18

Mengapa Aku Menderita?

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Inilah pertanyaan yang dalam bentuk apapun juga akan memunculkan sisi buruknya berulangkali. Apakah pertanyaan itu berasal dari seorang yang baru saja kehilangan orang yang ia kasihi, atau dari seorang yang didiagnosis terkena penyakit yang tidak tersembuhkan atau bahkan seorang yang berada di bawah garis kemiskinan di negara-negara dunia ketiga. Semua serangan teroris atau bencana alam di dunia ini memunculkan pertanyaan - Di manakah Allah berkaitan dengan ini semua? Pertanyaan ini adalah satu yang merongrong orang Kristen sepanjang abad. Sejumlah jawaban sudah ditawarkan - dan bahkan semua cara pandang dunia berupaya memberikan respons terhadap pertanyaan ini. John Currid menyajikan pengajaran Alkitabiah untuk dipahami. Allah sungguh bekerja di dalam penderitaan, Ia bukan seorang penyelidik yang cemas dan tidak ingin atau tidak sanggup campur tangan, bahkan ia memiliki satu maksud yang akan terjadi dan ada di dalam kendali-Nya.

Citation preview

Page 1: Mengapa Aku Menderita?
Page 2: Mengapa Aku Menderita?
Page 3: Mengapa Aku Menderita?

Mengapa Aku Menderita?

Penderitaan dan Kedaulatan Allah

John D. Currid

Page 4: Mengapa Aku Menderita?

Copyright © 2004 by John CuridOriginally Published in English under the title Why Do I Suffer?published by Christian Focus PublicationGeanies House, Fearn Tain, Ross Shire, IV20 1TW, UKAll rights reserved

Pengalih Bahasa : Aileen MamahitPenyunting : Nicholas KurniawanProfReader : James YanuarDesain Sampul dan Tata Letak : James Yanuar

Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada :

PT. VISI ANUGERAH [email protected]

ISBN : 978-602-8073-13-4Cetakan pertama, Februari 2009Indonesian Edition © Visipress 2009

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang memperbanyak sebagian atauseluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.

Member of CBA IndonesiaNo : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina

Page 5: Mengapa Aku Menderita?

Daftar Isi

Pengantar ............................................................................ 7

Bagian I: Allah dan Bencana

1. Penderitaan dan Kedaulatan Allah ............................... 152. Penderitaan dan Karakter Allah ................................... 35

Bagian II: Mengapa Orang Kristen Menderita? Manfaat Penderitaan

3 Penghiburan di dalam Allah ........................................ 514 Disiplin ....................................................................... 755 Mengikuti Gambar Kristus ......................................... 916 Ketekunan Orang-orang Kudus ................................... 115

Bagian III: Mengapa Orang-orang yang Tidak Percaya Menderita?

7 Penderitaan Sebagai Peringatan Dini ........................... 1318 Penderitaan Sebagai Hukuman ................................... 145

Bagian IV: Sikap-sikap Dalam Penderitaan: Dorongan bagi Orang-orang Percaya

9 Salib Mendahului Mahkota .................................. 15910 Kesimpulan: Sebuah Pertanyaan tentang Kemakmuran185

Page 6: Mengapa Aku Menderita?

John D. Currid adalah Profesor Perjanjian Lama Carl W. McMurray dan ketua Bagian Studi Alkitab di Seminary Teologi Reformed (Jackson). Seorang lulusan Ph.D. dari Universitas Chicago, dia memiliki pengalaman yang luas dalam arkeologi. Dia adalah mantan Direktur dari Agricultural Project di Tel Halif, Israel; Field Archeologist dari Proyek UNESCO di tempat penggalihan di Carthage, Tunisia; dan Staff Archeologist di penggalihan-penggalihan di Tel el-Hesi dan Bethsaida di Israel. Pengarang dari berbagai artikel akademis, dia telah menulis Ancient Egypt and the Old Testament dan Doing Archeology in the Land of the Bible untuk Baker Books. Dia adalah penyunting dari EP Study Commentary yang berseri di mana dia telah menulis dua volume yaitu tentang Kitab-kitab Kejadian dan Keluaran.

Page 7: Mengapa Aku Menderita?

Kepada Ibu Saya:

Olive “Mac” Currid (1924- )Penderita Alzheimer

Page 8: Mengapa Aku Menderita?
Page 9: Mengapa Aku Menderita?

Pengantar

Ada misteri besar dalam penderitaan manusia. Pertanyaan-pertanyaan mengenai eksistensi penderitaan manusia ini telah menghantui seluruh umat manusia sejak zaman dahulu. Di dalam teks Mesopotamia kuno yang disebut “Saya Akan Memuji Tuhan Sumber Hikmat,” misalnya, penulis meratapi situasinya yang ada di dalam kesusahan yang dahsyat, dan dia mencari jawaban dari para dewanya. Dia mengatakan:

… Saya telah menjadi seperti seorang tuli.… Pernah saya berkelakuan seperti seorang tuan, sekarang saya telah menjadi seorang budak.Kemarahan dari teman-teman saya menghancurkan saya.Hari mengeluh, malam meratap;Bulan bungkam, dukacita menahun.Saya sudah tiba, saya telah melampaui jangka hidup.Saya melihat sekitar saya: kejahatan demi kejahatan!Kesusahan saya bertambah, kebenaran saya tidak dapat temukan.Saya memohon kepada dewa, tetapi dia tidak mema-lingkan wajahnya;Saya berdoa kepada dewi saya, tetapi dia tidak

Page 10: Mengapa Aku Menderita?

10

Mengapa Aku Menderita?

mengangkat kepalanya…Dari manakah datangnya hal-hal jahat yang ada dimana-mana?

(Pritchard, Ancient Near eastern Texts, 434)

Apakah sebenarnya itu penderitaan? Mengapa orang-orang menderita? Bagaimana mungkin Allah mengizinkan penderitaan itu ada? Mengapa tampak ada penderitaan di mana-mana? Atau, mengutip pengarang Mesopotamia kuno di atas, “Dari manakah datangnya hal-hal jahat yang ada di mana-mana? Mengapa orang-orang benar menderita? Mengapa orang-orang yang tidak benar menjadi makmur?” Sebuah respons yang umum terhadap berbagai pertanyaan ini adalah apa yang saya sebut hikmat dogmatis. Ketika diperhadapkan dengan penderitaan Ayub, teman-temannya – Elifas, Bildad, dan Zophat – memegang cara pandang ini tentang hidup dan berbagai misteri di dalamnya. Hal ini dapat dengan jelas dilihat dari pernyataan Elifas di dalam respons pembukaanya terhadap kesusahan Ayub. Dia berkata:

Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan?Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.Mereka binasa oleh nafas Allah, dan lenyap oleh hembusan hidung-Nya. (Ayub 4:7-9)

Poin Elifas adalah sederhana dan langsung: orang-orang jahat menuai di dunia ini apa yang mereka tabur di dunia. Karena Ayub menderita, itu berarti bahwa dia mungkin telah

Page 11: Mengapa Aku Menderita?

11

Pendahuluan

melakukan sesuatu sehingga patut menerima kesengsaraan itu (bd. Ayub 8:4; 15:20-6). Dalam Ayub 22:1-11, Elifas memberi tuntutan spesifik terhadap Ayub tentang banyak perbuatan dosanya. Alasan mengapa Ayub sedang mengalami penderitaan, menurut temannya ini, adalah karena dosa-dosa spesifik berikut ini: dia telah menindas orang-orang miskin (ay.6) dan menolak memberi makan kepada mereka yang lapar (ay.7). Itulah sebabnya “engkau dikelilingi perangkap, dan dikejutkan oleh kedahsyatan dengan tiba-tiba. Terangmu menjadi gelap, sehingga engkau tidak dapat melihat dan banjir meliputi engkau” (ay.10-11). Cara pandang yang demikian tentang berjalannya alam semesta itu cukup menarik, sebab hal itu menggambarkan segala sesuatu sebagai yang hitam atau putih. Kejahatan melahirkan kejahatan, kebaikan melahirkan kebaikan. Itu memberikan satu rasa bahwa hidup adalah simetris. Hikmat dogmatis juga menyajikan dasar yang kuat bagi penghakiman etis: jika sesuatu yang baik terjadi kepada seorang, maka dia pasti pernah melakukan sesuatu yang baik untuk layak menerimanya. Jika dia menerima hal-hal yang jahat, di sisi lain, makan dia memperolehnya karena melakukan sesuatu yang jahat juga. Memang benar bahwa hidup seringkali berlaku demikian. Di dalam Kitab Suci, misalnya, Israel langsung dihukum dan menderita karena dosa penyembahan berhala. Ada hubungan yang langsung antara sebab dan akibat dalam hal ini. Masalahnya adalah bahwa hidup tidak selalu bekerja dengan cara demikian. Suatu episode dalam hidup Yesus mungkin dapat menolong untuk menjelaskan apa yang dimaksud di sini. Di Yohanes 9:1-3, kita membaca:

Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya

Page 12: Mengapa Aku Menderita?

12

Mengapa Aku Menderita?

kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” awab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”

Ketika mereka sedang melewati bait Allah dan mereka melihat seorang buta, murid-murid Yesus bereaksi dengan cara persis seperti teman-teman Ayub. Di situ ada seorang yang sangat menderita, apakah dosa yang menyebabkan dia menjadi buta? Pertanyaan ini merefleksikan suatu prinsip para rabi Yahudi zaman itu yang mengatakan, ‘Tidak ada kematian tanpa dosa, dan tidak ada penderitaan tanpa kejahatan.’ Pada tahap tertentu, hikmat dogmatis adalah benar; ada penderitaan di dunia karena dosa. Akan tetapi, di sisi yang lain hal itu tidak benar, maksudnya, adalah bahwa tidak semua penderitaan disebabkan karena dosa-dosa tertentu. Dan itulah yang dikatakan Yesus kepada murid-muridnya. Orang itu buta bukan karena suatu dosa yang dia atau orangtuanya perbuat, tetapi dia buta supaya Allah dapat dimuliakan ketika Yesus dengan ajaib menyembuhkannya. Maka, ada alasan-alasan lain untuk penderitaan melebihi formula dogmatis belaka tentang dosa tertentu yang menyebabkan penderitaan tertentu. Hikmat dogmatis menyangkali ketakterdugaan Allah dalam hal penderitaan. Jadi, misalnya, ada misteri yang besar di dalam Allah mengenai mengapa orang-orang benar menderita dan orang-orang jahat menjadi makmur. Faktanya adalah bahwa teman-teman Ayub salah. Banyak orang-orang jahat tidak menderita di dunia ini sama sekali, walaupun mereka telah melakukan banyak hal yang sangat mengerikan. Dan, sebaliknya, banyak orang-orang milik Allah yang sangat menderita dalam hidup mereka. Bagaimanakah kita dapat mengerti ketidakwajaran

Page 13: Mengapa Aku Menderita?

13

Pendahuluan

tersebut? Hikmat dogmatis tidak menyediakan jawaban-jawaban yang benar. Jadi, bagaimanakah kita mencapai pengertian yang tepat? Sejujurnya, ada banyak mengenai penderitaan yang kita tidak ketahui dan tidak dapat kita pahami. Hal ini mungkin tidak memuaskan, tetapi itu benar. Kita harus, bagaimanapun, dikuatkan dan dihibur oleh kata-kata Musa kepada orang-orang Israel, ‘Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini’ (Ul. 29:29). Dalam buku ini kita akan berusaha untuk mengerti apa yang telah diungkapkan kepada kita oleh Allah di dalam firman-Nya mengenai topik penderitaan. Kita akan mencoba untuk tidak melampaui apa yang diajarkan oleh Alkitab. Yang melampaui itu adalah misteri dari hal-hal rahasia yang hanya milik Allah. Adalah benar bahwa ketika kita mengalami penderitaan atau beban dari kesengsaraan, kita mungkin tidak dapat mengetahui mengapa. Dan Allah sesungguhnya tidak berkewajiban untuk mengatakan mengapa kita sedang menderita. Bagaimanapun juga, firman Allah menyediakan bagi kita dengan berbagai alasan mengapa manusia menderita dan memberikan banyak contoh pengajaran bagi kita. Maka, kita dipanggil untuk mengevaluasi hati kita ketika kita sedang berada di dalam kancah kesesakan. Kita perlu belajar tentang Allah dan bergumul dengan keadaan kita untuk melihat mengapa Dia sedang memperlakukan kita dengan cara yang demikian. Dan, bagi orang Kristen, kita perlu ingat bahwa Allah adalah penuh kasih dan perhatian terhadap umat-Nya, dan Dia mendatangkan segala sesuatu kepada mereka demi kebaikan dan kepentingan mereka. Seorang teman saya yang mengidap kanker, pernah berkata kepada saya, “Allah mendatangkan hal ini kepada saya,

Page 14: Mengapa Aku Menderita?

14

Mengapa Aku Menderita?

Dia telah mempercayakan hal ini kepada saya, karena Dia tahu bahwa saya membutuhkannya, bahwa ini adalah demi kebaikan saya.’ O, alangkah baiknya jika semua orang Kristen memiliki sikap yang demikian dalam perjalanan mereka bersama Kristus, dan semua umat Allah diajarkan untuk mengasihi Kristus dengan cara yang demikian!

Page 15: Mengapa Aku Menderita?

Bagian 1 :

Allah dan Bencana

Page 16: Mengapa Aku Menderita?

Supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.

(Yes. 45:6-7)

Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, telah menegakkan, menentukan, mengatur, dan memerintah semua ciptaan, tindakan, dan benda-benda, dari yang terbesar sampai ke yang terkecil, oleh kedaulatan-Nya yang paling berhikmat dan suci, menurut pra-pengetahuan-Nya yang tak bercacat, dan kehendak-Nya yang bebas dan tetap, demi kemuliaan hikmat, kuasa, keadilan, kebaikan, dan belas kasihan-Nya.

(Westminster Confession of Faith, Bab V:I)

Page 17: Mengapa Aku Menderita?

1

Penderitaan danKedaulatan Allah

Pada September 2001, seperti yang diketahui hampir semua orang, menara kembar di New York dihancurkan oleh tindakan terorisme yang keji. Harga malapetaka tersebut adalah milyaran dolar dan yang lebih penting, ribuan nyawa terhilang. Kejadian tersebut amat tragis dan menghancurkan daerah di negeri yang sudah berat tertimpa resesi ekonomi. Saya mengingat para penyiar televisi, dalam beberapa kejadian yang terpisah, bertanya kepada hamba-hamba Tuhan untuk beberapa bentuk penjelasan mengenai musibah tersebut. Mengapa hal yang mengerikan itu terjadi? Tanpa kecuali, mereka yang diwawancarai mengatakan bahwa Allah tidak terlibat dalam kejadian tersebut. Itu bukan kesalahan atau tanggungjawab-Nya. Itu hanyalah suatu kebetulan, suatu kejadian acak yang membawa kehancuran pada saat itu dan di tempat itu. Cara pandang tentang berlangsungnya alam semesta itu sudah umum pada zaman ini. Dalam buku yang laris berjudul When Bad Things Happen to Good People, Rabi Kushner

Page 18: Mengapa Aku Menderita?

16

Mengapa Aku Menderita?

menjelaskan perspektif tersebut dengan sangat jelas:

Seorang pengemudi yang mabuk mengemudikan mobilnya ke garis tengah jalan bebas hambatan dan bertabrakan. Ia dengan mobil Chevrolet berwarna hijau menabrak mobil Ford warna merah lima puluh kaki darinya. Sebuah baut mesin patah di penerbangan 205 sebagai pengganti penerbangan 209, menimbulkan tragedi pada sekelompok keluarga yang terpisah secara acak dari kelompok yang lain. Tidak ada pesan dalam semua hal seperti itu. Tidak ada alasan bagi orang-orang tersebut untuk lebih menderita dari pada orang lain. Hal-hal itu terjadi secara acak, dan acak adalah nama lain untuk kekacauan, di sudut-sudut dunia di mana cahaya kreatif Allah belum menembus. Dan kekacauan adalah jahat; bukan salah, bukan menginginkan dengki terhadap orang lain, namun bagaimanapun juga itu adalah hal yang jahat, karena dengan menyebabkan tragedi-tragedi secara acak, hal itu menghambat orang-orang untuk percaya kepada kebaikan Allah. (53)

Sangat penting untuk kita ketahui apa yang Kushner katakan itu, karena banyak orang (yang di dalam maupun di luar gereja) memegang cara pandang yang sama. Pertama-tama, Kushner membuktikan bahwa hal-hal yang buruk terjadi kepada orang-orang sebagai suatu kebetulan. Itu terjadi secara acak. Dengan kata lain, alasan mengapa ayah saya mengidap kanker dan mati adalah secara sederhana terkena-atau-tidak. Mengapa ibu saya jatuh dan mematahkan tulang pinggangnya adalah sebuah kecelakaan, sebuah kebetulan belaka. Kekuatan tak terlihat yang kacau ini di dalam alam semesta secara acak (seperti ‘lotere’) membunuh ayah saya dan mematahkan tulang pinggang ibu saya.