Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    1/26

    i

    MAKALAH ILMIAH

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

    MENYEDERHANAKAN PECAHAN BIASA MENGGUNAKAN

    TEKNIK FAKTORISASI PRIMA PADA SISWA KELAS 6A

    SD NEGERI JATISARI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

    TAHUN PELAJARAN 2013/2014

    Diajukan kepada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan sebagai syarat untuk mengikuti Simposium Guru dan Tenaga

    Kependidikan Tingkat Nasional Tahun 2015

    Disusun oleh:

    Nama : Eko Pujiono, S.Pd.

    NIP : 19860921 200903 1 001

    Unit Kerja : SD Negeri Jatisari

    Satuan Kerja : Dinas Pendidikan Kota Semarang

    PEMERINTAH KOTA SEMARANG

    UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN MIJEN

    SEKOLAH DASAR NEGERI JATISARI

    TAHUN 2015 

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    2/26

    ii

    PENGESAHAN

    Makalah ilmiah dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi

    Menyederhanakan Pecahan Biasa Menggunakan Teknik Faktorisasi Prima Pada Siswa

    Kelas 6A SD Negeri Jatisari Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun Pelajaran

    2013/2014” yang disusun oleh: 

     Nama : Eko Pujiono, S.Pd. 

     NIP : 19860921 200903 1 001 

    Unit kerja : SD Negeri Jatisari 

    Telah disahkan untuk dapat diajukan kepada Direktorat Jenderal Guru dan TenagaKependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai syarat untuk mengikuti

    Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tingkat Nasional Tahun 2015.

    Semarang, 23 Oktober 2015

    Kepala Sekolah,

    W.P. Haryo Wicaksono, S.Pd.

     NIP. 19600816 198012 1 009

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    3/26

    iii

    PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

     Nama : Eko Pujiono, S.Pd. 

     NIP : 19860921 200903 1 001 

    Unit kerja : SD Negeri Jatisari 

    Menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalam makalah ini benar-benar hasil karya saya

    sendiri, bukan plagiat dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun sepenuhnya.

    Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam makalah ini dikutip dan dirujuk

     berdasarkan kode etik ilmiah.

    Semarang, 23 Oktober 2015

    Yang Membuat Pernyataan

    Saya,

    Eko Pujiono, S.Pd.

     NIP. 19860921 200903 1 001

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    4/26

    iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT Sang Maha

    Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

     penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar

    Matematika Materi Menyederhanakan Pecahan Biasa Menggunakan Teknik

    Faktorisasi Prima Pada Siswa Kelas 6A SD Negeri Jatisari Kecamatan Mijen Kota

    Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014” ini. Tak lupa mari  bershalawat dan salam untuk

     Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya.

    Makalah ini disusun untuk diajukan kepada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga

    Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai syarat mengikuti

    Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tingkat Nasional Tahun 2015. Dalam proses

     penelitian maupun penyusunan makalah ini, tentunya penyusun banyak mendapatkan

     bantuan, bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan

    ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

    semua pihak yang telah memberikan segala macam bantuan dengan penuh keikhlasan.

    Penulis hanya dapat berdo’a semoga amal baik yang telah diberikan  mendapat balasan yang

    layak dan berlipat ganda dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pemurah.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan

    dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis dengan hati terbuka menerima koreksi yang

     berguna untuk perbaikan lebih lanjut. Harapan penulis, makalah ini dapat memberikan

    manfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.

    Semarang, 23 Oktober 2015

    Penulis,

    Eko Pujiono, S.Pd.

     NIP. 19860921 200903 1 001

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    5/26

    v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………… i 

    PENGESAHAN …………………………………………………………………………... ii 

    PERNYATAAN ………………………………………………………………………….. iii 

    KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. iv 

    DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... v 

    ABSTRAK …………………………….…………………………………………………. vi 

    BAB I PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang …………………………………………………………………… 1 

    B.  Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 2 

    C. 

    Tujuan Penelitian ………………………………………………………………… 2 

    D.  Manfaat Penelitian ……………………………………………………………….. 3 

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. 

    Landasan Teori ………………………………………..…………………………..  4

    1.  Hakekat Belajar, Proses dan Hasil Belajar ……………..……………………..  4

    2.  Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar …………...……………………..  6

    3.  Jenis-jenis Bilangan …………………………………….…………………….. 6

    4. 

    Menyederhanakan Pecahan Biasa dengan Faktorisasi Prima …….…………..  8

    B.  Kerangka Berpikir …………………………………………………….…………..  12

    C. 

    Hipotesis Tindakan ………………………………………………………………..  12

    BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL

    A.  Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………..……………..  13

    B. 

    Hasil Penelitian ……………………………………………………….…………..  13

    C.  Pembahasan ……………………………………………………………...………..  16

    BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

    A.  Simpulan …………………………………………………………………………..  18

    B.  Rekomendasi ……………………………………………………..………………..  18

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    6/26

    vi

    ABSTRAK

    Pembelajaran matematika aspek bilangan materi menyederhanakan pecahan biasa di kelas 6A

    SD Negeri Jatisari, didapati hasil belajar yang tidak tuntas. Oleh sebab itu, dilakukan

     perbaikan pembelajaran yang dikemas dalam penelitian tindakan kelas.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi

    menyederhanakan pecahan biasa menggunakan teknik faktorisasi prima pada siswa kelas 6A

    SD Negeri Jatisari semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penggunaan teknik ini harus

    mengikuti satu langkah dan tiga aturan.

    Pada pembelajaran siklus 1 didapatkan data jumlah hasil belajar yang dicapai oleh 38 siswa

    adalah 2.500, sehingga rata-rata kelas 65,79. Baru 18 siswa tuntas dan 20 siswa lainnya

     belum tuntas. Berarti persentase ketuntasan klasikal baru 52,63%. Pada pembelajaran siklus 2

    didapatkan data jumlah hasil belajar adalah 3.100, sehingga rata-rata kelas 81,58. Sebanyak

    35 siswa tuntas dan 3 siswa belum tuntas. Persentase ketuntasan klasikal mencapai 92,11%.

    Pembelajaran matematika materi menyederhanakan pecahan biasa menggunakan teknik

    faktorisasi prima dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari,

    Kecamatan Mijen, Kota Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.

    Kata kunci: faktorisasi prima , menyederhanakan , pecahan bi asa  

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    7/26

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Pada saat ini dan masa mendatang terjadi perkembangan dan perubahan yang

    cepat dan mendasar dalam berbagai sendi kehidupan. Perubahan dan perkembangan itu

    terjadi antara lain di bidang-bidang sains, teknologi, sosial, budaya dan perubahan dalam

     perdagangan, pemerintahan dan pergaulan dunia. Keadaan ini menunjukkan bahwa

    kehidupan sekarang dan mendatang dipenuhi tantangan dan persaingan (Muhsetyo, 2010:

    1.24). Untuk mampu bertahan hidup dan mampu menghadapi tantangan, persaingan,

    ketidakpastian dan permasalahan pelik dan rumit, maka generasi muda sekarang perlu

    mendapatkan bekal pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan ketrampilan yang sesuai

    dengan kebutuhan dan tuntutan kemajuan.

    Dengan demikian kita membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mewujudkan

    generasi muda menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

    Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

    yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal itu sejalan dengan tujuan Pendidikan

     Nasional yang tertuang di dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional.

    Keberhasilan pendidikan secara menyeluruh harus berawal dari keberhasilan

     pendidikan di tingkat dasar, terutama di sekolah dasar. Di samping komponen

    ketersediaan sarana dan prasarana yang memadahi, pendidik dan tenaga kependidikan

    yang professional dan berkompeten di bidangnya, keberadaan kurikulum yang peka

    terhadap zaman juga berperan sebagai penentu keberhasilan pendidikan.

    Sebagai salah satu muatan kurikulum di sekolah dasar yang keberadaannya paling

    dominan, matematika memiliki peran yang sangat strategis. Matematika mendapat porsi

    lima jam pelajaran per minggu. Ini jumlah yang paling banyak dibanding mata pelajaran

    lain. Porsi waktu yang banyak sejalan dengan tujuan dan fungsi matematika yang sangat

     penting. Matematika dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir

    sistematis, kritis, analitis, logis, dan kreatif serta menumbuhkan kemampuan bekerja

    sama. Selain itu, diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk mengelola, memperoleh,

    serta memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan dan mengembangkan dinamika

    kehidupan yang kompetitif untuk semua bidang.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    8/26

    2

    Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi

    dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat

    membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

    (Depdikbud, 1996). Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006: 417) menyebut

     bahwa mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek

     bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.

    Dari ketiga aspek tersebut, tidak semuanya dicapai hasil belajar yang memuaskan.

    Saat pembelajaran aspek bilangan di kelas 6A SD Negeri Jatisari, khususnya materi

    menyederhanakan pecahan biasa, didapati hasil belajar yang mengecewakan. Hasil

    evaluasi pembelajaran menyederhanakan pecahan biasa menunjukkan bahwa dari 38

    siswa diketahui jumlah nilai 2.130 sehingga nilai rata-ratanya adalah 56,05. Padahal

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berada di angka 68 dan rata-rata ketuntasan klasikal

    adalah 75,00%. Jumlah siswa yang tuntas hanya 8 siswa. Sementara 30 siswa lainnya

    tidak tuntas. Ini berarti bahwa persentase ketuntasan siswa hanya berada di angka

    21,05%. Angka tersebut masih jauh dari kriteria ketuntasan klasikal yang berada di level

    75,00%.

    Oleh sebab itu, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dalam rangkaian

    kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar

    Matematika Materi Menyederhanakan Pecahan Biasa Menggunakan Teknik Faktorisasi

    Prima Pada Siswa Kelas 6A SD Negeri Jatisari Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun

    Pelajaran 2013/2014”. 

    B.  Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini

    adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika materi menyederhanakan

     pecahan biasa menggunakan teknik faktorisasi prima pada siswa kelas 6A SD Negeri

    Jatisari Kecamatan Mijen Kota Semarang semester 2 tahun pelajaran 2013/2014?”

    C.  Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

    matematika materi menyederhanakan pecahan biasa menggunakan teknik faktorisasi

     prima pada siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    9/26

    3

    D.  Manfaat Penelitian 

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah.

    Bagi siswa, penelitian ini dapat mengikis stigma negatif matematika sebagai momok yang

    menakutkan dari dalam benak siswa, merangsang aktifitas siswa dalam belajar

    matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya, dan membuat siswa merasa

    senang dalam belajar matematika. Bagi guru, teaknik dan kajian ini dapat menambah,

    melengkapi, dan memperluas khasanah pengetahuan guru mengenai pembelajaran

    matematika yang dapat digunakan untuk materi menyederhanakan pecahan biasa. Bagi

    sekolah, diharapkan penelitian ini dapat mendorong sekolah untuk terus melakukan

    inovasi dan mengeluarkan kebijakan yang positif dalam upaya peningkatan kualitas

     pembelajaran matematika.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    10/26

    4

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A.  Landasan Teori

    1.  Hakekat Belajar, Proses dan Hasil Belajar

    a. 

    Hakekat Belajar

    Purwanto (2007: 83) menyatakan bahwa manusia dituntut belajar

    sepanjang hayat. Hal itu dilandasi oleh kenyataan bahwa di dunia ini tak ada

    makhluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti

     bayi manusia. Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari

    manusia dewasa yang lain, tidak belajar, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu

    hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia. Meski anak

    telah membawa beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan

    untuk kelangsungan hidupnya, potensi bawaan ini tidak akan berkembang baik

    tanpa pengaruh dari luar.

    Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional seperti dikutip oleh

    Muhsetyo (2011: 1.24) mempertegas hal itu dengan menyatakan bahwa dasar

     pengembangan pendidikan yang bermutu tinggi adalah prinsip belajar sepanjang

    hayat. Lebih lanjut, UNESCO juga menuangkan empat pilar belajar, yaitu (1)

    learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be dan (4) learning to live

    together .

    Syah (2008: 92) menyimpulkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai

    tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai

    hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

    kognitif. Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan

    gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.

     b.  Proses Belajar

    Secara etimologi, proses berasal dari kata dalam Bahasa Latin “processus”

    yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini memiliki pengertian urutan langkah

    atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Syah (2008: 113)

    menyebut bahwa proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan

     perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.

    Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju

    dari keadaan sebelumnya.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    11/26

    5

    Belajar sebagai suatu proses memunculkan perubahan-perubahan yang

    tidak serta-merta. Perubahan tersebut merupakan suatu tahapan. Tahapan

     perubahan itu melalui fase-fase yang bertalian secara berurutan dan fungsional.

    Menurut Jerome S. Bruner via Syah (2008: 113-114), dalam proses pembelajaran

    siswa menempuh tiga fase, yaitu:

    1) 

    Fase informasi (tahap penerimaan materi)

    Siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai

    materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang

    sama sekali baru dan berdiri sendiri. Ada pula yang berfungsi menambah,

    memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang telah dimiliki.

    2) Fase transportasi (tahap pengubahan materi)

    Ditandai dengan adanya analisis informasi yang diperoleh siswa.

    Informasi itu lalu ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau

    konseptual supaya kelak dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.

    3) 

    Fase evaluasi (tahap penilaian materi)

    Siswa berupaya menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan

    (informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memahami

    gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

    c. 

    Hasil Belajar

    Hasil belajar diperoleh melalui evaluasi. Evaluasi menurut Syah (2008:

    141) memiliki arti penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan

    yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah

    assessment   yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang

    dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kata lain yang

    dianggap bersinonim dengan dua kata tersebut adalah tes, ujian dan ulangan.

    Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 58

    ayat (1), evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses,

    kemajuan, dam perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

    Oleh karena itu, evaluasi dilakukan oleh guru secara terus menerus dengan

     berbagai cara. Bukan hanya pada saat-saat ulangan terjadwal atau saat ujian saja.

    Menurut Syah (2008: 150), kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil

     belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis

     prestasi yang hendak diukur.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    12/26

    6

    2.  Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

    Dari sudut pandang sistem pendidikan, yang dimaksud matematika sekolah

    adalah mata pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah, baik di tingkat

     pendidikan dasar maupun menengah. Artinya, matematika Sekolah Dasar (SD) adalah

    matematika yang diajarkan di SD. Dalam Standar Kompetensi Kurikulum 2004 mata

     pelajaran matematika SD/MI yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

    disebutkan bahwa matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek

    abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu

    konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga

    keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

    Tingkat pemahaman matematika seorang siswa lebih dipengaruhi oleh

     pengalaman siswa itu sendiri. Sedangkan pembelajaran matematika merupakan usaha

    membantu siswa mengkontruksi pengetahuan melalui proses. Sebab mengetahui

    adalah suatu proses, bukan suatu produk (Syah 2008: 68). Proses tersebut dimulai dari

     pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

    mengkontruksi sendiri pengetahuan yang telah dimiliki. Proses pembelajaran dapat

    diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan metode

     pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan

    materi pembelajaran. Belajar matematika berkaitan dengan belajar konsep-konsep

    abstrak, dan siswa merupakan makluk psikologis (Marpaung: 2000), maka

     pembelajaraan matematika harus didasarkan atas karakteristik matematika dan siswa

    itu sendiri.

    Ini sesuai dengan salah satu pilar belajar, yaitu belajar untuk membangun dan

    menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

    menyenangkan (lampiran Permendiknas no 22 tahun 2006). Untuk itu, dalam

     pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa selama proses

     pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses

     pembelajaran tersebut.

    3.  Jenis-jenis Bilangan

    Kehidupan manusia tak lepas dari bilangan dan kegiatan membilang. Sejak

    awal terbentuknya peradaban, manusia memanfaatkan bilangan dalam kehidupan

    keseharian. Kebutuhan akan bilangan diawali dari keadaan untuk menyatakan

     banyaknya suatu benda dan banyaknya anggota dalam koloni manusia itu sendiri.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    13/26

    7

    Definisi bilangan yaitu sesuatu yang bersifat abstrak dan menyatakan

     banyaknya anggota suatu kelompok. Lebih lanjut Sutan (2005: 1) menguraikan bahwa

    lambang bilangan atau numeral, yaitu penamaan dan perlambangan dari kelompok

    tersebut. Contohnya, jika suatu himpunan atau kelompok huruf vokal memiliki

    anggota a, i, u, e, o maka anggota kelompok tersebut dapat dinyatakan dengan

     bilangan yang dinyatakan sebagai “lima”. Himpunan tersebut dapat diwakili dengan

     perlambangan “5” (lambang bilangan hindu-Arab), “V” (lambang bilangan Romawi),

    atau “ 

    “ (lambang bilangan Arab). 

    Jenis-jenis bilangan pun berkembang seiring kebutuhan manusia dalam

    membilang. Permasalahan baru dalam membilang, melahirkan jenis bilangan yang

     baru pula. Berikut ini diuraikan mengenai jenis-jenis bilangan.

    a. 

    Bilangan asli

    Menurut Sutan (2005: 3-4), bilangan asli digunakan untuk menghitung

    (membilang) anggota suatu himpunan benda. Bilangan ini terdiri dari rangkaian

     bilangan yang dimulai dari 1, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan seterusnya. Ada empat

    golongan bilangan asli, meliputi: bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan prima dan

     bilangan komposit.

     b.  Bilangan cacah

    Bilangan cacah disebut pula bilangan bulat tidak negatif. Bilangan ini terdiri

    dari himpunan semua bilangan asli dan bilangan 0. Jadi, himpunan bilangan cacah

    terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya (Sutan, 2005: 7).

    c.  Bilangan bulat

    Bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari bilangan bulat

    negatif, bilangan nol dan bilangan bulat positif. (Sutan, 2005: 7).

    d.  Bilangan rasional

    Bilangan rasional, yaitu bilangan yang dapat dinyatakan sebagai   dengan a

    dan b merupakan bilangan bulat dan a ≠ 0. Menurut Sutan (2005: 8-9) bilangan

    rasional terdiri dari: himpunan bilangan bulat positif, himpunan bilangan pecahan

     positif, nol, himpunan bilangan pecahan negatif, serta himpunan bilangan bulat

    negatif (Sutan, 2005: 8-9).

    e.  Bilangan irasional

    Bilangan irasional yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai suatu

     pecahan, misalnya  ,  , dan  .

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    14/26

    8

    f.  Bilangan real

    Bilangan real terdiri dari gabungan himpunan bilangan rasional dan irasional.

    Bilangan real dapat disimpulkan sebagai bilangan yang lazim dijumpai dalam

    kehidupan sehari-hari.

    g.  Bilangan imajiner

    Bilangan imajiner (bilangan khayal) dinamakan pada suatu bilangan jika di

     bawah tanda akar terdapat bilangan negatif, misalnya  ,  , dan   (Sutan,

    2005: 9).

    h.  Bilangan kompleks

    Dinamakan bilangan kompleks karena merupakan bilangan yang paling

    lengkap. Sutan (2005: 10) menyatakan bahwa bilangan kompleks merupakan

    gabungan bilangan real dan bilangan imajiner.

    4.  Menyederhanakan Pecahan Biasa dengan Faktorisasi Prima 

    Keperluan bilangan selain bilangan bulat, menurut Muhsetyo (2011: 4.4)

    sudah diketahui pada awal sejarah peradaban manusia, dan keperluan ini dirasakan

    mendesak setelah interaksi, komunikasi dan kehidupan sosial-budaya menjadi lebih

    intensif dan lebih rumit. Secara nyata masyarakat memerlukan bilangan-bilangan

    antara 0 dan 1, antara 1 dan 2, antara 2 dan 3, dan seterusnya.

    Setelah berlangsung berabad-abad matematisi menyadari perlunya

    merumuskan atau menyatakan keperluan bilangan khusus ini sesuai dengan kasus-

    kasus sederhana berikut ini.

    a. 

    Ada pengganti bilangan cacah  x  sehingga kalimat-kalimat di bawah ini bernilai

     benar.

    36 : 9 = x, 42 : 7 = x, 27 : 3 = x 

     b. 

    Tidak ada pengganti bilangan cacah  x sehingga kalimat-kalimat di bawah ini

     bernilai benar.

    3 : 2 = x, 7 : 3 = x, 35 : 8 = x

    Untuk menjawab kebutuhan butir 2, para matematisi kemudian memperluas

     bilangan cacah dengan mendefinisikan bilangan-bilangan baru yang dapat digunakan

    untuk mengganti x sehingga kalimat-kalimat di butir 2 bernilai benar.

    Selanjutnya Muhsetyo (2011: 4.5) menguraikan bahwa untuk mengganti nilai

     x dari sembarang kalimat yang mempunyai bentuk p : q =  x, dengan p dan q adalah

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    15/26

    9

     bilangan- bilangan cacah dan q ≠ 0, ditulis dalam bentuk

      dan bentuk ini disebut

     pecahan. Pada bentuk

    , p disebut pembilang (numerator) dan q disebut penyebut

    (denumerator).

    Pecahan adalah suatu lambang yang memuat pasangan berurutan bilangan-

     bilangan bulat p dan q (q ≠ 0), ditulis dengan

    , untuk menyatakan nilai x yang

    memenuhi hubungan p : q = x.

    Pecahan

     sama dengan pecahan

    , ditulis

     =

    , jika dan hanya jika ps = qr.

     =

     sebab 3  10 = 5  6 = 30.

    Untuk dapat memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan

     pecahan biasa, akan diuraikan tentang (1) pecahan biasa, (2) perbedaan faktor prima

    dan faktorisasi prima, dan (3) cara-cara menyederhanakan pecahan biasa.

    a.  Pecahan biasa

    Bilangan rasional juga dinamakan bilangan pecahan. Bilangan ini

    menyatakan bagian suatu keseluruhan yang dipersoalkan, bagian dari suatu daerah,

     bagian dari suatu benda, dan bagian dari suatu himpunan. Setiap bentuk pembagian

    a dengan b (a dan b adalah bilangan bulat) yang dinyatakan sebagai

     dengan b ≠ 0

    dinamakan bilangan pecahan atau bilangan rasional. Bentuk umum

     dibaca “a per

     b”, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut (Sutan, 2005: 37). 

    Bentuk-bentuk pecahan terdiri dari pecahan biasa, pecahan campuran,

     pecahan desimal, dan pecahan dalam bentuk persen (Sutan, 2005: 38). Bentuk-

     bentuk seperti

    ,

    , dan

     disebut pecahan biasa. Pecahan campuran yaitu campuran

    suatu bilangan cacah dengan pecahan biasa. Contohnya 3

    , 1

    , dan 5

    . Pecahan

    desimal yaitu pecahan yang ditulis dalam bentuk desimal. Contohnya

      dapat

    dinyatakan dalam pecahan desimal sebagai 0,3. Suatu pecahan berbentuk persen

     jika penyebutnya dinyatakan seratus dan disimbolkan “%”. Contohnya, 0,3 dapat

    dinyatakan

     atau 30%.

     b.  Faktor Prima dan Faktorisasi Prima

    Faktor yaitu bilangan-bilangan yang dapat digunakan sebagai penyusun

    dalam suatu operasi perkalian dan menghasilkan bilangan lain. Faktor juga dapat

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    16/26

    10

    disebut sebagai bilangan yang dapat membagi bilangan lainnya tanpa sisa.

    Contohnya, 3 dan 5 adalah faktor dari 15 karena 3  5 = 15 (Sutan, 2005: 33).

    Faktorisasi prima yaitu himpunan faktor dari suatu bilangan yang terdiri

    dari bilangan prima. Contohnya, faktor dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12 dan 24,

    sedangkan faktor primanya hanya 2 dan 3. Berikut ini cara memperoleh faktor

     prima dan faktorisasi prima dari suatu bilangan (Sutan, 2005: 34). Cara pertama

    yaitu menguraikan bilangan-bilangan yang dimaksud menjadi faktor-faktor prima.

    Contoh: 24 = 2  12

    = 2  2  6

    = 2  2  2  3

    Cara kedua dengan pembagian bersusun.

    24

    2

    12

    2

    6

    2

    3

    3

    Cara ketiga dengan memanfaatkan pohon faktor.

    24

    2 12

    2 6

    2 3

    3 1

    Jadi, faktor prima dari 24 adalah 2 dan 3. Sementara itu, faktorisasi prima

    dari 24 adalah 2  2  2  3 atau 23  3.

    c.  Menyederhanakan Pecahan Biasa

    Suatu pecahan dikatakan sederhana jika pembilang dan penyebutnya tidak

    mempunyai faktor persekutuan lagi, kecuali 1. Nilai suatu pecahan tidak akan

     berubah jika pembilang dan penyebutnya dikalikan atau dibagi dengan bilangan

    yang sama. Sifat ini dapat digunakan dalam menyederhanakan suatu pecahan

    (Sutan, 2005: 39).

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    17/26

    11

    Jika faktor persekutuan terbesar (FPB) dari p dan q sama dengan 1, (p, q) =

    1, maka pecahan

      disebut dengan pecahan sederhana. Pecahan-pecahan

    ,

    ,

    ,

    dan

      adalah pecahan-pecahan yang sederhana sebab FPB dari pembilang dan

     penyebut masing-masing pecahan sama dengan 1 (Sutan, 2005: 46).

    Mengubah pecahan yang bukan sederhana menjadi pecahan sederhana

    disebut menyederhanakan ( simplifying ) pecahan. Penyederhanaan

      dikerjakan

    dengan membagi pembilang (p) dan penyebut dengan (p, q) (Muhsetyo, 2011: 4.6).

    Teknik yang sering digunakan untuk menyederhanakan pecahan dilakukan dengan

    cara membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama.

    Contoh:

     =

     =

     =

     =

     

    Jadi, pecahan sederhana dari

     adalah

     .

    Teknik kedua adalah dengan menentukan Faktor Persekutuan Terbesar

    (FPB) dari pembilang dan penyebut suatu pecahan. Hasil FPB dari kedua bilangan

    tersebut lalu digunakan untuk membagi masing-masing pembilang dan penyebut

    dari suatu pecahan yang dimaksud.

    Contoh:

    Dengan mencari FPB dari bilangan 40 dan 72.

    Faktorisasi prima dari 40 adalah 2 x 2 x 2 x 5 = 23 x 5

    Faktorisasi prima dari 72 adalah 2 x 2 x 2 x 3 x 3 = 23 x 32 

    FPB dari bilangan 40 dan 72 adalah 23 = 8

    Maka,

     =

     =

     

    Jadi, pecahan sederhana dari

     adalah

     .

    Teknik ketiga adalah hasil inovasi dari peneliti, yaitu langsung

    menggunakan faktorisasi prima. Langkah pertama adalah menemukan faktorisasi

     prima dari pembilang dan penyebut dari pecahan biasa yang akan disederhanakan.

    Lalu, ikuti tiga aturan mainnya. Aturan pertama, jika ada faktorisasi prima yang

    sama dari masing-masing pembilang dan penyebut, maka harus dicoret. Aturan

    kedua, faktorisasi prima yang tersisa dari masing-masing bilangan (tidak dicoret)

    maka harus dikalikan. Aturan ketiga, hasil perkalian tersebut harus diposisikan

    sebagai pembilang maupun penyebut sesuai asal mulanya.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    18/26

    12

    Contoh: mencari faktorisasi prima dari bilangan 40 dan 72 (dapat

    menggunakan cara menguraikan bilangan, pembagian bersusun atau pohon faktor).

    Didapatkan hasil:

    Faktorisasi prima dari 40 (pembilang) adalah 2 x 2 x 2 x 5 = 5

    Faktorisasi prima dari 72 (penyebut) adalah 2 x 2 x 2 x 3 x 3 = 3 x 3 = 9

    Jika ada faktor yang sama maka harus dicoret atau dihilangkan.

    Yang tidak dicoret, dikalikan.

    Jadi, pecahan sederhana dari

     adalah

     .

    B.  Kerangka Berpikir

    Dari permasalahan yang ada pada siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari, Kecamatan

    Mijen, Kota Semarang, tahun pelajaran 2013/2014 dan landasan teori yang telah

    diuraikan di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

     berikut:

    Dengan menggunakan teknik faktorisasi prima dalam pembelajaran matematika

    materi menyederhanakan pecahan biasa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa,

    menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi

     pokok menyederhanakan pecahan biasa, menumbuhkan kebiasaan bekerjasama dan

     berkomunikasi dengan teman sekelompoknya sehingga proses pembelajaran dapat

     berjalan dengan efektif dan efisien di kelas 6A SD Negeri Jatisari, Kecamatan Mijen,

    Kota Semarang, tahun pelajaran 2013/2014.

    C.  Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kerangka teoritik yang dikemukakan dalam penelitian tindakan ini,

    maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

    Dengan menggunakan teknik faktorisasi prima dalam pembelajaran matematika

    materi menyederhanakan pecahan biasa dapat meningkatkan aktifitas siswa dan hasil

     belajar siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, tahun

     pelajaran 2013/2014. 

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    19/26

    13

    BAB III

    PEMBAHASAN DAN HASIL

    A.  Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

    1.  Lokasi dan Waktu

    Lokasi : Sekolah Dasar Negeri Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

    Waktu : Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 24 Maret 2014

    Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 14 April 2014

    2. 

    Mata Pelajaran

    Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan pada mata pelajaran

    matematika materi menyederhanakan pecahan biasa.

    3. 

    Kelas dan Karakteristik Siswa

    Keadaan siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota

    Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:

    a) 

    Jumlah siswa sebanyak 38 orang, terdiri dari 20 laki-laki dan 18 perempuan.

     b)  Status ekonomi orang tua/wali lebih dari 55,3% tergolong lemah.

    c)  Hal ini terlihat dari pekerjaan orang tua/wali, yakni: 7,9% PNS, 15,8%

    wiraswasta, 21,1% swasta dan 55,3% sebagai buruh, petani, kuli bangunan, dll.

    d) 

    Pendidikan orang tua/wali 60% berkisar SD-SMP.

    e)  Peran orang tua/wali terhadap belajar siswa kurang mendukung.

    f) 

    Siswa kurang memiliki semangat, minat dan motivasi belajar

    B.  Hasil Penelitian

    Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus

    ada empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data-data yang

    dijadikan dasar dalam menganalisis meliputi: data aktivitas siswa dalam proses

     pembelajaran, kemampuan guru mengelola pembelajaran, respon siswa terhadap

     pembelajaran, dan data hasil belajar siswa. Secara rinci hasil penelitian diuraikan sebagai

     berikut:

    1.  Hasil Pra Siklus

    Pembelajaran tersebut dilakukan pada hari Senin, 10 Maret 2014. Pada akhir

     pembelajaran, telah diadakan evaluasi pembelajaran. Evaluasi ini dimaksudkan untuk

    mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa. Dari 38 siswa diketahui jumlah nilai 2.130

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    20/26

    14

    sehingga nilai rata-ratanya adalah 56,05. Padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

     berada di angka 68 dan rata-rata ketuntasan klasikal adalah 75,00%.

    Dari daftar nilai siswa diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas hanya 8 siswa.

    Sementara 30 siswa lainnya tidak tuntas. Ini berarti bahwa persentase ketuntasan siswa

    hanya berada di angka 21,05%. Angka tersebut masih jauh dari kriteria ketuntasan

    klasikal yang berada di level 75,00%. Kesimpulannya pembelajaran ini belum berhasil.

    2.  Hasil Siklus I

    Perbaikan pembelajaran siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2014

     pada pembelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar: Menyederhanakan dan

    mengurutkan pecahan. Adapun hasilnya sebagai berikut:

    a)  Hasil Perencanaan

    Hasil perencanaan pada siklus I adalah hasilnya adalah: berkolaborasi dengan

    teman sejawat untuk menyamakan persepsi tentang PTK, membuat RPP untuk 3 x 35

    menit 1 kali pertemuan dengan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk

    menyederhanakan pecahan biasa , membuat bahan diskusi dan lembar kerja siswa,

    membuat lembar pengamatan dan menyusun alat evaluasi.

     b)  Hasil Pelaksanaan

    Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan faktorisasi prima

    untuk menyederhanakan pecahan biasa telah dilakukan. Guru mengajak siswa untuk

    mendiskusikan secara berkelompok penggunaan faktorisasi prima untuk

    menyederhanakan pecahan biasa. Termasuk mendiskusikan tiga aturan main

    menyederhanakan pecahan biasa dengan faktorisasi prima. Setelah melalui kegiatan

     perbaikan pembelajaran siklus I, maka diperoleh hasil evaluasi pada akhir pembelajaran

    mengalami peningkatan. Hal tersebut didasarkan dari analisis hasil prestasi belajar yang

    dicapai oleh siswa pada perbaikan siklus I. Diketahui bahwa jumlah nilai yang dicapai

    oleh 38 siswa adalah 2.500. Dengan demikian rata-rata kelas 65,79.

    c)  Hasil Pengamatan

    Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat/ observer diketahui bahwa

    guru sudah menerapkan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk

    menyederhanakan pecahan biasa pada proses pembelajaran. Meski aktifitas siswa

    mengalami peningkatan, namun belum seperti yang diharapkan. Tampaknya ada beberapa

    siswa yang masih kebingungan dalam menggunakan tiga aturan dalam menyederhanakan

     pecahan biasa dengan faktorisasi prima.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    21/26

    15

    d)  Hasil Refleksi

    Dari analisis prestasi hasil belajar siswa, mengalami kemajuan dibanding prasiklus

    dengan rata-rata kelas 56,05 dengan ketuntasan klasikal 21,05%, sedangkan pada siklus I

    rata-rata kelas meningkat menjadi 65,79 dengan ketuntasan klasikal 52,63%.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran Siklus I yang

    memfokuskan pada penerapan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima dalam

    menyederhanakan pecahan biasa, ada peningkatan jika dibandingkan dengan

     pembelajaran sebelum perbaikan. Nilai rata kelas meningkat walaupun masih ada yang

     belum tuntas. Ketuntasan klasikal masih di bawah ketuntasan yang diamanatkan oleh

    kurikulum yaitu   75%. Oleh karena itu, peneliti merencanakan untuk mengadakan

     perbaikan pembelajaran siklus II.

    3. 

    Hasil Siklus II

    Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014, dan

    hasilnya adalah sebagai berikut :

    a) 

    Hasil Perencanaan

    Hasil perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:

    membuat RPP perbaikan untuk 3 x 35 menit 1 kali pertemuan dengan teknik yang

    memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan pecahan biasa. Dalam membuat

    rencana pembelajaran ini termasuk juga membuat bahan diskusi dan lembar kerja siswa,

    membuat alat peraga yang dapat mendukung jalannya proses pembelajaran, membuat

    lembar pengamatan untuk melihat kegiatan pembelajaran, dan menyusun alat evaluasi

     berupa tes formatif.

     b)  Hasil Pelaksanaan

    Hasil prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran Siklus

    II diketahui bahwa dari 38 siswa jumlah nilai yang dicapai adalah 3.100. Dengan

    demikian rata-rata kelasnya adalah 81,58. Sesuai dengan KKM 65, jumlah siswa yang

    sudah mencapai ketuntasan adalah 35 siswa dan yang belum mencapai ketuntasan 3

    siswa.

    c)  Hasil Pengamatan

    Dari data pengamatan yang dilakukan pengamat/obsever diketahui bahwa guru

    sudah menerapkan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk

    menyederhanakan pecahan biasa. Aktivitas guru dan siswa sudah baik, prestasi belajar

    siswa juga meningkat.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    22/26

    16

    d)  Hasil Refleksi

    Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan penerapan

     pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan pecahan biasa,

    suasana kelas menjadi sangat hidup. Siswa sangat antusias saat ditantang guru untuk

    mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan menuliskannya di papan tulis. Dari analisis

     prestasi hasil belajar siswa, mengalami kemajuan dibanding siklus I dengan rata-rata

    kelas 65,79 dan ketuntasan klasikal 52,63%, sedangkan pada siklus II rata-rata kelas

    meningkat menjadi 81,58 dengan ketuntasan klasikal 92,11%.

    C.  Pembahasan 

    1.  Siklus I

    Pembelajaran yang dilaksanakan pada sebelum perbaikan ternyata gagal. Dari 38

    siswa hanya 8 siswa yang tuntas. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai rata-rata kelas yang

    hanya 56,05 serta persentase ketuntasan belajar hanya 21,05%. Untuk mengatasi hal

    tersebut harus ada perbaikan pembelajaran siklus I.

    Perbaikan pembelajaran pada siklus I ini bisa dikatakan cukup berhasil karena

    sudah banyak peningkatannya. Meski begitu hasil yang diperoleh belum begitu

    memuaskan. Persentase ketuntasan dari 21,05% baru meningkat menjadi 52,63% dan itu

    artinya siswa tuntas hanya berjumlah 20, masih ada 18 siswa lagi yang belum tuntas.

    Belum maksimalnya hasil belajar pada siklus I ini disebabkan karena dalam

     pembelajaran guru belum mampu dalam mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.

    Keterlibatan siswa dalam melakukan diskusi masih kurang dan penjelasan guru dalam

    memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan pecahan biasa dirasa masih

    kurang.

    Hal itu dapat dibuktikan dengan kekurangcermatan siswa dalam memposisikan

    angka-angka sebagai pembilang atau penyebut yang masih relatif banyak yang tertukar

    atau terbalik. Kekurangcermatan itu lebih disebabkan oleh guru yang kurang tegas dalam

    memberi rambu-rambu dalam memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan

     pecahan biasa.

    Untuk itu perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II yang lebih

    mengoptimalkan penerapan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk

    menyederhanakan pecahan biasa dengan memberikan penekanan seperti pada masalah

    tersebut. Tidak lupa guru harus memberikan bimbingan individu bagi siswa yang kurang

    cermat selama proses pembelajaran berlangsung.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    23/26

    17

    2.  Siklus II

    Dengan melihat hasil perolehan nilai pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran

    siklus II kita dapat merasa lega. Penyebabnya, perbaikan pembelajaran pada siklus ini

     berhasil. Dengan rata-rata nilai 81,59 dan persentase ketuntasan klasikal mencapai

    92,11% mampu membuktikan keberhasilan tersebut.

    Hal ini berkat usaha guru, kesungguhan siswa dan peran aktif teman sejawat

    dalam penerapan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk

    menyederhanakan pecahan biasa dalam pembelajaran. Karena sudah berhasil, maka tidak

     perlu lagi pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus III. Adapun peningkatan hasil

     belajar siswa sebagaimana telah dibahas, disajikan dalam gambar 4.1 dan 4.2 berikut:

    Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa

    Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

    Pra Siklus

    Siklus I

    Siklus II

    0

    10

    20

    30

    40

    Tutas

    Tidak Tuntas

    Pra Siklus

    Siklus I

    Siklus II

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    24/26

    18

    BAB IV

    SIMPULAN DAN REKOMENDASI

    A.  Simpulan

    Berdasarkan data, analisis data dan pembahasan tentang peningkatan hasil belajar

    matematika materi menyederhanakan pecahan biasa menggunakan teknik faktorisasi

     prima tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan teknik faktorisasi prima

    dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari,

    Kecamatan Mijen, Kota Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 materi menyederhanakan

     pecahan biasa.

    Secara deskriptif diperoleh hal-hal sebagai berikut: (1) Dari hasil belajar siswa

    diperoleh nilai rata-rata 81,56. Terdapat 44,74% (17 siswa dari 38 siswa) memperoleh

    skor nilai di atas rata-rata; (2) Dari hasil observasi di kelas, menunjukkan bahwa siswa

    yang berkemampuan tinggi terlihat lebih aktif dan antusias; (3) Dengan menggunakan

    teknik faktorisasi prima dalam pembelajaran matematika materi menyederhanakan

     pecahan biasa, pembelajaran matematika lebih menyenangkan; dan (4) Penerapan teknik

    faktorisasi prima yang digunakan dalam pembelajaran matematika untuk

    menyederhanakan pecahan biasa dapat meningkatkan pemahaman dan aktifitas siswa

    dalam pembelajaran.

    B.  Rekomendasi

    Berdasarkan simpulan tersebut, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi

    sebagai berikut: (1) Teknik faktorisasi prima dapat digunakan sebagai alternatif dalam

    meningkatkan prestasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika materi

    menyederhanakan pecahan biasa; (2) Guru diharapkan memberikan bimbingan individu

    terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam menggunakan teknik faktorisasi

     prima untuk menyederhanakan pecahan biasa; dan (3) Perlu adanya penelitian lanjutan

    untuk menguji efektifitas teknik faktorisasi prima ini dan atau membandingkan

     penggunaan teknik maupun model pembelajaran lainnya pada pokok bahasan tersebut.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    25/26

    19

    DAFTAR PUSTAKA

    BNSP. 2006. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Kemendiknas.

    Depdikbud. 1996.  Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di SD. Jakarta: Dirjen Dikdas danMenengah, Direktorat Dikdas, Depdikbud.

    Dokumen Kurikulum SD Negeri Jatisari Tahun Pelajaran 2013/2014.

    Marpaung. 2000. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (makalah) 

     Proceding Konferensi Nasional Matematika X . Bandung: ITB.

    Muhsetyo, Gatot dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

    Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    Syah, Muhibbin. 2008.  Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya.

    Sutan, Firmanawaty. 2005. Mahir Matematika Melalui Permainan. Jakarta: Puspa Swara.

    Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  • 8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final

    26/26

    BIODATA PENULIS

     Nama Lengkap : Eko Pujiono, S.Pd.

     NIP : 19860921 200903 1 001

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Tempat, tanggal lahir : Grobogan, 21 September 1986Pekerjaan : Guru Kelas di SD Negeri Jatisari

    Alamat

    rumah : Telagasari Tempel RT 6 RW 4 Kelurahan Jatisari,

    Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah

    kantor : SD Negeri Jatisari

    Jalan R.M. Hadi Soebeno S., Kelurahan Jatisari

    Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah

    Kode Pos 50218

     Nomor Ponsel : 081226405556

    Surat elektronik : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :  SD Negeri Warukaranganyar 02 (1992-1998)

      SLTP Negeri 1 Pulokulon (1998-2001)

      SMA Negeri 1 Pulokulon (2001-2004)

      D-2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Semarang (2005-2007)

      S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang (2007-2011/tdk lulus)

      S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Terbuka (2012-2014)

    Pengalaman Organisasi:

    Pengurus OSIS SMA Negeri 1 Pulokulon (2001-2003), Pengurus Rohis Nurul Iman SMA

     Negeri 1 Pulokulon (2003-2004), Ketua Karangtaruna Krajan Waru Karanganyar (2003-

    2005), Pemimpin Redaksi Majalah Dinding Metamorfosa (2005-2006), Pemimpin Redaksi

    Majalah Vokal (2006-2007), Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Vokal IKIP

    PGRI Semarang (2007-2008). Pernah menjadi reporter koran kampus IKIP PGRI Semarang,

    Suara Kampus. Pengawas KPRI Dwija Usaha Kecamatan Mijen Kota Semarang (2014-

    sekarang). Ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota

    Semarang (2014-sekarang).

    Publikasi Ilmiah:

      Makalah Ilmiah Hasil PTK dengan Judul “Menjodohkan Kartu Konsep PesawatSederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar” dalam Jurnal

    Penelitian dan Pembelajaran di Bidang Pendidikan “INOVASI PEMBELAJARAN”Volume 1 Nomor 2 Bulan Mei 2014.

    Penghargaan yang telah diraih:

      Juara III Tingkat Nasional Kategori A (Pendidik PAUD, TK dan SD) dalam Lomba Ide

    Ber-Aksi (Inovasi Model Pembelajaran Antikorupsi) yang diselenggarakan oleh Komisi

    Pemberantasan Korupsi (KPK) RI tahun 2014 dengan judul karya “Implementasi

    Pendidikan Antikorupsi Melalui Pembiasaan Tabungan KPK”. 

      Juara III Tingkat Kota Semarang Kategori Umum dalam Lomba Krenova (Kreatifitas dan

    Inovasi) Tahun 2014 yang Diselenggarakan oleh Bappeda Kota Semarang dengan judul

    karya “Pemanfaatan Sampah Kardus Menjadi “Puzzle Jaring-Jaring Bangun Ruang”

    sebagai Media Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”.