Upload
evi-rufiat
View
121
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 Metalisasi Besi Titan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/metalisasi-besi-titan 1/6
BUlETIN IPT, NO, 5-6 VOl_ I OKTOBER 1995/JANUARI 1996 ISSN 0854-4700
PROSES REDUKSI METALISASI
DARI PASIR BESI TITAN
Oleh:
lndsrto Katim, Arifin Arif,
Sumantri Sastrawiguna dan Asdiman Naibaho ")
Pusfitbang Metafurgi-LlPf
Abstract
Iron sand bearing titanium is a non conventional
iron ore. then the suitable process should be used
in order to extract both iron and titanium. To solve
this problem. the reduction and the meltingprocesses has been separated to avoid the over
reduced of TI02 to TI203 which caused the slag
formed become sticky.
The aglomereted are. as pellet, was reduced by
coal and almost of the iron oxide. 94%, in the are
has been transformed to metallic iron. on 1050 °C
for 3' hours. The red uction was much better
compared to the reduction using hydrogen gas as a
reduction agent.
Because of its gentle contact, the pellet.
containing a mixture of are and coal, needed less
coal for reduclnq process than to the mixture of areand coal in the powder state.
Intisari
Pasir besi titan adalah bijih besl non konvensional
dan oleh karena itu proses yang tepat harus dig una-
ka n untuk mengekstraksi baik be si mau pu n
titaniumnya Untuk menqatasi masalah lnl, proses
reduksi dan proses pe leburan harus dipisahkan
dengan maksud untuk menghindari reduksi yang
berlebihan sehingga TI02 tereduksi menjadi TI203yang menyebabkan terak yang terbentuk menjadi
kental.Pellet. yang merupakan aqtomerasi pasir besi,
telah direduksi dengan reduktor batubara, meng-
hasilkan 94% besi oksida di dalam bijih telah
direduksi menjadi metal pada temperatur
pemanggangan 1050 °C selama 3 jam. Hasil reduksi
ini jauh lebih baik dibandingkan dengan pengguna-
an gas Hidrogen sebagai reduktor,
·1 Korespondensi Indarto Katim. Arilin Arif. Sumantri
Sastrawiguna dan Asdiman Naibaho adalah Peneliti dari
Puslitbang Metalurgi-LlPI, Kompleks Puspiptek Serpong -
Tangerang.
Pellet yang mengandung pasir besi dan batubara,
ternvata memerlukan reduktor lebih sedikit daripada
dalam bentuk serbuk, disebabkan oleh kental yang
baik antara reduktor dengan pasir besi.
1, Pendahuluan
Pasi r Besi Tita n (PBT) seperti yang terd apat di
pantai Selatan Jawa adala h bijih besi non
konvenional dan oleh karena itu perlu mengguna-
kan proses yang tepat. yang dapat memanfaat-
kan baik besi maupun titanium yang dikandung-
nya.
Pemisahan proses reduksi dan proses peleburan
dari proses yang konvensional adalah merupa-
kan suatu solusi yang tepat. Pemisahan proses
reduksi secara tersendirl akan dapat menghindar-
kan reduksi yang terlalu berlebihan sehingga akandiperoleh terak yang bagus dan tidak kental.
Reduksi metalisasi bertujuan mereduksi besi
oksida menjadi besi logam, sehingga pernlsah-
an besi logam dengan senyawa oksida pada
tahap peleburan akan berjalan dengan lebih
sempurna bila persen metalisasinya tinggl. Dalam
proses re duk si metalisasi tela h digu nakan
reduktor padat batubara dari [enis yang mudah
di dapat vaitu "boiler coal" dan juga gas H2yang
digunakan sebagai pembanding hasil reduksi,
Bentuk umpan yang akan direduksi ada dua vaitu
bentuk pellet dan serbuk dengan reduktor padat
yang sudah tercampur di dalamnya.
Percobaan dilakukan di dalam "Mufle Furnace"
dan "Tube Furnace" dengan melakukan beberapa
variabet utama proses seperti temperatur, waktu
pemanggangan dan jumlah batubara yang dilihat
dalam hubungannya dengan persen metalisasi.
Hasi I percobaa n ya ng didapat selanjutnya
didiskusikan dan kemudian disimpulkan.
2. Proses Reduksi Metalisasi
Proses ini bertujuan mereduksi besi oksida men-
jadi logam besi dengan reduktor padat batubara
27
5/14/2018 Metalisasi Besi Titan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/metalisasi-besi-titan 2/6
BULETlN IPT, NO . 5-6 VOL. I OKTOBER 1995/JANUARI 1996 ISSN 0854-4700
maupun gas H2' Besi di dalam PBT yang telah
termetalisasi akan mudah terpisah dari terak yang
mengandung oksida titan.
2.1 Reaksi Reduksi
Besi oksida yang ada di dalam PBT sebagian
besar merupakan mineral magnetik dan
hanya sebagian keeil saja yang terikat
sebagai mineral ilmenit. Jadi reaksi reduksi
dapat disederhanakan dengan asumsi bahwa
seluruh besi di dalam PBT terikat sebagai
mineral magnetit, Fe304'
2.1.1 Reaksi Reduksi Dengan Reduktor Batubara
Reaksi reduksi ini bertahap dua, yaitu:
Fe304(P) + 3 CO(g~ = 3 FeO(p) +2 CO(g) + C02(9) . (1)
3FeO(p) + 3 C(p) = 3 Fe(pl + 3 CO(gl (2)
Reaksikeseluruhan
Fe304(P) +3 Ctp) = 3 Fe(p) + 2 CO(g) +
C02(g) _._ (3)
Reaksi (1) berlangsung seeara exotermis
pada temperatur 300 - 900 °C. sedangkan
Reaksi (2) berlangsung seeara endotermis,
sehingga reaksi reduksi ini akan sempurna
pada kenaikan temperatur yang tinggi.
Dengan demikian karbon yang mereduksi
adalah traksi karbon terikat (fixed carbon)
dari batubara, sebab karbon di dalam fraksizat terbang (volatile matter) batubara telah
habis terbana terlebih dahul u pada
temperatur rendah, di bawah 900 °C.
2.1.2 Reaksi Reduksi Dengan Reduktor Gas H2
Reaksi berlangsung:
Fe304(P) + 4 H2(g) =3 Fe(p) + 4H20(u). (4)
Reaksi berlangsung seeara endotermis dan
oleh karena itu akan bergerak ke kanan
pada suhu tinggi.
3. alhan alku
Bahan Baku yang digunakan adalah:
• PBT
• Batubara
3.1 Pasir Besi Tita n
PBT didominasi oleh mineral magnetit, dan
sedikit kwarsa, sedangkan ilmenit berada
dalam masa magnetit.
Analisa kimia konsentrat PBT adalah seperti
tercantum pada Tabell;
28
Tabell Analisa Kimia Konsentrat PST
Unsur/Senyawa %
.Total Fe 55.0
CaO 2,6
Si02 6,STi02 8.6
AI203 5,8
MgO 2,8
V20S O.S
MnO O.S
Konsentrat PST ini mencukupi syarat mini-
mum untuk digunakan sebagai bijih besi bila
ditinjau dari kadar Fe totalnya. Selain itu
konsentrat ini mengandung Ti02: 8,6% dan
V20S: O,S%yang membedakannya dari bijih
besi yang konvensiona L
3-2 Satubara
Satubara yang digunakan telah dilakukan
analisis proximat seperti terlihat pada Tabel
II
Tabel ll Analisa Proximat Batubara
Fraksi %
Uap Air 3,85
Zat Terbang 44,37Karbon Terikat ~O,88
Kadar Abu 5,90
Satubara yang digunakan dalarn proses
reduksi ini adalah batubara dari kelas subbi-
tuminous yang banyakterdapat di Indonesia.
Karbon terikat, fixed carbon, dari batubara
ini yang berperanan dalarn proses reduksl
rnetalisasi adalah 40.88 % dan dikatagorikan
low grade coal karena fraksi zat terbangnya
yang besar, 44.37 %.
4. Pembuatan Pellet
Konsentrat PST dalam bentuk serbuk akan
menyulitkan penanganannya blla akan di-
kembangkan skala prosesnya, olell karena itu
konsentrat PBT ini perlu diaglomerasikan dalam
bentuk pellet yang tidak mudah remuk sehingga
dapat disimpan dan dipakai sebagai umpan
proses pada skala yang lebih besar.
Diagram Alir pembuatan pellet dapat dilihat pada
Gambar: 1
5/14/2018 Metalisasi Besi Titan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/metalisasi-besi-titan 3/6
BULETIN IPT, NO_ 5-6 VOL I
Amylum
I
OKTOBER 1995/JANUARI 1996
Konsentrat
Pasir Besi Titan
Sentonit 200 mesh
) ~ r - -I M;er ~ Batubara
Pelletizer ~ Air. ! .
Green Pellet
Gambar 1: Diagram Alir Pembuatan Pellet.
Kekuatan -green pellet- sangat ditentukan oleh
besarnya kandungan bentonit dan hal ini dapat
dilihat dari percobaan yang dilakukan seperti
terlihat pada Gambar: 2 dengan memegang tetap
kandungan amylum 1 %.
_(U
o 0 ,9 -<,
:::;'0,0
;ii 0 '/ -_x'
'D
"- 0 ,6-1-rn
20,Ij -
1 , a -
•
//~
Q
/
2 3 if
[le ill- U 1 1 I 1- , '(0
Gambar 2: Hubungan kuat tekan green pelletdengan % bentonit yang ditembebken.
Untuk mendapatkan -green pellet" yang lebih
tinggi kuat tekannya, dilakukan percobaan
pengeringan pada temperatur kamar dari green
pellet sebagai fungsi waktu. Hasil percobaan
ditunjukkan pada Gamber 3.
G
- -"CL S -<,
- I , 3 I, 5
W",ld u, Har i
Gambar 3:Hubungan kuet teken green pellet denganlama pengeringan pada temperatur kamar (pemakaian
bentonit 4 % , amylum 1%).
ISSN 0854-4700
5. Percobaan dan HasH Percobaan
5.1 Percobaa n
Ada tiga macam percobaan yang dilakukan
yaitu:
• Reduksi dala m bentuk pellet dengan
menggunakan batubara sebagai sumberkarbon
• Reduksi dalam bentuk serbuk dengan
menggunakan juga reduktor batubara
• Reduksi dalam bentuk serbuk dengan
menggunakan gas H2 sebagai reduktor
Reduksi dalam bentuk pellet dan serbuk yang
menggunakan reduktor batubara dilakukan
dengan meletakan umpan di dalam cawan
porselen dan memanggangnya di dalam
"mufle furnace", sedangkan reduksi dalam
bentuk serbuk dengan menggunakan gas H2
sebagai reduktor dilakukan dengan rneletak-
an umpan di dalam "boat" dan kemudian
memanggangnya di dalam "tube furnace"
dengan mengalirkan gas H2-
5.2 Hasil-hasil Percobaan
5.2.1 Pereduksian Pellet
Percobaan dilakukan dengan memvariasi-
kan beberapa besaran proses seperti:
temperatur, jumlah reduktor batubara dan
waktu pemanggangan terhadap persen
meta lisasi besi. Penga ru h temperatu r ter-
hadap persen metalisasi besi denganpemakaian jumlah batubara 30% (terhadap
bijih) dengan waktu pemanggangan 3 jam,
ditunjukkan pada Tabel III.
Tabel III
Hubungan temperatur Pemanggangan Pellet
dengan % Metalisasi Besi
Temperatur (DC) Metalisasi (%lKeterangan
900 18_63 Batubara 30%
950 60.84 Waktu Pemanggangan ;
1000 72,27 3 Jam
1050 94.03
Temperatur pemanggangan 1050°C meng-
hasilkan % metalisasi besi yang tinggi
94,03%. Selanjutnya varia bel jumlah
batubara dilakukan dengan memegang
tetap temperatur pemanggangan ini dan
hasil pereduksian ditunjukkan pada Taber
IX .
29
5/14/2018 Metalisasi Besi Titan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/metalisasi-besi-titan 4/6
BUlETIN IPT, NO. 5-6 VOl. I OKTOBER 1995/JANUARI 1996 ISSN 0854-4700
TabellV
Hubungan Pemakaian Jumlah Batubara
Oalam Pellet dengan % Metalisasi Besi
Batubara (%) MetaHsasi (%) Keterangan
20 78,18 Waktu Pemanggangan :
25 85,67 3Jam
30 94,03 Temperatur: 1050 "C
35 93,97
Oari TabellVterlihat bahwa pemakaian 30%
batubara sudah memadai untuk menghasil-
kan % metalisasi yang tinggi. Hubungan
waktu pemanggangan dengan % metalisasi
dilakukan dengan memegangtetapjumlah
batu bara: 30% dan temperatur pe-
manggangan 1050°C. Hasilnyaterlihat pada
Tabel V.
Tabel V
Hubungan Waktu Pemanggangan Pellet
dengan % Metalisasi Besi
Waktu
Pemanggangan Metalisasi Keterangan
(Jam) (%) Temperatur Pemang-
gangan: 1050°C
2,5 80_32
3,0 94.03
3,5 94_85
Dengan demikian waktu pemanggangan
3.0 jam telah menghasilkan % metalisasi
yang tinggi dan perpanjangan waktu pe-
manggangan tidak meningkatkan %
metalisasi sceala berarti.
5.2.2 Pereduksian Dalam Bentuk Serbuk Dengan
Reduktor Batubara
Pereduksian dalam bentuk serbuk ini di-
lakukan sebagai pembanding saja,mengingat pengembangan proses akan
dilakukan dalam bentuk pellet karena
penanganannya akan lebih mudah. Untuk
itu hanya jumlah batubara saja ya ng
divariabelkan sedangkan temperatur dan
waktu pemanggangan dipegang tetap
seperti pada kondisi pereduksian Pellet.
30
Tabel VI
Hubungan Jumlah Batubara Didalam Serbuk
Dengan % Metalisasi Besi
Batubara Metalisasi
(%) (" !o)
Keterangan20 46,1 Waktu Pemanggangan:
30 71,2 3Jam
35 77,6 Temperatur Pemang-
40 94,4 gangan: 1050°C
50 94,3
Hasil pereduksian menunjukkan bahwa
hasil tertinggi dicapai pada pemakaian 40%
batubara yang menghasilkan metalisasi
sebesar 94,4 %.
5.2.3 Reduksi Dalam Bentuk Serbuk Dengan
Reduktor Gas H2Hasil percobaan reduksi dengan reduktor
gas H2 yang menunjukkan pengaruh
temperatur terhadap persen metalisasi
diperlihatkan pada Tabel VII.
Tabel VII
Pengaruh Ternperatur Pemanggangan Terhadap %
Metalisasi Pada Reduksi Serbuk Dengan Reduktor
Gas H2
Temperatur (OC) % Metalisasi
750 75,53800 75,87
850 73,07
900 85,03
950 65,01
1000 77.51
Kecepatan atir gas: 250 cc/rnnt
Waktu 3 jam
Hasil pereduksian terbaik dicapai pada
temperatu r 900°C denga n metal isasi
85,03%.
6.1 Pereduksian Dalam Bentuk Pellet
6.1.1 Pengaruh Temperatur Pemanggangan
Dengan menggunakan reduktor batubara
% metalisasi tertinggi dicapai pada
temperatur pemanggangan 1050°C. dan hal
ini sesuai dengan antisipasi semula bahwa
reaksi metalisasi dengan karbon akan ter-
jadi pads temperatur tinggL Temperatur
pemanggangan sengaja tidak dipertinggi
lagi karena hasil metalisasi sudah tinggi
yaitu 94,03 % dan bila temperatur dinaikan
5/14/2018 Metalisasi Besi Titan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/metalisasi-besi-titan 5/6
BULETlN IPT, NO. 5·6 VOL I OKTOBER 1995/JANUAR11996 ISSN 0854-4700
akan cenderunq terbentuk sinter antar
butir-butir pellet yang tidak dikehendaki
serta kemungkinan untuk terjadinya over
reduksi.
6.1.2 Pengaruh jumlah Batubara
Secara stokhiometri jumlah batubara yang
digunakan berdasarkan Reaksi (3) adalah
28.8 %. sehingga penggunaan jumlah
batubara pada reaksi reduksi metalisasi
sebesar 30.0% adalah cukup memadai. Pe-
nambahan batubara lebih lanjut ternyata
tidak memberikan peningkatan persen
metalisasi yang berarti Perbedaan yang
kecll, antara perhitungan stokhiometri dan
percobaan. men unjukkan adanya perana n
zat terbang dalam pereduksian.
6.1.3 Pengaruh Waktu Pemanggangan
Secara teoritis lamanya waktu pe-
manggangan sulit dltentukan, hal ini me-
nyangkut kinetika reaksi. Karena reaksi
metalisasi adalah endothermik dan ber-
langsung pada temperatur pemanggang-
an yang tinggi. maka reaksi metalisasi
berjalan dengan spontan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
waktu pemanggangan selama tiga jam
menghasilkan metalisasi yang cukup tinggi
dan lama pemanggangan ini masih di-
anggap cukup memadai untuk dipakaidalam pengembangan proses.
6.2 Pereduksian Dalam Bentuk Serbuk Dengan
Reduktor Batubara.
Berhubung yang memegang peranan reduksi
adalah sarna yaitu karbon. fixed carbon. maka
temperatur dan lama pemanggangan tidak
divariabelkan dan digunakan temperatur dan
svaktu pemanggangan hasil percobaan
pereduksian dalam bentuk pellet.
Hasil percobaan yang memvariasikan jumlah
batubara menunjukkan pemakaian jumlahbatubara yang lebih besar yaitu 40%. Hal ini
terjadi karena kontak antara reduktor dan PBT
tidak begitu rapat dibandingkan dengan
bentuk pellet dan gas reduktor mudah lepas
dan hilang terbang. sehingga kurang effisien
penggunaannya.
6.3 Pereduksian Dalam Bentuk Serbuk Dengan
Reduktor Gas H2
Hasil pereobaan pada Tabel VII menunjukkan
reaksi reduksi metalisasi mencapai maksimal
pada temperatur 900°C sedangkan pe-
ninqkatan suhu menunjukkan hasil metalisasi
yang bertendensi menurun. Hal ini menarik
untuk dibahas karena reaksi metalisasi
seperti yang ditunjukkan oleh Reaksi (4) ada-
lah reaksi yang endothermik dan seharusnya
berjalan dengan baik dan spontan pada
kenaikan temperatur.Dari Reaksi (4) terlihat bahwa hasil reaksi
menghasilkan uap H20 sehingga energi
bebas reaksi:
Bila : aFe dan a Fe304 dianggap 1.maka
pH04
d GT = = d GOT+ RT In ~p 2
Keterangan:dGT Energi be bas reaksi pada
temperatur T
Energi bebas reaksi standard pada
temperatur T
Aktifitas besi
Aktifi tas Fe304
Tekanan parsial gas H2
Tekanan parsial H20
Konstanta gas ideal
Temperatur. OK
aFe
a Fe304
pH2pH20
R
T
Reaksi akan bergerak spontan kekanan buapH2 membesar atau pH20 mengecil. Pada
percobaan dengan temperatur lebih tinggi
akan meningkatkan volume uap H20 sebagai
hasil reaksi sehingga menghambat gas H2
yang akan mereduksi besi oksida. Akibatnya
pH2 pada permukaan kontak akan mengecil
dibandingkan dengan pH20 yang akhirnya
akan merubah arah reaksi dari ke kanan men-
jadi ke kiri.
Pemakaian gas H2 sebagai reduktor kurang
effisien mengingat pH2 yang diberikan harus
selalu lebih besar dari pH20 untuk men-
dorong reaksi ke kanan. Jadi hanya bagian
keeil dari gas H2 yang digunakan yang effektif
mereduksi.
7. Kesimpulan
1. Penggunaan bentuk pellet yang terditi dari
campuran PBT dan Batubara dapat meng-
hemat pemakaian bahan reduktor batubara
dibandingkan dengan penggunaan serbuk.
2. Hasil reduksi metalisasi yang dapat elicapai
dalam percobaan yang dilakukan adalah 94.03
% dengan Batubara: 30%
31
5/14/2018 Metalisasi Besi Titan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/metalisasi-besi-titan 6/6
BULETIN IPT, NO. 5-6 VOL. I OKTOBER 1995/JANUARI 1996 ISSN 0854·4700
Waktu Pemanggangan: 3.0 jam
3. Pereduksian metalisasi dengan menggunakan
gas H2ternyata memberikan hasil yang kurang
baik dibandingkan dengan menggunakan
reduktor padat, batubara,
4. Penggunaan pellet yang sudah berisi reduktor
batubara menunjukkan hasil yang memuas-
kan dan untuk it u perlu dilakukan penelitian
pembuatan secara lebih khusus dengan tuju-
an mendapatkan pellet yang mencukupi syarat
pada skala proses yang lebih besar.
Pustaka Acuan
1 . Bold, D.A . . " Stage One To Increase Output Five
Fold", Iron and Steel International, October 1982.
pp 243254.
2. Evans. N.T. " Development of SURN Process at
New Zealand Steel Limited," AIME Conference,
Chicago, 1978.
3. Crowford, G.P." Inovative Iron Making at New
Zealand Steel Limited, AIME Conference. Pitts-
bu rg h, 1982.
4. Holborow, K, " New Zealand'S Iron Making Pro-
cess, 9th Australian Conference on Chemical En-
gineering, New Zealand. 1981.
5. Piihringer, O. Wiesinger. H. Havenga, BHP, Hank,
R,Wallner, F . "Operational Experience and Poten-
tial ofthe Corex Process", Metallurgical Plant and
Technology International 5, 1991. pp 30-41.
6. Next Cieneration Steel Production Method: "Melt
Reduction Steel Production Method", Techno Ja-
pan vol 26. No.1 0, 1993, P p 33-35.
32