Upload
anindya-nur-qurani
View
110
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Modul Blok THT FK UNS 2013
Citation preview
1. dr. Novi Primadewi, Sp.THT,M.Kes. (Ketua)
2. dr. Widana Primaningtyas. (Sekretaris)
3. dr. Hadi Sudrajad, Sp. THT-KL, Msi Med. (Anggota)
4. dr. Dewi Pratiwi, Sp.THT, M.Kes. (Anggota)
5. dr. Ratna Kusumawati, M.BioMed. (Anggota)
6. dr. Made Setiamika, Sp.THT-KL(K).
7. dr. Sarwastuti Hendradewi, Sp. .THT-KL, MSi.Med.
8. dr. Hadi Sudrajad, Sp. .THT-KL, Msi Med.
9. dr. Vicky Eko Nurcahyo H,SpTHT-KL, M.Sc.
10. dr. Imam Prabowo, Sp.THT-KL.
11. dr. Putu Wijaya K, Sp.THT-KL.
12. dr. Endang edi ningsih.
13. dr. Sri Indriatni,PAK.M.Or.
14. dr. Sinu Andi Jusuf, M.Kes.
1
TIM PENYUSUN
KONTRIBUTOR
Sistem Pendidikan Dokter di Indonesia dari masa ke masa selalu berubah. Hal ini terjadi karena tuntutan dari masyarakat pengguna jasa kedokteran dan kesehatan. Sistem pendidikan kedokteran di FK UNS sebelumnya (konvensional) memposisikan dosen sebagai pemberi informasi secara aktif, sedangkan mahasiswa bersifat pasif sebagai penerima informasi. Pendidikan sistem konvensional dosen memberikan informasi bersifat satu arah berupa kuliah/tatap muka. Pada sistem pembelajaran yang sekarang dilakukan dikenal sebagai metode Belajar Berdasar Masalah (BBM) atau Problem Based Learning (PBL), dimana mahasiswa dituntut lebih aktif mendiskusikan permasalahan kedokteran. Sedangkan dosen hanya berperan sebagai fasilitator atau tutor yang mengawasi jalannya diskusi agar selalu sesuai dengan LO ( Learn Objektif) tutorial.
Bentuk active learning mahasiswa ini berupa diskusi/tutorial, telaah pustaka, akses ke sumber-sumber lain misalnya internet dan kuliah pakar. Pada proses pembelajaran ini sangat diharapkan semua mahasiswa berperan aktif.
Buku ini merupakan pedoman bagi tutor yang bertugas memfasilitasi tutorial pada Blok XVII Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok di semester V Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan tersusunnya buku ini diharapkan tutor dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik sehingga tujuan pembelajaran (Learning Objective) yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian kompetensi sesuai dengan yang tertuang pada KIPDI III dapat tercapai.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini yang tak dapat kami sebutkan satu persatu.
Semoga buku ini bermanfaat bagi para tutor. Bila ada hal-hal yang kurang berkenan kami mohon maaf dan setiap masukan demi kesempurnaan isi buku ini akan kami terima dengan senang hati.
Surakarta, Juli 2013
Tim Penyusun
2
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun 1Kata Pengantar 2Daftar Isi 3Kegiatan Dalam Blok Ilmu Penyakit THT 4Tutor 5Tugas dan Kewajiban Mahasiswa 6Seven Jumps 7Tujuan Belajar Blok Ilmu Penyakit THT 7Skenario I 11Skenario II 13Skenario III 15Daftar Bacaan 17
31. KEGIATAN BELAJAR DAN MENGAJAR BLOK TELINGA
HIDUNG TENGGOROK
DAFTAR ISI
Kegiatan belajar Blok Telinga Hidung Tenggorok dilaksanakan selama 4 minggu.
Kegiatan belajar untuk mahasiswa terdiri dari kuliah, diskusi tutorial, diskusi mandiri,
keterampilan klinis, konsultasi pakar dan praktikum. Tujuan belajar akan dijelaskan secara
terstruktur, rinci dan jelas sehingga diharapkan dapat menjadi dasar bagi mahasiswa untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai Blok Telinga Hidung Tenggorok beserta sebaran ilmu
yang mendasarinya.
DAFTAR KULIAH DI BLOK Telinga Hidung Tenggorok
Minggu I
1. Anatomi ( topik :Telinga)— I X 50 menit
2. Histologi ( topik :Telinga)—I X 50 menit
3. Fisiologi ( topik : telinga,fungsi pendengaran dan keseimbangan)— I X 100 menit
4. Radiologi (Topik : Foto Rontgen Os Mastoid dan adenoid)---I X 50 menit
5. Otologi I dan II --- 2 X 100 menit
Minggu II
1. Anatomi ( topik : Os Nasale , Sinus Paranasal )— I X 50 menit
2. Fisiologi ( topik : Hidung dan sinus paranasal)—I X 50 menit
3. Histologi ( topik : Os Nasale , Sinus Paranasal )—I X 50 menit
4. Radiologi ( Topik : Os Nasal, sinus paranasal, panoramik gigi ).—I X 50 menit
5. Rhinologi I dan II --- 2 X 100 menit
Minggu III
1. Fisiologi ( Topik : mekanisme menelan, orofaring, nasofaring, laringofaring)--- I X
100menit
2. Anatomi dan (Topik : orofaring, nasofaring, laringofaring )---I X 50 menit
3. Histologi ( Topik : orofaring, nasofaring, laringofaring )---I X 50 menit
4. Farmakologi ( Topik : obat-obat untuk gangguan pada orofaring, nasofaring,
laringofaring ) – I X 50 menit
5. Laring dan faring --- I X 100 menit
4
Minggu IV
Minggu Ujian.
DAFTAR PRAKTIKUM BLOK THT
MINGGU I MINGGU II MINGGU III
1. Anatomi (1 dan 2) :
Organ – organ THT,
hubungan anatomi
dengan organ lainnya,
arteria/vena/nervi di
organ THT, dan kontrol
saraf pada THT
2. Fisiologi
1) Test pendengaran
2) Olfactory test
3) Test keseimbangan
3. Mikrobiologi
Kultur Sensitifitas
obat dan kuman
hidung dan sinus
paranasal
4. Farmakologi
Pemeriksaan transport
mukosilier, melakukan
pemasangan tampon
hidung dengan
dekongestan
Pada kegiatan belajar berupa diskusi tutorial, tutor berperan sebagai fasilitator dalam
proses pembelajarannya. Tutor tidak harus seorang yang ahli (expert) mengenai masalah
yang dibahas dalam blok. Tutor memiliki peran yang sangat penting dalam membawa
kelompok mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Sehingga diperlukan interaksi
yang intensif antara tutor dan mahasiswa.
Agar tutor bisa membawa kelompok mahasiswa untuk mencapai tujuannya, tutor
perlu membekali diri dengan beberapa hal, yaitu :
- Dasar-dasar pendidikan, yaitu berupa prinsip-prinsip dan pelaksanaannya,
- Memahami belajar kelompok,
- Memahami penilaian belajar, yaitu dasar penilaian, metode penilaian dan alat evaluasi,
- Memahami sumber belajar, yaitu dasar sumber belajar, cara pemakaiannya atau
rancangan sumber belajar,
5
2. TUTOR
- Ketrampilan managerial, dan
- Rancangan kurikulum
Seorang tutor harus memiliki ketrampilan sebagai seorang fasilitator, ketrampilan
untuk menolong mahasiswa untuk memacu pemecahan masalah kelompok dan belajar
kritis, mengarahkan peran kelompok sehingga lebih efisien, mengarahkan dan memacu
belajar individual di luar waktu tutorial serta dapat melakukan evaluasi dan koordinasi
Pada proses diskusi tutorial, mahasiswa memegang peranan utama, karena dengan
pendekatan belajar berdasarkan masalah ini, konsep yang mendasarinya adalah student
centered. Berdasarkan konsep tersebut, mahasiswa tidak lagi semata-mata mengandalkan
materi yang disampaikan oleh para pakar, tetapi mahasiswalah yang harus aktif mencari
informasi sebanyak-banyaknya untuk menemukan jawaban atas masalah yang diberikan.
Masalah yang diberikan hendaknya merangsang mahasiswa untuk selalu belajar. Hal ini
bisa ditempuh melalui buku-buku referensi, penelusuran lewat internet, diskusi dengan
teman, konsultasi pakar atau praktikum mandiri. Dengan cara ini sangat menguntungkan
bagi mahasiswa yang aktif untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan
keilmuannya.
Sehingga ditekankan untuk setiap mahasiswa kedokteran harus ada tekad yang kuat
untuk selalu semangat belajar. Demi keberhasilan pelaksanaan diskusi tutorial ini,
mahasiswa harus menyiapkan diri dengan banyak membaca dan aktif mencari referensi
serta mampu melakukan critical appraisal terhadap referensi atau jurnal/makalah ilmiah
dengan baik.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang mahasiswa untuk menunjang
keberhasilan diskusi tutorial adalah:
- Membaca dan memahami tujuan belajar dalam Blok Telinga Hidung dan Tenggorok.
- Membaca dan memahami skenario dengan cermat, sehingga mampu menentukan
masalah yang sedang dihadapi.
- Menetapkan prioritas masalah yang dihadapi,
- Mengemukakan berbagai permasalahan yang relevan tentang kemungkinan
penyebab masalah tersebut dan kemungkinan jalan keluarnya,
- Mencari pemecahan atas permasalahan-permasalahan tersebut,
- Membuat simpulan tentang apa yang telah didiskusikan,
6
3. TUGAS DAN KEWAJIBAN MAHASISWA
- Selalu melakukan re-check tentang apa yang telah didiskusikan dengan referensi yang
dapat dipercaya atau pendapat pakar,
- Aktif dan trampil dalam mengemukakan gagasan dan pendapat.
Untuk melaksanakan diskusi Problem Based Learning, ada 7 langkah (seven jumps) yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan belajar tersebut, yaitu:
Langkah 1 : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario
Langkah 2 : Menentukan atau mendefinisikan permasalahan
Langkah 3 : Menganalisis permasalahan dan membuat penyataan sementara mengenai permasalahan tersebut dalam
langkah 2
Langkah 4 : Menginventarisasi permasalahan-permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah 3.
Langkah 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran
Langkah 6 : Mengumpulkan informasi baru ( belajar mandiri ).
Langkah 7 : Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru yang diperoleh
Tujuan Belajar Umum Dalam Blok THT:
1. Menggunakan teknologi informasi untuk mencari informasi terkini mengenai penyakit
pada organ THT.
2. Menjelaskan ilmu-ilmu dasar yang berhubungan dan melingkupi organ THT meliputi :
Anatomi : Organ – organ THT, hubungan anatomi dengan organ lainnya,
arteria/vena/nervi di organ THT, dan kontrol saraf pada THT.
Fisiologi : Fungsi organ-organ THT.
Fisika : Bioakustik.
7
4. SEVEN JUMPS
5. TUJUAN BELAJAR BLOK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK
3. Menjelaskan klasifikasi macam-macam penyakit pada organ THT berdasarkan jenis causa,
fungsi, dan berdasar lokasi organ.
4. Menjelaskan penyebab-penyebab terjadinya gangguan pada organ THT beserta
mekanismenya.
5. Menjelaskan faktor-faktor pencetus terjadinya gangguan pada organ THT.
6. Menjelaskan mekanisme terjadinya kelainan pada sel/organ pada penyakit-penyakit organ
THT meliputi patogenesa, patologi, dan patofisiologinya.
7. Menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan pada penyakit-penyakit di organ THT.
8. Menjelaskan manajemen/penatalaksanaan penyakit pada organ THT meliputi dasar-dasar
terapi yaitu medikamentosa, konservatif,diet, operatif, rehabilitasi, dll.
9. Menjelaskan penegakan diangnosis penyakit pada organ THT.
10. Menjelaskan prognosis secara umum tentang penyakit pada organ THT.
11. Menentukan prosedur klinik penunjang diangnosa penyakit pada organ THT meliputi :
pemeriksaan fisik telinga, hidung dan tenggorokan, test pendengaran, pemeriksaan suara
dan bicara.
12. Menentukan pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosa penyakit organ THT.
13. Merancang tindakan promotif dan preventif penyakit pada organ THT dengan
mempertimbangkan faktor-faktor pencetus (untuk jelasnya lihat blueprint field lab).
14. Mampu menjelaskan dan menerapkan strategi pencegahan primer,sekunder dan tersier
terkait penyakit THT.
A. Daftar kemampuan yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa pada akhir pendidikan
dokter dan harus diketahui oleh para tutor:
Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit,
dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang
paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
8
kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan
merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level kompetensi tertinggi adalah 4A
B. Daftar Ketrampilan Klinis : Setiap tutor harus mengetahui bahwa :
Setiap dokter diharapkan mempunyai ketrampilan klinis.
Menurut Piramid Miller ketrampilan klinis ditetapkan berdasarkan tingkat kemampuan.
Ada 4 tingkat kemampuan yang harus dicapai oleh seorang dokter setelah selesai
pendidikan.
1. Tingkat Kemampuan 1 : Mengetahui dan menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan toritis mengenai ketrampilan ini, sehingga
dapat menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori,
9
prinsip maupun indikasi serta cara melakukan komplikasi yang timbul dan
sebagainya.
2. Tingkat Kemampuan 2 : Pernah melihat dan pernah didemonstrasikan.
Lulusan dokter memiliki kemampuan teoritis mengenai ketrampilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan komplikasi dan sebagaimana. Selain
itu, selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini.
3. Tingkat Ketrampilan 3 : Pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah
supervisi Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai ketrampilan ini
(baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan
sebagainya).
Selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini, dan
pernah menerapkan ketrampilan ini beberapa kali dibawah supervisi.
4. Tingkat Ketrampilan 4 : Mampu melakukan secara mandiri.
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai ketrampilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan sebagainya). Selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini, dan pernah
menerapkan ketrampilan ini beberapa kali dibawah supervisi serta memiliki
pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan ketrampilan ini dalam konteks
praktek dokter secara mandri
10
SKENARIO I.
Aduh telingaku bau!
Seorang buruh bangunan laki-laki usia 25 tahun, datang ke praktek dokter umum
dengan keluhan utama telinga kanan mengeluarkan cairan kuning, kental dan berbau busuk.
Pasien juga mengeluh telinga berdenging sehingga pendengaran terganggu, disertai kepala
pusing. Pasien sejak remaja sering pilek, disertai hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri
terutama jika terpapar debu. Satu tahun yang lalu, telinga kanan keluar cairan encer, jernih
dan ada sedikit darah. Riwayat kambuh-kambuhan terutama jika batuk dan pilek.
Pada pemeriksaan otoskopi telinga kanan didapatkan: discharge mukopurulen dan
granuloma. Rinoskopi anterior terdapat : discharge seromukous, konka hipertrofi, livide.
Pemeriksaan pharing didapatkan : mukosa hiperemi. Selanjutnya, dokter merencanakan
pemeriksaan penunjang.
LANGKAH-LANGKAH DISKUSIAda 7 langkah, langkah 1-5 dilakukan pada pertemuan pertama, langkah 6 belajar mandiri, dan langkah 7 pada pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama, mahasiswa berdiskusi dengan menggunakan prior knowledge. Mahasiswa tidak diperkenankan membuka teksbook atau laptop. Pada pertemuan kedua (langkah ke-7), mahasiswa diharap dapat berdiskusi dengan baik (tidak membaca buku pada temannya, tetapi menjelaskan informasi yangsudah didapat dari buku atau jurnal atau pakar pada temannya).
a. Langkah I: Klarifikasi istilah dan konsep
Pada langkah ini dimulai dengan brain storming/ curah pendapat mengenai istilah, konsep yang belum diketahui oleh masing-masing anggota kelompok. Mahasiswa menemukan kemudian membahas istilah-istilah yang ditemukan dalam scenario
b. Langkah II: Menetapkan/ mendefinisikan masalahSetelah memahami skenario dengan lebih baik, mahasiswa saling mengutarakan masalah yang terdapat dalam skenario tersebut. Perbedaan perspektif dalam menilai masalah dapat berbeda-beda. Sebaiknya dibuat dalam bentuk kalimat tanya (seperti rumusan masalah pada umumnya), supaya mahasiswa tidak terjebak pada hanya membaca kembali skenario dan memotong-motong kalimat dalam skenario.
11
7. SKENARIO
c. Langkah III: Analisis masalahLangkah ini dimaksudkan untuk menganalisa masalah dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah 2). Langkah ini juga merupakan curah pendapat dari analisis kritis dari masalah yang sudah ditetapkan pada langkah 2. Semua pernyataan ditampung.
.d. Langkah IV: menginventarisasi secara sistematik berbagai penjelasan yang
didapatkan pada langkah 3.Kelompok mencoba menawarkan penjelasan atau kemungkinan penyelesaian dari hipotesis dan hubungan antar-masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara bersama anggota kelompok tutorial menata kembali permaslahan-permasalahan dan pernyataan-pernyataan sementaranya. Dengan demikian diperoleh gambaran secara menyeluruh seberapa banyak pengetahuan yang telah dimiliki oleh anggota kelompok tutorial. Sementara itu akan diperoleh gambaran pengetahuan yang belum dimiliki dan atau harus dimiliki.
e. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran ditentukan berdasarkan gambaran pengetahuan yang harus dimiliki dan hal-hal yang belum terjawab.
f. Langkah VI: Belajar mandiriMahasiswa mengumpulkan informasi dari sumber-sumber ilmiah seperti buku teks, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, dan internet. Di samping itu mahasiswa juga dapat berkonsultasi langsung dengan pakar yang kompeten di bidang yang berkaitan dengan masalah/ tujuan belajar. Kegiatan ini dilakukan secara bebas, di luar ruang diskusi. Kegiatan ini merupakan jembatan antara diskusi pertama dan kedua.
g. Langkah VII: Melakukan sintesis dan pengujian informasi yang telah terkumpulMahasiswa kembali ke ruang diskusi untuk melakukan diskusi kedua. Dalam diskusi ini mahasiswa saling mengemukakan dan membandingkan hasil pencarian informasi mereka. Dalam diskusi ini mahasiswa tidak diperkenankan membaca buku atau sumber informasi secara langsung, melainkan mereka mengolahnya sendiri dan mengemukakannya dalam bahasa dan pemahaman mereka sendiri. Selain itu, mahasiswa harus menyebutkan sumber informasi tersebut agar anggota lain dapat memperolehnya kembali bila menginginkan informasi tersebut.
12
SKENARIO II.
Ada apa dengan hidungku ?
Seorang laki-laki 35 tahun, datang dengan keluhan sering pilek dengan ingus berbau
busuk. Pasien juga mengeluh gangguan menghidu disertai nyeri kepala separuh. Sejak lama,
istrinya juga sering mendengar suaminya mengeluh sakit gigi, tetapi tidak pernah dibawa ke
dokter gigi, hanya berkumur air garam dan rendaman daun sirih, dan jika bengkak
menggunakan Koyo yang ditempelkan pada pipinya. Karena keluhan dirasakan makin berat
bahkan terkadang sampai mengeluarkan darah jika membuang ingus maka ia mengantarkan
suaminya ke Poli THT.
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior didapat mukosa kavum nasi hiperemi, konkha
hipertrofi, massa putih, discharge kental, kuning kecoklatan. Pada pemeriksaan orofaring
didapatkan post nasal drip, dan gigi gangren pada M1, M2 kanan atas.
Kemudian dokter merencanakan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang.
LANGKAH-LANGKAH DISKUSIAda 7 langkah, langkah 1-5 dilakukan pada pertemuan pertama, langkah 6 belajar mandiri, dan langkah 7 pada pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama, mahasiswa berdiskusi dengan menggunakan prior knowledge. Mahasiswa tidak diperkenankan membuka teksbook atau laptop. Pada pertemuan kedua (langkah ke-7), mahasiswa diharap dapat berdiskusi dengan baik (tidak membaca buku pada temannya, tetapi menjelaskan informasi yangsudah didapat dari buku atau jurnal atau pakar pada temannya).
a. Langkah I: Klarifikasi istilah dan konsep
Pada langkah ini dimulai dengan brain storming/ curah pendapat mengenai istilah, konsep yang belum diketahui oleh masing-masing anggota kelompok. Mahasiswa menemukan kemudian membahas istilah-istilah yang ditemukan dalam scenario
b. Langkah II: Menetapkan/ mendefinisikan masalahSetelah memahami skenario dengan lebih baik, mahasiswa saling mengutarakan masalah yang terdapat dalam skenario tersebut. Perbedaan perspektif dalam menilai masalah dapat berbeda-beda. Sebaiknya dibuat dalam bentuk kalimat tanya (seperti rumusan masalah pada umumnya), supaya mahasiswa tidak terjebak pada hanya membaca kembali skenario dan memotong-motong kalimat dalam skenario.
13
c. Langkah III: Analisis masalahLangkah ini dimaksudkan untuk menganalisa masalah dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah 2). Langkah ini juga merupakan curah pendapat dari analisis kritis dari masalah yang sudah ditetapkan pada langkah 2. Semua pernyataan ditampung.
.d. Langkah IV: menginventarisasi secara sistematik berbagai penjelasan yang
didapatkan pada langkah 3.Kelompok mencoba menawarkan penjelasan atau kemungkinan penyelesaian dari hipotesis dan hubungan antar-masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara bersama anggota kelompok tutorial menata kembali permaslahan-permasalahan dan pernyataan-pernyataan sementaranya. Dengan demikian diperoleh gambaran secara menyeluruh seberapa banyak pengetahuan yang telah dimiliki oleh anggota kelompok tutorial. Sementara itu akan diperoleh gambaran pengetahuan yang belum dimiliki dan atau harus dimiliki.
e. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran ditentukan berdasarkan gambaran pengetahuan yang harus dimiliki dan hal-hal yang belum terjawab.
f. Langkah VI: Belajar mandiriMahasiswa mengumpulkan informasi dari sumber-sumber ilmiah seperti buku teks, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, dan internet. Di samping itu mahasiswa juga dapat berkonsultasi langsung dengan pakar yang kompeten di bidang yang berkaitan dengan masalah/ tujuan belajar. Kegiatan ini dilakukan secara bebas, di luar ruang diskusi. Kegiatan ini merupakan jembatan antara diskusi pertama dan kedua.
g. Langkah VII: Melakukan sintesis dan pengujian informasi yang telah terkumpulMahasiswa kembali ke ruang diskusi untuk melakukan diskusi kedua. Dalam diskusi ini mahasiswa saling mengemukakan dan membandingkan hasil pencarian informasi mereka. Dalam diskusi ini mahasiswa tidak diperkenankan membaca buku atau sumber informasi secara langsung, melainkan mereka mengolahnya sendiri dan mengemukakannya dalam bahasa dan pemahaman mereka sendiri. Selain itu, mahasiswa harus menyebutkan sumber informasi tersebut agar anggota lain dapat memperolehnya kembali bila menginginkan informasi tersebut.
14
SKENARIO III.
Anakku mengeluh tenggoroknya sering sakit
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun bersama ibunya datang ke poliklinik THT,
dengan keluhan sudah 2 hari tidak mau makan, karena sakit untuk menelan. Badan demam,
benjolan pada leher dan nyeri saat ditekan, disertai suara serak. Keluhan yang sama sering
dirasakan sejak usia 3 tahun, dan pasien kalau tidur mengorok, tetapi riwayat sesak nafas
disangkal. Pasien juga mempunyai riwayat sering batuk pilek.
Pada pemeriksaan pharing didapatkan : Mukosa pharing terdapat granuloma dan
hiperemi, tonsil fibrosis dan terdapat detritus, plika vokalis oedema dan hiperemis.
Pemeriksaan Laboratorium didapatkan ASTO : (+).
LANGKAH-LANGKAH DISKUSIAda 7 langkah, langkah 1-5 dilakukan pada pertemuan pertama, langkah 6 belajar mandiri, dan langkah 7 pada pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama, mahasiswa berdiskusi dengan menggunakan prior knowledge. Mahasiswa tidak diperkenankan membuka teksbook atau laptop. Pada pertemuan kedua (langkah ke-7), mahasiswa diharap dapat berdiskusi dengan baik (tidak membaca buku pada temannya, tetapi menjelaskan informasi yangsudah didapat dari buku atau jurnal atau pakar pada temannya).
h. Langkah I: Klarifikasi istilah dan konsep
Pada langkah ini dimulai dengan brain storming/ curah pendapat mengenai istilah, konsep yang belum diketahui oleh masing-masing anggota kelompok. Mahasiswa menemukan kemudian membahas istilah-istilah yang ditemukan dalam scenario
i. Langkah II: Menetapkan/ mendefinisikan masalahSetelah memahami skenario dengan lebih baik, mahasiswa saling mengutarakan masalah yang terdapat dalam skenario tersebut. Perbedaan perspektif dalam menilai masalah dapat berbeda-beda. Sebaiknya dibuat dalam bentuk kalimat tanya (seperti rumusan masalah pada umumnya), supaya mahasiswa tidak terjebak pada hanya membaca kembali skenario dan memotong-motong kalimat dalam skenario.
j. Langkah III: Analisis masalahLangkah ini dimaksudkan untuk menganalisa masalah dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah 2). Langkah ini juga merupakan curah pendapat dari analisis kritis dari masalah yang sudah ditetapkan pada langkah 2. Semua pernyataan ditampung.
15
.k. Langkah IV: menginventarisasi secara sistematik berbagai penjelasan yang
didapatkan pada langkah 3.Kelompok mencoba menawarkan penjelasan atau kemungkinan penyelesaian dari hipotesis dan hubungan antar-masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara bersama anggota kelompok tutorial menata kembali permaslahan-permasalahan dan pernyataan-pernyataan sementaranya. Dengan demikian diperoleh gambaran secara menyeluruh seberapa banyak pengetahuan yang telah dimiliki oleh anggota kelompok tutorial. Sementara itu akan diperoleh gambaran pengetahuan yang belum dimiliki dan atau harus dimiliki.
l. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran ditentukan berdasarkan gambaran pengetahuan yang harus dimiliki dan hal-hal yang belum terjawab.
m. Langkah VI: Belajar mandiriMahasiswa mengumpulkan informasi dari sumber-sumber ilmiah seperti buku teks, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, dan internet. Di samping itu mahasiswa juga dapat berkonsultasi langsung dengan pakar yang kompeten di bidang yang berkaitan dengan masalah/ tujuan belajar. Kegiatan ini dilakukan secara bebas, di luar ruang diskusi. Kegiatan ini merupakan jembatan antara diskusi pertama dan kedua.
n. Langkah VII: Melakukan sintesis dan pengujian informasi yang telah terkumpulMahasiswa kembali ke ruang diskusi untuk melakukan diskusi kedua. Dalam diskusi ini mahasiswa saling mengemukakan dan membandingkan hasil pencarian informasi mereka. Dalam diskusi ini mahasiswa tidak diperkenankan membaca buku atau sumber informasi secara langsung, melainkan mereka mengolahnya sendiri dan mengemukakannya dalam bahasa dan pemahaman mereka sendiri. Selain itu, mahasiswa harus menyebutkan sumber informasi tersebut agar anggota lain dapat memperolehnya kembali bila menginginkan informasi tersebut.
16
1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders,
Saunders Company, 152-153., 2001
2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006
3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299-
387., 1194
4. Byron J Bailey : Head &Neck Surgery-Otolaryngology ,Lippicont William & Wilkins
A Wolter Kluwer CO.Philadhelpia 2001 p 305 - 306
5. K.J. Lee, MD, FACS : Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery, Eighth
edition, McGraw-Hill Medical Publishing Division CO New York Chicago, 2003 p
704 -705
6. Martin Burton : Hall and Colman’s Diseases Of The Ear, Nose And Throat, Fifteenth
edition, Churchill Livingstone 2000 p 107 – 109
7. David W. Kennedy, MD, FACS, FRCSI : Diseases Of The Sinuses Diagnosis And
Management, BC Decker Inc Hamilton London 2001 p 57 – 75
8. Niels Mygind and Torben Lildholdt : Nasal Poliposis, Munksgaard – Copenhagen,
January 1997
9. Mangunkusumo E, Nusjirwan R. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar Neds. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-tenggorok kepala leher. Edisi ke-5. Jakarta: Balai
penerbit FK UI; 2002: p 120-4.
17
DAFTAR REFERENSI YANG DIBERIKAN PADA MAHASISWA DALAM BLOK THT