Upload
sangga-hadi-pratama
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
1/38
1
INDUSTRI PENGOLAHAN BELERANG MENJADI ANEKA PRODUK
TURUNANNYA BERSINERGI DENGAN DUNIA PARIWISATA DI KAWASAN
GUNUNG IJEN JAWA TIMUR
OLEH:
MITA KURNIASARI
SANGGA HADI PRATAMA
WILLIAM TEJA LAKSMANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
2/38
2
INDUSTRI PENGOLAHAN BELERANG MENJADI ANEKA PRODUK
TURUNANNYA BERSINERGI DENGAN DUNIA PARIWISATA DI KAWASAN
GUNUNG IJEN JAWA TIMUR
Mita Kurniasari 1*, Sangga Hadi Pratama 1*, William Teja Laksmana 1*
1)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah MadaJalan Grafika 2, Yogyakarta (55281)
*Penulis Korespondensi, Email: [email protected]
ABSTRAK
Keberadaan kawasan wisata di Indonesia kerap bertentangan dengan duniaindustri yang dianggap sebagai perusak lingkungan. Di sisi lain, dunia industriturut berperan dalam perekonomian suatu negeri. Jawa timur memiliki potensiwisata sekaligus industri yang berada di satu tempat, yaitu Gunung Ijen. GunungIjen yang memiliki kawah bernama Kawah Ijen memiliki potensi wisata berupakeindahan yang sangat luar biasa. Api biru atau blue fire yang dimilikinya, hanyaada satu di dunia dan tidak ada gunung aktif lain yang mampu menghasilkannya.Seperti yang dikutip dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber DayaMineral, pada tahun 2010, Kawah Ijen merupakan penghasil belerang atau sulfurterbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 12 ton per hari hanya denganmetode tradisional. Produk-produk yang berbahan baku sulfur seperti kosmetik,sabun, pupuk, asam sulfat, dan bahan kimia lainnya juga memiliki permintaanyang tinggi baik di dalam dan luar negeri. Oleh karenanya dua kepentingan ini
perlu diakomodasi dengan cara melakukan sinergi antara pariwisata dan industri.
Pengolahan sulfur atau belerang menjadi aneka produk dan turunannya yang berbasis pariwisata menjadi solusi untuk mengakomodasi kedua prospek ini.Dengan metode penelitian berupa studi kasus dan studi literasi, industri
pengolahan ini dirasa mampu untuk menunjang sarana dan prasarana pariwisatadi sekitar Kawah Ijen tanpa mengganggu kegiatan wisata yang ada dan industri
juga akan menjadi sebuah segmen wisata edukasi tersendiri. Keduanya mampumandiri secara finansial atau bahkan memberikan pendapatan yang signifikankepada pemerintah baik daerah maupun pusat. Melalui serangkaian proses,industri yang berorientasi kepada bahan baku dan terletak tidak terlalu jauh dariGunung Ijen ini, mampu menghadapi tekanan baik eksternal maupun internal.Tekanan internal dan eksternal keduanya dapat diatasi dengan kontribusi paralel
dari jasa pariwisata dan komoditas produk tambang atau produk jadi yangdisesuaikan dengan kondisi tekanan yang dihadapi. Penduduk sekitar juga akanmendapat manfaatnya, seperti penambang belerang tradisional yang mendapatkanlapangan kerja baru sebagai pekerja di industri maupun pemandu wisata yangdiharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Bencana yang mungkinmengancam juga dapat diantisipasi melalui analisis mengenai dampak lingkungandan uji fisibilitas (feasibility survey) yang komprehensif. Dan inilah kontribusiJawa Timur sebagai salah satu provinsi yang serius mendorong pertumbuhanekonomi yang inklusif dan berkesinambungan di Indonesia.
Kata kunci: belerang , industri, Gunung Ijen, pariwisata
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
3/38
3
I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Kondisi perekonomian Indonesia dapat dikatakan belum bisa sepenuhnya terlepas
dari pengaruh gejolak, baik gejolak yang bersumber dari luar (eksternal) ataupun gejolak
dari dalam (internal). Hal ini terbukti dari kondisi beberapa waktu yang lalu, yang
mungkin saat ini masih bisa kita rasakan bersama, mata uang rupiah mengalami depresi
yang cukup dalam disertai dengan perlambatan ekonomi dalam negeri. Pengaruh
eksternal seperti sentimen negatif para pelaku pasar membuat rupiah kian terkoreksi
cukup dalam, modal-modal asing ke luar Indonesia, perlambatan ekonomi yang membuat
banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), isu perubahan suku bunga The Fed,
devaluasi mata uang Tiongkok, dan faktor eksternal lainnya. Faktor internal juga turut
berpengaruh terhadap tekanan stabilitas ekonomi nasional. Sebagai contoh, kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan pemerintah pusat yang memutuskan untuk
mencabut subsidi BBM dan melepas harga ke mekanisme pasar membuat harga BBM
cenderung fluktuatif mengikuti harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah yang
ada. Secara langsung maupun tidak langsung, kondisi ini juga membuat gejolak di dalam
negeri seperti melemahnya daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi yang terjadi
hampir di semua sektor. (Bappenas, 2015)
Tekanan eksternal dan internal ini dapat diminimalisasi dampaknya terhadap
perekonomian nasional dan daerah dengan cara mencapai kemandirian dan swasembada
dalam berbagai bidang yang dimulai dari daerah hingga tingkat nasional. Kemandirian
dan swasembada bisa bermakna luas, mulai dari mandiri anggaran, swasembada pangan,
swasembada produk komoditas, dan kemandirian serta swasembada lainnya. Akan tetapi,
kemandirian secara anggaran dan pendapatan adalah yang utama. Suatu daerah akan
mampu tumbuh dan berkembang jika daerah tersebut memiliki pendapatannya sendiri
tanpa bergantung pada pemerintah pusat, atau justru mampu memberikan kontribusi
nyata ke pemerintah pusat. Selain itu, suatu daerah akan maju jika di dalamnya memiliki
produk andalan yang khas dan memiliki nilai jual serta keberadaan industri yang mampu
menghasilkan pendapatan kepada pemerintah daerah baik berupa pajak ataupun insentif
lainnya dan penyerapan tenaga kerja yang secara langsung akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. (Noviani, 2014)
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
4/38
4
Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia yang kaya
dengan potensi sumber daya alam, mulai dari pertanian, kelautan, pariwisata, hingga
mineral dan tambang, sudah seharusnya mampu untuk meminimalisasi gejolak ekonomi
yang ada atau justru dapat menanganinya secara komprehensif. Tidak ada alasan lain bagi
provinsi Jawa Timur untuk tidak maju, tumbuh, dan berkembang secara ekonomi. Akan
tetapi, saat ini masih dapat dirasakan bahwa pertumbuhan ekonomi di provinsi di timur
Pulau Jawa ini masih belum tersebar secara merata.
Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Provinsi Jawa Timur adalah
belerang atau sulfur. Belerang yang dalam fase padat dan cairnya berwarna kuning ini
menjadi zat yang selalu diproduksi oleh alam melalui gunung api yang aktif. Sehingga,
dapat dikatakan keberadaan belerang akan selalu ada selama bumi ini masih ada. Belerang
terbentuk melalui serangkaian kegiatan seismik gunung berapi yang mengeluarkan gas
sullfur dioksida atau senyawa lain yang mengandung sulfur, lalu berubah menjadi kristal
saat mencapai suhu bekunya yang biasanya merupakan suhu permukaan. Belerang sangat
bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, meskipun tidak sedikit yang juga
menyangsikan kebermanfaatan dari belerang ini. Belerang bermanfaat untuk produk
industri seperti pupuk, bahan peledak, kedirgantaraan, kosmetik, cat, plastik, pengolahan
minyak bumi, karet dan ban, gula, besi dan baja, accu, fotografi, hingga farmasi.
(Kelompok Program Teknologi Informasi Pertambangan, 2015)
Di sisi lain, belerang memiliki sifat korosif, iritan, dan beracun utamanya jika
terhirup oleh makhluk hidup dalam dosis tertentu. Di lapisan atmosfer, belerang yang
berlebih akan menghasilkan hujan asam yang juga korosif bagi semua benda dan
kehidupan di permukaan bumi. Memang, semua yang ada di alam memiliki manfaat dan
potensi bahayanya masing-masing. Namun, dengan cara pengolahan yang tepat, potensi
bahaya tersebut dampak diminimalisasi dan manfaatnya dapat diambil dengan maksimal.
Daerah di provinsi Jawa Timur yang memiliki deposit atau cadangan belerang
yang sangat melimpah berada di kawasan Gunung Ijen. Gunung Ijen yang
kepopulerannya kerap dikalahkan dengan kepopuleran kawahnya ini, memiliki cadangan
belerang sebesar 1,2 juta ton dan hanya bisa ditambang sebanyak 14 ton per hari.
Indonesia sendiri memiliki cadangan belerang sebesar 5,4 juta ton dan selama gunung api
aktif, belerang dapat terus dikeluarkan oleh alam. Sehingga, bisa dikatakan bahwa
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
5/38
5
belerang akan selalu ada dan menjadi sumber daya alam tidak terbatas. (Website Resmi
Kementerian ESDM, esdm.go.id, 2015)
Produksi yang hanya 14 ton per hari ini tidak mengherankan mengingat cara
pengambilan belerang di Kawah Ijen masih sangat tradisional dan manual. Dengan kata
lain, jika metode penambangan ini dapat dibuat sedikit lebih modern maka hasilnya tentu
akan lebih banyak. Selain itu, diversifikasi produk berbahan baku belerang belum banyak
berkembang, terpusat, dan terpadu bahkan di seluruh wilayah Indonesia.
Akan tetapi, keberadaan kawasan wisata Gunung Ijen yang juga merupakan
kawasan wisata alam dan konservasi sumber daya alam dirasa akan mustahil untuk
melakukan kegiatan penambangan secara modern karena pasti akan mengorbankan potensi wisata dan sumber daya hayati yang ada di sekitarnya. Inilah yang menjadi
tantangan daerah agar dua kepentingan ini dapat bersinergi secara mutualisme atau saling
menguntungkan yang akan dibahas dalam paper ini. Di satu sisi pariwisata tidak boleh
terganggu, di sisi lain kegiatan industri pengolahan juga harus tetap berjalan guna
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan pesat di Jawa Timur.
I.2. Rumusan Masalah
I.2.1 Bagaimanakah metode yang tepat untuk menyinergikan potensi
wisata dan industri di kawasan Gunung Ijen?
I.2.2. Bagaimana pengaruh sinergi tersebut dilihat dari sisi sosial-
kemasyarakatan dan ekonomi?
I.2.3. Apa hasil yang akan didapatkan pemerintah daerah dari sinergi
tersebut?
II. Tinjauan Pustaka
II.1. Tinjauan Ekonomi Jawa Timur
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, kinerja perekonomian Jawa Timur
berdasarkan tahun dasar 2010 pada triwulan II 2015 mencapai 5,3% (yoy) meningkat
dibanding triwulan I 2015 (5,2%, yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan nasional (4,7%) dan kawasan Jawa (5,1%). Dari data ini, bisa
dikatakan bahwa perekonomian Jawa Timur merupakan daerah dengan perekonomian
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
6/38
6
yang pesat pertumbuhannya. Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor mengalami
peningkatan pertumbuhan, kecuali sektor Pengadaan Listrik, Gas dan produksi Es.
Pendorong utama pertumbuhan ekonomi berasal dari 3 (tiga) sektor utama Jawa Timur.
Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (5,2%) meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya (0,8%) karena panen raya padi yang terakumulasi di triwulan ini. Sektor
perdagangan juga meningkat dari 6,0% menjadi 6,6% sejalan dengan momen Ramadhan
dan persiapan Lebaran. Sementara industri pengolahan tumbuh stabil (5,3%)
dibandingkan periode sebelumnya. (Website resmi Bank Indonesia, bi.go.id, 2015).
II.2. Pariwisata di Jawa Timur
Pariwisata menurut Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism
Organization/WTO) didefinisikan sebagai suatu perjalanan yang ditempuh oleh
seseorang (wisatawan) yang bertujuan untuk rekreasi atau berlibur ke suatu tempat.
Seseorang dikatakan wisatawan apabila sudah melakukan perlajanan paling tidak sejauh
80 kilometer (50 mil) dari kediamannya dengan tujuan rekreasi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rekreasi adalah bagian dari pariwisata. Sedangkan menurut Undang-
undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah daerah. Menurut pasal ini, jelaslah
bahwa pariwisata merupakan tanggung jawab semua pihak, mulai dari masyarakat hingga
pemerintah daerah.
Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur, berikut adalah
angka wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jawa Timur dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 berikut dengan devisa yang mampu disumbang kepada negara.
Jumlah Wisatawan Asing Tahun 2010-2014*) dan Devisa Wisatawan
asing Tahun 2010-2014*)
Tahun Jumlah Wisatawan Devisa Wisatawan Asing (Juta US $)
2010 168.888 7.603,45
2011 185.815 8.554,38
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
7/38
7
2012 197.776 9.120,89
2013 225.041 10.054,15
2014 217.193 11.166,13
Jumlah 994.713 46.449,02
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur
Wisatawan mancanegara dipilih sebagai acuan karena salah satu indikator
keberhasilan pembangunan pariwisata adalah seberapa banyak negara tersebut mampu
menarik wisatawan dari luar negeri (Widi Utaminingsih, 2014).
II.3. Gunung Ijen
Setelah membahas sekelumit tentang pariwisata dan potensinya, kemudian akan
dibahas tentang objek dari pariwisata dan industri pengolahan itu sendiri, yaitu kawasan
wisata Gunung Ijen. Gunung Ijen sendiri berada di kawasan Wisata Kawah Ijen dan Cagar
Alam Taman Wisata Ijen di Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan
Klobang Kabupaten Bondowoso. Gunung ini berada 2.368 meter di atas permukaan lautdimana puncaknya merupakan rentetan gunung api di Jawa Timur seperti Bromo, Semeru
dan Merapi. Kawah Ijen merupakan tempat penambangan belerang terbesar di Jawa
Timur yang masih menggunakan cara tradisional. Ijen memiliki sumber sublimat
belerang yang seakan tidak pernah habis dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri
kimia dan penjernih gula.
Kawah Ijen merupakan salah satu kawah paling asam terbesar di dunia dengan
dinding Kawah setinggi 300-500 meter dan luas kawahnya mencapai 5.466 hektar.
Kawah di tengah Kawah tersebut merupakan yang terluas di Pulau Jawa dengan ukuran
20 km. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter. Kawah tersebut terletak
di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding Kawah. Air kawah bervolume sekira
200 juta meter kubik itu panasnya mencapai 200 derajat celcius. Derajat keasaman kawah
tersebut sangat tinggi mendekati nol.
Ukuran kompleks sekitar 210 km2 (18 km × 15 km) dari timur ke barat dan utara
ke selatan. Namanya dikaitkan dengan gunung berapi dalam Kawah yang hanya aktif,
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
8/38
8
Kawah Ijen. Gunung Raung merupakan sebuah stratovolcano besar di sisi barat Kawah
Ijen biasanya dianggap tidak menjadi bagian dari kompleks Kawah. Kawah berisi lebih
dari 15 tempat Kawah kerucut vulkanik. Hal ini dibatasi di bagian utara oleh dinding
Kawah Kendeng yang runtuh berbentuk bulan sabit (di pinggiran bernama Kawah Old
Ijen) dan ke selatan dengan tepi Kawah gunung berapi pasca-Merapi, Ranteh, dan Jampit
(Kemmerling 1921). Fitur hidrologi utama dalamKawah adalah sungai asam Banyu Pahit
yang berasaldari Kawah Ijen danau kawah, dan Kali Sat yang netral dan sungai Kali
Senggon yang menguras masing-masing barat dan timurbagian dari Kawah. Semua
sungai bergabung di utara dan meninggalkan Kawah melalui ngarai di pinggiran Kawah
Kendeng. (Caudron, Corentin et all, 2015)
Aktivitas penambang Kawah Ijen telah mengekstraksi sulfur sini selama lebih dari
40 tahun . Pada saat mereka bekerja di malam hari untuk menghindari panas matahari dan
untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Para penambang belerang menjual untuk
sekitar Rp.780,- per kilogram ( kurang dari 25 sen dolar AS per pound ). Mereka dapat
membawa beban sebanyak 176-220 pound ( 60 hingga 80 kilogram ) sekali sehari atau
dua kali jika mereka bekerja sampai malam . Para penambang hanya menggunakan kain
basah sebagai masker gas karena tidak punya uang dan tidak ada kesempatan untuk
membeli masker yang sesuai untuk penambangan belerang dengan gas sulfatara pekat.
II.4. Belerang (sulfur)
Sulfur adalah elemen kimia non-metal dan diidenfikasi dengan huruf S. Sulfur
merupakan komoditas yang berharga dan bagian tak terpisahkan dari perekonomian
dunia. Sulfur dipakai sebagai bahan pembuatan produk seperti pupuk, bahan kimia, cat,
bahan berbasis karet, obat-obatan, serat, gula, detergen, plastik, kertas, dan produk
lainnya. Sulfur juga merupakan nutrisi vital bagi tumbuhan, hewan dan manusia.
Sulfur dapat ditemukan secara alamiah di alam ini. Selain itu sulfur juga terdapat
di lapisan kerak bumi yang dapat diambil dengan menggunakan proses Frasch. Sulfur
juga dapat diperoleh dari sumber minyak dan gas. Sulfur dapat ditemukan pula di sekitar
gunung berapi berupa sulfur dioksida ataupun sulfur padat. Sulfur juga dihasilkan dengan
jumlah yang lebih kecil dalam bentuk gas sulfur dioksida, yang dikeluarkan dari gas
buangan kendaraan dan beberapa pembangkit listrik (Sulfur Institute, 2015).
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
9/38
9
Sulfur dapat diolah menjadi beragam produk, dan di dalam paper ini akan dibahas
mengenai produk-produk yang dapat dihasilkan berikut dengan mini pilot plant dari
pabrik yang akan didirikan, lengkap dengan pra rancangan, perhitungan ekonomi, dan
segala hal yang mendukung untuk pabrik ini dapat secara nyata didirikan.
III. Metode Penelitian
Metode penelitian pertama yaitu studi literatur, bertujuan untuk mencari dasar serta
sumber teori yang relevan dengan gagasan yang akan dikemukakan. Sumber yang
dijadikan sumber literatur adalah berupa buku, jurnal, internet, dan segala sumber ilmiah
yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan isi kandungan serta datanya. Teori
yang telah didapatkan diharapkan dapat merancang sistem kerja dari industri danmengombinasikannya dengan denyut pariwisata di kawasan Gunung Ijen. Metode studi
literatur dilakukan karena diperlukan dasar yang jelas untuk merancang sebuah sistem.
Sistem di sini adalah sistem yang menyangkut industri pengolahan belerang beserta aneka
turunannya dan pariwisata di kawasan Gunung Ijen.
Pendakatan yang kedua yaitu proses prarancang industri pengolahan yang dalam hal
ini berupa pabrik, disertai dengan beragam analisanya baik dari segi proses, lingkungan,
finansial, dan sosial. Dari hasil studi literatur, teori yang didapatkan dijadikan panduan
awal untuk perancangan dasar sistem industri ini. Perancangan dasar industri atau pabrik
tentu saja harus mempertimbangkan beberapa aspek dasar seperti fungsi dasar peralatan
engineering , nilai ekosistem, dan nilai ekonomis. Selain itu, digunakan juga perancangan
pabrik dengan metode penggambaran secara manual. Detailed Engineering Design yang
didapatkan nanti digunakan sebagai dasar perancangan proses yang akan
menggambarkan bagaimana alat dan sarana yang dibutuhkan untuk kebutuhan industri
dan pariwisata. Semua alat dan sarana yang ditimbulkan digunakan sebagai dasar dalam
analisis ekonomi, seperti fixed capital, return of investment, working capital, sensitivity,
profitability, dan lainnya.
Selain studi literatur dari sumber-sumber fisik seperti buku dan sumber-sumber lain
yang relevan, kami juga melakukan metode penelitian berupa survei harga dan peralatan
yang digunakan untuk pendirian pabrik melalui semua media yang memungkinkan dan
teruji kredibilitasnya seperti konsultan teknik pengolahan dan teknik proses, website
resmi para pemasok peralatan industri baik di dalam dan luar negeri, dan survei dari pihak
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
10/38
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
11/38
11
Perekonomian dunia amat rentan menghadapi gejolak. Akhir-akhir ini hampir seluruh
negara berkembang atau bahkan negara maju mengalami perlambatan ekonomi secara
masif dan diikuti oleh angka pengangguran yang meningkat. Salah satu sektor ekonomi
yang paling terguncang adalah sektor komoditas dan jasa. Akan tetapi, ada satu sektor
yang sangat kuat meskipun berbagai guncangan ekonomi baik nasional, regional, maupun
global, yaitu pariwisata. Hiburan menjadi kebutuhan dasar manusia, dan salah satu
obatnya adalah dengan berlibur atau rekreasi. Kegiatan rekreasi sering disamakan dengan
kegiatan pariwisata meskipun keduanya cukup berbeda secara definisi.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan titik balik bagi
pariwisata Indonesia untuk melakukan revitalisasi regulasi. Belajar dari kesalahan masa
lalu, dan antisipasi untuk masa mendatang yang terbukti pada tahun 2007 dan 2015,
pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program
Perencanaan Nasional, sektor pariwisata mendapatkan penugasan baru untuk turut
mempercepat pemulihan ekonomi nasional serta memulihkan citra Indonesia di kancah
internasional.Selain itu sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggairahkan ekonomi
kerakyatan atau community-based tourism seperti yang diamanatkan dalam Pancasila dan
UUD 1945.
Sejalan dengan cita-cita tersebut, para pemangku jabatan tinggi badan-badan
penyelenggara negara, pada beberapa waktu lalu melakukan sebuah rakor yang
bertemakan “Mempercepat Peningkatan Daya Saing Industri dan Pariwisata untuk
Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Seperti yang dikutip harian
Kedaulatan Rakyat edisi 14 November 2015, pertemuan yang dilaksanakan di Hotel
Royal Ambarrukmo, Yogyakarta ini, dihadiri oleh sejumlah menteri, pemerintah
provinsi, gubernur dan dewan gubernur Bank Indonesia ini, menunjukkan sudah
terbentuk koordinasi dan komitmen dari para pemangku jabatan akan industri pariwisata
yang lebih baik. Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah merealisasikan koordinasi
dan komitmen yang dimiliki menjadi aksi nyata, seperti pembangunan, pengembangan,
dan penyegaran di objek-objek wisata yang ada.
Sejatinya industri pariwisata ini merupakan suatu industri seperti halnya dengan
industri pengolahan, yang biasanya dihubungkan secara langsung dengan pembangunan
ekonomi. Industri pariwisata memiliki hubungan multi dimensi yang tidak hanya terkait
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
12/38
12
erat dengan bidang ekonomi saja, tetapi hampir setiap bidang pembangunan nasional
bersentuhan dan erat kaitannya dengan industri pariwisata ini. Lebih-lebih hadirnya salah
satu bentuk industri jasa ini merupakan manifestasi kehadiran aktifitas manusia seperti
juga industri-industri dalam bidang-bidang pembangunan yang lainnya.
Letak geografis dua kepentingan industri ini, pariwisata dan pengolahan, terletak
dalam tempat yang sama, yaitu Gunung Ijen. Ada kekhawatiran yang timbul terhadap ide
ini, bahwa menyinergikan dua kepentingan ini adalah hal yang mustahil karena past i akan
banyak penolakan dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan di dalamnya. Akan
tetapi, penolakan pasti terjadi jika di dalamnya ada pihak yang dirugikan. Jika tidak ada
pihak yang dirugikan di dalamnya, dapat dipastikan penolakan tidak akan ada.
Dari berbagai pertimbangan di atas, produk pariwisata yang kami tawarkan dalam
paper ini bertemakan wisata alam (back to nature) sekaligus pendidikan bernama All in
Ijen Edupark atau jika diartikan dalam bahasa indonesia akan bermakna wisata edukasi
terpadu kawasan ijen. Tema wisata ini dipilih mengingat tren kawasan wisata terkini yang
tidak hanya menawarkan keindahan alam, akan tetapi wisata dengan tema edupark atau
taman wisata edukasi akan memiliki nilai lebih daripada hanya sekadar keindahan alam.
Pangsa pasar wisatawan yang ditargetkan tidak hanya pecinta keindahan alam, tapi juga
wisatawan yang memiliki keluarga dan ingin berlibur dengan atraksi yang unik dan
memiliki nilai edukasi di dalamnya, terutama bagi keluarga yang memiliki anak usia
belajar. Di dalam Ijen Edupark ini, terdapat beberapa atraksi menarik yang ada selain
tentunya kawasan industri pengolahan yang menjadi jantung dari Ijen Edupark . Beberapa
atraksi tersebut antara lain, kembang api, paintball, flying fox, pemandian air panas, air
terjun, down hill bike, dan lain sebagainya. Atraksi-atraksi tersebut sudah memiliki
Standard Operating Procedure (SOP) masing-masing yang harus dipenuhi dan terdapat
dalam bagian pembahasan ini.
Ditinjau dari aspek sosial, masyarakat di sekitar kecamatan Licin dan Paltuding, yang
menjadi akses terdekat menuju Gunung Ijen dari Banyuwangi, memiliki mata
pencaharian sebagai petani, buruh, hingga penambang tradisional. Sebagai fokus
pembahasan, mata pencaharian sebagai penambang belerang tradisional diambil untuk
ditinjau secara sosial kemasyarakatan. Para penambang di Kawah Ijen biasa mengangkut
bongkahan belerang seberat 60-80 kilogram per perjalanan. Sebagai pembeli belerang
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
13/38
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
14/38
14
semua kalangan, tema ini juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
secara signifikan dan juga meningkatkan promosi wisata ke Jawa Timur. Populernya
Kawah Ijen di dalam dan luar negeri, secara langsung maupun tidak langsung, tentunya
akan turut mengangkat pamor kawasan wisata lain di daerah Jawa Timur lainnya.
Selain membawa kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya, alam juga membawa
potensi bahaya yang kerap kali manusia tidak mampu untuk menanggulanginya. Akan
tetapi, manusia mampu untuk mencegah potensi bahaya yang ada dan meminimalisasi
kerugian yang ada jika bencana memang benar terjadi. Pembangunan industri pengolahan
dan pariwisata ini sudah melalui serangkaian studi feasibility melalui wawancara dengan
beberapa narasumber yang kredibel, di antaranya dengan dosen-dosen di Departemen
Teknik Kimia, UGM. Hasil wawancara menunjukkan, untuk mencegah kerugian yang
lebih besar jika suatu saat terjadi letusan Gunung Ijen, yang memang masih aktif, adalah
dengan membangun kawasan wisata Ijen Edupark yang memiliki jarak yang cukup aman
(di atas 10 kilometer) dari Kawah Ijen. Selain itu, pihak Ijen Edupark akan intens
berkomunikasi dengan pihak BMKG jika suatu saat terjadi tanda-tanda peningkatan
aktifitas vulkanis. Selain dari segi alam, wahana wisata juga memiliki kriteria
keselamatan yang ketat sesuai dengan wahananya masing-masing demi menjamin
keselamatan pengunjung seperti yang disajikan pada tabel berikut:
No Wahana Safety Procedure
1 Pemandian Air
Panas
Pengunjung yang memiliki riwayat penyakit jantung
dilarang mandi air panas.
Pengunjung wanita yang sedang hamil dilarang mandi air
panas.
Pengunjung dibawah umur 6 tahun dilarang mandi air panas.
2 Paintball (Air
Soft Gun)
Pengunjung diharuskan mengenakan seluruh peralatan
safety saat bermain paintball.
Pengunjung harus mengikuti briefing terlebih dahulu
sebelum bermain.
Pengunjung diharuskan selalu menggunakan google sampai
keluar dari arena paintball.
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
15/38
15
dan masih banyak wahana yang lainnya seperti, firework festival, air terjun, downhill
bike, dan lain-lain.
Sebagaimana ide awal dalam paper ini adalah kombinasi mutualisme antara industri
dan pariwisata, maka industri tentu juga harus dibahas secara mendalam. Industri yang
akan didirikan tidaklah sederhana karena merupakan industri terpadu yang memroduksi
turunan-turunan belerang Kawah Ijen yang beraneka ragam, seperti sabun, gypsum,
alumunium sulfat, fireworks atau kembang api, senyawa-senyawa belerang lain, dan
belerang kristal itu sendiri. Pembahasan industri pengolahan dimulai dari analisis
ekonominya.
I V.1. Investasi M odal
Investasi modal adalah pembiayaan moneter yang diperlukan untuk
pembangunan/pemasangan fasilitas-fasilitas produksi dan pengoperasiannya. Terdapat
dua tipe modal yaitu, modal tetap ( fixed capital ) dan modal kerja (working capital ).
Modal tetap menunjukkan/menyatakan investasi pada produksi dan fasilitas-fasilitas
pembantu sedangkan modal kerja menyatakan biaya-biaya yang diperlukan untuk
melakukan bisnis secara normal. (Aries and Newton, 1955)
Kalkukasi investasi modal adalah sebagai berikut:
Modal tetap ( fixed capital ) : $ -------
Modal kerja (working capital ) : $ -------
Modal total : $ -------
IV.1.1. Modal Tetap (Fixed Capital)
Sekitar 85% - 90% dari modal total umumnya merupakan modal tetap.
Modal tetap dapat juga didefinisikan sebagai biaya total dari instalasi alat-alat
proses, bangunan-bangunan, alat-alat bantu, dan rekayasa yang terlibat dalam
penciptaan sebuah pabrik baru (Aries and Newton, 1955).
Bagan dari rincian modal tetap dan bagian-bagian utamanya adalah
sebagai berikut:
Tabel. Estimasi Modal Tetap
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
16/38
16
1 Harga alat sampai di tempat $
2 Pemasangan alat $
3 Pemipaan $
4 Instrumentasi $
5 Isolasi $
6 Listrik $
7 Bangunan $
8 Tanah dan perbaikan $
9 Utilitas $
Physical Plant Cost (PPC) $
10 Teknik dan konstruksi $
Di rect Plant Cost (DPC) $
11 Upah kontruktor $
12 Biaya tak terduga (contingency) $
Fixed Capital (Modal Tetap) $
Berdasarkan tabel di atas, nilai PPC merupakan jumlah dari harga alat,
pemasangan alat, pemipaan, instrumentasi, isolasi, listrik, bangunan, tanah dan
perbaikannya serta utilitas. Nilai DPC merupakan jumlah dari nilai PPC dengan
teknik dan konstruksi. Jumlah dari nilai DPC dan upah kontraktor serta biaya tak
terduga diestimakan
Bagian utama dari modal tetap adalah biaya fisik dari pabrik yang
merupakan jumlah dari semua peralatan, material, dan pengeluaran-pengeluaran
untuk buruh (tenaga) yang terjadi pada pembangunan fasilitas-fasilitas pabrik.
Terdapat beberapa metode dalam mengkalkulasi/memperkirakan modal tetap,
namun metode yang digunakan dalam paper ini adalah metode 2. Cara ini
pertama-tama menghitung harga peralatan sampai di tempat. Kemudian semua
komponen dari PPC diestimasi dengan mempersentasekan terhadap harga
peralatan tersebut. Teknik dan konstruksi diestimasi dengan mempersentasekan
terhadap nilai PPC dan upah kontraktor serta contingency diestimasikan dengan
mempersentasekan terhadap DPC (Aries and Newton, 1955). Dengan demikian,
modal tetap dapat ditentukan harganya.
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
17/38
17
Komponen utama PPC adalah harga peralatan. Elemen-elemen lain yang
dapat membuat peralatan menjadi suatu unit yang produktif, yaitu instalasi alat,
pemipaan, instrumentasi, isolasi, listrik, bangunan, tanah dan perbaikan serta
utilitas yang harus dipertimbangkan.
IV.1.2. Modal Kerja (Working Capital)
Modal kerja didefinisikan sebagai biaya-biaya yang diperlukan untuk
melakukan bisnis secara normal. Pada umumnya, besar modal kerja adalah 10% -
15 % dari investasi modal tetap atau 25% dari nilai jual produksi tahunan. Modal
kerja meliputi:
a)
Cadangan bahan baku (raw material inventory)
Persediaan bahan baku untuk produksi ditentukan oleh kecepatan
penggunaan harga, ketersediaan, sumber, dan persyaratan penyimpanan.
Untuk perkiraan, digunakan harga pembelian untuk persediaan 1 bulan.
b) Cadangan dalam proses (in-process inventory)
Pada proses kimia, harga/nilai dari cadangan dalam proses tergantung
pada panjang siklus proses secara total. Harga dari cadangan dalam proses
diperkirakan 0,5 dari biaya produksi total yang terjadi selama suatu
periode yang setara dengan total “hold-up time” yang diperlukan untuk
proses.
c)
Cadangan produksi ( product inventory)
Jumlah cadangan produksi yang harus dipertahankan/disediakan sangat
tergantung pada hasil produksi. Beberapa bahan produksi dengan kontinyu
dan dijual musiman. Beberapa produk mungkin tidak tahan disimpan pada
waktu yang lama, atau tidak stabil, atau memerlukan fasilitas penyimpanan
khusus. Bila tidak ada data, cadangan produksi dapat dianggap sama denganharga 1 bulan produksi pada biaya produksi.
d) Extended credit
Extended credit merupakan biaya yang disediakan untuk pembayaran
pengiriman barang ke pelanggan. Biaya ini diperkirakan sebesar satu bulan
produksi pada harga jual atau dua kali lipat biaya pembuatan.
e) Available cash
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
18/38
18
Available cash merupakan biaya yang dibutuhkan untuk pembayaran
upah/gaji, dan untuk jasa-jasa serta bahan-bahan dengan perkiraan sebesar
biaya produksi untuk satu bulan.
Sehingga, modal kerja dapat diperkirakan dengan persamaan berikut:
= ( + 4 + 0,5 )
dengan : Iw = modal kerja
r m = kapasitas produksi bulanan
m = harga bahan baku per satuan produksi
Q = siklus produksi, bulan
M = harga/biaya pembuatan per unit produksi
(Aries and Newton, 1955)
I V.2. Manufacturing Cost
Berdasarkan referensi buku “Chemical Engineering Cost Estimation” oleh
Aries and Newton (1955), Manufacturing cost adalah jumlah semua biaya
langsung, biaya tidak langsung dan biaya-biaya tetap yang timbul akibat
pembuatan suatu produk. Komponen - komponen manufacturing cost yaitu direct
manufacturing cost, indirect manufacturing cost, dan fixed manufacturing cost .
IV.2.1. Direct manufacturing cost
Direct manufacturing cost meliputi biaya-biaya yang berhubungan
langsung dengan operasi produksi (pembuatan suatu produk), meliputi:
a)
Bahan baku
Biaya untuk bahan baku ada dua jenis, yaitu harga semua bahan
yang dibutuhkan untuk pembuatan produk dan biaya-biaya pengiriman
bahan tersebut dan harga/biaya bahan-bahan katalis. Harga bahan-
bahan kimia dipublikasikan secara regular pada beberapa jurnal, salah
satunya yaitu “Chemical and Engineering News” dan “Oil, Paint, and
Drug Reporter”. Dalam pabrik kimia, biaya bahan baku biasanya
berkisar antara 10% - 50% dari biaya produksi
b)
Tenaga kerja (labor )
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
19/38
19
Tenaga kerja di pabrik dapat dibagi dua kelas, yaitu tenaga
terampil dan tenaga tidak terampil. Biaya pekerja meliputi gaji untuk
kedua kelas di atas. Pada proses-proses cair atau gas dengan skala besar,
besarnya biaya tenaga kerja hanya 5% - 10% dari biaya produksi
(manufacturing ). Untuk proses-proses kimia pada umunya, biaya untuk
tenaga kerja kira-kira 15% dari total biaya produksi.
c)
Pengawasan ( supervision)
Biaya pengawasan adalah gaji untuk semua personil yang
bertanggung jawah terhadap pengawasan langsung pada proses
produksi. Tingkat gaji pengawas berbeda-beda sesuai dengan tingkat
tanggung jawabnya. Untuk pabrik dengan proses yang sederhana,
besarnya biaya pengawasan kira-kira 10% dari biaya tenaga kerja dan
25% untuk proses yang rumit.
d) Perawatan (maintenance)
Biaya perawatan meliputi semua biaya bahan dan tenaga kerja
yang diperlukan dalam perawatan rutin dan perbaikan-perbaikan
pabrik, termasuk revisi peralatan dan bangunan. Dalam kondisi rata-
rata, biaya perawatan terdiri atas tenaga kerja 50% dan bahan 50%.
e) Plant supplies
Dalam proses produksi banyak bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk menjaga agar proses berjalan dengan efisien. Contoh bahan-
bahan tersebut adalah kertas grafik, minyak pelumas, bahan-bahan
kimia tertentu, dll. Biaya pertahun untuk bahan-bahan ini kira-kira 15%
dari biaya perawatan tahunan.
f)
Royalties dan patent Banyak proses manufaktur yang dilindungi dengan paten. Apabila
ingin menggunakan proses tersebut, maka harus membayar kepada
pemilik hak paten tersebut sejumlah uang tertentu, atau membayar
honor (royalty) berdasarkan jumlah bahan yang diproduksi. Biaya
untuk royalty dan patent diperkirakan 1% - 5% dari harga penjualan
produk.
g)
Utilitas (utilites)
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
20/38
20
Utilitas meliputi kebutuhan steam, air, listrik, bahan bakar, udara
tekan, dan refrigerasi. Perhitungan utilitas harus ditambah 25% - 50%
dari kebutuhan efektif pabrik. Kelebihan ini dimaksudkan untuk
bangunan perkantoran, perumahan pegawai, kehilangan (losses) dan
keperluan tak terduga. Biaya utilitas untuk pabrik kimia biasanya
berkisa antara 10% - 20% dari total harga jual produk.
Utilitas dapat dipenuhi dengan salah satu dari ketiga cara berikut:
1) Membeli dari luar.
2)
Dibuat di sentral utilitas untuk melayani/menyuplai seluruh
kebutuhan pabrik.
3)
Dibuat sendiri untuk kebutuhan suatu proses saja.
IV.2.2. Indirect manufacturing cost
Indirect manufacturing cost adalah pengeluaran-pengeluaran yang
diadakan sebagai akibat (tidak langsung) dari operasi produksi, meliputi:
a) Payroll overhead
Semua biaya perusahaan untuk pembayaran pensiun, cuti,
asuransi, pegawai yang cacat, keamanan, dan beban pengangguran
(unemployment taxes) diklasifikasikan sebagai payroll overhead .
Masing-masing item tersebut di atas dapat diperkirakan besarnya, tetapi
secara keseluruhan besarnya 15% - 20% dari labor cost .
b) Laboratorium
Dalam proses kimia, pekerjaan/penelitian laboratorium
dibutuhkan untuk mengontrol kualitas produk. Besar kecilnya biaya
untuk laboratorium ini tergantung pada jenis produk, tetapi rata-rata
adalah 10% - 20% dari biaya tenaga kerja ( labor cost ).c) Plant overhead
Plant overhead adalah biaya-biaya tertentu yang dibutuhkan
secara tidak langsung oleh unit produksi. Hal ini meliputi penyediaan
fasilitas kesehatan, fasilitas rekreasi, pergudangan, purchasing , dan
engineering. Besarnya plant overhead adalah 50% - 100% dari biaya
tenaga kerja produktif.
d)
Pengemasan ( packing )
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
21/38
21
Biaya kontainer untuk pengemasan sangat bergantung pada sifat-
sifat kimia dan fisis dari produk serta nilainya. Harga kontainer
(umumnya berbentuk kotak/kaleng) tergantung dari bahan dan
kapasitasnya. Total biaya pengemasan sebagai persentase terhadap harga
jual produk (manufacturer’s sale price) berbeda untuk industri tertentu.
e) Pengiriman (Shipping )
Banyak produk kimia dijual pada free on board (F.O.B), sehingga
biaya pengiriman tidak dipertimbangkan. Tetapi bila produk dijual pada
dasar sampai di tempat (delivered ), maka ongkos pengiriman harus
diperhitungkan. Biaya transportasi/pengiriman tergantung pada jenis
kendaraan yang dipakai dan jenis barang yang diangkut.
IV.2.3. Fixed manufacturing cost
Dalam sebuah pabrik ada biaya-biaya tertentu yang selalu dikeluarkan
baik pada saat pabrik beroperasi atau tidak. Biaya-biaya yang tidak tergantung
pada jumlah produksi disebut biaya tetap ( fixed manufacturing cost ). Perkiraan
kasar untuk fixed manufacturing cost adalah 10% - 20% dari biaya produksi total.
Biaya tetap meliputi:
a)
Depresiasi (depreciation)
Dalam pendirian pabrik baru memerlukan modal peralatan, bangunan, dan
perlengkapan-perlengkapan lain. Peralatan, bangunan, dan perlengkapan lain
yang ada mengalami penurunan harga selama umur produktifnya. Penurunan
harga/nilai ini disebut depresiasi. Kecepatan depresiasi per tahun untuk
mesin-mesin dan peralatan pada umumnya 10% dari investasi modal tetap,
dan untuk bangunan kira-kira 3% dari harga mula-mula.
ℎ = −
b) Pajak
Besarnya pajak sangat tergantung pada tempat di mana pabrik berada.
Pabrik yang berlokasi di kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi
dikenakan pajak lebih tinggi daripada pabrik yang berlokasi di daerah
terpencil. Pajak tahunan untuk pabrik yang berlokasi di daerah dengan
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
22/38
22
kepadatan penduduk yang tinggi berkisar 2% - 4% dari investasi modal tetap
dan untuk pabrik di daerah terpencil 1% - 2% dari investasi modal tetap.
c) Asuransi
Besarnya asuransi tergantung pada jenis proses yang ada di pabrik yang
bersangkutan dan pada ada atau tidaknya fasilitas perlindungan yang telah
tersedia. Besarnya asuransi tahunan diperkirakan 1% dari investasi modal
tetap.
d) Sewa (rent )
Biaya sewa tahunan untuk tanah dan bangunan kira-kira 8% - 10% dari
seluruh sewa yang ada (Mulyono, 1997).
IV.3. General Expense
Pengeluaran-pengeluaran pabrik selain biaya manufaktur dikelompokkan
dalam suatu klasifikasi yang disebut general expense (Aries and Newton, 2015),
yang meliputi:
IV.3.1. Administrasi
Biaya-biaya administrasi meliputi gaji-gaji yang berkaitan dengan
manajemen, ongkos administrasi, dan pemeriksaan. Besarnya biaya
administrasi diperkirakan 2% - 3% dari harga penjualan atau 3% - 6% dari
biaya manufaktur.
IV.3.2. Sales
Sales adalah produk perusahaan/pabrik yang dapat dijual. Biaya-biaya
untuk menjual produk cukup bervariasi tergantung pada jenis produk, metode
pnejualan dan distribusi, jauh dekatnya pelanggan, dan sejauh mana
pengiklanan yang dibuat. Biaya penjualan bervariasi dari 2% - 30% dari harga
penjualan produk. Persentase rendah adalah untuk produk-produk standaryang mana tidak memerlukan usaha yang besar untuk menawarkan kepada
konsumer, dan dijual dalam jumlah besar dibanding produsen lain sedangkan
persentase besar adalah untuk produk-produk baru yang memerlukan
distributor untuk penjualannya sampai kepada konsumen. Secara umum biaya
penjualan dapat diperkirakan dengan kasar sama dengan 3% - 12% harga
penjualan atau 5% - 22% dari biaya manufaktur. Namum, biasanya harga
penjualan adalah dua kali lipat biaya manufaktur, Bila produk suatu pabrik
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
23/38
23
merupakan produk yang sudah ada saingannya, maka harga jual di- set sama
dengan harga jual pesaing atau bahkan dibawahnya.
IV.3.3. Penelitian (research)
Industri kimia mengalokasikan 2,5% dari penjualan produknya untuk
keperluan penelitian sedangkan industri lain rata-rata hanya 2%. Besarnya
biaya penelitian diperkirakan 2% - 4% dari harga penjualan atau 3,5% - 8%
dari biaya manufaktur.
IV.3.4. Finance
Financing expense meliputi biaya-biaya ekstra yang tercakup dalam
mendapatkan uang yang diperlukan untuk modal tetap. Financing expense
umumnya dibatasi / terbatas pada bunga dari uang yang dipinjam.
Persamaan untuk general expense dapat diperkirakan dengan salah satu
dari dua persamaan berikut:
= 0,13 +0,03
= 0,22 +0,03
dengan, G = general expense per satuan produksi
S = harga penjualan per satuan produksi
M = biaya manufaktur per satuan produksi
B = jumlah pinjaman modal
r a = kapasitas produksi tahunan
(Aries and Newton, 2015)
IV.4. Penjualan dan Keuntungan (Sales and Prof it )
Profit dapat didefinisikan sebagai kelebihan pendapatan setelah dikurangi
dengan biaya-biaya/pengeluaran-pengeluaran. Keuntungan ada dua macam, yaitu
keuntungan sebelum pajak pendapatan dan keuntungan setelah pajak pendapatan.
Keuntungan sebelum dan setelah pajak dapat diperkirakan dengan persamaan-
persamaan berikut:
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
24/38
24
= − −
= 0,44 ( − − )
dengan, P b = keuntungan sebelum pajak, per satuan produksi
Pa = keuntungan setelah pajak, per satuan produksi
S = harga penjualan per satuan produksi
M = biaya manufaktur per satuan produksi
G = pengeluaran-pengeluaran umum ( general expenses)
per satuan produksi
Estimasi keuntungan:
Sales :
Manufacturing cost :
General expense :____________+
Total cost :____________+
Profit before taxes :
Income taxes :____________-
Profit after taxes :
IV.5. Metode-metode untuk menyatakan keuntungan
Ada beberapa metode dasar yang secara kuantitatif dapat digunakan untuk
menyatakan secara relatif suatu pabrik baru layak dibangun atau tidak.
IV.5.1. Per cent profit on sales
Per cent profit on sales merupakan ekspresi paling sederhana untuk
menyatakan profitability yaitu satuan keuntungan baik sebelum atau setelah
pajak-pajak dan dinyatakan sebagai persentase dari satuan harga jual.
Persamaan untuk per cent profit on sales sebagai berikut:
=
=
dengan, Psb : per cent profit on sales sebelum pajak, dinyatakan dalam
desimal
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
25/38
25
Psa : per cent profit on sales setelah pajak, dinyatakan dalam
desimal
S : harga penjualan per satuan produksi
P b : keuntungan sebelum pajak per satuan produksi
Pa : keuntungan setelah pajak per satuan produksi
IV.5.2. Per cent return on investment
Per cent return on investment yaitu kecepatan tahunan di mana
keuntungan-keuntungan akan mengembalikan investasi (modal) dengan
persamaan sebagai berikut:
=
=
dengan, Prb : Per cent return on investment sebelum pajak,
dinyatakan dalam desimal
Pra : Per cent return on investment setelah pajak,
dinyatakan dalam desimal
r a : kapasitas produksi tahunan
P b : keuntungan sebelum pajak per satuan produksi
Pa : keuntungan setelah pajak per satuan produksi
IF : fixed-capital nvestment
IV.5.3. Harga jual ( sales)
Harga jual dapat dihitung dengan persamaan berikut:
=
+ +
dengan, S : harga jual per satuan produksi
IF : investasi modal tetap
Pk : minimum acceptable per cent return on
investment before taxes, dinyatakan dalam desimal
M : biaya manufaktur per satuan produksi
G : general expense per satuan produksi
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
26/38
26
r a : kapasitas produksi tahunan
IV.5.4. Pay-out time
Pay-out time merupakan tahun ke berapa investasi modal akan kembali
dengan keuntungan yang dihitung sebelum mengurang nilai depresiasi.
=
+ 0,1
dengan, D : pay-out time per tahun
P b : profit before taxes tiap satuan produksi
r a : laju produksi per tahun
IF : fixed-capital investment
IV.5.5. Break-even point Break-even point merupakan titik dengan jumlah total penjualan dan biaya
produksi saling berpotongan yaitu kondisi di mana tidak mengalami
keuntungan maupun kerugian yang dapat dihitung dengan persamaan berikut:
=( + 0,3)
− − 0,7
dengan, r a : laju produksi tahunan
Fa : annual fixed expense pada produksi maksimum
R a : annual regulated expense pada produksi
maksimum
Sa : annual sales value pada produksi maksimum
Va : annual variable expense pada produksi
maksimum
Z : produksi maksimum tahunan
IV.5.6. Shutdown point
Shutdown point merupakan titik di mana suatu pabrik harus segera
dihentikan operasionalnya karena sudah memberikan kerugian yang lebih
besar dan signifikan jika tetap dijalankan dengan persamaan sebagai berikut:
=0,3
− − 0,7
dengan, r a : laju produksi tahunan
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
27/38
27
R a : annual regulated expense pada produksi
maksiumum
Va : annual variable expense pada produksi
maksiumum
Sa : annual sales value pada produksi maksiumum
Z : produksi maksimal tahunan
Setelah dipaparkan metode perhitungan, berikut adalah analisis ekonomi berupa
perhitungan dari industri pengolahan secara keseluruhan mulai dari industri belerang
kristal, gypsum, hingga sabun.
Delivered Equipment Cost
Year CEPCI Value
2014 652.5 $ 960,000.00
2015 673.2 $ 990,455.17
Solid Fluid Processing Plant
Item Index Value Total
Fixed CapitalDirect Costs
DEC 100 $ 990,455.17
Equipment Installation 39 $ 386,277.52
Instrumentation and Controls 13 $ 128,759.17
Piping 31 $ 307,041.10
Electrical 10 $ 99,045.52
Building 29 $ 287,232.00
Yard Improvements 10 $ 99,045.52
Service Facilities 55 $ 544,750.34
Land 6 $ 59,427.31
$ 2,902,033.66Indirect Cost
Engineering and Supervision 32 $ 316,945.66
Construction Expenses 34 $ 336,754.76
$ 653,700.41
Other Cost
Contractor Fee 18 $ 178,281.93
Contingency 36 $ 356,563.86
$ 534,845.79
Total Fixed Capital 413 $ 4,090,579.86
Working CapitalWorking Capital 74 $ 732,936.83
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
28/38
28
Total Capital InvestmentTotal Capital Investment 487 $ 4,823,516.69
Depreciable CapitalDEC $ 990,455.17
Equipment Installation $ 386,277.52
Instrumentation and Controls $ 128,759.17
Piping $ 307,041.10
Electrical $ 99,045.52
Building $ 287,232.00
Yard Improvements $ 99,045.52
Service Facilities $ 544,750.34
Total Depreciable Capital $ 2,842,606.34
ROI
Annual Profit Before Taxes $ 336,645.27
Annual Profit After Taxes $ 252,483.95
Total Capital Investment $ 4,823,516.69
ROI Before Taxes 6.98%
ROI After Taxes 5.23%
POT
Depreciable Capital $ 2,842,606.34
Average Depreciation $ 142,130.32
Annual Profit Before Taxes $ 336,645.27
Annual Profit After Taxes $ 252,483.95
POT Before Taxes 5.94 years
POT After Taxes 7.20 years
DCFRR
Cash Flow
Year Cash Flow Present Value
0 $ (4,823,516.69) $ (4,823,516.69)1 $ 359,081.69 $ 313,886.11
2 $ 359,081.69 $ 274,379.03
3 $ 359,081.69 $ 239,844.50
4 $ 359,081.69 $ 209,656.62
5 $ 359,081.69 $ 183,268.33
6 $ 359,081.69 $ 160,201.38
7 $ 359,081.69 $ 140,037.74
8 $ 359,081.69 $ 122,411.98
9 $ 359,081.69 $ 107,004.67
10 $ 359,081.69 $ 93,536.60
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
29/38
29
11 $ 359,081.69 $ 81,763.68
12 $ 359,081.69 $ 71,472.54
13 $ 359,081.69 $ 62,476.70
14 $ 359,081.69 $ 54,613.11
15 $ 359,081.69 $ 47,739.27
16 $ 359,081.69 $ 41,730.59
17 $ 359,081.69 $ 36,478.20
18 $ 359,081.69 $ 31,886.89
19 $ 359,081.69 $ 27,873.47
20 $ 1,092,018.52 $ 74,098.02
Sum $ (2,449,157.27)
DCFRR Interest 14.40%
Manufacturing Cost
Direct Production CostItem Percentage of Value Total
Raw Materials 50% TPC
$
1,531,039.52
Operating Labor 10% TPC $ 308,233.40
Direct Supervisory & Clerical Labor 10% OL $ 30,823.34
Utilities 10% TPC $ 308,233.40
Maintenance and Repairs 2% FCI $ 81,811.60
Operating Supplies 1% FCI $ 20,452.90
Laboratory Charges 10% OL $ 30,823.34
Patent and Royalties 2% TPC $ 61,646.68
Total Direct Production Cost
$
2,373,064.19
Fixed Charges
Depresiasi $ 142,130.32
Local Taxes 4% FCI $ 163,623.19
Insurance 1% FCI $ 20,452.90
Total Fixed Charges
$
326,206.41
Plant Overhead
Plant Overhead 5% TPC$154,116.70
Total Manufacturing Cost
$
2,853,387.30
General ExpensesAdministrative Cost 2% TPC $ 61,646.68
Distribution and Selling Cost 8% TPC $ 231,175.05
R&D Cost 5% TPC $ 154,116.70
Financing Cost 5% FCI $ 204,528.99
Total General Expenses
$
651,467.43
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
30/38
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
31/38
31
Break Even Chart
Capacity Sales Fixed Cost Variable Cost Regulated Cost
Fixed + Variable
Cost Total Cost Profit
0% $ - $ 326,206.41
$
- $ 313,966.10 $ 326,206.41 $ 640,172.51 $(640,172.51)
10% $ 384,150.00 $ 326,206.41
$
213,209.47 $ 387,224.85 $ 539,415.88 $ 926,640.73 $(542,490.73)
20% $ 768,300.00 $ 326,206.41
$
426,418.93 $ 460,483.61 $ 752,625.34 $ 1,213,108.95 $(444,808.95)
30% $ 1,152,450.00 $ 326,206.41
$
639,628.40 $ 533,742.37 $ 965,834.81 $ 1,499,577.17 $(347,127.17)
40% $ 1,536,600.00 $ 326,206.41$852,837.86 $ 607,001.12 $ 1,179,044.27 $ 1,786,045.40 $(249,445.40)
50% $ 1,920,750.00 $ 326,206.41
$
1,066,047.33 $ 680,259.88 $ 1,392,253.74 $ 2,072,513.62 $(151,763.62)
60% $ 2,304,900.00 $ 326,206.41
$
1,279,256.80 $ 753,518.63 $ 1,605,463.21 $ 2,358,981.84
$
(54,081.84)
70% $ 2,689,050.00 $ 326,206.41
$
1,492,466.26 $ 826,777.39 $ 1,818,672.67 $ 2,645,450.06 $ 43,599.94
80% $ 3,073,200.00 $ 326,206.41
$
1,705,675.73 $ 900,036.15 $ 2,031,882.14 $ 2,931,918.29
$
141,281.71
90% $ 3,457,350.00 $ 326,206.41
$
1,918,885.19 $ 973,294.90 $ 2,245,091.60 $ 3,218,386.51
$
238,963.49
#### $ 3,841,500.00 $ 326,206.41
$
2,132,094.66 $ 1,046,553.66 $ 2,458,301.07 $ 3,504,854.73
$
336,645.27
Break Even Point
57% $ 2,179,906.27 $ 326,206.41$1,209,883.25 $ 729,681.89 $ 1,536,089.66 $ 2,265,771.55
$(85,865.29)
Shutdown Point
40% $ 1,535,461.45 $ 326,206.41
$
852,205.95 $ 606,784.00 $ 1,178,412.36 $ 1,785,196.36 $(249,734.91)
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
32/38
32
ENSITIVITY ANALYSIS
DCFRR
Variable Change In Variable5% 0% -5%
Selling Price 23.01% 14.40% 4.56%
Raw Materials 6.70% 14.40% 21.62%
Capital 12.98% 14.40% 16.22%
Depresiasi
Perubahan DCFRR
VariableChange in Variable
5% 0% -5%
Selling Price 8.61% 0.00% -9.84%
Raw Materials -7.70% 0.00% 7.22%
Capital -1.42% 0.00% 1.82%
Depreciable Capital $ 2,842,606.34
Salvage Value $ -
Life Time
20
years
Interest 6%
Pemilihan Metode DepresiasiTahun SOYD DDB 1,5DB SLN
1 $ 270,724.41 $ 284,261 $ 213,195 $ 142,130
2 $ 257,188.19 $ 255,835 $ 197,206 $ 142,130
3 $ 243,651.97 $ 230,251 $ 182,415 $ 142,130
4 $ 230,115.75 $ 207,226 $ 168,734 $ 142,1305 $ 216,579.53 $ 186,503 $ 156,079 $ 142,130
6 $ 203,043.31 $ 167,853 $ 144,373 $ 142,130
7 $ 189,507.09 $ 151,068 $ 133,545 $ 142,130
8 $ 175,970.87 $ 135,961 $ 123,529 $ 142,130
9 $ 162,434.65 $ 122,365 $ 114,265 $ 142,130
10 $ 148,898.43 $ 110,128 $ 105,695 $ 142,130
11 $ 135,362.21 $ 99,116 $ 97,768 $ 142,130
12 $ 121,825.99 $ 89,204 $ 90,435 $ 142,130
13 $ 108,289.77 $ 80,284 $ 83,652 $ 142,130
14 $ 94,753.54 $ 72,255 $ 77,379 $ 142,130
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
-10% -5% 0% 5% 10%
Strauss Plot
Sel…
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
33/38
33
Annual SalesCapacity Unit Product Selling Price Unit Sales
15000 buah Kembang Api Besar $ - /buah $ -
750000 batang Kembang Api Air Mancur $ 2.50 /10 batang $ 187,500.00300000 batang Kembang Api Sparkle $ 1.00 /10 batang $ 30,000.00
90000 Batang Sabun $ 0.90 /batang $ 81,000.00
19800 ton Gypsum $ 21.00 /ton $ 415,800.00
1000000 buah Paintball $ 24.00 /box (2000 biji) $ 12,000.00
132000 ton Aluminium Sulfate $ 236.00 /ton $ 3,115,200.00
Total $ 3,841,500.00
Raw MaterialsRequirement Unit Raw Material Price Unit Cost
4157.48 ton Limbah Bauksit $ 100.00 /ton $ 415,748.03
0.38 ton Pemanis $ 5,000.00 /ton $ 1,889.76
0.38 ton Pengawet $ 1,650.00 /ton $ 623.62
1.89 ton Gelatin $ 5,000.00 /ton $ 9,448.82
56.69 ton Polyethylene Glycol $ 1,000.00 /ton $ 56,692.91
0.38 ton Pewarna Makanan $ 5,000.00 /ton $ 1,889.76
47.2441 ton KOH $ 1,050.00 /ton $ 49,606.30
0.6450 ton Olive Oil $ 4,000.00 /ton $ 2,580.00
6.4500 ton Palm Oil $ 800.00 /ton $ 5,160.001.3636 ton Coconut Oil $ 3,800.00 /ton $ 5,181.82
29.99 ton Aluminium $ 5,900.00 /ton $ 176,965.93
74.61 ton Arang $ 1,260.00 /ton $ 94,014.66
1.89 ton Dekstrin $ 700.00 /ton $ 1,322.83
8.22 ton Kalium Klorat $ 955.00 /ton $ 7,851.18
19.70 ton Stronsium Carbonate $ 700.00 /ton $ 13,791.32
375.02 ton Kalium Nitrat $ 760.00 /ton $ 285,017.41
57.32 ton Titanium $ 2,100.00 /ton $ 120,378.19
70.19 ton Alkohol Denaturasi $ 850.00 /ton $ 59,662.54
0.30 ton Chinese Visco $ 15.00 /ton $ 4.50
15 $ 81,217.32 $ 65,030 $ 71,575 $ 142,130
16 $ 67,681.10 $ 58,527 $ 66,207 $ 142,130
17 $ 54,144.88 $ 52,674 $ 61,241 $ 142,130
18 $ 40,608.66 $ 47,407 $ 56,648 $ 142,130
19 $ 27,072.44 $ 42,666 $ 52,400 $ 142,130
20 $ 13,536.22 $ 45,489 $ 48,470 $ 142,130
Average $ 142,130.32 $ 125,205.09 $ 112,240.63 $ 142,130.32
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
34/38
34
156.73 ton Kalium Perklorat $ 1,000.00 /ton $ 156,732.28
94.49 ton Gula $ 200.00 /ton $ 18,897.64
6.00 ton Besi $ 900.00 /ton $ 5,400.00
6.00 ton Sodium $ 330.00 /ton $ 1,980.00
6.00 ton Tembaga $ 6,000.00 /ton $ 36,000.00
6.00 ton Barium Nitrat $ 700.00 /ton $ 4,200.00
Total $ 1,531,039.52
Present ValueYear SOYD DDB 1,5DB SLN
1 $ 255,400.39 $ 268,170.41 $ 201,127.81 $ 134,085.20
2 $ 228,896.58 $ 227,691.86 $ 175,512.47 $ 126,495.48
3 $ 204,574.89 $ 193,323.28 $ 153,159.47 $ 119,335.36
4 $ 182,273.23 $ 164,142.40 $ 133,653.31 $ 112,580.52
5 $ 161,840.82 $ 139,366.19 $ 116,631.43 $ 106,208.046 $ 143,137.52 $ 118,329.79 $ 101,777.42 $ 100,196.27
7 $ 126,033.04 $ 100,468.69 $ 88,815.21 $ 94,524.78
8 $ 110,406.30 $ 85,303.60 $ 77,503.83 $ 89,174.32
9 $ 96,144.82 $ 72,427.59 $ 67,633.06 $ 84,126.72
10 $ 83,144.10 $ 61,495.12 $ 59,019.42 $ 79,364.83
11 $ 71,307.12 $ 52,212.84 $ 51,502.79 $ 74,872.48
12 $ 60,543.78 $ 44,331.65 $ 44,943.48 $ 70,634.41
13 $ 50,770.47 $ 37,640.08 $ 39,219.54 $ 66,636.24
14 $ 41,909.58 $ 31,958.56 $ 34,224.60 $ 62,864.38
15 $ 33,889.15 $ 27,134.63 $ 29,865.81 $ 59,306.02
16 $ 26,642.41 $ 23,038.84 $ 26,062.14 $ 55,949.0717 $ 20,107.48 $ 19,561.28 $ 22,742.91 $ 52,782.14
18 $ 14,226.99 $ 16,608.63 $ 19,846.41 $ 49,794.47
19 $ 8,947.79 $ 14,101.67 $ 17,318.80 $ 46,975.92
20 $ 4,220.66 $ 14,183.84 $ 15,113.10 $ 44,316.90
Total $ 1,924,417.15 $ 1,711,490.92 $ 1,475,673.01 $ 1,630,223.54
Dipilih SOYD
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
35/38
35
V. Simpulan dan Saran
Dari hasil yang didapatkan, keuntungan yang didapatkan memang belum akan
memberikan return of investment dalam waktu yang relatif cepat, karena basis dari
perancangan kawasan industri pariwisata dan industri pengolahan ini bukanlah semata-
mata tentang materi yang dapat diukur dengan uang. Akan tetapi, lebih dari itu, sistem
All in Ijen Edupark ini dapat memberikan kesejahteraan baik pada masyarakat sekitar
Gunung Ijen, yang secara tidak langsung juga memberikan efek domino kepada
peningkatan taraf kualitas di sektor-sektor lainnya, antara lain berkurangnya arus
urbanisasi, menurunnya kriminalitas, penyerapan lapangan kerja dan dampak sosial-
kemasyarakatan lainnya. Metode yang tepat berdasarkan pembahasan di atas adalah
bagaimana mengatur volume produksi dan penjualan yang dimiliki oleh pabrik
pengolahan belerang pada saat krisis dan atau sebagainya, sehingga dapat menjadi nilai
tukar tersendiri saat dihantam dengan krisis ataupun gejolak. Sedangkan, sebagai senjata
utamanya untuk menghadapi tekanan eksternal dan internal adalah tetap dengan
mengandalkan industri pariwisata yang tidak akan pernah mati. Berbeda dengan industri
komoditas yang harganya fluktuatif, industri pariwisata selalu memiliki nilai jual yang
tinggi. Memang, industri pariwisata umumnya hanya ramai di saat-saat tertentu saja
seperti waktu liburan, akan tetapi, itu semua dapat ditutupi dengan roda industri yang
terus berputar. Kesimpulannya, harus ada kombinasi yang tepat antara kedua industri ini
di kawasan Gunung Ijen agar dapat tetap menghasilkan keuntungan bagi pemerintah
pusat, daerah, juga masyarakat.
Sebagai saran, alangkah baiknya apabila ide ini dapat terealisasi. Investasi yang besar,
tidak akan seberapa jika itu digunakan untuk kepentingan rakyat, daripada hanya hilang
tertelan oleh kantung serakah para koruptor. Ide ini dapat dilanjutkan, meskipun tidak
terbatas hanya diimplementasikan di kawasan wisata Gunung Ijen. Sehingga, diharapkan
kedepannya, tema wisata berbasis back to nature dan All in ( terpadu) ini dapat terus
berkembang dan menjadi contoh bagi pengembangan objek-objek wisata lainnya di
Indonesia, khususnya Jawa Timur, untuk kontribusi nyata Jawa Timur sebagai salah satu
provinsi yang serius mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkesinambungan di Indonesia.
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
36/38
36
VI. Daftar Pustaka
Agra, Ida Bagus. “Forum Teknik: Aluminum Sulfate from Ijen Crater
Lake Water”, Majalah Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Agustus 1972, 2(2), hal.87-94.
Aries, R.S. and Newton, Robert D. (1955). Chemical Engineering Cost
Estimation, McGraw-Hill Book Company, New York.
Badan Pusat Statistik. “Data Wisatawan Mancanegara di Provinsi Jawa
Timur“ http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1392, 2015.
Bank Indonesia. “Kajian Ekonomi Keuangan Regional Jawa Timur
Triwulan 2 Tahun 2015”http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-
regional/jatim/Pages/Kajian-Ekonomi-Keuangan-Regional-Jawa-Timur-Tw-
II-2015.aspx, 2015
Bappenas. 2015. “Kondisi Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan
II Tahun 2015” http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=5224, 2015.
Caudron, Corentin et all, “Kawah Ijen volcanic activity: a review”,
Journal of Bull Volcanol, Februari 2015, 77 (16), hal. 1-3.
Delmelle et al. 2000. “Kawah Ijen Indonesia” Royal Society Publisher:
Pennsylvania.
Geographic, National. “Kawah Ijen Blue Flames Volcanoes”
http://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-
flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/, 2015
GF Piping System. “Piping Price”
http://www.gfps.com/country_US/en_US/infopricing/pricelists.html, 2015.
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1392http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1392http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=5224http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=5224http://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/http://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/http://www.gfps.com/country_US/en_US/infopricing/pricelists.htmlhttp://www.gfps.com/country_US/en_US/infopricing/pricelists.htmlhttp://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/http://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=5224http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1392
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
37/38
37
Gypsum Associaton. “What is Gypsum?”
https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/what-is-gypsum/ , 2012
Gypsum Association. “Other Uses of Gypsum”
https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/uses-gypsum/ , 2012
Harrison Plastic. “About PVC”
http://www.harrisonplastic.com/aboutpvc.html#superduct ”, 2015.
Kelompok Program Teknologi Inf ormasi Pertambangan. “Belerang”
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&co
mmId=7&comm=Belerang, 2015
Kemeparekraf. “Kawah Ijen”
http://www.indonesia.travel/sites/site/293/kawah-ijen, 2015
Newnan, Donald G et all, (2004), Engineering Economic Analysis, Oxford
University Press, New York
Nurkolis, Noviani. “Dampak Keberadaan industri Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Serta Lingkungan Sekitar Industri”, Jurnal
Universitas Negeri Malang, Oktober 2014, hal. 1-2.
Rooy, Rooy. 2014. “Pariwisata sebagai Aset Pembangunan Ekonomi”
https://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasional, 2014.
Smithsonian Institute. 2014. “Vulkanisme Global Program”
http://www.volcano.si.edu, 2015.
https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/what-is-gypsum/https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/uses-gypsum/http://www.harrisonplastic.com/aboutpvc.html#superducthttp://www.harrisonplastic.com/aboutpvc.html#superducthttp://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&commId=7&comm=Beleranghttp://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&commId=7&comm=Beleranghttps://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasionalhttps://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasionalhttp://www.volcano.si.edu/http://www.volcano.si.edu/https://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasionalhttps://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasionalhttp://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&commId=7&comm=Beleranghttp://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&commId=7&comm=Beleranghttp://www.harrisonplastic.com/aboutpvc.html#superducthttps://www.gypsum.org/about/gypsum-101/uses-gypsum/https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/what-is-gypsum/
8/20/2019 Mita Sangga William UGM
38/38
SR. Wittiri dan Sri Sumarti. 2015. “Kawah Ijen Penghasil Belerang
Terbesar” http://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-
belerang-terbesar.
Utaminingsih, Widi. “Pemahaman Pariwisata Masih Sebatas Jual Objek
Wisata” http://melayuonline.com/ind/news/read/9543, 2014
Vatuvuk, William M. “Updating the CE Plant Cost Index”
http://www.chemengonline.com/Assets/File/CEPCI_2002.pdf , 2002.
http://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesarhttp://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesarhttp://melayuonline.com/ind/news/read/9543http://melayuonline.com/ind/news/read/9543http://www.chemengonline.com/Assets/File/CEPCI_2002.pdfhttp://www.chemengonline.com/Assets/File/CEPCI_2002.pdfhttp://melayuonline.com/ind/news/read/9543http://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesarhttp://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesar