Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
53
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DALAM INDUSTRI KREATIF
Oleh: RR. Ella Evrita H, SE, MM.
Abstract:
The development of Human Resource Management in Creative Industries, seen from the number of workers, is currently experiencing an increase, this can be seen from the existing data from 2013 and 2016. In 2013, the total number of workers in the Industrial sector creative amounted to 11,874,428 people. Activities in the economic sector in 2016 were able to absorb employment to reach 16.91 million people (14.28% of the National Kindergarten) or grew 5.95% compared to the previous year which only amounted to 15.9 million people (13.9% against National Kindergarten) with growth of around 5.22%. In addition, the GDP of the Creative Economy grew by 4.38 percent in 2015. The Creative Economy contributed 7.38 percent to the total national economy. Creative Economy is able to contribute significantly to national economic growth. In 2015, this sector contributed 852 trillion rupiah to national GDP (7.38%), absorbed 15.9 million workers (13.90%), and export value of US $ 19.4 billion (12.88%). Data also shows an increase in the contribution of the Creative Economy which is significant to the national economy from 2010-2015, which is 10.14% per year. This proves that the Creative Economy has the potential to develop in the future.
Keywords: Management, Human Resources, Creative Industries
I. PENDAHULUAN
Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang
terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri
kreatif juga dikenal dengan nama lain Industri Budaya (terutama di Eropa 1 atau
juga Ekonomi Kreatif.2 Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa
Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta
lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan
daya cipta individu tersebut. 3 Menurut Howkins, Ekonomi Kreatif terdiri dari
periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni
pertunjukkan, penerbitan, Penelitian dan Pengembangan (R&D), perangkat
lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video. 4
1 David Hesmondhalgh, (2002) The Cultural Industries, SAGE. 2 John Howkins,The Creative Economy: How People Make Money from Ideas,
Penguin. 3 https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kreatif di akses 15 September 2018. 4 John Howkins, Op.Cit.
54
Muncul pula definisi yang berbeda-beda mengenai sektor ini,5 Namun sejauh ini
penjelasan Howkins masih belum diakui secara internasional.
Industri Kreatif bisa disebut juga dengan sebuah aktifitas ekonomi yang
yang terkait dengan menciptakan atau penggunaan pengetahuan informasi. Di
Indonesia Industri Kreatif biasa disebut juga dengan Industri budaya atau
ekonomi kreatif. Industri kreatif tercipta dari pemanfaatan serta keterampilan
yang dimiliki oleh setiap individu untuk bisa membuat lapangan pekerjaan baru
dan juga bisa menciptakan kesejahtraan di daerah. Industri kreatif merupakan
hasil dari kreatifitas dan daya cipta setiap individu. Industri kreatif memberikan
peranan penting terhadap perekonomian suatu negara. Peran industri kreatif bisa
meningkatkan ekonomi secara global. Sebagian orang berpendapat bahwa
kreativitas manusia adalah sumber daya ekonomi utama. Sehingga saat ini
banyak sektor industri yang lahir dari kreatifitas dan inovasi dari setiap individu.
Di indonesia terdapat berbagai macam sektor yang termasuk kedalam industri
kreatif dan perkembangan setiap tahunnya semakin meningkat.6
Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan
dalam perekonomian, berbagai pihak berpendapat bahwa "kreativitas manusia
adalah sumber daya ekonomi utama"7 dan bahwa “industri abad kedua puluh
satu akan tergantung pada produksi pengetahuan melalui kreativitas dan
inovasi. 8 Berbagai pihak memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai
kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam industri kreatif.9 Bahkan penamaannya
sendiri pun menjadi isu yang diperdebatkan dengan adanya perbedaan yang
signifikan sekaligus tumpang tindih antara istilah industri kreatif, industri budaya,
dan ekonomi kreatif.10
Salah satu aktvitas yang penting dalam kegiatan Manajemen Sumber Daya
Manusia (SDM) adalah aktivitas Pengembangan SDM. Pengembangan SDM
merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis dan moral
5 David Hesmondhalgh, Loc.Cit. 6 https://agribisnis.co.id/industri-kreatif/ di akses 15 September 2018. 7 Richard Florida, The Rise of the Creative Class. And How It's Transforming
Work, Leisure and Everyday Life, Basic Books. 8 Bianchini, Charles, The Creative City, Demos. 9 DCMS (2001), Creative Industries Mapping Document 2001 (2 ed.), London, UK:
Department of Culture, Media and Sport; Lihat Juga David Hesmondhalgh, Loc.Cit. Selain itu juga lihat John Howkins, Loc.Cit. Serta UNCTAD, Creative Economy Report 2008, UNCTAD.
10 Hesmondhalgh, David (2002), Op.Cit.. Lihat juga UNCTAD, Op.Cit.
55
karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan
dan pelatihan, 11 Hal ini sejalan dengan pendapat notoatmodjo 12 yang
menyebutkan bahwa “dalam konteks pengembangan sumber daya manusia,
pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan intelektual
dan kepribadian manusia”. Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya untuk
meningkatakan kompetensi karyawan yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan
dan pendidikan.
Ekonomi kreatif berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan
mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual.
Berdasarkan hal tersebut, faktor manusia menjadi sangat berperan penting dan
menjadi modal utama untuk membuat aktivitas ekonomi yang menghasilkan satu
industri baru di mana inilah yang menjadi kekuatan utama dari industri kreatif.
Proses kreativitas berpikir, kreativitas bertindak, dan dilandasi pengetahuan
ekonomi yang baik maka akan lahir generasi kreatif yang bisa membuat dan
menghasilkan produk kreatif yang memiliki value atau benefit untuk masyarakat.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ekonomi kreatif menekankan pada
pentingnya keberadaan human capital. Berdasarkan hal tersebut maka kualitas
human capital haruslah diperhatikan dalam hal pengembangan ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif merupakan gelombang ekonomi ke empat setelah era
pertanian, era industri, dan era informasi. Ekonomi kreatif merupakan manifestasi
dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang
mana pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang
berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Ekonomi
kreatif merujuk pada buku ‖Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025:
Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015,‖ yang
diterbitkan oleh Kementrian Perdagangan RI merupakan era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock
of knowledge dari sumber daya manusianya sebagai faktor produksi utama
11 Malayu S.P. Hasibuan, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara, hlm. 69. 12 Soekidjo. Notoatmodjo, 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Rineka Cipta. hlm:16.
56
dalam kegiatan ekonominya. Dengan kata lain, perhatian utama ekonomi kreatif
adalah pada faktor human capital.13
Negara Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah,
berkembangnya industri manufaktur, pangsa pasar domestik yang potensial,
serta kuatnya tradisi demokratis dan artistik akan mampu membawa bangsa ini
menjadi salah satu negara dengan kekuatan industri kreatif yang nyata di dunia.
Ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif, di mana semakin berkembang
pada beberapa negara saat ini, diyakini dapat memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap kemajuan perekonomian bangsanya. Di Indonesia, yang
dimaksud dengan kontribusi terhadap perekonomian antara lain sebagai berikut:
Pertama, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut data
Badan Pusat Statistik (BPS) industri ini di Indonesia memberi kontribusi sebesar
7,28 % terhadap PDB pada tahun 2008 dan 7,8 % terhadap PDB secara rata-
rata dari tahun 2002 sampai 2008. Kontribusi industri kreatif terhadap PDB
sebagian besar berasal dari lapangan usaha fashion (3,7 %) dan kerajinan (1,9
%). Ke dua, penciptaan lapangan pekerjaan, data dari BPS menunjukkan bahwa
industri kreatif di Indonesia menyerap 7.686.410 tenaga kerja pada tahun 2008
dan rata-rata 7.391.642 tenaga kerja dari tahun 2002 sampai 2008. Secara rata-
rata dari tahun 2002 sampai 2008, industri kreatif menyerap 7,7 % total tenaga
kerja di industri. Dengan persentase sebesar tersebut, industri kreatif merupakan
industri kelima terbesar yang menyerap tenaga kerja setelah industri Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Jasa
Kemasyarakatan; dan Pengolahan.14
Ketiga adalah peningkatan kegiatan ekspor. Dalam kurun waktu tahun
2008-2010, industri kreatif mencatatkan kontribusi net trade yang dominan dan
selalu meningkat, berturut-turut sebesar 41,7%, 54,7%, 57,8% dibandingkan
dengan net trade nasional. Statistik ini menunjukkan bahwa industri kreatif
merupakan salah satu penopang peningkatan pendapatan masyarakat. Dan
sebagai salah satu sektor penyumbang devisa utama nasional, industri kreatif
memiliki peran penting dalam terciptanya stabilitas moneter nasional. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Jones et.al (2004) di Inggris menyatakan bahwa
13 Puteri Andika Sari, Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Human Capital,
Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan Tantangan, hlm. 11. 14 Puteri Andika Sari, Ibid, hlm. 12.
57
industri kreatif memberikan kontribusi terhadap ekonomi dan sosial pada level
nasional, regional, dan lokal; dan adanya tantangan bagi manajemen
perusahaan untuk memberikan dukungan dan promosi pada sektor industri ini.
Selain itu terdapat berbagai dampak yang ditimbulkan oleh ekonomi kreatif
terhadap suatu bangsa, yaitu menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun
citra dan identitas bangsa, berbasis pada sumber daya yang terbarukan,
menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif
suatu bangsa, memberikan dampak sosial yang positif. Oleh karena itu,
Indonesia pun mulai melihat berbagai subsektor yang terdapat dalam industri
kreatif sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat Indonesia memiliki
warisan budaya yang kaya dan sumber daya manusia yang kreatif.15
Pelatihan merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah
perilaku dan mengembangkan keterampilan, Pelatihan juga dapat didefinisikan
sebagai proses sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai
tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai
untuk melaksanakan kegiatan saat ini.16 Pada dasarnya tujuan pelatihan adalah
meningkatkan kompetensi peserta yang meliputi tiga ranah yaitu : 1)
pengetahuan atau kognitif, 2) keterampilan atau psikomotorik dan 3) sikap atau
afektif.17
Pada tahun 2015, Indonesia telah memasuki memasuki era ekonomi baru
di kawasan Asia Tenggara yaitu dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA). MEA adalah bentuk integrasi ekonomi negara-negara anggota
Asean menjadi satu pasar tunggal dan basis produksi. Salah satu dampak
pelaksanaan MEA adalah adanya kebebasan dalam arus barang, jasa, modal,
investasi dan tenaga kerja terampil ke negara-negara anggota ASEAN. Adanya
kebebasan tersebut, tentunya dapat menjadi peluang serta ancaman bagi
Industri yang berada di Indonesia. Salah satu Industri yang saat ini sedang
berkembang di Negara Indonesia adalah Industri kreatif. Industri kreatif adalah
15 Ibid, hlm. 12. 16 Veithzal Rivai, (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Raja
Grafindo, hlm. 212. 17 Agi Syarif Hidayat & Editya Nurdiana, Strategi Pengembangan SDM Industri
Kreatif Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada Tahun 2016, Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Universitas Bakrie, Jakarta. 2-3 Mei 2016, hlm. 196
58
industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat
individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui
penciptaan dan penciptaan daya kreasi dan daya cipta indvidu tersebut
(Kemenparekraf, 2014). Industri kreatif Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun ke tahunnya serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB.
Berikut ini merupakan Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010-2014:18
Tabel 1. Produk Domestic Bruto (PDB) Indonesia Tahun 2010-2014 Atas Dasar Harga
Berlaku (Milyar Rupiah)
No Sektor 2010 2011* 2012** 2013*** 2014 a)
1 Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
985470,5 1.091.447,3 1.190.412,4 1.303.177,3 1.436.246,6
2 Pertambangan
& Penggalian
719.710,1 879.505,4 970.599,6 1.001.485,3 1.096.142,3
3 Industri
Pengolahan
1.393.274,4 1.575.291.9 1.720.574.0 1.864.897,1 2.079.086.8
4 Listrik, Gas & Air
Bersih
49.119,0 56.788,9 65.124,9 72.497,1 87.305,2
5 Konstruksi 660.890,5 754.483,5 860.864,8 965.135,9 1.062.800,0
6 Perdagangan,
Hotell & Resto
682.286,8 804.473,3 905.151,5 1.024.379,2 1.156.988,9
7 Pengangkutan &
Komunikasi
417.527,8 484.790,3 541.930,4 631.278,6 741.359,4
8 Keuangan, Real
Estate & Jasa
Perusahaan
341.980,6 496.171,7 554.218,7 639.092,2 721.992,9
9 Jasa-Jasa 633.593,0 752.829,7 854.127,4 965.371,3 1.057.280,9
10 Ekonomi Kreatif 472.999,2 526.999,2 578,760,6 641.815,5 716.695,0
PDB Indonesia 6.446.851,9 7.422.781,2 8.241.864,3 9.109.129,4 10.155.916,2
Keterangan: Sumber: Pusdatin Kementerian Pariwisata, Desember 2014.
Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
*** Angka Sangat-Sangat Sementara
a) Angka Estimasi
Pada tahun 2014, PDB Industri kreatif adalah sebesar 10,1 triliun dan
berkontribusi 7,06 terhadap PDB Indonesia. Indutsri kreatf menjad sektor
ekonomi yang yang menyumbang terhadap PDB ke 6 terbesar pada tahun 2014.
Dibalik perkembangan yang semakin baik, masih terdapat berbagai tantangan
yang dihadapi oleh Industri kreatif dan menjadi isu strategis yang menarik. Tujuh
18. Agi Syarif Hidayat & Editya Nurdiana, Strategi Pengembangan SDM Industri,
Ibid. hlm. 194
59
isu strategis tersebut adalah (1) Ketersediaan sumber daya manusia kreatif yang
profesional dan kompetitif; (2) Ketersediaan bahan baku yang berkualitas,
beragam, dan kompetitif; (3) Pengembangan industri yang berdaya saing,
tumbuh dan beragam; (4) Ketersediaan pembiayaan yang sesuai, mudah
diakses, dan kompetitif; (5) Perluasan pasar bagi karya, usaha, dan orang kreatif;
(6) Ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif; dan (7)
Kelembagaan dan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan ekonomi
kreatif,19
Dari berbagai isu strategis diatas terdapat salah satu yang menarik yaitu
isu mengenai ketersediaan SDM kreatif yang professional. SDM merupakan
faktor produksi utama Industri kreatif, tanpa adanya SDM yang berdaya saing,
sangat sulit bagi Indonesia untuk megembangkan Industri kreatifnya. Mari
Pangestu menyebutkan bahwa "Sumber daya insani belum memadai dalam
kuantitas dan kualitas. Umumnya belajar otodidak, bukan diciptakan institusi-
institusi pendidikan formal/informal. Selain itu sumber daya insani terkonsentrasi
di kota tertentu saja.” (www.neraca.co.id). Selain itu masih terbatasnya kualitas
dan kuantitas lembaga pendidikan kreatif membuat lulusan SDM kreatif di
Indonesia sangat terbatas. Terbatasnya SDM dan Lembaga Pendidikan Kreatif
merupakan masalah utama dalam Pengembangan SDM Industri Kreatif di
Indonesia, sehingga diperlukan Strategi Pengembangan SDM Industri Kreatif
dalam rangka menghadapi MEA pada tahun 2016.
II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut diatas rumusan masalah dalam kajian ini
adalah : Bagaimana perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Industri Kreatif Media saat ini?
III. PEMBAHASAN
Industri kreatif adalah industri yang mengedepankan ide atau kekayaan
intelektual menjadi nilai tinggi dalam bidang ekonomi yang dapat menciptakan
kesejahteraan dan lapangan pekerjaan baru. Dengan begitu berdirinya industri
kreatif ini tidak terlepas dari orang-orang yang membangunnya, selain itu pula
antusias masyarakat untuk membantu menggerakan. Meskipun perkembangan
19 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2014). Ekonomi Kreatif: Rencana
Aksi Jangka Menengah 2015-2019. Jakarta : Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
60
industri di Indonesia telah berjalan 10 tahun, tidak menjadi gebrakan baru untuk
lebih maju. Hal ini, di picu salah satunya adalah pemahaman masyarakat pada
sektor ini yang masih minim, kebanyakan masyarakat masih belum mengerti
akan apa industri kreatif? Bagaimana prospek kedepannya dari industri kreatif
ini? Kenapa disebut industri kreatif? dan masih banyak lagi pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan seputar industri kreatif. Dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut menjadi suatu pekerjaan baru bagi pemerintah untuk menjawab,
sehingga dapat memunculkan suatu solusi untuk mengatasi pemetaan mengenai
industri kreatif. Pemerintah dan orang-orang didalamnya menjadi motor untuk
menyelesaikan problematika tersebut, banyak hal yang dapat dilakukan untuk
membangkitkan kembali industri kreatif dikalangan masyarakat, dengan senjata-
senjata jitu contohnya seperti media massa. Seperti yang telah kita ketahui
media massa mempunyai kekuatan untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran
kreatif yang diciptakan oleh manusia, yang lebih pas menampung aspirasi dan
pendapat masyarakat, selain itu media massa pun ikut andil dalam langkah juga
dampak negatif dan positifnya suatu industri kreatif tersebut.
Contoh industri kreatif misalnya, penerbitan, percetakan, periklanan, TV,
Radio, Film, Video, Fotografi, Kerajinan, Pasar barang seni, Desain, Fashion,
Arsitektur, Teknologi Informasi dan Jasa Perangkat Lunak. Semua itu, sering
tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Media massa sebagai alat
untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang industri kreatif.
Mengenalkan masyarakat akan hal yang selama ini tidak diketahui. Industri
kreatif ini jika dikembangkan dengan kreasi baru, seperti membuat pameran
kerajinan dan pasar seni, pameran fotografi. Hal seperti itu bisa dibuat besar
dengan adanya media massa didalamnya. Masyarakat cenderung lebih banyak
menonton TV daripada pergi ke pameran-pameran seni dan fotografi, maka jalan
tengahnya adalah perbanyaklah sosialisasi di media massa, bukannya hanya
membuat masyarakat memahami tentang industri kreatif tetapi mendorong
masyarakat untuk mencintai kesenian dan budayanya masing-masing, selain itu
menambah minat dan bakat masyarakat.
Jadi, industri kreatif pada mulanya harus difasilitasi dan yang pastinya harus
lebih disosialisasikan kepada masyarakat. Jangan sampai masyarakat sudah
memakai industri kreatif tetapi tidak mengetahui bahwa itu adalah industri kreatif.
Apalagi masyarakat yang tidak pernah berkecimpung dan mengetahui akan
61
hadirnya industri kreatif, mengkonsumsi juga tidak apalagi mengenal. Sungguh
miris sekali. Berdasarkan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa industri
kreatif memiliki potensi menjadi salah satu lapangan usaha yang dapat
dikembangkan untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
perekonomian nasional (PDB) dan pengurangan tingkat pengangguran. Dengan
itu, pemerintah diharapkan dapat dengan serius mengembangkan industri kreatif
agar dapat turut meningkatkan perekonomian nasional sekaligus memperkuat
pembangunan nasional. Salah satunya bangkitkanlah melalui media massa,
karena kekuatan di negara kita paling besar di dominasi oleh media massa.
Media massalah yang menentukan baik butuknya citra industri kreatif. Industri
kreatif adalah industri yang mengedepankan ide atau kekayaan intelektual
menjadi nilai tinggi dalam bidang ekonomi yang dapat menciptakan
kesejahteraan dan lapangan pekerjaan baru. Dengan begitu berdirinya industri
kreatif ini tidak terlepas dari orang-orang yang membangunnya, selain itu pula
antusias masyarakat untuk membantu menggerakan.
Meskipun perkembangan industri di Indonesia telah berjalan 10 tahun, tidak
menjadi gebrakan baru untuk lebih maju. Hal ini, di picu salah satunya adalah
pemahaman masyarakat pada sektor ini yang masih minim, kebanyakan
masyarakat masih belum mengerti akan apa industri kreatif? Bagaimana prospek
kedepannya dari industri kreatif ini? Kenapa disebut industri kreatif? dan masih
banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar industri kreatif. Dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi suatu pekerjaan baru bagi pemerintah
untuk menjawab, sehingga dapat memunculkan suatu solusi untuk mengatasi
pemetaan mengenai industri kreatif. Pemerintah dan orang-orang didalamnya
menjadi motor untuk menyelesaikan problematika tersebut, banyak hal yang
dapat dilakukan untuk membangkitkan kembali industri kreatif dikalangan
masyarakat, dengan senjata-senjata jitu contohnya seperti media massa. Seperti
yang telah kita ketahui media massa mempunyai kekuatan untuk
menyebarluaskan pemikiran-pemikiran kreatif yang diciptakan oleh manusia,
yang lebih pas menampung aspirasi dan pendapat masyarakat, selain itu media
massa pun ikut andil dalam langkah juga dampak negatif dan positifnya suatu
industri kreatif tersebut.
Jadi, industri kreatif pada mulanya harus difasilitasi dan yang pastinya harus
lebih disosialisasikan kepada masyarakat. Jangan sampai masyarakat sudah
62
memakai industri kreatif tetapi tidak mengetahui bahwa itu adalah industri kreatif.
Apalagi masyarakat yang tidak pernah berkecimpung dan mengetahui akan
hadirnya industri kreatif, mengkonsumsi juga tidak apalagi mengenal. Sungguh
miris sekali.
Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan,
dan kreativitas. Pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi kreatif dalam
dirinya masing-masing yang merupakan anugrah yang diberikan oleh Tuhan
YME. Menurut UK Government Task Force yang disitasi oleh Jones et.al (2004)
mengartikan industri kreatif sebagai berikut “those industries which have their
origins in individual creativity, skill and talent and which have a potential for
wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual
property”. 20 Kemudian pengertian industri kreatif hampir sama dengan yang
dirujuk oleh buku “Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana
Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015,” yang diterbitkan oleh
Kementrian Perdagangan RI, industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang
berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk
menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan
memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.21
Berdasarkan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa industri kreatif
memiliki potensi menjadi salah satu lapangan usaha yang dapat dikembangkan
untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional
(PDB) dan pengurangan tingkat pengangguran. Dengan itu, pemerintah
diharapkan dapat dengan serius mengembangkan industri kreatif agar dapat
turut meningkatkan perekonomian nasional sekaligus memperkuat
pembangunan nasional. Salah satunya bangkitkanlah melalui media massa,
karena kekuatan di negara kita paling besar di dominasi oleh media massa.
Media massalah yang menentukan baik butuknya citra industri kreatif.
1. 15 Sub Sektor Industri Kreatif di Indonesia
Di Indonesia, Industri kreatif sedang berkembang denga cepat, para ahli dan
pakar ekonomi menyatakan bahwa pedapatan negara sebagian disumbang
20 P. Jones, Comfort, D., Eastwood, I., Hillier D. (2004). Creative industries:
economic contributions, management challenges and support initiatives. Management Reseacrh News 27 (11), hlm. 134-145.
21 Puteri Andika Sari, Loc.Cit, hlm. 13.
63
oleh industri kreatif yang terus bertumbuh dan berkembang pada setiap saat.
Industri kreatif sendiri menurut Kementrian Perdagangan Indonesia adalah
industri yang berasal dari pemanfaatan aktifitas, ketrampilan serta bakat
individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan
menghasilkan dan mengekploitasi daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut. Industri kreatif saat ini memang memiliki peranan yang sangat
penting pada perekonomian suatu negara, bukan hanya di negara
berkembang seperti Indonesia. Hal ini tidak bisa dipisahkan karena industri
kreatif memiliki peran meningkatkan perekonomian sebuah negara secara
global. Industri kreatif erat hubunganya dengan tingkat kreativitas manusia
sebagai sumber daya utama penggerak roda perekonomian. Banyaknya
sektor industri kreatif yang tercipta adalah sebagai buah dari kreativitas dan
inovasi yang dikembangkan oleh seseorang. Setiap tahunnya,
perkembangan industri kreatif di Indonesia selalu bertambah dan
berkembang. Dalam perjalananya Pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi kreatif telah mengidentifikasi lingkup industri kreatif
yang terdiri dari 15 sub sektor, berikut merupakan penjelasan dari sub sektor
yang termasuk ke dalam industri kreatif.
1) Periklanan (Advertising)
Sub sektor induatri kreatif yang pertama adalah advertising atau dunia
periklanan. Advertisisng mencakup segala bentuk industri kreatif yang
bergerak dibidang jasa periklanan atau biasa juga disebut kmunikasi
satu arah dengan menggunakan medium tertentu. Kegiatan ini meliputi
proses kreasi atau pembuatan ide, operasi, dan distribusi dari
periklanan yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan
komunikasi periklanan, media periklanan luar ruang, produksi material
periklanan, promosi dan kampanye relasi publik. Selain itu, advertising
juga mecakup tampilan periklanan di media cetak (surat kabar dan
majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai
poster serta gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur
dan media reklame sejenis lainnya, distribusi serta penyewaan kolom
untuk iklan.
2) Arsitektur
64
Sub sektor industri kreatif selnjutnya adalah arsitektur, arsitektur sendiri
adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara
menyeluruh, baik dari level makro (town planning, urban design,
landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya
sebagai contoh industri ini bergerak dengan projek projek seperti
bangunan warisan sejarah, pengawasan konstruksi, perencanaan kota,
konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan
rekayasa mekanika dan elektrikal.
3) Pasar Barang Seni
Sub sektor industri kreatif ketiga adalah pasar barang dan seni.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang
asli khas suatu daerah, handmade, unik dan langka serta memiliki nilai
estetika seni dan sejarah yang tinggi melalui media lelang, galeri, toko,
pasar swalayan dan juga online melalui internet, prodk dari industri ini
biasanya berupa barang-barang musik, percetakan, kerajinan,
automobile, dan film.
4) Kerajinan (Craft)
Sub sektor seni selanjutnya adalah kerajinan atau juga biasa disebut
craft. Craft adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi
pembuatan, produksi dan distribusi produk yang dibuat atau dihasilkan
oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses
penyelesaian produknya langsung dari tangan pengrajin. Hasil dari
produk-produk kerajinan berupa barang kerajinan yang terbuat dari batu
berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam
(emas, perak, tembaga, perunggu dan besi), kaca, porselen, kain,
marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya
diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (Limited edition).
5) Desain
Sub sektor seni yang kelima adalah desain, Desain adalah kegiatan
kreatif yang terkait dengan kreasi menggunkan desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan
dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa
pengepakan.
6) Industri Pakaian (Fashion)
65
Sub sektor keenam adalah industri pakaian, kegiatan kreatif fashion
yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain
aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya,
konsultasi lini produk berikut distribusi produk fesyen. Pada dewasa ini
Indonesia kebanjira industri kreatif dibidang fashion muslim yang
berkembang sangat pesat dan memunculkan nama-nama baru yang
tentu saja berbakat.
7) Video, Film dan Fotografi
Sub sektor selanjutnya adalah industri video, film, dan fotografi, sama
halya dengan industri fashion yang berkembang pesat Kegiatan kreatif
yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta
distribusi rekaman video dan film sedang mengalami masa
pertumbuhan yang terbilang cukup pesat juga. Termasuk di dalamnya
penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi atau
festival film.
8) Permainan Interaktif (Game)
Sub sektor selanjutnya adalah industri game. Kegiatan kreatif yang
berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer
dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub-sektor
permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata
tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
9) Musik
Sub sektor selanjutnya adalah industri musik. Kegiatan kreatif yang
berkaitan dengan kreasi atau komposisi, pertunjukkan, reproduksi, dan
distribusi dari rekaman suara. Meski industri ini sempat meredu
terhalang oleh issue pembajakan kini pegiat seni musik menggunakan
media pembelian lagu di internet menggatikan besntuk fisik sebuah
album
10) Seni Pertunjukan (Showbiz)
Sub sektor kesepuluh dalah industri pertunjukan. Kegiatan kreatif yang
berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukkan.
Misalnya, pertunjukkan wayang, balet, tarian tradisional, tarian
kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk
66
musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukkan, tata
panggung, dan tata pencahayaan.
11) Penerbitan dan Percetakan
Sub sektor kesebelas adalah industri penerbitan dan
percetakan.Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan
penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta
kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup
penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil,
obligasi, saham dan surat berharga lainnya, paspor, tiket pesawat
terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-
foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi,
percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman
mikro film.
12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak (Software)
Sub sektor selanjutnya adalah industri komputer dan perangkat lunak.
Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi,
termasuk layanan jasa komputer, pengolahan data, pengembangan
database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan
analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti
lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
13) Televisi & Radio (Broadcasting)
Sub sektor ke tigabelas adalah industri pertelvisian. Kegiatan kreatif
yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara
televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya),
penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk
kegiatan station relay (pemancar) siaran radio dan televisi.
14) Riset dan Pengembangan (R&D)
Sub sektor selanjutnya adalah industri riset dan pengembangan.
Kegiatan kreatif terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan
penemuan ilmu dan teknologi, serta mengambil manfaat terapan dari
ilmu dan teknologi tersebut guna perbaikan produk dan kreasi produk
baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi
baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang berkaitan
67
dengan humaniora, seperti penelitian dan pengembangan bahasa,
sastra, dan seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
15) Kuliner
Sub sektor terakhir adalah industri kuliner.Kegiatan kreatif ini termasuk
baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri
kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk
makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya
di pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk
mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai
produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan
melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga
memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar
internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia
memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya
merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja,
kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat
keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai
ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola
pemikir cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati
masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon,
bordir dan usaha rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro,
gehu, batagor, bajigur dan ketoprak.
2. Perkembangan SDM Industri Kreatif di Indonesia Industri kreatif Indonesia mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya.
Perkembangan Industri kreatif Indonesia tidak terlepas dari keberadaan SDM
kreatif yang menggerakan Industri tersebut. Berikut ini adalah
perkembangan tenaga kerja Industri kreatif tahun 2010-2013:
No Sektor Uraian 2010 2011 2012 2013
1
Arsitektur
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 38.268 40.574 42.121 42.670
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.33 0.35 0.36 0.36
Laju Pertumbuhan (%) - 6.03 3.81 1.30
2
Desain
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 160.216 163.265 166.019 167.576
Distribusi TK menurut Sektor (%) 1.39 1.40 1.41 1.41
Laju Pertumbuhan (%) - 1.90 1.69 0.94
3
Film, Video & Fotografi
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 56.937 60.006 62.495 63.755
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.50 0.51 0.53 054
Laju Pertumbuhan (%) - 5.39 4.15 2.02
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 2.909.574 2.988.101 3.077.099 3.109.047
68
4 Kerajinan Distribusi TK menurut Sektor (%) 25.31 25.62 26.08 26.19
Laju Pertumbuhan (%) - 2.70 2.98 1.04
5
Kuliner
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 3.707.894 3.732.961 3.735.019 3.736.968
Distribusi TK menurut Sektor (%) 32.26 32.01 31.65 31.48
Laju Pertumbuhan (%) - 0.68 0.04 0.05
6
Mode
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 3.750.197 3.787.450 3.809.339 3.838.756
DistribusiTKmenurut Sektor (%) 32.63 32.48 32.28 32.33
Laju Pertumbuhan (%) - 0.99 0.58 0.77
7
Musik
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 50.612 53.127 55.030 55.958
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.44 0.46 0.47 0.47
Laju Pertumbuhan (%) - 4.97 3.58 1.69
8
Penelitian & Pengembangan
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 13.851 14.537 15.148 15.373
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.12 0.12 0.13 0.13
Laju Pertumbuhan (%) - 4.95 4.21 1.48
9
Penerbitan
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 490.422 496.067 503.925 505.757
Distribusi TK menurut Sektor (%) 4.27 4.25 4.27 4.26
Laju Pertumbuhan (%) - 1.15 1.58.036
10
Periklanan
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 17.816 19.146 20.050 20.600
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.16 0.16 0.17 0.17
Laju Pertumbuhan (%) - 7.46 4.72 2.74
11
Permainan Interaktif
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 22.443 23.181 23.729 23.928
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.20 0.20 0.20 0.20
Laju Pertumbuhan (%) - 3.29 2.37 0.84
12
Radio & TV
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 123.051 125.392 127.189 128.061
Distribusi TK menurut Sektor (%) 1.07 1.08 1.08 1.08
Laju Pertumbuhan (%) - 1.90 1.43 0.69
13
Seni Pertunjukan
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 72.010 75.494 79.131 79.258
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.63 0.65 0.66 0.67
Laju Pertumbuhan (%) - 4.84 3.49 1.44
14
Seni Rupa
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 14.956 15.163 15.237 15.269
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.13 0.13 0.13 0.13
Laju Pertumbuhan (%) - 1.39 0.49 0.21
15
Teknologi Informasi
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 65.627 67.438 69.037 69.451
Distribusi TK menurut Sektor (%) 0.57 0.58 0.59 0.58
Laju Pertumbuhan (%) - 2.76 2.37 0.60
Ekonomi Kreatif Jumlah Tenaga Kerja (orang) 11.496.875 11.661.900 11.799.568 11.874.428
Laju Pertumbuhan (%) - 1.46 1.18 0.62
Sumber : RAJM Kemenparekraf, 2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pada tahun 2013, total jumlah tenaga
kerja di sektor Industri kreatif berjumlah 11.874.428 orang. Sektor mode
menyumbang serapan tenaga kerja paling besar yaitu dapat menyerap tenaga
kerja sebanyak 3.838.756 orang atau sebasar 32,33%. Sedangkan seni rupa
menjadi sektor yang paling sedikit menyumbang serapan tenaga kerja yaitu
sebesar 15.269 orang atau sebesar 0.13%. Akan tetapi laju pertumbuhan jumlah
tenaga kerja kretaif dari tahun 2010 hingga tahun 2013 mengalami penurunan,
pada tahun 2013 perkembangan SDM kreatif hanya tumbuh sebesar 0,62%. Hal
ini tentunya menjadi fenomena yang sangat mengkhawatirkan karena pada
tahun 2015 Indonesia telah memasuki MEA, dimana kompetisi di Industri kreatif
akan menjad semakin ketat. Tanpa adanya SDM kreatif yang memadai, maka
69
Industri kreatif akan tergerus oleh Industri kreatif dari Negara lain.22 Data Tahun
2014, Penduduk yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif, Data Tahun 2015,
Penduduk yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif 15.959.590.23
Data lain menyatakan, Industri kreatif kini menjelma menjadi sektor ekonomi
yang semakin gemilang di Indonesia. Kontribusinya terhadap perekonomian
negara makin signifikan. Menariknya, industri kreatif di Indonesia bertumbuh
secara unik. Industri ini tumbuh kuat ditopang oleh kehadiran kelas menengah.
Pelaku industri ini juga mampu memahami dan selalu adaptif terhadap minat dan
perubahan selera pasar. Hasilnya, produk-produk industri kreatif yang hadir ke
pasar selalu inovatif, segar dan disukai konsumennya. Maraknya para pelaku
industri kreatif juga terbukti mampu menciptakan lapangan kerja baru sekaligus
membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga di tengah berbagai ancaman
pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor industri saat ini. Itu
sebabnya, dalam beberapa tahun terakhir industri kreatif berhasil menjelma
menjadi kekuatan ekonomi baru (new economy) di Indonesia. Karena, tidak
sedikit dari hasil produk industri kreatif Indonesia yang diekspor ke manca
negara.24
Saat menghadiri acara peresmian Konferensi Internasional Industri
Kreatif atau International Conference Creative Industry (ICCI) 2015 di Denpasar,
Bali, 11 Agustus 2015 lalu, Menteri Perindustrian Saleh Husin memaparkan,
industri kreatif di Indonesia tumbuh 5,76 persen atau tumbuh di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74 persen. Kontribusi industri kreatif
terhadap perekonomian RI mencapai 7 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Jika dirupiahkan, nilainya mencapai Rp 641,8 triliun. Industri ini mampu
memberikan lapangan kerja bagi sedikitnya 11,8 juta orang dari sekitar 5,4 juta
total unit usaha kreatif yang eksis di Tanah Air saat ini. Realisasi ekspor industri
kreatif di subsektor kerajinan mencapai 11,81 persen, diikuti subsektor fesyen
7,12 persen, periklanan 6,02 persen dan arsitektur 5,59 persen. Pendapatan dari
hasil ekspor sektor industri kreatif mencapai Rp 118 triliun atau 5,7 persen dari
total nilai ekspor nasional. Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Ricky Pesik saat
22 Agi Syarif Hidayat & Editya Nurdiana, Loc.Cit. 23 Be Kraf, Data Statistik dan Hasil Survei, Ekonomi Kreatif, Kerjasama Badan
Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik 24 Lihat http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/03/10/menangkap-peluang-besar-
industri-kreatif-di-era-digital di akses 15 September 2018.
70
tampil sebagai pembicara di acara gathering media dan blogger ‘Industri Kreatif
Pada Era Digital’ di kantor pusat JNE di kawasan Tomang, Jakarta Barat,
Desember 2015 lalu, menyatakan, tren geliat industri kreatif tidak hanya terjadi di
Indonesia, tapi juga di sejumlah negara lain. Mengutip data United Nations
Conference on Trade and Development (UNCTAD), Ricky Pesik menyatakan,
sejak 2002 sampai 2011 ekonomi kreatif secara global tumbuh 134 persen.
Subsektor ekonomi ini memberi kontribusi 6,1 persen pada perekonomian dunia.
Melalui Badan Ekonomi Kreatif yang baru saja dibentuk, Ricky Pesik berjanji
akan terus mendorong pertumbuhan industri ini agar memberi kontribusi lebih
signifikan lagi bagi perekonomian RI, termasuk membantu penciptaan lapangan
kerja baru. Jika kita identifikasi, selain oleh peran konsumen kelas menengah,
bertumbuhnya industri kreatif di Indonesia terjadi karena empat faktor kunci.
Pertama, pengguna seluler dan layanan data yang terus tumbuh. Kedua,
pertumbuhan jumlah pengguna beragam platform sosial media.
Ketiga, tumbuhnya industri e-commerce, termasuk marketplace berbasis
online. Keempat, dukungan yang kuat industri jasa kiriman ekspres dan logistik
di sektor hulu dan hilir.25
Tumbuhnya pengguna layanan data. CEO Group JNE Abdul Rahim Tahir
mendeskripsikan, populasi pengguna ponsel d Indonesia saat ini mencapai 260
juta orang. Angka ini melebihi jumlah penduduk Indonesia yang kini berjumlah
sekitar 255,5 juta jiwa. We Are Social, sebuah lembaga riset dan marketing
berbasis di Singapura, dalam publikasi hasil riset tentang pengguna internet di
Asia Tenggara bulan November 2015 lalu menyebutkan data pengguna yang
lebih besar lagi. Menurut lembaga riset ini, total pengguna ponsel di Indonesia
mencapai 125 persen atau ekuivalen dengan 318,5 juta nomor dari total populasi
penduduk Indonesia yang mencapai 255,5 juta orang.26
Maraknya pengguna social media. Total jumlah pengguna internet
menurut We Are Social di Indonesia per November 2015 mencapai 88,1 juta
orang. Angka ini merepresentasikan 34 persen dari total penduduk. Hasil riset
We Are Social juga menyebutkan, total pengguna aneka platform media social
seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan Path di Indonesia mencapai 79 juta
orang atau 31 persen dari total populasi penduduk. Lembaga ini juga
25 Lihat http://www.tribunnews.com, Ibid. 26 Ibid.
71
menyebutkan, total pengguna mobile social, yakni platform social media berbasis
smartphone seperti BlackBerry Messenger, Whatsapp, Line dan lain-lain,
mencapai 67 juta pengguna. Tak terbantahkan, pertumbuhan pengguna platform
social media membuat banyak orang terpantik ide kreatifnya untuk mencari
sumber penghasilan. Mereka ikut terjun memasarkan aneka produk kreatif
dengan memanfaatkan jejaring pertemanan yang mereka miliki. Indikator
sederhananya, adalah banyaknya produk industri kreatif hadir ditawarkan di
halaman beranda akun media social kita. Misalnya, di Facebook. Beragam
produk, mulai dari fashion & apparel, aksesoris, sampai makanan dalam
kemasan, bahkan bibit tanaman dan binatang piaraan (pet) ditawarkan di sana.
Hal serupa juga dengan mudah kita temukan di platform mobile social seperti
BlackBerry Messenger atau Whatsapp. Hadirnya beragam portal marketplace
sejak beberapa tahun terakhir ikut menopang pertumbuhan industri kreatif di
Indonesia. Platform marketplace seperti Bukalapak.com, Tokopedia, OLX dan
Elevenia mampu memberikan lahan baru baru para pelaku industri kreatif untuk
menghubungkan mereka dengan pelanggan, serta menjangkau pelanggan
dengan spektrum yang lebih luas lagi. Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga
mancanegara. Achmad Zaky, CEO Bukalapak.com yang juga hadir sebagai
pembicara di gathering media dan blogger 'Industri Kreatif di Era Digital' di kantor
pusat JNE menyatakan, masyarakat Indonesia kini semakin melek pada dunia
digital. Tren ini sangat membantu mengatasi berbagai hambatan bagi
pengembangan industri kreatif di Tanah Air. Zaky menyebutkan, hadirnya
platform e-commerce seperti Bukalapak.com mampu membantu pelaku industri
kreatif, terutama yang berskala kecil dan menengah (UKM) mendapatkan akses
pasar baru yang lebih luas.27
Dia mencontohkan, UKM yang telah bergabung di Bukalapak.com bisa
merengkuh konsumen baru dari mana saja di belahan bumi melalui internet.
Menurut Achmad Zaky, sampai Desember 2015 lalu, sudah 500 ribu lebih UKM
industri kreatif telah bergabung di Bukalapak. Rata-rata omset penjualan bulanan
mereka mencapai Rp 5 juta dengan pertumbuhan omset penjualan yang terus
positif. Selain menyediakan akses pasar yang lebih luas dan membantu
membangun networking, hadirnya situs marketplace juga berkontribusi
27 Lihat http://www.tribunnews.com, Ibid.
72
mengedukasi pelaku dan pemasar produk industri kreatif tentang metode dan
strategi pemasaran produk. Termasuk juga, edukasi tentang pentingnya menjaga
konsistensi kualitas produk, manajemen pengiriman barang pesanan pelanggan
secara tepat waktu, menindaklanjuti komplain yang masuk, dan sebagainya. Lila
Nirmandari, Chief Financial Officer (CFO) Elevenia dalam perbincangan dengan
Tribun di Jakarta, baru-baru ini, menyatakan, insiatif membangun engagement
antara penyedia marketplace dengan pelaku industri kreatif di Elevenia sangat
penting. Ini karena relasi tersebut mampu menciptakan kerjasama saling
menguntungkan jangka panjang bagi kedua pihak. Lila menyebutkan, secara
berkala pihaknya memberikan edukasi kepada industri kreatif dari kelompok UKM
tentang bagaimana mengelola produk yang dipasarkan lewat Internet. "Kita
mengajari mereka bagaimana mengelola e-mail sampai menjaga konsistensi
kualitas produk," jelas Lila. Usaha yang konsisten ini membuahkan hasil.
Sepanjang 2015 lalu, nilai penjualan total di Elevenia tumbuh 4 kali lipat dengan
membukukan angka Rp 3,5 triliun. Sebagian dari nilai penjualan tersebut
dikontribusi oleh produk industri kreatif dari UKM.28
Dukungan kuat industri jasa kiriman. Yang tak boleh dipandang sebelah
mata adalah peran industri jasa pengiriman dan logistik seperti PT Tiki Jalur
Nugraha Ekakurir (JNE). Andil industri ini sangat besar dalam mendukung
pertumbuhan industri kreatif di Tanah Air. Merekalah yang menghubungkan
pelaku industri kreatif (penjual) dengan pelanggan, hingga pelosok kecamatan di
Nusantara. Tanpa peran industri jasa pengiriman seperti yang digeluti JNE,
produk yang dipasarkan industri kreatif, baik yang mereka pasarkan secara
mandiri maupun melalui marketplace, tak akan sampai ke konsumen. Sejumlah
jenis layanan jasa pengiriman JNE selama ini berkontribusi kuat dalam
mendukung tumbuh kembang industri kreatif di Tanah Air. Misalnya, Pesona.
Produk jasa pengiriman yang merupakan singkatan dari Pesanan Oleh-oleh
Nusantara ini merupakan produk jasa kiriman yang unik dan merupakan
terobosan penting JNE dalam memajukan industri kreatif berbasis kuliner.
Layanan yang diperkenalkan ke pasar sejak 2010 lalu ini berhasil membantu
pelaku industri kreatif di bidang kuliner menjangkau pasar yang lebih luas lewat
aneka produk olahan dan jajanan khas yang menjadi ikon sebuah daerah.
28 Lihat http://www.tribunnews.com, Ibid.
73
Pesona hadir sebagai produk yang menyediakan akses dua arah. Dari sisi
pelanggan, Pesona memungkinkan pelanggan JNE memesan jenis oleh-oleh
tertentu yang mereka minati secara online. Lalu, JNE langsung memproses
pesanan tersebut lalu mengirimkannya ke pemesan. Di bisnis layanan ini, JNE
telah merangkul ratusan pengusaha kuliner khas daerah.
Produk-produk layanan kiriman JNE lainnya, seperti Reg (antaran Reguler)
OKE (Ongkos Kirim Ekonomis), SS (Super Speed) dan YES (Yakin Esok Sampai)
sangat familiar di kalangan pelaku industri kreatif dalam mengirimkan barang
pesanan ke pelanggan. Begitu juga produk antaran JNE lainnyan seperti
PELIKAN (Pengiriman Lintas Kawasan). Nyatanya, bisnis layanan kiriman seperti
yang JNE geluti tidak hanya menyasar segmen pelaku dan pemasar produk
kreatif berskala rumahan dan menengah (UKM). Tapi juga segmen korporat,
termasuk klien-klien besar seperti perusahaan marketplace yang jenis barang
kirimannya sangat beragam, mulai dari produk fashion, aksesoris, produk
kesehatan dan kecantikan, sampai ke aneka kerajinan, minat dan hobi, dan lain-
lain. Satu diantara marketplace yang mempercayakan kiriman barang ke
pelanggan kepada JNE adalah Elevenia. "Selama ini JNE menjadi major partner
kami. Layanan antaran JNE selama ini memuaskan, terutama tersedianya fitur
tracking kiriman," kata Madeleine Ogn De Guzman, Vice President Elevenia
kepada Tribun di Jakarta, baru-baru ini. "Fitur ini sangat membantu kami
mengetahui alur pengiriman barang kami sampai ke tangan konsumen. Fitur ini
juga membantu kami mengukur tingkat kepuasan pelanggan," imbuhnya.
"Kualitas packing yang diberikan JNE juga bagus," lanjut Madeleine. Dalam
business update di depan media dan blogger Desember 2015 lalu, Presiden
Direktur JNE Abdul Rahim Tahir menyebutkan, setiap bulan JNE melayani 12
juta kiriman barang atau rata-rata 400.000 kiriman per hari. Dengan kekuatan
networking-nya, JNE saat ini memiliki 5.000 titik layanan yang menjangkau
seluruh kecamatan di Tanah Air, dan melayani pengiriman ke 212 negara
dengan dukungan 30.000 agen dan karyawan. Menurut Komunikasi Pemasaran
JNE Mayland Hendar Prasetyo, selama 2015 pengiriman barang di JNE
bertumbuh 39 persen dari yang pencapaian di 2014. "Sebanyak 60 hingga 70
74
persen dari total jasa kiriman yang ditangani ini berasal dari para pelaku bisnis e-
commerce," kata dia.29
Banyak Peluang Bisa Digarap. Meski kini banyak pemain yang terjun di
industri kreatif, pasar industri kreatif belum jenuh. Pasar masih bisa terus
bertumbuh seiring dengan tren masyarakat Indonesia yang semakin digitalized.
Seperti dituturkan Abdul Rahim Tahir, dengan 74 juta pengguna Internet dan 260
juta pengguna telepon seluler saat ini, bisnis industri kreatif di era digital masih
menawarkan peluang sangat besar untuk digarap. Apalagi, pertumbuhan
penduduk kelas menengah di Indonesia saat ini terus terjadi. Di 2020 nanti,
jumlah warga kelas menengah di Indonesia diprediksi naik menjadi 141 juta dari
posisi 74 juta kelas menengah di 2013. "Mereka merupakan pasar potensial yang
menarik digarap," sebut Abdul Rahim Tahir. Tahun ini saja, potensi pasar
konsumen online shop, menurut estimasi Abdul Rahim Tahir, mencapai 8,7 juta
orang. Angka ini naik nyaris 2 kali lipat dari 4,6 juta online shopper di 2013.
Sementara, perputaran uang di bisnis e-commerce sepanjang 2016 ini
diproyeksikan mencapai 4,49 juta dolar AS atau tumbuh lebih dari 2 kali lipat
perputaran uang di e-commerce di sepanjang 2013 yang baru sekitar 1,8 juta
dolar AS.30
Jangan Berhenti Berbenah. Mengantisipasi peluang yang terbuka begitu
lebar dan pasar e-commerce yang semakin mature, para pelaku bisnis jasa
kiriman perlu terus berbenah. JNE, menurut Abdul Rahim, juga melakukan hal
tersebut. Antara lain dengan melakukan penyempurnaan website JNE,
peluncuran aplikasi mobile JNE App, dan pengembangan escrow account
system (rekening bersama untuk menampung sementara lalu transaksi dan
pembayaran). "Tahun ini kami menginvestasikan dana lebih dari Rp 55 miliar
untuk belanja IT (teknologi informasi," kata Abdul Rahim. Anggaran tersebut
dialokasikan untuk pembelian lisensi IT dari vendor Oracle, pengembangan data
center di Jakarta dan Surabaya serta pengembangan infrastruktur IT lainnya.
Total investasi yang JNE belanjakan di tahun 2016 ini mencapai Rp 400 miliar
lebih. Selain untuk pengembangan infrastruktur pendukung, juga untuk
menambah jumlah armada kiriman, membangun warehouse baru dan
otomatisasi sistem di internal JNE. Langkah JNE meluncurkan berbagai layanan
29 Lihat http://www.tribunnews.com, Ibid. 30 Ibid.
75
baru dalam 7 Magnificent, satu diantaranya aplikasi mobile My JNE, lewat
sebuah acara yang dihadiri jurnalis dan blogger di kawasan Epicentrum, Jakarta,
baru-baru ini juga tepat dan mendapatkan momentum yang pas.31
Karena, industri kreatif dan industri terkait dengan dunia digital di Indonesia
saat ini sudah semakin matang dengan pelaku yang terlibat di dalam industri ini
yang semakin membesar. Hal itu ditunjang oleh terus tumbuhnya aplikasi mobile
berbasis smartphone. Kun Arief Cahyantoro, pengamat e-commerce asal Institut
Teknologi Bandung (ITB) memprediksi, pertumbuhan aplikasi mobile
diperkirakan bisa mencapai 45 persen. Apalagi, seperti dinyatakan CEO Lazada
Indonesia Magnus Ekbom, sekitar 85 persen pengguna smartphone di Indonesia
memiliki 10-15 aplikasi mobile. Sekitar 10 persen pengguna smartphone memiliki
lebih dari 40 aplikasi mobile. Aktivitas digital yang akan terus tumbuh inilah yang
saat ini dan ke depannya akan berdampak langsung pada perkembangan
industri kreatif dan ekonomi digital di Indonesia makin menggelora. Inilah yang
akan secara sangat signifikan menjadi energi pendorong kuat bagi terus
bertumbuhnya industri e-commerce di Indonesia. Pada gilirannya, juga akan ikut
menggenjot bisnis jasa antaran ekspres dan logistik seperti JNE. Pada akhirnya,
pertumbuhan industri kreatif dan dunia digital di Indonesia harus semaksimal
mungkin ditangkap oleh siapa saja yang merasa memiliki tanggung jawab
memajukan negeri ini demi memberikan kesejahteraan sebesar-besar kepada
anak bangsa.32
Data lain menunjukkan bahwa, Ekonomi Kreatif (Ekraf) merupakan salah
satu sektor yang diharapkan mampu menjadi kekuatan baru ekonomi nasional di
masa mendatang, seiring dengan kondisi sumber daya alam yang semakin
terdegradasi setiap tahunnya. Melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf),
Pemerintah Indonesia berusaha menaruh perhatian lebih terhadap sektor ini,
dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi dan peluang Ekonomi Kreatif di
Indonesia. Salah satu aspek penting dalam pengembangan Ekonomi Kreatif
adalah ketersediaan data dan informasi statistik yang menjadi dasar dalam
pengambilan kebijakan serta keputusan, baik bagi pemerintah maupun pelaku
Ekonomi Kreatif. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan data tersebut, Badan
Ekonomi Kreatif telah bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) pada
31 Lihat http://www.tribunnews.com, Ibid. 32 Ibid.
76
tahun 2016 lalu dalam melakukan penyusunan database statistik Ekonomi Kreatif
yang memuat informasi seputar data indikator Makro Ekonomi Kreatif 2010-2015
dan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2016. Hasil kerjasama tersebut
terangkum dalam infografis berikut.33
Gambar 1 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) SEKTOR EKONOMI KREATIF (dalam Trilyun)
Sumber: Be Kraf, Data Statistik dan Hasil Survei, Ekonomi Kreatif,
PDB Ekonomi Kreatif tumbuh sebesar 4,38 persen pada tahun 2015.
Ekonomi Kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,38 persen terhadap total
perekonomian nasional. Ekonomi Kreatif mampu memberikan kontribusi secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2015, sektor ini
menyumbangkan 852 triliun rupiah terhadap PDB nasional (7,38%), menyerap
15,9 juta tenaga kerja (13,90%), dan nilai ekspor US$ 19,4 miliar (12,88%). Data
juga menunjukkan peningkatan kontribusi Ekonomi Kreatif yang signifikan
terhadap perekonomian nasional dari tahun 2010-2015 yaitu sebesar 10,14% per
tahun. Hal ini membuktikan bahwa Ekonomi Kreatif memiliki potensi untuk
berkembang di masa mendatang.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan data ekonomi kreatif (ekraf), Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf) kembali menjalin kerjasama penyusunan data ekraf
dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Kerjasama yang dilakukan tahun 2017 ini
dilakukan untuk mengukur kinerja Sektor Ekonomi Kreatif di tahun sebelumnya.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf mengungkapkan kerjasama ini
dilakukan demi menjaga kesinambungan serta memperkaya data ekraf
Indonesia. “Data Statistik Ekraf diharapkan dapat menjadi dasar dalam
pengambilan kebijakan strategis pengembangan ekraf Indonesia, dan sekaligus
33 Be Kraf, Data Statistik dan Hasil Survei, Ekonomi Kreatif, Kerjasama Badan
Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik,
740
760
780
800
820
840
860
PDB EkRAF2014
PDB EkRaf2015
784,82
852,24
77
sebagai tolak ukur efektivitas dari program-program strategis yang sudah
dilakukan Bekraf”, ujar Triawan. Hasil pengukuran data statistik menunjukkan
bahwa kinerja ekraf Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan sepanjang
tahun sebelumnya. Produk Domestik Bruto (PDB) ekraf pada tahun 2016 naik
mencapai Rp. 922,58 Triliun dengan nilai kontribusi terhadap PDB Nasional
sebesar 7,44%, atau meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp.
852,56 Triliun atau 7,38% terhadap PDB nasional. Angka ini juga diiringi dengan
pesatnya laju pertumbuhan Ekraf sebesar 4,95% di tahun 2016 dibandingkan
tahun sebelumnya yang hanya sekitar 4,41%. Kenaikan juga terjadi di aspek
tenaga kerja. Aktivitas pada sektor ekraf tahun 2016 mampu menyerap tenaga
kerja hingga mencapai 16,91 juta orang (14,28% terhadap TK Nasional) atau
tumbuh 5,95% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar
15,9 juta orang (13,9% terhadap TK Nasional) dengan pertumbuhan sekitar
5,22%. Ekonomi kreatif juga memberikan sumbangan devisa yang signifikan bagi
Negara. Nilai ekspor ekraf di tahun 2016 naik menjadi 19,98 miliar US$ atau
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 19,36 miliar US$.
Dengan naiknya nilai kontribusi ini, Triawan Munaf mengaku optimistis ke depan
ekonomi kreatif dapat berkembang lebih maju lagi seiring membaiknya ekosistem
ekraf Indonesia. “Hal ini sejalan dengan keinginan Bapak Presiden untuk
menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia”,
ujar Triawan. Kerjasama ini merupakan kali kedua Bekraf berkolaborasi dengan
BPS dalam menyusun data ekraf. Hasil Survei BPS-Bekraf pada tahun berjalan
akan dipublikasikan di akhir tahun berikutnya. Sehingga kinerja sektor Ekonomi
Kreatif tahun 2017 akan disajikan di akhir tahun 2018. Untuk tahun ini, ruang
lingkup kerjasama BPS-Bekraf meliputi updating data makro Ekraf (PDB, tenaga
kerja dan ekspor), profil usaha subsektor berdasarkan Sensus Ekonomi 2016,
Aktivitas Ekraf dalam Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI), data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Tabel Input-Output (I-O) Ekraf. Hasil
lengkap dari kerjasama tersebut akan disampaikan pada Press Conference yang
akan diselenggarakan oleh Bekraf dan BPS.34
Kepala Badan Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan, sektor ekonomi
kreatif makin diminati oleh generasi millenial. Hal tersebut tecermin dari peminat
34 http://www.bekraf.go.id/berita/page/10/pdb-ekonomi-kreatif-semakin-mendekati
-angka-1000-triliun-pertama di akses 15 September 2018.
78
seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) 2018 yang dibuka oleh Bekraf. "
Ekonomi kreatif ini juga semakin lama semakin diminati oleh (generasi) milenial.
Ini sektor pencari kerja baru, terutama di CPNS tinggi minatnya terhadap
ekonomi kreatif ini paling tinggi," ujar Triawan di Kementerian Sekertariat Negara,
Jakarta, Selasa (23/10/2018). Triawan menjelaskan, dari tahun ke tahun
pertumbuhan tenaga kerja di sektor kreatif terus meningkat. Pada 2015, industri
ini memiliki tenaga kerja sebesar 15,9 juta orang, di 2016 sebesar 16,9 juta
orang dan di 2017 sebesar 17,4 juta orang. Adapun pada tahun ini, Bekraf
menargetkan jumlah tenaga kerja menjadi 18,1 juta orang. "Pertumbuhan dari
tenaga kerja ini juga kalau dilihat melambat. Dari 2016 5,95 persen, 2017 3,23
persen dan 2018 3,72 persen," kata Triawan. Dari jumlah tersebut, kontribusi
tenaga kerja terhadap tenaga kerja nasional mencapai 14,28 persen pada 2016
dan 13,74 persen pada 2017. Sementara kontribusi pada tahun 2015 sebesar
13,90 persen.35
IV. KESIMPULAN dan SARAN
a. Kesimpulan
1. Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
Industri Kreatif, dilihat dari jumlah tenaga kerja, saat ini mengalami
peningkatan, hal ini terlihat dari data yang ada dari tahun 2013 dan
tahun 2016. Pada tahun 2013, total jumlah tenaga kerja di sektor
Industri kreatif berjumlah 11.874.428 orang. Aktivitas pada sektor ekraf
tahun 2016 mampu menyerap tenaga kerja hingga mencapai 16,91
juta orang (14,28% terhadap TK Nasional) atau tumbuh 5,95%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 15,9 juta
orang (13,9% terhadap TK Nasional) dengan pertumbuhan sekitar
5,22%.
2. Selain itu PDB Ekonomi Kreatif tumbuh sebesar 4,38 persen pada
tahun 2015. Ekonomi Kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,38
persen terhadap total perekonomian nasional. Ekonomi Kreatif
mampu memberikan kontribusi secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2015, sektor ini
35 Lihat Kompas.com dengan judul "Bekraf: Ekonomi Kreatif Semakin Diminati
Generasi Milenial", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/24/080000526/bekraf--ekonomi-kreatif-semakin-diminati-generasi-milenial. Di akses 15 September 2018.
79
menyumbangkan 852 triliun rupiah terhadap PDB nasional (7,38%),
menyerap 15,9 juta tenaga kerja (13,90%), dan nilai ekspor US$ 19,4
miliar (12,88%). Data juga menunjukkan peningkatan kontribusi
Ekonomi Kreatif yang signifikan terhadap perekonomian nasional dari
tahun 2010-2015 yaitu sebesar 10,14% per tahun. Hal ini
membuktikan bahwa Ekonomi Kreatif memiliki potensi untuk
berkembang di masa mendatang.
b. Saran-Saran
1. Diharapkan perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam Industri Kreatif, semakin meningkat lagi ditahun-tahun
mendatang sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih
banyak lagi. Dengan makin banyak tenaga kerja yang terserap akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Selain itu PDB Ekonomi Kreatif diharapkan tumbuh semakin
meningkat sehingga Ekonomi Kreatif memberikan kontribusi yang
semakin besar terhadap total perekonomian nasiona, sehingga
diharapkan Ekonomi Kreatif memiliki potensi yang lebih besar untuk
berkembang di masa mendatang
DAFTAR PUSTAKA
Andika Sari, Puteri. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Human Capital,
Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara Peluang dan
Tantangan.
Be Kraf, Data Statistik dan Hasil Survei, Ekonomi Kreatif, Kerjasama Badan
Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik.
Bianchini, Charles, The Creative City, Demos.
DCMS (2001), Creative Industries Mapping Document 2001 (2 ed.), London, UK:
Department of Culture, Media and Sport.
Florida, Richard. The Rise of the Creative Class. And How It's Transforming
Work, Leisure and Everyday Life, Basic Books.
Hesmondhalgh, David. (2002) The Cultural Industries, SAGE.
Hidayat, Agi Syarif & Editya Nurdiana, Strategi Pengembangan SDM Industri
Kreatif Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada
80
Tahun 2016, Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Universitas
Bakrie, Jakarta. 2-3 Mei 2016.
Howkins, John. The Creative Economy: How People Make Money from Ideas,
Penguin.
https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kreatif di akses 15 September 2018.
https://agribisnis.co.id/industri-kreatif/ di akses 15 September 2018.
http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/03/10/menangkap-peluang-besar-
industri-kreatif-di-era-digital di akses 15 September 2018.
http://www.bekraf.go.id/berita/page/10/pdb-ekonomi-kreatif-semakin-mendekati -
angka-1000-triliun-pertama di akses 15 September 2018.
Jones, P. Comfort, D., Eastwood, I., Hillier D. (2004). Creative industries:
economic contributions, management challenges and support initiatives.
Management Reseacrh News 27 (11).
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2014). Ekonomi Kreatif: Rencana
Aksi Jangka Menengah 2015-2019. Jakarta : Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
Kompas.com dengan judul "Bekraf: Ekonomi Kreatif Semakin Diminati Generasi
Milenial", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/24/080000526/bekraf-
-ekonomi-kreatif-semakin-diminati-generasi-milenial. Di akses 15
September 2018.
Malayu S.P. Hasibuan, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Soekidjo. Notoatmodjo, 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
UNCTAD, Creative Economy Report 2008, UNCTAD.
Veithzal Rivai, (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Raja
Grafindo.