KETERANGAN PENGUJIAN BDKT
Nomor :
Nama Perusahaan :
Alamat :
Dijual oleh/Tanggal :
Hasil Pengujian : Berdasarkan Pasal 22, 23, 24,
29, dan 31 Undang-Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal dan
Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan yang diatur dalam Pasal
42 jo 47 Nomor : 61/MPP/Kep/2/1998
tanggal 3 Pebruari 1998 dan No.
251/MPP/Kep/6/99 tanggal 11 Juni
1999, maka cara pelabelan dan
kuantitas nominal BDKT dengan netto
sebagaimana tercantum di bawah ini
dinyatakan DITERIMA sesuai
peraturan yang berlaku.
dengan perincian sebagai berikut :
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
46/50
40 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
Nomor
Nama
BDKT Kelompok
Isi bersih/Berat bersih/
Jumlah hitungan/Netto
Pengujian kuantitas dan cara pelabelan terhadapBDKT tersebut di
atas agar dilakukan secara berkala paling sedikit satu kali dalam
setahun.
Apabila dikemudian hari terdapat perubahan baik menyangkut cara
pelabelan ataupun kuantitas nominal menyimpang dari ketentuan
yang berlaku, maka Surat Keterangan Hasil Pengujian BDKT ini
dinyatakan tidak berlaku.
Bandung,
Direktur Metrologi,
…………………….
NIP. ……………..
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
47/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 41
KOP
SURAT PENOLAKAN HASIL PENGUJIAN BDKT
Nomor :
Nama Perusahaan :
Alamat :
Dijui oleh/Tanggal :
Hasil Pengujian : Berdasarkan Pasal 22, 23, 24,
29, dan 31 Undang-Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal dan
Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan yang diatur dalam Pasal
42 jo 47 Nomor : 61/MPP/Kep/2/1998
tanggal 3 Pebruari 1998 dan No.
251/MPP/Kep/6/99 tanggal 11 Juni
1999, maka cara pelabelan dan
kuantitas nominal BDKT dengan netto
sebagaimana tercantum di bawah ini
dinyatakan DITOLAK sesuai peraturan
yang berlaku.
Dengan perincian sebagai berikut :
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
48/50
42 MODUL (ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT)
Nomor Nama BDKT Kelompok
Isi bersih/Berat
bersih/Jumlah
hitungan/Netto
BDKT tersebut harus diadakan perbaikan tentang kebenaran
kuantitas dan/atau pelabelan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Bandung,
Direktur Metrologi,
…………………….
NIP. ……………..
Lampiran V
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
49/50
Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) 43
DAFTAR PUSTAKA
1. UU No.2 Tahun 1981 Tentang Undang – undang Metrologi
Legal.
2. Kep Menperindag No: 61/MPP/Kep/2/1998 tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian
3. Kep Menperindag No: 251/MPP/Kep/6/ 1999 tentang Perubahan
Kep Menperindag No: 61/MPP/Kep/2/1998 Pasal I.2
4. Kep Dirjen Dagri No: 31/DJPDN/Kep/XI/ 1999 tentang Pedoman
Pengawasan BDKT
5. Quantity of product in prepackages, OIML R87 Edition 2004 (E)
6. Labeling requirements for prepackaged products, OIML R79
Edition 1997 (E)
Principles of metrological supervision, OIML D9 Edition 2004 (E)
8/15/2019 _New_ Modul Cadangan-BDKT .pdf
50/50
BIODATA PENULIS
ADI CANDRA PURNAMA, ST, lahir di Malangpada tanggal 27 Agustus 1972 , lulus dariFakultas Teknik Jurusan Teknik MesinUniversitas Brawijaya Malang pada tahun 1997dan ditahun yang sama bekerja di PT. DirgantaraIndonesia sebagai Material Process Engineer sampai tahun 2003. Pada tahun 2005 menjadiPegawai Negeri Sipil di Balai Diklat MetrologiDepartemen Perdagangan Bandung sebagaicalon widyaiswara , pernah mengikuti Diklat
Fungsional Penera tahun 2006 dan pernah mengikuti APEC / APLMFTrain The Trainer Course On The Verification Of Mechanical WeighingScale di Tahiland pada bulan Mei tahun 2008 . Sejak tahun 2007 sampaisekarang telah diberi tugas mengajar di Diklat Fungsional PeneraBerjenjang Tingkat Dasar, Diklat Fungsional Pengamat Tera dan DiklatFungsional Pranata Laboratorium, mata diklat yang diajarkan adalahPeneraan Ukuran Massa, Mekanika Teknik, Matematika, Kalibrasi Standar Massa dan Pembimbing Praktikum BDKT. Sejak tahun 2006 bertanggung jawab sebagai pengelola Laboratorium Massa dan Timbangan di BalaiDiklat Metrologi Bandung Departemen Perdagangan.