Upload
ekopollac
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
1/26
i
MAKALAH ILMIAH
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
MENYEDERHANAKAN PECAHAN BIASA MENGGUNAKAN
TEKNIK FAKTORISASI PRIMA PADA SISWA KELAS 6A
SD NEGERI JATISARI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Diajukan kepada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai syarat untuk mengikuti Simposium Guru dan Tenaga
Kependidikan Tingkat Nasional Tahun 2015
Disusun oleh:
Nama : Eko Pujiono, S.Pd.
NIP : 19860921 200903 1 001
Unit Kerja : SD Negeri Jatisari
Satuan Kerja : Dinas Pendidikan Kota Semarang
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN MIJEN
SEKOLAH DASAR NEGERI JATISARI
TAHUN 2015
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
2/26
ii
PENGESAHAN
Makalah ilmiah dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi
Menyederhanakan Pecahan Biasa Menggunakan Teknik Faktorisasi Prima Pada Siswa
Kelas 6A SD Negeri Jatisari Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun Pelajaran
2013/2014” yang disusun oleh:
Nama : Eko Pujiono, S.Pd.
NIP : 19860921 200903 1 001
Unit kerja : SD Negeri Jatisari
Telah disahkan untuk dapat diajukan kepada Direktorat Jenderal Guru dan TenagaKependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai syarat untuk mengikuti
Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tingkat Nasional Tahun 2015.
Semarang, 23 Oktober 2015
Kepala Sekolah,
W.P. Haryo Wicaksono, S.Pd.
NIP. 19600816 198012 1 009
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
3/26
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eko Pujiono, S.Pd.
NIP : 19860921 200903 1 001
Unit kerja : SD Negeri Jatisari
Menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalam makalah ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan plagiat dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun sepenuhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam makalah ini dikutip dan dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 23 Oktober 2015
Yang Membuat Pernyataan
Saya,
Eko Pujiono, S.Pd.
NIP. 19860921 200903 1 001
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
4/26
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT Sang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Materi Menyederhanakan Pecahan Biasa Menggunakan Teknik
Faktorisasi Prima Pada Siswa Kelas 6A SD Negeri Jatisari Kecamatan Mijen Kota
Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014” ini. Tak lupa mari bershalawat dan salam untuk
Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya.
Makalah ini disusun untuk diajukan kepada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai syarat mengikuti
Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tingkat Nasional Tahun 2015. Dalam proses
penelitian maupun penyusunan makalah ini, tentunya penyusun banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah memberikan segala macam bantuan dengan penuh keikhlasan.
Penulis hanya dapat berdo’a semoga amal baik yang telah diberikan mendapat balasan yang
layak dan berlipat ganda dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pemurah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis dengan hati terbuka menerima koreksi yang
berguna untuk perbaikan lebih lanjut. Harapan penulis, makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.
Semarang, 23 Oktober 2015
Penulis,
Eko Pujiono, S.Pd.
NIP. 19860921 200903 1 001
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
5/26
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………… i
PENGESAHAN …………………………………………………………………………... ii
PERNYATAAN ………………………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... v
ABSTRAK …………………………….…………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 2
C.
Tujuan Penelitian ………………………………………………………………… 2
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………….. 3
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Landasan Teori ………………………………………..………………………….. 4
1. Hakekat Belajar, Proses dan Hasil Belajar ……………..…………………….. 4
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar …………...…………………….. 6
3. Jenis-jenis Bilangan …………………………………….…………………….. 6
4.
Menyederhanakan Pecahan Biasa dengan Faktorisasi Prima …….………….. 8
B. Kerangka Berpikir …………………………………………………….………….. 12
C.
Hipotesis Tindakan ……………………………………………………………….. 12
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………..…………….. 13
B.
Hasil Penelitian ……………………………………………………….………….. 13
C. Pembahasan ……………………………………………………………...……….. 16
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ………………………………………………………………………….. 18
B. Rekomendasi ……………………………………………………..……………….. 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
6/26
vi
ABSTRAK
Pembelajaran matematika aspek bilangan materi menyederhanakan pecahan biasa di kelas 6A
SD Negeri Jatisari, didapati hasil belajar yang tidak tuntas. Oleh sebab itu, dilakukan
perbaikan pembelajaran yang dikemas dalam penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi
menyederhanakan pecahan biasa menggunakan teknik faktorisasi prima pada siswa kelas 6A
SD Negeri Jatisari semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penggunaan teknik ini harus
mengikuti satu langkah dan tiga aturan.
Pada pembelajaran siklus 1 didapatkan data jumlah hasil belajar yang dicapai oleh 38 siswa
adalah 2.500, sehingga rata-rata kelas 65,79. Baru 18 siswa tuntas dan 20 siswa lainnya
belum tuntas. Berarti persentase ketuntasan klasikal baru 52,63%. Pada pembelajaran siklus 2
didapatkan data jumlah hasil belajar adalah 3.100, sehingga rata-rata kelas 81,58. Sebanyak
35 siswa tuntas dan 3 siswa belum tuntas. Persentase ketuntasan klasikal mencapai 92,11%.
Pembelajaran matematika materi menyederhanakan pecahan biasa menggunakan teknik
faktorisasi prima dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari,
Kecamatan Mijen, Kota Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata kunci: faktorisasi prima , menyederhanakan , pecahan bi asa
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
7/26
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini dan masa mendatang terjadi perkembangan dan perubahan yang
cepat dan mendasar dalam berbagai sendi kehidupan. Perubahan dan perkembangan itu
terjadi antara lain di bidang-bidang sains, teknologi, sosial, budaya dan perubahan dalam
perdagangan, pemerintahan dan pergaulan dunia. Keadaan ini menunjukkan bahwa
kehidupan sekarang dan mendatang dipenuhi tantangan dan persaingan (Muhsetyo, 2010:
1.24). Untuk mampu bertahan hidup dan mampu menghadapi tantangan, persaingan,
ketidakpastian dan permasalahan pelik dan rumit, maka generasi muda sekarang perlu
mendapatkan bekal pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan ketrampilan yang sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan kemajuan.
Dengan demikian kita membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mewujudkan
generasi muda menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal itu sejalan dengan tujuan Pendidikan
Nasional yang tertuang di dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Keberhasilan pendidikan secara menyeluruh harus berawal dari keberhasilan
pendidikan di tingkat dasar, terutama di sekolah dasar. Di samping komponen
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadahi, pendidik dan tenaga kependidikan
yang professional dan berkompeten di bidangnya, keberadaan kurikulum yang peka
terhadap zaman juga berperan sebagai penentu keberhasilan pendidikan.
Sebagai salah satu muatan kurikulum di sekolah dasar yang keberadaannya paling
dominan, matematika memiliki peran yang sangat strategis. Matematika mendapat porsi
lima jam pelajaran per minggu. Ini jumlah yang paling banyak dibanding mata pelajaran
lain. Porsi waktu yang banyak sejalan dengan tujuan dan fungsi matematika yang sangat
penting. Matematika dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir
sistematis, kritis, analitis, logis, dan kreatif serta menumbuhkan kemampuan bekerja
sama. Selain itu, diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk mengelola, memperoleh,
serta memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan dan mengembangkan dinamika
kehidupan yang kompetitif untuk semua bidang.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
8/26
2
Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat
membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
(Depdikbud, 1996). Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006: 417) menyebut
bahwa mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek
bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.
Dari ketiga aspek tersebut, tidak semuanya dicapai hasil belajar yang memuaskan.
Saat pembelajaran aspek bilangan di kelas 6A SD Negeri Jatisari, khususnya materi
menyederhanakan pecahan biasa, didapati hasil belajar yang mengecewakan. Hasil
evaluasi pembelajaran menyederhanakan pecahan biasa menunjukkan bahwa dari 38
siswa diketahui jumlah nilai 2.130 sehingga nilai rata-ratanya adalah 56,05. Padahal
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berada di angka 68 dan rata-rata ketuntasan klasikal
adalah 75,00%. Jumlah siswa yang tuntas hanya 8 siswa. Sementara 30 siswa lainnya
tidak tuntas. Ini berarti bahwa persentase ketuntasan siswa hanya berada di angka
21,05%. Angka tersebut masih jauh dari kriteria ketuntasan klasikal yang berada di level
75,00%.
Oleh sebab itu, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dalam rangkaian
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Materi Menyederhanakan Pecahan Biasa Menggunakan Teknik Faktorisasi
Prima Pada Siswa Kelas 6A SD Negeri Jatisari Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun
Pelajaran 2013/2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika materi menyederhanakan
pecahan biasa menggunakan teknik faktorisasi prima pada siswa kelas 6A SD Negeri
Jatisari Kecamatan Mijen Kota Semarang semester 2 tahun pelajaran 2013/2014?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika materi menyederhanakan pecahan biasa menggunakan teknik faktorisasi
prima pada siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
9/26
3
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
Bagi siswa, penelitian ini dapat mengikis stigma negatif matematika sebagai momok yang
menakutkan dari dalam benak siswa, merangsang aktifitas siswa dalam belajar
matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya, dan membuat siswa merasa
senang dalam belajar matematika. Bagi guru, teaknik dan kajian ini dapat menambah,
melengkapi, dan memperluas khasanah pengetahuan guru mengenai pembelajaran
matematika yang dapat digunakan untuk materi menyederhanakan pecahan biasa. Bagi
sekolah, diharapkan penelitian ini dapat mendorong sekolah untuk terus melakukan
inovasi dan mengeluarkan kebijakan yang positif dalam upaya peningkatan kualitas
pembelajaran matematika.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
10/26
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakekat Belajar, Proses dan Hasil Belajar
a.
Hakekat Belajar
Purwanto (2007: 83) menyatakan bahwa manusia dituntut belajar
sepanjang hayat. Hal itu dilandasi oleh kenyataan bahwa di dunia ini tak ada
makhluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti
bayi manusia. Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari
manusia dewasa yang lain, tidak belajar, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu
hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia. Meski anak
telah membawa beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan
untuk kelangsungan hidupnya, potensi bawaan ini tidak akan berkembang baik
tanpa pengaruh dari luar.
Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional seperti dikutip oleh
Muhsetyo (2011: 1.24) mempertegas hal itu dengan menyatakan bahwa dasar
pengembangan pendidikan yang bermutu tinggi adalah prinsip belajar sepanjang
hayat. Lebih lanjut, UNESCO juga menuangkan empat pilar belajar, yaitu (1)
learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be dan (4) learning to live
together .
Syah (2008: 92) menyimpulkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan
gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
b. Proses Belajar
Secara etimologi, proses berasal dari kata dalam Bahasa Latin “processus”
yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini memiliki pengertian urutan langkah
atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Syah (2008: 113)
menyebut bahwa proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan
perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju
dari keadaan sebelumnya.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
11/26
5
Belajar sebagai suatu proses memunculkan perubahan-perubahan yang
tidak serta-merta. Perubahan tersebut merupakan suatu tahapan. Tahapan
perubahan itu melalui fase-fase yang bertalian secara berurutan dan fungsional.
Menurut Jerome S. Bruner via Syah (2008: 113-114), dalam proses pembelajaran
siswa menempuh tiga fase, yaitu:
1)
Fase informasi (tahap penerimaan materi)
Siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai
materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang
sama sekali baru dan berdiri sendiri. Ada pula yang berfungsi menambah,
memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang telah dimiliki.
2) Fase transportasi (tahap pengubahan materi)
Ditandai dengan adanya analisis informasi yang diperoleh siswa.
Informasi itu lalu ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual supaya kelak dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
3)
Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Siswa berupaya menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan
(informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
c.
Hasil Belajar
Hasil belajar diperoleh melalui evaluasi. Evaluasi menurut Syah (2008:
141) memiliki arti penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah
assessment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang
dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kata lain yang
dianggap bersinonim dengan dua kata tersebut adalah tes, ujian dan ulangan.
Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 58
ayat (1), evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses,
kemajuan, dam perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Oleh karena itu, evaluasi dilakukan oleh guru secara terus menerus dengan
berbagai cara. Bukan hanya pada saat-saat ulangan terjadwal atau saat ujian saja.
Menurut Syah (2008: 150), kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil
belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diukur.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
12/26
6
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Dari sudut pandang sistem pendidikan, yang dimaksud matematika sekolah
adalah mata pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah, baik di tingkat
pendidikan dasar maupun menengah. Artinya, matematika Sekolah Dasar (SD) adalah
matematika yang diajarkan di SD. Dalam Standar Kompetensi Kurikulum 2004 mata
pelajaran matematika SD/MI yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu
konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Tingkat pemahaman matematika seorang siswa lebih dipengaruhi oleh
pengalaman siswa itu sendiri. Sedangkan pembelajaran matematika merupakan usaha
membantu siswa mengkontruksi pengetahuan melalui proses. Sebab mengetahui
adalah suatu proses, bukan suatu produk (Syah 2008: 68). Proses tersebut dimulai dari
pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengkontruksi sendiri pengetahuan yang telah dimiliki. Proses pembelajaran dapat
diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan
materi pembelajaran. Belajar matematika berkaitan dengan belajar konsep-konsep
abstrak, dan siswa merupakan makluk psikologis (Marpaung: 2000), maka
pembelajaraan matematika harus didasarkan atas karakteristik matematika dan siswa
itu sendiri.
Ini sesuai dengan salah satu pilar belajar, yaitu belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (lampiran Permendiknas no 22 tahun 2006). Untuk itu, dalam
pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa selama proses
pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses
pembelajaran tersebut.
3. Jenis-jenis Bilangan
Kehidupan manusia tak lepas dari bilangan dan kegiatan membilang. Sejak
awal terbentuknya peradaban, manusia memanfaatkan bilangan dalam kehidupan
keseharian. Kebutuhan akan bilangan diawali dari keadaan untuk menyatakan
banyaknya suatu benda dan banyaknya anggota dalam koloni manusia itu sendiri.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
13/26
7
Definisi bilangan yaitu sesuatu yang bersifat abstrak dan menyatakan
banyaknya anggota suatu kelompok. Lebih lanjut Sutan (2005: 1) menguraikan bahwa
lambang bilangan atau numeral, yaitu penamaan dan perlambangan dari kelompok
tersebut. Contohnya, jika suatu himpunan atau kelompok huruf vokal memiliki
anggota a, i, u, e, o maka anggota kelompok tersebut dapat dinyatakan dengan
bilangan yang dinyatakan sebagai “lima”. Himpunan tersebut dapat diwakili dengan
perlambangan “5” (lambang bilangan hindu-Arab), “V” (lambang bilangan Romawi),
atau “
“ (lambang bilangan Arab).
Jenis-jenis bilangan pun berkembang seiring kebutuhan manusia dalam
membilang. Permasalahan baru dalam membilang, melahirkan jenis bilangan yang
baru pula. Berikut ini diuraikan mengenai jenis-jenis bilangan.
a.
Bilangan asli
Menurut Sutan (2005: 3-4), bilangan asli digunakan untuk menghitung
(membilang) anggota suatu himpunan benda. Bilangan ini terdiri dari rangkaian
bilangan yang dimulai dari 1, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan seterusnya. Ada empat
golongan bilangan asli, meliputi: bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan prima dan
bilangan komposit.
b. Bilangan cacah
Bilangan cacah disebut pula bilangan bulat tidak negatif. Bilangan ini terdiri
dari himpunan semua bilangan asli dan bilangan 0. Jadi, himpunan bilangan cacah
terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya (Sutan, 2005: 7).
c. Bilangan bulat
Bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari bilangan bulat
negatif, bilangan nol dan bilangan bulat positif. (Sutan, 2005: 7).
d. Bilangan rasional
Bilangan rasional, yaitu bilangan yang dapat dinyatakan sebagai dengan a
dan b merupakan bilangan bulat dan a ≠ 0. Menurut Sutan (2005: 8-9) bilangan
rasional terdiri dari: himpunan bilangan bulat positif, himpunan bilangan pecahan
positif, nol, himpunan bilangan pecahan negatif, serta himpunan bilangan bulat
negatif (Sutan, 2005: 8-9).
e. Bilangan irasional
Bilangan irasional yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai suatu
pecahan, misalnya , , dan .
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
14/26
8
f. Bilangan real
Bilangan real terdiri dari gabungan himpunan bilangan rasional dan irasional.
Bilangan real dapat disimpulkan sebagai bilangan yang lazim dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
g. Bilangan imajiner
Bilangan imajiner (bilangan khayal) dinamakan pada suatu bilangan jika di
bawah tanda akar terdapat bilangan negatif, misalnya , , dan (Sutan,
2005: 9).
h. Bilangan kompleks
Dinamakan bilangan kompleks karena merupakan bilangan yang paling
lengkap. Sutan (2005: 10) menyatakan bahwa bilangan kompleks merupakan
gabungan bilangan real dan bilangan imajiner.
4. Menyederhanakan Pecahan Biasa dengan Faktorisasi Prima
Keperluan bilangan selain bilangan bulat, menurut Muhsetyo (2011: 4.4)
sudah diketahui pada awal sejarah peradaban manusia, dan keperluan ini dirasakan
mendesak setelah interaksi, komunikasi dan kehidupan sosial-budaya menjadi lebih
intensif dan lebih rumit. Secara nyata masyarakat memerlukan bilangan-bilangan
antara 0 dan 1, antara 1 dan 2, antara 2 dan 3, dan seterusnya.
Setelah berlangsung berabad-abad matematisi menyadari perlunya
merumuskan atau menyatakan keperluan bilangan khusus ini sesuai dengan kasus-
kasus sederhana berikut ini.
a.
Ada pengganti bilangan cacah x sehingga kalimat-kalimat di bawah ini bernilai
benar.
36 : 9 = x, 42 : 7 = x, 27 : 3 = x
b.
Tidak ada pengganti bilangan cacah x sehingga kalimat-kalimat di bawah ini
bernilai benar.
3 : 2 = x, 7 : 3 = x, 35 : 8 = x
Untuk menjawab kebutuhan butir 2, para matematisi kemudian memperluas
bilangan cacah dengan mendefinisikan bilangan-bilangan baru yang dapat digunakan
untuk mengganti x sehingga kalimat-kalimat di butir 2 bernilai benar.
Selanjutnya Muhsetyo (2011: 4.5) menguraikan bahwa untuk mengganti nilai
x dari sembarang kalimat yang mempunyai bentuk p : q = x, dengan p dan q adalah
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
15/26
9
bilangan- bilangan cacah dan q ≠ 0, ditulis dalam bentuk
dan bentuk ini disebut
pecahan. Pada bentuk
, p disebut pembilang (numerator) dan q disebut penyebut
(denumerator).
Pecahan adalah suatu lambang yang memuat pasangan berurutan bilangan-
bilangan bulat p dan q (q ≠ 0), ditulis dengan
, untuk menyatakan nilai x yang
memenuhi hubungan p : q = x.
Pecahan
sama dengan pecahan
, ditulis
=
, jika dan hanya jika ps = qr.
=
sebab 3 10 = 5 6 = 30.
Untuk dapat memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan
pecahan biasa, akan diuraikan tentang (1) pecahan biasa, (2) perbedaan faktor prima
dan faktorisasi prima, dan (3) cara-cara menyederhanakan pecahan biasa.
a. Pecahan biasa
Bilangan rasional juga dinamakan bilangan pecahan. Bilangan ini
menyatakan bagian suatu keseluruhan yang dipersoalkan, bagian dari suatu daerah,
bagian dari suatu benda, dan bagian dari suatu himpunan. Setiap bentuk pembagian
a dengan b (a dan b adalah bilangan bulat) yang dinyatakan sebagai
dengan b ≠ 0
dinamakan bilangan pecahan atau bilangan rasional. Bentuk umum
dibaca “a per
b”, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut (Sutan, 2005: 37).
Bentuk-bentuk pecahan terdiri dari pecahan biasa, pecahan campuran,
pecahan desimal, dan pecahan dalam bentuk persen (Sutan, 2005: 38). Bentuk-
bentuk seperti
,
, dan
disebut pecahan biasa. Pecahan campuran yaitu campuran
suatu bilangan cacah dengan pecahan biasa. Contohnya 3
, 1
, dan 5
. Pecahan
desimal yaitu pecahan yang ditulis dalam bentuk desimal. Contohnya
dapat
dinyatakan dalam pecahan desimal sebagai 0,3. Suatu pecahan berbentuk persen
jika penyebutnya dinyatakan seratus dan disimbolkan “%”. Contohnya, 0,3 dapat
dinyatakan
atau 30%.
b. Faktor Prima dan Faktorisasi Prima
Faktor yaitu bilangan-bilangan yang dapat digunakan sebagai penyusun
dalam suatu operasi perkalian dan menghasilkan bilangan lain. Faktor juga dapat
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
16/26
10
disebut sebagai bilangan yang dapat membagi bilangan lainnya tanpa sisa.
Contohnya, 3 dan 5 adalah faktor dari 15 karena 3 5 = 15 (Sutan, 2005: 33).
Faktorisasi prima yaitu himpunan faktor dari suatu bilangan yang terdiri
dari bilangan prima. Contohnya, faktor dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12 dan 24,
sedangkan faktor primanya hanya 2 dan 3. Berikut ini cara memperoleh faktor
prima dan faktorisasi prima dari suatu bilangan (Sutan, 2005: 34). Cara pertama
yaitu menguraikan bilangan-bilangan yang dimaksud menjadi faktor-faktor prima.
Contoh: 24 = 2 12
= 2 2 6
= 2 2 2 3
Cara kedua dengan pembagian bersusun.
24
2
12
2
6
2
3
3
Cara ketiga dengan memanfaatkan pohon faktor.
24
2 12
2 6
2 3
3 1
Jadi, faktor prima dari 24 adalah 2 dan 3. Sementara itu, faktorisasi prima
dari 24 adalah 2 2 2 3 atau 23 3.
c. Menyederhanakan Pecahan Biasa
Suatu pecahan dikatakan sederhana jika pembilang dan penyebutnya tidak
mempunyai faktor persekutuan lagi, kecuali 1. Nilai suatu pecahan tidak akan
berubah jika pembilang dan penyebutnya dikalikan atau dibagi dengan bilangan
yang sama. Sifat ini dapat digunakan dalam menyederhanakan suatu pecahan
(Sutan, 2005: 39).
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
17/26
11
Jika faktor persekutuan terbesar (FPB) dari p dan q sama dengan 1, (p, q) =
1, maka pecahan
disebut dengan pecahan sederhana. Pecahan-pecahan
,
,
,
dan
adalah pecahan-pecahan yang sederhana sebab FPB dari pembilang dan
penyebut masing-masing pecahan sama dengan 1 (Sutan, 2005: 46).
Mengubah pecahan yang bukan sederhana menjadi pecahan sederhana
disebut menyederhanakan ( simplifying ) pecahan. Penyederhanaan
dikerjakan
dengan membagi pembilang (p) dan penyebut dengan (p, q) (Muhsetyo, 2011: 4.6).
Teknik yang sering digunakan untuk menyederhanakan pecahan dilakukan dengan
cara membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama.
Contoh:
=
=
=
=
Jadi, pecahan sederhana dari
adalah
.
Teknik kedua adalah dengan menentukan Faktor Persekutuan Terbesar
(FPB) dari pembilang dan penyebut suatu pecahan. Hasil FPB dari kedua bilangan
tersebut lalu digunakan untuk membagi masing-masing pembilang dan penyebut
dari suatu pecahan yang dimaksud.
Contoh:
Dengan mencari FPB dari bilangan 40 dan 72.
Faktorisasi prima dari 40 adalah 2 x 2 x 2 x 5 = 23 x 5
Faktorisasi prima dari 72 adalah 2 x 2 x 2 x 3 x 3 = 23 x 32
FPB dari bilangan 40 dan 72 adalah 23 = 8
Maka,
=
=
Jadi, pecahan sederhana dari
adalah
.
Teknik ketiga adalah hasil inovasi dari peneliti, yaitu langsung
menggunakan faktorisasi prima. Langkah pertama adalah menemukan faktorisasi
prima dari pembilang dan penyebut dari pecahan biasa yang akan disederhanakan.
Lalu, ikuti tiga aturan mainnya. Aturan pertama, jika ada faktorisasi prima yang
sama dari masing-masing pembilang dan penyebut, maka harus dicoret. Aturan
kedua, faktorisasi prima yang tersisa dari masing-masing bilangan (tidak dicoret)
maka harus dikalikan. Aturan ketiga, hasil perkalian tersebut harus diposisikan
sebagai pembilang maupun penyebut sesuai asal mulanya.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
18/26
12
Contoh: mencari faktorisasi prima dari bilangan 40 dan 72 (dapat
menggunakan cara menguraikan bilangan, pembagian bersusun atau pohon faktor).
Didapatkan hasil:
Faktorisasi prima dari 40 (pembilang) adalah 2 x 2 x 2 x 5 = 5
Faktorisasi prima dari 72 (penyebut) adalah 2 x 2 x 2 x 3 x 3 = 3 x 3 = 9
Jika ada faktor yang sama maka harus dicoret atau dihilangkan.
Yang tidak dicoret, dikalikan.
Jadi, pecahan sederhana dari
adalah
.
B. Kerangka Berpikir
Dari permasalahan yang ada pada siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang, tahun pelajaran 2013/2014 dan landasan teori yang telah
diuraikan di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dengan menggunakan teknik faktorisasi prima dalam pembelajaran matematika
materi menyederhanakan pecahan biasa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa,
menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
pokok menyederhanakan pecahan biasa, menumbuhkan kebiasaan bekerjasama dan
berkomunikasi dengan teman sekelompoknya sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif dan efisien di kelas 6A SD Negeri Jatisari, Kecamatan Mijen,
Kota Semarang, tahun pelajaran 2013/2014.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik yang dikemukakan dalam penelitian tindakan ini,
maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
Dengan menggunakan teknik faktorisasi prima dalam pembelajaran matematika
materi menyederhanakan pecahan biasa dapat meningkatkan aktifitas siswa dan hasil
belajar siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, tahun
pelajaran 2013/2014.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
19/26
13
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi dan Waktu
Lokasi : Sekolah Dasar Negeri Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang
Waktu : Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 24 Maret 2014
Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 14 April 2014
2.
Mata Pelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan pada mata pelajaran
matematika materi menyederhanakan pecahan biasa.
3.
Kelas dan Karakteristik Siswa
Keadaan siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota
Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:
a)
Jumlah siswa sebanyak 38 orang, terdiri dari 20 laki-laki dan 18 perempuan.
b) Status ekonomi orang tua/wali lebih dari 55,3% tergolong lemah.
c) Hal ini terlihat dari pekerjaan orang tua/wali, yakni: 7,9% PNS, 15,8%
wiraswasta, 21,1% swasta dan 55,3% sebagai buruh, petani, kuli bangunan, dll.
d)
Pendidikan orang tua/wali 60% berkisar SD-SMP.
e) Peran orang tua/wali terhadap belajar siswa kurang mendukung.
f)
Siswa kurang memiliki semangat, minat dan motivasi belajar
B. Hasil Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus
ada empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data-data yang
dijadikan dasar dalam menganalisis meliputi: data aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, kemampuan guru mengelola pembelajaran, respon siswa terhadap
pembelajaran, dan data hasil belajar siswa. Secara rinci hasil penelitian diuraikan sebagai
berikut:
1. Hasil Pra Siklus
Pembelajaran tersebut dilakukan pada hari Senin, 10 Maret 2014. Pada akhir
pembelajaran, telah diadakan evaluasi pembelajaran. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa. Dari 38 siswa diketahui jumlah nilai 2.130
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
20/26
14
sehingga nilai rata-ratanya adalah 56,05. Padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
berada di angka 68 dan rata-rata ketuntasan klasikal adalah 75,00%.
Dari daftar nilai siswa diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas hanya 8 siswa.
Sementara 30 siswa lainnya tidak tuntas. Ini berarti bahwa persentase ketuntasan siswa
hanya berada di angka 21,05%. Angka tersebut masih jauh dari kriteria ketuntasan
klasikal yang berada di level 75,00%. Kesimpulannya pembelajaran ini belum berhasil.
2. Hasil Siklus I
Perbaikan pembelajaran siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2014
pada pembelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar: Menyederhanakan dan
mengurutkan pecahan. Adapun hasilnya sebagai berikut:
a) Hasil Perencanaan
Hasil perencanaan pada siklus I adalah hasilnya adalah: berkolaborasi dengan
teman sejawat untuk menyamakan persepsi tentang PTK, membuat RPP untuk 3 x 35
menit 1 kali pertemuan dengan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk
menyederhanakan pecahan biasa , membuat bahan diskusi dan lembar kerja siswa,
membuat lembar pengamatan dan menyusun alat evaluasi.
b) Hasil Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan faktorisasi prima
untuk menyederhanakan pecahan biasa telah dilakukan. Guru mengajak siswa untuk
mendiskusikan secara berkelompok penggunaan faktorisasi prima untuk
menyederhanakan pecahan biasa. Termasuk mendiskusikan tiga aturan main
menyederhanakan pecahan biasa dengan faktorisasi prima. Setelah melalui kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus I, maka diperoleh hasil evaluasi pada akhir pembelajaran
mengalami peningkatan. Hal tersebut didasarkan dari analisis hasil prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa pada perbaikan siklus I. Diketahui bahwa jumlah nilai yang dicapai
oleh 38 siswa adalah 2.500. Dengan demikian rata-rata kelas 65,79.
c) Hasil Pengamatan
Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat/ observer diketahui bahwa
guru sudah menerapkan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk
menyederhanakan pecahan biasa pada proses pembelajaran. Meski aktifitas siswa
mengalami peningkatan, namun belum seperti yang diharapkan. Tampaknya ada beberapa
siswa yang masih kebingungan dalam menggunakan tiga aturan dalam menyederhanakan
pecahan biasa dengan faktorisasi prima.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
21/26
15
d) Hasil Refleksi
Dari analisis prestasi hasil belajar siswa, mengalami kemajuan dibanding prasiklus
dengan rata-rata kelas 56,05 dengan ketuntasan klasikal 21,05%, sedangkan pada siklus I
rata-rata kelas meningkat menjadi 65,79 dengan ketuntasan klasikal 52,63%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran Siklus I yang
memfokuskan pada penerapan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima dalam
menyederhanakan pecahan biasa, ada peningkatan jika dibandingkan dengan
pembelajaran sebelum perbaikan. Nilai rata kelas meningkat walaupun masih ada yang
belum tuntas. Ketuntasan klasikal masih di bawah ketuntasan yang diamanatkan oleh
kurikulum yaitu 75%. Oleh karena itu, peneliti merencanakan untuk mengadakan
perbaikan pembelajaran siklus II.
3.
Hasil Siklus II
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014, dan
hasilnya adalah sebagai berikut :
a)
Hasil Perencanaan
Hasil perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:
membuat RPP perbaikan untuk 3 x 35 menit 1 kali pertemuan dengan teknik yang
memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan pecahan biasa. Dalam membuat
rencana pembelajaran ini termasuk juga membuat bahan diskusi dan lembar kerja siswa,
membuat alat peraga yang dapat mendukung jalannya proses pembelajaran, membuat
lembar pengamatan untuk melihat kegiatan pembelajaran, dan menyusun alat evaluasi
berupa tes formatif.
b) Hasil Pelaksanaan
Hasil prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran Siklus
II diketahui bahwa dari 38 siswa jumlah nilai yang dicapai adalah 3.100. Dengan
demikian rata-rata kelasnya adalah 81,58. Sesuai dengan KKM 65, jumlah siswa yang
sudah mencapai ketuntasan adalah 35 siswa dan yang belum mencapai ketuntasan 3
siswa.
c) Hasil Pengamatan
Dari data pengamatan yang dilakukan pengamat/obsever diketahui bahwa guru
sudah menerapkan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk
menyederhanakan pecahan biasa. Aktivitas guru dan siswa sudah baik, prestasi belajar
siswa juga meningkat.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
22/26
16
d) Hasil Refleksi
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan penerapan
pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan pecahan biasa,
suasana kelas menjadi sangat hidup. Siswa sangat antusias saat ditantang guru untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan menuliskannya di papan tulis. Dari analisis
prestasi hasil belajar siswa, mengalami kemajuan dibanding siklus I dengan rata-rata
kelas 65,79 dan ketuntasan klasikal 52,63%, sedangkan pada siklus II rata-rata kelas
meningkat menjadi 81,58 dengan ketuntasan klasikal 92,11%.
C. Pembahasan
1. Siklus I
Pembelajaran yang dilaksanakan pada sebelum perbaikan ternyata gagal. Dari 38
siswa hanya 8 siswa yang tuntas. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai rata-rata kelas yang
hanya 56,05 serta persentase ketuntasan belajar hanya 21,05%. Untuk mengatasi hal
tersebut harus ada perbaikan pembelajaran siklus I.
Perbaikan pembelajaran pada siklus I ini bisa dikatakan cukup berhasil karena
sudah banyak peningkatannya. Meski begitu hasil yang diperoleh belum begitu
memuaskan. Persentase ketuntasan dari 21,05% baru meningkat menjadi 52,63% dan itu
artinya siswa tuntas hanya berjumlah 20, masih ada 18 siswa lagi yang belum tuntas.
Belum maksimalnya hasil belajar pada siklus I ini disebabkan karena dalam
pembelajaran guru belum mampu dalam mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.
Keterlibatan siswa dalam melakukan diskusi masih kurang dan penjelasan guru dalam
memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan pecahan biasa dirasa masih
kurang.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kekurangcermatan siswa dalam memposisikan
angka-angka sebagai pembilang atau penyebut yang masih relatif banyak yang tertukar
atau terbalik. Kekurangcermatan itu lebih disebabkan oleh guru yang kurang tegas dalam
memberi rambu-rambu dalam memanfaatkan faktorisasi prima untuk menyederhanakan
pecahan biasa.
Untuk itu perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II yang lebih
mengoptimalkan penerapan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk
menyederhanakan pecahan biasa dengan memberikan penekanan seperti pada masalah
tersebut. Tidak lupa guru harus memberikan bimbingan individu bagi siswa yang kurang
cermat selama proses pembelajaran berlangsung.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
23/26
17
2. Siklus II
Dengan melihat hasil perolehan nilai pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran
siklus II kita dapat merasa lega. Penyebabnya, perbaikan pembelajaran pada siklus ini
berhasil. Dengan rata-rata nilai 81,59 dan persentase ketuntasan klasikal mencapai
92,11% mampu membuktikan keberhasilan tersebut.
Hal ini berkat usaha guru, kesungguhan siswa dan peran aktif teman sejawat
dalam penerapan pendekatan yang memanfaatkan faktorisasi prima untuk
menyederhanakan pecahan biasa dalam pembelajaran. Karena sudah berhasil, maka tidak
perlu lagi pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus III. Adapun peningkatan hasil
belajar siswa sebagaimana telah dibahas, disajikan dalam gambar 4.1 dan 4.2 berikut:
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa
0
2
4
6
8
10
12
14
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
0
10
20
30
40
Tutas
Tidak Tuntas
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
24/26
18
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan data, analisis data dan pembahasan tentang peningkatan hasil belajar
matematika materi menyederhanakan pecahan biasa menggunakan teknik faktorisasi
prima tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan teknik faktorisasi prima
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 6A SD Negeri Jatisari,
Kecamatan Mijen, Kota Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 materi menyederhanakan
pecahan biasa.
Secara deskriptif diperoleh hal-hal sebagai berikut: (1) Dari hasil belajar siswa
diperoleh nilai rata-rata 81,56. Terdapat 44,74% (17 siswa dari 38 siswa) memperoleh
skor nilai di atas rata-rata; (2) Dari hasil observasi di kelas, menunjukkan bahwa siswa
yang berkemampuan tinggi terlihat lebih aktif dan antusias; (3) Dengan menggunakan
teknik faktorisasi prima dalam pembelajaran matematika materi menyederhanakan
pecahan biasa, pembelajaran matematika lebih menyenangkan; dan (4) Penerapan teknik
faktorisasi prima yang digunakan dalam pembelajaran matematika untuk
menyederhanakan pecahan biasa dapat meningkatkan pemahaman dan aktifitas siswa
dalam pembelajaran.
B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi
sebagai berikut: (1) Teknik faktorisasi prima dapat digunakan sebagai alternatif dalam
meningkatkan prestasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika materi
menyederhanakan pecahan biasa; (2) Guru diharapkan memberikan bimbingan individu
terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam menggunakan teknik faktorisasi
prima untuk menyederhanakan pecahan biasa; dan (3) Perlu adanya penelitian lanjutan
untuk menguji efektifitas teknik faktorisasi prima ini dan atau membandingkan
penggunaan teknik maupun model pembelajaran lainnya pada pokok bahasan tersebut.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
25/26
19
DAFTAR PUSTAKA
BNSP. 2006. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Kemendiknas.
Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di SD. Jakarta: Dirjen Dikdas danMenengah, Direktorat Dikdas, Depdikbud.
Dokumen Kurikulum SD Negeri Jatisari Tahun Pelajaran 2013/2014.
Marpaung. 2000. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (makalah)
Proceding Konferensi Nasional Matematika X . Bandung: ITB.
Muhsetyo, Gatot dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sutan, Firmanawaty. 2005. Mahir Matematika Melalui Permainan. Jakarta: Puspa Swara.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8/18/2019 Makalah Ilmiah Simposium 2015 Final
26/26
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Eko Pujiono, S.Pd.
NIP : 19860921 200903 1 001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Grobogan, 21 September 1986Pekerjaan : Guru Kelas di SD Negeri Jatisari
Alamat
rumah : Telagasari Tempel RT 6 RW 4 Kelurahan Jatisari,
Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah
kantor : SD Negeri Jatisari
Jalan R.M. Hadi Soebeno S., Kelurahan Jatisari
Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah
Kode Pos 50218
Nomor Ponsel : 081226405556
Surat elektronik : [email protected]
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Warukaranganyar 02 (1992-1998)
SLTP Negeri 1 Pulokulon (1998-2001)
SMA Negeri 1 Pulokulon (2001-2004)
D-2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Semarang (2005-2007)
S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang (2007-2011/tdk lulus)
S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Terbuka (2012-2014)
Pengalaman Organisasi:
Pengurus OSIS SMA Negeri 1 Pulokulon (2001-2003), Pengurus Rohis Nurul Iman SMA
Negeri 1 Pulokulon (2003-2004), Ketua Karangtaruna Krajan Waru Karanganyar (2003-
2005), Pemimpin Redaksi Majalah Dinding Metamorfosa (2005-2006), Pemimpin Redaksi
Majalah Vokal (2006-2007), Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Vokal IKIP
PGRI Semarang (2007-2008). Pernah menjadi reporter koran kampus IKIP PGRI Semarang,
Suara Kampus. Pengawas KPRI Dwija Usaha Kecamatan Mijen Kota Semarang (2014-
sekarang). Ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota
Semarang (2014-sekarang).
Publikasi Ilmiah:
Makalah Ilmiah Hasil PTK dengan Judul “Menjodohkan Kartu Konsep PesawatSederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar” dalam Jurnal
Penelitian dan Pembelajaran di Bidang Pendidikan “INOVASI PEMBELAJARAN”Volume 1 Nomor 2 Bulan Mei 2014.
Penghargaan yang telah diraih:
Juara III Tingkat Nasional Kategori A (Pendidik PAUD, TK dan SD) dalam Lomba Ide
Ber-Aksi (Inovasi Model Pembelajaran Antikorupsi) yang diselenggarakan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) RI tahun 2014 dengan judul karya “Implementasi
Pendidikan Antikorupsi Melalui Pembiasaan Tabungan KPK”.
Juara III Tingkat Kota Semarang Kategori Umum dalam Lomba Krenova (Kreatifitas dan
Inovasi) Tahun 2014 yang Diselenggarakan oleh Bappeda Kota Semarang dengan judul
karya “Pemanfaatan Sampah Kardus Menjadi “Puzzle Jaring-Jaring Bangun Ruang”
sebagai Media Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”.