78
Tugas Farmasi Industri Safety, Health, and Environment Disusun oleh : Rusyda Lathifah Dewras 260112140086 Cyntia D.F.S. Malau 260112140092 Meriam Gita Maulia 260112140103 Haniq Juniswapy Fauzi 260112140105 Windy dwininda 260112140116 M. Rizki Pamula H. 260112140119 PROGRAM STUDI PROFESI

Makalah Safety, Health, And Environment

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Safety, Health, And Environment

Citation preview

Page 1: Makalah Safety, Health, And Environment

Tugas Farmasi Industri

Safety, Health, and Environment

Disusun oleh :

Rusyda Lathifah Dewras 260112140086

Cyntia D.F.S. Malau 260112140092

Meriam Gita Maulia 260112140103

Haniq Juniswapy Fauzi 260112140105

Windy dwininda 260112140116

M. Rizki Pamula H. 260112140119

PROGRAM STUDI PROFESI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014

Page 2: Makalah Safety, Health, And Environment

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................... 1

I. SAFETY, HEALTH, AND ENVIRONMENT.............................. 4

1.1 Sistem Pengolahan Limbah.............................................. 4

1.1.1 Definisi Limbah................................................................ 4

1.1.2 Karakteristik Limbah........................................................ 4

1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Limbah................. 4

1.1.4 Jenis-Jenis Limbah............................................................ 5

1.1.5 Daur Ulang Limbah.......................................................... 6

1.1.6 Tujuan Daur Ulang dan Pemanfaatan Ulang.................... 6

1.1.7 Langkah Daur Ulang atau Pemanfaatan Ulang................ 7

1.1.8 Macam-Macam Limbah yang Dapat Didaur Ulang......... 7

1.1.9 Macam-Macam Limbah yang Dapat Dimanfaatkan Tanpa

Proses Daur Ulang............................................................ 8

II. PENGOLAHAN LIMBAH BERDASARKAN JENISNYA ... 8

2.1 Limbah Cair........................................................................ 9

2.1.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan...................................... 10

2.1.2 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)........................ 11

1

Page 3: Makalah Safety, Health, And Environment

2.1.3 Pengolahan Limbah Cair................................................. 16

2.1.4 Indikator Kualitas Air...................................................... 17

2.1.5 Dampak Pencemaran Air................................................. 18

2.2 Limbah Padat...................................................................... 20

2.2.1 Upaya Pengelolaan Limbah Padat................................... 20

2.2.2 Pemantauan Limbah Padat............................................... 20

2.3 Limbah Suara dan atau Getaran.......................................... 20

2.3.1 Upaya Pengelolaan Limbah Suara dan atau Getaran....... 20

2.3.2 Pemantauan Limbah Suara dan atau Getaran.................. 21

2.4 Limbah Gas......................................................................... 21

2.5 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)...................... 21

2.5.1 Pengertian Limbah B3...................................................... 22

2.5.2 Tujuan Pengelolaan Limbah B3....................................... 22

2.5.3 Identifikasi Limbah B3..................................................... 25

2.5.4 Pengelolaan dan Pengolahan Limbah B3......................... 27

2.5.5 Teknologi Pengolahan...................................................... 30

2.5.6 Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3................ 34

III. MSDS (Material Safety Data Sheet) ........................................ 35

3.1 Pengertian Material Safety Data Sheet............................... 35

3.2 Uraian Penyajian Material Safety Data Sheet.................... 35

IV. SISTEM PENANGANAN KEADAAN DARURAT............... 44

2

Page 4: Makalah Safety, Health, And Environment

4.1 Gawat Darurat..................................................................... 44

4.2 Rencana Gawat Darurat...................................................... 45

4.3 Manajemen Tanggap Darurat............................................. 45

4.4 Langkah-Langkah Penyusunan Gawat Darurat.................. 45

4.5 Sumber Peraturan................................................................ 46

4.6 Emergency Plan.................................................................. 46

4.7 Perawatan Gawat Darurat................................................... 46

4.8 Ketentuan Pintu Darurat..................................................... 47

4.9 Keselamatan Kerja pada Keadaan Darurat......................... 47

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 49

DISKUSI.................................................................................................. 50

3

Page 5: Makalah Safety, Health, And Environment

I. Safety, Health, and Environment

1.1 Sistem Pengolahan Limbah

1.1.1 Definisi Limbah

Limbah adalah benda yang dibuang, baik berasal dari alam ataupun dari hasil

proses teknologi. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan,

tanaman, atau sayuran. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses

produksi baik industri maupun domestik yang kehadirannya pada suatu saat dan

tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

1.1.2 Karakteristik Limbah

Karakteristik limbah adalah sebagai berikut :

1. Berukuran mikro

2. Tidak berguna dan tidak dapat digunakan lagi atau bahkan ada yang

merugikan

3. Dapat dimanfaatkan secara langsung melalui proses daur ulang

4. Dapat digunakan sebagai bahan baku kegiatan atau indsutri langsung

5. Jenis limbahnya berupa limbah padat, limbah cair, limbah gas, debu, uap,

partikulat

6. Berdampak luan (penyebarannya)

7. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Limbah

Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah sebagai berikut :

1. Volume limbah

2. Kandungan bahan pencemar

3. Frekuensi pembuangan limbah

4

Page 6: Makalah Safety, Health, And Environment

1.1.4 Jenis-Jenis Limbah

- Berdasarkan sumbernya limbah digolongkan menjadi :

1. Limbah Organik yang mudah busuk.

Misalnya : sisa sayuran, sisa makanan, dedaunan, potongan rumput, dan

kotoran hewan

2. Limbah Organik yang tidak mudah membusuk.

Misalnya : kertas dan kayu

3. Limbah Anorganik.

Misalnya : plastik, pecahan kaca, karet, kaca, botol, dan besi.

4. Limbah berbahaya.

Misalnya, paku, bekas lampu neon, sisa racun tikus atau serangga, obat

kadaluarsa dan batu baterai bekas.

-Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi dua golongan :

1. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste =

mudah terurai) yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri

dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.

2. Limbah yang tidak akan / sangat lambat mengalami perubahan secara alami

(nondegradable waste = tidak dapat terurai) misalnya : plastik, kaca, kaleng,

dan sampah sejenisnya.

-Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam,

yaitu :

1. Limbah cair

2. Limbah padat

3. Limbah gas dan partikel

4. Limbah B3 (Bahan Brebahaya dan Beracun)

1.1.5 Daur Ulang Limbah

5

Page 7: Makalah Safety, Health, And Environment

Daur ulang adalah penggunaan kembali material atau barang yang sudah tidak

digunakan, menjadi bentuk lain.

1.1.6 Tujuan Daur Ulang dan Pemanfaatan Ulang

Daur  ulang dan pemanfatan ulang mempunyai beberapa tujuan, antara lain sebagai

berikut :

1. Mengurangi jumlah limbah untuk mengurangi pencemaran atau kerusakan

lingkungan.

2. Mengurangi penggunaan bahan atau sumber daya alam.

3. Mendapatkan penghasilan karena dapat dijual ke masyarakat .

4. Melestarikan kehidupan makhluk yang terdapat di suatu lingkungan tertentu.

5. Menjaga keseimbangan ekosistem makhluk hidup yang terdapat di dalam

lingkungan.

6. Mengurangi sampah anorganik karena sampah anorganik ada yang dapat

bertahan hingga 300 tahun ke depan.

1.1.7 Langkah Daur Ulang atau Pemanfaatan Ulang

Untuk memudahkan proses daur ulang dan pemanfaatan ulang, langkah-langkah

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemisahan

Limbah yang akan didaur ulang atau dimanfaatkan ulang dipisahkan dengan

limbah yang harus dibuang ke tempat pembuangan.

2. Penyimpanan

Limbah yang sudah dipisahkan tadi disimpan dalam kotak yang tertutup.

Usahakan setiap kotak yang tertutup hanya berisi satu jenis material limbah

tertentu, misalnya kertas bekas atau botol bekas.

3. Pengiriman atau penjualan

Barang-barang yang sudah terkumpul dapat dijual ke pabrik yang

6

Page 8: Makalah Safety, Health, And Environment

membutuhkan material bekas sebagai bahan baku atau dapat dijual atau

diberikan ke pemulung.

1.1.8 Macam-Macam Limbah yang Dapat Didaur Ulang

Berikut adalah beberapa jenis limbah atau material yang dapat dimanfaatkan

melalui daur ulang :

1. Kertas.

Semua jenis kertas dapat didaur ulang, seperti kertas koran dan kardus.

2. Gelas.

Botol kecap, botol sirup, dan gelas / piring pecah dapat digunakan untuk

membuat botol, gelas, atau piring yang baru.

3. Aluminium.

Kaleng bekas makanan dan minuman dapat dimanfaatkan kembali sebagai

kaleng pengemas.

4. Baja.

Baja sisa kontruksi bangunan akan berguna sebagai bahan baku pembuatan

baja baru.

5. Plastik.

Limbah plastik dapat dilarutkan dan diproses lagi menjadi bahan

pembungkus (pengepakan) untuk berbagai keperluan. Misalnya dijadikan tas,

botol minyak pelumas, botol minuman, dan botol sampo.

1.1.9 Macam-Macam Limbah yang Dapat Dimanfaatkan Tanpa Proses Daur Ulang

Beberapa jenis limbah ada yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau pun

dilakukan melalui proses daur ulang. Berikut ini beberapa macam limbah yang dapat

dirasakan atau dimanfaatkan secara langsung.

7

Page 9: Makalah Safety, Health, And Environment

1. Ampas tahu

Ampas tahu bisa digunakan untuk bahan makanan ternak. Limbah tersebut

biasanya mengandung gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan hewan ternak.

2. Eceng gondok

Eceng gondok dapat menjadi limbah perairan jika populasinya terlalu banyak

dan dapat dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan, seperti tas.

3. Sampah organik

Contohnya daun-daunan dan kotoran ternak. Kedua jenis sampah itu dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk alami bagi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman.

II. Pengolahan Limbah Berdasarkan Jenisnya

2.1 Limbah Cair

Air limbah adalah air yang bercampur zat padat (dissolved dan suspended) yang

berasal dari kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan dan industri. Oleh karena

itu, dipastikan bahwa air buangan atau air limbah industri bisa menjadi salah satu

penyebab air tercemar jika tidak diolah sebelum dibuang ke badan air (Kesmas,

2013).

Penanganan limbah cair yang tidak benar dapat membahayakan masyarakat

karena dapat mencemari aliran sungai. Pencemaran air adalah masuknya atau

dimasukkannya sesuatu dalam air yang menyebabkan air tersebut menurun

kualitasnya atau tidak sesuai dengan peruntukkannya. Limbah cair dari industri

berasal dari  ;

1.    Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium, laundry dan rumah tangga

2.    Kamar mandi dan WC

3.    Bekas reagensia di laboratorium

8

Page 10: Makalah Safety, Health, And Environment

Pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian.

Pencemaran air yang dapat diamati maupun diuji meliputi :

1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) air normal yang

memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran

nilai 6.5 – 7.5. Air limbah laboratorium yang belum terolah dan memiliki pH

diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu

kehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya

dukung lingkungan rendah serta langsung meresap ke dalam air tanah.

Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.

2. Perubahan warna, bau dan rasa air normal dan air bersih tidak akan berwarna,

sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal

tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya

bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar.

Air yang bau dapat berasal dari limbag atau dari hasil degradasi oleh mikroba.

Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang

mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.

3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan

terlarut berasal dari adanya limbah yang berbentuk padat. Limbah yang

berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap didasar sungai,

dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangibahan-

bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi

melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD (Widjajanti,

2011).

2.1.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan

Upaya pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1.    Pembuatan saluran drainase sesuai dengan sumber limbah :

9

Page 11: Makalah Safety, Health, And Environment

Saluran air hujan langsung di alirkan ke selokan umum dan dibuat sumur

resapan

Saluran air dari kamar mandi/ WC di alirkan ke septic tank

Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium di alirkan ke

IPAL

2.    Membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

3. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari gol β Laktam : sebelum di campur

dengan limbah non  β Laktam, ditambahkan NaOH     untuk memecah cincin β

Laktam.

2.1.2 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Tujuan instalasi IPAL adalah untuk menurunkan kadar zat pencemar yang

terkandung dalam air limbah sehingga memenuhi  persyaratan baku mutu yang di

tetapkan. Ada 3 hal yang harus di perhatikan :

1.  Karakteristik dari Limbah

Limbah cair industri farmasi memiliki kandungan COD dan BOD serta kadar

fenol yang tinggi, tapi kadar limbah logamnya rendah dengan debit air limbah

yang tinggi.

2.  Kemampuan Badan Air (assimilative capacity)

Pengolahan limbah cair sangat tergantung dari kemampuan badan air (air, kali,

dll) untuk menerima beban yang berupa limbah tanpa mengakibatkan

pencamaran. Semakin kecil polutan berarti  semakin besar pula (assimilative

capacity) dari badan air tersebut.

3.  Peraturan Tentang Limbah yang Berlaku

Tiap daerah memilki kebijakan yang berbeda terhadap standar Baku Mutu

Lingkungan. Peraturan tersebut di sesuaikan dengan keuntungan dari badan air

yang bersangkutan (beneficial use).

10

Page 12: Makalah Safety, Health, And Environment

Pemantauan pengelolaan lingkungan terdiri dari beberapa hal:

a. Kualitas badan air permukaan inlet dan outlet sal.limbah, meliputi kadar COD,

BOD5, pH, TSS, N total serta parameter lain termasuk indikator biologis dan

mikrobiologi.

b. Kualitas badan sungai sebelum dan sesudah outlet IPAL (Muti, 2010).

2.1.3 Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah cair dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pretreatment

Saringan kasar, pemisahan pasir, bak penampung dan

homogeniseraliran/pencemaran, pemisah lemak dan minyak

2. Primery treatment

Tujuan : untuk menghilangkan buangan yang tak larut. Tahap pengolahan primer

limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika.

a. Penyaringa (Screening)

11

Page 13: Makalah Safety, Health, And Environment

Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring

menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.  Metode

penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-

bahan padat berukuran besar dari air limbah.

b. Pengolahan Awal  (Pretreatment)

Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak

yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang

berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber

dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel

– partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk

proses selanjutnya.

c. Pengendapan

Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki

atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama

dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair.

Di    tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat

yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn

partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari

air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode

pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).

d. Pengapungan (Floation)

Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau

lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat

menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120

mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak

dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.  

3. Secondary treatment

12

Page 14: Makalah Safety, Health, And Environment

Tujuan : Untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan lain yang tidak terproses

pada pengolahan primer. Beberapa cara yang dapat digunakan adalah dengan

“filtrasi sederhana, penambahan suatu koagulator (terutama untuk

menghilangkan kadar fenol), serta penambahan bahan- bahan kimia dengan

bahan-bahan flocolant(misalnya Al2O3, Ca(OH) 2, kaporit). Kontaminan yang

dapat dihilangkan adalahberupa padatan tersuspensi (solid suspended), senyawa

organik.

4. Tertiary treatment

Untuk menurunkan COD dan BOD serta menambah oksigen terlarut (DO).

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih

terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan

atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini

disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah.

Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan

primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat,

dan garam- garaman. Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan

(advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia

dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah

metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum

filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan

osmosis bolak-balik.

5. Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau

mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme

desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu,

atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh

mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

• Daya racun zat

13

Page 15: Makalah Safety, Health, And Environment

• Waktu kontak yang diperlukan

• Efektivitas zat

• Kadar dosis yang digunakan

• Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan

• Tahan terhadap air

• Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin

(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз). Proses

desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah

selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah

dibuang ke lingkungan.

6. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan

menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat

dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur

hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara

aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu

dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos,

atau dibakar (incinerated) (Anshari, 2013).

14

Page 16: Makalah Safety, Health, And Environment

1. Penyaringan kasar

Tahap ini bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel limbah yang berukuran

besar, sehingga tidak mengganggu dalam proses pengolahan selanjutnya.

2. Netralisasi

Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi

netral (pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam yang paling murah dan mudah

adalah dengan pemberian kapur/gamping

3. Koagulasi

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran

dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur

halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara yang

paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus

kimianya Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa kristal berwarna putih).

4. Filtrasi

Proses ini bertujuan untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih, penyaringan

dilakukan dengan mengalirkan air dari aerator ke bak penyaring yang terdiri dari

batuan kecil dan karbon aktif.

5. Aerasi15

Page 17: Makalah Safety, Health, And Environment

Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar

kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan

oksigen yang ada dalam udara membentuk senyawa besi dan senyawa mangan

yang dapat diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk

menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan,

Carbon Dioksida dan gas-gas racun lainnya.

6. Sedimentasi

Air didiamkan sampai gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua (+ 45 -

60 menit). Setelah kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih. Endapan

yang terkumpul didasar tangki dapat dibersihkan dengan menggunakan

penggaruk, yakni penggaruk akan bergerak dan menempatkan endapan pada

posisi yang akan dengan mudah disedot oleh pompa.

7. Penampungan akhir

Penampungan air hasil olahan (Muti, 2010).

2.1.4 Indikator Kualitas Air

Terdapat beberapa parameter yang umum digunakan sebagai indikator kualitas air

limbah diantaranya adalah (Alaerts dan Santika, 1987) :

a) BOD (Biological Oxygen Demand)

Adalah banyaknya oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh bakteri aerobic untuk

menguraikan dan menstabilkan sejumlah senyawa organik dalam air melalui

proses oksidasi biologis aerobic dan dinyatakan dalam mg/L.

b) COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

organik yang terdapat dalam limbah cair dengan memanfaatkan oksidator

kalium dikromat sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran

bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi

melalui proses biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut

dalam air.

16

Page 18: Makalah Safety, Health, And Environment

c) TSS (Total Susppended Solid)

Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang

melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan

pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak

boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan

pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air

sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat berlangsung.

d) DO (Dissolved Oxygen)

Adalah banyaknya oksigen (O2) yang terlarut dalam air dan dinyatakan

dalam mg/L.

e) BOD5 (Biological Oxygen Demand)

Adalah banyaknya oksigen (O2) yang dibutuhkan dalam kondisi penetapan

inkubasi selama 5 hari dalam suhu 20oC dan dalam kondisi yang gelap.

Pengujian ini untuk menyatakan degradasi zat organik melalui cara biologis

dan dinyatakan dalam mg/L (Kesmas, 2013).

Parameter Satuan Baku Mutu

BOD5 mg/L 150

BOD mg/L 50

COD mg/L 300

TSS mg/L 400

pH 6-9

2.1.5 Dampak Pencemaran Air

Dampak pencemaran air adalah sebagai berikut :

a. Zat organik terlarut

17

Page 19: Makalah Safety, Health, And Environment

• Menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut → mengalami

kekurangan O2

b. Zat padat tersuspensi

• Menganggu kehidupan didalam sungai, mengalami dekomposisi

menyebabkan menurunnya kadar O2, bau busuk

c. Nitrogen dan fosfor

• Disebut sebagai nutrien → tumbuhnya ganggang

d. Minyak dan bahan bahan terapung

• Terganggu penetrasi sinar matahari serta masuknya oksigen dari udara

ke dalam sungai ( aerasi )

e. Logam berat, cyanida dan racun organik

• Merusak aquatic life & membahayakan kesehatan

f. pH

• pH yang rendah → mengancam kehidupan mahluk dalam air

• pH yang tinggi → sukar berbuih

g. Warna dan kekeruhan

• Mempengaruhi estetika

h. Dampaknya Terhadap Permukaan Tanah

• kerusakan pada permukaan tanah

• gangguan bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan

i. Dampaknya Terhadap Udara

• Gas tertentu yang dilepas ke udara dalam konsent. tertentu →

membunuh mahluk hidup (Widjajanti, 2011).

2.2 Limbah Padat

Limbah padat seperti sampah domestik dapat dibuatkan tempat sampah, kemudian dilakukan pembuangan ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Sisa-sisa kertas-karton dikumpulkan kemudian dijual ke pengumpul sampah. Debu/sisa-sisa serbuk, obat rusak/kadaluarsa serta lumpur dari IPAL di bakar di incinerator.

18

Page 20: Makalah Safety, Health, And Environment

Gambar 1 : Incenerator

Pencemaran limbah padat adalah masuknya benda-benda padat ke dalam lingkungan,

sehingga menyebabkan kualitas lingkungan menurun atau membahayakan kehidupan

makhluk hidup atau tidak sesuai lagi dengan peruntukannya.

Limbah padat yang dihasilkan oleh industry farmasi, antara lain berasal dari:

Debu/serbuk obat dari system pengendalian debu (dust collector)

Obat rusak/kadaluarsa/obat sub standar (reject)

Kertas, karton, plastic bekas, botol dan alumunium foil dan sampah rumah tangga

Lumpur dari proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

19

Page 21: Makalah Safety, Health, And Environment

2.2.1 Upaya Pengelolaan Limbah Padat

Upaya pengelolaan limbah padat adalah sebagai berikut :

Sampah domestik dibuatkan tempat sampah, kemudian dibuang ke tempat

pembuangan sampah akhir

Sisa-sisa kertas, karton, plastic dan alumunium foil dikumpulkan kemudian dijual ke

pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah)

Debu atau sisa-sisa serbuk, obat rusak/kadaluarsa serta lumpur dari IPAL di bakar di

incenerator

2.2.2 Pemantauan Limbah Padat

Kualitas lingkungan (kebersihan) di dalam area industri, tidak ada limbah B-3 yang tercecer di area pabrik, dan sebagainya; derajat kebauan (kadar H2S) di sekitar area pabrik.

2.3 Limbah Suara dan atau Getaran

Pencemaran suara atau kebisingan dan/atau getaran adalah masuknya suara dan/atau

getaran yang tidak diinginkan ke dalam lingkungan sehingga kualitas lingkungan menurun

atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Limbah suara dan getarandihasilkan antara lain dari

mesin-mesin pabrik, genset, dan steam boiler.

2.3.1 Upaya Pengelolaan Limbah Suara dan atau Getaran

Untuk menanggulangi kebisingan yang ditimbulkan oleh genset dibuat ruangan

berdinding dua (double cover) dan dilakukan perawatan mesin secara berkala

Untuk menanggulangi getaran yang ditimbulkan oleh mesin genset dan mesin-mesin

lain, mesin-mesin ditempatkan pada lantai yang telah dicor beton dan diberi penguat

(pengunci antara mesin dan lantai).

2.3.2 Pemantauan Limbah Suara dan atau Getaran

Angka kebisingan dan getaran di dalam dan diluar area pabrik

Kebisingan: maksimum 65dB

Getaran: maksimum 7,5 Hz20

Page 22: Makalah Safety, Health, And Environment

2.4 Limbah Gas

Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi dengan head shields pada

kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah

kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus

selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang

ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebakaran.

Gambar 2. Secured Landfill. Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan, topografi, dan faktor-faktor lainnya harus diperhatikan agar secured landfill tidak merusak lingkungan. Pemantauan pasca-operasi harus terus dilakukan untuk menjamin bahwa badan air tidak terkontaminasi oleh limbah B3.

2.5 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

2.5.1 Pengertian Limbah B3

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa

suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun

yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup

21

Page 23: Makalah Safety, Health, And Environment

dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia

serta mahluk hidup lain.

Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau

jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan

lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa

(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta

konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

2.5.2 Tujuan pengelolaan limbah B3

Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi

pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta

melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai

dengan fungsinya kembali.

Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3,

baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3,

harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada

kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan

rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan

kembali kepada fungsi semula.

2.5.3 Identifikasi limbah B3

Dalam peraturan perundang-undangan yakni keputusan kepala Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan nomor : Kep-05/BAPEDAL/09/1995 mengenai Simbol dan

22

Page 24: Makalah Safety, Health, And Environment

Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) telah diterangkan mengenai

simbol LB3 sebagai berikut :

SIMBOL ARTI KETERANGAN

Limbah B3 Mudah

Meledak

Dipasang pada kemasan limbah

B3 yang mudah meledak,

misalnya : Buangan limbah dari

pabrik peledak

 

Limbah B3 Cairan

Mudah Terbakar

Dipasang pada kemasan limbah

B3 cair yang mudah terbakar

secara spontan misalnya :

pelumas bekas, Buangan pelarut

benzene, toluene, aceton

 

Limbah B3 padatan    

mudah terbakar

Dipasang pada kemasan limbah

B3 padatan yang bersifat mudah

terbakar secara spontan 

Misalnya : buangan magnesium

23

Page 25: Makalah Safety, Health, And Environment

 

Limbah B3 Reaktif Dipasang pada kemasan limbah

B3 yang akan mengalami reaksi

hebat jika bercampur dengan

bahan yang lain. Misalnya :

perklorat, metil keton peroksida

 

Limbah B3 Beracun Dipasang pada kemasan limbah

B3 yang bersifat meracuni,

melukai atau membuat cacat

sampai membunuh mahluk

hidup baik jangka pendek atau

panjang misalnya :sisa pestisida

dalam wadahnya

 

Limbah B3 Infeksi Dipasang pada kemasan limbah

B3  yang mengandung atau

terinfeksi kuman penyakit

Misalnya : Jarum Suntik bekas,

Bekas Perban

Limbah B3 Korosi Dipasang pada kemasan limbah

B3 Limbah yang dalam kondisi

asam atau basa (pH < dari 2 atau

pH > dari 12.5) dapat

menyebabkan nekrosis

(terbakar) pada kulit atau dapat

mengkaratkan (mengkorosikan)

logam. Misalnya : sisa asam

cuka , sisa asam cuka

24

Page 26: Makalah Safety, Health, And Environment

2.5.4 Identifikasi Limbah B3

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber

2. Berdasarkan karakteristik

Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

Limbah B3 dari sumber spesifik;

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan

dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:

mudah meledak;

pengoksidasi;

25

Page 27: Makalah Safety, Health, And Environment

sangat mudah sekali menyala;

sangat mudah menyala;

mudah menyala;

amat sangat beracun;

sangat beracun;

beracun;

berbahaya;

korosif;

bersifat iritasi;

berbahayabagi lingkungan;

karsinogenik;

teratogenik;

mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18

tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:

mudah meledak;

mudah terbakar;

bersifat reaktif;

beracun;

menyebabkan infeksi;

26

Page 28: Makalah Safety, Health, And Environment

bersifat korosif.

Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah

sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia.

Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih

sangat kurang di negara ini.

2.5.5 Pengelolaan dan P engolahan L imbah B3

Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan,

pemanfatan, pengolahan dan penimbunan.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan

limbah B3 harus dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di

daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke

Bapedalda setempat.

Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995

tertanggal 5 September 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun.

Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:

Lokasi pengolahan

Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi

penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:

27

Page 29: Makalah Safety, Health, And Environment

1. daerah bebas banjir;

2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;

Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:

1. daerah bebas banjir;

2. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan

lainnya;

3. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum

minimum 300 m;

4. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;

5. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung)

minimum 300 m.

Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:

1. sistem kemanan fasilitas;

2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;

3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;

4. sistem penanggulangan keadaan darurat;

5. sistem pengujian peralatan;

6. dan pelatihan karyawan.

28

Page 30: Makalah Safety, Health, And Environment

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak

terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani

adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.

Penanganan limbah B3 sebelum diolah

Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna

menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji

analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna

pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan

limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi,

pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.

2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan

penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi,

dialisa, osmosis balik, dll.

3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi

racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,

penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat

penimbunan akhir

4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah

menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran

harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah

29

Page 31: Makalah Safety, Health, And Environment

B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa

pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr

Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi

proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis

dan materi limbah.

Hasil pengolahan limbah B3

Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan

dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka

waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.

Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil

limbah B3, harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3

bulan sekali).

2.5.6 Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang

paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,

dan Incineration.

1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.

Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:

o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam

lumpur

o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

30

Page 32: Makalah Safety, Health, And Environment

o mendestruksi organisme patogen

o memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih

memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada

proses digestion

o mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam

keadaan aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

Concentration-thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan

diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang

umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid

bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal

sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering

selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan

centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses

flotation pada tahapan awal ini.

Treatment-stabilization-and-conditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan

menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui

proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian

secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan

bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara

fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan

koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara

biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan

enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini

31

Page 33: Makalah Safety, Health, And Environment

ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat

treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan

elutriation.

De-watering-and-drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau

mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.

Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan

filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press,

centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

Disposal

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses

yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air

oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3

umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.

2.Solidification/Stabilization

Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga

dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat

didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan

(aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah

serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi

didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan

penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering

dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi

berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:

0. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam

limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar

32

Page 34: Makalah Safety, Health, And Environment

1. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi

bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada

tingkat mikroskopik

2. Precipitation

3. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara

elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.

4. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan

menyerapkannya ke bahan padat

5. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi

senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan

hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur

(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah

metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai

solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan

Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration

Teknologi pembakaran (Incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam

teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah

hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan

solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya

memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak

kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun,

insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen

33

Page 35: Makalah Safety, Health, And Environment

limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu,

insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating

value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan

berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya

energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling

umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple

hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste

injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln

mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan

gas secara simultan.

2.5.7 Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3

Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat juga

mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam

jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur molekul

umumnya menentukan bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan manusia dan

lingkungan. Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon

dioksida (CO2), air dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang.

Untuk penghancuran dengan panas merupakan salah satu teknik untuk mengolah

limbah B3.

Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran

dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi

senyawa sederhana seperti CO2 dan H2O.

Incenerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat, cair,

gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik

34

Page 36: Makalah Safety, Health, And Environment

seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik. Zat

karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila insenerator

dioperasikan.

Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan berbagai

senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator harus

yang sudah terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan

metode lain dan potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai

dengan kebutuhan operasional.

III. MSDS ( Material Safety Data Sheet)

3.1 Pengertian Material Safety Data Sheet

MSDS ( Material Safety Data Sheet) atau yang dalam Indonesia dikenal

dengan nama LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) merupakan sebuah dokumen

yang wajib disertakan pada setiap bahan kimia, apapun jenis nya.

Dokumen MSDS atau LDKB dibuat khusus tentang suatu bahan (kimia)

mengenai pengenalan umum, sifat-sifat bahan, cara penanganan, penyimpanan,

pemindahan dan pengelolaan limbah buangan bahan kimia tersebut. Berdasarkan isi

dari MSDS maka dokumen tersebut harus diketahui dan digunakan oleh para

pelaksana yang terlibat dengan bahan kimia tersebut yakni produsen, pengangkut,

penyimpan, pengguna dan pembuang bahan kimia.

Data MSDS merupakan petunjuk standar keamanan dan keselamatan kerja.

digunakan secara luas didalam industri, pengangkutan (logistik), laboratorium, serta

pihak-pihak yang berhubungan dengan dengan bahan-bahan yang digunakan.

Pengetahuan tentang dokumen MSDS ini dapat mendukung budaya terciptanya

kesehatan dan keselamatan kerja.

MSDS dibuat oleh berbagai pihak seperti produsen bahan, industri , institusi

yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja bahkan perguruan tinggi.

35

Page 37: Makalah Safety, Health, And Environment

Dokumen ini disusun secara ringkas dan skematik agar mudah dipahami. Setiap

dokumen diharuskan memberikan informasi yang benar dan akurat.

3.2 Uraian Penyajian Material Safety Data Sheet

Untuk MSDS suatu bahan yang dibuat dari beberapa penyusun sering berbeda

dalam hal urutan penyajian, penonjolan dan prioritas materi, tidak memuat beberapa

prosedur pendukung, atau detail proses yang berlaku standar tidak dituliskan secara

lengkap. Meskipun demikian pengguna atau dapat merujuk MSDS dari beberapa

sumber untuk dikomparasikan sehingga saling melengkapi. Terkait dengan

kepentingan pembuat MSDS, dokumen mungkin menonjolkan uraian yang terkait

dengan kepentingan mereka akan tetapi isi dari setiap MSDS memiliki kandungan

yang sebagian besar sama. Di dalamnya terdapat beberapa informasi yang minimal

ada pada MSDS secara umum yang terdiri dari 16 bab. Berikut penjelasan masing

masing bab.

1. Product and Company Identification / Produk dan Identitas Perusahaan

Sesuai dengan judul, bagian ini menjelaskan nama produk dan nama

perusahaan pembuat produk tersebut. Nama produk adalah nama yang dikenal

oleh masyarakat secara luas. Identitas perusahaan meliputi nama, alamat, dan

nomor telepon perusahaan serta tanggal pembuatan dokumen MSDS tersebut.

2. Composition/Information on ingredients / Komposisi /Informasi kandungan

bahan

Dalam bab ini menjelaskan deskripsi bahan/jenis, sifat, identitas, dan

konsentrasi bahan penyusun produk yang dibuat. Nama bahan kimia masing-

masing penyusun tercantum jelas beserta CAS number (Chemical Abstract

Services) termasuk prosentase komposisi dan batas kandungan maksimal yang

diijinkan (batas ambang berbahaya) dalam hubungannya kontak dengan tubuh

36

Page 38: Makalah Safety, Health, And Environment

manusia sesuai dengan standar internasional. Standar yang dipakai umumnya

adalah ANSI atau OHSA

Komposisi yang detail (tepat) biasanya tidak akan ditulis dalam dokumen

MSDS mengingat hal ini merupakan rahasia perusahaan bagi produsen. Akan

tetapi bahan yang secara umum digunakan harus dicantumkan.

3. Hazards Identification / Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya potensi bahaya yang ditimbulkan diterangkan dalam bab

ini. Potensi bahaya bisa berupa bahaya terhadap tubuh manusia / kesehatan,

bahaa terhadap kebakaran dan bahaya terhadap reaktifitas dengan bahan lain.

Sifat-sifat bahaya :

Bahaya Kesehatan :

Menjelaskan berbagai cara bahan kimia bisa memapar tubuh pengguna

dengan beberapa cara misalnya penyerapan melalui kulit, pernafasan dan

lainnya. Informasi tentang gejala dan akibat terhadap kesehatan apabila tubuh

terjadi kontak dengan bahan tersebut seperti kejadian setelah :

Efek terkena paparan yang berlebihan

Kontak pada mata

Kontak pada kulit

Terhirup pada pernafasan

Bahaya kebakaran :

Informasi ini menentukan bahan tersebut termasuk kategori bahan mudah

terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain.

Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan oleh :

a. Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.

b. Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat

dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar

disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih

37

Page 39: Makalah Safety, Health, And Environment

dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan

membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.

c. Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.

Bahaya reaktivitas :

Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi

dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik (menghasilkan

panas) sehingga eksplosif atau reaktivitasnya terhadap gas lain sehingga

menghasilkan gas beracun.

Dari ketiga kondisi bahaya tersebut maka dibuatlah label bahaya untuk

memudahkan identifikasi bahaya yang ditimbulkan oleh bahan tersebut.Label

bahaya diberikan dalam bentuk gambar untuk memberikan pemahaman cepat

sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut PBB (internasional)

dan NFPA (Amerika).

Label MSDS tanda bahaya dikelompokkan menjadi 4 hal sesuai dengan

simbol belah ketupat yang terdiri dari 4 bagian (lihat gambar).

38

Page 40: Makalah Safety, Health, And Environment

Arti label tersebut adalah : a. Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan

skala bahaya kesehatan. b. Bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala

bahaya kemudahan terbakar. c. Bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan

skala bahaya reaktivitas. d. Bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala

bahaya khusus lainnya.

Angka yang tertera pada masing-masing kotak merujuk pada tabel berikut :

Skor Arti

Bahaya terhadap kesehatan

4 Bahan kimia yang dengan sangat sedikit paparan

(exposure) dapat menyebabkan kematian atau sakit

parah.

3 Bahan kimia yang dengan sedikit paparan dapat

menyebabkan sakit serius atau sakit parah.

2 Bahan kimia yang dengan paparan cukup intens atau

berkelanjutan dapat menyebabkan kemungkinan sakit

parah atau penyakit menahun.

1 Bahan kimia yang dengan terjadinya paparan dapat

menyebabkan iritasi atau sakit.

0 Bahan kimia yang akibat paparan termasuk dalam

kondisi terbakar tidak mengakibatkan sakit atau

bahaya kesehatan.

39

Page 41: Makalah Safety, Health, And Environment

Bahaya kemudahan terbakar

4 Bahan kimia yang akan teruapkan dengan cepat atau

sempurna pada tekanan atmosfer dan temperatur

kamar atau bahan kimia yang segera terdispersi di

udara dan bahan kimia tersebut akan terbakar dengan

cepat.

3 Bahan kimia berupa cairan atau padatan yang dapat

menyala pada semua temperatur kamar.

2 Bahan kimia yang harus dipanaskan atau

dikondisikan pada temperatur tinggi tertentu

sehingga dapat menyala.

1 Bahan kimia yang harus dipanaskan terlebih dahulu

sebelum nyala dapat terjadi.

0 Bahan kimia yang tidak dapat terbakar.

Bahaya Reaktivitas

4 Bahan kimia yang secara sendirian memiliki

kemungkinan meledak atau terdekomposisi dan

40

Page 42: Makalah Safety, Health, And Environment

menimbulkan ledakan atau bereaksi pada tekanan dan

temperatur normal.

3 Bahan kimia yang secara sendirian memiliki

kemungkinan meledak atau terdekomposisi dan

menimbulkan ledakan atau bereaksi tetapi

membutuhkan bahan inisiator atau harus dipanaskan

pada kondisi tertentu sebelum inisiasi atau bahan

yang bereaksi dengan air dan menimbulkan ledakan.

2 Bahan kimia yang segera menunjukkan perubahan

kimia drastis akibat kenaikan temperatur atau tekanan

atau reaksi secara cepat dengan air dan mungkin

membentuk campuran bahan peledak dengan air.

1 Bahan kimia yang secara sendirian stabil tetapi dapat

menjadi tidak stabil akibat kenaikan temperatur atau

tekanan.

0 Bahan kimia yang secara sendirian stabil kecuali

pada kondisi nyala api dan bahan tidak reaktif

dengan air.

4. First Aid Measures / Tindakan Pertolongan Pertama

Pada bab ini menjelaskan cara tindakan awal apabila terjadi kontaminasi,

paparan . karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan kulit atau tertelan

dari bahan.

5. Fire fighting measures / Penanganan Penanggulangan Kebakaran

41

Page 43: Makalah Safety, Health, And Environment

Tindakan penganggulangan kebakaran menjelaskan media pemadam api dan

kebakaran akibat dari terbakarnya bahan ini. Selain itu juga disertakan

tatacara pemadaman kebakaran disertai APD (alat pelindung diri) yang

memadai. Selain itu keterangan mengenai sifat bahan mudah terbakar, titik

nyala, Batas kemampuan terbakar, batas suhu terendah dan tertinggi mudah

terbakar dan bahaya khusus juga disertakan dalam bab ini.

6. Accidential Release measures / Penanggulangan kondisi darurat Tumpahan

dan Kebocoran

Dalam bab ini dijelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan apabila bejana

penyimpan bahan kimia bocor atau tumpah (bahkan menguap). 

7. Handling and storage / Penanganan dan Penyimpanan

Bab ini menjelaskan tata cara penanganan dan penyimpanan bahan serta

kondisi khusus yang diperlukan dalam penyimpanan bahan. Kondisi gudang

yang aman serta suhu dan kelembaban yang aman bagi bahan.

8. Exposure control / personal protection / Pengendalian Pemaparan /

Perlindungan

Diri

Dalam bahasa sehari-hari disebut Alat pelindung diri. Bab ini menjelaskan

Informasi tentang alat bantu dan pelindung yang perlu pada saat pemakaian

bahan tersebut. Alat pelindung diri sebagai usaha untuk mengurangi keterpaan

bahan, antara lain sebagai berikut: :

a. Perlindungan pernafasan

b. Ventilasi

c. Sarung tangan pelindung

d. Pelindung mata

e. Peralatan pelindung lainnya

f. Pengawasan perlindungan

42

Page 44: Makalah Safety, Health, And Environment

9. Physical and Chemical Properties / Spesifikasi Fisika dan Kimiawi

Bab ini menjelaskan informasi secara fisika dan kimia. pengaruhnya terhadap

kondisi sekitarnya dan menunjukkan batas atau saat material tersebut bisa

berubah bentuk (mencair, menyublim atau membeku) Penjelasan sifat-sifat

fisikan dan kimia antara lain : titik didih, massa jenis, tekanan uap, kerapatan

uap, titik beku atau titik cair, kerapatan cairan, pH, kelarutan, penampakan

fisik dan bau, dan sebagainya.

10. Stability and Reactivity / Stabilitas dan Reaktivitas

Mencantumkan sifat stabilitas dan reaktivitas. Berisi tentang kondisi yang

harus dihindari, reaksi bahan apabila tercampur dengan bahan lain seperti air,

minyak, udara, produk dekomposisi yang berbahaya, produk polimerisasi

yang berbahaya atau bahan kimia lain. Selain itu bab ini menjelaskan situasi

dan kondisi yang harus dihindari untuk mencegah resiko reaksi bahan

tersebut.

11. Toxicological Information / Data Toksikologi

Bab ini menjelaskan sifat racun terhadap tubuh berdasarkan analisis kimiawi

medis. Sifat-sifat racun yang mungkin pada tubuh berdasarkan hasil pengujian

secara medis dan maupun hasil laporan yang pernah diterima. Keterangan

sifat racun seperti: efek lokal, pemaparan akut, dan kronik, termasuk efek

karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan interaksi bahan dengan obat,

alcohol.

12. Ecological Information and Consideration / Informasi Ekologi Lingkungan

Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan, dampak lingkungan, degradasi, dan

bioakumulasi dan bagaimana menangani limbah atau buangan bahan baik

berupa padat, cair maupun gas. Termasuk di dalamnya cara pemusnahan.

13. Disposal Consideration / Pembuangan Limbah

43

Page 45: Makalah Safety, Health, And Environment

Informasi tentang teknis pembuangan limbah termasuk pembuangan wadah

bekas bahan kimia. Dalam bab ini menjelaskan hal-hal berikut :

a. Langkah-langkah yang harus diambil untuk pengumpulan limbah

b. Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di lapangan

c. Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di laboratorium

d. Metoda pemusnahan limbah bahan kimia.

14. Transport Information / Informasi Pengangkutan

Pengangkutan bahan menjadi perhatian khusus dalam penanganan. Beberapa

persyaratan internasional harus dicantumkan agar pemegang MSDS bisa

mengidentifikasi secara jelas cara pengangkutan yang aman. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam pengangkutan antara lain : nama dan jenis

transportasi, tanda kelas bahaya bahan, tanda label (yang tertera pada bab 3

identifikasi bahaya), tanda merk, prosedur darurat akibat kecelakaan, prosedur

penanganan awal yang harus dilakukan selama tranportasi. Untuk informasi

standar pengangkutan ke luar negeri mengikuti peraturan peraturan

internasional. Di dalamnya terdapat pasal-pasal dan kode yang menjelaskan

tatacara pengangkutan bahan. Peraturan Internasional tersebut antara lain :

USA DOT   : USA Department of Transportation RID/ADR:Agreement on

Dangerous Goods by Road / Regulations concerning   the International

Transport of Dangerous Goods by Rail IMO: International Maritime

Organisation ICAO/IATA : International Civil Aviation Organization /

International Air Transport 

Association IMDG : International Maritime Dangerous Goods

15. Regulatory Information / Informasi Peraturan Perundang-undangan

Bab ini menjelaskan tentang pertaturan perundang-undangan yang terkait

dengan bahan yang tertera pada MSDS ini, termasuk pemberian tanda/simbol

dan label, standar dan norma yang berlaku baik dalam kemasan maupun

dalam handling pengangkutan.

44

Page 46: Makalah Safety, Health, And Environment

16. Other Information / Informasi Lainnya

Dalam bab ini diberikan informasi lain yang perlu bagi keselamatan dan kesehatan pekerja seperti pelatihan, saran penggunan bahan, dan persyaratan, peraturanperaturan lainnya yang mengikat serta sumber informasi lebih lanjut.

IV. Sistem Penanganan Keadaan Darurat

4.1 Gawat Darurat

Situasi/kondisi kehidupan atau kesejahteraan individu manusia atau masyarakat akan terancam, apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat dan segera, sekaligus menuntut tanggapan dan cara penanganan yang luar biasa (diluar prosedur rutin/standar).

4.2 Rencana Gawat Darurat

Suatu rencana formal tertulis, yang berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dpt terjadi di instalasi & konsekuensi-konsekuensinya yg dpt dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja serta bagaimana hrs ditangani. Perencanaan darurat harus mencakup penanganan keadaan darurat di dalam dan di luar pabrik.

4.3 Manajemen Tanggap Darurat Mengurangi dampak bahaya yang ditimbulkan Menyiapkan langkah-langkah penyelamatan untuk melindungi

manusia ( Karyawan dan Masyarakat sekitar ) dan harta benda Tanggap saat menghadapi emergency dan menyediakan fasilitas yang

diperlukan Menerapkan sistem pemulihan agar komunitas menjadi normal setelah

terjadi bencana

4.4 Langkah-langkah Penyusunan Tanggap Darurat Mitigation (Mitigasi )

Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau menurunkan Derajat Resiko jangka panjang terhadap Manusia atau harta Benda yang diakibatkan oleh Bencana.

Preparedness (Kesiapsiagaan)

45

Page 47: Makalah Safety, Health, And Environment

Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut berdasarkan Hasil Mitigasi, yang mencakup Pengembangan Kemampuan Personil, Penyiapan Prasarana, Fasilitas dan Sistem bila terjadi keadaan Emergency

Response (Kesigapan) Kemampuan penanggulangan saat terjadi keadaan krisis/bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat (termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR, pemadaman kebakaran. dll)

Recovery (PemulihanKegiatan jangka pendek untuk meulihkan kebutuhan pokok minimum kehidupan masrarakat yang terkena bencana, dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara normal

4.5 Sumber PeraturanSumber peraturan sistem penanganan keadaan darurat adalah dari sumber

berikut :1. Persyaratan OHSAS 18001 Tahun 20072. Persiapan Tanggap Darurat3. Persyaratan Permenaker 05/MEN/1996

Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau BencanaProsedur Mengahadapi Insiden Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat

4.6 Emergency Plan Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat. Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama

kejadian darurat. Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas dengan tanggung jawab

khusus selama kejadian darurat. Prosedur evakuasi termasuk denah evakuasi. Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang

dipersyaratkan. Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat. Komunikasi dengan badan pemerintah. Komunikasi dengan publik. Proteksi/perlindungan rekaman dan peralatan penting.

46

Page 48: Makalah Safety, Health, And Environment

Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti gambar denah lokasi perusahaan, data material berbahaya, prosedur, instruksi kerja dan nomor telepon penting.

Keterlibatan pihak eksternal dalam emergency plan harus secara jelas diatur dan didokumentasikan.

4.7 Peralatan Gawat DaruratHarus Diuji Kelayakannya dalam waktu yang terencana:• Sistem alarm. • Lampu dan tenaga listrik darurat. • Peralatan pemadam kebakaran. • Fasilitas komunikasi. • Tempat perlindungan. • Tempat pencuci mata

4.8 Ketentuan Pintu Darurat Setiap personel yang terlibat dalam organisasi harus memahami lokasi,

dan rute pintu darurat (emergency exit). Memiliki minimum dua rute darurat yang digunakan untuk menjadi

jalan untuk ke tempat evakuasi personel. Rute pintu darurat (emergency exit) harus berada pada lokasi yang

permanen dan sepanjang rute tidak terdapat bahan/peralatan yang mudah terbakar.

Rute pintu darurat (emergency exit) harus menuju daerah yang mudah di akses dari luar

Rute pintu darurat (emergency exit) harus menyediakan tanda yang dapat menyala sepanjang rute

Rute ini harus selalu dipelihara untuk memastikan kelayakannya.

4.9 Keselamatan Kerja Pada Keadaan Darurat Desain dan konstruksi rute keluar

i. Pembuatan desain rute keluar yang permanenii. Pastikan bahwa jumlah rute keluar disesuaikan dengan jumlah semua

karyawan, ukuran gedung, kepemilikannya, dan struktur bangunaniii. Material bahan untuk membuat jalur/rute keluar bersifat tahan apiiv. Pastikan ukuran (baik tinggi maupun lebarnya) sesuai dengan

kebutuhan

47

Page 49: Makalah Safety, Health, And Environment

v. Pastikan bahwa pintu untuk akses keluar memiliki engsel samping dan dapat digerakkan searah dengan perjalanan keluar

vi. Rancang rute keluar menuju area luar dengan luas yang sesuai dengan jumlah muatan

Pelayanan medis dan pertolongan PertamaI. Untuk menangani kecelakaan di tempat kerja yang potensial,

pemilik harus menjamin adanya personel medis dan ketersediaan suplai pertolongan pertama bagi pekerja

II. Dilakukan pelatihan kepada personel untuk memberikan pertolongan pertama

Alat pemadam kebakaran portablei. Pekerja yang menggunakan alat pemadam kebakaran portable

dapat mengatasi atau mengontrol kebakaran hingga bantuan pemadam kebakaran tiba.

ii. Sebelum keadaan darurat terjadi, majikan harus memutuskan apakah pekerja diizinkan untuk menggunakan alat pemadam kebakaran atau mengevakuasi dengan segera.

iii. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai penempatan, pengguanaan, perawatan, dan pengecekan alat pemadam kebakaran.

iv. Bila alat pemadam kebakaran disediakan bagi karyawan, berikan program pendidikan pada awal pekerjaan dan setidaknya dilakukan kembali setelah 1 tahun

Karyawan dan sistem alarm

Sistem alarm karyawan menyiagakan pekerja untuk memulai melakukan aksi darurat.

Rencana aksi daruratUntuk menyiapkan segala kemungkinan, rencana aksi darurat

menetapkan prosedur yang mencegah kefatalan, kecelakaan, dan kerusakan property.

Rencana aksi kebakaran

48

Page 50: Makalah Safety, Health, And Environment

Rencana ini mempersyaratkan pemilik untuk mengidentifikasi material yang dapat terbakar dan memiliki mudah terbakar yang disimpan di tempat kerja dan jaln untuk mengontrol bahaya kebakaran di tempat kerja

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Irma. 2013. Penanganan Limba Cair. Available at : http://ans-

olahlimbah.com/2013/02/penangan-limbah-cair.html [26 November 2014]

Kesmas. 2013. Pengertian BOD, COD, TSS pada Air Limbah. Available at :

http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/pengertian-bod-cod-tss-pada-

air-limbah.html [26 November 2014].

Muti. 2010. Air Limbah. Available at : http://www.airlimbah.com [26 November

2014]

Widjajanti, Endang. 2011. Penangan Limbah Laboratorium Kimia. Yogyakarta :

UNY

49

Page 51: Makalah Safety, Health, And Environment

DISKUSI

1. Adilla R.

Apa limbah yang paling banyak dari industri? Siapa penanggungjawabnya? Ada

syaratnya tidak? Siapa yang bisa melaporkannya?

Jawaban :

Limbah yang paling banyak di industri adalah limbah cair dibandingkan dengan

limbah yang lainnya.

Yang bertanggungjawab untuk pengolahan limbah di industri adalah SHE

Officer.

Setiap orang bisa melaporkan langsung kepada Badan Lingkungan Hidup jika

melihat adanya pencemaran limbah didaerahnya.

Setiap limbah ada persyaratannya. Untuk limbah cair memiliki persyaratan yaitu

a) BOD (Biological Oxygen Demand)

Adalah banyaknya oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh bakteri aerobic untuk

menguraikan dan menstabilkan sejumlah senyawa organik dalam air melalui

proses oksidasi biologis aerobic dan dinyatakan dalam mg/L.

b) COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

organik yang terdapat dalam limbah cair dengan memanfaatkan oksidator

50

Page 52: Makalah Safety, Health, And Environment

kalium dikromat sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran

bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi

melalui proses biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut

dalam air.

c) TSS (Total Susppended Solid)

Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang

melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan

pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak

boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan

pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air

sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat berlangsung.

d) DO (Dissolved Oxygen)

Adalah banyaknya oksigen (O2) yang terlarut dalam air dan dinyatakan

dalam mg/L.

e) BOD5 (Biological Oxygen Demand)

Adalah banyaknya oksigen (O2) yang dibutuhkan dalam kondisi penetapan

inkubasi selama 5 hari dalam suhu 20oC dan dalam kondisi yang gelap.

Pengujian ini untuk menyatakan degradasi zat organik melalui cara biologis

dan dinyatakan dalam mg/L (Kesmas, 2013).

2. Virna Oktarina

Apa saja koagulator yang digunakan? Keadaan darurat berupa recovery?

Jawaban :

Ada struktur dan tim tim yang di tunjuk untuk bertanggung jawab pada kejadian

dan simulasi gawat darurat.

Dan paling umum dalam sebuah industri dilakukan dalan kurun setahun sekali.

Koagulator yang paling sering digunakan di industri farmasi adalah PAC

(Polyaluminium Chloride).

51

Page 53: Makalah Safety, Health, And Environment

3. Natalia Wijaya

Apa saja parameter limbah cair dan persyaratannya ?

Jawaban :

Parameter Satuan Baku Mutu

BOD5 mg/L 150

BOD mg/L 50

COD mg/L 300

TSS mg/L 400

pH 6-9

4. Fanny Roselia

Jarak rancangan bangunan untuk pengolahan limbah dan tempat produksi? Dan

apa treatment untuk produk β-Laktam?

Jawaban :

Jaraknya 2 km antara tempat pengolahan limbah dengan tempat produksi obat.

Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan β-Laktam sebelum di

campur dengan limbah non β-Laktam ditambahkan NaOH untuk memecah cincin

β-Laktam. Dan kemudian baru diolah ditempat pengolahan limbah.

5. Rahmat

Apa treatment untuk produk β-Laktam?

Jawaban :

52

Page 54: Makalah Safety, Health, And Environment

Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan β-Laktam sebelum di

campur dengan limbah non β-Laktam ditambahkan NaOH untuk memecah cincin

β-Laktam. Dan kemudian baru diolah ditempat pengolahan limbah.

6. Tina Arselina

Implementasi 3R (reuse, recycle, reduce) bagaimana dalam industri?

Jawaban:

Contohnya pada PT. Sinkona Indonesia Lestari menggunakan kembali produk

samping mereka untuk difermentasi dan untuk didisinfektan

53