Mobilisation Versus Bed Rest After Skin Grafting Pretibial-Translated

Embed Size (px)

DESCRIPTION

best

Citation preview

Mobilisasi Dibandingkan dengan Bed Rest setelah Skin Grafting Laserasi Pretibia: Sebuah Meta-AnalisisJames Southwell-Keely, John Vandervord==================================================Laserasi pretibia adalah masalah rumit dan paling baik ditangani dengan debridemen operatif, kemudian cangkok kulit (skin grafting). Perawatan pos operatif traditional melibatkan bed rest untuk mengoptimalkan survival cangkok. Meta analisis ini menilai mobilisasi dini dibandingkan dengan bed rest untuk penyembuhan cangkok kulit pada luka-luka tersebut. Basis data Medline, Embase, Cochrane, Cinahl, dan Google Schoolar ditelusuri. Analisis dilakukan pada percobaan klinik yang sesuai. Empat percobaan memenuhi kriteria inklusi. Tak ada perbedaan yang muncul pada penyembuhan split skin graft di antara pasien dengan mobilisasi dini dibandingkan dengan pasien yang dirawat inap untuk bed rest pos operatif selama 7 (OR 0.86 CI 0.292.56) atau 14 hari (OR 0.74 CI 0.311.79). Terdapat penundaan yang signifikan secara statistik dalam penyembuhan pada pasien yang dikelola dengan kortikosteroid sistemik (OR 8.20 CI 0.9915.41). Tak terdapat perbedaan dalam hal hematoma, perdarahan, infeksi cangkok, atau penyembuhan lokasi donor pos operatif antara mobilisasi dini dan bed rest untuk penyembuhan cangkok kulit pada luka pretibial. Kortikosteroid memberikan efek negatif pada penyembuhan cangkok kulit tak seperti mobilisasi dini, yang tak menyebabkan peningkatan hematoma, perdarahan, infeksi, atau penyembuhan lokasi donor yang tertunda. Modalitas anestesi tak mempengaruhi penyembuhan cangkok kulit.

Pendahuluan

Laserasi pretibial adalah cedera yang sering terjadi pada orang tua dan sering kali meninggalkan skin flap traumatik yang tidak viabel [1-3]. Faktor interinsik secara negatif mempengaruhi penyembuhan laserasi pretibial meliputi tarikan anatomis, perubahan terkait usia, dan insufisiensi vaskuler [4,5]. Tonjolan otot proksimal, yang memfasilitasi penyembuhan cangkok kulit, menyusur ke tendon pada distalnya, yang memberikan lingkungan tepat untuk penyembuhan cangkok otot [6-8]. Ke anterior terdapat kelangkaan susunan jaringan subkutan antara kulit dan tibia, sedangkan kulit cukup inelastis dan dengan bertambahnya usia menjadi lebih tipis dan kurang tahan trauma [9,10]. Fakor esterinsik yang mempengaruhi penyembuhan luka pada laserasri pretibial di antaranya adalah diabetes mellitus, kortikosteroid sistemiki, dan malnutrisi. Prevalensi penggunaan kortikosteroid seistemik pada populasi pasien ini adalah 40% [11].Pilihan terapi untuk laserasi pretibial adalah primary closure, penghilangan lemak kemudian mengamankan kembali flap kulit traumtik atau debridement, lalu cangkok kulit. Dua pilihan pertama memberi hasil yang kurang dapat terprediksi [12-14]. Debridemen dan cangkok kulit melibatkan pembentukan dua luka terpisah, tapi lokasi donor dan cangkok kulit biasanya sembuh dengan tidak merata.Balutan pos operatif mendukung cangkok kulit hingga penyembuhan sempurna [4]. Logika tradisional telah menahan bahwa cangkok kulit pada kaki memerlukan lima hingga tujuh hari bed rest dengan pengangkatan kaki untuk mendorong penyembuhan tanpa pembebanan akibat peningkatan tekanan hidrostatik pada kaki dengan memposisikan pasien secara tegak [15]. Bed rest menyebabkan kondisi pasien turun dan menjadi faktor risiko untuk penyakit tromboemboli vena [16,17].Boenham dan Watson pertama kali mempertanyakan perlunya bed rest pos operatif prolong pada tahun 1971 [18]. Pada seri kasus ini, dua puluh lima pasien menjalani split skin grafting pada kaki dan diperkenankan untuk bergerak di sekitar bangsal dalam 24-48 jam pos operasi [18]. Delapan puluh empat persen pasien sembuh dalam tiga minggu. Publikasi berikutnya telah melaporkan hasil yang beragam. Suatu meta analisis dilakukan untuk menentukan apakah mobilisasi dini seefektif bed rest dalam penyembuhan luka pada pasien dengan split skin graft untuk laserasi pretibial.

Metode

Meta analisis dilakukan sesuai dengan pedoman yang disusun pada pernyataan QUORUM [19].2.1. Penulusuran. Penulusuran pada Medline, Embase, Cochrane, Cinahl, dan Google Scholar dilakukan. Penulusuran dilakukan dengan menggunakan berbagai kombinasi Medical Subject Headings (MESH). Bibliografi penelitian yang didapat kemudian ditinjau ulang. Tak ada percobaan diluar bahasa Inggris yang ditemukan. Tak ada data terpublikasi atau tak terpublikasi yang diidentifikasi dalam konsultasi dengan ahli dalam bidang ini.2.2. Seleksi. Judul dan abstrak yang dipublikasikan dari penelitian yang teridentifikasi kemudian di periksa. Salinan teks lengkap manuskrip kemudian didapat untuk penelitian yang menjawab pertanyaan klinis. Kriteria inklusi meliputi populasi pasien yang teridentifikasi dengan jelas (split skin graft untuk laserasi tungkai), kelompok intervensi (mobilisasi dini), kelompok pembanding (bed rest), dan keluaran utama (penyembuhan cangkok kulit). Keluaran sekunder yang diteliti adalah penundaan penyembuhan yang diinduksi oleh kortikosteroid, mobilitas yang menurun, hematoma, perdarahan, infeksi kulit, lama penyembuhan lokasi donor dan penyembuhan pada hari ke 7 dan 21 dibandingkan dengan modalitas anestesi.2.3. Penilaian Validitas. Baik percobaan RCT dan kombinasi RCT serta kohort prospektif dimasukkan dalam analisis. Analisis yang melibatkan kohort prospektif dilakukan untuk meningkatkan power, sedangkan analisis sensitivitas mengkonfirmasi bahwa hasil tak akan berkurang dengan inklusi pasien tersebut. Percobaan non klinis dieksklusikan dari analisis. Kualitas metodologis dari penelitian dinilai dengan menggunakan CONSORT Statement [20-22].2.4. Abstraksi Data. Penelitian ini dinilai untuk adekuasi randomisasi, ketepatan alokasi, blinding, keserupaan kelompok perlakukan, keserupaan perawatan yang diberikan pada kelompok perlakuan tersebut di samping tujuan intervensi, tujuan untuk mengelola analisis, dan dampak dari gagal follow-up.2.5. Karakteristik Penelitian. Meta analisis ini menilai percobaan randomisasi dan kohort, di mana pasien menjalani split skin graft untuk laserasi pretibial yang membandingkan mobilisasi dini dengan bed rest pos operatif [23]. Keluaran primer adalah penyembuhan skin graft pada hari ke 7 dan 14.2.6. Sintesis Data Kuantitatif. Odds ratio (OR) dihitung dengan confidence interval sebesar 95%. Penyembuhan skin graft dilaporkan baik dalam hal persentase penyembuhan pada hari ke 7 dan sebagai keluaran dikotom. Hasil yang dilaporkan sebagai persentase penyembuhan dikonversi ke dalam hasil dikotom menggunakan sistem skoring one-to-four yang dipublikasikan oleh Wallenberg, di mana satu menekankan penyembuhan primer pada seluruh cangkok, dan dua menekankan bahwa graft telah sembuh tapi dengan kekurangan minor, tiga menekankan adanya hilang cangkok sebesar 50%, dan empat menekankan bahwa tak ada cangkok yang menempel [24]. Skoring graft ke satu atau dua diklasifikasikan sebagai sembuh, sedangkan tiga atau empat dianggap tak sembuh. Kriteria yang sama digunakan pada hari ke 14. Keluaran statistika dan diagram forest plot disusun dengan menggunankan piranti lunak Revman 4.2 [25]. Kontak dengan penulis penelitian primer coba dilakukan ketika data yang missing ditemukan. Bila tak dibalas oleh penulis penelitian utama, analisis sensitivitas dilakukan dengan substitusi data dalam skenario kasus terbaik dan terburuk. Heterogenitas penelitian dinilai dengan statistika X2 dan I2 [26]. Ahli dalam bidang ini didatangi untuk konsultasi dalam rangka usaha mengidentifikasi data yang tak terpublikasikan, eksklusi yang dapat berkontribusi pada bias publikasi.

Hasil

3.1. Urutan Percobaan. Telaah literatur yang ekstensif mendapatkan 30 artikel (lihat Gambar 1). Terdapat empat artikel yang dimasukkan ke dalam meta analisis yang beranggotakan tiga RCT dan satu penelitian kohort prospektif.3.2. Karakteristik Penelitian. Penelitian yang sesuai memiliki ukuran yang kecil dengan kualitas metodologi yang beragam. Analisis dilakukan dengan dan tanpa data dari penelitian kohort [23]. Ke 26 penelitian lain dikeluarkan dari analisis (Gambar 1) [27-46]. Budny et al. merekrut 82 pasien dalam 2 tahun, kemudian mengeksklusikan 21 dan menyisakan 61 pasien untuk analisis [47]. Tidak jelas apakah pasien tersebut dieksklusikan sebelum atau setelah proses randomisasi. Pseudo-randomisasi digunakan dengan menggunakan tanggal lahir untuk menentukan alokasi kelompok perlakukan. Persentase penyembuhan cangkok kulit dituliskan pada hari ke 7 dan 21. Wood dan Lees melaporkan hasil dari survey pos dari 26 unit operasi plastik di Inggris mengenai waktu untuk memulai mobilisai setelah split skin grafting pada luka pretibia [11]. Selama 21 hari, 75 pasien diacak ke kelompok perlakukan dan kontrol. Persentase penyembuhan cangkok kulit dilaporkan pada hari ke 7, 10, dan 14. Wallenberg mendapat 50 pasien urut yang perlu cangkok kulit, walau demikian hanya 9 dari 50 yang mengalami trauma pada tungka bawah, 4 pada kelompok mobilisasi dini, dan 5 pada kelompok bed rest [24]. Randomisasi dilaksanakan pada fase pos operatif dengan menarik selembar kertas dari kotak. Penyembuhan cangkok dinilai pada hari ke 14 dan diskor secara subjektik. Gaze melaporkan hasil penelitian prospektif kohort dari 30 pasien [48]. Penyembuhan cangkok dinilai pada hari ke 7.

3.3. Sintesis Data Kuantitatif (Tabel 1)3.3.1. Keluaran UtamaPenyembuhan Cangkok Kulit. Rasio kecenderungan (Odds Ratio) untuk persentase penyembuhan cangkok kulit pada hari ke 7 adalah -2.16 (95% CI 9.054.72) dengan heterogenitas rendah (2 = 0.34, df = 1, P = 0.56 dan I2 = 0%). Hasil ini serupa ketika diekspreisikan sebagai keluaran dikotom (OR = 0.86, 95% CI 0.292.56), dengan heterogenitas rendah (2 = 0.02, df = 1, P = 0.89 dan I2 = 0%). Menambahkan data dari penelitian kohort prospektif oleh Gaze et al. tak merubah hasil ini [11,47,48].Rasio kecenderungan untuk penyembuhan luka setelah 14 hari adalah (95% CI 0.292.56) dengan heterogenitas rendah (2 = 0.02, df = 1, P = 0.89 dan I2 = 0%) [11, 24, 47]. Dengan melibatkan semua pasien Wallenberg pada analisis menghasilkan rasio kecenderungan sebesar 0.74 (95% CI 0.311.79) dengan heterogenitas rendah (2 = 0.24, df = 2, P = 0.89 dan I2 = 0%) (Gambar 2). Menambahkan data dari penelitian kohort prospektif oleh Gaze pada kedua analisis tak merubah hasil yang muncul [48].3.3.2. Keluaran SekunderLama Penyembuhan dan Kortikosteroid Sistemik. Kortikosteroid sistemik menunda penyembuhan (OR 8.20, 95% CI 0.9915.41) [11]. Rerata waktu untuk pasien sembuh adalah 31.50 hari (SD 17.20) dibanding 23.30 hari (SD 11.10) pada pasien yang tak mengkonsumsi kortikosteroid.Mobilitas Posoperatif. Satu penelitian melaporkan mobilitas posoperatif 47 dari total 61 pasien yang dilibatkan dalam percobaan [47]. Tak ada pasien pada kelompok pasien mobilisasi dini mengalami reduksi mobilitas (0/16), walau begitu 10 pasien (10/31) pada kelompok bed rest melaporkan mobilitas yang berkurang setelah rawat inap (OR = 0.06, 95% CI 0.001.14). Dengan adanya data missing, analisis sensitivitas dilakukan dengan skenario kasus dengan hasil terbaik(OR = 0.94, 95% CI 0.273.22) dan terburuk (OR = 0.03, 95% CI 0.000.45).Keluaran Sekunder Lain. Keluaran sekunder lain dijelaskan pada Tabel 1.

Pembahasan

Pada 1994, Wood dan Lees melaporkan pola praktik pada unit operasi plastik Inggris untuk protokol mobilisasi posoperatif setelah split skin graft pada luka tungkai traumatik [11]. Survei via pos terhadap 26 unit bedah plastik memiliki angka respon 81%. Kurang dari 25% dari pasien dimobilisasi dalam 24 jam setelah cangkok kulit, sedangkan 57% pasien ditahan pada bed rest selama lima hari atau lebbih. Mobilisasi dini setelah graft kulit pada kaki pertama kali dilaporkan pada literatur pada tahun 1971 oleh Bodenham et al., dan praktik ini terus diterapkan secara luas [18,27].Laserasi pretibial muncul dengan berbagai derajat keparahan, dari laserasi linear yang dapat ditutup secara primer, hingga cedera luas yang mungkin memerlukan rekonstruksi flap mikrovaskuler atau berpedikel. Sedangkan kedua presentasi berbeda ekstrim ini memberikan arah berbeda dalam tantangan rekonstruksinya, keduanya berada di luar lingkup meta analisis ini.Kesimpulan dicapai pada meta analisis ini mungkin disempitkan akibat jumlah yang kecil, ukuran, dan kualitas metodologis dari percobaan yang dilibatkan. Teknik randomisasi sangat berbeda dan tak terdapat pernyataan pembuatan alokasi yang baik. Blinding hanya dinyatakan pada beberapa pecobaan. Pelaporan keserupaan antara kelompok perlakuan kontrol pada awal penelitian tersebut juga beragam. Analisis cara mengelola tampak dilakukan pada setiap penelitian, yang ini tak dinyatakan dengan jelas. Satu penelitian mungkin melaporkan eksklusi pos randomisasi dan kegagalan follow-up [47]. Kelemahan ini memberikan bias pada hasil analisis. Juga terdapat risiko bias publikasi, yang mempengaruhi meta analisis. Percobaan dengan temuan negatif jarang dipublikasikan, maka analisis cederung dilakukan pada percobaan utama dengan hasil yang lebih dramatis. Bentuk bias ini kurang mempengaruhi dalam meta analisis ini karena tak satupun artikel primer menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistika antara dua kelompok perlakuan.Pada hari ke 7, penyembuhan split skin graft pada laserasi pretibial sama efektifnya dengan mobilisasi dini seperti halnya bed rest pos operatif. Penyembuhan cangkok kulit dilaporkan sebagai persentase luka sembuh pada hari ke 7 (OR = 2.16, 95% CI 9.054.72) dan sebagai keluaran dikotom dengan pasien RCT saja dan dengan penambahan partisipan dari penelitian kohort prospektif (OR = 0.86, 95% CI 0.292.56). Tak ada perbedaan nyata pada keluaran antara kedua kelompok pada kedua analisis.Pada hari ke 14 setelah operasi, tak ada perbedaan dalam penyembuhan split skin graft pada laserasi pretibial yang dapat diperlihatkan antara pasien yang diizinkan bergerak segera dibandingkan dengan mereka yang ditahan dengan bed rest. Analisis meliputi luka traumatik dari percobaan oleh Wallenbergg memberikan rasio kecenderungan sebesar 0.86% (95% CI 0.292.56), sedangkan dengan melibatkan semua pasien Wallenberg memberikan rasio kecenderungan 0.74 (95% CI 0.311.79) [24]. Penambahan pasien dari penelitian kohort prospektif tak merubah hasil ini [48]. Seperti untuk hari ke 7 tak ada perbedaan nyata dalam keluaran antara kedua kelompok pada hari ke 14.Dengan melibatkan pasien dari semua kohor prospektif pada analisis, terdapat risiko kemunculan bias pada hasil. Maka analisis sensitif dilakukan dengan atau tanpa data ini. Hasil analisis tersebut tak berubah. Situasi akan sedikit beda ketika melibatkan pasien penelitian kohort yang merubah hasil analisis. Jika ini adalah masalahnya, kita akan dipaksa untuk mengeluarkan pasien tersebut dari analisis.Kortikosteroid menyebabkan penundaan yang berbeda secara statistik pada penyembuhan (OR = 8.20, 95% CI 0.9915.41). Rerata waktu untuk penyembuhan luka pada pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid adalah 31.50 hari (SD 17.20) banding 23.30 hari (SD 11.10) pada pasien yang tak mengkonsumsi steroid. Pasien yang bergantung pada kortikosteroid sistemik berada pada risiko tinggi untuk penymebuhan luka yang sulit. Maka semua cara yang ada untuk mengoptimalkan penyembuhan harus diterapkan untuk memfasilitasi ambilan graft pada subpopulasi individu ini.Reduksi pada mobilitas dilaporkan menjadi signifikan secara statistika pada kelompok bed rest dibandingkan dengan kelompok mobilisasi dini (OR = 0.06, 95% CI 0.001.14) [47]. Gagalnya 14 pasien untuk follow up pada percobaan ini mencapai 23% populasi penelitian menjadikan interpretasi untuk penelitian ini sulit. Analisis skenario terburuk tak mencapai signifikansi statistika (OR = 0.94, 95% CI 0.273.22), sedangkan analisis skenario kasus terburuk memiliki hasil yang signifikan secara statistika (OR = 0.03, 95% CI 0.000.45). Pada titik terbaik, perbedaan yang ada di antara kedua kelompok serupa dengan observasi empiris, tapi sedikit yang didapat dari kesimpulan ini.Tak ada beda yang signifikan secara statistika antara kelompok perlakukan pada seluruh analisis sekunder lainnya (Tabel 1).

KesimpulanPada literatur yang ada, tak ada perbedaan dalam penyembuhan split skin graft pada laserasi pretibial pada pasien yang dikelola dengan bed rest pos operatif. Kortikosteroid sistemik menunda penyembuhan pada luka pretibial yang dikelola dengan split skin graft. Terdapata data yang tak memadai dalam publikasi literatur bedah untuk menilai apakah ada beda dalam pengurangan mobilitas pos operatif pada pasien dengan mobilisasi dini. Mobilisasi dini tak berkaitan dengan peningkatan insidensi hematoma, komplikasi perdarahan, infeksi, atau penundaan pada penyembuhan lokasi donor ketika dibandingkan dengan bed rest. Deep vein trhombosis, emboli paru, dan infeksi dada tak tampak terjadi lebih sering pada salah satu kelompok. Pemberian anestesi umum, regional, atau lokal tak memberi pengaruh pada angka penyembuhan luka cangkok pada pasien dengan cangkok akibat laserasi kaki.Konflik KepentinganTak ada konflik kepentingan atau pendanaan yang perlu disebutkan.

30 artikel yang didapat

9 dieksklusi karena pertanyaan yang berbeda

1 Kohort Prospektif [48]3 RCT [11,24,47]4 artikel untuk meta analisis12 dieksklusi karena merupakan seri kasus2 dieksklusi karena merupakan artikel tinjauan2 dieksklusi karena merupakan surat kepada editor1 dieksklusi karena berjenis kohort prospektif

Gambar 1: Diagram alir meta-analisis.

Tabel 1: Keluaran primer dan sekunderDetil penelitianPenelitianPasienOdds Ratio

Keluaran utama Penyembuhan cangkok pada hari ke 7 Penyembuhan cangkok pada hari ke 7 Penyembuhan cangkok pada hari ke 14 Penyembuhan cangkok pada hari ke 14 Penyembuhan cangkok pada hari ke 14 Penyembuhan cangkok pada hari ke 14RCTRCT+CSRCT pasien trauma [24]RCT semua pasien [24]RCT+CS pasien trauma [24]RCT+CS semua pasien [24]2333441361661451861762160.86 (0.292.56)0.86 (0.292.56)0.86 (0.292.56)0.74 (0.311.79)0.86 (0.292.56)0.74 (0.311.79)

Keluaran sekunder Reduksi mobilitas Reduksi mobilitas Reduksi mobilitas Hematoma Koagulopati heparin Infeksi cangkok Penundaan penyembuhan vs kortikosteroid Waktu penyembuhan vs anestesi Penyembuhan pada lokasi lukaRCTRCT, skenario terburuk [47]RCT, skenario terbaik [47]RCTRCTRCTRCTRCTRCT1111111114761616161617575750.06 (0.001.14)0.94 (0.273.22)0.03 (0.00-0.45)0.95 (0.0811.13)0.61 (0.0215.69)0.95 (0.0811.13)8.20 (0.9915.41)4.60 (10.881.68)0.50 (2.881.88)

Singkatan: RCT, randomised controlle trials; CS, cohort study

Gambar 2: Meta analisis untuk mobilisasi dini versus bed rest setelah split skin grafting pada kaki untuk laserasi pretibial: cangkok kulit pada hari 14- RCT dan semua pasien Wallenberg [11,24,47]. Odds ratio 0.74 (95% CI 0.311.79), 2 = 0.24, df = 2 (P = 0.89), I2 = 0%.