Upload
ayu-deni-pramita
View
32
Download
3
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
CARPAL TUNNEL SYNDROME
( CTS )
Pembimbing:
Dr. dr. Yunus Sp. RM. MARS. MM
Disusun Oleh Kelompok VII:
1. Febrian Feri Ferdianto (08700239)
2. Oskar Disti Putra (08700000)
3. Riva Nita Harmila (08700115)
4. Julia Larasati (08700075)
5. Ferdi Andriska (08700273)
6. Rumaidhil Abrori (07700030)
7. Adelbertus Putra (08700121)
8. Putu Gede RC Arby I (09700257)
9. Konstanta Ester (08700151)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
MARET 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Carpal
Tunnel Syndrome” sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Penyakit Saraf.
Kami juga sangat berterimakasih kepada Dr. dr. Yunus Sp. RM. MARS. MM,
karena telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang juga ikut
terlibat dalam pembuatan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini.
Surabaya, 23 Maret 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus Carpal Tunnel Syndrome sering kita jumpai di sekitar kita, bahkan
mungkin terjadi pada teman ataupun keluarga kita, namun banyak yang tidak
terdiagnosa karena kurangnya pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai
sindroma ini.
Sindroma Terowongan Karpal ( STK ) adalah suatu kumpulan gejala yang
disebabkan karena tekanan pada nervus medianus dan nervus ulnaris di Carpal
Tunnel. Sindrom ini biasanya timbul pada orang-orang yang sering bekerja
menggunakan tangan (memanipulasi tangan), seperti memeras baju, orang yang
sering bertepuk (guru TK), pengendara motor, mengetik, olahraga taichi, sering
bermain game. Gejala yang ditimbulkan umumnya dimulai dengan gejala sensorik
walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkan gejala motorik. Gejala yang sering
dijumpai adalah rasa nyeri, tebal (numbness), lemah, kesemutan, dan rasa seperti
aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi oleh nervus medianus. Gejala ini
dapat timbul kapan saja dan di mana saja, baik di rumah maupun di luar rumah.
Seringkali gejala yang pertama timbul di malam hari yang menyebabkan penderita
terbangun dari tidurnya.
Sebagian besar penderita biasanya baru mencari pengobatan setelah gejala
yang timbul berlangsung selama beberapa minggu. Kadang-kadang pijatan atau
menggoyang-goyangkan tangan dapat mengurangi gejalanya, tetapi bila diabaikan
penyakit ini dapat berlangsung terus secara progresif dan semakin memburuk.
Keadaan ini umumnya terjadi karena ketidaktahuan penderita akan penyakit yang
dideritanya dan sering dikacaukan dengan penyakit lain seperti 'rematik'
BAB II
DEFINISI
Sindroma Carpal Tunnel merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan
karena tekanan pada nervus medianus dan nervus ulnaris di Carpal Tunnel. Adapun
definisi lain yaitu neuropati tekanan atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam
terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum
(cit.Samuel 1979, Dejong 1979, Mumenthaler 1984)
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan dimana
tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh
beberapa tendon dan nervus medianus. Dimana nervus medianus mensarafi system
perasa (sensorik) dan penggerak (motorik) pada tangan dan jari-jari tangan. Tulang-
tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku
sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan
palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia
tersebut.
Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia , median thenar
neuritis atau partial thenar atrophy. STK pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma
klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal
(1854). STK spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada
taboo 1913. Istilah STK diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.
Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan
tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.
Kelainan ini dapat terjadi akibat adanya proses peradangan pada jaringan-jaringan di
sekitar saraf medianus (tendon dan tenosynovium) dalam terowongan karpal.
Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, sendi
menjadi tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus. Penekanan saraf medianus ini
lebih lanjut akan menyebabkan kecepatan hantar (konduksi) dalam serabut sarafnya
terhambat, sehingga timbullah berbagai gejala pada tangan dan pergelangan tangan.
BAB III
PATOFISIOLOGI
III.1. ANATOMI
CT (Carpall Tunnel) adalah Canal dari jaringan Fibro-osseus berbentuk
silindris yang ada pada pergelangan tangan.
CT dibentuk oleh :
Atap : ligamentum carpi transversum (bagian dari. flexor retinaculum
yang membentang dari Os. Scapoideum dan trapezoideum ke arah medial
menuju Os. Piriformis & hamatum)
Lateral (radial) : Os naviculare dan tuberculum os trapezium.
Medial (ulnar) dibatasi oleh : Os. pisiformis dan os hamatum.
CT berisi :
4 Mm Fleksor Digitorum Superfisialis,
4 Mm Fleksor Digitorum Profundus,
1 M Fleksor Carpi Radialis,
1 N Medianus.
Anatomi Nervus Medianus
Serabut - serabut syaraf yg
membentuk N. medianus berasal
dari saraf spinal C5-C8 dan Th 1
dari pleksus brakhialis, dibentuk
oleh cabang lateralis fasciculus
medialis dan cabang medial dari
fasciculus lateralis dimana kedua
cabang tersebut bersatu pada tepi
bawah M. Pectoralis minor.
Serabut motorik N. medianus mempersyarafi otot lengan bawah:
M. Pronator teres
M. Palmaris longus
M. Fleksor Carpi Radialis
M. Fleksor digitorum superficialis
M. Fleksor digitorum profundus
M. Pronator kuadratus
M. Fleksor Polisis longus
Serabut motorik N. Medianus yg mempersyarafi otot – otot tangan M. Fleksor polisis
brevis, M. Oponen polisis, M. abductor polisis brevis, Mm. Lumbricalis I dan II
Serabut sensorik N. Medianus:
Bag. Palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian radial jari manis, serta
ujung – ujung distal dari jari yang sama.
Bagian dorsal tangan sampai dengan Phalang kedua jari telunjuk, jari tengah
dan setengah dari jari manis.
Di dalam CT tersebut N. Medianus terletak langsung di bawah ligamentum karpi
transversum dan sebelumnya terletak di belakang dari tenson palmaris longus.
Patogenesa
Adanya disproporsi antara
volume CT dengan isinya, yaitu
bertambahnya volume dari isi
carpal Tunnel atau berkurangnya
volume dari CT tersebut. Dengan
adanya Disproporsi akan terjadi
penekanan pd vasa vasorum dari
N. Medianus serta ischemic
sehingga akan menekan syaraf
pada pembedahan akan tampak
syaraf yang pipih seperti pita.
Bertambahnya volume CT, karena:
Penebalan / fibrosis dari Fleksor sinovialis merupakan penyebab tersering.
Hasil biopsi: RA, inflamasi non spesific kronis, Penyakit degeneratif
Udema di dlm CT , sehingga memberi tekanan dan kompresi pada syaraf,
karena faktor:
a. Hormonal adanya retensi cairan pd jaringan yang ada di CT. misalnya:
Menstruasi, kehamilan, menopouse, diabetes mellitus, dsn miksudema pd
hipotiroidisme.
b. Proses radang, misal: RA, osteoarhtritis.
c. Tumor dan keadaan lain yang menambah isi dari CT, misalnya: Ganglion,
neuroma, lipoma, kista sinovitis, hematoma, deposit Calsium, amiloidosis,
Chondrocalsinosis.
d. Penyakit Ocupasi adalah penyakit yang disebabkan karena penggunaan
tangan secara berlebihan pada keadaan Hiperekstensi pada pergelangan
tangan, sehingga tekanan CT meningkat dari pada tangan dengan posisi
netral.
e. Trauma akan merubah ”countour” normal CT atau pembentukan tulang
baru yang berlebihan pada Colles fracture
Terjadinya Neurophaty saat injuri disebabkan karena fragmen tulang
patah atau ujung ligamentum menekan n. medianus.
f. Infeksi pada tenosinovitis kronis dan tuberkulosa.
g. Kongenital, apabila ada anomali didaerah CT, misal perpanjangan
“Muscle Belly” dari M. Fleksor digitorum sublimis, atau pembesaran
pembuluh darah sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus.
h. Vascular “Shunt” pada renal dialisis yang berulang, pembuatan shunt
didaerah tangan, tetapi hal ini masih dalam perdebatan.
Atau bisa dikatakan umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi
penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus.
Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan
intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang
terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan
merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein
sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri
dan sembab yang timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang setelah
tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat terjadinya
perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut akan
terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi
atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggu secara menyeluruh
Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi
kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan
iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan
berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu. Akibatnya terjadi
kerusakan pada saraf tersebut
Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan invaginasi
Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu.
Akhirnya setelah adanya disproporsi dan kompresi terhadap nervus medianus
akan menimbulkan suatu gejala / simptom. Yaitu nyeri, rasa terbakar dan rasa
seperti di tusuk – tusuk pada daerah carpal
Stadium pada kelainan syaraf:
Stadium I:
Timbulnya distensi kapiler intrafasikuler yang menyebabkan meningkatkan
tekanan intrafasikuler. Sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan
konstriksi pembuluh darah kapiler. Keadaan ini yang menyebabkan timbulnya
gangguan nutrisi serta akan terjadi hipereksitabilitas serabut saraf.
Stadium II
Adanya kompresi pada pembuluh kapiler akan menyebabkan anoksia dan
kerusakan endotelium kapiler. Masuknya protein ke dalam jaringan akan
menyebabkan edema. Protein tidak dapat keluar melalui perineurium oleh
karena akumulasi dalam endoneurium yang mana telah menyatu dengan
metabolisme serta nutrisi aksonal.
Pada keadaan tersebbut juga diiikuti adanya proliferasi dari fibroblast serta
iskemik pada jaringan ikat yang mengalami konstriksi. Pada tahap akhir dari
kompresi saraf, akan terjadi defek pada motorik maupun sensorik.
Dasar Patofisiologi dari penekana dari saraf ini di awali dengan berkurang nya
aliran darah yang timbul dengan tekanan 20 – 30 mmHg. Pada penderita CTS tekanan
pada terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering mencapai 110
mmHG saat pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi dorsofleksi ini
nampaknya merupakan posisi yang meningkatkan tekanan intra karpal yang paling
tinggi. Tekanan sebesar 50 mmHG selama 2jam akan menyebabkan oedema
epyneurium bila tekanan tersebut berlangsung selama 8 jam maka akan
mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat sebesar 4 kali dan
menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel kapiler maka
akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga oedema
makin menghebat dengan demikiab lingkaran akan terjadi.
Dampak yang terjadi lebih nyata pada endoneurium, karena lebih banyak
eksudat dan oedema yan g menumpuk disana akibat tidak dapat menembus
peryneurium. Peryneurium lebih tahan terhadap perubahan tekanan karena kelenturan
yang lebih tinggi. Peryneurium juga bertindak sebagai penghalang difusi sehingga
dapat menimbulkan dampak sindroma kompartemen dalam saraf.
Adanya kompresi dari n. medianus karena pembesaran tendon atau fascia otot
serta arthritis tulang sehingga canalis carpalis mengecil, akibatnya menghambat kerja
dan sirculasi dari n. medianus sehinga timbul gejala: nyeri, rasa terbakar dan rasa
seperti di tusuk – tusuk pada daerah carpal.
distribusi nyeri
III.2. Faktor Resiko
Faktor penyebab (etiologi) dari Carpal Tunnel syndrome meliputi :
1. Peningkatan tekanan Nervus medianus
2. Kelainan terowongan karpal sejak lahir.
3. Anomali otot (palmaris longus,flexor digitorum sublimes)
4. Trauma (fraktur,terutama retak colle’s atau fraktur radius dekat
pergalangan tangan)
5. Infeksi/peradangan :
a.Rheumatoid arthtritis
b. Septic arthrits
6. Kegiatan umum yang telah diidentifikasi sebagai penyebab penekanan
berulang-ulang sindrom tulang pergelangan tangan termasuk :
a) pengetikan
b) Memeras pakaian (mencuci)
c) Olah raga (Golf, Tenis, Taichi, dll)
d) Mengendarai kendaraan bermotor/menerbangkan pesawat
e) Mendorong mesin pemotong rumput (tekanan dan getaran dapat
juga jadi penyebabnya)
f) Aktifitas apapun yang mana menggunakan tangan secara rutin dan
bertenaga ( membuka pintu, mengulek, dokter gigi, ahli bedah)
g) Guru Taman kanak-kanak (sering tepuk tangan), dll.
7. Jenis kelamin ( wanita lebih rentan menderita gangguan ini)
8. Penyebab non traumatik biasanya terjadi setelah jangka waktu tertentu dan
tidaklah disebabkan oleh satu peristiwa tertentu,sebagai contoh ;
a) Tenosynovitis ( radang tulang sendi)
b) Kehamilan
c) Hypothyroidism
d) Acromegaly
e) Diabetes melitus
f) Rheumathoid arthritis
g) Obesitas dan Tumor
h) Amiloidosis
i) Genetics
Faktor resiko penyebab CTS pada dasarnya merupakan hasil dari suatu kombinasi
dari facto-factor yang meningkatkan tekanan pada Nervus Medianus di terowongan
carpal,selain dari faktor saraf itu sendiri.
III.3. Lokasi
N. medianus mudah dan sering terjebak pula, yakni dibagian volar
pergelangan tangan dimana cabang – cabang N. medianus melintasi jalur – jalur atau
terowongan di ligamentum carpi volare yang dikenal dengan “Carpal Tunnel
BAB IV
PENATALAKSANAAN
IV.1. Pemeriksaan ( Menuju Diagnosa )
A. Anamnesa
Parestesia, hipestesia, dan nyeri (arthralgia) dirasakan pada jari-jari terutama
permukaan falangs terminal. Jari-jari terasa kaku pada pagi hari. Barang yang
dipegang sering terlepas tanpa disadari. Telapak tangan parestetik juga, tetapi
dorsum manus bebas dari parestesia atau hipestesia.
1. Pasien datang mengeluh parestesia biasanya pada malam hari, dari lokasi
distribusi cabang sensorik N. medianus di daerah tangan, pasien merasa
“kesemutan”, rasa panas pada 1 atau 2 tangan.
2. Pasien merasa bengkak tetapi secara obyektif pada inspeksi tidak telihat
adanya pembengkaan ataupun kelainan.
3. Pasien merasa kaku dan bengkak pada jari – jari tangan biasanya keluhan
timbul saat bangun tidur pagi atau gejala menghilang saat berkegiatan. Setelah
tangan dan jari-jari digerakkan, kaku dan nyeri dapat mereda, tetapi parestesia
atau hipestesia pada ujung-ujung jari masih tetap terasa.
4. Terkadang ada sensasi rasa geli
5. Keluhan berkurang/ menghilang saat pasien mengelevasikan, mengayunkan,
menggosok-gosokkan kedua belah tangan/merendam dalam air hangat.
6. Keluhan bertambahsaat pasien melaksanakan gerakan fleksi – ekstensi yg
berulang - ulang pada pergelangan tangan.
7. Sering ada gangguan vasomotor
Pasien lebih peka terhadap rasa dingin, selain itu terdapat perbedaan keringat
pada sisi ulnar dan radial, kulit menjadi kering dan pecah – pecah timbul
karena terlibatnya syaraf otonom berupa “Raynaud Phenomenon” dan
Acrocyanosis” sebagai akibat proses vasospastik.
b. Inspeksi
Terjadi pembengkakan di pergelangan tangan biasanya sering pada ibu hamil.
Pada keadaan awal tidak ditemukan keluhan. Dan pada kondisi berat tangan
tampak deformitas dan Inspeksi ini pada pemeriksaan fisik pada CTS kurang
spesifik
Tangan tampak deformitas
c. Palpasi
Pemeriksaan untuk gangguan motorik.
1. Pemeriksaan otot yang dipersarafi N. medianus, pada kasus lanjut
terdapat kelemahan dan atrofi dari:
a. m. Fleksor polisis brevis
b. m. Oponen polisis
c. m. Abductor polisis brevis
d. m. lumbrikalis I dan II
2. Lengan bawah tidak dapat dopronasikan ( bila lesi terdapat di atas
tingkat siku)
3. Sikap tangan menekuk kea rah ulnar dan tangan tidak dapat
digerakkan ke arah medial.
4. Falangs terminal dari ibu jari dan telunjuk tidak dapat ditekukkan
dan falangs terminal dari jari – jari lain hanya sedikit saja bisa
ditekukkan.
Pemeriksaan untuk gangguan sensorik.
a. Hipalgesia: menurunnya kepekaan terhadap nyeri
b. Hipoestesia : penurunan sensitivitas terhadap sensasi nyeri
c. Parestesia: sensasi sentuh abnormal seperti rasa terbakar,
tertusuk atau kesemutan, sering kali tanpa adanya rangsangan
luar.
d. Lesi N. Medianus ”Ape hand ”
Reflleks
Refleks biseps dan triseps menurun/ hilang yaitu berupa kelemahan otot
biseps, triseps, brakioradialis, dan ekstensor pergelangan tangan.
IV.2. Diagnosa
Tes Khusus
Untuk pendiagnosaan dilaksanakan beberapa tes khusus dan tes tambahan, berikut ini
merupakan tes khusus yang bisa digunakan untuk keperluan diagnosa yaitu:
Phalen’s Test / Wrist Flexion test/ Phalen’s manouver
Test ini dilakukan dengan cara kedua tangan difleksikan pada pergelangan
tangan, kemudian dorsum manus ditekankan satu dengan lainnya selama 30 detik – 1
menit, tunggu gejala yang akan timbul.
Test bernilai (+) jika nyeri menjalar dari proksimal tangan ke jari – jari tangan
( pada daerah distribusi N. medianus) semakin cepat timbul gejjala seperti
paraesthesia berarti semakin jelek kondisinya dan menandakan adanya penyempitan
CT.
Prayer Test
Seperi dengan Tes Phalen. Bedanya kedua tangan di ekstensikan satu dg
lainnya serta kedua palmar manus saling ditekankan. Pasien disuruh meluruskan
lengan bawahnya tegak lurus dengan penunjukan jari ke arah dagu ( seperti orang
berdoa ) selama 1 menit.
Tinel’s test
Positif jika ada rasa nyeri, kesemutan atau seperti ada aliran listrik yang
menjalar keujung – ujung jari tangan ketika dilakukan perkusi n. medianus pada
pergelangan tangan di daerah ligamentum Carpal transversalis.
Tourniquet Test
Mengunakan tensimeter Cuff dipasang pada lengan atas dengan tekanan diatas
tekanan sistolik, biasanya (220mmHg) selama 1-2 menit.
Tes bernilai positif (+) jika peningkatan rasa nyeri dan kesemutan karena adanya
kondisi iskemik.
b. Additional Test / Tes penunjang
Adapun tes penunjang yang mungkin bisa digunakan sebagai alternative test
untuk penegakan diagnose adalah:
Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada tes laboratorium khusus untuk diagnosa Carpal Tunnel Syndrome.
Pada beberapa kasus ditemukan adanya peningkatan kadar protein, tetapi masih
dibawah 100%. Pemeriksaan cairan serebrospinal tidak menunjukkan adanya
kelainan.
Pemeriksaan X-Ray
X-rays kurang membantu meskipun ada alasan untuk percaya bahwa patah
tulang menyebabkan penekanan N. medianus pada canalis carpalis. Tetapi X-rays
membantu diagnose dari arthritis, bone spurs, fraktur, tumor, kista and gout.
Pemeriksaan plain foto biasasnya tidak menemukan abnormalitas ligament atau
jaringan lunak.
Nerve test
Tes ini membantu kemajuan bagaimana nervus medianus bekerja, Tes ini paling
reliable untuk konfirmasi diagnose jika seseorang terkena CTS
Electromyografi (EMG)
EMG adalah alat yang digunakan untuk melihat kelistrikan yang dihasilkan oleh otot .
Sebuah jarum elektrode dimasukkan kedalam otot atau otot pemeriksa yang akan
menganalisa. Dan sebuah alat yang merekam aktivitas kelistrikan otot saat relaksasi
dan kontraksi. Test ini dapat membantu menentukan kerusakan nervus medianus
akibat penekanan yang progresif. Positif bila ditemukan gelombang tajam, potensial
fibrilasi, meningkatkan aktivitas sisipan (insertional). 85-90% akurat, false negative
10 – 15%. Uji menggunakan tes ini sangat spesifik untuk penddiagnosaan Carpal
Tunnel Syndrome.
Nerve conduction studies
Test ini paling sensitif untuk konfirmasi seseorang yang mempunyai CTS.
Mencatat kecepatan konduksi listrik pada syaraf. Elektrode di tautkan pada jari – jari
dan lengan. Sebuah getaran melewati satu elektroda ke elektroda yang lain melewati
nervus. Jika impuls listrik menurun saat melewati carpal tunnel, hal itu merupakan
fakta bahwa positif CTS
Diagnostic ultrasound.
Merupakan alternatif baru untuk pendiagnosaan CTS dan sampai sekarang masih
dalam tahap penelitian. Pendiagnosaan dengan cara ini adalah melalui gelombang
suara yang dipantulkan ke tangan dan pergelangan tangan sehingga menghasilkan
gambaran dari nervus, otot dan tendon. Hasil nya jika terkena CTS N. medianus
terlihat lebih kecil dari normal.. Tes ini mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat
mengetes fungsi syaraf, hanya untuk membantu mempermudah diagnosa saja.
Computerized Tomography Scan
Berguna karena mampu menunjukkan dan mengevaluasi cross sectional volume
carpal tunnel dan untuk deteksi kalsifikasi yang halus/tidak diketahui di tendon dalam
canal. Tapi tidak bisa menemukan abnormalitas ligamen atau jaringan lunak.
MRI (Magnetic Resonancy Imaging)
MRI dapat dipercaya dan digunakan untuk melihat kuantitas nervus medianus di
carpal tunnel. Batas yang meliputi pemisahan ujung fasciculus untuk merespon
lubang yang dibaca dengan nyata, semakin luas lubang nervus untuk menentukan
kejelasan tanda nervus medianus yang tidak normal. Pemeriksaan dengan MRI
berguna untuk evaluasi semua struktur intrinsik pergelangan tangan termasuk tulang –
tulang karpal. Kontra indikasi terhadap pasien dengan Cardiac pacemaker, older
aneurysma clips, new stents atau aortic valves, ferromagnetic ocular fragmen.
IV.3 TERAPI/PENGOBATAN
a. Rehabilitasi medik/ fisioterapi
o Istirahat gerak tangan dan pergelangan tangan minimal 2 minggu.
o Latihan peregangan
Peregangan dan penguatan bisa membantu orang – orang yang gejalanya
sudah berkutang. Latihan – latihan ini sebaiknya diawasi oleh terapis fisik
yang terlatih menggunakan latihan – latihan untuk merawat kelemahan –
kelemahan tubuh atau seorang terapis yang terlatih dalam mengevaluasi orang
– orang dengan kelemahan tubuh dan membangun keahlian untuk
meningkatkan kesehatan mereka.
Menarik jari – jari ke belakang menjauhi telapak tangan
Tariklah jari tangan yang dominan yang pengaruh carpal tunnel syndrome lebih
terasa, menjauhi telapak tangan. Relakslah pergelangan tangan dan biarkan
mengikuti jari
Tahanlah selama 5 detik, kemudian ulangi dengan tangan yang lain
Menarik perlahan ibu jari ke arah bawah
Tariklah ibu jari secara perlahan-lahan ke arah dara dan kebawah
Tahanlah peregangan ini selama 5 detik dan ulangi pada ibu jari tangan yang
lain.
Menekan telapak tangan meja
Berdirilah, kedua tangan diletakkan ke meja, kedua telapak tangan menghadap
ke bawah dengan jari-jari mengarah ke dalam, saling menghadap.
Tekankan ke bawah secara perlahan-lahan dan secara perlahan-lahan pula
regangkan pergelangan tangan ke belakang
Pertama kali melakukan peregangan pergelangan tangan mungkin hanya
teregang kurang dari 90’, bila sudah menjadi lebih lentur coba perdalam
peregangannya dengan menggerakkan kedua lengan terpisah lebih jauh.
Meregangkan pergelangan tangan ke depan
Rentangkan kedua lengan bawah sejajar dengan lantai, telapak tangan
menghadap ke bawah dan menggenggam kedua tangan.
Regangkan kedua pergelangan tangan ke bawah dalam keadaan tetap
menggenggam, tahan selama 5 hitungan
Menarik jari perlahan – lahan
Secara perlahan-lahan tariklah tiap jari-jari dengan berurutan, masing-masing
jari selama beberapa detik
Bila jari-jari iru berbunyi tidak akan menyebabkan radang sendi.
Pemberian ortesa / splinting / Cock Up Splint
Penggunaan Wrist Splint bidai digunakan untuk menghindari mobilisasi baik ekstensi
maupun fleksi lengan dan pergelangan tangan secara berlebihan
Wrist splint/ bidai pembelat pergelangan tangan harusnya tidak dipakai dalam waktu
yang lama karena hal ini bisa jadi tidak nyaman dan kemungkinan besar terjadi
trauma pada N. Medianus.
o Pemberian Terapi panas
Tujuan dilaksanakannya terapi panas adalah:
1. Memperbaiki sirkulasi darah & metabolisme setempat
2. Mengurangi rasa nyeri
3. Relaksasi otot / mengurangi spasme otot
4. Memperbaiki ekstensibilitas jaringan ikat
Alat terapi panas
USD ( Ultrasound Diathermi)
o Prinsip: Gelombang getaran suara dgn frek. Tinggi
o Penetrasinya : 3 – 5 cm
o Lama pemberian : 5 menit
o Dosis Tx : 0,5 – 4 Watt/cm2
Efek fisiologi dari terapi panas dengan USD yaitu meningkatkan difusi ion
melalui membran, meningkatkan metabolisme jaringan, meningkatkan
permeabilitas membran, meningkatkan nilai ambang nyeri, meningkatkan
ekstensibilitas jaringan ikat, meningkatkan aliran darah perifer, serta
menurunkan spasme otot. Kontra indikasi pemakaian alat ini yaitu
kecenderungan perdarahan, hilangnya sensasi, pemakaian metal / logam dlm
tubuh, pemakaian alat pacu jantung, keganasan.
Terapi. Stimulasi Listrik
Tujuan :
Mempertahankan kontraktilitas otot & memperlambat terjadinya atrofi
otot akibat denervasi saraf.
Alat ini dapat digunakan bila kekuatan otot di bawah 3 fair.
b. Medicamentosa / Farmakologis
1. NSAID ( Non Steroid Inti Inflamatory Drug) seperti aspirin ( Obat AINS
derivat asam salisilat) dan ibuprofen ( Obat AINS derivat asam propionat
) merupakan obat utama yang sangat membantu dalam mengurangi
bengkak dan mengurangi gejala dari CTS. Dalam beberapa penelitian,
vitamin B-6 dengan dosis tinggi menunjukkan mengurangi gejala-gejala
dari CTS.
2. COX-2 inhibitor
celecoxib(celebrex)
rofecoxib(vioxx)
meloxicam(mobic)
3. Corticosteroid untuk mengurangi reaksi radang
Contohnya bisa digunakan prednison
4. Lidocain merupakan anaesthesi lokal kuat yang diberikan secara topikal
dan suntikan, pada kasus CTS diberikan secara suntikan untuk anaesthesi
infiltrasi ke CT/CC
5. Diuretik digunakan untuk mengurangi edema.
Contohnya Trichlomethiazide
6. Alternatif terapi
Akupuntur, untuk menghilangkan nyeri karena dilakukan blokade
syaraf.
o Chiropractis. Pemulihan dan perawatan kesehatan bergantung
pada fungsi normal syaraf, dengan pendiagnosaan dengan cara
mengenali faktor – faktor iritan dan pengobatannya dengan
menyingkirkannya melalui cara yang konserfatif.
Herbal remedies/ pengobatan herbal.
INJEKSI KORTISON
Injeksi kortison 25 miligram dalam retinaculum pergelangan tangan. Penusukan
jarum dilakukan pada lipatan kulit proksimal pada pergelanagn tangan diantara
tendon m. palmaris longi dan m. fleksor carpi radialis. Tindakan ini digunakan untuk
mengurangai gejala inflamasi melalui efek lipolitik selain efek anti inflamasinya yang
bekerja melalui hambatannya pada enzim fosfolipase A2 ( memecah membran
fosfolipid menjadi asam arakhidonat). Penyuntikan Cortisone mempunyai derajat
kebegasilan jika Paraesthesia bertambah ketika sebanyak 25mg Cortisone asetate
dimasukkan. Pada saat 15-30 menit setelah injeksi, paraesthesia atau anesthesia
berkurang & kembali ke derajat semula. Setelah di suntik 5x dengan interval 1
minggu perbaikan sangat jelas. Obat anti rheumatic non steroid per oral akan
membantu khasiat suntikan Cortisone acetat.
Angka keberhasilannya berkisar antara 75 – 80% terutama pada bulan – bulan
pertama, namun angka kekambuhan dalam 2 – 6 bulan berkisar 50 – 90%. Penyulit
yang muncul akibat suntikan lokal steroid ini antara lain: infeksi sinovial, ruptur
tendon, neuropathi n. Medianus, atau yang lebih jarang antara lain dermatitis alergika,
akne dan atrofi kulit.
Ruptur tendon pernah di laporkan pada pasien yang telah dapat suntikan
sterroid lokal sejumlah 29 kali dalam kurun waktu 7 tahun. Untuk menghindari
komplikasi, maka suntikan lokal kortikosteroid sebaiknya di ulang tidak lebih dari 4
kali. Neuropathi akibat jejas suntikan lokal walaupun amat jarang dapat terjadi
apabila steroid yang di berikan memasuki fasikulus saraf
OPERASI
Dilakukan tindakan bedah apabila terapi / tindakan konservatif dengan obat gagal
atau gejala masih ada bahkan lebih berat dan dilakukan tindakan bedah bila terjadi
atrofi otot, operasi ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada N. Medianus.
Pembedahan dilakukan dengan anestesi lokal dan tidak membutuhkan rawap inap.
Macam operasi:
Open release surgery
Endoscopic surgery
Open Release Surgery
Merupakan prosedur tradisional. Umumnya pasien tidak rawat inap kecuali bila ada
kondisi medis tertentu.
Prosedur:
Goreslah sedalam 2 inci di pergelangan tangan dengan irisan selebar ini
diharapkan operasi bisa dengan jelas terlihat susunan pergelangan tangandan
bisa secara hati – hati dalam pelaksanaan operasi.
Potonglah carpal ligament untuk memperbesar tunnel carpal dan untuk
mengurangi kompresi dari N. medianus
Operasi dilanjutkan untuk menjahit kulit dan membalut luka dan operasi selesai,
pembalutan luka hanya digunakan 3 - 5 hari dan banyak kasus dalam 6 bulan goresan
tidak kelihatan.
Open Release Surgery
Endoscopic surgery
Pembedahan ini membuat proses penyembuhan fungsional yang lebih cepat dan
mengurangi ketidaknyamanan pasca operasi dibandingkan pembedahan pelepasan
terbuka tradisional.
Prosedur:
membuat dua goresan masing-masing 2 ½ inci di pergelangan tangan
masukkan suatu kamera yang terkait pisau kecil dalam tabung
lalu ligamentum carpal di potong
Endoscopic surgery
Endoscopic surgery
Meskipun gejala-gejala bisa dihilangkan segera setelah pembedahan, tapi
penyembuhan penuh setelah pembedahan carpal tunnel membutuhkan waktu
berbulan-bulan. Beberapa pasien bisa terkena infeksi, kerusakan saraf, kekakan, dan
nyeri di bekas luka. Kadang-kadang pergelangan tangan kehilangan kekuatan karena
ligament karpal dipotong. Pasien sebaiknya menjalani terapisik setelah pembedahan
untuk mengembalikan kekuatan pergelangan tangan.
Diagnosa banding dari Carpal Tunnel Syndrome
Radikulopati servicalis: penyakit pada akar saraf servikal, sering kali
bermanifestasi sebagai nyeri leher atau bahu
Thoracic outlet syndrome: setiap variasi sindrome neurovaskuler akibat
penekanan padsa batang nervus pleksus brachialis dengan gejala nyeri pada
lengan, paratesis pada jari – jari, gejala vasomotor , kelemahan serta
pengurangan otot – kecil pada tangan.
Struthers syndrome
Pronator teres syndrome
Interosseus anterior syndrome
de Quervain's syndrome
BAB VII
PENUTUP
Saran dan Larangan
a. Saran
Sebagian besar kasus CTS dapat dicegah dengan menghentikan atau mengurangi
aktifitas yang memforsil jari tanagn dan pergelangan tangan. Resiko dari gejala
ini dapat dikurangi denagn melakukan peregangan, karena dengan demikian organ
tetap normal, melancarkan aliran darah ke otot tangan dan lengan. Untuk
mengurangi gejala akibat sindroma ini pasien disarankan untuk:
menghentikan/mengurangi aktivitas yang memforsir jari/pergelangan
tangan seperi gerakan menggenggam yang kuat, memegang peralatan
yang bergetar.
Melakukan pemanasan dapat mengurangi resiko gejala ini.
Kurangi berat badan jika anda terlalu gemuk
Kurangi konsumsi kafein
Menggunakan blender untuk menghaluskan makanan / bumbu masak
b. Larangan
Saat dan setelah pengobatan atau operasi, pasien dilarang untuk melakukan
aktifitas berat seperti
mencuci, memeras
mengendarai motor (mengegas)
membuka pintu
bertepuk tangan
mengebor
senam Taichi
Menyeteples
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta, Priguna, M.D Ph.D, 1999, Tata Pemeriksaan Klinis dan Neurologi, P.T Dian
Rakyat; Jakarta hal 496.
2. Raymonds D. Adams & Maurice Victor, Principles of Neurology, Edisin Ke 4, McGraw Hill
International Editions, Medicine Series, hal 174-175.
3. H. Reyden Jones. Jr. M.D, Netter’s Neurology, Jaime Ortiz – Patino Chair in Neurology,
Clinical Professor of Neurology Harvard Medical School
4. S. Snell. Richard, Anatomi Klinik edisi 3, EGC. 1998
5. Schaul Herbert H. Disorders Of Peripheral Nerves, Edisi Ke 2, F. A. Davis Company,
Singapore, hal : 230, 228 – 231, 1992.
6. www.wikipedia.org
7. www.mayo-clinic.com
8. Pradykta Erick . 2004. SINDROM TEROWONGAN KARPAL (CARPAL TUNNEL
SYNDROME)
08563441482