Makalah (Repaired)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    1/76

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Mulut selayaknya pintu gerbang utama masuknya segala macam benda

    asing ke dalam tubuh, terutama makanan dan minuman. Oleh karena itu, tak

    dapat dipungkiri jika adanya bakteri yang dapat ikut masuk ke dalam tubuh

    melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi. Bakteri tersebut dapat

    menginfeksi jaringan gigi dan mulut jika didukung oleh kebersihan gigi dan

    mulut tidak memadai.

    Karies merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai

    jaringan baik keras maupun lunak gigi. Penyakit ini dapat menyebabkannyeri,

    penanggalan gigi dan infeksi. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa karies dapat

    mengganggu aktifitas sehari-hari. Beberapa faktor yang dapat memicu proses

    terjadinya karies, yaitu faktor host (struktur gigi, saliva), diet (karbohidrat),

    mikroorganisme dan waktu (pola makan).Karies jika tidak ditangani sedini mungkin, dapat menyebabkan

    inflamasi pulpa. Radang pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat

    menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa bakteri

    beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia

    (tanpa adanya bakteri). Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis,

    sebagian atau seluruhnya, dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Pulpitis secara

    klinis terdiri dari 2 macam kondisi berdasarkan tingkat pemulihan jaringan

    pulpa, yaitu reversibel dan ireversibel.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Nyerihttp://id.wikipedia.org/wiki/Nyeri
  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    2/76

    2

    BAB II

    TEORI DASAR

    1.1. Jaringan Pulpa1.1.1. Anatomi Ruang Pulpa

    Ruang pulpa adalah rongga di dalam gigi yang berisi jaringan pulpa

    dan seluruhnya tertutup oleh dentin kecuali foramen apikal. Ruang pulpa

    meliputi kamar pulpa, saluran akar, dan foramen (Gambar 1).

    Gambar 2.1 Morfologi Ruang Pulpa(www.howstuffworks.com/cavity.html)

    1.1.1.1. Kamar PulpaKamar pulpa adalah rongga yang berisi jaringan pulpa di daerah

    mahkota gigi. Jaringan pulpa terdiri dari substansi dasar yang bersifat

    gelatin, kolagen, serabut argirofil, sel-sel elemen, serta sistem

    mikrovaskular dan serabut saraf yang bersifat terminal. Kamar pulpa

    selalu terletak pada level CEJ dan berada tepat ditengah sumbu gigi. Dasar

    kamar pulpa berwarna lebih gelap dari pada dinding dentin disekitarnya.

    Sedangkan orifis saluran akar terletak pada sudut batas antara dasar

    kamar pulpa dengan dinding kamar pulpa. Pada kamar pulpa terdapat

    tanduk pulpa yaitu perluasan jaringan pulpa yang menyerupai tanduk ke

    http://www.howstuffworks.com/cavity.htmlhttp://www.howstuffworks.com/cavity.html
  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    3/76

    3

    arah cusp atau margin insisal. Bentuk outline kamar pulpa sangat

    dipengaruhi oleh usia gigi dan ada tidaknya iritasi.

    1.1.1.2. Saluran AkarSaluran akar terdiri dari saluran akar utama dan saluran akar tambahan

    (accessory canal). Saluran akar utama adalah saluran sepanjang akar gigi

    yang berisi jaringan pulpa, saraf dan pembuluh darah.11 Saluran akar

    utama ini berhubungan langsung dengan kamar pulpa dan normalnya

    diameter yang terbesar terletak pada orifis 1/3 servikal. Saluran akar

    bentuknya cenderung taper atau semakin mengecil pada ujungnya.

    Selain saluran akar utama, juga terdapat saluran akar tambahan dan

    saluran akar lateral. Saluran akar tambahan yaitu cabang dari saluran akar

    utama yang berhubungan dengan permukaan luar akar. Sedangkan saluran

    akar lateral yaitu saluran akar tambahan yang terletak horizontal dari

    saluran akar utama.

    1.1.1.3.

    ForamenForamen adalah lubang pada gigi tempat masuknya pembuluh darah,

    saraf, atau limfe ke dalam saluran akar. Pada gigi, biasanya terdapat dua

    foramen, yaitu foramen apikal dan foramen aksesori. Foramen apical

    adalah lubang dari saluran akar utama yang terletak di apeks gigi, yang

    merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah, saraf, dan limfe.

    Sedangkan foramen aksesori adalah lubang dari saluran akar tambahan

    yang terletak di sekitar apeks gigi. Diameter foramen apical lebih besar

    daripada foramen aksesori. Untuk membedakan dengan foramen apikal,

    diameter foramen aksesori biasanya lebih kecil dari 0,10 mm. foramen

    aksesori juga sering disebut dengan apical delta.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    4/76

    4

    1.1.2. Zona Jaringan PulpaJaringan pulpa terdiri atas 4 zona, yaitu :

    1. Odontoblasts ZoneZona ini merupakan zona terluar jaringan pulpa. Pada zona ini

    terdapat badan sel odontoblas yang tersusun secara berbaris seperti

    pagar. Zona ini berbatasan langsung dengan lapisan predentin.

    2. Cell-free ZoneZona ini relatif bebas sel. Namun zona ini dilewati oleh

    pembuluh kapiler dan pembuluh saraf yang tidak bermyelin. Ada

    atau tidaknya zona ini bergantung pada status fungsional pulpa.

    Zona ini tidak akan terlalu terlihat jelas pada pulpa muda yang

    sedang membentuk dentin atau pada pulpa yang lebih tua yang

    sedang melakukan reparasi dentin.

    3. Cell-rich ZoneZona ini relatif mengandung banyak sel. Pada zona ini terdapat

    banyak fibroblas, makrofag, limfosit T, dan sel-sel cadangan yang

    akan menggantikan sel-sel pembentuk dentin.

    4. Pulp ProperZona ini merupakan massa utama pulpa. Zona ini terdiri dari

    pulpal cell, pembuluh darah, dan serabut saraf yang lebih besar.

    1.1.3. ElemenElemen PulpaJaringan pulpa memiliki beberapa elemen, yaitu :

    1. Substansi seluler

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    5/76

    5

    Odontoblasberbentuk silinder yang kasar, terdiri dari nukleus

    yang berbentuk oval. Odontblas adalah sel yang khas dengan

    sitoplasma yang tidak tetap sepenuhnya di dalam pulpa. Meskipun

    bagian dari sitoplasma odontoblast tetap mengelilingi

    nukleus,sisanya menjulur panjang, tipis seperti ekor yang masuk ke

    dalam tubuli dentin dan meluas ke dalam tubuli dengan

    dentinoenamel atau dentinocemental junction. Sitoplasma ini disebut

    prosesus odontoblas. Ketika ada prosesus yang melewati

    persimpangan dentinoenamel ke email, bagian dari prosesus yang

    ada di enamel disebut enamel spindle.

    Sebagai tambahan terhadap fibroblast dan odontoblas , pulpa

    berisi sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi. Sel ini kaya sumber

    daya untuk dentin-pulpa kompleks karena dapat berubah kedalam

    fibroblast dan odontoblas.

    Sel fibroblas terdapat lebih banyak dibandingkan sel yang

    lain dalam pulpa. Sel fibroblas ini sering tergambar berbentuk

    bintang (star shape) karena bentuk dari outline sitoplasmanya yangirreguler. Fibroblas ini sangat bertanggung jawab dalam

    pembentukan interceluller subtance di pulpa.

    Histiocytes dan undif ferenti ated mesenchymal cell s terdapat

    di sepanjang pulpa dekat dengan kapiler. Mereka adalah bagian dari

    mekanisme pertahanan dari pulpa. Mereka akan merespon luka pada

    pulpa dengan berubah menjadi defense cell.

    2. Substansi interselulerTerdapat jaringan-jaringan ikat seperti jaringan retikular

    (kolagen immature) dan jaringan kolagen matur (tipe I dan II).

    Selain itu terdapat juga substansi dasar yang tersusun atas asam

    hyaluronik, schondroitin sulfat, gyprotein, karbohidrat dan air.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    6/76

    6

    Substansi dasar adalah komponen terbanyak jaringan ikat pulpa.

    Fungsinya sebagai medium transportasi nutrien, O2 dan disposal

    hasil metabolit melului sirkulasi limpatik dan venous

    3. Pembuluh darahPembuluh darah masuk ke saluran akar melalui apikal

    foramen dan lateral kanal. Arteri ini merukan arteri kecil (arteriol),

    cabang dari arteri gigi, cabang dari a. Inferior alveolar, superior

    alveolar, atau a. Infraorbital, cabang dari a. Maksilaris interna.

    Dalam saluran akar, arteriol, menuju pulpa koronal dan bercabang

    ke seluruh pulpa. Pembuluh darah ini paling banyak terdapat di

    lapisan subodontoblastik.

    Setelah keluar dari saluran akar, venula menyatu dengan

    maxillary vein via pterygoid plexus atau lebih ke anterio, facial vein.

    4. Pembuluh sarafPulpa adalah fenomena yang kompleks, yang tidak hanya

    melibatkan respon sensorik tapi juga aspek emosional dan

    konseptual. Gigi dipersyarafi oleh banyak sekali serabut syaraf.

    Apapun bentuk rangsangan yang diterima pulpa perubahan suhu,

    rangsang mekanis, trauma- sensasi yang dihasilkan adalah rasa sakit.

    Sistem sensorik pada pulpa membuatnya dapat menghantarkan

    sinyal ke otak saat pulpa terancam misalnya saat terjadi karies

    mencapai pulpa.

    Di dalam pulpa, terdapat dua jenis serabut syaraf yaitu serabut

    syaraf bermyelin (serabut A) dan tanpa myelin (serabut C). Serabut

    sensorik pada pulpa berasal dari syaraf trigeminal dan memasuki

    ujung akar pulpa melalui foramen apikal. Serabut syaraf A terletak

    di daerah perbatasan dentin-pula, dan bila terstimulasi maka akan

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    7/76

    7

    terasa rasa sakit yang tajam. Sedangkan serabut syaraf C

    terdistribusi di seluruh kamar pulpa, bila serabut syaraf tipe ini

    terangsang maka akan terasa rasa sakit yang lebih berat dan biasanya

    gigi telah mengalami cedera, misalnya karena benturan atau karies

    mencapai pulpa.

    5. Pembuluh limfeSistem limfatik pulpa merupakan pembuluh berdinding tipis

    dan kecil yang terdiri dari saluran berlapis endotelium dengan

    dinding yang tidak kontinu, seperti venula.

    1.1.4. Fungsi Jaringan PulpaPulpa merupakan jaringan yang komplek. Fungsi jaringan komplek ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Fungsi FormatifOdontoblas membentuk dentin. Sel yang sangat spesial ini

    berpartisipasi dalam pembentukan dentin dalam tiga cara, yaitu

    melalui sintesis dan sekresi matriks anorganik, melalui

    pengangkutan komponen anorganik ke matriks yang baru terbentuk

    disaat-saat awal, melalui penciptaan lingkungan yang

    memungkinkan mineralisasi matriks. Selama perkembangan gigi di

    saat awal, dentinogenesis primer umumnya merupakan proses yang

    cepat. Setelah gigi matang, pembentukan dentin terus berlanjut

    namun pada kecepatan yang lebih rendah dan dalam pola yang tidakbegitu simetris (dentinogenesis sekunder). Odontoblas dapat pula

    membentuk dentin sebagai respons atas cedera, yaitu jika ada karies,

    trauma, atau prosedur restorasi. Pada umumnya dentin yang

    terbentuk akibat keadaaan ini tidak begitu teratur dibandingkan

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    8/76

    8

    dentin primer dan dentin sekunder dan sebagian besar terlihat di

    lokasi tempat cedera yang disebut dentin tersier. Secara morfologis,

    dentin tersier memiliki berbagai tampilan sehingga dentin ini juga

    disebut dentin reaktif, reparatif, iritatif, atau dentin ireguler.

    2. Fungsi SensatifPulpa mempunyai fungsi sensori yaitu dapat merasakan rasa

    sakit karena panas, dingin, pengeboran, manis, pembusukan, trauma,

    atau infeksi. Namun, serabut saraf dalam pulpa tidak dapat

    membedakan penyebab rasa sakit.

    Sensasi pulpa yang berjalan melalui dentin dan email biasanya

    cepat, tajam, dan parah, dan ditransmisikan oleh serabut bermielin.

    3. Fungsi NutritifJaringan pulpa memasok nutrien yang sangat penting bagi

    pembentukan dentin dan hidrasi melalui tubulus dentin.

    4. Fungsi ProtektifOdontoblas membentuk dentin sebagai respons terhadap

    cedera, terutama jika ketebalan dentin yang asli telah berkurang

    akibat karies, atrisi, trauma, atau prosedur restoratif. Dentin juga

    dapat terbentuk pada lokasi yang kontinuitasnya terputus, seperti

    pada tempat terbukanya pulpa. Hal ini terjadi melalui induksi,

    deiffrensiasi, dan migrasi odontoblas baru pada lokasi terbuka

    tersebut. Tetapi, struktur dentin yang dihasilkan sebagai respons atas

    cedera seperti ini mungkin tidak sama dengan dentin yang

    dihasilkan melalui proses fisiologis sehingga tidak akan bisa

    memnuhi derajat proteksi yang sama terhadap jaringan pulpa yang

    terletak di bawahnya.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    9/76

    9

    Jaringan pulpa juga memiliki kemampuan memproses dan

    mengidentifikasi zat asing serta menimbulkan respon imun terhadap

    keberadaan zat asing itu. Hal ini adalah ciri khas respon pulpa

    terhadap karies dentin.

    1.1.5. Struktur Jaringan PulpaJaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang

    mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat

    mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari socketnya. Jaringan periodontal

    terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal, dan sementum.

    1.1.5.1. GingivaGingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar.

    Gingiva seringkali dipakai sebagai indikator bila jaringan periodontal terkena

    penyakit, hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai

    dari gingiva. Kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan

    tulang alveolar yang berada dibawahnya.

    Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe mastikasi

    yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan mengelilingi leher gigi,

    pada permukaan rongga mulut, gingiva meluas dari puncak marginal gingiva

    sampai ke mukogingival junction. Mukogingival junction ini merupakan batas

    antara gingiva dan mukosa mulut lainnya. Mukosa mulut dapat dibedakan

    dengan mudah dari gingiva, karena warnanya merah gelap, dan permukaannya

    licin atau halus mengkilat. Hal ini dijumpai pada permukaan vestibularmandibula. Pada permukaan oral maxila, mukogingival junction tidak

    dijumpai sama sekali, karena gingiva berbatasan dengan membrane mukosa

    mulut yang menutupi palatum durum, yang tipenya sama dengan gingival.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    10/76

    10

    Gingival mengelilingi gigi dan meluas sampai ke ruang interdental.

    Antara permukaan oral dan vestibular, gingiva akan berhubungan satu sama

    lainnya melalui gingiva yang berada di ruang interdental ini

    1.1.5.2. Tulang AlveolarTulang alveolar merupakan bagian maksila dan mandibula yang

    membentuk dan mendukung soket gigi. Secara anatomis tidak ada batas yang

    jelas antara tulang alveolar dengan maksila maupun mandibula. Bagian tulang

    alveolar yang membentuk dinding soket gigi disebut alveolar bone proper.

    Alveolar bone proper ini akan didukung oleh bagian tulang alveolar lainnya

    yang dikenal dengan nama supporting alveolar bone.

    Supporting alveolar bone ini terdiri dari dua bagian yaitu yang

    kompak, yang membentuk keeping oral, vestibular dan tulang spongi, yang

    terletak diantara lempeng cortical dan alveolar bone proper. Periousteum

    adalah lapisan yang menghubungkan jaringan lunak yang menutupi

    permukaan luar tulang yang terdiri dari lapisan luar yang terdiri dari jaringan

    kolagen dan bagian terdiri dari serabut elastik lempeng cortical oral maupunvestibular langsung bersatu dengan maksila maupun mandibula.

    1.1.5.3. Ligamentum PeriodontalLigamentum periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi

    ruangan antara permukaan gigi dengan dinding soket, mengelilingi akar gigi

    bagian koronal dan turut serta mendukung gingival. Ligamentum periodontal

    merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang mengelilingi akar gigi dan

    melekatnya ke tulang alveolar. Ligamentum ini melanjutkan diri dengan

    jaringan ikat gingiva dan berhubungan dengan sumsum melalui kanalis

    vaskuler yang ada pada bone proper.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    11/76

    11

    1.1.5.4. SementumSementum merupakan suatu lapisan jaringan kalsifikasi yang tipis dan

    menutupi permukaan akar gigi. Sementum ini akan berbatasan dengan dentin

    dan email, maupun ligament periodontal. Strukturnya mempunyai banyak

    persamaan dengan struktur tulang.

    Sementum merupakan jaringan mesenchymal yang tidak mengandung

    pembuluh darah/saraf dan mengalami kalsifikasi serta menutupi permukaan

    akar gigi anatomis. Selain melapisi akar gigi, sementum juga berperanan

    didalam mengikatkan gigi ke tulang alveolar, yaitu dengan adanya serat utama

    ligementum periodontal yang tertanam didalam sementum (serat sharpey).

    Sementum ini tipis pada daerah dekat perbatasannya dengan enamel dan

    makin menebal kearah apex gigi. Berdasarkan morphologinya sementum

    dibagi menjadi dua tipe yaitu sementum. Asesuler (sementum primer) dan

    sementum seluler (sementum sekunder).

    Sementum aseluler adalah sementum yang pertama kali terbentuk,

    menutup kurang lebih sepertiga servikal atau hingga setengah panjang akar,dan tidak mengandung sel-sel. Sementum ini dibentuk sebelum gigi mencapai

    bidang oklusal, ketebalannya berkisar antara 30 230 m. Disini serat

    Shrapey merupakan struktur utamanya, yang peran utamanya mendukung

    gigi. Sementum seluler terbentuk setelah gigi mencapai bidang oklusal,

    bentuknya kurang teratur (ireguler) dan mengandung sel-sel (sementosit) pada

    rongga-rongga yang terpisah-pisah (lakuna-lakuna) yang berhubungan satu

    sama lain melalui anastomosis kanalikuli. Dibanding dengan sementum

    aseluler, sementum seluler kurang terkalsifikasi dan hanya sedikit

    mengandung serat Sharpey

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    12/76

    12

    1.2. Karies Gigi1.2.1. Definisi

    Karies gigi adalah penyakit infeksi (mikroba) pada jaringan keras gigi

    yang meliputi demineralisasi material anorganik dan destruksi material

    organik gigi. Demineralisasi material anorganik dan destruksi material

    organik dapat terjadi karena aktivitas metabolisme mikroba (bakteri) yang

    memfermentasikan karbohidrat, misalnya glukosa atau sukrosa menjadi

    glukan dengan menggunakan enzim glukosiltransferase sehingga keadaan

    dalam rongga mulut menjadi asam.

    1.2.2. EtiologiKaries memiliki etiologi yang multi-faktorial, ada berbagai faktor

    dengan kondisi tertentu sehingga karies dapat terjadi. Faktor-faktor tersebut

    dijelaskan dalam suatu diagram yang disebut diagram Keyes. Karies

    merupakan infeksi oral karena salah satu faktor etiologi utama dalam proseskaries yaitu adanya bakteri, salah satunya yaitu Streptococcus mutans, yang

    memfermentasikan glukosa dari sisa-sisa makanan dalam rongga mulut.

    Karies juga merupakan suatu proses yang dinamis karena keseimbangan

    demineralisasi dan remineralisasi di dalam mulut berperan dalam terjadinya

    karies.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    13/76

    13

    Gambar 2.2 Diagram Keyes yang menjelaskan berbagai faktor

    etiologi karies serta hubungannya

    1.2.3. Klasifikasi

    2.2.3.1 Klasifikasi Karies oleh G. V. Black

    G.V. Black membagi karies menjadi 6 kelas, yaitu

    1. Kelas ILesi karies terletak pada pit dan fissure pada permukaan oklusal

    premolar dan molar, 2/3 oklusal permukaan bukal dan lingual molar,

    atau permukaan lingual insisif.

    2. Kelas IILesi karies terdapat pada permukaan interproximal gigi posterior

    (premolar dan molar).

    3. Kelas IIILesi karies terdapat pada permukaan interproximal gigi anterior

    (insisif dan kaninus), tetapi tidak melibatkan sudut insisal.

    4. Kelas IV

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    14/76

    14

    Lesi karies terdapat pada permukaan interproximal gigi anterior

    termasuk sudut insisial.

    5. Kelas VLesi karies terdapat pada 1/3 servikal permukaan fasial (labial dan

    bukal), lingual, atau palatal semua gigi.

    6. Kelas VILesi karies terdapat pada incisal edge gigi anterior dan puncak cusp

    gigi posterior tanpa melibatkan permukaan gigi lainnya.

    Gambar 2.3 Klasifikasi karies menurut G. V. Black

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    15/76

    15

    Gambar 2.4. Klasifikasi karies menurut G. V. Black

    2.2.3.2 Klasifikasi Karies oleh G. J. Mount

    G. J. Mount mengklasifikasikan karies berdasarkan letak (site) dan

    ukuran (size) lesi. Site dijadikan sebagai parameter utama karena lesi karies

    biasanya hanya terjadi pada daerah yang sering terjadi akumulasi plak, yaitu

    di mahkota gigi dan akar gigi. Karies dapat menjadi penyakit yang progresif,

    sehingga dapat dilihat ukuran dan perluasan lesinya. Oleh karena itu, lesi

    karies dapat dibedakan menjadi 5 ukuran (size). Dalam penulisannya

    digunakan 2 digit angka, digit pertama menunjukan site, sedangkan digit

    kedua menunjukan size. Misalnya 2.3, kode tersebut menunjukan bahwa lesi

    terletak pada area proximal dan ukurannya enlarged.

    Mount membedakansitekaries menjadi 3, yaitu1. Site 1, lesi karies terdapat pada pit, fisurre, dan defek email pada

    bagian oklusal gigi posterior atau permukaan halus lainnya.

    2. Site 2, lesi karies terdapat pada email bagian proximal (area yangberkontak dengan gigi tetangga).

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    16/76

    16

    3. Site3, lesi karies terdapat pada bagian servikal sepertiga mahkota gigiatau yang disertai resesi gingiva dan akar yang terbuka.

    Sedangkansize karies dikelompokan menjadi 5, yaitu

    1. Size0Lesi yang terjadi masih lesi awal sebagi tahap awal demineralisasi.

    Gambaran klinisnya ditunjukan dengan white spot pada keadaan gigi

    dikeringkan. Lesi ini perlu dirawat dengan cara menghilangkan

    penyebab-penyebab karies.

    2. Size1 (minimal)Lesi berupa kavitas permukaan yang minimal, sedikit melibatkan

    dentin yang mampu memperbaiki diri dengan remineralisasi itu

    sendiri. Beberapa lesi mungkin membutuhkan restorasi untuk

    mengembalikan permukaan yang halus dan mencegah akumulasi plak.

    3. Size2 (moderate)Lesi sudah melibatkan dentin yang cukup banyak. Biasanya pada lesi

    ini, preparasi kavitas menyisakan enamel yang menggaung didukungoleh dentin dengan cukup baik dan masih mampu menahan beban

    oklusi yang normal. Struktur gigi yang tersisa cukup kuat untuk

    mendukung restorasi.

    4. Size3 (enlarged)Lesi sudah cukup besar. Struktur gigi yang tersisa cukup lemah. Karies

    sudah melibatkan cusp atau permukaan insisal, atau sudah tidak

    mampu menahan beban oklusi. Biasanya kavitas perlu diperbesar

    sehingga restorasi dapat dibuat untuk mendukung struktur gigi yang

    tersisa.

    5. Size4 (extensive)Lesi berupa karies yang luas atau hilangnya beberapa struktur gigi.

    Misalnya hilangnya semua cusp gigi atau permukaan insisal.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    17/76

    17

    Tabel 2.1 Penulisan klasifikasi karies oleh Mount

    berdasarkansite dansizelesi karies

    1.2.4. Karakteristik Karies1.2.4.1. Karies Insipiens

    Bila karies baru pada permukaan lapisan email, biasanya belum terjadi

    rasa nyeri. Hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada enamel. Perawatan

    pada kasus ini cukup sederhana, dokter gigi akan membersihkan jaringan

    karies kemudian menutupnya dengan bahan restorasi amalgam atau bahan

    yang lebih baru yang sewarna dengan gigi, yaitu resin komposit secara

    langsung.

    SiteSize 1

    (Minimal)

    Size 2

    (Moderate)

    Size 3

    (Enlarged)

    Size 4

    (Extensive)

    Site 1

    (Pit &

    fissure)

    1.1 1.2 1.3 1.4

    Site 2

    (Contact

    area)

    2.1 2.2 2.3 2.4

    Site 3

    (Cervical

    region)

    3.1 3.2 3.3 3.4

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    18/76

    18

    Gambar 2.5. Karies Insipiens

    1.2.4.2. Karies SuperficialisBila karies sudah mencapai bagian dalam email, sedangkan dentin belum

    terkena (di atas DEJ). Gigi mulai terasa rasa nyeri sebentar atau sedikit.

    Biasanya penumpatan secara langsung masih bisa dilakukan dengan

    memberikan bahan pelapis sebelum diberikan bahan penumpat.

    Gambar 2.6. Karies Superfisialis

    1.2.4.3. Karies MediaBila dasar kavitas karies sudah mengenai dentin, tapi belum melebihi

    setengah dentin. Menyebabkan reaksi hyperemia pada pulpa. Pada tahap ini

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    19/76

    19

    penderita akan mengalami rasa nyeri atau linu pada perubahan suhu panas

    atau dingin dan juga makanan asam atau manis.

    Gambar 2.7. Karies Media

    1.2.4.4. Karies ProfundaBila pada tahap keradangan pulpa gigi masih belum juga dirawat, maka

    invasi bakteri akan mematikan pembuluh saraf dan pembuluh darah sehingga

    terjadi gangrena (kematian jaringan karena bakteri). Jaringan gangrena di

    ruang pulpa akan menjadi busuk dan menimbulkan bau mulut yang tidak

    sedap.

    Invasi bakteri bisa menjalar sampai tulang rahang dan mengakibatkan

    keradangan di tulang rahang dan mengakibatkan pembengkakan (abses).

    Kerangan yang kian meluas ini mengakibatkan tersebarnya bakteri ke seluruh

    tubuh melalui aliran darah, antara lain ke jantung dan otak sehingga bisa

    menimbulkan gangguan serius di kedua organ vital tersebut.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    20/76

    20

    Gambar 2.8. Karies Profunda

    1.2.5. Mekanisme Perjalanan KariesMekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di

    permukaan gigi. Sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses

    menempel pada waktu tertentu berubah menjadi asam laktat yang akan

    menurunkan pH mulut menjadi di bawah 5 dalam waktu 1-3 menit. Hal ini

    menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Penurunan

    pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan

    demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari

    permukaan gigi (pits, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.

    Dalam keaadaan normal terjadi pertukaran ion-ion antara permukaan

    gigi dan lapisan biologis yang menutupinya (pelikel/plak/saliva) setiap setelah

    konsumsi makanan dan minuman. Demineralisasi apatit dapat dikembalikan

    dengan cepat melalui simpanan ion-ion kalsium dan fosfat yang ada dalam

    saliva. Meskipun demikian, proses demineralisasi ini dapat melebihi

    kemampuan remineralisasi tubuh sehingga menyebabkan hilangnya sejumlah

    mineral baik pada email maupun pada dentin dan akhirnya terjadilah karies

    gigi. Kegagalan dalam mencegah dan menggantikan mineral yang hilang

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    21/76

    21

    akibat proses demineralisasi akan menybebabkan terbentuknya kavitas pada

    permukaan gigi.

    Pada hakikatnya, proses karies gigi berjalan lambat. Proses karies

    umumnya juga sudah terjadi lama sebelum tanda-tanda klinis terlihat. Oleh

    karena itu, karies gigi dapat disebut juga sebagai penyakit multifaktor yang

    kronis.

    Bila proses demineralisasi telah terjadi, maka hasil selanjutnya akan

    ditentukan oleh kekuatan remineralisasi. Kemungkinan yang dapat terjadi bisa

    berupa terhentinya perkembangan karies gigi jika kemampuan remineralisasi

    cukup kuat untuk menanggulangi proses demineralisasi atau terbentuk karies

    gigi yang kronis jika proses demineralisasi berlangsung lambat sementara

    proses remineralisasi cukup aktif.

    Demineralisasi

    Komponen minereal gigi tersusun atas hidroksiapatit

    (Ca10(PO4)6(OH)2). Dalam keasaan lingkungan netral, mineral hidroksiapatit

    ini berada dalam kondisi seimbang dengan lingkungan lokal (saliva) yangbersupersaturasi dengan ion kalsium dan fosfat.

    Hidroksiapatit bersifat reaktif terhadap ion hidrogen ketika lingkungan

    berada dalam kondisi pH dibawah 5,5 (pH kritis). Ketika hal ini terjadi, ion

    PO43-

    akan berubah menjadi HPO42-

    karena penambahan ion H+. Akibatnya,

    HPO42-

    yang terbentuk ini tidak mampu menjaga hidroksiapatit dalam kondisi

    seimbang sehingga akhirnya kristal hidroksiapatit larut.

    Remineralisasi

    Proses demineralisasi yang disebutkan sebelumnya dapat

    dikembalikan jika pH dinetralisir sehingga terdapat cukup ion kalsium (Ca2+

    )

    dan fosfat (HPO43-

    ) di lingkungan rongga mulut. Kondisi remineralisasi ini

    dapat dicapai baik melalui kemampuan saliva maupun melalui ion Ca2+

    dan

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    22/76

    22

    HPO43-

    yang tersimpan di dalam saliva. Adanya ion fluoride (F-) dapat

    memperkuat reaksi ini.

    Remineralisasi dapat menghambat proses larutnya kristal

    hidroksiapatit lebih lanjut dan membangun kembali bagian kristal apatit yang

    telah larut akibat proses demineralisasi sebelumnya. Frekuensi dan durasi dari

    reminralisasi akan bergantung pada kekuatan asam di dalam rongga mulut.

    Gambar 2.9Pathogenesis of dental caries

    1.2.6. Mekanisme Penjalaran KariesPenjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera

    dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke

    ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan

    rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    23/76

    23

    Penjalaran Karies Hingga Pulpa

    Macam respons pulpa sebagian disebabkan oleh lama dan intensitas

    rangsangnya. Rangsang yang ringan dan lama kemungkinan akan berakibat

    peradangan kronik. Sedangkan rangsang yang berat dan tiba-tiba akan

    mengakibatkan inflamasi akut.

    Pada lesi karies dentin yang berkembang lambat, stimulus yang

    mencapai pulpa adalah toksin bakteri dan sengatan termis yang berasal dari

    daerah sekitarnya. Sehingga reaksi peradangan yang terjadi adalah inflamasi

    kronik. Tetapi pada bila dentin telah tersingkap sehingga pulpa berkontak

    dengan karies, reaksi inflamasi kronik akan terjadi bersamaan dengan

    inflamasi akut.

    Cedera ringan pada pulpa mungkin tidak akan menyebabkan

    perubahan yang nyata. Tetapi cedera yang moderat hingga parah dapat

    menyebabkan pelepasan mediator inflamasi. Akibat pelepasan sejumlah besar

    mediator inflamasi dapat menyebabkan naiknya permeabilitas pembuluh

    darah, dan migrasi leukosit ke tempat terjadinya cedera. Naiknya tekanan

    kapiler dan meningkatnya permeabilitas kapiler juga dibarengi denganmeningkatnya eritrosit yang mengakibatkan jaringan sekitar nampak

    kemerahan (rubor), warna merah disebabkan oleh hemoglobin yang

    dikandungnya. Hemoglobin juga mengambil banyak oksigen yang akan

    digunakan untuk kegiatan metabolisme,yang mana produk akhir metabolisme

    selain menghasilkan energi juga menghasilkan panas,sehingga mengakibatkan

    kenaikan suhu pada jaringan setempat (kalor). Nyeri (dolor) sering disebabkan

    oleh faktor yang berbeda-beda. Pelepasan mediator inflamasi menyebabkan

    nyeri langsung dengan menurunkan ambang batas saraf sensoris. Substansi ini

    juga menyebabkan nyeri tidak langsung dengan jalan meningkatkan

    vasodilatasi arteriola danpermeabilitas vaskuler, yang mengakibatkan

    peningkatan tekanan jaringan dan pembengkakan /oedem (tumor). Sehingga

    saraf yang berada pada ruang pulpa akan terjepit dan menimbulkan rasa nyeri

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    24/76

    24

    (dolor). Seringkali hasil proses tersebut dapat mengakibatkan kematian pulpa

    karena jaringan ikat yang pekatersebut terkurung dalam dinding yang keras

    dan hanya menerima aliran darah dari pembuluh yang terbatas jumlahnya

    serta melewati lubang yang sangat sempit.

    1.2.7. Daerah Imun dan Rawan KariesDaerah imun karies merupakan daerah jarang atau sulit terkena karies

    biasanya daerah yang mudah di bersihkan seperti bidang oklusal selain pit dan

    fissure, bidang aksial, dan permukaan gigi di bawah gusi yang sehat.

    Permukaan yang licin dan rata juga merupakan daerah yang jarang terkena

    karies karena dapat dicegah, diperbaiki, dan tumbuhnya paling lama.

    Daerah yang rawan terhadap karies adalah daerah permukaan gigi

    yang tidak terkena pergesekan selama pengunyahan dimana terdapat banyak

    penumpukan plak yang merupakan tempat bersarangnya mikroorganisme.

    Biasanya di temukan di bawah titik kontak, pada oklusal bagian pit dan

    fissure dan di 1/3 cervical dari permukaan buccal da lingual. Daerah-daerah

    yang rawan karies adalah:

    1. Pit dan FissurePit dan fissure adalah bagian gigi yang sangat rawan terkena karies,

    hal ini disebabkan bentuk morfologinya yang sempit, kecil sehingga

    sulit dibersihkan. Pada bagian ini pula, banyak di temukan mikroflora

    seperti coccus gram positif, khususnya S. sanguis yang ditemukan

    pada pit dan fissure gigi yang baru erupsi. Pada potongan melintang

    terlihat lesi pada pit dan fissure berbentuk V, berkembang mendekati

    dentino enamel junction (DEJ).

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    25/76

    25

    Gambar 2.10. Pit and fissure

    2. Permukaan licin pada daerah proximalBerawal dari berkembangnya plak di dekat gingiva atau di sekitar

    kontak proximal . Awalnya lesi terdapat pada bagian enamel yang

    berkembang secara perlahan. Setelah memasuki dentino enamel

    junction mulai menyebar dengan cepat ke dentin dan pulpa.

    3. Permukaan AkarCementum yang melapisi akar sangat tipis dan membuat akar

    mempunyai resistensi yang kecil terhadap karies. Pada potongan

    melintang telihat lubang dengan bentuk U yang berkembang dengan

    sangat cepat karena sudah tidak ada perlindungan dari enamel lagi. Di

    tahun terakhir ini, prevalensi karies pada akar sangat menigkat karena

    bertambahnya usia seseorang, resesi gingival, dan biasanya

    mempunyai plak kariogenik pada permukaan akar.

    Gambar 2.11. Permukaan Akar

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    26/76

    26

    4. Bagian dalam EmailPembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras,

    tumbuh secara perlahan. Setelah menembus ke dalam lapisan kedua

    (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan

    masuk ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang mengandung

    saraf dan pembuluh darah).

    1.2.8. Faktor PredisposisiKaries gigi memiliki etiologi yang multifaktor, di mana terjadi

    interaksi dari tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu host (gigi dan

    air ludah), mikroorganisme (kuman) dan subtart (makanan yang lengket dan

    manis) dan faktor ke empat waktu. Selain faktor-faktor yang ada di dalam

    mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang

    tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor

    predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies.

    Gambar 2.12. Agen penyebab karies

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    27/76

    27

    Secara garis besar, faktor predisposisi di bagi menjadi dua yaitu

    sistemik dan local. Faktor sistemik terjadi apabila kurangnya faktor pelindung

    gizi dan kekurangan mineral pembentuk gigi sedangkan faktor local terjadi

    hanya satu daerah, misalnya komposisi ludah, jumlah bakteri yang terkandung

    dalam ludah, konsumsi karbohidrat, oral hygene, dan kedudukan atau susunan

    gigi yang tidak beraturan.

    1.2.9. Penatalaksanaan KariesPerawatan karies gigi ditentukan oleh stadium saat karies terdeteksi :

    1. Penambalan /FillingDilakukan untuk mencegah progresi karies lebih lanjut. Filling merupakan

    penambalan biasa yang dilakukan pada karies yang ditemukan saat iritasi

    atau pulpitis reversible. Bahan yang digunakan yaitu amalgam, komposit

    resin dan glass ionomer. Penambalan dengan nlay juga bisa dilakukan

    2. Perawatan Saluran Akar /Root Canal TreatmentDilakukan bila sudah terjadi pulpitis dan karies sudah mencapai pulpa.

    Setelah dilakukan Root Canal Treatment, dibuat restorasi yang dinamakanonlay.

    3. Pencabutan gigi /EkstraksiMerupakan pilihan terakhir dalam penatalaksanaan karies gigi. Dilakukan

    bila jaringan gigi sudah sangat rusak sehingga tidak dapat direstorasi. Gigi

    yang telah diekstraksi perlu diganti dengan pemasangan gigi palsu

    (denture), implant aau jembatan (bridge).

    1.3. Penyakit Jaringan Pulpa dan Jaringan Periapikal1.3.1. Penyakit Jaringan Pulpa1.3.1.1. Pulpitis

    Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau

    seluruhnya, dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Radang pulpa dapat

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    28/76

    28

    terjadi karena adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan

    pulpa. Jejas tersebut dapat berupa bakteri beserta produknya yaitu toksin,

    dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa adanya bakteri).

    Namun kebanyakan inflamasi pulpa disebabkan oleh bakteri dan

    merupakan kelanjutan proses karies. Pulpitis secara klinis terdiri dari 2

    macam kondisi berdasarkan tingkat pemulihan jaringan pulpa, yaitu

    reversibel dan ireversibel.

    1.3.1.1.1. Pulpitis Reversibel1.3.1.1.1.1. Definisi

    Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang

    apabila penyebabnya dihilangkan maka inflamasi menghilang dan

    pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis

    reversible, antara lain stimulus ringan atau sebentar seperti karies

    insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur

    operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur email yang

    menyebabkan tubulus dentin terbuka.

    1.3.1.1.1.2. EtiologiPulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu

    melukai pulpa.

    1. trauma, misalnya suatu pukulan atau hubungan oklusal yangterganggu;

    2. syok termal,seperti yang ditimbulkan pada waktu melakukanpreparasi kavitas dengan bur tumpul,atau membiarkan bur

    terlalu lama berkontak dengan gigi, atau karena panas

    yang berlebihan pada waktu memoles tumpatan;

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    29/76

    29

    3. dehidrasi kavitas dengan alcohol atau kloroform yangberlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya

    terbuka;

    4. penempatan tumpatan amalgam yang baru berkontak, atauberoklusi dengan suatu restorasi emas

    5. stimulus kimiawi, misalnya dari bahan makanan manis ataumasam atau dari iritasi tumpatan silikat atau akrilik swa-

    polimerisasi

    6. bakteri, misalnya dari karies.Setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang

    sensitivitas ringan terhadap perubahan temperatur, terutama

    dingin. Sensitivitas macam itu dapat berlangsung 2 sampai 3 hari

    atau seminggu atau bahkan lebih lama, tetapi berangsur-angsur

    akan hilang. sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel.

    Gejala-gejala

    Pulpitis reversibel simptomatik ditandai oleh rasa sakit tajamyang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan

    minuman dingin daripada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul

    secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah ditiadakan.

    Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah

    kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah

    dan berlangsung lebih lama. Pada pulpitis reversibel, penyebab rasa

    sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus, seperti air dingin atau

    aliran udara, sedangkan pulpitis irreversibel rasa sakit dapat datang

    tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimptomatik dapat

    disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normalkembali

    setelah karies dihilangkan dan menjadi normal kembali setelah

    kariesdihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    30/76

    30

    1.3.1.1.1.3. MekanismePulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan

    inflamasi ringan sampai sedang terbatas pada daerah dimana tubuli

    dentin terlibat, seperti misalnya karies dentin.

    Secara mikrokopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan

    odontoblas, pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema

    dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten.

    Meskipun sel inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat juga sel

    inflamasi akut.

    Awal manifestasi histologis dari reaksi inflamasi dalam pulpa

    terjadi selama perkembangan karies dari enamel ke dentin. Proses

    odontoblastic berakhir pada dentinoenamel junction pada lapisan

    sclerosed dentin, dimana dentin pertibular terbentuk, diikuti oleh

    proses mineralisasi dari odontoblastik. Di sisi ini, banyak terdapat

    bakteri.

    Jika proses karies yang terjadi adalah superfisial dan kronis,pembentukan dentin sekunder dan inflamasi akan mengurangi lapisan

    odontoblastic.

    Dengan karies aktif, di sisi lain, terdapat inflamasi sel secara

    besar-besaran dengan hanya sedikitnya formasi dentin sekunder.

    Enzim lisosom dilepaskan oleh netrofil granulosit yang rusak dan

    makrofag dibawa ke endotel sel nekrosis, dan mengakibatkan

    meningkatnya permeabilitas vaskular dan edema. Pada tahap proses

    karies ini, serabut saraf tampak hanya untuk meringankan kerusakan.

    Area inflamasi akan meluas, tetapi terlokalisasinya hanya

    fokus di dalam tanduk pulpa. Mineralisasi patologis di sepanjang

    dinding kanal, serta di awal formasi dentin, juga dapat terjadi.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    31/76

    31

    Selama inflamasi, sel endotil di dalam pembuluh darah aktif

    untuk perlekatan molekul, untuk mengangkat benda di sekitar leukosit.

    Hal ini dan aliran darah yang lambat, mengizinkan netrofil granulosit

    untuk memberikan endotelium dan elstravasate ke dalam jaringan

    pulpa. Pada permukaan reseptor dari makrofag, bakteri

    lipopolisakarida (LPS) mengikat, yang dapat dilepaskan tubuli dentin

    setelah kematian bakteri gram negatif. Aktivitas makrofag ini

    mensekresikan cytokines dan chemokines yang dapat meningkatkan

    inflamasi.

    Setelah bakteri menyerbu ke dalan tubulus dentin, netrofil

    granulosit berpindah ke arah pintu masuk tubulus dekat pulpa. Disana,

    granulosit mati dan melepaskan enzim lisosom yang dapat merusak

    jaringan pulpa. selama fagositosis berikutnya dari jaringan yang

    dihancurkan oleh mononuklear fagosit, penyerapan debris seluler

    mengarah pada pelepasan enzim lisosom, dengan perusakan jaringan

    dan chemotactic bagi sel inflamasi.

    Serangan agen yang meningkatkan reaksi inflamasi adalahbakteri dan metabolik dan keruskan produk, serta produk-produk

    penguraian dentin itu sendiri. Hal ini lalu berlanjut ke pulpitis

    irreversibel.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    32/76

    32

    Gambar 2.13. Histologi

    Gambar 2.14. Histologi

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    33/76

    33

    Gambar 2.15. Histologi

    Sumber : Beer, Pocket Atlas of Endodontics, 2006

    Keterangan :

    A : Dentin sekunder dan pembentukan dentin, berdekatan dengan

    dentin karies lanjutan

    B : Dentin sekunder hanya memiliki sedikit tubuli dan berbatasan

    sedkit dengan odontoblas

    C : Di dalam tanduk pulpa, ada tanda-tanda penimbunan inflamasi

    pulpa

    D/E : Awal disintegrasi dari layer odontoblas dan pembesaran

    inflamasi sel, tanpa adanya jaringan nekrosis

    F : Bakteri menyusup ke dalam tubulus dentin. Pada dinding pulpa,

    neutrofil granulosit berimigrasi ke arah pintu masuk tubulus dan melepaskan

    enzim yang nantinya akan merusak jaringan

    G : Neutrofil granulosit, terlihat jelas dalam lapisan predentin dan

    dalan tubulus dentin

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    34/76

    34

    1.3.1.1.2. Pulpitis Irreversibel

    Gambar 2.16. Pulpitis Irreversible

    Sumber : http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/pulpitis-reversibel-ireversibel-nekrosis-pulpa/

    1.3.1.1.2.1. DefinisiPulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak

    akan bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau

    cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali

    merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat

    pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan

    dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan gigi

    dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran

    darah pulpa.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    35/76

    35

    Macam- macam pulpitis

    Macam Pulpitis irreversible dibedakan berdasarkan lokasi

    nyeri terdiri dar 2 macam, yaitu pulpitis irreversibel terlokalisasi dan

    pulpitis irreversible tidak terlokalisi. Pulpitis irreversibli terlokalisasi

    lebih mudah dan cepat didiagnosis. Tanda dan gejala dari pulpitis

    irreversible terlokalisasi antara lain:

    1. Nyeri yang terus menerus hingga beberapa sampai berjam-jam.

    2. Nyeri berdenyut atau nyeri yang hebat hingga menganggu aktifitas

    pasien.

    3. Nyeri spontan berlangsung sepanjang hari atau ketika malam.

    4. Nyeri ketika makan makanan yang dingin maupun panas.

    Pulpitis irreversibel juga dapat dibedakan berdasarkan

    gejalanya, yaitu:

    Symptomatic Irreversibel Pulpitis

    Rasa sakit spontan, sementara atau serangan hebat

    berkelanjutan. Sakit lebih lama jika ada perubahan temperatur

    mendadak. Tidak ada rasa sakit jika stimulus dihilangkan. Perubahan

    sikap badan (tidur/membungkuk) menyebabkan rasa sakit dan gelisah.

    Dapat didiagnosis melalui dental history, pemeriksaan visual lengkap,

    radiografi yang tepat. Symptom akan hilang dan berlanjut menjadi

    tahap nekrosis.

    Asymptomatic Irreversibel Pulpitis

    Mungkin disebabkan oleh perubahan symptomatic irreversibel

    pulpitis jadi keadaan diam. Paling umum disebabkan oleh karies dan

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    36/76

    36

    trauma. Kondisi patologis diidentifikasi melalui gejala sakit gigi dan

    radiografi yang tepat.

    Hyperplastic Pulpitis (pulpa polip)

    Resorbsi Internal (perluasan tanpa rasa sakit pada pulpa karena

    kerusakan dentin, berupa pink spot terapi endodontik yang tepat

    dapat mencegah kerusakan.) Kanal Kalsifikasi (deposit dentin yang

    berlebih sepanjang sistem kanal, apabila terjadi diskolorisasi

    mahkota, disarankan chamber calcification.)

    1.3.1.1.2.2. EtiologiPulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang

    berasal dari karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui

    karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal,

    dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan

    kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan

    dengan baik.

    Gejala-gejala

    Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai

    dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan

    oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin;

    bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang

    dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkanbendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut

    jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara

    spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan

    oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    37/76

    37

    umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-

    menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung

    pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal.

    Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di

    dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.

    Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya

    terdapat pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu

    lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik

    karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin,

    rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan walaupun

    dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau drainase pulpa, rasa

    sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat

    kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah

    tumpatan yang bocor.

    1.3.1.1.2.3. MekanismePulpitis irreversible merupakan suatu infeksi jaringan pulpa

    yang merupakan proses lanjut dari karies yang bersifat kronis, bila

    karies menembus dentin, dapat menyebabkan respon inflamasi kronis

    yang berkaitan dengan pulpitis reversibel. bila karies tidak diambil

    maka inflamasi dalam pulpa akna meningkat ekparahannya, jika

    keusakan mendekati pulpa, venula pasca kapiler menjadi padat, dan

    menyebabkan perubahan patologik seperti misalnya nekrosis. daerah

    nekrotik akan menarik leukosit polimorfonuklear dengan kemotaksis

    dan memulai reaksi inflamasi akut. terjadi fagositosis oleh leukosit

    polimorfonuklear pada daerah nekrosis. setelah fagosit, leukosit

    polimorfonuklear yang mempunyai masa hidup pendek mati dan

    emngeluarkan enzim lisosomal. enzim lisosomal menyebabkan lisis

    nenerapa stroma pulpa dan bersama- sama debris selular leukosit

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    38/76

    38

    polimofonuklear membentuk eksudat purulen (nanah). reaksi inflamasi

    ini menghasil;kan mikroabses (pulptis akut). pulpa akan melindungi

    diri dengan cara membatasi daerah mikroabses tersebut dengan

    jaringan fibrus. bila proses karies berlanjut untuk maju dan menembus

    pulpa, gambaran histologisnya berubah. maka akan terlihat suatu

    daerah pulpitis ulseratif kronis yang cairannya keluar melalui kavitas

    mulut. Oleh karena itu pada pemeriksaan histopatologi tampak adanya

    respon inflamasi kronis yang dominan. Selain itu terdapat daerah

    mikro abses dan daerah nekrotik serta mikroorganisme bersama-sama

    dengan limfosit, sel plasma, dan makrofage. pulpitis ireversibel

    umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dan sistem pertahanan

    jaringan pulpa sudah tidak mampu mengatasinya, serta tidak dapat

    sembuh kembali. Rasa nyeri pulpitis irreversible dapat berupa nyeri

    spontan, nyeri berdenyut, menjalar, dan menyebabkan penerita tidak

    dapat tidur sehingga membuat kondisi menjadi lemah dan akan

    mengganggu aktifitas penderita.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    39/76

    39

    Gambar 2.17. Histologi

    Gambar 2.18. Histologi

    Sumber : Beer, Pocket Atlas of Endodontics, 2006

    Keterangan :

    A : Karies dentin lanjutan dibawah fissure telah mencapai jaringan pulpa.

    Saluran akar pulpa menunjukan beberapa difusi kalsifikasi, tapi terbebas dari

    inflamasi.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    40/76

    40

    B : Di dalam tanduk pulpa, terdapat pembesaran infiltrasi sel inflamasi dengan

    kehancuran sebagian kecil jaringan.

    C : bacteri yang ada di dalam tunulus dentin menarik netrofil granulosit.

    Bagian kosong di lapisan subodontoblas menunjukan mikronekrosis, dengan

    timbunan nanah dan polimorfonuklear granulosit.

    D : Granulosit mendominasi perivaskular dan intravaskular (gambar ini

    menunjukan iritasi chemotactic). Bagian kosong yang lebih besar menunjukan

    jaaringan nekrosis. Ada sel plasma dan makrofag yang memproduksi

    cytokines dan chemokines, menyebabkan chemoattraction pada leukosit. Hal

    ini memobilisasi monosit, neutrofil granulosit dan efektor sel yang lain,

    menarik mereka untuk fokus kepada infeksi.

    Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis irreversibel adalah:

    Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta

    menyebar.

    Gejala Subyektif : nyeri tajam. panas, dingi, spontan tanpa ada rangsangan

    sakit, nyeri lama sampai berjam-jam.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    41/76

    41

    1.3.1.2. Nekrosis Pulpa1.3.1.2.1. Definisi

    Gambar 2.19. Nekrosis Pulpa

    Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa. Nekrosis pulpa dapat diartikan

    juga sebagai kematian jaringan pulpa akibat sistem pertahanan pulpa

    sudah tidak dapat menahan besarnya rangsangan sehingga jumlah sel

    pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian atau

    seluruh ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan

    menjadi antigen bagi sel-sel pulpa yang masih hidup. Nekrosis pulpa

    merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari inflamasi

    pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat

    trauma. Kematian pulpa dapat sebagian atau total.

    Jenis Terdapat 2 jenis umum dari nekrosis :

    1. Nekrosis Koagulasi

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    42/76

    42

    Nekrosis koagulasi adalah kematian jaringan pulpa dalam

    keadaan kering atau padat. Pada nekrosis koagulasi, bagian jaringan

    yang dapat larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid.

    Pengejuan (caseation ) adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang

    jaringannya berubah menjadi masa seperti keju yang terdiri atas

    protein yang mengental, lemak, dan air. Jumlah kuman, virulensi

    dan patogenitasnya kecil. Sehingga tidak memberi respon terhadap

    tes dingin, panas, atau tes vitalisasi.

    Penyebab dari nekrosis koagulasi adalah :

    a. Trauma: bisa karena benturan, jatuh atau terpukulb. Termis : akibat panas berlebih ketika mengebor gigic. Listrik : timbulnya aliran galvanis akibat dua tumpatan logam

    yang berbeda pada gigi yang berdekatan

    d. Kimia : asam dari tambalan silikat

    2.

    Nekrosis Likuefaksi / pengentalan dan pencairanNekrosis likuefaksi adalah kematian jaringan pulpa dalam

    keadaan basah. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik

    mengubah jaringan menjadi masa yang melunak, suatu cairan atau

    debris amorfus. Jumlah kuman terutama bakteri anaerob cukup

    banyak. Respon terhadap tes panas atau tes vitalitas adalah positif

    karena terjadi konsuksi melalui cairan dalam pulpa menuju jaringan

    vital didekatnya. Pada gigi utuh yang mengalami nekrosis perubahan

    warna biasanya merupakan petunjuk pertama bagi kematian pulpa.

    Penyebab dari nekrosis likuefaksi :

    a. Kelanjutan dari pulpitisb. Nekrosis koagulasi yang telah terinfeksi

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    43/76

    43

    1.3.1.2.2. EtiologiNekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi :

    1) Pada umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibeltanpa penanganan atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka

    trauma yang mengganggu suplai aliran darah ke pulpa. Meskipun

    bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau dikoagulasikan, pulpa

    tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang

    mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis.

    2) Penyebab nekrosis pulpa yang paling sering adalah kelanjutanproses radang pulpa akibat karies dan proses perubahan/degenerasi

    sehingga menyebabkan berkurangnya fungsi pulpa

    3) Nekrosis pulpa dapat juga disebabkan oleh injury yangmembahayakan pulpa seperti bakteri, trauma, dan iritasi kimiawi (

    bisa dari dari bahan restorasi silikat, ataupun akrilik ).

    4) Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahandevitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid.

    1.3.1.2.3. Mekanisme Nekrosis PulpaJaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast;

    memiliki kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu

    kemampuan untuk mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan

    tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan

    proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan

    kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan

    pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Saat Necrosis

    terjadi, penyediaan darah tidak berjalan lagi dan syaraf pulpa tidak dapat

    berfungsi lagi. Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang meradang

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    44/76

    44

    semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan

    vitalitasnya.

    Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi

    bakteria pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara

    jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal

    tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi bacteria ke

    jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila

    tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah

    parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang

    pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat

    terbentuk sebagai hasil dari operative atau restorative procedure yang

    kurang baik atau akibat restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga

    diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, proses erosi, atrisi

    dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi bakteria dapat mencapai

    jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan. Sedangkan direct pulpal

    exposure bisa disebabkan karena proses trauma, operative procedure yang

    paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteriamenginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan pulpa. Saat

    infeksi ini menyebar sampai ligament periodontal, gigi akan sensitive

    terhadap ketukan atau nyeri spontan. Pada pemeriksaan radiografik akan

    terlihat ligament periodontal yang menebal menjadi lesi radiolusent pada

    periapical. Gigi akan menjadi hypersensitive terhadap panas, walaupun

    panas tersebut berasal dari rongga mulut.

    Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat

    menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa

    minggu. Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi

    darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa.

    Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama

    pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    45/76

    45

    darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan

    degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi

    kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau

    total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi

    rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke

    pembuluh darah kecil pada apeks. Semua proses tersebut dapat

    mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.

    Saat nekrosis pulpa, gigi tidak akan merespin pada tes elektrik maupun

    tes stimulasi dingin, tetapi pada saat diberikan tes panas untuk beberapa

    waktu, gigi akan merespon. Respon ini dikarenakan adanya gas atau

    cairan yang ada pada ruang saluran pulpa melebar dan memanjang sampai

    jaringan periapikal.

    1.3.1.3. DiagnosisDiagnosa adalah cara untuk mengidentifikasi atau mengenali suatu

    penyakit. Ada pula yang menyebutkan bahwa diagnosa merupakan

    penentuan sifat penyakit atau membedakan satu penyakit dengan yanglainnya. Seorang dokter gigi berhak melaksanakan semua tes diagnosa,

    mengintepretasikan hasil tes tersebut secara diferensial, menangani pasien

    secara psikologis selama prosedur pengetesan, dan memformulasikan

    diagnosa yang tepat beserta rencana perawatannya. Harus dilakukan

    pendekatan yang sistematik secara bertahap dalam menegakkan diagnosa

    dan membuat rencana perawatan. Pada awalnya kita harus menentukan

    keluhan utamanya, lalu tentukan informasi penting yang berkaitan dengan

    riwayat medis dan riwayat kesehatan gigi pasien. Setelah itu dokter

    melakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan radiografis secara teliti,

    setelah itu dokter baru dapat memformulasikan diagnosa dan rencana

    perawatan yang tepat. Banyak hal yang harus diketahui dalam penegakkan

    diagnosa.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    46/76

    46

    Keluhan Utama

    Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang

    dapat diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang diutarakan

    pasien dengan bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang

    membuatnya datang untuk melakukan perawatan.

    Riwayat Kesehatan Umum

    Riwayat kesehatan umum ini perlu ditanyakan untuk mengetahui

    penyakit-penyakit apa saja yang sedang atau pernah diderita. Untuk pasien

    baru tentu kita akan menanyakannya, tetapi pasien lama juga perlu untuk

    terus diperbaharui riwayat kesehatan umumnya.

    Pemeriksaan Subjektif

    Perlu juga dilakukan pemeriksaan subjektif dimana pada

    pemeriksaan ini dokter bertanya bagaimana yang dirasakan pasien,

    misalnya nyeri seperti apa yang dirasakan pasien, bagaimana intensitasrasa sakit tersebut, dan persistensinya. Makin kuat nyerinya, makin besar

    kemungkinan adanya penyakit yang ireversibel. Nyeri intens adalah nyeri

    yang baru terjadi, tak dapat diredakan oleh analgesik, dan menyebabkan

    pasien mencari pertolongan. Nyeri spontan timbul tanpa adanya stimulus

    atau tanpa sebab. Nyeri terus-menerus adalah nyeri yang bersifat teerus

    menerus dan bahkan intensitasnya makin meningkat setelah stimulusnya

    hilang. Contohnya, pasien mengemukakan adanya nyeri berkepanjangan

    setelah minum cairan dingin. Yang lain mengeluh adanya nyeri intens

    yang terus menerus ketika mengunyah. Nyeri terus menerus akibat

    stimulus termal biasanya menandakan adanya pulpitis ireversibel,

    sedangkan nyeri terus menerus setelah aplikasi tekanan pada gigi

    mengindikasikan penyakit periradikuler.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    47/76

    47

    Pemeriksaan Objektif

    Selain pemeriksaan subjektif, ada juga pemeriksaan lain yaitu

    pemeriksaan objektif. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter langsung.

    Pemeriksaan objektif ini terdiri beberapa cara sebagai berikut:

    1) Pemeriksaan ekstraoral. Hal-hal yang dilakukan dalampemeriksaan ekstraoral ini seperti melihat penampilan umum,

    tonus bibir, asimetri wajah, pembengkakan, perubahan warna, dan

    sebagainya.

    2) Pemeriksaan intraoral. Pemeriksaan intraoral antara lainmemeriksa jaringan lunak di sekitar mulut seperti mukosa bibir,

    mukosa oral, bibir, lidah, dan palatum. Diperiksa pula gigi-geligi

    satu persatu untuk mengetahui apakah gigi pasien terdapat

    perubahan warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi, atau

    abnormalitas lain.

    3) Tes klinis. Tes klinis ini tidak mutlak harus semuanya dilakukan,tetapi dipilih berdasarkan kasus yang didapatkan. Tes klinis iniantara lain tes dengan menggunakan kaca mulut dan sonde, serta

    tes periodontium dan tes untuk mengetahui keadaan pulpa dan

    periapeks. Perlu diingat bahwa tes ini bukanlah tes untuk gigi

    tetapi tes mengenai reaksi pasien terhadat stimulus yang diberikan.

    4) Tes periapeks terdiri dari perkusi dan palpasi yang dilakukan padamukosa objek. Dilakukan pula tes kevitalan pulpa juga yang

    memiliki bermacam-acam cara yang dipilih bergantung pada

    situasi. Tes pertama adalah stimulasi langsung pada dentin. Tes ini

    dapat dilakukan dengan menggoreskan dentin yang terbuka

    dengan sonde. Selain itu ada tes dingin atau cold test. Ada 3

    metode yang umumnya diguakan bagi tes ini yaitu menggunakan

    es biasa, karbon dioksida (es kering), dan refrigerant. Es karbon

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    48/76

    48

    dioksida memerlukan alat khusus seangkan refrigerant disimpan

    dalam kaleng dengan semprotan sehingga lebih mudah digunakan.

    Selain tes dingin, ada pula tes panas yang dilakukan dengan cara

    memutarkan caret profi kering pada permukaan gigi. Selain itu ada

    pula alat yang dapat digunakan untuk tes panas bernama Touch-n-

    Heat, alat ini mengguakan baterai dan dapat dapat dikendalikan

    dengan lebih mudah serta menghantarkan panas yang lebih efektif

    dan aman. Apabila pasien mengeluhkan nyeri timbul oleh makanan

    atau minuman dingin/panas, maka lakukanlah tes termal.

    Pengetesan pulpa dapat pula dilakukan secara elektrik, karena kini

    terdapat berbagai alat pengets pulpa elektrik dan sebagian besar

    ditenagai oleh baterai dan menghasilkan berbagai aliran listrik

    yang berfrekuensi tinggi. Stimulus biasanya diaplikasikan pada

    permukaan fasial untu menentukan ada-tidaknya saraf sensoris dan

    vital tidaknya pulpa.

    Pemeriksaan Radiografi

    Pemeriksaan radiografi cukup penting dalam penegakan

    diagnosa. Seringkali banyak kelainan kecil pada hasil radiografis

    yang terabaikan.

    1.3.1.3.1. Diagnosa PulpitisDiagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

    Untuk menentukan apakah pulpa masih bisa diselamatkan, bisa dilakukan

    beberapa pengujian:

    Diberikan rangsangan dingin.Jika setelah rangsangan dihentikan nyerinya hilang, berarti pulpa

    masih sehat. Pulpa bisa dipertahankan dengan cara mencabut bagian

    gigi yang membusuk dan menambalnya. Jika nyeri tetap ada meskipun

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    49/76

    49

    rangsangan dingin telah dihilangkan atau jika nyeri timbul secara

    spontan, maka pulpa tidak dapat dipertahankan.

    Penguji pulpa elektrik.Alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih hidup,

    bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat. Jika penderita

    merasakan aliran listrik pada giginya, berari pulpa masih hidup.

    PerkusiJika dengan pengetukan gigi timbul nyeri, berarti peradangan telah

    menyebar ke jaringan dan tulang di sekitarnya.

    RadiografiDilakukan untuk memperkuat adanya pembusukan gigi dan

    menunjukkan apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan

    pengeroposan tulang di sekitar akar gigi.

    1.3.1.3.1.1. Diagnosa Pulpitis ReversibelPulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai

    dengan gejala sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebihsering diakibatkan oleh rangsangan dingin daripada panas. Ada

    keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan, terutama makanan dan

    minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan dihilangkan,

    rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.

    Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:

    - Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelahrangsangan dihilangkan

    - Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbulbila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.

    - Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    50/76

    50

    - Tes vitalitas: gigi masih vital- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika

    karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu

    kemudian tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.

    1.3.1.3.1.2. Diagnosa Pulpitis IrreversibelSecara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada

    umunya terdapat pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup

    oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan

    keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil

    pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak

    tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan

    atau draenase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama

    sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas

    atau masuk di bawah tumpatan yang bocor.

    Cara untuk mendiagnosa pulpitis irreversibel adalah:

    oAnamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjanganserta menyebar

    o Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpaada rangsangan sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.

    o Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profundaperforasi, perkusi dan tekan kadang-kadang ada keluhan.

    o Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehinggakeadaan gigi dinyatakan vital.

    o Terapi: pulpektomi

    1.3.1.3.2. Diagnosa NekrosisRadiograf umum menunjukan suatu kavitas atau tumpatan besar, dan

    suatu penebalan ligament periodontal. Pulpa perlahan-lahan mati tanpa

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    51/76

    51

    gejala sehingga pasien tiak merasa apapun seolah-olah aman dan sehat.

    Gigi dengan pulpa nekrotik, tidak bereaksi terhadap dingi, tes pulpa listrik

    atau tes kavitas. Namun, timbul reaksi minimal terhadap arus maksimum

    tester pulpa listrik bila arus listrik dikonduksi melalui uap lembabyang

    terdapat pada saluran akar setelah pencairan nekrosis ke jaringan vital

    tetangganya ( Grossman LI. 1998).

    1.3.1.3.3. Diferential DiagnosaDifferensial diagnosa adalah penentuan dari beberapa penyakit yang

    dihasilkan oleh suatu gejala. Merupakan metode sistematis yang

    digunakan untuk mengidentifikasi kondisi, sindrom, atau gangguan yang

    menyebabkan pasien memberikan tanda-tanda atau gejala tersebut. Pada

    diferensial diagnosa, sudah mulai menentukan kira-kira penyakit atau

    kelainan apa saja yang diderita oleh pasien.

    1.3.2. Penyakit Jaringan Periapikal1.3.2.1.

    Klasifikasi dan Penyebab Penyakit Jaringan Periapikal

    Sebelum mengetahui gambaran penyakit jaringan periapikal yang

    abnormal,sebaiknya perlu diketahui dulu gambaran periapikal yang

    normal.Jaringan periapikal yang normal mempunyai ciri ciri yaitu gigi

    tidak menimbulkan gejala sakit, tes perkusi dan tes palpasi normal dan

    gambaran radiografinya tampak lamina dura baik dan membran periodontal

    di sekeliling akar tidak melebar.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    52/76

    52

    2.20 Radiologi Jaringan Periapikal

    Selanjutnya dapat dibedakan pula antara Periodontitis Apikalis

    Simptomatik dengan Periodontitis Apikalis Asimptomatik. PeriodontitisApikalis Simptomatik mempunyai ciri ciri yaitu sakit akut pada saat

    menggigit atau tes perkusi,tes vitalitas pulpa bisa (+) atau (-) dan gambaran

    radiografinya tampak pelebaran membran periodontal dan pada apikal ada

    atau tidak adanya gambaran radiolusen.Sedangkan Periodontitis Apikalis

    Asimptomatik mempunyai ciri ciri yaitu tidak memiliki gejala klinis ,tidak

    respon terhadap tes vitalitas pulpa dan gambaran radiografinta tampak

    radiolusen pada apikal.

    Gambar 2.21. Radiologi Jaringan Periapikal

    Dapat pula dibedakan antara abses apical akut dan abses apical

    kronis.Abses apical akut mempunyai ciri ciri yaitu rasa sakit yang sangat

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    53/76

    53

    akut pada saat menggigit,perkusi dan palpasi,tidak respon terhadap tes

    vitalitas pulpa,gambaran radiografinya tampak pelebaran membran

    periodontal dan tampak radiolusen di bagian apical,pembengkakan dapat

    terlihat di intraoral atau ekstraoral dan biasanya disertai dengan demam dan

    palpasi pada kelenjar limfe cervical serta submandibular menunjukkan adanya

    pembesaran.Sedangkan abses apical kronis mempunyai ciri ciri yaitu tidak

    memiliki gejala klinis,tidak respon terhadap tes vitalitas pulpa,gambaran

    radiografinya tampak radiolusen di bagian apical,tidak sensitive terhadap

    tekanan menggigit,dn dibedakan dengan periodontitis apikalis asimptomatik

    dengan fistul yang terlihat di sekitar gigi yang abses.

    1.3.2.2. Patogenesis Penyakit PulpaTerpisah dari susunan anatomi dan jenis iritan yang menyerangnya,

    pulpa merespon iritan sama seperti jaringan ikat yang lain. Injuri pada

    pulpa dapat berakibat kematian sel yang menyebabkan inflamasi. Tingkat

    inflamasinya bermacam-macam tergantung pada intensitas dan tingkatkeparahan pada kerusakannya. Slight injuri, seperti incipient caries atau

    lubang yang dangkal, akan mengakibatkan inflamasi yang kecil atau

    bahkan tanpa inflamasi. Pada kontras, karies yang dalam, atau iritan yang

    terus-menerus akan menyebabkan inflamasi yang lebih parah.

    Berdasarkan keparahan dan durasi cedera serta kapasitas host untuk

    merespon, tingkat respon pulpa berawal dari dari inflamasi sementara ke

    irreversible pulpitis, lalu nekrosis total. Perubahan ini sering kali tidak

    menimbulkan rasa sakit dan tidak diketahui oleh pasien ataupun dokter

    gigi.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    54/76

    54

    1.3.2.2.1. Proses InflamasiInjuri pulpa berarti kerusakan sel dan kematian sel yang diikuti oleh

    pelepasan mediator inflamasi nonspesifik, seperti histamin, bradikinin,

    dan asam arachidonic metabolit. Juga dilepaskan produk granul PMN

    lysosomal (elastase, chatepsin G, dan lactoferin), inhibitor protease seperti

    antitripsin, dan neuropeptidase seperti kalsitonin.

    Mast cell disebut sebagai sumber utama dari histamin. Sel ini

    ditemukan pada pulpa yang mengalami inflamasi.munculnya histamin

    pada dinding pembuluh darah dan adanya kenaikan kadar histamin

    menandakan adanya peran histamin dalam patofisiologi inflamasi pulpa.

    Kinin menunjukan banyak tanda dan gejala dari inflamasi akut,

    diproduksi ketika plasma atau jaringan kalikreins kontak dengan

    kininogen. Kemunculan substansi sejenis bradikinin juga ditemukan pada

    pulpa yang mengalami iritasi. Sebagai hasil dari kerusakan sel,

    pospolipase A2 menghasilkan asam arachidonic dari membran sel.

    Metabolisasi asam arachidonic terdapat pada prostaglandin, tromboxane,dan leukotrien. Bermacam asam arachidonic metabolit telah ditemukan

    pada penelitian pulpitis. Hal ini membuktikan bahwa asam archidonic

    berperan dalam inflmasi pulpa.

    Injuri pulpa ringan hingga sedang berggantung pada nervus sensori

    dengan immunoreactive (I) CGRP yang meningkat. Sedangkan injuri

    berat memiliki efek sebaliknya, yaitu reduksi immunoreactive (I) CGRP

    dan ISP. Hal ini menunjukan neuropeptida pulpa berubah dinamik sesuai

    tingkat keparahan injuri.

    1.3.2.2.2. Respon ImmunologisPada reaksi inflamasi nonspesifik, respon immunologi mungkin

    menimbulkan dan memperpanjang penyakit pulpa. Antigen potensial

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    55/76

    55

    seperti bakteri dan bioproduknya di dalam karies dental, yang secara

    langsung (atau via tubule) bisa menimbulkan reaksi yang berbeda. Linfosit

    B, sel plasma, dan anti bodi seperti limfosit T normal dan muncul pada

    inflamasi pulpa. Kemunculan antigen potensial dalam karies serta

    identifikasi sel-sel imunokompeten seperti leukosit PMN, makrofag,

    limfosit, sel plasma, dan sel mast pada inflamasi pulpa seperti antibodi

    terhadap bakteri spesifik menandakan bahwa mediator reaksi imunologi

    berperan dalam patogenesis pulpa.

    1.3.2.2.3. Lesion ProgressionInjuri pulpa ringan tidak akan menunjukan perubahan signifikan.

    Sedangkan injuri sedang hingga berat meningkatkan konsentrasi mediator

    inflamsi. Kenaikan inhibitor protease pada inflamasi pulpa sedang hingga

    berat menandakan adanya natural modifier. Akiba tjumlah mediator

    inflamasi meningkat, permeabilitas vaskular meningkat, vaskular statis,

    dan terjadi migrasi leukosit ke pusat injuri.

    Tekanan kapiler bertambah dan meningkatkan permeabilitas kapilerberpindah dari pembuluh darah ke jaringan.

    1.3.2.3. HistopatologiPenyakit PulpaAnalisis histopatologi dari jaringan atau organ yang terinfeksi

    menunjukkan adanya perubahan struktur sel dan matriks ekstraseluler

    ketika jaringan atau organ tersebut telah diangkat. Klasifikasi histologis

    dari penyakit pulpa, contohnya periodontitis apikal, disusun berdasarkan

    tipe sel yang berpartisipasi dalam respon inflamasi dalam jaringan

    periapikal. Pada umumnya, inflamasi dibagi menjadi respon akut dan

    kronis, tergantung pada tipe sel yang ada pada daerah infeksi. Respon

    inflamasi akut dikenali dari partisipasi PMN dan respon inflamasi kronis

    oleh makrofag dan limfosit. Namun, masih banyak faktor lain, seperti

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    56/76

    56

    keparahan infeksi terhadap jaringan, etiologi tertentu, resistensi inang, dan

    jaringan tertentu yang terlibat, dapat mengubah fungsi dan morfologi sel.

    Pada periodontitis periapikal simtomatik, terjadi respon inflamasi akut

    yang tervaskularisasi pada jaringan-jaringan yang masih sehat, biasanya

    yang terlibat dalam sistem imun. Pertama-tama, pembuluh darah akan

    dimasuki oleh sel inflamasi, yaitu PMN dan beberapa makrofag dalam

    ligament periodontal apikal pada saluran akar yang terinfeksi. Di

    dalamnya terlihat adanya serat-serat saraf sensoris. Jaringan pulpa vital

    yang inflamasi akan berkontak dengan serat saraf yang terbuka pada

    bagian apikal saluran akar. Hal ini menjelaskan mengapa pasien dengan

    lesi periodontitis akan merasa sakit saat instrument dimasukkan ke dalam

    saluran akar.

    Gambar 2.22 Inflamasi pada jaringan pulpa yang menyebar ke periapikal (Sumber:

    Cohens Pathway of the Pulp 10th

    ed)

    Penelitian juga menunjukkan adanya infiltrat pada inflamasi periapikal

    akan meningkatkan jumlah osteoklas dan menyebabkan destruksi tulang yang

    tampak pada nekrosis pulpa.

    Inflamasi dapat membentuk variasi morfologi, salah satunya adalah

    abses. Abses adalah sekumpulan cairan eksudat dalam jaringan atau organ.

    Hal ini timbul akibat adanya invasi dari bakteri piogenik pada jaringan

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    57/76

    57

    periapikal yang terinflamasi. PMN kemudian akan melakukan serangan

    dengan mensektrsi enzim lisosom. Namun, PMN akan mati saat melawan

    patogen dan menghasilkan cairan purulen yang disebut abses.

    Gambar 2.23 Bakteri dalam abses yang difagosit oleh PMN (Sumber: Cohens

    Pathway of the Pulp 10th

    ed)

    Sedangkan pada periodontitis apikal asimtomatik, makrofag dan

    limfosit adalah sel predominan dalam lesi ini. Terjadinya lesi ini ditandai

    dengan adanya resorpsi tulang. Ciri dari lesi ini adalah proliferasi jaringan

    granulasi fibrovaskular yang menandai pencegahan infeksi atau inflamasi

    yang lebih jauh dan untuk memperbaiki jaringan periapikal yang terinfeksi.

    Pada lesi ini, telah diketahui bahwa tidak terdapat adanya inervasi

    sehingga pada perawatan saluran akar biasanya tidak dibutuhkan lokal

    anestesi. Namun, mikroskop transmisi elektron dan cahaya telah menunjukkan

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    58/76

    58

    bahwa sebenarnya gigi dengan periodontitis apikal kronis terinervasi dengan

    baik. Ini menjelaskan mengapa saat jaringan periapikal yang terinflamasi

    tanpa disengaja berkontak dengan instrument akan menimbulkan rasa sakit

    pada pasien.

    Dengan menggunakan mikroskop transmisi electron dan cahaya pula,

    bakteri akan terlihat berada pada lesi ini. Biasanya terlihat di dalam fagosit.

    Gambar 2.24 Serat saraf (M: Myelin dan NM: Nonmyelin) menunjukkan bahwa

    apikal masih terinervasi dengan baik (Sumber: Cohens Pathway of the Pulp 10thed)

    Variasi lesi lainnya yaitu periodontitis apikal asimtomatik dengan

    formasi kista. Terdapat dua macam kista, yaitu kista berkantung dan kista

    sebenarnya. Kista berkantung adalah kista yang dikelilingi oleh epitel

    berbentuk kantung dan lumennya terbuka ke saluran akar gigi. Sedangkan

    kista sebenarnya adalah kista yang seluruhnya tertutupi oleh epitelium dan

    lumennya tidak dapat berkontak dengan saluran akar gigi. Kista apikal

    dikelilingi oleh epitel skuamosa nonkeratin dan hiperplastik. Epitel ini berisi

    sel inflamasi yang menandai adanya iritan kemotaktik dalam sistem saluran

    akar atau jaringan periapikal.

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    59/76

    59

    Gambar 2.25 Kista berkantung (Sumber: Cohens Pathway of the Pulp 10th

    ed)

    Gambar 2.26 True cyst (Sumber: Cohens Pathway of the Pulp 10th

    ed)

    1.3.2.4. Mekanise Pertahanan Jaringan Pulpa dan Periapikal1.3.2.4.1. Mekanise Pertahanan Jaringan Pulpa

    Pulpa merupakan jaringan konektif unik dengan susunan anatomi yang

    sesuai dengan posisinya di dalam chamber (ruang) dan perannya dalam

    membentuk jaringan keras pada dinding chamber. Chamber padat pada

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    60/76

    60

    enamel dan dentin merupakan pelindung fisik dan mekanis jaringan pulpa

    terhadap serangan dari luar tubuh. Odontoblas bertanggung jawab

    terhadap deposisi dentin, yang menjadi sistem pertahanan mekanis pulpa.

    Sistem pertahanan sel melawan serangan eksogen diperlihatkan oleh

    pulpa. Pada pulpa normal, sistem pertahanan imun menghasilkan variasi

    sel imunokompeten. Secara spesifik, MHC kelas II sel pengekspresi

    antigen, termasuk DCs dan makrofag, ditemukan dan dikenali di pulpa

    pada gigi golongan rodensia dan manusia.

    Sejumlah sel pengekspresi antigen, MHC class II, yang terdiri dari

    APCs bercampur dengan makrofag yang telah teraktivasi dan DCs,

    ditempatkan di lapisan odontoblas atau paraodontoblas. Mereka ini sesuai

    dengan daerah strategis di tempat awal antigen asing masuk ke jaringan

    pulpa. Sitoplasma yang berpenetrasi, berproses di dalam tubulus dentin

    dan menangkap antigen asing. APCs mengaktivasi sel Th, CTLs, dan sel

    B dengan memunculkan sel-sel ini bersama dengan antigen penyerang

    eksogen. Sel pengekspresi antigen, MHC class II berkemampuan

    memunculkan antigennya ke sel Th. Di antara APCs, hanya DCs yangkhusus mengatur sel T ke jaringan limfoid. Sekali DCs masuk antigen

    asing yang ada di jaringan lokal, seperti pulpa, mereka teraktivasi dan

    bermigrasi ke nodus limfoid, di mana mereka mengaktivasi sel T dan

    mengawali respon imun. DCs imatur mempengaruhi aktivitas fagositosis,

    mencerna antigen asing, dan mngeluarkan mereka melalui antigen MHC

    kelas II dan reseptor stimulasi seperti CD80 dan CD86, selama proses

    maturasi. APCs ini juga terlihat pada pulpa gigi sulung.

    Sel T dan B bukan komponen umum dari sistem pertahanan pada

    pulpa normal. Dentin reparatif yang diproduksi odontobas, menampakkan

    penghalang fisik melawan penyerang eksogen. Ada hubungan yang dekat

    antara odontoblas dan sel pengekspresi positif MHC kelas II di lapisan

    paraodontoblas. Komponen sel paling banyak di pulpa adalah sel pulpa

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    61/76

    61

    (fibroblas), dan penelitian in vitro telah membuktikan bahwa sel ini dapat

    memproduksi mediator kimia seperti IL1b, IL6, IL8, dan MCP1, melawan

    bakteri dan komponennya.

    1.3.2.4.2. Mekanise Pertahanan Jaringan PeriapikalJaringan periapikal merupakan jaringan konektif fibrosa tebal yang

    berada pada ruang periodontal apikal antara apeks akar gigi dan alveolus,

    yang kaya akan suplai darah dan saraf. Sel imunokompeten utama jaringan

    periapikal adalah sel macrophage-lineage, dengan distribusi jarang. Jenis

    sel imunokompeten lain seperti limfosit, sangat jarang ditemukan. Bila

    dibandingkan dengan jaringan pulpa, sistem pertahanan pada jaringan

    periapikal muncul untuk menjadi imatur, yang akan tertuju pada tempat di

    mana jaringan periapikal berada pada bagian tubuh yang tidak terpapar

    tantangan antigen secara langsung dari lingkungan luar.

    1.3.2.5.

    Perawatan Penyakit Pulpa1.3.2.5.1. Perawatan Pulpitis Reversible

    Perawatan terbaik untuk pulpitis reversible adalah pencegahan.

    Perawatan periodic untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan

    awal bila kavitas meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi

    gingiva, penggunaan pernis kavitas atau semen dasar sebelum

    penumpatan, dan perhatian pada preparasi kavitas dan pemolesan

    dianjurkan untuk mencegah pulpitis.

    Bila dijumpai pulpits reversible, penghilangan stimuli noksius

    biasanya sudah cukup. Begitu gejala telah reda, gigi harus dites

    vitalitasnya, untuk memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis. Bila rasa

    sakit tetap ada walaupun telah dilakukan perawatan yang tepat, inflamasi

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    62/76

    62

    pulpa hendaknya dianggap sebagai irreversible, yang perawatannya adalah

    ekstirpasi.

    1.3.2.5.2. Perawatan Pulpitis IrreversiblePerawatan ini terdiri dari pengambilan seluruh pulpa atau pulpektomi,

    dan penumpatan sutatu medikamen intrakanal sebagai disinfektan atau

    obtuden ( meringankan rasa sakit) seperti misalnya kresatin, eugenol,

    formokresol.

    Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu factor,

    pengambilan pulpa mahkota secara bedah atau pulpotomi dan penempatan

    formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa radikular harus

    dilakukan sebagai prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus di

    pertimbangkan bila gigi tidak dapat di restorasi.

    1.3.2.5.3. Perawatan Pulpitis Hiperplastik KronisUsaha perawatan harus ditunjukan pada pembuangan jaringan polipoid

    diikuti oleh ekstirpasi pulpa, asalkan gigi daapt direstorasi. Jika massapulpa hiperplastik telah di ambil dengan kuret periodontal atau ekskavator

    sendok, peendarahn dapat dikendalikan dengan tekanan. Kemudian

    jaringan yang terdapat pada kamar pulpa di ambil seluruhnya, dan suatu

    dressing formokresol di tumpatkan berkontak dengan jaringan pulpa

    radikular. Pulpa radikular di ekstirpasi pada kunjungan selanjutnya. Bila

    waktu mengizinkan, seluruh prosedur, pulpektomi, dapat diselesaikan

    dalam satu kali kunjungan.

    1.3.2.5.4. Perawatan Nekrosis PulpaPerawatan endodontik untuk saluran akar terbagi atas tiga fase:

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    63/76

    63

    Preparasi biomekanis saluran akar (pembersihan danpembentukan/pemberian bentuk)

    Disinfeksi Obturasi

    Langkah pertama untuk pembersihan dan pembentukan saluran akar

    adalah jalan masuk yang benar ke kamar yang menghasilkan penetrasi garis

    lurus ke orifis saluran. Langkah selanjutnya adalah eksplorasi saluran akar.

    Akstirpasi jaringan pulpa yang masih tertinggal dan debridemen jaringan

    nekrotik dan verivikasi/pembuktian kedalaman instrument.

    1.3.2.5.5. Resorpsi InternalEksitirpasi pulpa menghentikan proses resorpsi internal. Diindikasikan

    perawatan endodontic rutin, tetapi obturasi kerusakan memerlukan suatu

    bahan penutup khusus, lebih diutamakan dengan cara guta-perca yang

    diliatkan. Pada kebanyakan pasien, resorpsi internal berkembang tanpa

    terlihat karena tidak menimbulkan rasa sakit, sampai akar berlubang.Dalam kasus semacam ini, pasta kalsium-hidroksida dimampatkan

    pada saluran akar dan diperbaharui secara periodic sampai kerusakan

    menjadi baik. Perbaikan selesai bila terjadi rintangan/barrier mengapur.

    Apabila perbaikan selesai, saluran akar dengan kerusakannya diobturasi

    dengan guta-perca yang diliatkan.

    1.3.2.5.6. PulpektomiPulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari

    seluruh akar dan korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk

    jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversible

    atau untuk gigi dengan nekrosis pulpa.. Jika seluruh jaringan pulpa dan

  • 5/27/2018 Makalah (Repaired)

    64/76

    64

    kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil

    perawatan yang baik pula.

    Pada pulpektomi, pulpa benar-benar dirobek dari saluran akar waktu

    diekstirpasi, prosedur ini ak