Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Maximizing Dual Bronchodilator (LABA/LAMA)
for COPD Patient
Amira Permatasari Tarigan
KONKER XVI Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Solo, 13 September 2019
1
Pendahuluan
2
GOLD 2019
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
“Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease”
• Saat ini PPOK adalah penyebab kematian ke-4 di dunia1, dan perkiraan
menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia tahun 2020.
• Diperkirakan kematian terkait PPOK 3 juta orang pada tahun 2012 (6%
dari total kematian), akan meningkat sebanyak 4.5 juta pada tahun 2030.
(GOLD 2019)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
“Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang umum, dapat
dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan dan
keterbatasan aliran udara yang persisten disebabkan oleh kelainan
saluran napas dan / atau alveolar yang biasanya diakibatkan oleh
paparan signifikan partikel atau gas yang berbahaya.”
3
Bronchodilators: the cornerstone of COPD treatment
(GOLD 2019)
• Reduce exacerbations
• Reduce breathlessness
• Improve day and night symptoms
• Reduce the need for rescue medication
• Improve quality of life
• Inhibit dynamic hyperinflation and improve exercise capacity
• Improve FEV1 and reduce bronchoconstriction
FEV1 = forced expiratory volume in 1 second
Mekanisme kerja β-2 Agonis: Reseptor β-2 di saluran napas
Golongan β2 agonis berdasarkan kelarutan dan durasi kerjanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Agonis β2 kerja singkat (short acting β2 agonis- SABA)
- Salbutamol, Terbutalin, Fenoterol
2. Agonis β2 kerja lama (long acting β2 agonis- LABA)
- Salmeterol, Formeterol
3. Agonis β2 ultra long acting
- Indacaterol, Vilanterol, Olodaterol
KONSEP BARU LABA: Indacaterol (Ultra LABA)
• Lama durasi : efikasi bronkodilator berkelanjutan dalam 24 jam, serta dosis pemberian dapat diberikan 1X sehari.
• Onset kerja cepat
• Efikasi yang lebih baik dibanding golongan LABA yang lain
• Mempunyai keamanan dan toleransi yang baik
Mekanisme Kerja Antikolinergik: Reseptor asetilkolin muskarinik pada otot saluran napas dan saraf parasimpatik:
RESEPTOR MUSKARINIK
Petter Olsson and Pankaj Goyal | November 2016 | GOLD 2017 Revision |
Confidential – For Internal Use Only 9
Golongan anti muskarinik ini dibagi atas 2 berdasarkan onset kerja, yaitu :
1. Short Acting Muscarinic Antagonists (SAMA)
- Ipratropium bromide
2. Long Acting Muscarinic Antagonists (LAMA)
-Tiotropium bromide : reseptor M1- M3
10 kali lebih baik dari Ipratropium.
- Glycopyronium :
kecepatan 4-5 kali untuk berikatan dengan reseptor M3 dibandingkan
dengan yang lain sehingga onset kerjanya paling cepat dibandingkan
yang lain, lama kerja 24 jam
efek antiinflamasi mengurangi jumlah sel netrofil, MMP, sel sitokin
efek mengurangi sekresi mucus M3 dan MUC5AC
Beberapa kombinasi LABA dan LAMA yang dipakai sekarang :
LABA LAMA FDC Development
Phase Dosing Inhaler Company
Indacaterol Glycopyrronium Approved (Ultibro®)
in EU, Japan
110/50 µg once daily
Breezhaler® Novartis
Vilanterol Umeclidium Approved (Anoro®)
in USA, EU
62.5/25 µg once daily
ELLIPTA® GSK,
Theravance
Formoterol Aclidinium Positive Opinion (Duaklir®)
in EU
400/12 µg twice daily
Genuair® Almiral, Forest
Olodaterol Tiotropium Filed in EU and USA 5 µg/5 µg once daily
Respimat® Soft Mist® Boehringer Ingelheim
Formoterol Glycopyrronium Phase II Trials Twice Daily Pressurized Hyfrofluroalkana
(HFA MDI) AstraZeneca
Mekanisme alternatif β-2 dan muskarinik
(Patalano, F., et al. Eur Respir Rev 2014; 23: 333–344)
Penilaian pasien PPOK berdasarkan GOLD 2019
13
Eksaserbasi sedang ke
berat
≥2 atau ≥1 hingga
di rawat di rumah
sakit
0 atau 1 tidak di
rawat di rumah
sakit
mMRC 0-1
CAT <10
mMRC ≥2
CAT ≥10
Ris
iko
Gejala
Tujuan utama terapi pada pasien PPOK
14
GOLD 2019
dan
• Mencegah progresivitas penyakit • Mencegah dan mengobati
eksaserbasi • Mengurangi mortalitas
• Meringankan gejala • Meningkatkan toleransi olah-raga • Meningkatkan status kesehatan
Mengurangi risiko
Mengurangi gejala
Tata laksana PPOK GOLD 2019: Terapi farmakologi awal
15
B
Tata laksana PPOK GOLD 2019: Follow up treatment
Kadar eosinophil pada darah (sel/µL)
*pertimbangkan jika eos ≥300 atau
eos≥100 DAN ≥2 eksaserbasi
sedang/1 rawat inap
**pertimbangkan de-eskalasi atau
penggantian terapi jika terjadi
pneumonia, adanya penggunaan
indikasi tidak sesuai, atau respon
kecil terhadap ICS
Tata laksana PPOK GOLD 2019: Follow up treatment
Kadar eosinophil pada darah (sel/µL)
*pertimbangkan jika eos ≥300 atau
eos≥100 DAN ≥2 eksaserbasi
sedang/1 rawat inap
**pertimbangkan de-eskalasi atau
penggantian terapi jika terjadi
pneumonia, adanya penggunaan
indikasi tidak sesuai, atau respon
kecil terhadap ICS
LABA Indacaterol
18
Indakaterol memiliki mula kerja cepat vs tiotropium
• FEV1 pada 5 menit post-dose di hari pertama pada pasien pengguna Indakaterol berbeda signifikan dibandingkan dengan Tiotropium (p<0.001)
• Perbedaan ini tetap signifikan pada 30 menit (p<0.001) dan 1 jam (p<0.01) post dose.
19
Buhl, L. Eur Respir J. 2011
INTENSITY Study
Indakaterol superior secara signifikan terhadap salmeterol, FEV1 pada minggu-12 & -26
• 5 menit post-dose pada hari-1 Indakaterol lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan salmeterol (p<0.001)
20
Kornmann, O. et al., Eur Resp Jour. 2011
Data are least squares means with 95% confidence interval vs placebo. ***p<0.001 vs placebo; †††p<0.001 vs salmeterol. The dotted line shows the prespecified
120 mL clinically important difference vs placebo. Patient numbers analyzed at Day 2, Week 12 and Week 26, respectively, were 317, 320 and 300 (Indakaterol),
320, 317 and 291 (salmeterol), and 321, 316 and 274 (placebo). FEV1 = forced expiratory volume in 1 second.
INLIGHT-2 Study
Indakaterol memiliki mula kerja lebih cepat vs SFC dan Salbutamol
• FEV1 pada 5 menit post dose pada Indakaterol berbeda secara signifikan dibandingkan dengan SFC, bahkan tetap lebih tinggi secara numerik dibandingkan Salbutamol (SABA).
Data are LSM **p<0.01, ***p<0.001 Balint, B. Int. J. COPD. 2010
INSURE Study
21
Indakaterol memiliki onset cepat dan bertahan selama 24 jam
22
†p<0.05 for Indakaterol 150 µg vs tiotropium at −50 to 30 min, 12 h and 23 h 10 min
p<0.05 for Indakaterol 300 µg vs tiotropium at 5 min
Data are LSM and SE Vogelmeier, C., et al., Resp. Res., 2010
INTIME Study
Indakaterol menurunkan sesak dan meningkatkan kualitas hidup dibandingkan dengan Tiotropium
• Pasien pengguna Indakaterol megalami penurunan sesak dibandingkan dengan tiotropium, dilihat dari peningkatan skor TDI (p<0.001) dan penurunan skor SGRQ (p<0.001) pada minggu ke-12
TDI: Transitional Dyspnea Index SGRQ: St George’s Respiratory Questionnaire Buhl, L. Eur Respir J. 2011
INTENSITY Study
23
24
Fixed Dose
Combination
LABA/LAMA Indacaterol/Glycopyrronium
IND/GLY menunjukkan onset cepat bronkodilatasi cepat dan menetap pada hari ke-1
• superior terhadap plasebo dan tiotropium pada setiap titik waktu penilaian (p <0,001)
• superior terhadap indacaterol pada setiap titik waktu penilaian (p<0,01), kecuali pada 5 menit post-dose;
• superior terhadap glycopyrronium pada setiap titik waktu penilaian (p <0,05), kecuali 1 jam post-dose
Bateman, D., et al., Eur Respir J 2013
IND/GLY
n=66
Indakaterol
n=64 Tiotropium
n=70
Glikopironium n=63
Plasebo
n=31
SHINE Study
IND/GLY dapat menurunkan risiko eksaserbasi sedang-berat sebesar 12 % vs Glikopironium dan 10% vs Tiotropium
SPARK Study
IND/GLY secara signifikan menunda waktu pertama kali terjadinya eksaserbasi vs SFC
Wedzicha JA, et al. N Engl J Med 2016
27
0 6 12 19 26 32 38 52 45 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Perc
enta
ge o
f p
atie
nts
wit
h e
ven
t (%
)
Time to events (weeks)
IND/GLY 110/50 μg q.d. SFC 50/500 μg b.i.d. HR (95% CI):
0.84 (0.78, 0.91), p<0.001
ALL
16% risk reduction
HR (95% CI): 0.78 (0.70, 0.86), p<0.001
MODERATE OR SEVERE
22% risk reduction
HR (95% CI): 0.81 (0.66, 1.00), p=0.046
SEVERE
19% risk reduction
FLAME Study
Switch to LABA/LAMA - Fungsi Paru
28
IND/GLY meningkatkan FEV1 pada minggu ke-16 setelah penggantian dari Tiotropium atau SFC (p<0.001)
Kaplan, A., et al., Int jour. of copd, 14, p.249.
POWER
Study
IND/GLY meningkatkan skor TDI pasien dari minggu ke-4 setelah penggantian dari Tiotropium dan SFC (p<0.001)
POWER
Study
Kaplan, A., et al., Int jour. of copd, 14, p.249.
Inhaler dan Eksaserbasi
31
Ringkasan Kesalahan Menurut Alat
32
15.4 21.2
29.3
43.8 46.9
32.1
0
10
20
30
40
50
60
Pat
ien
ts %
(9
5%
CI)
At least 1 critical error At least 1 critical error
HandiHaler® (n=598)
• Kesalahan kritis lebih sering terjadi pada perangkat yang tidak digerakkan
napas (pMDI dan soft mist) karena sinkronisasi tangan-paru yang buruk.
Breezhaler®
(n=876)
Diskus®
(n=452)
pMDI®
(n=422)
Respimat®
(n=625) Turbuhaler®
(n=420)
Molimard M, et al. Eur Respir J 2017;49.pii:1601794
pMDI, pressurized metered dose inhaler
Note: Kesalahan yang secara substansial mempengaruhi pengiriman dosis ke paru-paru, kurangnya inhalasi melalui corong
untuk semua perangkat, meniup perangkat sebelum inhalasi (untuk inhaler serbuk kering), didefinisikan sebagai Critical errors
Kesalahan kritikal berhubungan dengan eksaserbasi PPOK berat
33
• Proporsi pasien dengan eksaserbasi PPOK berat (dalam 3 bulan terakhir)
adalah dua kali lipat (6,9%) dengan adanya setidaknya satu kesalahan
kritis, dibandingkan dengan (3,3%), tanpa adanya kesalahan.
32.1
3.3
38.5
6.9
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Moderate-to-severe# exacerbation in past 3 months Severe exacerbation+ in the past 3 months
Pat
ien
ts %
(9
5%
CI)
No-error (n=794)
Critical error (n=975)
p<0.01
p<0.01
#exacerbation with antibiotherapy, corticotherapy, emergency room visit or hospitalization; + exacerbation with emergency room visits or hospitalization
Moderate to severe# exacerbation
in past 3 months
Severe exacerbation+
in past 3 months
COPD, chronic obstructive pulmonary disease
Molimard M, et al. Eur Respir J 2017;49.pii:1601794
Breezhaler® dirancang untuk pasien PPOK dari semua tingkat keparahan
COPD, chronic obstructive pulmonary disease; DPI, dry powder inhaler 1. Pavkov R, et al. Curr Med Res Opin 2010;26:2527–2533; 2. Ultibro® Breezhaler® EMA Summary of Product Characteristics. Last accessed 19 January 2017; 3. Chapman KR, et al. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis 2011;6:353–363
• Resistensi aliran udara rendah (0.07 cmH2O½L/min)1
• Cocok untuk berbagai pasien PPOK, bahkan mereka dengan keterbatasan aliran udara parah1
• Umpan balik memberi rasa percaya diri bahwa dosis penuh telah diambil2
• Breezhaler cenderung lebih disukai dibandingkan DPI lain (HandiHaler®)3
HEAR “klik” saat kapsul ditusuk dan bunyi
desing selama inhalasi
(Spinning capsule)
FEEL produk pada saat
terhirup karena adanya laktosa dalam formulasi
(Lactose taste)
SEE Kapsul transparan jingga &
bening kosong setelah terhirup, memastikan bahwa dosis penuh telah diminum
(Empty capsule)
1 2 3
Take Home Messages
• Penyesuaian terapi bronkodilator harus disesuaikan dengan kondisi pasien, LABA/LAMA memiliki peranan pada manajemen PPOK stabil
• Indakaterol menunjukkan peningkatan FEV1 secara signifikan di menit ke 5, dibandingkan dibandingkan dengan tiotropium dan salmeterol/fluticasone
• Kombinasi IND/GLY menunjukkan hasil yang superior dibandingkan LAMA dan LABA/ICS dalam penurunan risiko eksaserbasi, peningkatan FEV1, serta peningkatan TDI
• Penggantian langsung LABA/ICS atau LAMA ke LABA/LAMA, menunjukkan perbaikan hasil FEV1 dan Skor TDI secara signifikan
• Kesalahan kritis pada penggunaan inhaler dapat meningkatkan risiko eksaserbasi
Terima Kasih
36