39
1 Vol. 34 | Oktober - November 2012 ISSN: 2087-5975 www.money-and-i.com Vol. 34 Okt - Nov 2012 Denny Santoso Trials, Courageous & Success ‘Everything is Negotiable’ NetGeneration Geliat Generasi Paling Narsis Dalam Sejarah Book Launching : Interview With The Millionaire

M&I Vol 34 Okt - Nov

Embed Size (px)

DESCRIPTION

M&I Vol 34 Okt - Nov

Citation preview

Page 1: M&I Vol 34 Okt - Nov

PB Vol. 34 | Oktober - November 2012 1Vol. 34 | Oktober - November 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Vol. 34 Okt - Nov 2012

Denny Santoso

Trials, Courageous

& Success‘Everything is

Negotiable’NetGeneration

Geliat Generasi Paling Narsis

Dalam Sejarah

Book Launching : Interview With The Millionaire

Page 2: M&I Vol 34 Okt - Nov

2 Vol. 34 | Oktober - November 2012 3Vol. 34 | Oktober - November 2012

Page 3: M&I Vol 34 Okt - Nov

4 Vol. 34 | Oktober - November 2012 5Vol. 34 | Oktober - November 2012

Page 4: M&I Vol 34 Okt - Nov

6 Vol. 34 | Oktober - November 2012 7Vol. 34 | Oktober - November 2012

44

8 EDITOR’ S NOTE

12 QUOTES OF THE MONTH

13 PIN UP

14 Event Arisan & Generasi Lestari

18 Market ResearchPembeli Rumah Secara Tunai Menurun

20 Road To WealthStep By Step a Lesson From Rinjani

22 OutlookGunung Batur Bali, Geopark Pertama di Indonesia

24 Info PropertyKekuatan Six Sense, Untuk Menganalisa Lokasi Property

26 Note From the GuruJadilah Marketer sekaligusEntrepreneur yang Baik

34 Interview Denny Santoso

40 InsightKelas Menengah China

42 AdvetorialInterview With The Millionaire

54 Books Review

60 SocialitaAyu Lani Ratnasari

64 Front of MindRichard Branson

68 Growth StrategiesMaaf, Belum ada pekerjaan yang menyenangkan

72 Notes From A FriendsCan I

74 InspirationVolkswagen’s Autostadt

Startup menjadi domain bisnis baru khususnya bagi anak-anak muda, para gen C menangkap peluang bahwa ada ceruk yang dalam dengan berbagai potensi

ditengah segementasi pasar yang terus bergeser dan berubah. Facebook, Twitter dan berbagai sosial media lain dari luar adalah beberapa pioner dari lanskap baru tersebut, yang secara cepat menjadi addict habits dikalangan anak-anak muda. Bagaimana mereka bermain di area yang penuh dengan potensi ini?

SPECIAL FEATURE

contentsOktober - November 2012 | Volume 34

28

Lestari First :Re Branding Bendega

Cover Photography by Gus Baruna

48 Smart FamilyRumah besar dan cantik

50 TravellerRinjani

52 LiteraturPembelajaran TP Rachmat

Page 5: M&I Vol 34 Okt - Nov

8 Vol. 34 | Oktober - November 2012 9Vol. 34 | Oktober - November 2012

PUBLISHERAlex P. Chandra

MARKETING COMMUNICATION

I Putu Agus Ariawan

PUBLIC RELATIONWahyu Sari Pande

MANAGING EDITORArif Rahman

CONTRIBUTORSAlex P. Chandra Hermawan Kartajaya Pribadi BudionoSuzanna Chandra YuswohadyI Made Wenten B.

REPORTERAnton HPT

CONTENT EDITORKinan Setya

DESIGNHendrik

MARKETING & CIRCULATIONAan Evarudin

PHOTOGRAPHYGus Baruna

Alamat Redaksi:PT. BPR SRI ARTHA LESTARIJl. Teuku Umar 110 DenpasarT. (0361) 246706 F. (0361) 246705

E. [email protected] [email protected] Sales & Marketing for AdvertisementT. 0361 7843244www.money-and-i.com

MANAGEMENT

EDITORIAL

SUPPORTED BY

Editor’s Note

Professor Eko Indrajit, Ph.D menceritakan pengalamannya melakukan survei kecil kepada

sejumlah mahasiswa ketika dirinya mengajar. Penelitian sederhana ini membagi kelas menjadi dua kelompok, yang pertama adalah mahasiswa yang diberikan kesempatan untuk belajar sambil memainkan iPod atau telepon seluler mereka, sementara lainnya hanya mendengarkan kuliah saja. Hasilnya ketika ujian, ternyata kelompok mahasiswa yang bermain telepon seluler dan iPod memiliki nilai kuliah yang lebih tinggi dari mereka yang hanya mendengarkan materi saja.

Inilah gambaran akan generasi saat ini yang sangat bertolak belakang

Arif RahmanManaging Editor, Money & I

Grown Up Digitaldengan generasi pada era industri dulu, menggambarkan bagaimana kelompok masyarakat masa kini khususnya generasi muda adalah mereka yang selalu terkoneksi dan mencapai hasil dengan lebih optimal dengan koneksi yang mereka miliki. Dan belakangan menjadikan digitalisasi era ini sebagai sebuah bisnis yang menguntungkan.

Fakta ini semakin hari terus menggelembung dan memaksa kami di redaksi untuk ikut serta mengintip apa yang terjadi. Itu sebabnya Start Up Business menjadi topik utama pada edisi kali ini, dan tentunya juga menampilkan sosok Bali Digitalpreneur era saat ini, sekalipun jumlahnya tidak banyak, namun mereka adalah orang-orang yang turut bermain di industri yang masih membuka ribuan peluang didalamnya.

Disatu sisi, kami juga mewawancarai Denny Santoso, seorang start up business yang sangat berhasil dengan social media SixReps, semoga hasil interview kami bisa menjadi salah satu referensi yang menambah wawasan kita untuk berhasil di genre bisnis ini. Selamat membaca!

Jabat Erat,Arif Rahman

Send your letter to PT BPR Sri Artha Lestari, Jl. Teuku Umar 110 Denpasar or mail to M&I Magazine: [email protected]

Page 6: M&I Vol 34 Okt - Nov

10 Vol. 34 | Oktober - November 2012 11Vol. 34 | Oktober - November 2012

Advetorial

Page 7: M&I Vol 34 Okt - Nov

12 Vol. 34 | Oktober - November 2012 13Vol. 34 | Oktober - November 2012

Pin Up

“Global mobility of resources, including human Talent, Coupled with the dynamics of regulatory and social issues have changed business environment and the landscape of doing business. Indonesia is no exception. These phenomena, while not totally new, are presenting more challenges for corporations to adopt the rights strategy, called it “Three S, stands for Scale, Speed & Smart”Tanri Abeng

“New York City pada awal 1990-an mempunyai tingkat kriminalitas yang tinggi. Rudy Giuliani -Walikota saat itu- mengubah kota tersebut menjadi salah satu yang paling aman di AS dengan meningkatkan kinerja para penegak hukum yang sebelumnya berbasis input [waktu penyelesaian kasus, laporan dan pengelolaan anggaran] di ubah menjadi berbasis output [pengurangan kasus kriminal]”

Suwardi LuisCEO GML Performance Consulting

“Tidak ada yang tahu kapan selesainya masalah Eropa yang sudah menjadi politis itu. Tak ada cara lain bagi investor selain membiasakan diri. Meminjam judul film yang diperankan aktor kawakan Mel Gibson, inilah The Year of Investing Dangerously”

Lukas Setia AtmajaAssociates Dean for Academic Affairs Prasetya Mulya Business School

It’s good to have money and the things that money can buy,

but it’s good, too, to check up once in a while and make sure that you haven’t lost the things that money can’t buy.

George Lorimer

Page 8: M&I Vol 34 Okt - Nov

14 Vol. 34 | Oktober - November 2012 15Vol. 34 | Oktober - November 2012

Event

Untuk ketiga kalinya pada tahun ini, arisan Lestari kembali digelar, masih dengan semarak yang sama, dan tentunya banjir doorprize yang

selalu ditunggu para ibu nasabah BPR Lestari dan para undangan. Tepatnya pada 10 Oktober 2012 bertempat di Sector Bar Sanur menjadi ajang kumpul dan sharing bersama para kaum hawa, disamping juga tentunya untuk membangun networking bisnis sesama keluarga besar Lestari First. Berbagai produk high quality dan branded terpajang di sekitar tempat even berlangsung.

Acara semakin bertambah meriah saat dua pasang penari Salsa berlenggak lenggok penuh vitalitas diiringi musik yang energik. Melengkapi acara yang meriah ini, panitia menghadirkan pakar kesehatan seputar diet dan fitnes Denny Santoso dari Ultimate Nutrition Indonesia.Tema yang dibawakan oleh lelaki berperawakan sedang ini adalah Shape your body and get fit, fat Loss. Tema yang menggelitik terutama untuk kalangan para ibu, yang kerap kali menjadikan bentuk tubuh sebagai masalah serius.

Lalu bagaimana agar para ibu bisa memperoleh tubuh indah dan ideal? Seperti yang disampaikan Denny, bagi kebanyakan wanita, kegemukan adalah momok

yang kerap menghantui penampilan mereka. Terlalu gemuk atau banyak lemak sangat tidak bagus bagi kesehatan tubuh, baik pria ataupun wanita. Karena tubuh yang gemuk pasti mengundang banyak penyakit seperti penyakit jantung, diabetes atau kencing manis, stroke, darah tinggi, asam urat dan banyak penyakit lainnya. Dijelaskan pula tentang pola makan 5-6 kali sehari untuk meningkatkan metabolisme tubuh untuk pembakaran lemak yang lebih efektif.

Demikian pula dengan mencukupi kebutuhan nutrisi, sama pentingnya dengan latihan rutin yang Anda lakukan untuk mencapai berat badan ideal. Konsumsilah makanan rendah karbohidrat dan tinggi protein 5-6 kali sehari. Langkah ini lebih efektif untuk menurunkan berat badan daripada mengurangi makan atau bahkan tidak makan sama sekali saat berdiet.

Denny juga menegaskan bahwa pemikiran melakukan diet dengan cara tidak makan adalah satu kesalahan besar, karena diet pada dasarnya adalah makan sebanyak-banyaknya tetapi dalam porsi yang lebih sedikit dari biasanya. Dengan frekuensi yang benar maka kita dapat makan seperti yang biasanya dan tetap diet dengan cara makan besar selama 3 kali dan ngemil

2 kali dalam sehari. Lalu olahraga apakah yang paling tepat untuk membakar lemak? Dijelaskan oleh lelaki lulusan Teknologi Informasi kampus STIKI Malang ini bahwa hampir semua olahraga bisa membakar lemak asal kita pantau detak jantung kita berada di angka 65% atau lebih kecil. Angka 65% adalah angka optimalnya. Salah satunya adalah teknik kardio yang bisa Anda gunakan ketika menggunakan treadmill di tempat fitnes, atau jika Anda memilikinya di rumah. Kardio ini memiliki efek after burn yang cukup bagus.

Biasanya ketika orang melakukan lari di atas mesin treadmill atau joging, mereka melakukannya dengan

tujuan membakar lemak, dan dengan kecepatan yang konstan selama 30 sampai 45 menit. Memang itu membakar lemak, tetapi efeknya kurang dahsyat. Maka dari itu Denny Santoso pun menyarankan untuk menggunakan teknik yang disebut HIIT, yaitu High Intensity Interval Training.

Konsepnya kita lari dengan intensitas tinggi diselang seling dengan intensitas rendah. Biasanya jalan cepat dengan speed 6 sekitar 2 menit dan lari dengan speed 9 selama 1 menit dan diselang-seling sebanyak 6 kali. Coba praktekkan sendiri untuk mendapatkan buktinya!

Setelah menerangkan dari A hingga Z cara diet sehat dan membakar lemak yang benar, tibalah saatnya penarikan nama pemenang arisan yang beruntung, dan pembagian puluhan doorprize eksklusif yang diberikan mulai dari voucher perawatan tubuh, voucher belanja, tiket penerbangan ke Singapore, tiket gratis menginap di hotel hingga penyerahan tas bermerk sekelas Gucci kepada salah satu peserta arisan yang beruntung.

Duo MC Eca dan Dayu kembali mengingatkan kepada peserta arisan untuk mengajak teman-teman dan sahabat yang belum bergabung untuk ikut serta dalam komunitas yang memberikan banyak pengetahuan ini. Bagi Anda yang berminat, dapat menghubungi BPR Lestari Teuku Umar untuk informasi lebih lengkap.

Arisan LestariShape your body, get fit & fat Loss

Event

Pemenang Tas Gucci dari Arisan Lestari

Page 9: M&I Vol 34 Okt - Nov

16 Vol. 34 | Oktober - November 2012 17Vol. 34 | Oktober - November 2012

Event

Menurut Anda, apa yang akan terjadi jika seseorang yang lahir dari keluarga miskin, kemudian tidak mendapat akses

pendidikan? Dalam kebanyakan kasus, yang terjadi adalah kemiskinan tersebut berlanjut, dari generasi ke generasi, dari orang tua ke anak dan cucu, dan terus begitu menjadi circle of devil. Dari sekian banyak tawaran solusi, maka yang paling kongkrit dan nyata bisa dilakukan untuk memutus rantai kemiskinan tersebut adalah dengan memberikan bantuan biaya kepada mereka yang tidak mampu agar mendapatkan akses pendidikan yang memadai. Inilah alasan yang membawa BPR Lestari memberikan bantuan beasiswa dalam program generasi Lestari.

Pada tahun ini, setelah melewati proses screening yang ketat pada tanggal 7 - 8 Agustus lalu, maka terpilih 12 orang mahasiswa dari ratusan aplikasi yang masuk sebagai penerima beasiswa full scholarship yang diberikan oleh BPR Lestari, mencakup biaya kuliah dan biaya hidup selama menempuh pendidikan kepada

sejumlah pelajar. Tahun ini merupakan angkatan ketiga sejak program beasiswa ini ada, dan 12 orang mahasiswa/i yang terpilih, pada pertengahan Oktober lalu kembali di undang oleh BPR Lestari untuk menyampaikan janji mereka, bahwa Generasi Lestari, haruslah menjadi pribadi yang mampu memberikan kontribusi bagi bangsa, dan jika kelak menjadi pengusaha, mereka tidak boleh menipu, dan jika jadi pejabat publik, mereka tidak boleh korupsi. Dan mereka mengemban satu misi, dengan berkontribusi bagi masyarakat, mereka diharapkan bisa menjadi agen pemutus rantai kemiskinan.

Ketika diminta untuk memberikan sambutan, Alex P Chandra selaku komisaris BPR Lestari menceritakan ihwal program ini tercetus. Semua bermula dari dirinya yang lahir dari sebuah daerah yang relatif miskin Rangkasbitung, satu daerah marginal yang penduduknya memiliki kemampuan ekonomi terbatas. Alex P Chandra merasa beruntung ketika dirinya mulai pindah dan berdomisili di daerah perkotaan,

Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka pilihan dan kesempatan untuk memutus rantai kemiskinan semakin terbuka.

3th Edition

Generasi Pemutus Rantai Kemiskinan Lewat Pendidikan

dan mendapat kesempatan menempuh pendidikan tinggi, yang pada akhirnya membawa pria yang juga mendirikan Lestari Institute ini mampu berbuat banyak bagi masyarakat saat ini.

Karena disatu sisi, Indonesia yang merupakan negara besar dan kaya sumber daya alam, justru inferior dengan berbagai kasus kemiskinan di berbagai daerah, dan berdampak pada masalah sosial lainnya. Semua ini diyakini terjadi karena banyak perilaku korupsi yang menghambat akses masyarakat untuk berkembang. Pendidikan menjadi barang langka, mahal dan menjadikan masyarakat secara turun temurun, dari generasi ke generasi, tidak sanggup memutus rantai kemiskinan mereka.

Beasiswa Generasi Lestari diberikan kepada mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik namun terbatas secara finansial, itulah sebabnya lewat program yang sudah bergulir sejak tahun 2010 lalu, BPR Lestari mencari calon generasi baru yang memiliki misi untuk memutus rantai kemiskinan. Dengan 12 orang mahasiswa di tiap angkatan penerima beasiswa, mereka nantinya diharapkan bisa menjadi pribadi yang mampu berkontribusi bagi masyarakat banyak. Jika saja mahasiswa yang pandai ini tidak memiliki kemampuan keuangan, dan pada akhirnya tidak bisa menempuh pendidikan tinggi, yang akan membatasi mereka untuk memperbaiki kualitas hidupnya dimasa depan, maka tradisi kemiskinan akan terus berlanjut.

Untuk memberikan dampak yang lebih besar dan visi menciptakan generasi lestari, the agent of change yang lebih banyak, maka mulai tahun 2013 nanti, program ini berkembang dengan memberikan beasiswa ke 24 orang mahasiswa, tentunya dengan kenaikan 100% ini diharapkan dampak perubahan yang ditimbulkan untuk masa depan bangsa semakin nyata dan terasa.

Page 10: M&I Vol 34 Okt - Nov

18 Vol. 34 | Oktober - November 2012 19Vol. 34 | Oktober - November 2012

Market Research

Dari tiga kebutuhan pokok manusia, selain sandang dan pangan, maka papan dirasa oleh kebanyakan orang sebagai hal yang paling sulit

untuk dipenuhi. Apalagi saat ini pertumbuhan populasi manusia khususnya di Indonesia yang seolah tidak terkendali, sementara tanah menjadi semakin langka, jadilah perumahan menjadi semakin sulit dimiliki. Apalagi jika harus dibeli dengan cara tunai.

Hal ini semakin terlihat nyata dari hasil survei yang dirilis Bank Indonesia pada triwulan II 2012 kemarin, dimana terjadi penurunan persentase konsumen yang membeli rumah secara tunai atau cash. Tercatat, mereka yang melakukan pembelian secara tunai hanya 6 %, sementara sisanya dilakukan secara kredit [KPR] sebesar 82,09%, dan tunai bertahap 11,91%. Jumlah persentase ini turun sekitar 2 % dari periode yang sama ditahun sebelumnya 2011 yang mencapai 8,57%.

KPR sendiri mengalami kenaikan dibandingkan dengan data triwulan I tahun 2012 dimana konsumen yang membeli secara kredit sebesar 78,33%. Hal ini diperkirakan terjadi karena semakin mudahnya konsumen mengakses fasilitas KPR sementara disatu sisi tingkat suku bunga KPR justru mulai turun. Dari 82,09% konsumen yang melakukan pembelian secara kredit, 86,42% diantaranya dilakukan untuk pembelian rumah kecil.

Selain itu, survei tersebut juga menunjukkan dari total KPR yang dikucurkan perbankkan pada periode semestar pertama tahun ini, sebanyak 0,88% dalam bentuk fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan [FLPP] atau KPR subsidi, sedangkan 99, 12% dalam bentuk KPR komersial [Non FLPP].

Jika dibandingkan dengan survei yang sama pada triwulan II tahun 2011 lalu, maka survei ini mengindikasikan bahwa 71,08% atau sebagian besar konsumen masih memilih KPR sebagai fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian rumah, sementara 20,35% dalam bentuk tunai bertahap dan 8,57% dalam bentuk tunai.

Pembeli Tunai Rumah Menurun

Survei Bank Indonesia:

Organized & Sponsors By.

Muda & Sukses, semua orang bisa meraihnya! Sekarang, tingal mencari tahu bagaimana caranya. Belajar dari mentor yang tepat adalah salah satunya. Untuk itulah Money & I Magazine mempersembahkan :

Featuring : MERRY RIANA

Keynote Speaker

Alex P ChandraChairman BPR Lestari

BOOK NOWLimited Seat Available

Motivator Wanita No.1 di Indonesia & Asia I Meraih penghasilan Sejuta Dolar diusianya ke 26 tahun I The Most Powerful Women of 2012 (versi Her World

Indonesia) I Great Women of Our Time (versi Singapore Women’s)

Youth Can Do It, Act Now!

Sabtu, 1 Desember 2012 . 13.00 - 17.00 Wita .Gedung BPR Lestari WR.Supratman . 4th Floor

Youth Can Do It!START IT NOW, START IT RIGHT

C a l l :Elsa Anton

Ayu Nita

Membeli sebuah bank di usia 30 tahun, menjadikannya sebagai yang terbesar di Bali dalam waktu lima tahun dan membawa bank tersebut memiliki aset 1 Trilyun di tahun 2011

Page 11: M&I Vol 34 Okt - Nov

20 Vol. 34 | Oktober - November 2012 21Vol. 34 | Oktober - November 2012

Road to Wealth

Alex P. ChandraChairman BPR Lestari

Road to Wealth

Teman saya, Tung Desem Waringin hits a new level of his career. Sekarang dia punya show sendiri di televisi nasional. TDW Show! Saya

kemarin diundang ke acaranya, sebagai peserta dan sebagai bintang tamu.

Dulu saya sempat ‘nyantri’ bersama Tung. Keliling berguru kepada guru-gurunya. Ikut seminarnya Anthony Robbins (dua kali). Belajar ilmu marketing sama Jay Abraham. Ketemu Robert Kiyosaksi. Belajar sama Dolf de Ross mengenai investasi di property.

Dan juga berguru kepada TDW. Semua seminarnya saya ikuti. Life Revolution, Marketing Revolution, dan Financial Revolutions. Dua revolutions series yang belum sempat saya ikuti adalah Business Revolutions dan Real Estate Revolutions. Nanti saya akan cari waktu sempatkan ikut dua series yang ketinggalan itu.

Salah satu moment terpenting dalam karir saya, adalah

TDW Show !

periode ‘nyantri’ ini.

Waktu saya ‘membeli’ BPR Lestari di penghujung 1999 itu, saya sudah 7 tahun berkarir di BCA. Banyak pelatihan yang sudah saya ikuti. Pengalaman-pun lumayan. Saya beruntung sempat “tour of duty” selama bekerja di BCA. Mulai dari staf di Kantor Pusat (sebagai policy maker, jadi tahu, mengerti dan terlibat dalam proses pembuatan kebijakan), kemudian diterjunkan ke kantor cabang untuk pertama kali menangani operasional perbankan.

Setelah ‘handling’ operation, saya mutasi ‘in charge’ buat marketing dan perkreditan. Sebelum kemudian promosi sebagai branch manager.

Jadi sudah lumayan komplit sebenarnya. Waktu saya beli BPR itu, saya pikir saya sudah tahu caranya.

“I was wrong”.

Masa-masa awal membangun bisnis itu adalah masa yang tersulit sepanjang karir saya. Hampir 3 tahun saya ‘berusaha’, nothing happen. Tidak ada yang mau menjadi nasabah BPR Lestari. Hehehe…pikir-pikir, siapa juga yang mau jadi nasabah bank yang enggak jelas begitu.

Yang jadi nasabah cuma keluarga saya saja. Ayah, ibu, dan adik-adik saya berserta keluarganya.

Then, I met Tung.

Dia baru kembali dari ‘perantauan-nya’, belajar dari guru-guru terbaik di dunia. Tung kemudian menyarankan saya buat belajar bersamanya. Jadilah saya berkelana ‘belajar’. Dalam periode ini juga saya berkenalan dengan Pak Hermawan Kartajaya.

Baru saya sadari, bahwa saya tidak tahu apa-apa mengenai membangun bisnis. Baru juga saya sadari, bahwa membangun bisnis itu ada caranya. Kalau tidak tahu caranya, akan sulit dan tingkat kegagalannya tinggi sekali.

Jadilah saya belajar kemana-mana dan kemudian praktek sedikit demi sedikit.

Dan, bisnis BPR saya pelan-pelan mulai menunjukkan kehidupan. Yee… I see the lights at the end of the tunnel.

Building business, creating wealth, living a life is just like a game. To win the game , first you have to know the rules of the game.

Kebanyakan orang, membangun bisnis tanpa mengetahui aturan mainnya. Mengatur keuangan juga tanpa mengetahui ada caranya. Bahkan menjalani kehidupan itu ada aturannya.

Untuk bisa ‘menang’ dalam permainan ini, kita harus pertama kali belajar aturannya. Sayang sekali memang, bahwa kurikulum pendidikan formal tidak cukup membekali kita dengan life skills yang essensial ini.

Kita harus belajar dan mencarinya sendiri di jalanan.Setelah belajar, cobalah praktek. Jadikan hidup kita sebagai laboratorium terhadap apa-apa yang sudah kita pelajari. Amati hasilnya, kemudian lakukan correction action, demikian seterusnya.

Salah satu kesalahan lainnya adalah orang terlalu senang belajar. Tanpa punya keberanian untuk praktek. Inipun juga sama salahnya. Apa artinya kita tahu banyak namun tidak melakukan apa yang kita ketahui.

“To know but not to do, is not yet to know”, demikian kata confucius dulu. Saya suka quote ini. Dan sering kali saya gunakan sebagai pembuka dalam setiap pelatihan-pelatihan.

Tahu dan mengerti namun tidak melakukan, sama saja dengan tidak tahu. Tung menambahkan, “learn from the best, work with the best, take action, miracle happen”.

Ketika pertama kali ketemu kembali dengan Tung di tahun 2002, bisnis saya struggling. BPR Lestari ketika itu asetnya cuma 6 milyar saja. Kini 10 tahun kemudian asetnya melampaui 1 triliun, dan terus berkembang. Tidak ada jaminan memang bahwa bisnisnya akan terus sukses, namun setidaknya saya lebih mengerti proses dan cara-cara membangun sebuah bisnis. Kalau nanti bisnisnya mengalami masalah, saya tahu bagaimana cara memperbaikinya.

Walaupun terkadang gayanya controversial, dan kadang tidak semua orang menyukai-nya, saya menyarankan setiap orang yang menginginkan ‘success’ untuk mendengarkan Tung. Tidak perlu setuju dengan gayanya (sama ketika kita belajar kepada guru-guru lainnya), tapi saya percaya, banyak hal yang bisa kita pelajari darinya.

Dan di penghujung acara TDW Show itu, saya diminta memberikan testimoni. Tanpa ragu saya mengatakan bahwa “The secret of my success, is Tung Desem Waringin”. Dan kemudian seluruh audience meneriakkan yel-yel.. “hidup cuma sekali, hiduplah dengan dahsyat!” Semoga bermanfaat .

“Hidup cuma sekali, hiduplah dengan dahsyat”

Tung Desem Waringin

Page 12: M&I Vol 34 Okt - Nov

22 Vol. 34 | Oktober - November 2012 23Vol. 34 | Oktober - November 2012

Outlook Outlook

Geopark Pertama di IndonesiaGunung Batur Bali

Geopark sendiri merupakan kawasan atau situs warisan geologi (geological herritages) yang mempunyai nilai ekologi dan warisan budaya (cultural herritages) dan berfungsi sebagai daerah konservasi, edukasi dan sustainable development. Geopark ditetapkan dalam sidang Global Geoparks Network (GGN), sebuah badan bentukan UNESCO yang melakukan sidang setiap 2 tahun sekali.

Pemerintah daerah melalui bupati Bangli I Made Gianyar menyampaikan, dengan ditetapkannya Gunung Batur sebagai Global Geopark, maka pihaknya menargetkan kunjungan wisatawan meningkat. Diharapkan sebanyak 1,5 juta wisatawan mancanegara (wisman) di tahun 2014 bisa menambah Pendapatan Asli Daerah [PAD] yang diperoleh menjadi Rp 15 miliar. Ditahun 2010 lalu, kunjungan wisman hanya 353 ribu orang dengan PAD sebesar Rp 800 juta. Saat ini PAD kabupaten Bangli mencapai Rp 5 miliar.

Target tersebut tidak berlebihan, mengingat China yang sukses menarik kunjungan wisman dengan memperjuangkan kaldera mereka menjadi Geopark oleh

UNESCO. China memiliki 127 geopark, dan 30 diantaranya sudah ditetapkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO. China sudah memperjuangkan geopark mereka sejak tahun 2007, dan dari 30 GGN yang mereka miliki sekarang sudah menghasilkan 40 juta wisman sejak ditetapkan menjadi Global Geopark.

Gunung Batur sendiri merupakan gunung berapi aktif yang memiliki ketinggian 1.717 meter dpl, serta memiliki kaldera yang indah, terbentuk karena dua letusan besar yang terjadi pada 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Di tengah kalderanya terdapat Danau Batur berbentuk bulan sabit. Danau ini berukuran panjang sekitar 7,5 km dan lebar maksimum 2,5 km dengan kelilingnya mencapai 22 km dan luasnya sekitar 16 km2. Tercatat sejak 1804 gunung tersebut telah meletus sebanyak 26 kali. Bukan hanya itu yang menjadi obyek menarik di danau Batur.

Bali memang istimewa, sulit untuk menampik fakta tersebut. Dari sisi pariwisata, berbagai prestasi terus

dibukukan. Selama beberapa tahun terakhir, berbagai penghargaan internasional tidak pernah absen diberikan ke pulau seribu pura ini. Bahkan dalam tahun ini saja, ada dua pengakuan bergengsi yang diraih Bali. Setelah sebelumnya Subak di akui sebagai world herritage oleh UNESCO, maka pada 22 September lalu, UNESCO di situs resminya kembali memberikan pengakuan internasional, kali ini pada salah satu obyek pariwisata tertua di Bali, yakni Gunung Batur sebagai Global Geopark.

Keputusan tersebut merupakan hasil dari pertemuan sehari sebelumnya di acara The 11th European Geoparks Conference yang digelar di Arouca, Portugal, pada 19 September–21 September 2012.

Selain Gunung Batur, ditetapkan pula 3 situs baru lainnya yaitu The Bakony-Balaton (Hungaria), Geological and Mining Park di Catalonia (Spanyol), dan kelompok gunung tinggi di Provinsi Jiangxi (China). Dengan ini, jaringan Global Geopark telah memiliki 91 situs yang terletak di 27 negara di seluruh dunia.

Dari sisi budaya, masyarakat di sekitar gunung Batur menyajikan tradisi unik yang berhubungan dengan agama Hindu Bali. Salah satunya adalah pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat di desa Trunyan, Kintamani. Ditempat ini, jenazah dimakamkan hanya dengan meletakkan di atas batu besar. Uniknya setelah berhari-hari, jenazah tersebut tidak menyebarkan bau busuk.

Ditetapkannya Gunung Batur sebagai GGN merupakan pengalaman pertama bagi Indonesia, yang berhasil memperjuangkan hal ini sejak 4 tahun lalu. Dari 11 usulan Geopark, yang berhasil masuk nominasi hanya 4. Indonesia sendiri memang memiliki banyak kaldera dan 127 gunung berapi. Namun Batur merupakan kaldera terunik kedua setelah danau Toba karena aksesibilitasnya mudah, hanya dari satu sisi, maka seluruh kaldera dapat terlihat.

Page 13: M&I Vol 34 Okt - Nov

24 Vol. 34 | Oktober - November 2012 25Vol. 34 | Oktober - November 2012

Info Property

Seorang teman bertanya “Bu daerah mana sih yang harganya masih murah dan potensi akan naik terus?”. Saya menjawab dengan enteng…”itu sih million dollars question Pak”

Pertanyaannya kayaknya simple, tapi menjawabnya akan memerlukan tingkat kematangan

dan pemahaman yang baik. Perlu jam terbang tinggi dan uang sekolah yang mahal untuk memahaminya, atau ... perlu ‘Six Sense”

Seorang property analyst bercerita tentang masa-masa awalnya bekerja di sebuah perusahaan property yang besar di Jakarta. Beliau adalah property analyst dan diminta untuk menganalisa sebuah lokasi komersial di Jakarta. Ketika menganalisa suatu lokasi, dibantu dengan berbagai alat analisa, beliau sampai pada kesimpulan bahwa sebuah lokasi yang di analisanya tidaklah feasible, artinya lokasi tersebut “secara commercial” tidak akan menguntungkan kalau dilakukan sesuai rencananya.

Pada saat dipresentasikan, owner cuma geleng-geleng kepala dan meminta analyst tersebut untuk mengulang review nya. Karena berdasarkan “feeling” si owner, lokasi tersebut sangat bagus dan cocok untuk rencana yang ada dikepalanya.

Setelah direview beberapa kali oleh konsultan lain, analyst tersebut balik lagi mempresentasikan analisanya dan mengatakan bahwa project tersebut “tidak feasible”. Owner cuma geleng-geleng kepala saja, tetapi memutuskan untuk melanjutkan rencana pembangunannya.

Setelah 1.5 tahun, bangunan tersebut berdiri dan ternyata “sukses” dalam pengoperasiannya. Si analyst ini

tidak habis pikir, karena semua analisa dengan metoda-metoda canggih dan research yang cukup lama, menyatakan bahwa proyek tersebut “tidak feasible”. Sedangkan si owner, cuma dalam waktu beberapa menit saja dapat memutuskan untuk go ahead dengan proyek tersebut dan terbukti sukses. So, much for all his hardwork yaa.

Apa sebenarnya yang terjadi, masa menentukan suatu proyek sebegitu besar, hanya berdasarkan “feeling” saja atau wangsit?

Satu hal yang dilupakan oleh analyst tersebut, adalah bahwa owner tersebut sudah memiliki pengalaman dan jam terbang yang sangat tinggi, ditambah dengan network luas, dan juga sikap yang hands on pada setiap project. Menjadikan owner tersebut seorang “expert” .

Ratusan dan bahkan ribuan lokasi sudah dianalisa, menjadikan si owner ini seolah memiliki “six sense” pada saat melihat dan menganalisa suatu lokasi. He is becoming an expert, tanpa metoda analisa yang canggih. Tetapi selaku “owner’ yang smart, dia masih akan mempekerjakan para property analyst, untuk menganalisa proyek secara methodical.

Pertanyaannya adalah, apakah metode berbagai analisa menjadi useless? Buat apa belajar susah-susah semua analisa tersebut, tapi tidak dipakai. Jawabannya ya tidak useless juga sih, analisa-analisa tersebut menjadi salah satu acuan dalam menentukan “feasibility” suatu proyek.

Bagi mereka yang memiliki pengalaman yang banyak, by the end of the day, “six sense”nya yang akan

Kekuatan Six SenseUntuk Menganalisa Lokasi Property

Info Property

lebih berperan dalam memutuskan suatu proyek. Tetapi, bagi yang baru mulai berkecimpung, metoda analisa-analisa property ini berperan lebih besar. Sambil menunggu datangnya “six sense”, yang “unfortunately” tidak dapat di “speed up” datangnya. Tidak bisa dengan banyak berdoa atau bersemedi. Hanya jam terbang yang tinggi dan keterlibatan individu saja yang akan mempercepat datangnya “six sense” ini.

Nah yang kacau tuh, kalau masih pemula, tapi tidak mau belajar, tidak mau cari tahu, tidak mau belajar menganalisa dan cuma menggunakan six sense dengan yakin. Itu sih namanya spekulan yang tidak beralasan alias konyol.

Yes, nilai suatu property akan terus naik. Bisa dalam waktu 6 bulan, 2 tahun, 5 tahun, 10 atau 20 tahun, pasti akan naik. Sekarang adalah pintar-pintar kita untuk menganalisa, mana yang akan naik nilainya dalam waktu sedekat-dekatnya. Kalo menunggu 10 atau 20 tahun sih, ndak usah pakai analisa.

Satu hal yang sangat saya ingat adalah, keuntungan dari suatu property, itu ditentukan atau dihitung pada saat kita membeli, bukan pada saat menjual. Atau, kalau teman saya bilang, lebih baik susah membeli property daripada susah menjualnya.

Berikut ini adalah analisa saya atas salah satu proyek yang berada di lokasi yang sangat premium, yaitu Renon. Sebagaimana saya bahas bulan lalu, daerah Renon merupakan salah satu daerah yang sedang berubah wajah. Dari daerah perumahan dan pemerintahan, menjadi daerah komersial. Seiring dengan bertambahnya demand atas bangunan komersial di daerah Renon ini, baik untuk restoran menengah dan atas sampai offices, maka harga tanah bergerak naik dengan kecepatan hitungan bulan.

Bagi pemilik rumah atau lahan yang berada disekitar jalan utama, dan ingin mengkapitalisasikan keuntungannya, ini adalah saat yang tepat. Karena banyak sekali perusahaan-perusahaan papan atas yang mengincar lokasi di Renon ini.

Demikian juga bagi investor property menengah ke atas, fenomena ini dapat dilihat sebagai kesempatan untuk membuat keuntungan. Pada saat perubahan wajah suatu daerah terjadi, adalah saatnya untuk masuk dan berinvestasi.

Sedangkan bagi perusahaan yang ingin membuka cabang, office ataupun restauran, ini adalah saat yang tepat, karena sebentar lagi daerah yang memiliki prestige ini akan didominasi para pebisnis kelas atas.

Well, apakah analisa saya ini cukup. Sekarang giliran Anda, ayo latihan, analisa proyek ini, gunakan teknik analisa, cari informasi sebanyak-banyaknya, jangan lupa bertanya kepada yang sudah lebih lama berkecimpung di bidang ini.

Renon SquareSalah satu proyek komersial yang

sedang berlangsung di jalan utama Renon adalah Renon Square yang terletak di Jl. Raya Puputan, Renon - Kluster 6 Ruko (Commercial Properties) merupakan bangunan gedung 3 lantai dengan lahan parkir yang luas, dan memiliki design “modern classic” dengan menginkorporasikan “balinese architecture ”.

Lokasi ini sangat strategis untuk bisnis berkelas seperti bank, insurance office, up market beauty /hair salon, showroom dan prestige offices.

Sebagai investasi, Renon Square, memang ditujukan untuk mereka, medium size investor, yang mau berinvestasi atau berbisnis dan menikmati ‘booming’ property market di daerah tersebut.

Pada saat inIHANYA 1 (satu) unit Ruko

yang masih tersedia.Harga akan terus disesuaikan dengan progress yang terjadi

di lapangan.HUBUNGI SEKARANG JUGA,

081916 268 868 untuk informasi lebih lanjut.

NOTEPada saat ini hanya 1 unit

Ruko available for sale.FREE HOLD Ruko.

LIMITED UNIT

AVAILABLE

Page 14: M&I Vol 34 Okt - Nov

26 Vol. 34 | Oktober - November 2012 27Vol. 34 | Oktober - November 2012

Note from The Guru

Hermawan KartajayaAsia’s Leading Marketing Strategiest & CEO of Markplus Inc

Saya pernah berdiskusi tentang kewirausahaan dan marketing dengan pak Ciputra atau yang akrab dipanggil pak Ci. Beliau yang sering disebut

sebagai bapak entrepreneurship Indonesia ini memang hebat dan selalu mempromosikan kewirausahaan. Bahkan, pernah mengusulkan untuk memasukkan silabus entrepreneurship ke sekolah-sekolah menengah di Indonesia.

Pak Ci berpendapat bahwa marketing adalah bagian dari entrepreneurship. Saya sendiri berpendapat bahwa entrepreneurship dan marketing adalah dua hal berbeda, tapi saling membutuhkan. Adalah John Kao, ketika jadi profesor Harvard Business School dulu pernah melakukan penelitian tentang kewirausahaan. Ada tiga hal menarik dari temuannya, yaitu

Opportunity, Risk-taking, dan Leadership. Artinya,seorang entrepreneur bisa melihat kesempatan bukan ancaman dari suatu situasi apa pun. Dalam situasi perang pun, ada orang yang tidak melarikan diri. Bahkan, berdagang tanpa pesaing. Juga bisa membeli properti dengan harga murah.

Dia juga bisa menghitung risiko untuk mengambil keputusan mau go atau no go. Tidak menunggu analisis yang jelimet. Dan akhirnya, dia juga bisa meyakinkan orang lain untuk mendukung ide nya. Ada orang yang mau kerja keras untuk dia. Juga ada orang yang mau memberikan sumber dana, terutama pada permulaan.

Orang-orang Jawa Pos dididik pak Dahlan Iskan untuk punya tiga hal itu. Dari awal pendiriannya dulu, bahkan

sampai Jawa Pos Group sekarang ada di mana-mana. Pak Dahlan bisa membaca peluang dengan masuk ke daerah, ketimbang melawan Kompas yang sudah sangat kuat sebagai koran nasional ketika itu. Padahal otonomi daerah belum ada waktu itu.

Dia juga tidak terlalu jelimet dalam mengambil keputusan. Berani masuk duluan, berjuang mati-matian. Kalau salah, ya, cepat keluar. Dan yang hebat lagi, semua orang Jawa Pos di mana pun selalu bekerja dengan semangat yang sama. Kerja keras seperti seorang owner.

Dulu, orang khawatir model seperti ini tidak sustainable karena tergantung dari figur seorang Dahlan Iskan. Tapi sekarang, orang heran melihat bagaimana pak Dahlan sudah praktis nggak ngurusin Jawa Pos, tapi budaya perusahaan sudah terbentuk dan ada di situ.

Nah, sebagai menteri BUMN sebenarnya Pak Dahlan memposisikan diri sebagai chairman. Karena itu, dia sering bilang bahwa Wamen itulah “menterinya”. Pak Dahlan juga menginginkan para CEO BUMN itu bisa punya tiga elemen kewirausahaan itu. Jadi, maklum aja kalau menteri yang satu ini lantas kena semprit karena dianggap keluar dari pakem seorang menteri sebagai birokrat yang harus terbelenggu geraknya oleh prosedur.

Nah, bagaimana dengan marketing sendiri? Buat saya, intinya ya balik pada tiga hal, yaitu PDB. Anda mesti membangun brand dengan positioning yang jelas sebagai identitas.Tapi, hal itu mesti didukung diferensiasi yang solid supaya tidak jadi janji kosong. Selain itu, diferensiasi harus diperkaya terus supaya tidak gampang ditiru orang.

PDB Jawa Pos jelas berbeda dari Kompas. Mulai dari isi, gaya penulisan maupun angle yang diambil untuk menulis sesuatu hal yang sama, selalu ada yang baru.

BUMN juga diharapkan seperti itu. Makanya ada yang digabung supaya jadi yang terbesar. Semuanya diminta melakukan inovasi supaya tidak hanya menghasilkan komoditas yang akhirnya harus berkompetisi dalam harga. Yang muda dan perempuan diberi kesempatan

memimpin supaya makin banyak pemikiran kreatif dan penggunaan hati nurani.

Dream Team di bawah kepemimpinan tunggal CEO adalah cerminan manajemen Jawa Pos. Siapa pun, dari mana pun, sekali diangkat jadi pemimpin, ya, diberi otoritas penuh. Tapi, tentunya dengan akuntabilitas penuh juga.

Nah, kesimpulannnya adalah entrepreneurship adalah spirit dan paradigmanya. Marketing adalah radar dan strateginya. Pak Ci seratus persen benar! Seorang entrepreneur yang baik juga harus bisa punya strategi marketing yang baik juga. Philip Kotler, kalau diminta words of wisdom selalu menulis: Be a good Marketer, be a great entrepreneur! Beranikah Anda?

*Tulisan ini diadaptasi dari 100 Series Marketing oleh Hermawan Kartajaya

Philip Kotler, kalau diminta words of wisdom selalu menulis: Be a good Marketer, be a Great Entrepreneur!

Jadilah MarketerSekaligus Entrepreneur yang Baik

Note from The Guru

Page 15: M&I Vol 34 Okt - Nov

28 Vol. 34 | Oktober - November 2012 29Vol. 34 | Oktober - November 2012

Special Feature

Startup menjadi domain bisnis baru khususnya bagi anak-anak muda, para gen C menangkap peluang bahwa ada ceruk yang dalam dengan

berbagai potensi ditengah segmentasi pasar yang terus bergeser dan berubah. Facebook, Twitter dan berbagai sosial media lain dari luar adalah beberapa pioner dari lanskap baru tersebut, yang secara cepat menjadi addict habits dikalangan anak-anak muda. Namun demikian, bukan berarti ini hanya menjadi ajang bermain para start up dari luar negeri, secara gerilya, dengan berbagai kendala dan tenaga, Indonesia secara perlahan tapi pasti melahirkan begitu banyak start up bisnis yang belakangan sukses dan bahkan diakusisi investor asing.

Disatu sisi, keberhasilan para startup bukan tanpa sebab, tengok fakta perkembangan dunia digital dan web 2.0 yang saat ini demikian fenomenal. Jumlah handphone di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 250,100,000 buah, dengan jumlah penduduk mencapai 237,556,363 maka perbandingan jumlah penduduk yang menggunakan handphone mencapai 105.28%. Dan melalui handphone pula internet banyak di akses, selama dua tahun terakhir, penggunaan telepon seluler di Indonesia menjadi penggerak utama pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia, dimana ponsel menjadi media kedua paling banyak digunakan (55%) setelah televisi (100%). Bahkan dari 7 miliar populasi

Sebut saja nama seperti Dis Dus yang di arsiteki oleh Jason Lamuda yang resmi diakuisisi groupon, atau yang paling fenomenal dibelinya Detik.com oleh CT Group. Masih ada nama-nama seperti Adrian Suherman [Dealkeren.com], Affi Assegaf [Female Daily Network], Dicky Sukmana [Invictus], Diana Rikasari [Iwearup.com], Denny Santoso [SixReps], Danny Wirianto [Mindtalk], Kevin Osmond [Bouncity] yang merangsek ke permukaan lewat semangat entrepreneurship mereka. Secara perlahan namun pasti, inilah orang-orang yang akan merubah peta dunia, aturan bisnis baru dan gebrakan-gebrakan lainnya.

manusia di dunia, 6 miliar di antaranya diperkirakan sudah menggunakan alat komunikasi mobile tersebut. Untuk sistem operasi, maka BlackBerry mendominasi pasar ponsel pintar di Indonesia dengan 27%, diikuti Symbian 20%, dan Android 10%. Posisi keempat dan kelima diduduki oleh Windows Phone sebesar 8% dan iOS 2%. Untuk situs sosial media, Indonesia juga termasuk salah satu yang terbesar, akun facebook tercatat sebanyak 43,06 juta dan twitter 19,5 juta. Inilah fakta yang membuka pintu bagi startup Indonesia untuk terus maju dan berkreasi. So, tertarik untuk bertarung di segmen ini? kami mengupas sedikit insight nya disini.

Start Up GenerationNetizen Who Change the World

Disatu sisi, keberhasilan para startup bukan tanpa sebab, tengok fakta perkembangan dunia digital dan web 2.0 saat ini yang demikian fenomenal.

Page 16: M&I Vol 34 Okt - Nov

30 Vol. 34 | Oktober - November 2012 31Vol. 34 | Oktober - November 2012

Geliat Generasi Paling Narsis Dalam SejarahNet Generation

Special FeatureSpecial Feature

Dalam bukunya Grown Up Digital, Don Tapscott membagi generasi berdasarkan umur. Pertama generasi baby boomer [lahir pada 1946-1964]

yang menurutnya besar di era televisi, kedua generasi X [lahir pada 1965-1976] yang disebut sebagai baby bust, dimana kelompok ini merasa dilahirkan dari kelompok yang sebelumnya. Dan ketiga adalah net generation atau Gen Y, generasi yang lahir pada era milenium yang lahir pada kisaran tahun 1977-1997. Inilah generasi yang oleh sebagian praktisi juga disebut gen C, generasi yang selalu terkoneksi [connected] melalui

internet, mereka mampu melakukan banyak aktivitas secara bersamaan dalam satu waktu, mereka memiliki smartphone atau gadget yang memungkinkan mereka untuk terkoneksi setiap saat.

Dalam bahasa yang berbeda, Joseph Jaffe menyebut generasi tersebut Gen I, atau generasi “aku”, generasi ini menjadi narsis karena hegemoni tidak ada lagi, semua berubah sebagai partnership [koneksi]. Sikap narsis muncul karena dampak hubungan personal yang kuat antar individu dalam sebuah komunitas, dan

menjadikan mereka disatu sisi menjadi global, namun disisi lain memunculkan ego “its me” yang tinggi.

Di Indonesia, jumlah generasi paling narsis ini [usia antara 15-30 tahun] sekitar 30%, mereka adalah orang-orang yang akan melakukan perubahan dalam waktu yang relatif cepat. Secara kualitas, generasi ini sudah ada yang memiliki penghasilan, sudah tidak terhitung banyaknya triluner yang muncul dari anak-anak ingusan ini, sebut saja pendiri Facebook. Kedua, generasi ini adalah gerombolan infleuncer yang tinggi, mampu mendikte pasar dan bahkan merubah pola supply dan demand secara cepat. Generasi ini dibesarkan pada era yang ringkas dan padat, hanya memiliki waktu luang kurang dari 3 jam dan menurut survei Nielsen, mereka sangat menginginkan interaktivitas, mencari pengalaman pancaindra langsung dalam pemasaran, membutuhkan kecepatan [Growing Impatience], memiliki selera yang cepat berubah [prosumer], haus akan pengalaman dan gaya hidup yang berubah cepat.

Dari sekian banyak perilaku para net generation, delapan diantaranya yang dinilai sebagai konsumen melekat pada diri mereka adalah freedom [ya.. mereka membutuhkan kebebasan untuk memilih], customization [jadikan kami diri sendiri, berikan mereka produk yang mampu diekspresikan oleh dan dengan cara mereka], scrutiny [Saya akan lihat atau cek dulu sebelum pergi belanja, karenanya jangan heran jika mereka tahu lebih banyak harga dan produk bahkan dari si penjualnya sendiri], integrity [apakah perusahaan menghargai ini adalah uang saya, karenanya berikan mereka yang terbaik], collaboration [Ijinkan saya membantu produk Anda menjadi lebih baik, yup, berikan mereka kesempatan untuk memberikan masukan dan saran untuk produk kita], entertainment [kemaslah produk Anda menjadi menyenangkan], speed [layani aku sekarang] dan Innovation [berikan kami yang terbaru].

Start Up of YouLalu bagaimana memenuhi kebutuhan pasar yang komplek tersebut, maka produk harus bisa ditawarkan anyplace, memiliki brand, tersampaikan dengan baik dan selalu upadate. Inilah yang dengan jeli ditangkap oleh para start up, para entreprenuer yang berjibaku bertarung di pasar yang ranum. Start up sendiri adalah singkatan dari start up company, yakni perusahaan

yang baru didirikan dan umumnya berhubungan dengan teknologi digital terutama internet. Dengan marketing 2.0, para start up mampu menterjemahkan dengan baik apa-apa yang menjadi kebutuhan konsumen masa kini, start up mampu hadir anyplace, karena produk mereka disampaikan secara baik melalui website yang ‘buka’ 24 jam non stop. Perhatikan apa yang berhasil dilakukan Reza Nurhilman yang ‘kulaan’ nya kripik singkong dan populer lewat twitter, brand nya pun kuat dan membawa nama Maicih dikenal sebagai salah satu camilan paling mahal di Indonesia lewat cuap-cuap di sosial media.

Dengan terus berkembangnya internet, maka semakin banyak start up baru bermunculan, selain karena modalnya lebih kecil, berbisnis dijalur ini relatif cepat dan mudah dengan potensi keuntungan menggiurkan. Facebook, hanya membutuhkan 8 tahun untuk mencapai kapitalisasi USS 104 miliar pada saat initial public offering. Menurut Reid Hoffman, pendiri situs jejaring sukses Linkedin dalam bukunya Start Up Of You menyampaikan bahwa semangat dan cara membangun start up tidak hanya berlaku bagi mereka para pengusaha, namun juga untuk mengejar karir dengan semangat entrepreneurship. Selain itu, untuk sukses sebagai start up, maka syarat lainnya haruslah memiliki jaringan yang luas, hal yang sama juga disampaikan Denny Santoso co founder social media SixReps.com, bahwa jejaring adalah kunci bagi para start up mencapai kesuksesan.

Jejaring dan nantinya bisa membangun komunitas, adalah pasar yang segmented dengan visi misi perusahaan, sehingga memudahkan para startup melakukan penetrasi pasar. Dengan teknologi saat ini, semua upaya membangun jaringan tersebut dapat dibangun dengan mudah. Jika seorang start up hanya memiliki teman dalam satu jaringan sebanyak 120 orang, dimana 120 orang teman ini juga memiliki teman lainnya yang misalkan bisa terkoneksi sebanyak 50 ribu orang, dan 50 ribu orang ini juga memiliki teman, maka akan ada hampir 1,8 juta orang yang bisa terkoneksi dengan Anda. Dan ini jelas pasar yang sangat hebat jika Anda bisa memasarkan produk ke mereka. Bayangkan, Anda memiliki pasar 1,8 juta yang berpotensi menjadi pelanggan produk Anda. Bersiaplah untuk menjadi narsis dan memenangkan pasar yang terus berubah dan menjadi lebih praktis, mudah dan cepat.

Page 17: M&I Vol 34 Okt - Nov

32 Vol. 34 | Oktober - November 2012 33Vol. 34 | Oktober - November 2012

Special Feature Special Feature

Bali Digitalpreneur

Ada beberapa nama digitalpreneur atau pengusaha dengan produk digital tersukses yang pernah ada, sebut saja di generasi ‘jadul’ dengan nama-nama Bill ‘Microsoft’ Gates, Michael ‘Dell’, Jeff ‘Amazon’ Bezos atau Steve ‘Apple’ Job. Di era saat ini, maka Mark Zukerberg pendiri Facebook, atau Jack Dorsey pendiri

Twitter adalah satu dari ribuan start up muda sukses dikancah internasional. Di dalam negeri, nama seperti Jason Lamuda [Dis Dus], Adrian Suherman [Dealkeren.com], Affi Assegaf [Female Daily Network], Dicky Sukmana [Invictus], Diana Rikasari [Iwearup.com], Denny Santoso [SixReps], Danny Wirianto [Mindtalk], Kevin Osmond [Bouncity] adalah petarung sukses para digitalpreneur tanah air. Bagaimana dengan Bali, pulau kecil ini juga menyumbang nama-nama para digitalpreneur yang bahkan beberapa diantaranya memiliki prestasi yang tidak main-main. Inilah mereka!

Putu Sudiartha Bamboo Media & Digital Corner

Dirinya disebut sebagai seniman software, karena produk yang dijualnya memang software. Merek yang dibangunnya adalah Bamboomedia, yang sejak didirikan tahun 2002 hanya bermula dari kamar kos-nya saja. Keberhasilan kecilnya diawali

ketika Putu lulus kuliah dari Stikom Surabaya tahun 1997, sempat menjadi pengajar selama 4 tahun, Putu kembali ke Bali dan mulai mengembangkan software sederhana seperti panduan menggunakan Windows, MS Office dan Internet, yang dipasarkannya lewat toko buku Gramedia. Respon yang positif membuatnya bersemangat hingga mendapat tawaran bekerjasama dengan Microsoft tahun 2004. Inilah yang dianggap Putu sebagai tonggak penting bagi Bamboomedia. Seiring waktu semakin banyak kerjasama yang dijalin oleh Bamboomedia dengan berbagai vendor atau perusahaan lain yang membutuhkan produk mereka, seperti Intel, Telkom, Newmont, Binus dan Depdiknas. Yang saat ini tidak kurang dari 200 jenis program mulai dari perkantoran, programing, grafis, games, software untuk anak-anak, internet dan web.

Ni Luh Putu Sri EvayunniStudi Maya

Awalnya, wanita ini melihat peluang dari para turis yang datang ke Bali dan browsing di internet, para turis tersebut menceritakan pengalaman mereka selama di Bali, mencari tempat-tempat wisata yang menarik dan juga memotret produk-produk kerajinan lokal. Dari sinilah kemudian Yunni berpikir untuk merangkul para UKM yang ada di Bali agar memiliki website, maka pada tahun 2008 Yunni membuka kursus pemasaran online yang mengajarkan kiat-kiat mempromosikan bisnis secara online. Dan respon pasar sangat besar dan akhirnya pada tahun 2010 Yunni secara resmi mendirikan StudiMaya, dengan harapan bisa membawa produk UKM lokal bersaing secara global.

I Made SuatjanaProgramer Aksara Bali Simbar

Berawal dari rasa penasaran I Made Suatjana yang awalnya berprofesi sebagai konsultan bangunan. Juga berkat kesabarannya mengutak-atik program aksara Bali dengan komputer. Pria kelahiran Gadungan, Tabanan, Bali 14 Mei 1947 ini mampu merubah sistem aksara Bali menjadi lebih mudah dan praktis lewat sebuah software.

Rakhmat KurniawanKerjadibali.com

Awalnya hanya sekedar iseng ingin membantu rekan-rekan diluar daerah yang ingin mengetahui informasi lowongan kerja di Bali, tapi perlahan respon yang diterima sangat besar, maka situs lowongan kerja ini pun menjadi yang terbesar di pulau Dewata saat ini.

Adalah sosok Rakhmat Kurniawan, seorang web designer yang disela kesibukan kerjanya sehari hari sebagai seorang freelance web designer meluangkan waktunya untuk membangun networking sejumlah perusahaan yang kini menjadi member setia kerjadibali.com.

Tak kurang dari 1.180 perusahaan (per Oktober 2012) mulai dari perusahaan rumah tangga, industri menengah hingga perbankan kelas nasional telah menjadi member yang senantiasa menginfokan berbagai lowongan kerja menarik di situs yang memiliki jumlah 6.180 liker Facebook ini.

Situs ini pun sempat ditawar oleh perusahaan swasta untuk diakuisisi dengan nilai mencapai puluhan juta, namun Rakhmat menolaknya dan meyakini situsnya ini masih bisa lebih besar lagi nantinya.

Dr. DeddyAndaka.comDeddy adalah seorang dokter yang juga blogger di Andaka.com, termasuk pegiat startup lokal di Bali. Ditengah kesibukan sebagai dokter, Deddy juga merupakan pendiri startup lokal dan menjalankan

proyek nge-blog 365 hari di deddy.me, dan mengelola beberapa situs yang di antaranya adalah kro.co: penyingkat URL gratis. Deddy memulai perjalanan blog-nya di tahun 2001, tepatnya tanggal 13 Februari 2001 dan mendirikan Andaka.com pada tanggal 23 Januari 2004 yang kemudian menjadi wadah blog Deddy sampai sekarang.

Dipl.- Ing. I Ketut Kartika TanjanaDirector and Founder of Dimata® Sora Jayate, Ltd

Ketut Tanjana awalnya mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk studi di Jerman, dan menyelesaikan pendidikan insinyur telekomunikasi (spesialis dalam teknik mikro) pada tahun 1997. Ketut Tanjana sangat akrab dengan microsoft teknologi serta Java / Open Source Technologies. Dia mengatur metodologi desain UML dan metodologi pengembangan standar. Sekarang dia tidak mengkhususkan diri untuk menyediakan Java ™ sistem informasi berbasis tinggi yang terintegrasi.

BeritaBali.com

Beritabali.com didirikan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi atau peristiwa yang ada di Bali. Meski bukan merupakan portal berita yang pertama di Bali, namun

Program yang sudah beredar sejak 2009 dengan label Bali Simbar Dwijendra itu sudah terdaftar dalam Unicode, sehingga penggunaannya baku secara internasional. Bahkan, program Bali Simbar versi tahun 2009 bekerja sama dengan Universitas Dwijendra, Denpasar, sudah dilengkapi dengan sistem koreksi. Semua kata atau kalimat yang telah berubah aksara bisa langsung dikoreksi. Hampir tak ada kekurangannya. Namun demikian, Suatjana mengaku masih belum puas dengan pencapaiannya itu. Alasannya, masih ada setumpuk keprihatinannya terhadap aksara Bali. Ia memikirkan nasib lontar-lontar kuno yang semestinya segera didokumentasikan tanpa program yang rumit.

sangat informatif. Beritabali.com, menyuguhkan berbagai peristiwa penting, menarik dan unik yang ada di Bali mulai soal hidangan khas Bali, obyek wisata, video dan foto wisata Bali, serta berbagai informasi lainnya, yang mungkin akan sangat berguna bagi pembaca.

Melalui Alexa Traffic Rank, Beritabali.com menempati Global Rank 406,104 Rank in Indonesia 9,334.

Page 18: M&I Vol 34 Okt - Nov

34 Vol. 34 | Oktober - November 2012 35Vol. 34 | Oktober - November 2012

Interview

Ceritakan soal SixReps, social media yang Anda dirikan dan mendapat apresiasi bahkan hingga atensi dunia internasional?

SixReps.com adalah sebuah situs jejaring sosial mirip dengan Friendster atau Facebook tetapi penggunanya adalah para penggiat Fitness. Para member SixReps.com berdiskusi seputar masalah kesehatan, olahraga, diet yang benar, pembentukan badan dan sebagainya. SixReps.com tidak hanya seperti situs jejaring sosial yang lain tetapi mengintegrasikan banyak sekali modul-modul baru seperti upload foto perubahan

tubuh, pencatatan statistik tinggi, berat badan, lingkar pinggang, jumlah lemak dan sebagainya. SixReps.com juga memiliki database gerakan-gerakan latihan untuk tubuh kita.

Mengapa Anda memilih social network?

Saya sudah memiliki ide mengenai social network untuk fitness di tahun 2006, dan sempat bikin tetapi susah sekali mendapatkan user. Dan saya dari dulu sudah tertarik dengan yang namanya community marketing. Menurut saya komunitas dengan satu visi

Denny SantosoTrials, Courageous and Success

April tahun lalu, situs ini dikunjungi oleh pengguna rata-rata 18 menit dengan page views rata-rata 426.000 per bulan, di bulan

Septembernya, situs ini di launching dalam acara Olypia Weekend 2011 di Las Vegas Nevada. Hingga saat ini sejak diluncurkan ke publik, telah memiliki lebih dari 18.000 member. Inilah gambaran dari sebuah situs social media karya lokal bernama SixReps, yang saat ini tengah dikembangkan di Amerika. Start up yang sulit dipungkiri sebagai salah satu yang tersukses di awal era digital saat ini khususnya di Indonesia.

Berbeda dengan kebanyakan social media yang membidik segmentasi komunitas pertemanan pada umumnya, maka SixReps justru membidik celah sempit, dengan segmen khusus penggemar olah raga fitness. Salah satu foundernya adalah Denny Santoso, pria yang kemudian dinobatkan sebagai CEO of The Year at DailySocial.net 2011 ini menerapkan strategi untuk membuat jejaring sosial yang niche. Namun menariknya, sekalipun gerakan start up ini gencar didunia maya, namun aplikasi penetrasi pemasarannya juga perkasa di dunia nyata [offline]. SixReps bekerja sama dengan Ultimate Nutrition Indonesia (dimana Denny Santoso menjadi CEO diperusahaan ini) dan menggelar Ultimate Body Contest Roadshow dan diselenggarakan di 13 kota

besar di Indonesia pada bulan Mei tahun lalu. Status member di SixReps sendiri kemudian menjadi tanda pengenal bagi peserta yang mau melakukan registrasi di lokasi acara. Selain itu, Ultimate juga menjadi sponsor beberapa atlet binaraga. “SixReps Passport adalah sebuah KTP Netizen yang nantinya akan berlaku international setelah proses joint venture dengan Ultimate Nutrition, Inc selesai. Passport ini bisa di print dan dibawa ke berbagai partner SixReps untuk mendapatkan manfaat tertentu,” ungkap Denny memaparkan programnya.

Selain SixReps, Denny pun mendirikan DuniaFitness.com dan Sportindo.com dimana secara berkala pria yang juga terpilih sebagai satu dari 22 Men We Love [Nov 2011] Her World dan YWN100 Marketeers 2011 aktif memberikan tips dan insight berharga seputar fitnes.

Semua aktivitas inilah yang kemudian menjadi bagian dari proses branding yang sukses membawa SixReps ke posisi saat ini dengan sejumlah prestasi. Ditemui menjelang acara arisan Lestari di Sector Bar Sanur, Denny memaparkan pengalamannya, berikut petikan wawancara yang semoga bisa menjadi inspirasi bagi para start up lainnya untuk meraih kesuksesan yang sama.

Page 19: M&I Vol 34 Okt - Nov

36 Vol. 34 | Oktober - November 2012 37Vol. 34 | Oktober - November 2012

Interview

dan minat yang sama terhadap satu subyek akan sangat powerful, apabila Saya bisa membuat sebuah komunitas yang kuat maka selanjutnya proses marketing akan lebih mudah. Pada tahun 2006 itu saya membuat sebuah komunitas online, bernama LIVE, dengan harapan akan adanya LIVE interaction antar para penggunanya seputar fitness. Tetapi saat itu sepertinya moment di Indonesia kurang tepat. Karena di Indonesia tahun 2006 itu belum marak Facebook, bahkan Twitter juga belum ada. Pengguna internet belum sebesar sekarang dan penggunaan social network juga belum seperti hari ini. Facebook dan Twitter baru ramai di Indonesia setelah tahun 2007-2008. Sehingga akhirnya saya tutup karena tidak ada progress. Tahun 2011 kemarin saya buat baru dengan team in house.

Lalu bagaimana awalnya memiliki ide untuk mendirikan SixReps?

Saya ketemu dengan Sanny [Sanny adalah rekan Denny yang juga founder SixReps] ketika acara StartupLokal Storm. Saya mempresentasikan kepada Sanny termasuk Mock Up website dari SixReps.com yang saya buat menggunakan photoshop karena websitenya sendiri belum ada. Kelihatannya pada waktu itu Sanny melihat peluang yang sangat besar dan keesokan harinya, Sanny mengatakan ingin menjadi partner saya

sebagai CTO SixReps. Menurut saya, ketika kita bisa membuat sebuah komunitas yang solid dengan segmen market tertentu maka ide-ide yang dilempar ke dalam komunitas tersebut akan berkembang sendiri tanpa perlu banyak campur tangan dari pemilik ide. Begitu juga dengan edukasi pasar. Dalam memperkenalkan produk ke pasar, biasanya brand harus mengedukasi pasar dengan budget yang tinggi. Dengan komunitas yang tepat, kita hanya perlu memperkenalkan sebuah produk, mengedukasi beberapa orang kunci, dan biarkan semuanya menggelinding seperti bola salju.

SixReps di luncurkan di Nevada, mengapa?

SixReps tidak diluncurkan di Nevada, Las Vegas. Tetapi hanya perkenalan saja di acara binaraga terbesar, Mr Olympia (www.mrolympia.com) untuk mencoba mendapatkan feedback dari market US.

Saat ini SixReps tengah dikembangkan di US, apakah di akusisi investor US -seperti beberapa situs lokal yang diakuisisi pihak investor asing?

Kita sedang dalam proses sehingga tidak bisa memberikan detailnya terlalu jauh. Kalau nanti sudah selesai, posisi saya akan di board, bukan CEO lagi.

Berapa modal awal mendirikan SixReps dan berapa omzet social media tersebut saat pertama kali beroperasi diperiode awal?

Saat ini prioritas kami adalah di User Acquisition jadi belum di monetize dulu meskipun ada beberapa pihak yang sudah menanyakan untuk memasang iklan di SixReps.com. Prioritasnya adalah User Experience terlebih dahulu.

Tidak banyak startup yang sukses di tanah air, apa yang membuat Anda berhasil dengan SixReps nya?

Menurut saya, kunci keberhasilan sebuah bisnis adalah di eksekusi dan networkingnya. Saya memiliki cukup banyak koneksi yang berpotensi untuk mengembangkan bisnis saya, dan itu adalah satu keuntungan yang cukup membantu perkembangan startup saya. Dan SixReps sendiri dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar fitnes, untuk para fitnes mania supaya bisa sharing, memasang foto perubahan badan mereka, juga bertanya dengan orang-orang yang sukses. SixReps juga bekerja sama dengan banyak tempat fitnes untuk memberikan benefit lebih kepada membernya, seperti

adanya Free Trial untuk nge-gym di gym partner. Anggota SixReps menggunakan SixReps untuk berbagi informasi seputar diet dan fitnesnya, sharing cerita pribadi seputar penurunan berat badannya. Mereka bisa meminta komentar dan saran dari member yang sudah berhasil. Banyak sekali yang tidak puas terhadap bentuk tubuhnya, dan itu sudah fenomena yang luar biasa sekali. Seluruh dunia mengalami hal tersebut. Itulah sebabnya saya membuat SixReps.com ini.

Bagaimana Anda mengawalinya, dan apa yang membuat bisnis ini bertahan dan terus tumbuh?

My passion is my startup, passion saya dari awal adalah business. Sejak masih SMA, saya suka bermain games, dan melihat peluang untuk berjualan CD games pada saat itu. Profit satu games hanya sebesar Rp. 1.000 atau 2.000 rupiah saja. Berhasil mendapatkan 20,000 dalam 1 bulan sudah sangat menyenangkan sekali buat saya. Dan itu berkembang sampai ketika saya menyukai fitnes dan menjual suplemen fitnes. Saya menyukai keduanya. Latar belakang pendidikan saya adalah IT sehingga komputer, teknologi, gadget merupakan hal favorit saya sejak dulu.

Dan saat ini Anda menggabungkan ketiga hal tersebut sebagai model bisnisnya?

Startup saya merupakan penggabungan dari ketiga hal tersebut, business, fitnes atau kesehatan dan teknologi. Saya menyukai setiap moment perkembangannya. Saya mendesain seluruh kerangka alurnya menggunakan mind map di iPad saya. Dan model business dari sebuah situs jejaring social sangat banyak, bisa dimulai dengan iklan, karena visitor dari sebuah social network biasanya cukup tinggi dan waktu stay di dalam website cukup lama. SixReps juga bekerja sama dengan partner untuk mengadakan pelatihan Personal Trainer dimana ini juga merupakan channel income dari SixReps. Salah satu modul yang saat ini sedang dikerjakan adalah Gym Membership, dimana member SixReps bisa mendaftar sebagai anggota di gym partner SixReps melalui website SixReps dan mendapatkan discount yang lebih besar dibandingkan dengan mendaftar langsung, sementara SixReps sendiri akan mendapatkan recurring income selama member tersebut masih menjadi member di gym yang bersangkutan. Buat gym itu sendiri, hal ini menjadi keuntungan tersendiri karena dibantu oleh SixReps yang member-nya sangat banyak untuk mencari member dengan biaya yang relatif sangat kecil. Itu beberapa revenue model dari SixReps.com saat ini.

SixReps mendapat tawaran dari berbagai pihak, bagaimana Anda melihat ini?

Pada bulan-bulan kedua SixReps.com berdiri, saya sudah mendapatkan tawaran investasi dari beberapa orang. Tetapi saat itu saya tidak berminat untuk mendapatkan investasi berupa uang, karena kalaupun saya mendapatkan banyak uang cash, terus setelah itu uangnya mau dibuat apa? Jadi waktu itu semua tawaran saya tolak. Seiring berjalannya waktu, ada seorang investor yang menarik di mata saya yang menawarkan bantuannya, mereka mengontak saya dan menyuruh saya untuk segera berangkat ke US karena mereka sangat tertarik dengan SixReps.com. Sebelumnya saya cuma sering ngobrol-ngobrol saja mengenai rencana pembuatan SixReps.com secara ringan. Nampaknya proses tersebut memberikan ide kepada mereka, dan setelah melakukan survey pasar yang luas di beberapa negara, mereka tertarik untuk melakukan joint-venture dengan SixReps.com.

Apa keuntungan Anda sebagai pebisnis dengan kerjasama ini?

Benefit yang saya lihat dari investor ini adalah akses terhadap market, jaringan mereka di lebih dari 140 negara. Saya melihat bagaimana mereka

Page 20: M&I Vol 34 Okt - Nov

38 Vol. 34 | Oktober - November 2012 39Vol. 34 | Oktober - November 2012

Interviewmempresentasikan rencananya untuk mendapatkan 50 juta members untuk SixReps dalam waktu singkat dengan budget yang ‘wajar’ menurut saya meskipun nilainya sangat tinggi sekali di benak saya. Kepala saya langsung mengkalkulasi saat itu juga, bahwa apabila ada investor lain yang memberi saya uang sebesar itu, saya sendiri juga akan bingung bagaimana mengeksekusi rencana expansinya. Kalau saya tolak tawaran ini dan berusaha menggunakan budget saya sendiri, butuh berapa tahun untuk bisa melakukan ekspansi seperti ini, terlalu lama, momentum hilang. Jadi setelah berpikir dengan cepat, akhirnya hari itu juga saya mengambil deal tersebut.

Anda juga mendirikan PT Jaya Sportindo, ceritakan soal perusahaan tersebut dan bagaimana Anda mengelolanya ditengah kesibukan di SixReps?

Saya bekerja sebagai founder dan CEO PT Jaya Sportindo, sebuah perusahaan distributor suplemen fitnes merk Ultimate Nutrition dari Amerika. Jadi saat ini saya membagi waktu saya antara Sportindo dan SixReps.com. Belakangan ini SixReps.com lebih menyita banyak waktu saya karena perusahaan yang baru harus dibina lebih serius. SixReps.com berkembang begitu cepat sehingga banyak sekali tawaran kerjasama yang masuk dan dibahas.

Apa yang dilakukan untuk mensosialisasikan SixReps sehingga bertumbuh dengan cepat?

Pada tahun 2011 lalu, kami melalui Ultimate Nutrition mengadakan Ultimate Body Contest RoadShow sebanyak 14 kali pertandingan di 13 kota besar Indonesia, syarat peserta adalah membawa SixReps passport. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan gaung dari SixReps.com itu sendiri. Saya sendiri sangat aktif di social media seperti facebook dan twitter. Saya memiliki 54.291 fans lebih di akun facebook saya dan 275.215 lebih followers di twitter saya. Saya juga memiliki sebuah newsletter di www.panduandiet.com dimana anggotanya sudah 40 ribu lebih, ini semua adalah modal awal saya untuk memperkenalkan SixReps.com ke banyak orang.

SixReps bahkan di review oleh Daily Social, apa perasaan Anda soal ini?

Tentunya cukup bangga bahwa SixReps bisa diliput di berbagai media, sampai Singapore dan negara-negara lain juga sempat meliputnya.

Selain SixReps, kedepan ada ide lain untuk business dengan main service serupa?

Saya sedang menyiapkan sebuah project baru, sebuah photo sharing platform. Detailnya nanti deh kalau memang sudah diluncurkan

Selain SixReps, ada web StartupBusiness.com yang dulunya dikembangkan mas Denny, mengapa sekarang tidak lagi?

StartupBisnis.com memang saya kembangkan untuk membantu penggiat startup belajar dari banyak sharing startup yang sudah sukses sebelumnya. Saya tidak aktif lagi sebagai CEO, tetapi saya masih membantu StartupBisnis kok.

Ceritakan soal program yang rencananya tayang di MNC?

Untuk MNC, saya belum bisa discuss detailnya seperti apa, karena saat ini konsepnya masih sedang dalam pembahasan, baru minggu depan kami ada meeting lagi soal ini.

Anda sendiri sudah berkarir selama 13 tahun khususnya yang berkaitan dengan fitness, sebelum adanya social media, bagaimana Anda memulai?

Awalnya hanya word of mouth, namun kemudian saya menerbitkan buku, dari sanalah personal brand saya mulai dikenal.

Siapa tokoh yang menjadi role model atau yang menginspirasi Anda?

Saya sangat suka quote dari Donald Trump yang mengatakan ‘Everything is Negotiable’, karena menurut saya itu sangat benar sekali. Kalau Anda mendapatkan penolakan, artinya cara Anda bernegosiasi belumlah tepat. Anda harus mencari cara lain, bukannya malah mundur karena semua orang pasti menginginkan sesuatu dalam hidupnya. Kalau kita bisa membaca itu, maka kita akan bisa bernegosiasi dengan lebih baik. Tokoh kedua jelas adalah Mark Zuckerberg dimana dia sangat berdedikasi tinggi terhadap karyanya. Visinya ke depan sangat kuat. Kita berdua sama-sama bermain di Social Network juga.

Apa tips Anda untuk para Start Up di Indonesia?

Mereka sebaiknya mengetahui dengan baik, target marketnya, siapa yang akan menggunakan produk kita. Jadi kita bisa menawarkan solusi yang tepat bagi target market yang kita tuju. Mungkin beberapa orang berpikir bahwa membuat sebuah startup perlu motivasi yang kuat, dan banyak hal yang perlu dievaluasi. Saya sendiri, memiliki motivasi yang sangat kuat dalam diri saya bahwa saya harus terus maju. Saya membuat, mewujudkan, dan take action terhadap semua ide yang datang kepada saya. Di saat ide itu muncul, saya akan menganalisanya, pro kontranya seperti apa, prospek kedepannya seperti apa, apakah pasar siap menerimanya.

Jangan pernah ragu untuk memperkenalkan Startup Anda kepada banyak orang. Anda tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Mungkin beberapa orang ada yang takut bahwa idenya akan dicuri. Buat saya pribadi, itu mungkin saja terjadi, tetapi dalam kasus SixReps.com, saya tidak pernah berpikir ide saya akan dengan mudah dicuri karena eksekusi sebuah ide akan jauh lebih sulit daripada ide itu sendiri. Saya memiliki koneksi ke lebih dari 1000 tempat fitness di Indonesia, karena saya sendiri adalah seorang penulis buku Diet, Rahasia Diet 1 & 2 yang bisa dilihat melalui www.BukuRahasiaDiet.com. SixReps.com juga memiliki database gerakan latihan-latihan fitness yang lengkap yang saya buat sendiri satu per satu. Akan sangat sulit untuk sekadar mencuri ide, karena banyak sekali yang harus dikerjakan mereka kalau misalnya memang melakukan hal tersebut.

Interview

Ketika kita bisa membuat sebuah komunitas yang solid dengan segmen market tertentu maka

ide-ide yang dilempar ke dalam komunitas tersebut akan berkembang sendiri tanpa

perlu banyak campur tangan dari pemilik ide. Begitu juga dengan edukasi pasar. Dalam

memperkenalkan produk ke pasar, biasanya brand harus mengedukasi pasar dengan budget yang tinggi. Dengan komunitas yang tepat, kita

hanya perlu memperkenalkan sebuah produk, mengedukasi beberapa orang kunci, dan biarkan

semuanya menggelinding seperti bola salju.Denny Santoso

Page 21: M&I Vol 34 Okt - Nov

40 Vol. 34 | Oktober - November 2012 41Vol. 34 | Oktober - November 2012

Insight

YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen Indonesia Marketing Association

Insight

Ruarrr Biasa…Kelas Menengah Cina

Saat ini dan beberapa tahun ke depan Cina akan menjadi kekuatan pasar yang tak ada tandingannya. Kini Cina merupakan pasar mobil

terbesar di dunia. Tiga tahun lagi Cina merupakan pasar barang-barang mewah (luxury goods) terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Credit Suisse meramalkan tahun 2020 konsumsi penduduk Cina akan mencapai angka fantastis $16 triliun, merupakan pasar konsumsi terbesar di dunia. Dengan konsumsi yang luar biasa tersebut, majalah The Economist memperkirakan tahun 2014 Cina merupakan importir terbesar di dunia.

Ruarr Biasa!Kelas menengah adalah “biang” di balik keajaiban

pada tahun 2007. So, dari total penduduk Cina sebanyak 1,3 miliar, sekitar 1,2 miliar diantaranya adalah kelas menengah. Ruarrr biasa!!!

Kalau dilihat lebih jauh distribusi kelas menengah berdasarkan tingkat pengeluaran (lower-middle-class, $2-4; middle middle-class, $4-10; dan upper middle-class, $10-20), kita juga menemukan fenomena yang menarik. Seperti terlihat pada grafik, struktur penduduk Cina “menggembung” di tengah dimana kelompok middle middle-class memiliki porsi paling besar. Ini berbeda dengan struktur penduduk Indonesia yang masih didominasi oleh penduduk miskin (dibawah $2) dan lower middle-class ($2-4).

Yang lebih menarik lagi adalah kalau melihat kelas menengah Cina yang berada di desa dan di kota. Seperti tampak pada grafik, ternyata sebagian besar kelas menengah Cina berada di desa. Pada tahun 2007 jumlah kelas menengah Cina yang tinggal di desa mencapai 636 juta (53,9%) lebih banyak jika dibandingkan dengan di kota 542,2 juta (46,1%). Sekali lagi, hal ini berbeda dengan di Indonesia dimana sebagian besar kelas menengahnya tinggal di kota. RakusDengan munculnya ledakan kelas menengah di Cina, maka perilaku membeli dan mengkonsumsi mereka juga bergeser. Dengan meningkatnya daya beli, pengeluaran untuk makanan dan pakaian (essential needs) tak tumbuh secara berarti. Sebaliknya pengeluaran untuk produk-produk yang lebih sekunder seperti produk kosmetik dan perawatan kulit, produk dekorasi rumah (home decoration), atau mobil mulai meningkat secara signifikan.

Untuk memotret perilaku penduduk Cina, Monitor Group membuat survei yang kemudian menghasilkan enam tipe konsumen kelas menengah Cina. Enam tipe konsumen tersebut adalah: Early Heavy Buyers (profesional dan manajer yunior di perusahaan multinasional), the Smarts (kelas menengah yang lebih

konsumsi Cina. Negeri Tirai Bambu ini mengalami pertumbuhan kelas menengah yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir. Data Asian Development Bank (ADB) misalnya, menggambarkan pertumbuhan kelas menengah Cina yang sangat fenomenal selama kurun waktu 1995-2007.

Asian Development Bank (ADB) mendefinisikan kelas menengah sebagai kelompok masyarakat yang memilki pengeluaran perkapita perhari sebesar $2-20 (Purchasing Power Parity, 2005). Selama kurun waktu tersebut jumlah kelas menengah Cina tumbuh sangat fantastis dari 673 juta orang (55,6% dari total jumlah penduduk) pada tahun 1995 menjadi 1.178 juta (89,1%)

mapan dan mementingkan value dari produk yang dibeli), the Quality-Oriented (kelas menengah mapan yang mementingkan kualitas saat membeli produk); Trend Followers (pekerja white collar yunior dan civil servant pengikut tren), Driven Businesspeople (pebisnis yang mobile dan sangat sibuk), Value-Seekers (pekerja kantoran mudah dan pegawai pemerintah).

Satu fenomena yang menarik dari perilaku konsumen kelas menengah di Cina adalah konsumsi terhadap barang-barang mewah. Dengan kian menggembungnya pundi-pundi, kelas menengah Cina (khususnya untuk upper middle-class) mulai “rakus” membeli merek-merek mewah top macam LV atau Guci. Kini Cina mulai menggeser Jepang sebagai pasar terbesar barang-barang mewah di dunia.

Menurut McKinsey&Co, tahun 2015 Cina menguasai sekitar 22% pasar barang-barang mewah dunia. Mereka mulai membeli barang-barang mewah seperti pakaian (ready to wear), produk-produk kulit, jam tangan, hingga berlian baik melalui internet, bepergian ke luar negeri, atau membeli langsung di butik-butik kelas atas yang kini menjamur di Cina.

The Chinese DreamDalam bukunya, The Chinese Dream, Helen Wang menemukan bahwa kalangan kelas menengah Cina kini sudah banyak yang terobsesi oleh apa yang ia sebut “the Chinese dream”. Ungkapan ini sepadan dengan ungkapan “the American dream” yang menjadi simbolisasi masyarakat Amerika mengenai kesuksesan yang ideal: memiliki rumah besar, mobil mewah, dan hidup bergelimang harta.

Tak heran jika kelas menengah Cina sangat American-minded. Ujar Helen Wang, “Many middle class Chinese are influenced by the American way of life. They are bombarded by many material temptations and proliferating choices. TV commercials, the Internet, and Hollywood movies give them a rosy picture of the American middle class.”

Many middle class Chinese are influenced by the American way of life. They are bombarded by many material temptations and proliferating choices. TV commercials, the Internet, and Hollywood movies give them a rosy picture of the American middle class.

HelenWang

Size of the Chinese Middle Class (1995 - 2007, million)

Source: Staff estimates based on CHIP Surveys 1995 and 2007 data.

Page 22: M&I Vol 34 Okt - Nov

42 Vol. 34 | Oktober - November 2012 43Vol. 34 | Oktober - November 2012

Advetorial Advetorial

Diperkirakan 90% dari jumlah uang yang beredar, dimiliki oleh 10% populasi orang saja. Artinya hampir semua kekayaan didunia hanya dimiliki

oleh segelintir elite. Dan diyakini, jika seluruh uang tersebut dikumpulkan dan dibagi rata kepada penduduk dunia yang jumlahnya sekitar 6 milyar, maka dalam waktu 5 tahun, komposisinya kembali menjadi semula. Yaitu 10% populasi akan kembali menguasai 90% jumlah uang beredar. Kenapa bisa begitu?

Orang menjadi kaya karena mereka berpikir dengan cara-cara tertentu, merasa dengan cara-cara tertentu dan melakukan hal-hal yang tertentu pula, yang tidak sama dengan orang-orang kebanyakan. Dan untuk menjadi

miliarder, kita disarankan mengenal dan mengetahui cara berpikir mereka, seperti bagaimana mereka mendapatkan 1 milyar pertama, sistem apa yang mereka gunakan dan apakah sistem tersebut transferable ke pihak lain, apa yang mereka sarankan agar kita menjadi seorang milyarder, pelajaran terpenting yang pernah mereka rasakan serta apa saja kebisaaan-kebisaaan mereka, dan apakah ada opportunities yang mereka lihat sekarang, namun belum dikerjakan?

Dengan mengetahui secara spesifik cara berpikir dan tindakan mereka, kita bisa memahami proses, cara berpikir, belief system, kebiasaan-kebiasaan sang millionaire. Dan selanjutnya kita bisa mengintegrasikannya dalam kehidupan kita. Seperti seorang anak dari keluarga dokter yang most likely akan menjadi dokter, anak dari keluarga pedagang, most likely menjadi pedagang. Maka jika proses tersebut dilakukan cukup sering, dan kita mengintegrasikan proses, cara berpikir, belief-nya, maka most likely kita bisa menjadi seorang millionaire.

Itulah sebabnya mengapa Money & I Magazine selama 3 tahun perjalanannya berburu para millionaire untuk mengetahui cara berpikir, belief system serta kebisaaan-kebisaaan mereka yang bisa kita pelajari dan adopsi untuk mencapai wealth level yang kita harapkan.

Puluhan millionaire berhasil kami interview untuk menyelami cara berpikir mereka, dan 37 profil terbaik kami rangkum kembali dalam buku ini, dan kami persembahkan untuk Anda. Tiga puluh tujuh cerita sukses, perjuangan yang ‘berdarah-darah dan bertaruh’ dengan kegagalan, 37 profil para miliarder dengan berbagai latar belakang usaha dan profesi, mulai dari pebisnis retail, properti hingga yang kemudian terjun menjadi trainer, bahkan termasuk diantaranya kalangan entertainer.

Perjalanan mereka meraih kesuksesannya saat ini demikian inspiratif dan tidak berlebihan untuk dijadikan role model, yang tentunya diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi pembaca. Itu sebabnya kami di redaksi Money & I merasa perlu untuk mengumpulkan kembali draft interview para pebisnis sukses tersebut, yang kali ini kami tampilkan kembali dalam kemasan sebuah buku berjudul Interview With The Millionaire.Besar harapan kami buku ini bisa menjadi panduan bagi Anda untuk mendapatkan kesuksesan yang sama, dan semoga persembahan kami ini memberikan inspirasi untuk Anda!

Buku tersebut kini sudah tersedia diberbagai toko-toko buku, dapatkan segera! Success leaves clue, follow and be a millionaire!

Interview With The

MillionaireThe Rich thinks the certain way, feels the certain way, and do the Certain way & Success Always Leaves Clue Success leaves clue,

follow the clue and be a millionaire!

Interview With The MillionairePublisher : TransMedia Pustaka, 2012

Pages : xvii + 262 hlm 17 x 24 cm

Forward : Alex P Chandra

AVAILABLEnow at bookstore

Page 23: M&I Vol 34 Okt - Nov

44 Vol. 34 | Oktober - November 2012 45Vol. 34 | Oktober - November 2012

Lestari First

Halo, selamat atas Warung Bendega yang baru, sebelumnya kami ingin mengetahui bagaimana Anda melakukan transformasi terhadap Bendega, dan butuh waktu berapa lama?

Sebelumnya renovasi Bendega ini berbarengan dengan saat saya hendak menikah, oleh karena itu saya juga harus kerja keras mengurus pernikahan, juga harus membagi pikiran untuk renovasi Bendega. Kalau dulu sebelumnya Bendega tempatnya agak tertutup, dan terkadang saya bertanya ke teman-teman, mereka bilang tidak yakin ini restoran atau rumah tinggal. Dari ide Saya selama ini dan masukan dari orang-orang, Saya kemudian merubah layout-nya, jadi lebih mengundang dari jalan saat dilihat. Kalau dari lokasi Saya yakin Bendega sangat strategis untuk restauran. Renovasi berjalan sekitar 4 bulan. Kalau dulu ada 2 pintu masuk dari jalan Cok Agung Tresna dan dari jalan Jayagiri, namun saat renovasi saya jadikan satu, untuk memperbaiki standar operasional prosedurnya, jadi bisa ada greeting untuk para konsumen.

Menu apa yang ditawarkan di Bendega selama ini, apakah memang hasil laut seperti arti dari Bendega?

Untuk diferensiasinya memang kita sediakan makanan Bali sebagai unggulan. Seperti Pis-pidap sama seafood. Awalnya seafood, namun saya coba arahkan branding Bendega ke arah citarasa kuliner Bali. Para tamu domestik ataupun dari luar bisa mencari semua masakan Bali ada disini. Kalau seafood kadang ada customer merasa terlalu mahal sehingga bisa mengurangi niat orang untuk makan sehari-hari disini. Karena di Renon ini banyak juga orang yang mencari makan untuk sehari-hari.

Kalau dari awal Bendega seperti apa, sebelum Anda kelola?

Dulu Bendega didirikan oleh Bapak Saya (Rai Mantra). Ramai awalnya, sama seperti bisnis lainya, ada grafik naik lalu turun, di saat turun itu kita harus mulai melakukan inovasi. Sempat waktu Bapak terlalu sibuk inovasinya agak berkurang, sale juga ikut menurun. Jadi saat saya datang, saya disuruh untuk melakukan inovasi-inovasi

baru lagi. Saat ini menjadi lebih bagus, walau secara manajemen saya tidak memegang semuanya namun saya disini menjadi owner representation, dan juga membantu untuk marketing juga. Lalu dengan Bendega Deli apa yang coba Anda tawarkan?

Deli menjadi hal baru bagi Bendega. Sebelumnya saya melihat market tempat orang-orang meeting yang sedang tumbuh bagus, dan hampir paling atas kedudukannya. Mereka pada umumnya menginginkan ruangan yang ber AC dan kopi yang lebih enak, maka dari itu saya coba untuk men-develop hal itu. Bendega Deli ini menyediakan makanan western untuk membantu penjualan. Sekadar diketahui masakan Bali umumnya pedas, sedangkan anak-anak tidak terlalu suka pedas, dan kalau masih pagi masakan Bali terlalu berat, karenanya Saya coba membawa masakan kecil seperti pasta ataupun pizza di Bendega Deli.

Kalau idenya sendiri seperti apa, apakah masih mempertahankan konsep Bendega yang ada sebelumnya?

Sebelumnya Saya lihat dulu basic value-nya Bendega, misalkan kompetitif market nya apa, seperti Bendega unggul sebagai tempat makan yang memiliki konsep taman yang selama ini tidak dimiliki rumah makan yang ada di kawasan Renon, jadi ini yang kita pertahankan dan kita tatap untuk lebih baik, lebih bersih, dan lebih nyaman. Karena itulah yang menjadi nilai jual kita, selain makanan. Saat ini juga saya coba untuk mengembangkan beberapa makanan baru, namun masih tidak jauh-jauh dari bumbu Bali. Ide renovasi ini juga hadir karena saya juga suka makan di restauran saat kuliah, jadi saya lihat ide-ide yang belum ada, lalu saya coba kembangkan disini. Tapi yang cocok dan tidak merubah konsep awal.

Konsep marketing lainnya?

Saya juga coba buat tagline dan website untuk Bendega, dan juga kita coba mengembangkan daftar menu dengan foto. Kalau dulu hanya tulisan saja, sehingga harapannya orang bisa lebih tertarik

untuk makan, lebih informatif dan lebih mengundang.

Setelah renovasi ini, bagaimana jumlah sale dan tingkat kunjungan?

Lumayan signifikan, kalau dulu customer yang datang 150 orang, hari ini setelah renovasi bisa 300 orang yang datang. Bulan kemarin juga sudah double, mungkin juga mereka masih coba, tapi saya harap ini terus continue. Sesungguhnya bisnis makanan ini juga bisnis sosial, karena harus banyak komunitas, karena kalau hanya mengandalkan makanan saja, orang tidak akan tinggal lama, tapi kalau ada komunitas, akan lebih banyak orang yang meeting di sini. Karena keinginan saya juga menjadikan Bendega sebagai tempat meeting, karena pas letaknya ditengah kota. Jadi orang gampang untuk mencari karena letaknya yang strategis.

Bagaimana Anda melihat persaingan dan strategi apa yang ada terapkan untuk Bendega saat ini?

Kalau saya melihat, strategi itu memang pada diferensiasi, jadi kita harus memiliki keunikan sendiri, dibandingan saingan kita. Kalau dari segi makanan jelas kita punya, misalkan yang unik dari kita, kita memiliki sambal tiga rasa, yang dari awal berdirinya Bendega sudah ada. Ini tidak saya hilangkan, karena ini yang sering dicari orang, namun disini saya coba untuk lebih terasa hidup di Bali, maka kita gunakan piring kayu. Terus dari segi makanan, kita harus memiliki comparative advantage, lalu dari segi lokasi jelas tempatnya terbuka dan menarik dari luar. Dan yang paling utama tentunya adalah service. Selama ini kalau Saya lihat sebenarnya gampang-gampang susah untuk dapat bersaing di kawasan Renon, selain banyak rumah makan juga banyak franchise, tapi juga banyak pula yang buka tutup, ataupun yang berganti. Saat ini untuk masakan Bali yang masih bertahan tidak terlalu banyak malah tinggal Bendega dan

Warung Mina. Maka dari itu kita harus memberanikan diri untuk menyajikan masakan Bali untuk bersaing dengan produk dari luar. Saya mencoba membuat tagline “I Love Bendega, Cintai Kuliner Bali”

Dari sisi market atau pelanggan, seperti apa?

Karena dulu marketnya kan umur 30an. Kalau saya berpikir market itu harus tetap kita jaga sebagai pelanggan. Tapi saat 15 - 20 tahun lalu, tentu mereka jarang keluar makan. Maka dari itu kita perlu menjaring market baru dari generasi muda. Kita coba untuk lebih inovatif dalam menjaring mereka.

Saat renovasi sepertinya membuat Bendega lebih lapang, apa yang Anda lakukan?

Sebelumnya untuk area luar seluas 23 are, namun saya kecilkan menjadi 20 are, karena saya lihat fungsinya tidak bagus dan bahkan terbuang maka saya kurangi, dan saya gunakan untuk usaha lainnya. Tapi kelihatnya lebih lebar setelah renovasi, karena pemanfaatan ruang lebih optimal dan lebih estetis setelah renovasi. Kita juga lebih mengoptimalkan ruangan ber-AC yang kita miliki, ada yang untuk 75 orang, dan juga yang untuk 15 orang, ruangan kecil 5 orang. Ruangan-ruangan ini kita sediakan bagi mereka yang ingin berada pada ruangan tertutup maupun mereka yang mengadakan acara function.

Kalau boleh bisa ceritakan sedikit tentang sejarah bendega?

Bapak saya itukan saat muda berbisnis sebagai suplier ikan. Lalu beliau berpikir kenapa tidak diolah sekalian, kemudian bapak membuat restauran ini. Awalnya itu cuma satu bale tahun 1996, lalu berkembang dan berkembang. Sampai tahun 2002 bapak masih

Selama ini warung Bendega Renon telah menjadi salah satu tempat makan masakan Bali yang familiar untuk

didatangi. Selain kuliner Bali yang memikat, konsep taman yang ditawarkan juga menjadi keunggulan utama dari

rumah makan nelayan ini (Bendega=Nelayan). Namun beberapa bulan terakhir Warung Bendega mengalami sebuah

transformasi barunya, sebuah nafas baru dari sang penerus Ida Bagus Ngurah Sidhayatra Wijaya Mantra, M.Int.Buss, yang

membuat Warung Bendega terlihat lebih modern, namun tak beranjak dari sisi khas kuliner Bali. Melihat ini semua, kami

mencoba untuk berdialog sejenak dengan lulusan magister International Business dari Monash, Melbourne ini mengenai

beberapa hal baru yang ia bawa.

Re Branding BendegaRestaurant and Function

Page 24: M&I Vol 34 Okt - Nov

46 Vol. 34 | Oktober - November 2012 47Vol. 34 | Oktober - November 2012

Lestari First

pegang, namun setelah menjabat, semua bisnisnya ditinggal dan dikelola oleh manajemen.

Sekarang saya di percaya oleh bapak sebagai owner representation, memang sudah ada manajemen yang menjalankan, tapi kan perlu ada controlling dan juga untuk pengembangan ke depan. Memang saat ini saya tidak mengira akan masuk ke bisnis restauran, karena saat saya pulang kuliah, Saya tidak berpikir ke arah sana. Saat kuliah itu saya banyak belajar tentang bagaimana menghadapi multinasional company, dari sana saya belajar bagaimana perusahaan lokal menghadapi mereka. Namun saya ingin praktekkan dari hal yang kecil dulu.

Dengan keberadaan yang cukup lama, apakah Bendega tidak ingin melebarkan sayap dengan membuka cabang baru?

Kita ingin ekspansi kedaerah lain, karena cita-cita saya ingin memperkenalkan kuliner Bali ini keluar, karena peminat kuliner Bali juga sangat banyak diluar Bali. Namun tentunya harus kita ciptakan lebih simple, cepat dan rasanya masuk bagi orang-orang luar namun tetap kita pertahankan rasa khas Bendega. Ini konsep baru, memang butuh waktu. Inginnya di luar Denpasar, karena selama ini banyak orang dari luar seperti Jakarta dan Jawa yang menyukai masakan Bali.

Apakah peluang bisnis makanan masih menjanjikan? Dan apakah selama ini konsumen asing banyak kesini?

Orang lokal sudah mulai senang makan di luar, ekonomi saat ini lebih bagus, dan lebih konsumtif, ini menjadi peluang bagi pengusaha lokal. Orang tentu menimbang risiko, namun bagi saya, saat Anda tidak mengambil risiko, itu adalah risiko terbesar, karena risiko itu bisa dikalkulasi, asalkan kalkukasinya masuk seharusnya berani saja. Apalagi banyak pihak yang bisa membantu permodalan seperti BPR Lestari. Kalau benar kalkulasinya, mendingan langsung jalan. Karena saingan bukan hanya dari Bali, bahkan dari luar negeri. Seperti di Beachwalk itu, apa yang ada dari luar itu sudah ada di Bali. Kita tidak ingin orang Bali menjadi penonton saja, agar orang luar juga mencoba makanan kita. Dan sebenarnya orang luar juga mencari makanan Bali. Misalkan di Bendega dari awal renovasi sampai sekarang, tamu luar peningkatannya cukup signifikan.

Kalau industri pariwisata melihat masakan Bali seperti apa,

terutama para turis?

Mereka melihatnya itu sesuatu yang unik, namun memang karena orang luar tidak suka pedas, mereka kadang request untuk mengurangi kadar cabe-nya. Dan mereka juga sangat senang mencoba sambal-sambal khas Bali. Kalau orang luar biasanya lebih suka mementingkan tempat, kalau orang lokal mungkin setelah makan pulang, kalau mereka bisa lebih lama untuk stay, dan menikmat garden.

Mengenai website, apakah website berjalan seperti Trip Advisor menjadi strategi marketing dari Bendega sendiri?

Selama ini kita coba masukkan, karena saat ini era internet membantu kita yang ingin melancong liburan. Tapi sebelum kita masuk, ternyata juga sudah ada pangsa sebelumnya, berarti respon market sudah ada dan tinggal kita mengembangkannya.

Target market yang ingin diraih saat ini adalah jenis konsumen tertentu, dan kedepannya seperti apa?

Kalau saya ingin mengambil semua usia, misalkan untuk anak muda yang malas kumpul dengan orang tua mereka bisa stay di Deli dan order makanan dari Bendega juga.

Untuk market yang belum pernah kita jajaki itu adalah di function, karena saya ingin di Denpasar itu ada tempat wedding yang bagus, makanan yang enak namun juga tidak berat dikantong, mereka akan lebih memilih kesini. Karena orang lokal ingin membuat resepsi dengan harga yang bagus dan tempat yang bagus, bakal jadi good market kalau saya melihatnya. Selain wedding juga ulang tahun, arisan serta party yang lain. Jadi untuk mendukung itu, by request bisa kita sediakan live band juga. Jadi saya inginnya market yang kita sasar kearah restaurant and function untuk memperkenalkan Bendega yang baru.

Page 25: M&I Vol 34 Okt - Nov

48 Vol. 34 | Oktober - November 2012 49Vol. 34 | Oktober - November 2012

Smart Family

Suzana ChandraManaging Director, Lestari Living

Saya sering kali bercerita kepada anak-anak saya, tentang proyek-proyek yang sedang saya laksanakan, baik proyek

pribadi maupun proyek perusahaan. Mungkin karena keseringan cerita, anak saya yang besar bertanya “Mom, dengan begitu banyaknya proyek, kemudian kita juga sedang membangun rumah sendiri, apa kita mampu membiayai semua itu. Can we really afford it?”

Selidik punya selidik, ternyata temannya baru saja curhat, bahwa renovasi rumah mereka berjalan sangat lambat, karena kesulitan likuiditas (dana). Saya sempat tercenung juga, pertanyaan yang sangat sederhana, tapi esensinya sangat dalam.

Hal ini mengingatkan saya, diawal-awal perjalanan property adventure. Teringat pada masa sekitar 14 tahun lalu, dimana salah satu keinginan saya adalah memiliki rumah yang besar dan cantik. Rumah pertama kami beli dengan 90% dana KPR dari bank. Pada saat itu, kami masih

tinggal di Australia, dimana KPR bisa dilakukan dengan minimum deposit cuma 10%. Tingkat suku bunga di sekitar 11% (ini sangat tinggi dibandingkan dengan KPR sekarang di 6%), jadi kami cuma mampu membeli rumah di suburb (growing area), sekitar 60 km dari kota Sydney. Tetapi transportasi sangat bagus, dengan kereta, bus ataupun freeway (jalan tol).

Setelah sekitar 4 tahun, rumah yang kami tinggali sudah mengalami beberapa penambahan menjadi rumah yang sangat nyaman dan cantik. Tetapi, menurut saya, rumahnya kurang besar. Oleh karena itu kami mencari rumah lain yang lebih besar, lebih cantik dan lebih mahal tentunya. Permasalahannya adalah can we afford it?

Setelah hitung-hitung, yes kami mampu, bank sudah setuju untuk membiayainya, tapi untuk tambahan DP, kami harus menjual rumah yang sekarang. Ini yang bikin saya agak “ndak enak hati”. Entah mengapa, saya kok enggan menjual rumah

Smart Family

yang kami tempati pada saat itu. Kemudian, pada saat saya mencari jawaban atas pertanyaan “can we really afford it”. Saya dianjurkan untuk membaca buku dari Rich Dad Poor Dad (Robert T Kiyosaki ). Disana, saya mendapatkan sesuatu yang “membangunkan saya” dari pengertian dan semua konsekuensi dari sebuah rumah yang kita tinggali.

Dibuku tersebut, dijelaskan dengan gamblang perbedaan antara aset dan liabilities. Dikatakan bahwa aset adalah sesuatu yang memberikan cash flow atau income. Sedangkan liabilities adalah sesuatu yang menyebabkan cash out atau biaya. Rumah, bisa berada pada sisi “aset”

(kalau disewakan dan mendapatkan income), tetapi rumah juga bisa berada di sisi “liabilities” (kalau menjadi sumber biaya).

Rumah yang kita tinggali, otomatis tidak akan memberikan kita income. Dan apabila, rumah yang kita tinggali sebagian besar dibiayai oleh KPR (hutang), ini sama saja dengan meminjam uang untuk kegiatan konsumtif. Mungkin akan ada yang ber-argumentasi ”lho, kan nanti harga rumah naik!”

Yes, harga rumah akan naik, tetapi income baru bisa kita dapatkan setelah kita merealisasikan profitnya (menjual rumahnya). Selama, kita tinggal dirumah itu, maka tidak

Rumah Besar & CantikCan We Really Afford It?

ada income yang diterima. Pada saat porsi KPR dirumah tersebut masih besar banget, maka otomatis, sebagian besar dari income yang kita dapatkan (dari pekerjaan ataupun pendapatan lain), akan kita pergunakan untuk membayar KPR. Otomatis dana untuk berinvestasi akan sangat kecil atau mungkin tidak ada. Belum lagi ditambah pengeluaran rumah tangga yang akan membengkak, karena rumah besar berarti tagihan listrik akan lebih besar, perabotan yang dibutuhkan lebih banyak, perawatan lebih mahal dan seterusnya. Ditambah lagi, rumah besar dan baru, mungkin mobil juga perlu baru.

Ini yang dikatakan sebagai “rat race”. Pernah lihat marmut yg ditaruh di semacam “lingkaran –wheel”, dimana si marmut berlari-lari dengan lincahnya dalam lingkaran tersebut, tetapi tidak bisa keluar dari lingkaran tersebut. Kalau tidak lari dia akan jatuh terlempar keluar. Marmut tersebut tidak punya pilihan lain, selain berlari dalam lingkaran tersebut. Sampai kecapaian dan terlempar jatuh.

Baru kemudian terbuka pemikiran kami, bahwa pada saat itu kami “belumlah” mampu untuk membeli rumah cantik dan besar tersebut. Karena kalau kami membeli rumah itu, maka sekitar 70% dari income kami, akan habis digunakan untuk membayar cicilan KPR selama 30 tahun. 30% nya lagi akan habis untuk biaya hidup sehari-hari, jadi tidak ada dana tersisa untuk

melakukan investasi lainnya. No more investment…artinya, no more additional income.

Dengan kata lain, dengan membeli rumah besar dan cantik tersebut, kami bersiap-siap untuk masuk kelingkaran “rat race”. Aduh, untung kami menggunakan pertanyaan “can we really afford it?” Ternyata, untuk mendapatkan jawaban yang benar, kita memang mesti mengajukan “pertanyaan yang benar”

Dari ‘exercise’ tersebut, kami memutuskan untuk tidak membeli rumah besar dan cantik tersebut. Melainkan, kami memulai property investment dengan membeli rumah kecil untuk disewakan, dan memutuskan tetap tinggal dirumah yang lama (yang sangat nyaman juga). Itu adalah kejadian sekitar 14 tahun yang lalu.

Moral of the story, sebelum mengambil keputusan atau tindakan, selalu educate diri kita dengan sebanyak mungkin informasi. Sehingga kita bisa menggunakan pendekatan to get the right answers, you must ask the right questions”.

Jadi, balik lagi ke pertanyaan anak saya “can we really afford to build our brand new home” jawaban saya adalah “ yes, now we can”. Jawaban yang sangat berbeda, dari pertanyaan yang sama 14 tahun yang lalu. Good luck in finding “the right questions”

Page 26: M&I Vol 34 Okt - Nov

50 Vol. 34 | Oktober - November 2012 51Vol. 34 | Oktober - November 2012

Traveller Photography

Page 27: M&I Vol 34 Okt - Nov

52 Vol. 34 | Oktober - November 2012 53Vol. 34 | Oktober - November 2012

Tanpa disadari ketika kita berjumpa teman lama dan saat ini sudah berhasil otak bawah sadar kita langsung bilang. Kamu enak ya sekarang, sudah

berhasil. Usahamu maju dan cabangnya dimana-mana, atau sekarang kariermu di puncak, rumahmu bagus, mobilmu banyak dan mahal-mahal. Yang jelas, kita menanyakan yang enak-enak dan jarang sekali bertanya sesuatu yang tidak enak.

Kita selalu melihat hasil akhirnya. Apakah itu berhasil atau tidak. Mengapa kita tidak bertanya proses perjalanannya sampai mereka menjadi orang yang sangat berhasil. Kesuksesan seseorang itu bisa dipelajari. Sukses itu meninggalkan tapak, jejak atau jalan. Kalau kita mengikuti jejaknya walaupun hasilnya tidak sama, setidaknya hasil yang kita peroleh lebih baik dari sebelumnya.

Bagaimana mempelajarinya? Paling ideal adalah bertemu langsung dan bertanya dengan pertanyaan ajaib “Bagaimana cara melakukannya”. Kalaupun tidak, bacalah biografi orang-orang sukses. Apakah mereka

sukses dan mendapatkan hasil dengan cepat? Apakah mereka sukses karena warisan? Sama sekali tidak. Kata kuncinya selalu “usaha”. Tidak ada usaha, logikanya tidak ada hasil. Memiliki banyak asset, tetapi tidak melakukan usaha untuk mengelolanya, lambat laun aset itu akan hilang.

Tidak ada jalan pintas untuk menjadi suksesPada dasarnya setiap orang ingin yang enak-enak dan menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan. Ketika masih kecil kita mempunyai cita-cita yang tinggi, ingin menjadi dokter, ingin menjadi dosen, ingin menjadi pengusaha, ingin menjadi hakim. Kita sering membayangkan, kalau cita-cita tersebut menjadi kenyataan. Kita hidup serba kecukupan, tinggal di rumah yang bagus, naik mobil terbaru dan tidak pernah kekurangan uang. Hati terasa gembira dan hidup-pun terasa indah.

Kita tidak ingin menjadi pembantu, tidak ingin bekerja kasar di proyek, tidak ingin menjadi salesman walaupun banyak orang yang berhasil berawal dari

salesman. Mengapa? Karena identik dengan kesulitan yang menyebabkan penderitaan. Sebagian besar orang, hidupnya tidak mau menderita. Kita sering melihat di televisi banyak pejabat daerah baik bupati, walikota, anggota DPR yang ditangkap dan dipenjara karena terlibat korupsi. Mereka tidak ingin hidupnya atau anggota keluarganya menderita. Tidak ada yang salah jika kita ingin mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cepat, tetapi caranyalah yang harus diperhatikan. Banyak orang ingin cepat sukses dan cepat kaya lewat jalur tol atau jalur bebas hambatan, tanpa macet dan tidak menunggu terlalu lama. Beragam cara dilakukan seperti korupsi. Saya juga pernah mendengar ada sebuah sistem yang mampu melipatgandakan uang. Jadi apabila saya memberi uang Rp.1 juta, di bulan berikutnya atau 2 bulan berikutnya bisa berlipat menjadi Rp.2 juta. Variatif sekali cara-cara yang dilakukan. Apakah Anda pernah mengalami hal serupa? Ingin mengambil jalur pintas?

Tidak ada jalan pintas untuk berhasil. “Selalu ada harga yang harus Anda bayar untuk sebuah kesuksesan”. Tidak ada jalan yang supercepat yang dapat dilakukan untuk mencapai kesuksesan. Semuanya memerlukan pengorbanan. Kesuksesan dan pengorbanan selalu berdiri berdampingan. Semakin sukses seseorang, maka pengorbanan yang dilakukannya juga semakin besar. Pengorbanan tidak harus secara material, bisa waktu Anda, tenaga Anda, pikiran Anda. Untuk menjadi seorang dokter memerlukan pengorbanan waktu sekolah minimal 18 tahun disamping biaya yang tinggi. Tidak ada cara instant untuk mencapai kesuksesan.

Sukses = Persiapan + KesempatanSukses itu merupakan pertemuan antara persiapan dengan kesempatan. Dimana kita telah siap menjadi dan bertemu kesempatan, maka orang tersebut akan lebih mudah untuk berhasil. Persiapan ini bisa diartikan dengan proses latihan melakukan. Jika negara dalam

keadaan tidak perang (damai) maka yang dilakukan prajurit setiap harinya hanyalah “proses latihan dan latihan”. Pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari, hanyalah latihan-latihan. Jika tida ada kesempatan untuk bertempur maka yang dilakukan hanyalah “proses latihan bertempur” sampai mereka menjadi ahli tempur. Ketika “kesempatan” bertempur muncul maka kita telah siap. Kalau kita cukup persiapan, maka kita akan memenangkan pertempuran.

Apapun profesi Anda saat ini, apakah seorang sales, seorang pegawai, seorang pedagang, seorang dokter, seorang pengusaha, lakukan terus proses persiapan tanpa henti. Ketika kesempatan datang maka Anda telah siap untuk menjadi orang sukses. Saat ini, apakah Anda telah cukup persiapan? Kalau belum maka segera lakukan proses persiapan dengan latihan terus menerus.

Hidup dimulai dari umur 40 tahun. Mengapa puncak karier seseorang (baik pegawai, profesional maupun pengusaha) ketika usianya sekitar 40 tahun. Bukan pada usia 20 tahun atau 30 tahun. Karena sesorang pada usia tersebut telah cukup persiapan untuk mengambil kesempatan yang telah ada. Proses persiapan yang dilalui pun penuh dengan rintangan. Sering kali jatuh, bangun, jatuh, bangun, dan jatuh bangun lagi. Kalaupun Anda saat ini belum berhasil. Anggap saja Anda melakukan proses persiapan. Fokuslah pada prosesnya, maka hasil akan mengikutinya. Jangan bekerja karena uang. Bekerjalah karena Anda belajar, maka uang akan mengikuti Anda.

Ekuslie Goestiandi dan Yusi Pareanom menuntun kita, bagaimana melakukan persiapan untuk menjadi sukses melalui buku “Pembelajaran T.P. Rachmat”.

Terima kasih. Selamat membaca dan semoga terinspirasi.

Pembelajaran T.P. RachmatEkuslie Goestiandi dan Yusi Pareanom

Tidak Ada Jalan PintasUntuk Sukses

Jangan bekerja karena uang.Bekerjalah karena Anda belajar,

maka uang akan mengikuti Anda.

Literature

Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari

52

Literature

5352 Vol. 34 | Oktober - November 2012 53Vol. 34 | Oktober - November 2012

Page 28: M&I Vol 34 Okt - Nov

54 Vol. 34 | Oktober - November 2012 55Vol. 34 | Oktober - November 2012

Book Review

Blue Ocean Strategy

W Chang Kim & Renee Mauborgne

Descriptions“Buku ini adalah keajaiban. Di satu sisi, buku ini memaparkan analisa lengkap yang orisinil dari berbagai isu pribadi yang mencolok dan isu ekonomi yang akan terjadi pada beberapa tahun mendatang. Seperti bagamana tindak tanduk perubahan yang dipengaruhi oleh teknologi dan globalisasi akan memberikan dampak terhadap gaya hidup dan cara kerja serta imajinasi manusia. Daniel H.Ponk memaparkan petunjuk yang orisinil dan mutakhir serta praktis untuk berjaya dan bergembira dalam lingkungan yang ‘penuh hiruk pikuk’. Beberapa tahun yang lalu, Peter Drucker meragukan apakah ekonomi modern akan menemukan Copernicusnya. Dengan buku ini, kita mungkin saja baru menemukan Copernicus modern untuk menyongsong era baru yang segera terwujud.”Tom Peters, penulis In Search of Excellence dan Re-Image!-

“A Whole New Mind sangat penting, dilengkapi dengan argumen yang meyakinkan, dan merupakan buku yang akan memicu akal pikiran.”Po Bronson, penulis What Should I do with My Life?

“Wow, ini bukanlah buku self help. Bobotnya lebih dari itu. Ini adalah buku langka yang memberikan marka perubahan, satu dari buku-buku yang Anda ingin baca sebelum orang lain melakukannya. Sekali lagi, Daniel H.Pink berhasil mencolokkannya”Seth Odin, penulis Purple Cow dan Free Prize inside!

Blink:Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir

Malcom Gladwell

A WHOLE NEW MIND

Daniel H Pink

DescriptionsSejak dulu, perusahaan-perusahaan terlibat dalam kompetisi langsung satu sama lain demi mengejar pertumbuhan yang langgeng dan menguntungkan. Mereka bertarung demi keunggulan kompetitif, berebut pangsa pasar, dan berjuang menciptakan diferensiasi. Padahal, dalam industri yang padat penghuni dewasa ini, berkompetisi langsung tak lain hanya menghasilkan samudra merah, berdarah-darah dari perebutan para rival, atas genangan laba yang menyusut.

Buku berkerangka perubahan ini menantang perusahaan-perusahaan besar maupun kecil, pemula maupun papan atas untuk keluar dari status quo, menciptakan strategi masa depan yang gemilang, dan menerapkan penjauhan diri dari kompetisi dengan biaya rendah. Ia menekankan penciptaan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, fokus pada penumbuhan permintaan dan menjauh dari kompetisi, serta upaya memaksimalkan kesempatan sekaligus meminimalkan resiko.

DescriptionsDalam buku ini, Malcolm Gladwell memperkenalkan fenomena snap judgment dan thin-slicing. Dengan kata lain kemampuan berpikir tanpa berpikir lama di mana keputusan sekejap bisa didapat dari informasi yang sedikit namun akurat. Disini kita akan melihat contoh-contoh menakjubkan kehebatan snap judgment dan thin-slicing. Pakar benda seni yang mengenali barang antik palsu dalam sekali lihat, ahli cicip makanan yang mampu membedakan kripik buatan pabrik mana dalam sekali gigit atau gelas mana yang berisi Pepsi dan gelas mana yang berisi Coca-Cola dalam sekali sesap.

Blink menyingkapkan bahwa orang yang pandai mengambil keputusan yang tepat bukanlah orang yang memproses paling banyak informasi, namun orang-orang yang telah melatih diri mereka untuk menyempurnakan seni dengan membuat thin-slicing dan menyaring sesedikit mungkin faktor penting dari sejumlah kemungkinan yang menggunung.

54 Vol. 34 | Oktober - November 2012

Page 29: M&I Vol 34 Okt - Nov

56 Vol. 34 | Oktober - November 2012 57Vol. 34 | Oktober - November 2012

Pick Up PointLestari Teuku UmarJl. Teuku Umar 110 Denpasar

Lestari ThamrinJl. Thamrin No. 31 Denpasar

Lestari GatsuJl. Gatot Subroto No. 356

Lestari RenonJl. Letda Tantular 1 Blok A 16

Lestari MelatiJl. Melati No. 69 Denpasar

Lestari TohpatiJl. Wr Supratman No. 311

Lestari Sanur Jl. By Pass Ngurah Rai

Auto Bridal 1 Jl. Sunset Road

Auto Bridal 2 Jl Sudirman

Orange BakeryJl. Teuku Umar

Salon New MelatiJl. Badak Agung

Joger Kuta

Warung SubakJl. Astasura

CNIPertokoan Kuta Galleria

Krisna KutaJl. Sunset Road

Krisna Denpasar 1Jl. Nusa Kambangan

Krisna Denpasar 2Jl. Nusa Indah

Krisna TubanTuban

Gramedia Duta PlazaJl. Dewi Sartika

Gramedia NikitaJl. Gatot Subroto Timur

Apotik AnugrahJl. Pattimura

Kopi Bali HouseJl. By Pass Ngurah Rai

Hotel Aston DenpasarJl. Gatot Subroto Tengah

Pop Harris HotelJl. Teuku Umar

Fave HotelJl. Teuku Umar

Cempaka Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Mandiri Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Padma Lounge AirportBandara Ngurah Rai

1Vol. 29 | Mei - Juni 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Navnit AnandThe Mind Of Body & Soul

Ayu Laksmi Coming Out of The Dark

Vol. 29 Mei - Jun 2012

Page 30: M&I Vol 34 Okt - Nov

58 Vol. 34 | Oktober - November 2012 59Vol. 34 | Oktober - November 2012

• Masa kritis yang harus dilalui perusahaan dalam hidupnya adalah 5 tahun pertama sejak didirikan, dan ternyata lebih dari 50% usaha kecil gagal melewati usia 2 tahun pertamanya, tidak sedikit pula usaha kecil yang maju selagi masih kecil tetapi jatuh setelah besar.

• Banyak pula usaha kecil yang sukses ketika masih dikelola sendiri oleh pendirinya tetapi jatuh setelah dialihkan ke generasi berikutnya.

Dari hasil survey diatas, maka tingkat kegagalan sebuah usaha baru ditahun pertamanya mencapai 85%, artinya peluang gagalnya sangat tinggi, bahkan hingga tahun kelima peluang tidak bertahannya sebuah

1. Nama pemilik : .............................................................

2. Jabatan : .............................................................

3. Alamat : .............................................................

4. Tempat & tanggal lahir : .............................................................

5. No. telepon : .............................................................

6. Nama perusahaan : .............................................................

7. Perusahaan bergerak di bidang : .............................................................

8. Perusahaan didirikan sejak tahun : .............................................................

9. Email : .............................................................

10. Webiste : .............................................................

11. Facebook : .............................................................

12. Twitter : .............................................................

13. Interest / Hobby : .............................................................

Informasi pendaftaran:Wahyu - 0361 246 706Anton - 082146164691 Aan - 0361 2154023

Rhonda Abrams, pemerhati UKM dalam bukunya The Oweners Manual bahkan merincinya dengan lebih detil:Jumlah rata-rata bisnis yang bertahan• Tahun pertama: 85%• Tahun kedua: 70%• Tahun ketiga: 62%• Tahun keempat: 55%• Tahun kelima: 50%• Tahun keenam: 47%• Tahun ketujuh: 44%• Tahun kedelapan: 41%• Tahun kesembilan: 38%• Tahun kesepuluh: 35%

usaha masih 50%, padahal itu merupakan tahun yang seharusnya sebuah usaha telah berjalan dengan mapan. Bahkan hingga tahun kesepuluh, masih terdapat 35% perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Bahkan dibeberapa varian bisnis, hasil surveynya bisa lebih buruk, seperti usaha restoran misalnya yang memiliki tingkat kegagalan hingga 90% pada tahun pertamanya ketika usaha tersebut dimulai.

Apakah Hal Ini Hanya Terjadi Pada Usaha Kecil?Jawabannya tidak, karena ternyata di tingkat usaha kaliber raksasa sekalipun survey diatas juga berlaku. Michael Teng dalam buku Corporate Turnaround menuliskan bahwa 500 perusahaan kaya ditahun 1980 hampir 50% diantaranya tidak bertahan hidup, bahkan di Eropa dan Jepang harapan hidup sebuah perusahaan kurang dari 13 tahun. Lebih jauh Teng membeberkan fakta bahwa perusahaan-perusahaan seperti IBM, General Motors dan Sears secara berturut-turut berada pada tingkat pertama, empat dan enam dalam daftar fortune 500 ditahun 1972, dan terdaftar sebagai perusahaan yang paling dikagumi ditahun 1982. Namun ditahun 1992, perusahaan-perusahaan tersebut sudah tidak lagi berada dalam 20 perusahaan teratas versi fortune. IBM gagal mengantisipasi revolusi PC dan menyaksikan jatuhnya nilai saham mereka sebesar 77% ketika nilai dibursa Dow berlipat ganda. Sears dikalahkan oleh Wal Mart sementara General Motors pangsa pasarnya direbut oleh perusahaan merek-merek Jepang. Contoh yang berbeda juga dapat dilihat pada perusahaan Apple, Pan Am dan People Express

Youth Can Do It,Act Now!

yang ditahun 1980-an menjadi topik perbincangan karena keberhasilannya mencuri perhatian pasar namun kemudian perlahan hilang dan hanya menjadi bayang-bayang pendirinya saja. Walaupun beberapa diantaranya kembali bangkit setlah melakukan revolusi besar-besaran.

Di periode awal sebuah bisnis berdiri, banyak kendala yang dihadapi berada pada sektor manajemen, bahkan hal-hal kecil yang tidak diketahui pebisnis menghambat proses kemajuan bisnisnya tersebut, mulai dari soal badan hukum usaha, pengelolaan dan laporan keuangan, strategi promosi yang efektif, pembuatan standard operating procedur sampai dengan teknik

penjualan yang terbatas. Sementara setelah manajemen dasar teratasi, kendala yang dihadapi pebisnis adalah bagaimana membuat bisnis tersebut bertumbuh dan adaptif pada perubahan.

Inilah alasan yang mendorong Majalah Money&I untuk membentuk komunitas M&I Club. Sebuah asosiasi dengan berbagai aktivitas untuk meningkatkan kemampuan dan manajerial skills khususnya para pengusaha muda. Pelatihan dan pengembangan manajemen tersebut diharapkan bisa menjadi solusi bagi kendala bagi perusahaan kecil untuk tumbuh, maju dan berkembang. Segera bergabung dengan komunitas ini dan dapatkan benefitnya.

• Mendapatkan pelatihan &

pengeMbangan ManajeMen

setiap bulannya secara

berkala.

• usaha yang diMiliki

MeMber akan

Mendapatkan liputan

(advetorial) di Majalah

Money&i secara eksklusif.

• owner atau profile

MeMber akan diliput

secara eksklusif.

• Mendapatkan special

discount dan offerings

dengan Menggunakan M&i

club MeMber Merchant.

• Mendapatkan special

discount dan offerings

untuk MeMasang iklan di

Majalah M&i.

Data anggota M&I ClubDATA FORM BENEFIT

Page 31: M&I Vol 34 Okt - Nov

60 Vol. 34 | Oktober - November 2012 61Vol. 34 | Oktober - November 2012

SocialitaMasuk dunia model itu karena dulu ibu saya seorang penari

di Guruh Soekarno Putra (GSP), dan waktu masih kecil, saya orangnya sangat pemalu.

Sekalipun awalnya masih terlihat “galau” akan profesi dan karir yang hedak ditempuhnya, namun

wanita bernama lengkap Anak Agung Ayu Lani Ratnasari perlahan mulai meyakini akan profesi yang akan digelutinya nanti. Dara kelahiran Denpasar, 28 Pebruari 1992 ini mulai berkembang saat dirinya menggeluti

akting sebagai artis pendatang baru dalam dunia seni peran Indonesia, bakatnya ditemukan oleh Anjungan Seni Indonesia Raya dalam proses seleksi pemeran Ida Ayu Puspita Sari, sebuah film yang menceritakan tentang peringatan kerusuhan Poso dan Maluku. Namun jauh sebelum itu, Ayu Lani sudah dikenal sebagai penari dan

Apa yang mendorong Lani berprofesi sebagai model?

Masuk dunia model itu karena dulu ibu saya seorang penari di Guruh Soekarno Putra (GSP), dan waktu masih kecil, saya orangnya sangat pemalu. Jadi oleh orang tua, Saya diminta menggeluti dunia model dan tari untuk membangkitkan kepercayaan diri saat itu, dan kegiatan itu terus berlanjut saat saya SMP dan SMA. Selain model, saya juga sempat menggeluti dunia jurnalistik karena suka menulis berita. Tapi sekarang sudah tidak aktif lagi di jurnalistik, dan inginnya fokus di kuliah aja dan nanti mau jadi arsitek.

Mengapa memilih Arsitek, apakah berkarir di model saat ini hanya sebatas hoby?

Awalnya karena saya dibesarkan di keluarga yang berprofesi sebagai arsitek, ayah seorang arsitek dan ibu membantu operasional kerja bapak, jadi setiap hari sudah terbiasa dengan istilah-istilah seputar arsitek. Sehingga saat menekuni jurusan arsitek, saya bisa lebih memahami karena sudah sering mendengar dari keluarga.

Sudah mulai terlibat dalam proyek?

Saat ini masih status magang diperusahaan orang tua, dan ikut terlibat dalam pengerjaan proyek di sebuah

perumahan di Jl Tukad Badung Renon, disana sedang proses pengerjaan 6 unit. Design yang digunakan adalah hasil karyaku sendiri, meski pihak developer sebenarnya sudah punya design awal, tapi pihak konsumen ternyata lebih memilih design yang aku tawarkan.

Sudah ada proyek lain?

Untuk perumahan di Renon ini bisa dikatakan merupakan proyek perdana, tapi kedepan sudah ada proyek lain di Jl Mahendradata, proyek berupa satu unit rumah.

Sepertinya sudah mulai nyaman dengan profesi barunya, apakah pekerjaan sebagai model akan ditinggalkan?

Kalau bisa jalan keduanya kenapa nggak, pekerjaan sebagai arsitek dan hobi modeling.

Untuk model dan entertainment, saat ini terlibat dalam kegiatan apa?

Sekarang yang inten sedang menggarap video klipnya sebuah grup band bergenre etnik, yang menggunakan alat musik angklung, jadi pengerjaannya sekarang dilakukan tiap hari minggu. Di video klip ini saya mendapat peran utama, ceritanya berkisah tentang

acapkali menjadi juara dalam kegiatan yang bersifat beauty contest di Bali. Wanita yang juga mahasiswi Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Udayana ini justru saat ini hendak memutar haluan menjadi arsitek. Apa yang menggodanya hingga berubah haluan, kepada Money & I wanita mungil ini curhat akan “kegalauannya” itu?

Ayu Lani Ratnasari

Page 32: M&I Vol 34 Okt - Nov

62 Vol. 34 | Oktober - November 2012 63Vol. 34 | Oktober - November 2012

seorang cewek yang selalu menuliskan kegiatannya di buku diary dan menginspirasi lahirnya sebuah lagu berjudul Harmoni Nada Cinta.

Bagaimana dengan film?

Saya terlibat di proyek film Asham Santi yang rencananya nanti saya akan berperan sebagai Ayu Saraswati, dimana tokoh ini adalah seorang wartawan sekaligus penari, jadi cocok dengan karakterku yang pernah aktif di jurnalistik dan bisa menari. Di film ini Ayu Saraswati berusaha memperjuangkan persamaan derajat kaum wanita dan tentunya dibumbui kisah percintaan berlatar belakang perbedaan agama. Jadi ada sebuah nilai tentang hidup mengapa kita mesti dibeda-bedakan. Film ini punya visi idealisme didalamnya.

Bagaimana bisa terlibat di film ini?

Waktu itu saya diajak oleh teman dan diperkenalkan ke sutradara film tersebut. Saya minat dan tertarik makanya mau ikut gabung.

Selain akting, Lani juga memiliki banyak prestasi di bidang seni Tari, ceritakan soal ini?

Kegiatan saya dikampus selama tiga tahun ini lebih menggeluti dunia tari. Setiap ada dies natalies kampus, saya selalu masuk di tim koreografer tari dan diperlombakan di tingkat kampus. Dan seperti tadi saya sampaikan, karena sewaktu kecil saya itu pemalu, maka ibu mengarahkan saya untuk belajar menari. Dari sana mulai terus ikut festival, termasuk waktu SD saya pernah menjadi kontingen penari yang dikirim ke Jepang untuk promosi kebudayaan Bali yang difasilitasi oleh dosen ISI Denpasar. Sedangkan saat SMA, saya pernah ikut kontingen menari di Bandung untuk mewakili kebudayaan Bali dan saat itu berhasil mendapatkan emas.

Apa yang diharapkan untuk kedepannya, khususnya dengan profesi arsiteknya?

Inginnya nanti saya bisa berdiri dengan brand sendiri, sehingga punya ciri khas dan karakter yang beda

Socialita

sebagai seorang arsitek, jadi saat ini masih terus belajar. Ciri khas yang selama ini ingin saya munculkan itu perpaduan minimalis dan ada unsur daerah yang klasik, atau biasa disebut neovernakular, jadi tetap ingin memunculkan budaya Bali tentunya.

Neo Vernacular, mengapa?

Saat ini kalau kita lihat banyak bangunan yang dibuat tidak lagi sesuai dengan karakter budaya Bali seperti hotel dan bangunan komersil lainnya, seharusnya kita bisa bangga dengan seni arsitek lokal, dan tugas kita untuk terus mengembangkannya, bukan menggantinya total dengan budaya luar. Karenanya, sebagai arsitek kita bisa memberikan saran dan masukan kepada para developer atau pengembang, agar bangunan yang hendak mereka dirikan tetap mencirikan budaya lokal karena mempertahankan unsur kedaerahan itu tetap penting.

Siapa yang menjadi role model untuk arsitek?

Saat ini arsitek yang memiliki ciri khas neovernakular dari Bali tidak banyak, karena genre ini relatif unik dimana unsur lokal daerah Bali dan perpaduan natural dengan material alam seperti kayu dan sejenisnya. Ada juga arsitek yang menyukai unsur modern, contoh karya seperti Ice mall di Jalan Teuku Umar yang dipenuhi dengan kaca-kaca itu.

Inginnya nanti saya bisa berdiri dengan brand sendiri, sehingga punya ciri khas dan

karakter yang beda sebagai seorang arsitek,

Page 33: M&I Vol 34 Okt - Nov

64 Vol. 34 | Oktober - November 2012 65Vol. 34 | Oktober - November 2012

Dari segi lokasi, kantor kas yang satu ini memang marginal, namun bukan berarti kinerja dan prestasinya terpinggirkan. Dibawah besutan kepala kantor A. A. Istri

Okaini, BPR Lestari Tohpati tidak kalah bersaing memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah. Sekalipun jauh dari pusat kota Denpasar, namun lokasi inilah yang menjadi jembatan bagi nasabah luar khususnya yang berdomisili di seputaran Gianyar atau Batu Bulan untuk mengunjungi cabang ini. “Dulu sebelum ada cabang ini, banyak nasabah yang harus menempuh jarak lebih jauh ke Lestari Gatsu, Renon atau Melati, tapi sekarang mereka sudah bisa melakukan manajemen keuangan mereka di cabang ini yang lebih dekat,” tutur wanita alumnus Universitas Warmadewa ini.

BPR Lestari TohpatiMemiliki pengalaman yang cukup di Bank Danamon, menjadikan Okaini sangat memahami apa yang dibutuhkan nasabah lewat lembaga keuangan, pengalaman inilah yang membantu operasional Lestari Tohpati dengan baik, selain juga dibantu dengan 10 orang tim kerja lainnya, Okaini menandaskan bahwa dirinya bersama tim kerja yang ada sanggup bersaing dengan bank-bank lain. “Kami yakin bisa bersaing dengan bank-bank lain, karena kita punya banyak keunggulan. Disini semua pelayanan cepat dan tidak perlu antre untuk layanan transaksional,” lanjutnya lagi

Layanan transaksional melalui Jumbo memang merupakan produk unggulan di cabang ini, “Produk KPR kita cukup baik, dan ini menunjang pembukaan

rekening Jumbo untuk memperlancar proses pembayaran nasabah, selain itu Jumbo sekarang banyak dimanfaatkan oleh mereka untuk layanan transaksional, dan nggak perlu antre kalau disini,” ucapnya lagi.

Sementara dari tempat, Lestari Tohpati memang tampak sedikit terbatas dengan areal parkir, namun rupanya dengan pelayanan cepat menjadikan trafik transaksi yang padat menjadi tidak mengalami penumpukan, masalah parkirpun tidak lagi menjadi kendala. Jadi bagi Anda yang berdomisili di seputaran Gianyar atau Batu Bulan, tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan pelayanan cepat, BPR Lestari Tohpati bisa menjadi mitra Anda bertransaksi.

LESTARI TOHPATIJl. Wr Supratman No. 311

Telp 462021 (hunting)

Kantor Kas Lestari

Page 34: M&I Vol 34 Okt - Nov

66 Vol. 34 | Oktober - November 2012 67Vol. 34 | Oktober - November 2012

Front of Mind

Kata seorang filosof, keberanian itu adalah perasaan takut yang telah

dibalut dengan doa. Hampir pada semua kisah superhero yang pernah hadir dimuka bumi, baik yang ada di alam nyata ataupun yang hanya ada dalam rekaan skenario film, selalu menampilkan karakter pemberani sebagai point paling utama dalam sejarah hidup mereka. Keberanian seolah menjadi syarat wajib dan utama yang menjadi pendongkrak awal seorang yang biasa untuk mau berubah dan mengubah nasib hidup mereka menjadi pribadi yang luar biasa, terlebih dapat memberi manfaat untuk sesama.

Rasanya sangatlah pantas kita menyematkan label keberanian kepada pria nyentrik satu ini. Jika melihat sosoknya yang terkesan sederhana, namun cukup modis dengan rambut gondrong khas anak muda, agak sulit membayangkan kalau ia adalah sosok pengusaha sukses. Namun jangan melihat tampilan luarnya, perhatikanlah jejaknya yang luar biasa. Namanya Sir Richard Branson, miliarder asal Inggris yang lahir pada tanggal 18 Juli 1950 dan kini memiliki sekitar 400 perusahaan di berbagai belahan dunia.

Semua berawal dari keberaniannya pada usia 16 tahun saat memutuskan untuk hengkang dari bangku sekolah

dan memilih jalur entrepreneur menjadi penerbit sebuah majalah bernama Student yang mengupas tentang seluk beluk budaya remaja kala itu. Dengan kecerdikan dan kelihaiannya dalam mengelola majalah ini, maka dalam edisi pertamanya saja ia berhasil memperoleh iklan senilai $ 8.000, yang diluncurkan pada tahun 1966.

Penerbitan pertama dari 50.000 eksemplar disebarluaskan secara gratis setelah Richard Branson berhasil menutupi biaya produksi dengan iklan. Cukup sukses diawal karir bisnisnya Richard Branson mulai menapaki jalur bisnis industri musik sekitar tahun 1972 dengan mendirikan perusahaan rekaman bernama Virgin Records. Perlahan namun pasti, dengan insting bisnisnya yang telah ia

asah sejak remaja, Virgin Records terus mengalami kemajuan. Nama-nama musisi beken kelas dunia seperti Phil Collins, Janet Jackson, The Rolling Stones, Belinda Carlisle dan Mike Oldfield pernah merasakan manisnya bekerja sama dengan pengusaha yang pada tahun 2011 lalu pernah datang ke Indonesia untuk sharing dan berbagi pengalaman sukses sebagai entrepreneur.

Kemajuan Virgin Records lambat laun menghantarkan Richard Branson sebagai salah satu pemilik studio rekaman terbesar keenam di dunia. Kepakan sayap bisnisnya makin melebar dengan mendirikan maskapai penerbangan bernama Virgin Atlantic Airways yang ia dirikan pada tahun 1984. Sempat hampir bangkrut, namun perusahaan ini sekarang menjadi pesaing utama maskapai kenamaan di Inggris. Maskapai yang ia dirikan berhasil mengukir prestasi dengan memenangkan sejumlah penghargaan penting, termasuk beberapa kali menerima Airline of The Year Award.

Sekarang Virgin Atlantic Airways menjadi maskapai terbesar kedua untuk penerbangan internasional jarak jauh yang mengoperasikan armada pesawat Boeing 747 dan Airbus A340 ke New York, Miami, Boston, Los Angeles,

Orlando, San Fransisco, Hongkong, Johannessburg, Tokyo, Las Vegas, Delhi, Lagos, Port Harcourt, Shanghai, dan kepulauan Karibia. Maskapai penerbangan yang didominasi warna putih merah ini beroperasi didasarkan pada konsep penawaran layanan kompetitif tetapi bermutu tinggi untuk upper class, premium economy, dan economy.

Dibawah kepemimpinannya, kini brand Virgin Group berkembang menjadi Mega Store yang menyediakan berbagai layanan usaha seperti musik berkelas internasional, maskapai penerbangan, dan bisnis-bisnis dalam bidang seluler, keuangan, retail, internet, minuman, kereta api, hotel dan properti mewah di lebih dari 30 negara.

Pemilik resort termegah di dunia yang diberi nama Virgin Island Resort juga membukukan prestasi yang tak kalah gemilang dalam bidang sosial. Richard Branson memiliki kepedulian yang tinggi pada pelestarian lingkungan, seperti pengembangan energi ramah lingkungan. Untuk itu, dia menyumbangkan keuntungan dari beberapa kepemilikan usahanya sejumlah US$ 3 miliar atau Rp 27 triliun. Yayasannya, Virgin Unite, bahkan telah menawarkan hadiah US$ 25 juta untuk setiap solusi praktis guna membersihkan atmosfer. Dia juga mendorong agar tiap-tiap individu, organisasi ataupun perusahaan lainnya untuk turut mengembangkan solusi untuk memerangi pemanasan global.

Lalu bagaimanakah sang miliarder ini having fun dan menikmati kehidupan? Richard Branson memang pakarnya, tentu saja dengan caranya yang unik dan

sedikit gila. Bayangkan saja, ia pernah berlayar solo melintasi samudra Atlantik, terbang sendirian melintasi samudra Pasifik dengan balon udara, ataupun meluncurkan program space tourism di bawah bendera Virgin Galactic. Lebih kontroversial lagi, pada April Mop 2011 lalu, Branson mengumumkan telah membeli Pluto, tentu saja bukan Pluto yang ada di serial kartun, namun Pluto si planet kerdil itu. Terlepas dari keabsahan berita tersebut, sosok Branson memang tidak bisa dilepaskan dari kontroversi yang selalu mengiringinya.

Bila Anda ingin mengetahui lebih lengkap tentang rahasia kesuksesannya membangun

imperium bisnis Virgin Group, maka Anda harus membaca sebuah buku yang berjudul Like a Virgin: Secrets They Won’t Teach You at Business School. Dalam buku yang dirilis pada Juni 2012 tersebut, ia membagi strategi untuk berbisnis dengan cara otodidak dan penuh imajinatif.

Dalam perhitungan majalah Forbes tahun 2011, kekayaan Richard Branson ditaksir mencapai US$ 4,2 miliar. Jika dihitung dengan kurs rupiah saat ini, berarti sekitar Rp 35,7 triliun! Sungguh luar biasa investasi keberanian yang ditanamkan Richard Branson 46 tahun lalu dengan melihat nilai kekayaan yang dihasilkannya saat ini.

Richard BransonSuccess Begins with Courage

Page 35: M&I Vol 34 Okt - Nov

68 Vol. 34 | Oktober - November 2012 69Vol. 34 | Oktober - November 2012

Growth Strategies

I Made Wenten B.Kabid Support & Operation BPR Lestari

Growth Strategies

Tim recruitment BPRLestari rata-rata setiap bulan melakukan wawancara kepada 15 calon karyawan baru. Ke 15 orang ini merupakan

hasil seleksi dari lebih banyak lagi surat lamaran yang masuk. Kurang lebih surat lamaran yang masuk berjumlah 3 sampai 4 kali lipat dari orang yang kita wawancara. Bersama-sama dari kita nilai satu persatu. Hal ini seperti memilih orang yang badannya tinggi. Tentu lebih mudah kan kalau kita minta mereka

berkumpul dan kemudian berdiri dan selanjutnya kita pilih siapa yang paling tinggi.

Biasanya wawancara pekerjaan dimulai dengan pertanyaan siapa yang sudah pernah bekerja dan siapa yang baru saja tamat sekolah atau belum pernah bekerja? Dan diskusi kita lanjutkan dengan sharing yang dilakukan oleh orang-orang yang pernah bekerja. Saya minta masing-masing dari mereka bercerita

tentang pekerjaan mereka sebelumnya, kondisi lingkungan serta alasan kenapa mereka berhenti bekerja. Ada pemahaman yang ingin saya sampaikan kepada para pelamar yang merupakan fresh graduated. Yaitu, bagaimana sih orang bekerja itu?

Saya agak khawatir tentang para fresh graduated ini. Jangan-jangan mereka memiliki bayangan yang terlalu indah tentang hal yang berkaitan dengan kata “bekerja”. Dan kemudian mereka shock, setelah pekerjaan itu mereka jalani.

Jadi saya minta kepada orang yang sudah pernah bekerja untuk bercerita tentang suka duka bekerja. Agar para fresh graduated ini paham. Ada hal yang menarik dari cerita mereka-mereka yang sudah pernah bekerja, yaitu tentang alasan kenapa mereka berhenti bekerja.

Alasannya memang beragam. Yang mengagetkan adalah ternyata alasan dominan mereka adalah sesuatu yang memang semestinya begitu. Contoh alasannya seperti: Pekerjaannya tidak menyenangkan, pekerjaannya berat, pekerjaannya membuat tertekan dan boss-nya cerewet.

Pekerjaannya Tidak Menyenangkan

Ya iya lah. Pasti tidak menyenangkan. Mana ada pekerjaan yang menyenangkan. Kalau liburan baru menyenangkan. “Working is not Holliday”. Kalau mau sesuatu hal yang menyenangkan seperti halnya liburan, nonton film atau jalan-jalan maka yang harus bayar adalah kita. Kalau kita ingin mendapatkan bayaran, maka kita harus melakukan sesuatu yang bermanfaat atau menyenangkan orang lain. Biasanya dari mereka ada yang tidak setuju dengan apa yang saya sampaikan.

“Loh, Pak kalau kita menggunakan hobi sebagai pekerjaan itu kan hal yang menyenangkan. Kan enak, kita bisa melakukan hobi sekalian dapat uang.” Kalaupun kita menggunakan hobi sebagai pekerjaan, maka hal itu tidak lagi menyenangkan. Karena apa yang harus kita lakukan bukan berdasarkan keinginan kita, tetapi berdasarkan keinginan orang lain. Dan orang lain

itu pasti memberikan target waktu, pencapaian, kualitas, prosedur, bla…bla…bla..Contoh, Rhoma Irama dulu pasti dia senang, hobi main gitar dan nyanyi. Tapi kalau dia kita kontrak untuk nyanyi di panggung pada malam tahun baru, jam 11 malam dengan 10 lagu. Apakah hal itu menjadi hal menyenangkan, atau beban? Mungkin Bang Rhoma (kalau saja tidak dibayar) lebih memilih tidur dari pada nyanyi di panggung.

Pelamar tadi yang tidak setuju, masih belum mau terima. “Tapi Pak, terus karyawan disini mereka kok terlihat happy dan semangat semua?”. Oh itu, mereka bukan senang bekerja. Mereka membayangkan hasil pekerjaan mereka. Yaitu yang tanggal 25, maksudnya gajian. Ini mungkin sedikit resep. Agar pekerjaan tersebut menyenangkan, bayangkanlah hasilnya. Bayangkan hasil yang akan kita dapatkan, apabila kita melaksanakan tugas dan tanggung-jawab kita dengan baik.

Bayangkan apa yang kita bisa berikan kepada keluarga atau pacar kita apabila kita sudah melakukan tugas dengan baik. Kalau ini kita lakukan, maka pekerjaan yang tidak menyenangkan mungkin akan kita jalani dengan ikhlas dan semangat. Contoh lainnya, mertua saya selain seorang PNS beliau juga seorang petani. Sampai sekarang masing sering ke sawah, kadang hanya lihat-lihat saja. Kadang mencangkul. Apakah beliau senang mencangkul? Saya yakin tidak. Pasti beliau membayangkan hasil panennya yang berlimpah, apabila sawah tersebut beliau garap dengan baik.

Apakah yang terjadi kalau kita kasih tahu beliau, bahwa nanti akan gagal panen karena padinya habis dimakan tikus? Kemungkinan besar beliau akan menaruh cangkul, dan mengambil sepeda merk police 911 dan memilih bersepeda dari pada mencangkul.

Jadi, maaf terpaksa saya menyampaikan kabar buruk. Bahwa ”sampai sekarang saya belum melihat ada pekerjaan yang menyenangkan”. Bayangkanlah hasil dari pekerjaan Anda, jalani pekerjaan dengan ikhlas dan nikmati hasilnya.

Setelah sekian lama kita belum menemukan apa yang kita cari, maka ada kemungkinan, pertama apa yang kita cari memang tidak ada. Kedua, kita telah melewatkannya.

EndensorAndrea Hirata

Maaf,Belum Ada Pekerjaan Yang Menyenangkan

Page 36: M&I Vol 34 Okt - Nov

70 Vol. 34 | Oktober - November 2012 71Vol. 34 | Oktober - November 2012

Brand ini memang meraksasa karena produk otomotifnya, BMW pada era industri lalu merupakan simbol kemakmuran. Namun seiring waktu dan trend, serta menyadari akan banyaknya

pengguna fanatik brand BMW bukan hanya pada produk otomotif, menjadikan pabrikan ini menjajaki peluang di sepeda gayung, dan dari berbagai varian yang sudah diluncurkan, maka I Pedelec merupakan salah satu yang istimewa.

Bersamaan dengan peluncuran mobil i3 Concept nya, BMW juga melaunching sebuah sepeda lipat kecil yang dirancang untuk muat di dalam bagasi mobil. Namanya i Pedelec, sepeda listrik yang mampu di akselerasi hingga kecepatan tertinggi 25km per jam, sepeda ini tidak akan memerlukan lisensi, tetapi akan memberikan peningkatan pilihan transportasi perkotaan, i Pedelec merupakah salah satu bentuk BMW untuk terlibat dalam green business.

Sama seperti mobilnya, sepeda ini diciptakan BMW untuk menjadi pasangan mobil konsep terbaru mereka BMW i3, yang juga menggunakan motor listrik sebagai penggeraknya. Itulah sebabnya kedua produk mereka ini memiliki desain yang serupa dengan konsep yang sama. Menariknya, BMW i3 dapat mengisi baterai i Pedelec ketika tersimpan dalam bagasinya.

Konsep pedal electric cycle milik BMW ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan sepeda milik Audi, rangka sepeda lipat ini terbuat dari bahan aluminium dan carbon fiber yang ringan tapi kuat. Selain itu, sepeda ini juga dirancang dengan komponen-komponen premium seperti rem cakram di kedua rodanya, serta gear dengan 3 kecepatan yang terhubung ke motor elektriknya. Mekanisme lipatnya juga sangat optimal, sepeda ini dapat dilipat menjadi bentuk yang lebih ringkas dalam hitungan detik.

Sebagai motor elektrik, i Pedelec memiliki sistem elektronik canggih. Dalam sekali pengisian baterai, memakan waktu kurang lebih satu setengah jam, dan nantinya bisa digunakan untuk menggerakkan sepeda sejauh 25 mil atau kurang lebih 40 km sebelum perlu diisi ulang. Karena dikhususkan untuk penggunaan dalam kota, BMW membatasi kecepatan motornya hanya 25 km/jam saja. Sekalipun pihak BMW belum memberi pernyataan resmi tentang harga sepeda ini, namun diperkirakan akan dibanderol dengan harga sekitar £ 36.000 atau sekitar Rp 532 juta per unit.

Gallery

BMW i Pedelec Concept Sepeda Lipat Elektrik untuk

Transportasi Urban

Page 37: M&I Vol 34 Okt - Nov

72 Vol. 34 | Oktober - November 2012 73Vol. 34 | Oktober - November 2012

Perbaikan sedikit demi sedikit is believable, makanya is achievable. Einstein mengatakan bahwa definisi crazy (gila) adalah jika kita mengharapkan hasil yang berbeda padahal kita melakukan hal yang sama.

Karenanya, kalau kita menginginkan hal yang lebih baik dalam hidup kita, baik dalam hal keuangan, kesehatan, karir ataupun yang lainnya, maka yang pertama kali kita perhatikan adalah: “tindakan apa yang dapat saya perbaiki dalam hidup saya?”

Kalau kita mengubah tindakan kita, baru kita bisa menghasilkan hasil yang berbeda. Rahasia sukses untuk melakukan perubahan adalah dengan melakukannya sedikit demi sedikit secara konsisten (in consistent basis).

Konsep perbaikan sedikit demi sedikit dan konsisten inilah yang membuat Jepang menjadi salah satu negara industri yang disegani. Mereka mempunyai kebiasaan untuk memperbaiki segala hal. Motonya adalah Kaizen, yang artinya ‘jiwaku tak pernah puas’. Akibatnya, walaupun 20-30 tahun yang lalu, produk Toyota masih sangat ketinggalan dibandingkan dengan Ford dan Mercedes, namun sekarang sudah bisa membuat Lexus.

Di BPR Lestari saya memperkenalkan prinsip CAN-I; Continuous and Never Ending Improvement. Perbaikan yang terus menerus tanpa pernah berakhir. Kita paksakan diri kita untuk terus menerus berubah, walaupun sedikit, namun tidak pernah berakhir. Setiap bulannya kita membuat quality meeting. Sebuah town hall meeting, dimana setiap orang atau department harus mengusulkan satu atau dua hal perbaikan. Dan saya menugaskan tim khusus

untuk melaksanakan usulan-usulan perbaikan yang disetujui dalam pertemuan.

Usulnya mungkin hanya remeh temeh, kecil-kecilan. Seperti perbaikan tempat parkir, penyediaan tempat sampah, sampai dengan fasilitas BlackBerry buat karyawan supaya lebih bisa berkomunikasi. Semua yang kecil-kecil tersebut dikumpulkan, akan membuat perubahan yang besar.

Bagaimana dengan Anda ?

Can-I

Notes from a Friend

Alex P. ChandraPublisher of Money & I Magazine

Notes from a Friend

Page 38: M&I Vol 34 Okt - Nov

74 Vol. 34 | Oktober - November 2012 75Vol. 34 | Oktober - November 2012

Inspire

Volkswagen’s Autostadt Car Tower, Dealership & Theme

Park in Wolfsburg Germany

Soal teknologi, German merupakan salah satu yang terbaik, bukan hanya soal mobil, namun juga untuk showroom nya

pun tidak kalah canggih, salah satu yang telah memiliki kemampuan robotic mengangumkan dapat dilihat dari hasil jepretan photographer Fabian Bimmer di AP, yang menunjukkan interior 20 storey car tower in Volkswagen’s Autostadt or “car city” in Wolfburg, Germany, yang merupakan dealer mobil dan theme park dalam satu kawasan yang sama.

The Autostadt dibuka sejak tahun 2001 dimana terdapat hotel, restauran dan juga museum didalamnya. Setiap tahunnya tempat ini dikunjungi oleh lebih dari 1 juta orang. Disini para pembeli mobil dapat melakukan transaksi pembelian “swalayan” dengan sistem yang semuanya otomatis, nantinya mobil yang dipilih customer akan dikirim lewat lift khusus yang langsung dibawa ke pembeli. Terdapat dua Car Tower di Autostadt ini yang masing-masing mampu menampung hingga 400 kendaraan.

Page 39: M&I Vol 34 Okt - Nov

76 Vol. 34 | Oktober - November 2012 PBVol. 34 | Oktober - November 2012