Mita Sangga William UGM

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    1/38

    1

    INDUSTRI PENGOLAHAN BELERANG MENJADI ANEKA PRODUK

    TURUNANNYA BERSINERGI DENGAN DUNIA PARIWISATA DI KAWASAN

    GUNUNG IJEN JAWA TIMUR

    OLEH:

    MITA KURNIASARI

    SANGGA HADI PRATAMA

    WILLIAM TEJA LAKSMANA

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    2/38

    2

    INDUSTRI PENGOLAHAN BELERANG MENJADI ANEKA PRODUK

    TURUNANNYA BERSINERGI DENGAN DUNIA PARIWISATA DI KAWASAN

    GUNUNG IJEN JAWA TIMUR

    Mita Kurniasari 1*, Sangga Hadi Pratama 1*, William Teja Laksmana 1*

    1) 

    Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah MadaJalan Grafika 2, Yogyakarta (55281)

    *Penulis Korespondensi, Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Keberadaan kawasan wisata di Indonesia kerap bertentangan dengan duniaindustri yang dianggap sebagai perusak lingkungan. Di sisi lain, dunia industriturut berperan dalam perekonomian suatu negeri. Jawa timur memiliki potensiwisata sekaligus industri yang berada di satu tempat, yaitu Gunung Ijen. GunungIjen yang memiliki kawah bernama Kawah Ijen memiliki potensi wisata berupakeindahan yang sangat luar biasa. Api biru atau blue fire yang dimilikinya, hanyaada satu di dunia dan tidak ada gunung aktif lain yang mampu menghasilkannya.Seperti yang dikutip dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber DayaMineral, pada tahun 2010, Kawah Ijen merupakan penghasil belerang atau sulfurterbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 12 ton per hari hanya denganmetode tradisional. Produk-produk yang berbahan baku sulfur seperti kosmetik,sabun, pupuk, asam sulfat, dan bahan kimia lainnya juga memiliki permintaanyang tinggi baik di dalam dan luar negeri. Oleh karenanya dua kepentingan ini

     perlu diakomodasi dengan cara melakukan sinergi antara pariwisata dan industri.

    Pengolahan sulfur atau belerang menjadi aneka produk dan turunannya yang berbasis pariwisata menjadi solusi untuk mengakomodasi kedua prospek ini.Dengan metode penelitian berupa studi kasus dan studi literasi, industri

     pengolahan ini dirasa mampu untuk menunjang sarana dan prasarana pariwisatadi sekitar Kawah Ijen tanpa mengganggu kegiatan wisata yang ada dan industri

     juga akan menjadi sebuah segmen wisata edukasi tersendiri. Keduanya mampumandiri secara finansial atau bahkan memberikan pendapatan yang signifikankepada pemerintah baik daerah maupun pusat. Melalui serangkaian proses,industri yang berorientasi kepada bahan baku dan terletak tidak terlalu jauh dariGunung Ijen ini, mampu menghadapi tekanan baik eksternal maupun internal.Tekanan internal dan eksternal keduanya dapat diatasi dengan kontribusi paralel

    dari jasa pariwisata dan komoditas produk tambang atau produk jadi yangdisesuaikan dengan kondisi tekanan yang dihadapi. Penduduk sekitar juga akanmendapat manfaatnya, seperti penambang belerang tradisional yang mendapatkanlapangan kerja baru sebagai pekerja di industri maupun pemandu wisata yangdiharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Bencana yang mungkinmengancam juga dapat diantisipasi melalui analisis mengenai dampak lingkungandan uji fisibilitas (feasibility survey) yang komprehensif. Dan inilah kontribusiJawa Timur sebagai salah satu provinsi yang serius mendorong pertumbuhanekonomi yang inklusif dan berkesinambungan di Indonesia.

    Kata kunci: belerang , industri, Gunung Ijen, pariwisata

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    3/38

    3

    I.  Pendahuluan

     I.1. Latar Belakang

    Kondisi perekonomian Indonesia dapat dikatakan belum bisa sepenuhnya terlepas

    dari pengaruh gejolak, baik gejolak yang bersumber dari luar (eksternal) ataupun gejolak

    dari dalam (internal). Hal ini terbukti dari kondisi beberapa waktu yang lalu, yang

    mungkin saat ini masih bisa kita rasakan bersama, mata uang rupiah mengalami depresi

    yang cukup dalam disertai dengan perlambatan ekonomi dalam negeri. Pengaruh

    eksternal seperti sentimen negatif para pelaku pasar membuat rupiah kian terkoreksi

    cukup dalam, modal-modal asing ke luar Indonesia, perlambatan ekonomi yang membuat

     banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), isu perubahan suku bunga The Fed,

    devaluasi mata uang Tiongkok, dan faktor eksternal lainnya. Faktor internal juga turut

     berpengaruh terhadap tekanan stabilitas ekonomi nasional. Sebagai contoh, kenaikan

    harga bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan pemerintah pusat yang memutuskan untuk

    mencabut subsidi BBM dan melepas harga ke mekanisme pasar membuat harga BBM

    cenderung fluktuatif mengikuti harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah yang

    ada. Secara langsung maupun tidak langsung, kondisi ini juga membuat gejolak di dalam

    negeri seperti melemahnya daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi yang terjadi

    hampir di semua sektor. (Bappenas, 2015)

    Tekanan eksternal dan internal ini dapat diminimalisasi dampaknya terhadap

     perekonomian nasional dan daerah dengan cara mencapai kemandirian dan swasembada

    dalam berbagai bidang yang dimulai dari daerah hingga tingkat nasional. Kemandirian

    dan swasembada bisa bermakna luas, mulai dari mandiri anggaran, swasembada pangan,

    swasembada produk komoditas, dan kemandirian serta swasembada lainnya. Akan tetapi,

    kemandirian secara anggaran dan pendapatan adalah yang utama. Suatu daerah akan

    mampu tumbuh dan berkembang jika daerah tersebut memiliki pendapatannya sendiri

    tanpa bergantung pada pemerintah pusat, atau justru mampu memberikan kontribusi

    nyata ke pemerintah pusat. Selain itu, suatu daerah akan maju jika di dalamnya memiliki

     produk andalan yang khas dan memiliki nilai jual serta keberadaan industri yang mampu

    menghasilkan pendapatan kepada pemerintah daerah baik berupa pajak ataupun insentif

    lainnya dan penyerapan tenaga kerja yang secara langsung akan meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. (Noviani, 2014)

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    4/38

    4

    Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia yang kaya

    dengan potensi sumber daya alam, mulai dari pertanian, kelautan, pariwisata, hingga

    mineral dan tambang, sudah seharusnya mampu untuk meminimalisasi gejolak ekonomi

    yang ada atau justru dapat menanganinya secara komprehensif. Tidak ada alasan lain bagi

     provinsi Jawa Timur untuk tidak maju, tumbuh, dan berkembang secara ekonomi. Akan

    tetapi, saat ini masih dapat dirasakan bahwa pertumbuhan ekonomi di provinsi di timur

    Pulau Jawa ini masih belum tersebar secara merata.

    Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Provinsi Jawa Timur adalah

     belerang atau sulfur. Belerang yang dalam fase padat dan cairnya berwarna kuning ini

    menjadi zat yang selalu diproduksi oleh alam melalui gunung api yang aktif. Sehingga,

    dapat dikatakan keberadaan belerang akan selalu ada selama bumi ini masih ada. Belerang

    terbentuk melalui serangkaian kegiatan seismik gunung berapi yang mengeluarkan gas

    sullfur dioksida atau senyawa lain yang mengandung sulfur, lalu berubah menjadi kristal

    saat mencapai suhu bekunya yang biasanya merupakan suhu permukaan. Belerang sangat

     bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, meskipun tidak sedikit yang juga

    menyangsikan kebermanfaatan dari belerang ini. Belerang bermanfaat untuk produk

    industri seperti pupuk, bahan peledak, kedirgantaraan, kosmetik, cat, plastik, pengolahan

    minyak bumi, karet dan ban, gula, besi dan baja, accu, fotografi, hingga farmasi.

    (Kelompok Program Teknologi Informasi Pertambangan, 2015)

    Di sisi lain, belerang memiliki sifat korosif, iritan, dan beracun utamanya jika

    terhirup oleh makhluk hidup dalam dosis tertentu. Di lapisan atmosfer, belerang yang

     berlebih akan menghasilkan hujan asam yang juga korosif bagi semua benda dan

    kehidupan di permukaan bumi. Memang, semua yang ada di alam memiliki manfaat dan

     potensi bahayanya masing-masing. Namun, dengan cara pengolahan yang tepat, potensi

     bahaya tersebut dampak diminimalisasi dan manfaatnya dapat diambil dengan maksimal.

    Daerah di provinsi Jawa Timur yang memiliki deposit atau cadangan belerang

    yang sangat melimpah berada di kawasan Gunung Ijen. Gunung Ijen yang

    kepopulerannya kerap dikalahkan dengan kepopuleran kawahnya ini, memiliki cadangan

     belerang sebesar 1,2 juta ton dan hanya bisa ditambang sebanyak 14 ton per hari.

    Indonesia sendiri memiliki cadangan belerang sebesar 5,4 juta ton dan selama gunung api

    aktif, belerang dapat terus dikeluarkan oleh alam. Sehingga, bisa dikatakan bahwa

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    5/38

    5

     belerang akan selalu ada dan menjadi sumber daya alam tidak terbatas. (Website Resmi

    Kementerian ESDM, esdm.go.id, 2015)

    Produksi yang hanya 14 ton per hari ini tidak mengherankan mengingat cara

     pengambilan belerang di Kawah Ijen masih sangat tradisional dan manual. Dengan kata

    lain, jika metode penambangan ini dapat dibuat sedikit lebih modern maka hasilnya tentu

    akan lebih banyak. Selain itu, diversifikasi produk berbahan baku belerang belum banyak

     berkembang, terpusat, dan terpadu bahkan di seluruh wilayah Indonesia.

    Akan tetapi, keberadaan kawasan wisata Gunung Ijen yang juga merupakan

    kawasan wisata alam dan konservasi sumber daya alam dirasa akan mustahil untuk

    melakukan kegiatan penambangan secara modern karena pasti akan mengorbankan potensi wisata dan sumber daya hayati yang ada di sekitarnya. Inilah yang menjadi

    tantangan daerah agar dua kepentingan ini dapat bersinergi secara mutualisme atau saling

    menguntungkan yang akan dibahas dalam  paper ini. Di satu sisi pariwisata tidak boleh

    terganggu, di sisi lain kegiatan industri pengolahan juga harus tetap berjalan guna

    mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan pesat di Jawa Timur.

    I.2. Rumusan Masalah 

    I.2.1 Bagaimanakah metode yang tepat untuk menyinergikan potensi

    wisata dan industri di kawasan Gunung Ijen?

    I.2.2. Bagaimana pengaruh sinergi tersebut dilihat dari sisi sosial-

    kemasyarakatan dan ekonomi?

    I.2.3. Apa hasil yang akan didapatkan pemerintah daerah dari sinergi

    tersebut?

    II.  Tinjauan Pustaka

     II.1. Tinjauan Ekonomi Jawa Timur

    Berdasarkan data dari Bank Indonesia, kinerja perekonomian Jawa Timur

     berdasarkan tahun dasar 2010 pada triwulan II 2015 mencapai 5,3% (yoy) meningkat

    dibanding triwulan I 2015 (5,2%, yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan

    dengan pertumbuhan nasional (4,7%) dan kawasan Jawa (5,1%). Dari data ini, bisa

    dikatakan bahwa perekonomian Jawa Timur merupakan daerah dengan perekonomian

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    6/38

    6

    yang pesat pertumbuhannya. Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor mengalami

     peningkatan pertumbuhan, kecuali sektor Pengadaan Listrik, Gas dan produksi Es.

    Pendorong utama pertumbuhan ekonomi berasal dari 3 (tiga) sektor utama Jawa Timur.

    Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (5,2%) meningkat dibandingkan triwulan

    sebelumnya (0,8%) karena panen raya padi yang terakumulasi di triwulan ini. Sektor

     perdagangan juga meningkat dari 6,0% menjadi 6,6% sejalan dengan momen Ramadhan

    dan persiapan Lebaran. Sementara industri pengolahan tumbuh stabil (5,3%)

    dibandingkan periode sebelumnya. (Website resmi Bank Indonesia, bi.go.id, 2015). 

     II.2. Pariwisata di Jawa Timur

    Pariwisata menurut Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism

    Organization/WTO) didefinisikan sebagai suatu perjalanan yang ditempuh oleh

    seseorang (wisatawan) yang bertujuan untuk rekreasi atau berlibur ke suatu tempat.

    Seseorang dikatakan wisatawan apabila sudah melakukan perlajanan paling tidak sejauh

    80 kilometer (50 mil) dari kediamannya dengan tujuan rekreasi. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa rekreasi adalah bagian dari pariwisata. Sedangkan menurut Undang- 

    undang No. 10/2009  tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah

     berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

    disediakan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah daerah. Menurut pasal ini, jelaslah

     bahwa pariwisata merupakan tanggung jawab semua pihak, mulai dari masyarakat hingga

     pemerintah daerah.

    Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur, berikut adalah

    angka wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jawa Timur dari tahun 2010 hingga

    tahun 2014 berikut dengan devisa yang mampu disumbang kepada negara.

    Jumlah Wisatawan Asing Tahun 2010-2014*) dan Devisa Wisatawan

    asing Tahun 2010-2014*)

    Tahun Jumlah Wisatawan Devisa Wisatawan Asing (Juta US $)

    2010 168.888 7.603,45

    2011 185.815 8.554,38

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    7/38

    7

    2012 197.776 9.120,89

    2013 225.041 10.054,15

    2014 217.193 11.166,13

    Jumlah 994.713 46.449,02

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur

    Wisatawan mancanegara dipilih sebagai acuan karena salah satu indikator

    keberhasilan pembangunan pariwisata adalah seberapa banyak negara tersebut mampu

    menarik wisatawan dari luar negeri (Widi Utaminingsih, 2014). 

     II.3. Gunung Ijen

    Setelah membahas sekelumit tentang pariwisata dan potensinya, kemudian akan

    dibahas tentang objek dari pariwisata dan industri pengolahan itu sendiri, yaitu kawasan

    wisata Gunung Ijen. Gunung Ijen sendiri berada di kawasan Wisata Kawah Ijen dan Cagar

    Alam Taman Wisata Ijen di Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan

    Klobang Kabupaten Bondowoso. Gunung ini berada 2.368 meter di atas permukaan lautdimana puncaknya merupakan rentetan gunung api di Jawa Timur seperti Bromo, Semeru

    dan Merapi. Kawah Ijen merupakan tempat penambangan belerang terbesar di Jawa

    Timur yang masih menggunakan cara tradisional. Ijen memiliki sumber sublimat

     belerang yang seakan tidak pernah habis dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri

    kimia dan penjernih gula.

    Kawah Ijen merupakan salah satu kawah paling asam terbesar di dunia dengan

    dinding Kawah setinggi 300-500 meter dan luas kawahnya mencapai 5.466 hektar.

    Kawah di tengah Kawah tersebut merupakan yang terluas di Pulau Jawa dengan ukuran

    20 km. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter. Kawah tersebut terletak

    di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding Kawah. Air kawah bervolume sekira

    200 juta meter kubik itu panasnya mencapai 200 derajat celcius. Derajat keasaman kawah

    tersebut sangat tinggi mendekati nol.

    Ukuran kompleks sekitar 210 km2 (18 km × 15 km) dari timur ke barat dan utara

    ke selatan. Namanya dikaitkan dengan gunung berapi dalam Kawah yang hanya aktif,

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    8/38

    8

    Kawah Ijen. Gunung Raung merupakan sebuah stratovolcano besar di sisi barat Kawah

    Ijen biasanya dianggap tidak menjadi bagian dari kompleks Kawah. Kawah berisi lebih

    dari 15 tempat Kawah kerucut vulkanik. Hal ini dibatasi di bagian utara oleh dinding

    Kawah Kendeng yang runtuh berbentuk bulan sabit (di pinggiran bernama Kawah Old

    Ijen) dan ke selatan dengan tepi Kawah gunung berapi pasca-Merapi, Ranteh, dan Jampit

    (Kemmerling 1921). Fitur hidrologi utama dalamKawah adalah sungai asam Banyu Pahit

    yang berasaldari Kawah Ijen danau kawah, dan Kali Sat yang netral dan sungai Kali

    Senggon yang menguras masing-masing barat dan timurbagian dari Kawah. Semua

    sungai bergabung di utara dan meninggalkan Kawah melalui ngarai di pinggiran Kawah

    Kendeng. (Caudron, Corentin et all, 2015)

    Aktivitas penambang Kawah Ijen telah mengekstraksi sulfur sini selama lebih dari

    40 tahun . Pada saat mereka bekerja di malam hari untuk menghindari panas matahari dan

    untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Para penambang belerang menjual untuk

    sekitar Rp.780,- per kilogram ( kurang dari 25 sen dolar AS per pound ). Mereka dapat

    membawa beban sebanyak 176-220 pound ( 60 hingga 80 kilogram ) sekali sehari atau

    dua kali jika mereka bekerja sampai malam . Para penambang hanya menggunakan kain

     basah sebagai masker gas karena tidak punya uang dan tidak ada kesempatan untuk

    membeli masker yang sesuai untuk penambangan belerang dengan gas sulfatara pekat.

     II.4. Belerang (sulfur)

    Sulfur adalah elemen kimia non-metal dan diidenfikasi dengan huruf S. Sulfur

    merupakan komoditas yang berharga dan bagian tak terpisahkan dari perekonomian

    dunia. Sulfur dipakai sebagai bahan pembuatan produk seperti pupuk, bahan kimia, cat,

     bahan berbasis karet, obat-obatan, serat, gula, detergen, plastik, kertas, dan produk

    lainnya. Sulfur juga merupakan nutrisi vital bagi tumbuhan, hewan dan manusia.

    Sulfur dapat ditemukan secara alamiah di alam ini. Selain itu sulfur juga terdapat

    di lapisan kerak bumi yang dapat diambil dengan menggunakan proses Frasch. Sulfur

     juga dapat diperoleh dari sumber minyak dan gas. Sulfur dapat ditemukan pula di sekitar

    gunung berapi berupa sulfur dioksida ataupun sulfur padat. Sulfur juga dihasilkan dengan

     jumlah yang lebih kecil dalam bentuk gas sulfur dioksida, yang dikeluarkan dari gas

     buangan kendaraan dan beberapa pembangkit listrik (Sulfur Institute, 2015).

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    9/38

    9

    Sulfur dapat diolah menjadi beragam produk, dan di dalam paper ini akan dibahas

    mengenai produk-produk yang dapat dihasilkan berikut dengan mini pilot plant   dari

     pabrik yang akan didirikan, lengkap dengan pra rancangan, perhitungan ekonomi, dan

    segala hal yang mendukung untuk pabrik ini dapat secara nyata didirikan.

    III.  Metode Penelitian

    Metode penelitian pertama yaitu studi literatur, bertujuan untuk mencari dasar serta

    sumber teori yang relevan dengan gagasan yang akan dikemukakan. Sumber yang

    dijadikan sumber literatur adalah berupa buku, jurnal, internet, dan segala sumber ilmiah

    yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan isi kandungan serta datanya. Teori

    yang telah didapatkan diharapkan dapat merancang sistem kerja dari industri danmengombinasikannya dengan denyut pariwisata di kawasan Gunung Ijen. Metode studi

    literatur dilakukan karena diperlukan dasar yang jelas untuk merancang sebuah sistem.

    Sistem di sini adalah sistem yang menyangkut industri pengolahan belerang beserta aneka

    turunannya dan pariwisata di kawasan Gunung Ijen.

    Pendakatan yang kedua yaitu proses prarancang industri pengolahan yang dalam hal

    ini berupa pabrik, disertai dengan beragam analisanya baik dari segi proses, lingkungan,

    finansial, dan sosial. Dari hasil studi literatur, teori yang didapatkan dijadikan panduan

    awal untuk perancangan dasar sistem industri ini. Perancangan dasar industri atau pabrik

    tentu saja harus mempertimbangkan beberapa aspek dasar seperti fungsi dasar peralatan

    engineering , nilai ekosistem, dan nilai ekonomis. Selain itu, digunakan juga perancangan

     pabrik dengan metode penggambaran secara manual. Detailed Engineering Design yang

    didapatkan nanti digunakan sebagai dasar perancangan proses yang akan

    menggambarkan bagaimana alat dan sarana yang dibutuhkan untuk kebutuhan industri

    dan pariwisata. Semua alat dan sarana yang ditimbulkan digunakan sebagai dasar dalam

    analisis ekonomi, seperti fixed capital, return of investment, working capital, sensitivity,

     profitability, dan lainnya.

    Selain studi literatur dari sumber-sumber fisik seperti buku dan sumber-sumber lain

    yang relevan, kami juga melakukan metode penelitian berupa survei harga dan peralatan

    yang digunakan untuk pendirian pabrik melalui semua media yang memungkinkan dan

    teruji kredibilitasnya seperti konsultan teknik pengolahan dan teknik proses, website 

    resmi para pemasok peralatan industri baik di dalam dan luar negeri, dan survei dari pihak

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    10/38

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    11/38

    11

    Perekonomian dunia amat rentan menghadapi gejolak. Akhir-akhir ini hampir seluruh

    negara berkembang atau bahkan negara maju mengalami perlambatan ekonomi secara

    masif dan diikuti oleh angka pengangguran yang meningkat. Salah satu sektor ekonomi

    yang paling terguncang adalah sektor komoditas dan jasa. Akan tetapi, ada satu sektor

    yang sangat kuat meskipun berbagai guncangan ekonomi baik nasional, regional, maupun

    global, yaitu pariwisata. Hiburan menjadi kebutuhan dasar manusia, dan salah satu

    obatnya adalah dengan berlibur atau rekreasi. Kegiatan rekreasi sering disamakan dengan

    kegiatan pariwisata meskipun keduanya cukup berbeda secara definisi.

    Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan titik balik bagi

     pariwisata Indonesia untuk melakukan revitalisasi regulasi. Belajar dari kesalahan masa

    lalu, dan antisipasi untuk masa mendatang yang terbukti pada tahun 2007 dan 2015,

     pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2000   tentang Program

    Perencanaan Nasional, sektor pariwisata mendapatkan penugasan baru untuk turut

    mempercepat pemulihan ekonomi nasional serta memulihkan citra Indonesia di kancah

    internasional.Selain itu sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggairahkan ekonomi

    kerakyatan atau community-based tourism seperti yang diamanatkan dalam Pancasila dan

    UUD 1945.

    Sejalan dengan cita-cita tersebut, para pemangku jabatan tinggi badan-badan

     penyelenggara negara, pada beberapa waktu lalu melakukan sebuah rakor yang

     bertemakan “Mempercepat Peningkatan Daya Saing Industri dan Pariwisata untuk

    Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Seperti yang dikutip harian

     Kedaulatan Rakyat edisi 14 November 2015, pertemuan yang dilaksanakan di Hotel

    Royal Ambarrukmo, Yogyakarta ini, dihadiri oleh sejumlah menteri, pemerintah

     provinsi, gubernur dan dewan gubernur Bank Indonesia ini, menunjukkan sudah

    terbentuk koordinasi dan komitmen dari para pemangku jabatan akan industri pariwisata

    yang lebih baik. Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah merealisasikan koordinasi

    dan komitmen yang dimiliki menjadi aksi nyata, seperti pembangunan, pengembangan,

    dan penyegaran di objek-objek wisata yang ada.

    Sejatinya industri pariwisata ini merupakan suatu industri seperti halnya dengan

    industri pengolahan, yang biasanya dihubungkan secara langsung dengan pembangunan

    ekonomi. Industri pariwisata memiliki hubungan multi dimensi yang tidak hanya terkait

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    12/38

    12

    erat dengan bidang ekonomi saja, tetapi hampir setiap bidang pembangunan nasional

     bersentuhan dan erat kaitannya dengan industri pariwisata ini. Lebih-lebih hadirnya salah

    satu bentuk industri jasa ini merupakan manifestasi kehadiran aktifitas manusia seperti

     juga industri-industri dalam bidang-bidang pembangunan yang lainnya.

    Letak geografis dua kepentingan industri ini, pariwisata dan pengolahan, terletak

    dalam tempat yang sama, yaitu Gunung Ijen. Ada kekhawatiran yang timbul terhadap ide

    ini, bahwa menyinergikan dua kepentingan ini adalah hal yang mustahil karena past i akan

     banyak penolakan dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan di dalamnya. Akan

    tetapi, penolakan pasti terjadi jika di dalamnya ada pihak yang dirugikan. Jika tidak ada

     pihak yang dirugikan di dalamnya, dapat dipastikan penolakan tidak akan ada.

    Dari berbagai pertimbangan di atas, produk pariwisata yang kami tawarkan dalam

     paper  ini bertemakan wisata alam (back to nature) sekaligus pendidikan bernama All in

     Ijen Edupark atau jika diartikan dalam bahasa indonesia akan bermakna wisata edukasi

    terpadu kawasan ijen. Tema wisata ini dipilih mengingat tren kawasan wisata terkini yang

    tidak hanya menawarkan keindahan alam, akan tetapi wisata dengan tema edupark  atau

    taman wisata edukasi akan memiliki nilai lebih daripada hanya sekadar keindahan alam.

    Pangsa pasar wisatawan yang ditargetkan tidak hanya pecinta keindahan alam, tapi juga

    wisatawan yang memiliki keluarga dan ingin berlibur dengan atraksi yang unik dan

    memiliki nilai edukasi di dalamnya, terutama bagi keluarga yang memiliki anak usia

     belajar. Di dalam Ijen  Edupark   ini, terdapat beberapa atraksi menarik yang ada selain

    tentunya kawasan industri pengolahan yang menjadi jantung dari Ijen Edupark . Beberapa

    atraksi tersebut antara lain, kembang api,  paintball, flying fox, pemandian air panas, air

    terjun, down hill bike,  dan lain sebagainya. Atraksi-atraksi tersebut sudah memiliki

    Standard Operating Procedure (SOP) masing-masing yang harus dipenuhi dan terdapat

    dalam bagian pembahasan ini.

    Ditinjau dari aspek sosial, masyarakat di sekitar kecamatan Licin dan Paltuding, yang

    menjadi akses terdekat menuju Gunung Ijen dari Banyuwangi, memiliki mata

     pencaharian sebagai petani, buruh, hingga penambang tradisional. Sebagai fokus

     pembahasan, mata pencaharian sebagai penambang belerang tradisional diambil untuk

    ditinjau secara sosial kemasyarakatan. Para penambang di Kawah Ijen biasa mengangkut

     bongkahan belerang seberat 60-80 kilogram per perjalanan. Sebagai pembeli belerang

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    13/38

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    14/38

    14

    semua kalangan, tema ini juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar

    secara signifikan dan juga meningkatkan promosi wisata ke Jawa Timur. Populernya

    Kawah Ijen di dalam dan luar negeri, secara langsung maupun tidak langsung, tentunya

    akan turut mengangkat pamor kawasan wisata lain di daerah Jawa Timur lainnya.

    Selain membawa kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya, alam juga membawa

     potensi bahaya yang kerap kali manusia tidak mampu untuk menanggulanginya. Akan

    tetapi, manusia mampu untuk mencegah potensi bahaya yang ada dan meminimalisasi

    kerugian yang ada jika bencana memang benar terjadi. Pembangunan industri pengolahan

    dan pariwisata ini sudah melalui serangkaian studi feasibility melalui wawancara dengan

     beberapa narasumber yang kredibel, di antaranya dengan dosen-dosen di Departemen

    Teknik Kimia, UGM. Hasil wawancara menunjukkan, untuk mencegah kerugian yang

    lebih besar jika suatu saat terjadi letusan Gunung Ijen, yang memang masih aktif, adalah

    dengan membangun kawasan wisata Ijen Edupark  yang memiliki jarak yang cukup aman

    (di atas 10 kilometer) dari Kawah Ijen. Selain itu, pihak Ijen  Edupark   akan intens

     berkomunikasi dengan pihak BMKG jika suatu saat terjadi tanda-tanda peningkatan

    aktifitas vulkanis. Selain dari segi alam, wahana wisata juga memiliki kriteria

    keselamatan yang ketat sesuai dengan wahananya masing-masing demi menjamin

    keselamatan pengunjung seperti yang disajikan pada tabel berikut:

     No Wahana Safety Procedure

    1 Pemandian Air

    Panas

    Pengunjung yang memiliki riwayat penyakit jantung

    dilarang mandi air panas.

    Pengunjung wanita yang sedang hamil dilarang mandi air

     panas.

    Pengunjung dibawah umur 6 tahun dilarang mandi air panas.

    2  Paintball (Air

    Soft Gun) 

    Pengunjung diharuskan mengenakan seluruh peralatan

     safety saat bermain paintball. 

    Pengunjung harus mengikuti briefing   terlebih dahulu

    sebelum bermain.

    Pengunjung diharuskan selalu menggunakan google sampai

    keluar dari arena paintball. 

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    15/38

    15

    dan masih banyak wahana yang lainnya seperti, firework festival, air terjun, downhill

    bike, dan lain-lain.

    Sebagaimana ide awal dalam paper  ini adalah kombinasi mutualisme antara industri

    dan pariwisata, maka industri tentu juga harus dibahas secara mendalam. Industri yang

    akan didirikan tidaklah sederhana karena merupakan industri terpadu yang memroduksi

    turunan-turunan belerang Kawah Ijen yang beraneka ragam, seperti sabun, gypsum,

    alumunium sulfat,  fireworks  atau kembang api, senyawa-senyawa belerang lain, dan

     belerang kristal itu sendiri. Pembahasan industri pengolahan dimulai dari analisis

    ekonominya. 

    I V.1. Investasi M odal

    Investasi modal adalah pembiayaan moneter yang diperlukan untuk

     pembangunan/pemasangan fasilitas-fasilitas produksi dan pengoperasiannya. Terdapat

    dua tipe modal yaitu, modal tetap ( fixed capital ) dan modal kerja (working capital ).

    Modal tetap menunjukkan/menyatakan investasi pada produksi dan fasilitas-fasilitas

     pembantu sedangkan modal kerja menyatakan biaya-biaya yang diperlukan untuk

    melakukan bisnis secara normal. (Aries and Newton, 1955)

    Kalkukasi investasi modal adalah sebagai berikut:

    Modal tetap ( fixed capital ) : $ -------

    Modal kerja (working capital ) : $ -------

    Modal total : $ -------

     IV.1.1. Modal Tetap (Fixed Capital)

    Sekitar 85% - 90% dari modal total umumnya merupakan modal tetap.

    Modal tetap dapat juga didefinisikan sebagai biaya total dari instalasi alat-alat

     proses, bangunan-bangunan, alat-alat bantu, dan rekayasa yang terlibat dalam

     penciptaan sebuah pabrik baru (Aries and Newton, 1955).

    Bagan dari rincian modal tetap dan bagian-bagian utamanya adalah

    sebagai berikut:

    Tabel. Estimasi Modal Tetap

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    16/38

    16

    1 Harga alat sampai di tempat $

    2 Pemasangan alat $

    3 Pemipaan $

    4 Instrumentasi $

    5 Isolasi $

    6 Listrik $

    7 Bangunan $

    8 Tanah dan perbaikan $

    9 Utilitas $

    Physical Plant Cost  (PPC)   $

    10 Teknik dan konstruksi $

    Di rect Plant Cost (DPC) $

    11 Upah kontruktor $

    12 Biaya tak terduga (contingency) $

    Fixed Capital  (Modal Tetap)  $

    Berdasarkan tabel di atas, nilai PPC merupakan jumlah dari harga alat,

     pemasangan alat, pemipaan, instrumentasi, isolasi, listrik, bangunan, tanah dan

     perbaikannya serta utilitas. Nilai DPC merupakan jumlah dari nilai PPC dengan

    teknik dan konstruksi. Jumlah dari nilai DPC dan upah kontraktor serta biaya tak

    terduga diestimakan

    Bagian utama dari modal tetap adalah biaya fisik dari pabrik yang

    merupakan jumlah dari semua peralatan, material, dan pengeluaran-pengeluaran

    untuk buruh (tenaga) yang terjadi pada pembangunan fasilitas-fasilitas pabrik.

    Terdapat beberapa metode dalam mengkalkulasi/memperkirakan modal tetap,

    namun metode yang digunakan dalam paper ini adalah metode 2. Cara ini

     pertama-tama menghitung harga peralatan sampai di tempat. Kemudian semua

    komponen dari PPC diestimasi dengan mempersentasekan terhadap harga

     peralatan tersebut. Teknik dan konstruksi diestimasi dengan mempersentasekan

    terhadap nilai PPC dan upah kontraktor serta contingency diestimasikan dengan

    mempersentasekan terhadap DPC (Aries and Newton, 1955). Dengan demikian,

    modal tetap dapat ditentukan harganya.

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    17/38

    17

    Komponen utama PPC adalah harga peralatan. Elemen-elemen lain yang

    dapat membuat peralatan menjadi suatu unit yang produktif, yaitu instalasi alat,

     pemipaan, instrumentasi, isolasi, listrik, bangunan, tanah dan perbaikan serta

    utilitas yang harus dipertimbangkan.

     IV.1.2. Modal Kerja (Working Capital) 

    Modal kerja didefinisikan sebagai biaya-biaya yang diperlukan untuk

    melakukan bisnis secara normal. Pada umumnya, besar modal kerja adalah 10% -

    15 % dari investasi modal tetap atau 25% dari nilai jual produksi tahunan. Modal

    kerja meliputi:

    a) 

    Cadangan bahan baku (raw material inventory)

    Persediaan bahan baku untuk produksi ditentukan oleh kecepatan

     penggunaan harga, ketersediaan, sumber, dan persyaratan penyimpanan.

    Untuk perkiraan, digunakan harga pembelian untuk persediaan 1 bulan.

     b)  Cadangan dalam proses (in-process inventory)

    Pada proses kimia, harga/nilai dari cadangan dalam proses tergantung

     pada panjang siklus proses secara total. Harga dari cadangan dalam proses

    diperkirakan 0,5 dari biaya produksi total yang terjadi selama suatu

     periode yang setara dengan total “hold-up time” yang diperlukan untuk

     proses.

    c) 

    Cadangan produksi ( product inventory)

    Jumlah cadangan produksi yang harus dipertahankan/disediakan sangat

    tergantung pada hasil produksi. Beberapa bahan produksi dengan kontinyu

    dan dijual musiman. Beberapa produk mungkin tidak tahan disimpan pada

    waktu yang lama, atau tidak stabil, atau memerlukan fasilitas penyimpanan

    khusus. Bila tidak ada data, cadangan produksi dapat dianggap sama denganharga 1 bulan produksi pada biaya produksi.

    d)   Extended credit  

     Extended credit merupakan biaya yang disediakan untuk pembayaran

     pengiriman barang ke pelanggan. Biaya ini diperkirakan sebesar satu bulan

     produksi pada harga jual atau dua kali lipat biaya pembuatan.

    e)   Available cash 

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    18/38

    18

     Available cash  merupakan biaya yang dibutuhkan untuk pembayaran

    upah/gaji, dan untuk jasa-jasa serta bahan-bahan dengan perkiraan sebesar

     biaya produksi untuk satu bulan.

    Sehingga, modal kerja dapat diperkirakan dengan persamaan berikut:

    = ( + 4 + 0,5 ) 

    dengan : Iw = modal kerja

    r m = kapasitas produksi bulanan

    m = harga bahan baku per satuan produksi

    Q = siklus produksi, bulan

    M = harga/biaya pembuatan per unit produksi

    (Aries and Newton, 1955)

    I V.2. Manufacturing Cost

    Berdasarkan referensi buku “Chemical Engineering Cost Estimation” oleh

    Aries and Newton (1955),  Manufacturing cost   adalah jumlah semua biaya

    langsung, biaya tidak langsung dan biaya-biaya tetap yang timbul akibat

     pembuatan suatu produk. Komponen - komponen manufacturing cost yaitu direct

    manufacturing cost, indirect manufacturing cost, dan fixed manufacturing cost . 

     IV.2.1. Direct manufacturing cost  

     Direct manufacturing cost   meliputi biaya-biaya yang berhubungan

    langsung dengan operasi produksi (pembuatan suatu produk), meliputi:

    a) 

    Bahan baku

    Biaya untuk bahan baku ada dua jenis, yaitu harga semua bahan

    yang dibutuhkan untuk pembuatan produk dan biaya-biaya pengiriman

     bahan tersebut dan harga/biaya bahan-bahan katalis. Harga bahan-

     bahan kimia dipublikasikan secara regular pada beberapa jurnal, salah

    satunya yaitu “Chemical and Engineering News” dan “Oil, Paint, and

    Drug Reporter”. Dalam pabrik kimia, biaya bahan baku biasanya

     berkisar antara 10% - 50% dari biaya produksi

     b) 

    Tenaga kerja (labor )

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    19/38

    19

    Tenaga kerja di pabrik dapat dibagi dua kelas, yaitu tenaga

    terampil dan tenaga tidak terampil. Biaya pekerja meliputi gaji untuk

    kedua kelas di atas. Pada proses-proses cair atau gas dengan skala besar,

     besarnya biaya tenaga kerja hanya 5% - 10% dari biaya produksi

    (manufacturing ). Untuk proses-proses kimia pada umunya, biaya untuk

    tenaga kerja kira-kira 15% dari total biaya produksi.

    c) 

    Pengawasan ( supervision)

    Biaya pengawasan adalah gaji untuk semua personil yang

     bertanggung jawah terhadap pengawasan langsung pada proses

     produksi. Tingkat gaji pengawas berbeda-beda sesuai dengan tingkat

    tanggung jawabnya. Untuk pabrik dengan proses yang sederhana,

     besarnya biaya pengawasan kira-kira 10% dari biaya tenaga kerja dan

    25% untuk proses yang rumit.

    d)  Perawatan (maintenance) 

    Biaya perawatan meliputi semua biaya bahan dan tenaga kerja

    yang diperlukan dalam perawatan rutin dan perbaikan-perbaikan

     pabrik, termasuk revisi peralatan dan bangunan. Dalam kondisi rata-

    rata, biaya perawatan terdiri atas tenaga kerja 50% dan bahan 50%.

    e)   Plant supplies 

    Dalam proses produksi banyak bahan-bahan yang dibutuhkan

    untuk menjaga agar proses berjalan dengan efisien. Contoh bahan-

     bahan tersebut adalah kertas grafik, minyak pelumas, bahan-bahan

    kimia tertentu, dll. Biaya pertahun untuk bahan-bahan ini kira-kira 15%

    dari biaya perawatan tahunan.

    f) 

     Royalties dan patent  Banyak proses manufaktur yang dilindungi dengan paten. Apabila

    ingin menggunakan proses tersebut, maka harus membayar kepada

     pemilik hak paten tersebut sejumlah uang tertentu, atau membayar

    honor (royalty) berdasarkan jumlah bahan yang diproduksi. Biaya

    untuk royalty dan  patent diperkirakan 1% - 5% dari harga penjualan

     produk.

    g) 

    Utilitas (utilites)

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    20/38

    20

    Utilitas meliputi kebutuhan  steam, air, listrik, bahan bakar, udara

    tekan, dan refrigerasi. Perhitungan utilitas harus ditambah 25% - 50%

    dari kebutuhan efektif pabrik. Kelebihan ini dimaksudkan untuk

     bangunan perkantoran, perumahan pegawai, kehilangan (losses)  dan

    keperluan tak terduga. Biaya utilitas untuk pabrik kimia biasanya

     berkisa antara 10% - 20% dari total harga jual produk.

    Utilitas dapat dipenuhi dengan salah satu dari ketiga cara berikut:

    1)  Membeli dari luar.

    2) 

    Dibuat di sentral utilitas untuk melayani/menyuplai seluruh

    kebutuhan pabrik.

    3) 

    Dibuat sendiri untuk kebutuhan suatu proses saja.

     IV.2.2. Indirect manufacturing cost

     Indirect manufacturing cost   adalah pengeluaran-pengeluaran yang

    diadakan sebagai akibat (tidak langsung) dari operasi produksi, meliputi:

    a)   Payroll overhead  

    Semua biaya perusahaan untuk pembayaran pensiun, cuti,

    asuransi, pegawai yang cacat, keamanan, dan beban pengangguran

    (unemployment taxes) diklasifikasikan sebagai  payroll overhead .

    Masing-masing item tersebut di atas dapat diperkirakan besarnya, tetapi

    secara keseluruhan besarnya 15% - 20% dari labor cost .

     b)  Laboratorium

    Dalam proses kimia, pekerjaan/penelitian laboratorium

    dibutuhkan untuk mengontrol kualitas produk. Besar kecilnya biaya

    untuk laboratorium ini tergantung pada jenis produk, tetapi rata-rata

    adalah 10% - 20% dari biaya tenaga kerja ( labor cost ).c)   Plant overhead  

     Plant overhead   adalah biaya-biaya tertentu yang dibutuhkan

    secara tidak langsung oleh unit produksi. Hal ini meliputi penyediaan

    fasilitas kesehatan, fasilitas rekreasi, pergudangan,  purchasing , dan

    engineering.  Besarnya  plant overhead   adalah 50% - 100% dari biaya

    tenaga kerja produktif.

    d) 

    Pengemasan ( packing )

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    21/38

    21

    Biaya kontainer untuk pengemasan sangat bergantung pada sifat-

    sifat kimia dan fisis dari produk serta nilainya. Harga kontainer

    (umumnya berbentuk kotak/kaleng) tergantung dari bahan dan

    kapasitasnya. Total biaya pengemasan sebagai persentase terhadap harga

     jual produk (manufacturer’s sale price) berbeda untuk industri tertentu.

    e)  Pengiriman (Shipping )

    Banyak produk kimia dijual pada free on board  (F.O.B), sehingga

     biaya pengiriman tidak dipertimbangkan. Tetapi bila produk dijual pada

    dasar sampai di tempat (delivered ), maka ongkos pengiriman harus

    diperhitungkan. Biaya transportasi/pengiriman tergantung pada jenis

    kendaraan yang dipakai dan jenis barang yang diangkut.

     IV.2.3. Fixed manufacturing cost

    Dalam sebuah pabrik ada biaya-biaya tertentu yang selalu dikeluarkan

     baik pada saat pabrik beroperasi atau tidak. Biaya-biaya yang tidak tergantung

     pada jumlah produksi disebut biaya tetap ( fixed manufacturing cost ). Perkiraan

    kasar untuk fixed manufacturing cost  adalah 10% - 20% dari biaya produksi total.

    Biaya tetap meliputi:

    a) 

    Depresiasi (depreciation)

    Dalam pendirian pabrik baru memerlukan modal peralatan, bangunan, dan

     perlengkapan-perlengkapan lain. Peralatan, bangunan, dan perlengkapan lain

    yang ada mengalami penurunan harga selama umur produktifnya. Penurunan

    harga/nilai ini disebut depresiasi. Kecepatan depresiasi per tahun untuk

    mesin-mesin dan peralatan pada umumnya 10% dari investasi modal tetap,

    dan untuk bangunan kira-kira 3% dari harga mula-mula.

    ℎ = −

     

     b)  Pajak

    Besarnya pajak sangat tergantung pada tempat di mana pabrik berada.

    Pabrik yang berlokasi di kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi

    dikenakan pajak lebih tinggi daripada pabrik yang berlokasi di daerah

    terpencil. Pajak tahunan untuk pabrik yang berlokasi di daerah dengan

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    22/38

    22

    kepadatan penduduk yang tinggi berkisar 2% - 4% dari investasi modal tetap

    dan untuk pabrik di daerah terpencil 1% - 2% dari investasi modal tetap.

    c)  Asuransi

    Besarnya asuransi tergantung pada jenis proses yang ada di pabrik yang

     bersangkutan dan pada ada atau tidaknya fasilitas perlindungan yang telah

    tersedia. Besarnya asuransi tahunan diperkirakan 1% dari investasi modal

    tetap.

    d)  Sewa (rent )

    Biaya sewa tahunan untuk tanah dan bangunan kira-kira 8% - 10% dari

    seluruh sewa yang ada (Mulyono, 1997).

    IV.3. General Expense

    Pengeluaran-pengeluaran pabrik selain biaya manufaktur dikelompokkan

    dalam suatu klasifikasi yang disebut general expense (Aries and Newton, 2015),

    yang meliputi:

    IV.3.1. Administrasi

    Biaya-biaya administrasi meliputi gaji-gaji yang berkaitan dengan

    manajemen, ongkos administrasi, dan pemeriksaan. Besarnya biaya

    administrasi diperkirakan 2% - 3% dari harga penjualan atau 3% - 6% dari

     biaya manufaktur.

     IV.3.2. Sales 

    Sales adalah produk perusahaan/pabrik yang dapat dijual. Biaya-biaya

    untuk menjual produk cukup bervariasi tergantung pada jenis produk, metode

     pnejualan dan distribusi, jauh dekatnya pelanggan, dan sejauh mana

     pengiklanan yang dibuat. Biaya penjualan bervariasi dari 2% - 30% dari harga

     penjualan produk. Persentase rendah adalah untuk produk-produk standaryang mana tidak memerlukan usaha yang besar untuk menawarkan kepada

    konsumer, dan dijual dalam jumlah besar dibanding produsen lain sedangkan

     persentase besar adalah untuk produk-produk baru yang memerlukan

    distributor untuk penjualannya sampai kepada konsumen. Secara umum biaya

     penjualan dapat diperkirakan dengan kasar sama dengan 3% - 12% harga

     penjualan atau 5% - 22% dari biaya manufaktur. Namum, biasanya harga

     penjualan adalah dua kali lipat biaya manufaktur, Bila produk suatu pabrik

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    23/38

    23

    merupakan produk yang sudah ada saingannya, maka harga jual di- set  sama

    dengan harga jual pesaing atau bahkan dibawahnya.

    IV.3.3. Penelitian (research)

    Industri kimia mengalokasikan 2,5% dari penjualan produknya untuk

    keperluan penelitian sedangkan industri lain rata-rata hanya 2%. Besarnya

     biaya penelitian diperkirakan 2% - 4% dari harga penjualan atau 3,5% - 8%

    dari biaya manufaktur.

     IV.3.4. Finance 

     Financing expense  meliputi biaya-biaya ekstra yang tercakup dalam

    mendapatkan uang yang diperlukan untuk modal tetap.  Financing expense

    umumnya dibatasi / terbatas pada bunga dari uang yang dipinjam.

    Persamaan untuk  general expense  dapat diperkirakan dengan salah satu

    dari dua persamaan berikut:

    = 0,13 +0,03

     

    = 0,22 +0,03

     

    dengan, G = general expense per satuan produksi

    S = harga penjualan per satuan produksi

    M = biaya manufaktur per satuan produksi

    B = jumlah pinjaman modal

    r a = kapasitas produksi tahunan

    (Aries and Newton, 2015)

    IV.4. Penjualan dan Keuntungan (Sales and Prof it )

    Profit dapat didefinisikan sebagai kelebihan pendapatan setelah dikurangi

    dengan biaya-biaya/pengeluaran-pengeluaran. Keuntungan ada dua macam, yaitu

    keuntungan sebelum pajak pendapatan dan keuntungan setelah pajak pendapatan.

    Keuntungan sebelum dan setelah pajak dapat diperkirakan dengan persamaan-

     persamaan berikut:

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    24/38

    24

    = − −  

    = 0,44 ( − − ) 

    dengan, P b = keuntungan sebelum pajak, per satuan produksi

    Pa = keuntungan setelah pajak, per satuan produksi

    S = harga penjualan per satuan produksi

    M = biaya manufaktur per satuan produksi

    G = pengeluaran-pengeluaran umum ( general expenses)

     per satuan produksi

    Estimasi keuntungan:

    Sales :

     Manufacturing cost :

    General expense :____________+

    Total cost :____________+

     Profit before taxes :

     Income taxes  :____________-

     Profit after taxes :

    IV.5. Metode-metode untuk menyatakan keuntungan

    Ada beberapa metode dasar yang secara kuantitatif dapat digunakan untuk

    menyatakan secara relatif suatu pabrik baru layak dibangun atau tidak.

     IV.5.1. Per cent profit on sales

     Per cent profit on sales  merupakan ekspresi paling sederhana untuk

    menyatakan profitability yaitu satuan keuntungan baik sebelum atau setelah

     pajak-pajak dan dinyatakan sebagai persentase dari satuan harga jual.

    Persamaan untuk per cent profit on sales sebagai berikut:

    =

     

    =

     

    dengan, Psb  : per cent profit on sales sebelum pajak, dinyatakan dalam

    desimal

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    25/38

    25

    Psa  : per cent profit on sales setelah pajak, dinyatakan dalam

    desimal

    S : harga penjualan per satuan produksi

    P b : keuntungan sebelum pajak per satuan produksi

    Pa  : keuntungan setelah pajak per satuan produksi

     IV.5.2. Per cent return on investment  

     Per cent return on investment yaitu kecepatan tahunan di mana

    keuntungan-keuntungan akan mengembalikan investasi (modal) dengan

     persamaan sebagai berikut:

    =

     

    =

     

    dengan, Prb  :  Per cent return on investment sebelum pajak,

    dinyatakan dalam desimal

    Pra  :  Per cent return on investment   setelah pajak,

    dinyatakan dalam desimal

    r a  : kapasitas produksi tahunan

    P b  : keuntungan sebelum pajak per satuan produksi

    Pa  : keuntungan setelah pajak per satuan produksi

    IF : fixed-capital  nvestment

    IV.5.3. Harga jual ( sales)

    Harga jual dapat dihitung dengan persamaan berikut:

    =  

    + +  

    dengan, S : harga jual per satuan produksi

    IF : investasi modal tetap

    Pk   : minimum acceptable per cent return on

    investment before taxes, dinyatakan dalam desimal

    M : biaya manufaktur per satuan produksi

    G : general expense per satuan produksi

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    26/38

    26

    r a  : kapasitas produksi tahunan

     IV.5.4. Pay-out time 

     Pay-out time merupakan tahun ke berapa investasi modal akan kembali

    dengan keuntungan yang dihitung sebelum mengurang nilai depresiasi.

    =

    + 0,1 

    dengan, D : pay-out time per tahun

    P b  : profit before taxes tiap satuan produksi

    r a  : laju produksi per tahun

    IF : fixed-capital investment

     IV.5.5. Break-even point Break-even point  merupakan titik dengan jumlah total penjualan dan biaya

     produksi saling berpotongan yaitu kondisi di mana tidak mengalami

    keuntungan maupun kerugian yang dapat dihitung dengan persamaan berikut:

    =( + 0,3)

    − − 0,7 

    dengan, r a  : laju produksi tahunan

    Fa  : annual fixed expense pada produksi maksimum

    R a  : annual regulated expense  pada produksi

    maksimum

    Sa  : annual sales value pada produksi maksimum

    Va  : annual variable expense  pada produksi

    maksimum

    Z :  produksi maksimum tahunan

     IV.5.6. Shutdown point  

    Shutdown point merupakan titik di mana suatu pabrik harus segera

    dihentikan operasionalnya karena sudah memberikan kerugian yang lebih

     besar dan signifikan jika tetap dijalankan dengan persamaan sebagai berikut:

    =0,3

    − − 0,7 

    dengan, r a  : laju produksi tahunan

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    27/38

    27

    R a  : annual regulated expense  pada produksi

    maksiumum

    Va  : annual variable expense  pada produksi

    maksiumum

    Sa  : annual sales value pada produksi maksiumum

    Z : produksi maksimal tahunan

    Setelah dipaparkan metode perhitungan, berikut adalah analisis ekonomi berupa

     perhitungan dari industri pengolahan secara keseluruhan mulai dari industri belerang

    kristal, gypsum, hingga sabun.

    Delivered Equipment Cost

    Year CEPCI Value

    2014 652.5 $ 960,000.00

    2015 673.2 $ 990,455.17

    Solid Fluid Processing Plant

    Item Index Value Total

    Fixed CapitalDirect Costs

    DEC 100 $ 990,455.17

    Equipment Installation 39 $ 386,277.52

    Instrumentation and Controls 13 $ 128,759.17

    Piping 31 $ 307,041.10

    Electrical 10 $ 99,045.52

    Building 29 $ 287,232.00

    Yard Improvements 10 $ 99,045.52

    Service Facilities 55 $ 544,750.34

    Land 6 $ 59,427.31

    $ 2,902,033.66Indirect Cost

    Engineering and Supervision 32 $ 316,945.66

    Construction Expenses 34 $ 336,754.76

    $ 653,700.41

    Other Cost

    Contractor Fee 18 $ 178,281.93

    Contingency 36 $ 356,563.86

    $ 534,845.79

    Total Fixed Capital 413 $ 4,090,579.86

    Working CapitalWorking Capital 74 $ 732,936.83

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    28/38

    28

    Total Capital InvestmentTotal Capital Investment 487 $ 4,823,516.69

    Depreciable CapitalDEC $ 990,455.17

    Equipment Installation $ 386,277.52

    Instrumentation and Controls $ 128,759.17

    Piping $ 307,041.10

    Electrical $ 99,045.52

    Building $ 287,232.00

    Yard Improvements $ 99,045.52

    Service Facilities $ 544,750.34

    Total Depreciable Capital $ 2,842,606.34

    ROI

    Annual Profit Before Taxes $ 336,645.27

    Annual Profit After Taxes $ 252,483.95

    Total Capital Investment $ 4,823,516.69

    ROI Before Taxes 6.98%

    ROI After Taxes 5.23%

    POT

    Depreciable Capital $ 2,842,606.34

    Average Depreciation $ 142,130.32

    Annual Profit Before Taxes $ 336,645.27

    Annual Profit After Taxes $ 252,483.95

    POT Before Taxes 5.94 years

    POT After Taxes 7.20 years

    DCFRR

    Cash Flow

    Year Cash Flow Present Value

    0 $ (4,823,516.69) $ (4,823,516.69)1 $ 359,081.69 $ 313,886.11

    2 $ 359,081.69 $ 274,379.03

    3 $ 359,081.69 $ 239,844.50

    4 $ 359,081.69 $ 209,656.62

    5 $ 359,081.69 $ 183,268.33

    6 $ 359,081.69 $ 160,201.38

    7 $ 359,081.69 $ 140,037.74

    8 $ 359,081.69 $ 122,411.98

    9 $ 359,081.69 $ 107,004.67

    10 $ 359,081.69 $ 93,536.60

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    29/38

    29

    11 $ 359,081.69 $ 81,763.68

    12 $ 359,081.69 $ 71,472.54

    13 $ 359,081.69 $ 62,476.70

    14 $ 359,081.69 $ 54,613.11

    15 $ 359,081.69 $ 47,739.27

    16 $ 359,081.69 $ 41,730.59

    17 $ 359,081.69 $ 36,478.20

    18 $ 359,081.69 $ 31,886.89

    19 $ 359,081.69 $ 27,873.47

    20 $ 1,092,018.52 $ 74,098.02

    Sum $ (2,449,157.27)

    DCFRR Interest 14.40%

    Manufacturing Cost

    Direct Production CostItem Percentage of Value Total

    Raw Materials 50% TPC

    $

    1,531,039.52

    Operating Labor 10% TPC $ 308,233.40

    Direct Supervisory & Clerical Labor 10% OL $ 30,823.34

    Utilities 10% TPC $ 308,233.40

    Maintenance and Repairs 2% FCI $ 81,811.60

    Operating Supplies 1% FCI $ 20,452.90

    Laboratory Charges 10% OL $ 30,823.34

    Patent and Royalties 2% TPC $ 61,646.68

    Total Direct Production Cost

    $

    2,373,064.19

    Fixed Charges

    Depresiasi $ 142,130.32

    Local Taxes 4% FCI $ 163,623.19

    Insurance 1% FCI $ 20,452.90

    Total Fixed Charges

    $

    326,206.41

    Plant Overhead

    Plant Overhead 5% TPC$154,116.70

    Total Manufacturing Cost

    $

    2,853,387.30

    General ExpensesAdministrative Cost 2% TPC $ 61,646.68

    Distribution and Selling Cost 8% TPC $ 231,175.05

    R&D Cost 5% TPC $ 154,116.70

    Financing Cost 5% FCI $ 204,528.99

    Total General Expenses

    $

    651,467.43

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    30/38

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    31/38

    31

    Break Even Chart

    Capacity Sales Fixed Cost Variable Cost Regulated Cost

    Fixed + Variable

    Cost Total Cost Profit

    0% $ - $ 326,206.41

    $

    - $ 313,966.10 $ 326,206.41 $ 640,172.51 $(640,172.51)

    10% $ 384,150.00 $ 326,206.41

    $

    213,209.47 $ 387,224.85 $ 539,415.88 $ 926,640.73 $(542,490.73)

    20% $ 768,300.00 $ 326,206.41

    $

    426,418.93 $ 460,483.61 $ 752,625.34 $ 1,213,108.95 $(444,808.95)

    30% $ 1,152,450.00 $ 326,206.41

    $

    639,628.40 $ 533,742.37 $ 965,834.81 $ 1,499,577.17 $(347,127.17)

    40% $ 1,536,600.00 $ 326,206.41$852,837.86 $ 607,001.12 $ 1,179,044.27 $ 1,786,045.40 $(249,445.40)

    50% $ 1,920,750.00 $ 326,206.41

    $

    1,066,047.33 $ 680,259.88 $ 1,392,253.74 $ 2,072,513.62 $(151,763.62)

    60% $ 2,304,900.00 $ 326,206.41

    $

    1,279,256.80 $ 753,518.63 $ 1,605,463.21 $ 2,358,981.84

    $

    (54,081.84)

    70% $ 2,689,050.00 $ 326,206.41

    $

    1,492,466.26 $ 826,777.39 $ 1,818,672.67 $ 2,645,450.06 $ 43,599.94

    80% $ 3,073,200.00 $ 326,206.41

    $

    1,705,675.73 $ 900,036.15 $ 2,031,882.14 $ 2,931,918.29

    $

    141,281.71

    90% $ 3,457,350.00 $ 326,206.41

    $

    1,918,885.19 $ 973,294.90 $ 2,245,091.60 $ 3,218,386.51

    $

    238,963.49

    #### $ 3,841,500.00 $ 326,206.41

    $

    2,132,094.66 $ 1,046,553.66 $ 2,458,301.07 $ 3,504,854.73

    $

    336,645.27

    Break Even Point

    57% $ 2,179,906.27 $ 326,206.41$1,209,883.25 $ 729,681.89 $ 1,536,089.66 $ 2,265,771.55

    $(85,865.29)

    Shutdown Point

    40% $ 1,535,461.45 $ 326,206.41

    $

    852,205.95 $ 606,784.00 $ 1,178,412.36 $ 1,785,196.36 $(249,734.91)

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    32/38

    32

    ENSITIVITY ANALYSIS

    DCFRR

    Variable Change In Variable5% 0% -5%

    Selling Price 23.01% 14.40% 4.56%

    Raw Materials 6.70% 14.40% 21.62%

    Capital 12.98% 14.40% 16.22%

    Depresiasi

    Perubahan DCFRR

    VariableChange in Variable

    5% 0% -5%

    Selling Price 8.61% 0.00% -9.84%

    Raw Materials -7.70% 0.00% 7.22%

    Capital -1.42% 0.00% 1.82%

    Depreciable Capital $ 2,842,606.34

    Salvage Value $ -

    Life Time

    20

    years

    Interest 6%

    Pemilihan Metode DepresiasiTahun SOYD DDB 1,5DB SLN

    1 $ 270,724.41 $ 284,261 $ 213,195 $ 142,130

    2 $ 257,188.19 $ 255,835 $ 197,206 $ 142,130

    3 $ 243,651.97 $ 230,251 $ 182,415 $ 142,130

    4 $ 230,115.75 $ 207,226 $ 168,734 $ 142,1305 $ 216,579.53 $ 186,503 $ 156,079 $ 142,130

    6 $ 203,043.31 $ 167,853 $ 144,373 $ 142,130

    7 $ 189,507.09 $ 151,068 $ 133,545 $ 142,130

    8 $ 175,970.87 $ 135,961 $ 123,529 $ 142,130

    9 $ 162,434.65 $ 122,365 $ 114,265 $ 142,130

    10 $ 148,898.43 $ 110,128 $ 105,695 $ 142,130

    11 $ 135,362.21 $ 99,116 $ 97,768 $ 142,130

    12 $ 121,825.99 $ 89,204 $ 90,435 $ 142,130

    13 $ 108,289.77 $ 80,284 $ 83,652 $ 142,130

    14 $ 94,753.54 $ 72,255 $ 77,379 $ 142,130

    0.00%

    10.00%

    20.00%

    30.00%

    -10% -5% 0% 5% 10%

    Strauss Plot

    Sel…

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    33/38

    33

    Annual SalesCapacity Unit Product Selling Price Unit Sales

    15000 buah Kembang Api Besar $ - /buah $ -

    750000 batang Kembang Api Air Mancur $ 2.50 /10 batang $ 187,500.00300000 batang Kembang Api Sparkle  $ 1.00 /10 batang $ 30,000.00

    90000 Batang Sabun $ 0.90 /batang $ 81,000.00

    19800 ton Gypsum $ 21.00 /ton $ 415,800.00

    1000000 buah Paintball $ 24.00 /box (2000 biji) $ 12,000.00

    132000 ton Aluminium Sulfate $ 236.00 /ton $ 3,115,200.00

    Total $ 3,841,500.00

    Raw MaterialsRequirement Unit Raw Material Price Unit Cost

    4157.48 ton Limbah Bauksit $ 100.00 /ton $ 415,748.03

    0.38 ton Pemanis $ 5,000.00 /ton $ 1,889.76

    0.38 ton Pengawet $ 1,650.00 /ton $ 623.62

    1.89 ton Gelatin $ 5,000.00 /ton $ 9,448.82

    56.69 ton Polyethylene Glycol $ 1,000.00 /ton $ 56,692.91

    0.38 ton Pewarna Makanan $ 5,000.00 /ton $ 1,889.76

    47.2441 ton KOH $ 1,050.00 /ton $ 49,606.30

    0.6450 ton Olive Oil $ 4,000.00 /ton $ 2,580.00

    6.4500 ton Palm Oil $ 800.00 /ton $ 5,160.001.3636 ton Coconut Oil $ 3,800.00 /ton $ 5,181.82

    29.99 ton Aluminium $ 5,900.00 /ton $ 176,965.93

    74.61 ton Arang $ 1,260.00 /ton $ 94,014.66

    1.89 ton Dekstrin $ 700.00 /ton $ 1,322.83

    8.22 ton Kalium Klorat $ 955.00 /ton $ 7,851.18

    19.70 ton Stronsium Carbonate $ 700.00 /ton $ 13,791.32

    375.02 ton Kalium Nitrat $ 760.00 /ton $ 285,017.41

    57.32 ton Titanium $ 2,100.00 /ton $ 120,378.19

    70.19 ton Alkohol Denaturasi $ 850.00 /ton $ 59,662.54

    0.30 ton Chinese Visco $ 15.00 /ton $ 4.50

    15 $ 81,217.32 $ 65,030 $ 71,575 $ 142,130

    16 $ 67,681.10 $ 58,527 $ 66,207 $ 142,130

    17 $ 54,144.88 $ 52,674 $ 61,241 $ 142,130

    18 $ 40,608.66 $ 47,407 $ 56,648 $ 142,130

    19 $ 27,072.44 $ 42,666 $ 52,400 $ 142,130

    20 $ 13,536.22 $ 45,489 $ 48,470 $ 142,130

    Average $ 142,130.32 $ 125,205.09 $ 112,240.63 $ 142,130.32

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    34/38

    34

    156.73 ton Kalium Perklorat $ 1,000.00 /ton $ 156,732.28

    94.49 ton Gula $ 200.00 /ton $ 18,897.64

    6.00 ton Besi $ 900.00 /ton $ 5,400.00

    6.00 ton Sodium $ 330.00 /ton $ 1,980.00

    6.00 ton Tembaga $ 6,000.00 /ton $ 36,000.00

    6.00 ton Barium Nitrat $ 700.00 /ton $ 4,200.00

    Total $ 1,531,039.52

    Present ValueYear SOYD DDB 1,5DB SLN

    1 $ 255,400.39 $ 268,170.41 $ 201,127.81 $ 134,085.20

    2 $ 228,896.58 $ 227,691.86 $ 175,512.47 $ 126,495.48

    3 $ 204,574.89 $ 193,323.28 $ 153,159.47 $ 119,335.36

    4 $ 182,273.23 $ 164,142.40 $ 133,653.31 $ 112,580.52

    5 $ 161,840.82 $ 139,366.19 $ 116,631.43 $ 106,208.046 $ 143,137.52 $ 118,329.79 $ 101,777.42 $ 100,196.27

    7 $ 126,033.04 $ 100,468.69 $ 88,815.21 $ 94,524.78

    8 $ 110,406.30 $ 85,303.60 $ 77,503.83 $ 89,174.32

    9 $ 96,144.82 $ 72,427.59 $ 67,633.06 $ 84,126.72

    10 $ 83,144.10 $ 61,495.12 $ 59,019.42 $ 79,364.83

    11 $ 71,307.12 $ 52,212.84 $ 51,502.79 $ 74,872.48

    12 $ 60,543.78 $ 44,331.65 $ 44,943.48 $ 70,634.41

    13 $ 50,770.47 $ 37,640.08 $ 39,219.54 $ 66,636.24

    14 $ 41,909.58 $ 31,958.56 $ 34,224.60 $ 62,864.38

    15 $ 33,889.15 $ 27,134.63 $ 29,865.81 $ 59,306.02

    16 $ 26,642.41 $ 23,038.84 $ 26,062.14 $ 55,949.0717 $ 20,107.48 $ 19,561.28 $ 22,742.91 $ 52,782.14

    18 $ 14,226.99 $ 16,608.63 $ 19,846.41 $ 49,794.47

    19 $ 8,947.79 $ 14,101.67 $ 17,318.80 $ 46,975.92

    20 $ 4,220.66 $ 14,183.84 $ 15,113.10 $ 44,316.90

    Total $ 1,924,417.15 $ 1,711,490.92 $ 1,475,673.01 $ 1,630,223.54

    Dipilih SOYD

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    35/38

    35

    V.  Simpulan dan Saran

    Dari hasil yang didapatkan, keuntungan yang didapatkan memang belum akan

    memberikan return of investment   dalam waktu yang relatif cepat, karena basis dari

     perancangan kawasan industri pariwisata dan industri pengolahan ini bukanlah semata-

    mata tentang materi yang dapat diukur dengan uang. Akan tetapi, lebih dari itu, sistem

     All in Ijen Edupark   ini dapat memberikan kesejahteraan baik pada masyarakat sekitar

    Gunung Ijen, yang secara tidak langsung juga memberikan efek domino kepada

     peningkatan taraf kualitas di sektor-sektor lainnya, antara lain berkurangnya arus

    urbanisasi, menurunnya kriminalitas, penyerapan lapangan kerja dan dampak sosial-

    kemasyarakatan lainnya. Metode yang tepat berdasarkan pembahasan di atas adalah

     bagaimana mengatur volume produksi dan penjualan yang dimiliki oleh pabrik

     pengolahan belerang pada saat krisis dan atau sebagainya, sehingga dapat menjadi nilai

    tukar tersendiri saat dihantam dengan krisis ataupun gejolak. Sedangkan, sebagai senjata

    utamanya untuk menghadapi tekanan eksternal dan internal adalah tetap dengan

    mengandalkan industri pariwisata yang tidak akan pernah mati. Berbeda dengan industri

    komoditas yang harganya fluktuatif, industri pariwisata selalu memiliki nilai jual yang

    tinggi. Memang, industri pariwisata umumnya hanya ramai di saat-saat tertentu saja

    seperti waktu liburan, akan tetapi, itu semua dapat ditutupi dengan roda industri yang

    terus berputar. Kesimpulannya, harus ada kombinasi yang tepat antara kedua industri ini

    di kawasan Gunung Ijen agar dapat tetap menghasilkan keuntungan bagi pemerintah

     pusat, daerah, juga masyarakat.

    Sebagai saran, alangkah baiknya apabila ide ini dapat terealisasi. Investasi yang besar,

    tidak akan seberapa jika itu digunakan untuk kepentingan rakyat, daripada hanya hilang

    tertelan oleh kantung serakah para koruptor. Ide ini dapat dilanjutkan, meskipun tidak

    terbatas hanya diimplementasikan di kawasan wisata Gunung Ijen. Sehingga, diharapkan

    kedepannya, tema wisata berbasis back to nature  dan  All in ( terpadu) ini dapat terus

     berkembang dan menjadi contoh bagi pengembangan objek-objek wisata lainnya di

    Indonesia, khususnya Jawa Timur, untuk kontribusi nyata Jawa Timur sebagai salah satu

     provinsi yang serius mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan

     berkesinambungan di Indonesia.

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    36/38

    36

    VI.  Daftar Pustaka

    Agra, Ida Bagus. “Forum Teknik: Aluminum Sulfate from Ijen Crater

    Lake Water”, Majalah Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

    Yogyakarta, Agustus 1972, 2(2), hal.87-94.

    Aries, R.S. and Newton, Robert D. (1955). Chemical Engineering Cost

    Estimation, McGraw-Hill Book Company, New York.

    Badan Pusat Statistik. “Data Wisatawan Mancanegara di Provinsi Jawa

    Timur“ http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1392,  2015.

    Bank Indonesia. “Kajian Ekonomi Keuangan Regional Jawa Timur

    Triwulan 2 Tahun 2015”http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-

    regional/jatim/Pages/Kajian-Ekonomi-Keuangan-Regional-Jawa-Timur-Tw-

    II-2015.aspx, 2015

    Bappenas. 2015. “Kondisi Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan

    II Tahun 2015” http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=5224,  2015.

    Caudron, Corentin et all, “Kawah Ijen volcanic activity: a review”,

    Journal of Bull Volcanol, Februari 2015, 77 (16), hal. 1-3.

    Delmelle et al. 2000. “Kawah Ijen Indonesia” Royal Society Publisher:

    Pennsylvania.

    Geographic, National. “Kawah Ijen Blue Flames Volcanoes”

    http://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-

    flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/,  2015

    GF Piping System. “Piping Price”

    http://www.gfps.com/country_US/en_US/infopricing/pricelists.html,  2015.

    http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1392http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1392http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=5224http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=5224http://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/http://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/http://www.gfps.com/country_US/en_US/infopricing/pricelists.htmlhttp://www.gfps.com/country_US/en_US/infopricing/pricelists.htmlhttp://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/http://news.nationalgeographic.com/news/2014/01/140130-kawah-ijen-blue-flame-volcanoes-sulfur-indonesia-pictures/http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=5224http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1392

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    37/38

    37

    Gypsum Associaton. “What is Gypsum?”

    https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/what-is-gypsum/ , 2012

    Gypsum Association. “Other Uses of Gypsum”

    https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/uses-gypsum/ , 2012

    Harrison Plastic. “About PVC”

    http://www.harrisonplastic.com/aboutpvc.html#superduct ”, 2015.

    Kelompok Program Teknologi Inf ormasi Pertambangan. “Belerang” 

    http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&co

    mmId=7&comm=Belerang, 2015

    Kemeparekraf. “Kawah Ijen”

    http://www.indonesia.travel/sites/site/293/kawah-ijen, 2015

     Newnan, Donald G et all, (2004), Engineering Economic Analysis, Oxford

    University Press, New York

     Nurkolis, Noviani. “Dampak Keberadaan industri Terhadap Kondisi

    Sosial Ekonomi Masyarakat Serta Lingkungan Sekitar Industri”, Jurnal

    Universitas Negeri Malang, Oktober 2014, hal. 1-2.

    Rooy, Rooy. 2014. “Pariwisata sebagai Aset Pembangunan Ekonomi”

    https://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasional, 2014.

    Smithsonian Institute. 2014. “Vulkanisme Global Program” 

    http://www.volcano.si.edu, 2015.

    https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/what-is-gypsum/https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/uses-gypsum/http://www.harrisonplastic.com/aboutpvc.html#superducthttp://www.harrisonplastic.com/aboutpvc.html#superducthttp://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&commId=7&comm=Beleranghttp://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&commId=7&comm=Beleranghttps://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasionalhttps://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasionalhttp://www.volcano.si.edu/http://www.volcano.si.edu/https://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasionalhttps://www.academia.edu/9381955/Pariwisata_Sebagai_Aset_Pembangunan_Ekonomi_Nasionalhttp://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&commId=7&comm=Beleranghttp://www.tekmira.esdm.go.id/data/Belerang/ulasan.asp?xdir=Belerang&commId=7&comm=Beleranghttp://www.harrisonplastic.com/aboutpvc.html#superducthttps://www.gypsum.org/about/gypsum-101/uses-gypsum/https://www.gypsum.org/about/gypsum-101/what-is-gypsum/

  • 8/20/2019 Mita Sangga William UGM

    38/38

    SR. Wittiri dan Sri Sumarti. 2015. “Kawah Ijen Penghasil Belerang

    Terbesar” http://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-

     belerang-terbesar. 

    Utaminingsih, Widi. “Pemahaman Pariwisata Masih Sebatas Jual Objek

    Wisata” http://melayuonline.com/ind/news/read/9543,  2014

    Vatuvuk, William M. “Updating the CE Plant Cost Index”

    http://www.chemengonline.com/Assets/File/CEPCI_2002.pdf , 2002.

    http://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesarhttp://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesarhttp://melayuonline.com/ind/news/read/9543http://melayuonline.com/ind/news/read/9543http://www.chemengonline.com/Assets/File/CEPCI_2002.pdfhttp://www.chemengonline.com/Assets/File/CEPCI_2002.pdfhttp://melayuonline.com/ind/news/read/9543http://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesarhttp://esdm.go.id/berita/56-artikel/3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesar