Upload
shiddiq-elrowy
View
79
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
this paper described about the long life education based on the hadith perspective completely with the hadith critic and up-to date tafsir of the hadith text
Citation preview
LONG LIFE EDUCATION
DALAM PERSPEKTIF HADITS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Studi Hadis
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Nizar Ali, M.Ag
Disusun oleh:
JAMALUDDIN SHIDDIQ
1420411139
PBA-A
PRODI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia eksistensi dunia ini telah diperkirakan sudah sangat tua. Sejak turunnya
Adam di dunia ini menurut versi al-Quran, dan sejak homo sapiens hidup menurut
versi arkeolog-antropolog, diperkirakan dunia sudah berusia jutaan milyaran tahun.
Dari perjalanan waktu tersebut, banyak rahasia dunia yang sudah terkuak melalui
banyaknya penemuan, perkembangan keilmuan hingga kemajuan di berbagai bidang.
Namun penemuan-penemuan manusia dalam rangka memahami sebagian kecil
dari kekuasaan Allah yang terbentang di alam di dunia ini ternyata belum sepenuhnya.
Allah mengisyaratkan bahwa jikalau air lautan digunakan untuk menuliskan ilmu
Allah, niscaya lautan itu akan habis bahkan bila ditambahkan berkali-kali sebelum
seluruh ilmu-Nya Allah dituliskan.
Demikian perbandingan yang maha dahsyat kekuasaan Allah dan ilmu yang Ia
berikan kepada manusia. Namun dalam rangka mencapai kesejahteraan di dunia dan di
akhirat, manusia sudah sepatutnya mengoptimalkan petunjuk Allah berupa akal unuk
mencari dan memahami ilmu-ilmu Allah yang tersebar dimana-mana. Tugas tersebut
tentu tidak terbatas waktu sekarang saja, namun juga berlaku untuk kapanpun
sepanjang manusia hidup. Inilah kiranya konsep pendidikan yang diamanatkan Islam
yang tertuang dalam banyak ayat Al-Quran dan hadits Nabi Nya agar manusia mencari
ilmu sepanjang hayatnya. Khusus dalam tulisan ini, akan disajikan pesan nabi tentang
Long Life Education berikut penelitian sanad dan matan hadits.
Sependek penelusuran penulis, hadits yang menunjukkan tentang konsep
pendidikan sepanjang hayat bukanlah hadits yang terkenal di kalangan masyarakat,
yaitu: „uthlubu al-„ilma min al-mahdi ila al-lahdi‟. Melainkan hadits dengan redaksi
awal berupa „lan yasybi‟a al-mukmin‟.
Melalui penelusuran via Jawami‟ al-kalim, ditemukan Hadits dengan redaksi
lan yasybi‟a al-mukmin dapat dijumpai di kitab hadits sebagai berikut:
1. Jami‟ al-Turmudzi (no. Hadits 2629)
2. Shohih Ibnu Hibban (no. Hadits 911)
3
3. Al-Mustadrak „ala al-Shohihain (no. Hadits 7233)
4. Ittihafu al-Khoiroh bi Zawaidi al-Masanid al-„Asyroh (no. Hadits 1853)
5. Musnad al-Syihab (no. Hadits 841)
6. Ittihaf al-Muhirroh (no. Hadits 5092)
7. Amali ibnu Busyron (no. Hadits 20)
8. Akhbar Ashbihan li Abi Na‟im (no. Hadits 770)
9. Jami‟ Bayanu al-„ilmi wa Fadhluhu li Ibnu Abdi al-Barr (no. Hadits 442)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana skema sanad dan bentuk matan hadits tentang menuntut ilmu
sepanjang hayat?
2. Bagaimana kritik sanad dan matan pada hadits tentang menuntut ilmu sepanjang
hayat?
3. Bagaimana pendekatan dalam memahami hadits tentang menuntut ilmu sepanjang
hayat dan penilaian tentang derajat hadits tersebut?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui skema sanad dan bentuk matan hadits tentang menuntut ilmu
sepanjang hayat
2. Untuk mengetahui kritik sanad dan matan pada hadits tentang menuntut ilmu
sepanjang hayat
3. Untuk mengetahui pendekatan dalam memahami hadits tentang menuntut ilmu
sepanjang hayat dan penilaian tentang derajat hadits tersebut setelah di-takhrij.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. TEKS HADITS DAN TERJEMAHAN
a. Riwayat al-Turmudzi (w. 256 H)
ب، عي عىرو ةي بي و ثا عتد الل ، حد يتان الصي ثا عىر بي حفص الش حد قال: " مي يشت ، عي رسل الل ب سعيد الدري
يره، عي أ ب ال
ع الارث، عي دراج، عي أ
ث " الىؤوي اه ال حت يلن وخ )رواه امرتوذي( وي خي يسىعArtinya: “Diriwayatkan oleh Umar bin Hafsh al-Syaibani al-Bashriy, diriwayatkan
oleh Abdullah ibn Wahb, dari Amr bin al-Harits, dari Darraj, dari Abi
Haitsam, dari Abi Sa‟id al-Khudriy, dari Rasulullah saw bersabda: tidak
akan memuaskan bagi seorang mukmin dalam kebaikan yang ia dengar
(menuntut ilmu) sehingga akhir hayatnya adalah surga”. (HR. Al-
Turmudzi)
b. Riwayat al-Syihab al-Qodho‟iy (w. 454 H)
الس ة لعا أ خب
بي أ ني، ذا لع ، أتا عىر بي حفص ةي شا اسطي ي بي خنف ال
د ب ذن مى ب طيتث، حدحد ةي عياض ةي أ
د بي أ ، ذا مى حد امعسكري
د ةي أ ي مى
وحد ، وحدي و وحده، روح امقخيي ب، وحدي و بي و ذن عتد الل ه قال: حد ، ب سعيد الدري
يره، عي أ ب ال
ىح، عي أ ب الس
ذن عىرو بي الارث، عي دراج أ حد
: "ل ث "يشتع عله وي قال: قال رسل الل اه ال عنه حت يلن وخArtinya: “Diberitakan oleh Ali al-Hasan bin Kholaf al-Wasithi, diberitakan oleh
Umar bin Hafs bin Syahin, diriwayatkan oleh Ali bin Muhammad bin
Ahmad al-„Askariy, diriwayatkan oleh Muhammad bin Ahmad bin
„Iyadz bin Abi Thoibah, diriwayatkan oleh Muhammad bin Rouh al-
Qothiry, ia sendiri berkata: diceritakan oleh Abdullah bin Wahb,
diceritakan oleh Amr bin al-Harits, dari Darraj Abi al-Samh, dari Abi
Haitsam, dari Sa‟id al-Khudriy, berkata: Rasulullah saw bersabda: tidak
akan memuaskan bagi seorang alim dalam menuntut ilmu sehingga akhir
hayatnya adalah surga”. (HR. al-Syihab al-Qodho‟iy)
5
B. SKEMA JALUR SANAD
C. KRITIK SANAD DAN MATAN
1. Kritik Sanad
Ulama Mustholahul Hadits, sepakat bahwa syarat hadits sahih ada lima,
yaitu:
a. Keadilan perawi
b. Ke-dhlobith-an perawi
c. Ke-muttashil-an sanad
d. Tidak terdapat syadz
e. Tidak terdapat „illat1
1 Mahmud at-Tahhan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadits, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hal.
144
6
Adapun kritik sanad hadits tersebut diatas adalah sebagai berikut:
a. Riwayat al-Turmudzi
1) Abu Sa‟id al-Khudriy2
Nama lengkapnya adalah Sa‟d bin Malik bin Sinan bin „Ubaid bin
Tsa‟labah bin „Ubaid bin Khudroh bin „Auf bin al-Harits bin al-Khazraj
dan memiliki nama panggilan Abu Sa‟id al-Khudriy. Ia termasuk
golongan sahabat, lahir di Makkah, pada tahun 63 H.3
Di antara guru-gurunya adalah: Usamah bin Zaid al-Kilabiy (Abu
Muhammad al-Madaniy), Usaid bin Hadhir al-Asyhaliy (Abu Yahya al-
Anshoriy), al-Harits bin Ruba‟iy al-Salmiy (al-Harits bin Ruba‟iy bin
Rofi‟ bin al-Harits bin „Umair al-Anshoriy), isteri Abu Sa‟id al-Khudriy,
Bilal bin Rabah al-Habasyiy (abu Abdillah al-Mu‟dzin), Jabir bin
Abdillah al-Anshoriy (Abu Abdillah al-Madaniy), Abu Dzarr al-Ghifariy
(Barir bin Janadah al-Hijaziy), Hudzaifah bin al-Yaman al-„Abasiy (abu
„Abdillah al-„Abasiy), Hafshoh binti „Umar al-„Adawiyah, Khulah binti
Hakim al-Salmiyah (ummu syarik al-salmiyah), zaid bin Tsabit al-
Anshoriy (Abu Sa‟id al-Madaniy), Salman al-Farisi (Salman al-Khoir),
Shakhr bin al-„Ailah al-Akhmasiy (Abu Ahzim Al-Ahmasiy), Aisyah
binti Abi Bakr al-Shiddiq, abu Hurairah al-Dawsi (Abu Hurairah al-
Yamaniy), Abdullah bin Zubair al-Asadiy, „Abdullah bin Salam al-
Khazrajiy, Abdullah bin Abbas al-Quraisy, abu bakr al-Shiddiq,
Abdullah bin Qois al-Asy‟ariy, Abdullah bin Mas‟ud, Ali bin Abu
Tholib, Umar bin Khattab, Umar bin Hashin al-azdiy, Qatadah bin
Nu‟man al-Anshoriy, Qois al-Akbar bin „Ubaid al-Anshoriy, Mu‟awiyah
bin abi Sufyan al-Umawiy, Ummu Salamah (isteri rasulullah), „Alqamah
bin „Ulatsah al-„Amiriy.4
Di antara murid-muridnya adalah: Abu Arthah al-Kufiy, Abu
Ibrahim al-Asyhiliy, Abu al-Khattab al-Mishriy, abu al-Mubarok, abu al-
2 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
3 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
4 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
7
Mutsanna al-Jahniy, Abu Bakr al-Munkadir, Abu Bakr bin Amr al-
Anshoriy, abu Khalid al-Makhzumiy, Abu Sa‟id al-Mahriy, Wahab al-
Asadiy, Abu Sulaiman hamba sahaya Ummu Salamah, Abu „Alqamah al-
Mishriy, Abu „Isa al-Aswariy, Abu Nadhrah bin Baqiyyah, Abu Hisyam,
Abu Ya‟qub al-Khayyahth, Ahzab bin Rasyid al-Sima‟iy, saudara Imran
al-Salmiy, As‟ad bin Sahl al-Anshoriy, Aflah hamba sahaya Abu Ayyub
al-Anshoriy, Anas bin Malik, Aus bin Abi Aus al-Hijaziy, Aus bin
Abdillah, Aiman bin Ummu Aiman, Ayyub bin Busyair al-Anshoriy,
Ayyub bin Busyair al-„Adwiy, Ibrahim bin Abdillah al-Kinaniy, Ishaq
bin Abdillah, Ibrahim al-Nakh‟iy, Sulaiman bin Abi Sulaiman al-
Quraisy, Sulaiman bin Amr al-Laitsiy, Sulaiman bin Mahron al-A‟masy,
Sulaiman bin Musa al-Quraisy, Sulaiman bin Yassar al-Hilaliy, dll.5
Komentar ulama mengenai Abu Sa‟id al-Khudriy, diantaranya:
Abu Hatim al-Razi mengatakan: ia termasuk kalangan sahabat; Abu
Hatim bin Hibban al-Basthiy menyebutnya sebagai salah satu kalangan
sahabat, dan Ibnu Hajar al-„Asqalaniy berkomentar dalam kitab (Taqrib):
ia dikatakan termasuk kalangan sahabat kecil.
Berdasarkan kaidah umum dalam ilmu hadits, al-shahabah
kulluhum „udul, maka dia dimasukkan kedalamnya yang berarti keadilan
dan ke-dhabith-annya dapat diterima.6
2) Sulaiman bin „Amr bin „Ubad7
Nama aslinya adalah Sulaiman bin „Amr bin „Ubad, mempunyai
julukan Abu al-Haitsam. Namanya yang masyhur adalah Sulaiman bin
Amr al-Laitsiy. Lahir di Palestina tahun 100 H, wafat dan dikebumikan
di Mesir.
5 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
6 Argumen yang mendasari sifat adil para sahabat nabi adalah dalil-dalil al-Quran, hadits Nabi, dan
ijma‟ para ulama‟. M. Syuhudi Isma‟il,. Kaidah Kesahihan Sanad Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hal.
16-168
7 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
8
Penilaian kritikus hadits dapat dilihat dari pendapat Abu Hatim
bin Hibban al-Basti yang menyebutnya „tsiqat‟, dan di kali lain
menyebutnya salam kitab „shahih‟-nya, „termasuk penduduk Palestina
yang paling tsiqat‟. Abu Hafsh Umar bin Syahiin mencantumkannya
dalam daftar para perawi yang tsiqat, abu Abdillah al-Hakim menyebut
dalam al-mustadrak-nya sebagai „orang Mesir yang paling tsiqat‟.
berturut-turut Ahmad bin Abdillah al-„Ajali, Ibnu Hajar al-„Asqalaniy,
al-Daruquthni, al-Dzahabiy, Yahya bin Mu‟ayyan, dan Ya‟qub bin
Sufyan al-Faswiy, menganggapnya „tsiqat‟.8
Diantara guru-gurunya adalah: Abu Dzarr al-Ghifary, Jamil bin
Bashrah al-Ghifariy, Sa‟d bin Abi Waqash, Abu Sa‟id al-Khudriy,
Abdurrahman bin Hajirah, abu Hurairah, Abdullah bin „Amr, Isa bin
Hilal, al-Dhahhak bin Nu‟man.
Diantara murid-muridnya adalah: Ayyub bin Habib al-Zuhriy, al-
Harits bin Yazid al-Hadhromiy, al-Harits bin Ya‟qub al-Anshariy, al-
Walid bin Qois al-Sukuniy, al-Walid bin Qois al-Tajibiy, Abdullah bin
al-Samh al-Sahmiy, Salim bin Ghilam al-Tajiibiy, „Ubaidullah bin al-
Mughiroh al-Siba‟iy, „Utbah bin Abi Hakim al-Sya‟baniy, „Amr bin al-
Harits al-Anshariy, Musa bin Wardan al-Quraisy, Darraj bin Najiyah al-
Mishriy.
3) Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy9
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin al-Samh bin Usamah bin
Zakir al-Sahmiy. Memiliki julukan Darraj. Lahir pada tahun 126 H. Ia
adalah majikan dari bani Amir bin „Ada bin Tajib, dan Abdillah bin Amr
bin „Ash.
Penilain ulama terhadapnya dapat dilihat dari penuturan Abu
Ahmad bin „Ada al-Jurjani menyebut dalam beberapa kitab haditsnya
8 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
9 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
9
sebagai „la ba‟tsa bihi‟, Abu al-Qasim bin Baskawal menyebutnya
„tsiqah‟, Abu Basyar al-Daulabiy menyebutnya „munkarul hadits‟, abu
Ja‟far al-Aqily menyebutnya „al-dhu‟afa‟ wa al-Matrukiin‟, abu Hatim
al-Raziy, menyebutnya „dhaif‟, Abu Hatim bin Hibban al-Busti,
menyebutkan: ia meriwayatkan dari Abdullah bin Harits bin Juz,
dikatakan: bahwa namanya adalah Abdullah dan sering ia digolongkan
sebagai orang yang bernama Abdurrahman, dan ia menyebutnya „tsiqat‟.
Abu Hafsh Umar bin Syahin menyebutnya „watsiqat‟, Abu Dawud al-
Sijistani, menyebutkan, bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan Abdullah
bin al-Samh al-Sahmiy semuanya lurus (mustaqimah), kecuali hadits
yang riwayatnya bersumber dari Abu Sa‟id Al-Khudriy. Ahmad bin
Hanbal menyebutnya hadits-haditsnya termasuk „hadits munkar (ahadits
manakir)‟, Ahmad bin Syu‟aib menyebutnya „laisa bil qowiy‟, dan di kali
lain menyebutnya „munkar al-hadits‟, Ibnu Hajar al-Asqalaniy
berkomentar, bahwa ia termasuk rowi yang „shoduq‟, namun haditnya
„dho‟if‟, al-Daruquthni menyebutnya „dho‟if‟, dan di kali lain
menyebutnya „matruk‟.
Diantara guru-gurunya adalah: abu al-Mutsanna, al-Saib majikan
Ummu Salamah, Hayyi Bin Hani‟ al-Mu‟afiriy, Kholid bin Maimun al-
Khurasaniy, Abu Sa‟id al-Khudriy, Sulaiman bin „Amr al-Laitsiy, Ubad
bin Katsir al-Tsaqofiy, Abdurrahman bin Jubair al-Mu‟dzin,
Abdurrohman bin Hajiroh al-Khulaniy, abu Hurairah al-Dusi, Abdullah
bin Harits al-Zubaidiy, Abdullah bin Hubairoh al-Saba‟iy, Aqil bin
kholid al-ailiy, „ali Zainal Abidin, Umar bin al-Hakam al-Anshariy, Isa
bin Hilal al-Shodafiy, Muhammad bin Abi Dzi‟b al-„Amiriy, Nashr bin
Dahr al-Aslamiy, Abdullah bin Juz al-Salamiy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: „Amr bin al-Harits al-Tsaqofiy, al-
Hasan bin Musa al-Asyib, Zahir bin Harb al-Harosyiy, Zaid bin al-Habab
al-Tamimiy, Salim bin Ghailan al-Tajibiy, Sa‟id bin Zaid al-Azdiy, Sa‟id
bin Maqlash al-Khoza‟iy, Sa‟id bin Yazid al-Hamiriy, Abdullah bin
Sulaiman al-Hamiriy, Abdullah bin Abdul Hakam al-Malikiy, Abdullah
10
bin Luhai‟ah al-Hadhromiy, Abdullah bin Wahb al-Quraisy, Utsman bin
Katsir al-Quraisy, „Amr bin Harits al-Anshoriy, al-Laits bin Sa‟d al-
fahmiy, Mu‟awiyah bin Sholih al-Asy‟ariy, Manshur bin Abi Aswad al-
Laitsi, Haql bin Ziyad al-Saksakiy, Yahya bin Bakir al-Quraisy, „Amr bin
Sholih al-Hadhromiy, dan sebagainya.
4) Amr bin Harits Al-Anshoriy10
Nama lengkapnya adalah „Amr bin Harits bin Ya‟qub bin
Abdullah bin al-Asyj. Mempunyai nama kunyah Abu Umayyah, dan Abu
Ayub. Lahir 149 H, dan wafat di Mesir. Ia merupakan majikan Qois bin
Sa‟d bin Ubadah, dan majikan dari al-Anshar.
Kualitas periwayatannya dapat dilihat daari penuturan Abu Qasim
bin Bisyakwal yang menilainya „tsiqat‟, „qari faqih‟, „‟alim mufti‟, abu
Hatim al-Razi menilainya sebagai „orang yang paling kuat hafalannya
tidak ada yang menandingi hafalannya di masanya‟, Abu Hatim bin
Hibban al-Busti menilainya sebagai „penghafal hadits yang paling
bertakwa, dan ahli wira‟i‟, abu Zur‟ah al-Razi menilainya „tsiqat‟, Abu
Ya‟la al-Kholiliy menilainya sebagai „tsiqat muttafaq „alaih‟, Ahmad bin
Hanbal menilainya „tsabitah‟, dan di kali lain menilainya „manakir‟, dan
berkata: „ia meriwayatkan dari qatadah hadit-hadits yang hukumnya
mudhtharabah dan salah dalam meriwayatkannya‟. Berturut-turut Ahmad
bin Syu‟aib al-Nasai‟i, Ahmad bin Abdullah al-„Ajali, ibnu Abd al-Barr
al-Andalusiy, dan al-Daruquthniy menilainya „tsiqat‟.
Diantara gurunya adalah Abu Bakr bn al-Munkadir, Umayah bin
Hind al-Muzniy, Ayub al-Sakhtiyaniy, Ishaq bin Abdullah al-Quraisy,
Ishaq bin Yusuf al-Azraq, Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy, Ibn Harsyaf
al-Azdiy, al-Harits bin Ya‟qub al-Anshariy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Sholih al-Mishriy, Ahmad
bin Abdurrahman al-Quraisy, Ahmad bin „Amr al-Quraisy, Ahmad bin
Abi Musa al-Mishriy, Abdullah bin „Amr al-Kinaniy, Abdullah bin Wahb
10
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
11
al-Abnawiy, Abdullah bin Wahb al-Quraisy, al-Laits bin Sa‟d al-Fahmiy,
Malik bin Anas al-Ashbihiy, Muhammad bin Syu‟aib al-Quraisy,
Muhammad bin Auf al-Tha‟i, dan sebagainya.
5) Abdullah bin Wahb11
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Wahb bin Muslim.
Memiliki nama Kuniyah Abu Muhammad. Lahir pada tahun 197 H di
Mesir dan wafat di Mesir pula.
Kualitas periwayatannya dapat dilihat dari penuturan Abu Ahmad
bin „Ada al-Jurjaniy, yang menilainya „tsiqat‟, Abu Ya‟la al-Kholiliy
menilainya sebagai „tsiqat muttafaq „alaih‟, ahmad bin hanbal menilainya
“shohih al-hadits‟, ibnu hajar al-asqalaniy menilainya „tsiqat hafidh „abid
faqih‟, al-Bukhori memasukkannya dalam „al-tarikh al-kabir‟, al-
daruquthniy menilainya dalam kitab „Sunan‟nya „tsiqat‟.
Diantara gurunya adalah Usamah bin Zaid al-„Adawiy, Anas bin
„Iyadh al-Laitsi, Ibrahim bin Abi Yahya al-Aslamiy, Ibrahim bin Nasyith
al-Wa‟laniy, Ishaq bin Thalhah al-Quraisy, Ishaq bin Abdullah al-
Quraisy, Ishaq bin Yahya al-Quraisy, Isma‟il bin Rafi‟ al-Anshoriy,
Abdullah bin Wahb al-Quraisy, Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy,
Sulaiman bin Bilal al-Quraisy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah Ahmad bin Abi al-Thib al-Baghdadiy,
Ahmad bin Abi Bakr al-Quraisy, Ahmad bin Kholid al-Wahbiy, Ahmad
Bin Sa‟id al-Qurthubiy, Ahmad bin Sholih al-Mishriy, Ahmad bin
Abdurrohman al-Quraisy, Ahmad bin Abdullah al-Hasyimiy, Ahmad bin
„Amr al-Quraisy, Ahmad bin Hanbal al-Syibaniy, Umar bin Hafsh al-
Syibaniy, „Amr bin Sawad al-Quraisy, Ibn al-Baghdadi al-„Asqalaniy, Isa
bin Ibrahim al-Matsrudiy, Isa bin Hamad al-Tajibiy, isa bin Dinar al-
Khuzaiy, Malik bin Isma‟il al-Nahdiy, Muhammad ibn al-Mutawakkil al-
Quraisy, Muhammad bin Isma‟il al-Bukhoriy, dan sebagainya.
11
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
12
6) Umar bin Hafsh12
Nama lengkapnya adalah Umar bin Hafs bin Umar bin Shobih.
Mempunyai nama kuniyah „Abu al-Hasan‟. Dilahirkan pada tahun 250 H
di Yaman.
Penilaian para ulama terhadapnya diutarakan oleh abu Hatim ibn
Hibban al-Busti yang menilainya „tsiqat‟, dan Ibn Hajar al-Asqalaniy
meneybutkan dalam kitab „al-Taqrib‟, sebagai „shoduq‟.
Diantara sebagian gurunya adalah al-Dhohhak bin Mukhlid al-
Nabil, al-Nadhr bin Katsir al-Azdiy, Hafsh bin „Amr al-Dhorir, Hafsh bin
Ghiyats al-Nakh‟iy, Sufyan bin „Uyainah al-Hilaliy, Abu Dawud al-
Thoyalisi, Sulaiman bin Dawud al-Quraisy, Abdullah bin Wahb al-
Quraisy, „Abd al-Majid bin „Abd al-„Aziz al-„Atkiy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: al-„Abbas bin Muhammad al-Duri,
Ahmad bin Ishaq al-Anmathiy, Ahmad bin Hamamd al-Quraisy, Ahmad
ibn „Amr al-„Atkiy, Ibrahim bin Mahdiy, al-Ibiliy, Ja‟far ibn Ahmad al-
Jujuraiy, Muhammad bin Isa al-Turmudziy, Ahmad bin Abdullah al-
Sijistaniy, Muhammad ibn Nuh al-„Askariy.
7) Muhammad bin Isa13
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Isa bin Surah bin Musa
bin al-Dhahhak. Namanya yang masyhur adalah Muhammad bin Isa al-
Turmudzi. Lahir pada tahun 279 di Turmudz.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu
Ahmad al-Hakim: „semenjak wafatnya Imam Bukhari, tidak ada yang
menyamai keilmuan dan sifat wira‟inya Abu Isa‟, Abu Hatim bin Hibban
al-Busti menilainya sebagai „tsiqat‟, Abu Ya‟la al-Kholiliy menilainya
sebagai „tsiqat muttafaq „alaih‟, Ibnu Hajar al-Asqalaniy menilainya
sebagai „ahad al-aimmah tsiqah hafidl‟, al-Dzahabiy menilainya „tsiqah
12
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
13 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
13
majma‟ „alaih‟.
Diantara gurunya adalah Abu Bakr bin Abi al-Nadhr, Abdullah
bin Yahya al-Razi, Ahmad Bin abi Bakr al-Quraisy, Ahmad bin Abi
Ubaidullah al-Sulaimiy, Ahmad ibn Ibrahim al-Dauruqiy, Ahmad Ibn
hasan al-Turmudzi, Ahmad ibn Hasan al-Baghdadiy, Ahmad ibn al-
Miqdam al-„Ajaliy, Ahmad ibn Kholid al-Khilal, Ahmad ibn Sa‟id al-
Rabathiy, Umar bin Hafs bin Umar bin Shobih dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Abdullah ibn Ishaq al-Jauhariy,
Abdullah ibn Abi Ziyad al-Quthwaniy, Abdullah bin Shobah al-
Hasyimiy, Abdullah ibn Sa‟id al-Kindiy, Abdullah bin Abdurrahman al-
Darimiy, Ali ibn Sa‟id al-Kindiy, dan sebagainya.
b. Riwayat al-Syihab al-Qodho‟iy
Di Dalam periwayatan hadits jalur al-Syihab al-Qodho‟iy, terdapat kesamaan
beberapa perawi dengan periwayatan al-Turmudzi yaitu Abu Sa‟id al-Khudriy,
Sulaiman bin „Amr bin „Ubad, Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy, Amr bin
Harits Al-Anshoriy dan Abdullah bin Wahb.adapun biografi dan hal-ihwla
mengenai perawi-perawi tersebut telah dipaparkan di muka. Berikut ini
pemaparan biorafi dan hal-ihwal para perawi selanjutnya, yaitu:
1) Abdullah bin Wahb14
Namanya adalah Abdullah bin Wahb bin Muslim. Lahir di Mesir
tahun 125 H, dan wafat di Mesir tahun 197 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu
Ya‟la al-Kholili menyebutnya sebagai „tsiqoh muttafaq alaih‟. Ahmad
bin Hanbal menyebutnya „shohih al-hadits‟. Ibn Hajar al-Asqalaniy,
menyebutnya „tsiqoh hafidl „abid, dan faqih‟.
Diantara gurunya adalah Abu Yazid al-Khoulaniy, Usamah bin
Zaid al-Laitsiy, Usamah bin Zaid al-Aduwiy, Ibrohim bin Sa‟d al-Zuhriy,
Amr bin Harits, dan al-Yasa‟ bin Ya‟qub.
14
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
14
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Abi al-Thoyib al-
Baghdadiy, Ahmad bin Abi Bakr al-Quraisy, Ahmad bin Abdullah al-
Hamisyi, Ibrohim bin al-Hujjaj al-Samiy, Ibrahim bn al-Harits al-
Baghdadiy, Muhammad bin Rouh, Muhamamd bin Nashr al-Farra‟,
Muhammad bin Yahya al-Dzihliy, dan sebagainya.
2) Muhammad bin Rouh15
Namanya adalah Muhammad bin Rouh, wafat tahun 245 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu Hatim
dan Ibn Abi Hatim al-Raziy yang menyebutnya „shoduq‟. Abu Sa‟id al-
Sam‟aniy dan Abu Sa‟id bin Yunus al-Mishriy menyebutnya „munkaru
al-hadits‟. Al-Daruquthni menyebutnya „dhoif‟. Ibnu Hajar al-Asqalaniy
menyebunya „kana rojulan sholihan‟.
Diantara gurunya adalah: Ibrahim bin Muhammad bin Syafi‟i,
Abdullah bin Wahb al-Quraisy, Ali bin Hasan al-Samiy, Abdul Malik bin
Qorib al-Ashma‟iy, Yunus bin Harun al-Arnadiy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Sa‟id bin „Afir al-Anshoriy,
muhammad bin Abi Hatim al-Azdiy, Ahmad bin Hammad al-Tajiibi,
Ahmad bin Yahya al-Roqiy, Abdurrohman bin Abi Hatim al-Roziy,
Abdullah bin Ahmad al-Dimasyqiy, Muhammad bin Abi Ghossan al-
Mishriy, al-Husain bin Hamid al-„Akiy, Yahya bin Ayyub al-Khoulaniy,
dan sebagainya.
3) Muhammad bin Abi Ghossan16
Namanya adalah Muhammad bin Ahmad bin „Iyadh bin Abi
Thoibah. Lahir di Mesir tahun 291 H. Penilaian ulama terhadapnya dapat
dilacak dari penuturan Abu al-Qasim bin „Asakir menyebutnya sebagai
ahli hadits dari Damaskus, dan al-Dzahabiy menyebutnya sebagai
„shoduq‟.
15
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
16 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
15
Diantara gurunya adalah: Ahmad bin Sa‟id al-Qurthubi,
Muhamad bin Salamah al-Murodiy, Makiy bin Ibrohim al-Handholiy,
Ahmd bin Iyadh al-Fardhiy, Zakariya bin Yahya al-Sajiy, Amr bin
Yusuf, Muhammad bin Rouh al-Qotiry, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Isma‟il al-Shodafiy,
Ahmad bin Makhul al-Bairutiy, Hamid bin Yunus al-Ziyat, Sulaiman bin
Ahmad al-Thabraniy, Ali bin Muhammad al-Baghdadiy, dan sebagainya.
4) Ali bin Muhammad17
Namanya adalah Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Yazid. Lahir
di Baghdad tahun 340 H. Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari
penuturan Khotib al-Baghdadiy menilainya „tsiqah‟.
Diantara gurunya adalah: Abu Bakr bin Abi an-Nadhr, Ahmad
bin Abdullah al-Haddad, Muhamad bin Ahmad al-Tamimiy, dan
Muhammad bin Abi Ghossan al-Mishriy.
Diantara muridnya adalah: Abdullah bin Ahmad al-Sudzarjaniy,
Amr bin Syahin al-Wa‟idz, dan Ubaidullah bin Muhammad al-Fardhiy.
5) Amr bin Syahin18
Namanya adalah Amr bin Ahmad bi Utsman bin Ahmad bin
Muhammad bin Ayub bin Yazdad bin Siroj bin Abdurrohman. Terkenal
dengan nama Amr bin Syahin al-Wa‟idz. Lahir di Baghdad tahun 297 H,
dan wafat di Baghdad tahun 385 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu al-
Hasan al-Atiqiy dan Abu Ja‟far al-Aqily menilainya „shohibu hadits
tsiqah ma‟mun‟, Abu al-Fath bin Abi al-Fawaris menilainya „tsiqoh
ma‟mun‟, Abu al-Qosim al-Azhariy, Abu Nashr ibn Ma‟kula dan Abu al-
Qlid al-Bajiy menilainya „tsiqoh‟.
17
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
18 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
16
Diantara gurunya adalah: Ahmad bin Sa‟id al-Darimiy, Ahmad
bin Abid Syu‟aib, al-Hasan bin Muhammad al-Anshoriym Hammad bin
Zaid al-Azdiy, Ali bin Muhammad, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Abdullah al-Ashbihaniy,
al-Khotib al-Bagdadiy, Ahmad bin Umar al-Ashbihaniy, Ahmad bin
Muhammad al-Barqoniy, Ahmad bin Muhammad al-Malayniy, al-hasan
bin Ali al-Tamimiy, Al-Hasan bin Kholaf, dan sebagainya.
6) Al-Hasan bin Kholaf19
Namanya adalah Al-Hasan bin Kholaf bin Ya‟qub. Terkenal
dengan nama Al-Hasan bin Kholaf al-Wasithiy. Wafat tahun 442 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Ibrahim bin
Sa‟id al-Hubal yang menyebutnya sebagai „kana tsiqoh lakinnahu ibtala‟.
Diantara gurunya adalah: Abdullah bin Masi al-Baghdadiy, Ali
bin Muhammad al-Harabiy, Amr bin Syahin al-Wa‟idz, Umar bin
Ibrahim al-Kattaniy, Muahmmad bin al-Mudzoffar al-Bazaz, dan
sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Muhamad al-Qoisiy, Sahl
bin Basyir al-Isfarainiy, Muhamad bin Salamah al-Qodhoiy.
7) Muhammad bin Salamah20
Namanya adalah Muhammad bin Salamah bin Ja‟far bin Ali bin
Hakmun bin Ibrahim bin Muhammad bin Muslim. Memiliki nama
populer Muhamad bin Salamah al-Qodhoiy. Wafat tahun 454 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu
Thohir al-Salafiy dan Ibnu Khitob al-Roziy menyebutnya sebagai „min
al-tsiqat al-atsbat‟.
Diantara gurunya adalah: al-Qosim bin Salam bin al-Harwiy,
19
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
20 Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
17
Muslim bin al-Hujjaj al-Qusyairi, Ahmad bin Hasan al-Roziy, Al-Hasan
bin Kholaf, Ahmad bin Umar al-Jaiziy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: al-Khotib al-Bagdadiy,Abu Thohir al-
Salafiy, Jamahir bin Hamid al-Jarsyiy, Ali bin Ibrahim al-Husainiy, Ali
bin Hasan al-Mawaziniy, dan sebagainya.
Bertolak dari penelitian sanad di atas, maka dapat dianalisis sebagai berikut:
Sanad hadis pada jalur al-Turmudziy adalah muttasil (bersambung kepada
Nabi Muhammad saw). Semua perawi adalah adil. Sebagian besar perawi adalah
dhobith, kecuali Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy yang mendapat penilaian la ba‟tsa
bihi dan munkar al-hadits. Komentar ini sebenarnya membuat kualitas hadits menjadi
dho‟if. Namun karena komentar ulama yang lain menilainya dengan penilaian tingkat
tsiqoh, maka hadits ini menjadi hasan.
Sanad hadis pada jalur al-Syihab al-Qodho‟iy, muttasil (bersambung kepada
Nabi Muhammad saw). Semua perawi adalah adil. Sebagian besar perawi adalah
dhobith, kecuali Muhammad bin Rouh yang mendapat penilaian „dhoif‟ dan „munkar
al-ahadits‟. Komentar seperti ini otomatis membuat derajat kesahihan hadits menjadi
dhoif pada jalur riwayat al-Syihab al-Qodho‟iy. Dan kesimpulan pada kritik sanad
hadits diatas adalah hasan pada riwayat jalur al-Turmudziy dan dhoif pada riwayat
jalur al-Syihab al-Qodho‟iy.
D. KRITIK MATAN
Adapun langkah-langkah kritik matan menurut Hasyim Abbas dalam bukunya
„Kritik Matan Hadits‟, adalah: 1) Analisis kebahasaan, termasuk kritik teks yang
mencermati keaslian dan kebenaran teks, format qouly atau format fi‟liy. 2) Analisis
terhadap isi kandungan makna (konsep doktrin pada matan hadits),. 3) Penelurusan
ulang nisbah (asosiasi pemberitaabn dalam matan hadits kepada narasumber).21
Sedangkan kriteria studi matan hadits diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ungkapannya tidak dangkal, sebab yang dangkal tidak akan pernah
21
Hasyim Abbas, Kritik Matan Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2004), hal. 16
18
diucapkan oleh orang yang mempunyai apresiasi sastra tinggi atau fasih.
2. Tidak menyalahi orang yang luas pandangannya atau fikirannya, sebab
sekiranya menyalahi tidak mungkin ditakwil.
3. Tidak menyalahi al-Quran dan al-Sunnah yang telah jelas hukumnya, tidak
menyalahi ijma‟ para ulama‟ atau ketetapan agama yang telah menjadi
keharusan yang tidak perlu ditafsirkan lagi
4. Tidak mentimpang dari kaidah umum dan akhlaq.
5. Tidak menyalahi cendekiawan dalam bidang kedokteran dan filsafat.22
Secara kaidah kebahasaan, kedua hadits ini jelas berbeda. Pada hadits riwayat
jalur al-Turmudziy, redaksi hadits menggunakan huruf al-nafiy „lan‟ (tidak akan) dan
fa‟il-nya fi‟il berupa al-mu‟minu (orang mukmin). Sedangkan Pada hadits riwayat
jalur al-Syihab al-Qodho‟iy, redaksi hadits menggunakan huruf al-nafiy „la‟ (tidak)
dan fa‟il-nya fi‟il berupa „alimun (orang berilmu).
Secara semantis, hadits riwayat jalur al-Turmudziy, menerima pemahaman
multitafsir, karena redaksi teks bisa diartikan sebagai kewajiban berbuat baik sepanjng
hayat, bisa juga diartikan sebagai kewajiban menuntut ilmu sepanjang hayat, dan
sebagainya. Sedangkan hadits riwayat jalur al-Syihab al-Qodho‟iy secara tegas
mengisyaratkan bahwa kewajiban seorang mukmin untuk menuntut ilmu sepanjang
hayat.
Kemudian bila dianalisis, dengan memperbandingkan redaksi hadits ini dengan
redaksi hadits sejenis di kitab-kitab hadits lainnya, didapatkan hasil bahwa tidak ada
perbedaan redaksi yang signifikan. Perbedaan hanya terdapat dalam pemakaian „huruf
nafi‟ di awal redaksi, perbedaan penggunaan redaksi „alim‟ dan „al-mukmin‟. Ini
artinya matan hadits ini terhindar dari syadz dan „illat. Perbedaan ini tentu saj tidak
menyebabkan kualitas hadits tersebut menurun. Karena sekalipun ada perbedaan
dalam redaksi, namun secara makna kedua redaksi hadits tersebut sesuai. Lihat varian
redaksi hadits sejenis di kitab lain:
19
1. Dalam kitab Shohih ibn Hibban (no. Hadits 911), disebutkan:
نىة وقال: " " ال يشبع المؤمن خيا حتى يكون منتهاه ال2. Dalam kitab Al-Mustadrak „ala al-Shohihain (no. Hadits 7233):
نىة وقال: " ذا حديد ضحيح ال يشبع مؤمن يسمع خيا، حتى يكون منتهاه ال ." اإلساد، وله يرجاه
3. Dalam kitab Ittihafu al-Khoiroh bi Zawaidi al-Masanid al-„Asyroh (no. Hadits
1853):
نىة وقال: ". ال يشبع مؤمن من خي حتى يكون منتهاه ال4. Dalam kitab Musnad al-Syihab (no. Hadits 841):
خب بي أ ني، ذا لع ، أتا عىر بي حفص ةي شا اسطي السي بي خنف ال ة لع
ا أ
د ب ذن مى ب طيتث، حدحد ةي عياض ةي أ
د بي أ ، ذا مى حد امعسكري
د ةي أ ي مى
وحده، روح امقخيي ب، وحدي و بي و ذن عتد الل وحده قال: حد ، وحدي و ، ب سعيد الدري
يره، عي أ ب ال
ىح، عي أ ب الس
ذن عىرو بي الارث، عي دراج أ حد
" : نىة القال: قال رسل الل حتى يكون منتهاه ال من ل " يشبع
5. Dalam kitab Ittihaf al-Muhirroh (no. Hadits 5092):
) حت نىة له (: وب عد اةي حتان، .ال يشبع المؤمن خيا حتى يكون منتهاه ال و وعي الاكه ي قتن ف الديد ال
6. Dalam kitab Akhbar Ashbihan li Abi Na‟im (no. Hadits 770):
ب، ، ذا ابي و د بي ةلي حد بي جعفر ةي سعيد، ذا بدار بي الىطيار، ذا مىث أ حد
: " عي عىرو ةي الارث، عي در ب سعيد، قال: قال رسل الليره، عي أ ب ال
ال اج، عي أ
نىة " يشبع مؤمن يسمع خيا حتى تكون منتهاه ال
22
Nizar Ali, Memahami Hadits Nabi (Metode dan Pendekatan), (Yogyakarta: YPI al-Rohmah, 2001),
hal. 18
20
7. Dalam kitab Jami‟ Bayanu al-„ilmi wa Fadhluhu li Ibnu Abdi al-Barr (no. Hadits
442):
ب وروي ع يره، عي أ ب ال
ىح، عي أ ب الس
اج أ ب، عي عىرو ةي الارث، عي در ي اةي و " : ، قال: قال رسل الل ع ، رض الل لن يشبع المؤمن من خي يسمعه سعيد الدري
نىة حتى يكون م " نتهاه الBertolak dari penelusuran di atas, dapat disimpulkan bahwa hadits tentang
menuntut ilmu sepanjang hayat seperti tersebut di muka dinilai shohih secara kritik
matan.
E. PEMAHAMAN HADITS
Kandungan hadits diatas, menyiratkan tentang pesan Nabi bahwa menuntut
ilmu bagi seorang mukmin itu berlaku sampai akhir hayat. Pemahaman ini didapat dari
redaksi yang secara eksplisit menyebutkan „akhir kehidupannya adalah surga‟. Konsep
pendidikan Nabi ini sesuai dengan konsep pendidikan al-Quran. Sifat pendidikan al-
Quran adalah „rabbaniy‟, berdasarakan ayat pertama dalam wahyu pertama, yaitu
„iqro‟ bismi rabbika‟.
Jangkauan yang harus dipelajari itu sedemikian luas dan menyeluruh, meliputi
alam makro kosmos, alam mikro kosmos, manusia, dan laijn sebagianya tidak akan
pernah dapat diraih secara sempurna oleh seseorang. Namun, ia harus berusaha
semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang mampu diraihnya. Karenanya, ia
dituntut untuk terus menerus belajar sepanjang hayatnya. Nabi Muhammad saw.,
sekalipun telah mencapai puncak segala puncak, masih tetap juga diperintah untuk
selalu memohon (berdoa) sambil berusaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.23
Allah berfirman:
Artinya : “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
23
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2013), edisi ke-2, Cet. Ke 1, hal. 278
21
tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan." (QS. Thaha: 114).
Ada suatu qoul yang terkenal:
د إل امنحد طنتا امعنه وي الى أ
Ungkapan ini menunjukkan bahwa ide yang terdapat dalam khazanah
pemikiran Islam ini mendahului “Long Life Education” yang dipouplerkan oleh Paul
Lengtrand dalam bukunya An Introduction To Life Long Education.24
Bahkan al-Quran menegaskan bahwa pendidikan anak sudah dimulai sejak
pemilihan calon ibu dari anak-anak seorang mukmin. Allah berfirman:
Artinya: “Hai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina" (QS.
Maryam: 28)
Muhamamad Ali al-Shobuni menuturkan bahwa Maryam dipanggil sebagai
saudara Harun karena dipersamakan sebagai sesama hamba Allah yang dikenal
kebajikan dan ketaatan kepada Allah Swt. Qatadah menambahkan, bahwa Harun yang
dimaksudkan disini bukan Harun, suadaranya Musa as bin Imron, namun Harun disini
adalah seorang warga bani Israil yang dikenal karena kesalehannya dan ketekunannya
dalam beribadah.25
Kandungan ayat ini menjelaskan kaitan erat dengan kesalehan orang tua
dengan kesalehan putra-putrinya. Maryam adalah wanita sholehah yang dipilih Allah
menjadi Ibu dari Nabi-Nya, Isa ibn Maryam. Kesalehan ini ditegaskan dalam ayat di
atas, bahwa orangtuanya pun juga seorang yang saleh yang dikasihi Allah bukan
sebaliknya. Oleh karenanya, suami yang sholih dan isteri yang sholihah
24
Ibid
25 Muhammad Ali al-Shobuni, Shofwah al-Tafasir, (Beirut: Dar el-Fikr, 2001), juz 2, hal. 197
22
berkemungkinan besar mewariskan potensi kesalehan pada anaknya kelak.
Kaitannya dengan pendidikan anak sejak dini Nabi berpesan tentang pemilihan
calon isteri:
، بيب سعيد، عي أ
ذن سعيد بي أ ، قال: حد ا يي، عي عتيد الل ث د، حد ثا مسد ب حد
عي أ
ا، و ا، ولست ربع: لىالة ل
، عي انلب قال: " تكح الىرأ ع ريرة رض الل ا، ي ا، ول جال
يي حربج يداك اخاري(ال)رواه "فاظفر ةذات الArtinya: “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena nasabnya,
karena kecantikannya, dan karena agamanya. Raihlah yang memiliki agama,
karena kalau tidak, engkau akan sengsara” (HR. Bukhori)26
، عي ع ن، عي اإلفريق ، وجعفر بي ع ثا عتد الرحي الىحاريب ة كريب، حدثا أ حد تد الل
ةي عىر ةي يزيد، عي عتد الل ، فعس و، قال: قال رسل الل ي : " ل حزوجا امنساء لس، وملي ح ي ن تطغي
ي أ ال م
، فعس أ ي ال م
ي ل ، ول حزوج ي ن يردي
ي أ ي حس زوج
ف داء ذات ديي أ وث خرواء س
يي، ول ضل لع ال
Artinya: “Janganlah kamu mengawini wanita-wanita karena kecantikannya, karena
boleh jadi kecantikan itu akan merusaknya, dan jangan pula kawini wnaita
itu karena harta bendanya, boleh jadi harta itu membuat mereka aniaya
(congkak). Akan tetapi kwainilah mereka atas dasar ketaatan beragamanya.
Dan sungguh budak sahaya yang buruk muka lagi hitam, tapi agamanya
kuat adalah jauh lebih baik” (HR. Ibnu Majah)
Wanita yang sholihah memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi
kehidupan rumah tangga serta mampu mendidik anak dengan baik. Hafez Ibrahim
bersenandung:
“Ibu ibarat madrasah, jika engkau persiapkan dia, berarti engkau telah
mempersipakna suatu generasi yang kuat dan kokoh”.27
26
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
27 Muh. Atiah al-Abrasy, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, (Kairo: Dar el.-Qaumiyyah, 1964), hal. 116
23
“tanaman yang tumbuh di taman, tidaklah sama seperti tanaman yang tumbuh
di padang tandus, apakah kesempurnaan dapat diharapkan bagi anak-anak jika
mereka menyusu pada wanita yang gersang”.28
Penjelasan teks diatas menjadi pijakan dalam periodisasi pendidikan Islam
yang dirumuskan beberapa pakar yang salah satunya prinsip dasarnya adalah
pendidikan sepanjang hayat, yaitu diantaranya:
1. Pendidikan Prenatal; atau Tarbiyah Qabl al-Wiladah terbagi atas dua masa periode
yaitu:
a. Masa pra konsepsi; masa ini terjadi sebelum kedua orang tua belum
memiliki status kekeluargaan atau belum mengalami pernikahan. Awal mula
pendidikan anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan pernikahan yaitu
lahirnya keturunan yang dapat dibanggakan dalam pendidikan Islam. Maka
dari itu pemilihan pasangan sebelum menikah sudah menjadi kepedulian
utama dalam merancang pendidikan anak. Persiapan mendidik anak dalam
ajaran Islam suadah dimulai pada waktu pemilihan pasangan yaitu
pemilihan calon istri atau suami.29
b. Masa konsepsi; pada masa ini proses pendidikan sudah bisa dimulai, walau
masih bersifat tidak langsung. Masa ini disebut juga dengan masa kehamilan
yang berlangsung kurang lebih Sembilan bulan. Meskipun masa ini relatif
singkat namun memberikan makna sangat penting bagi proses pembentukan
kepribadian manusia berikutnya. Didalam al-Quran dan hadits tidak
menjelaskan secara terperinci mengenai proses pendidikan yang terdapat
pada masa kehamilan, namun Islam melihatnya dari beberapa aspek
pendidikan. Pada masa kehamilan harus diyakini bahwa kandungan berawal
dari adanya kehidupan, setelah itu Allah Swt. mengutus malaikat untuk
meniupkan roh kepadanya, dan aspek yang penting bagi janin dalam
kandungan adalah aspek agama.30
28
Abdullah Nasikh Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad Fi Al-Islam, (Beirut : Dar el-Salam, 1975), juz 1, hal. 28
29 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. III, hal. 256.
30 Ibid, hal. 259-260.
24
2. Pendidikan Pasca Natal;
a. Pendidikan bayi; setelah masa pra konsepsi dan masa pasca konsepsi
kemudian dilanjutkan pada periode bayi. Periode ini kehidupan bayi sangat
bergantung pada pihak lain, terutama seorang ibu. Peranan ibu mulai dari
memberi makan, membersihkan tempat dan pakaian, memandikan,
menidurkan, dan lain-lain yang hampir semuanya dilakukan oleh seorang
ibu. Peranan ibu tersebut tentu mempunyai arti tersendiri bagi
pendidikannya.
b. Pendidikan kanak-kanak; Kemudian periode kanak-kanak yang bermula dari
selepas umur dua tahun sampai enam tahun. Anak-anak pada masa ini mulai
bersifat meniru keadaan sekitarnya. Banyak bermain dengan sandiwara atau
khayalan. Kegiatan yang bermacam-macam tersebut akan memberikan
keterampilandan pengalaman si anak dalam pendidikannya. Maka dari itu
kelakuan sekitar anak pada masa ini hendaknya tetap, tak ada kegoncangan,
karena akan menyebabkan kebingunan dan keraguan pada anak.
c. Pendidikan anak-anak; Selanjutnya pada masa anak-anak. Pada masa ini
anak mulai mengenal tuhan melalui bahasa, dari kata-kata orang yang
berada pada lingkungannya yang mula-mula diterimanya secara acuh tak
acuh. Lama-kelamaan tanpa disadari oleh anak tersebut, masuklah
pemikiran tentang tuhan dalam pembentukan kepribadiannya dan menjadi
objek pengalaman agama.
d. Pendidikan remaja; masa ini berlansung antara umur 12 sampai 21 tahun.
Pada masa ini, anak semakin mampu dan memahami nilai-nilai norma yang
berlaku didalam kehidupannya. Periode ini sangat baik untuk membantu
anak-anak guna menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan memahami
nilai-nilai terutama yang bersumber dari agama Islam.
e. Pendidikan dewasa; Setelah itu anak akan mengalami masa periode dewasa.
Umur dewasa dimulai dari berakhirnya kegoncangan pada masa remaja.
Ketika seseorang telah mencapai usia dewasa, maka sudah mempunyai
banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman. Pada masa ini seseorang mulai
25
langsung berhadapan dengan masalah pekerjaan, masalah kemasyarakatan,
dan masa perkawinan. Untuk itu pendidikan agama Islam masih dibutuhkan
dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. 31
Berakhirnya masa dewasa bukan berarti berakhir pula pendidikan.
Mengucapkan syahadat bagi orang yang sakaratul maut dianggap menjadi akhir bagi
pendidikan Islam. Sampai pun di akhir kehidupan seorang muslim, nabi tetap
memerintahkan muslim untuk mengajari saudaranya membaca „La Ilaha Illallah‟.
(HR. Muslim).
Demikianlah peran penting pendidikan sepanjang hayat dalam kehidupan
seorang muslim. Sehingga dengan prinsip ini, akan lahir banyak ulama-ulama yang
akan mewarisi nabi, mewarisi bukan dalam harta kekayaan, jabatan dan lain
sebagainya, namun mewarisi dalam tanggung jawab keilmuan, dakwah islamiyah, dan
penjaga moral masyarakat.
31
Ibid, hal. 263-274.
26
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah diadakan penelitian secara mendalama terhadap hadits kewajiban
menuntut ilmu sepanjang hayat yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi dan al-Syihab al-
Qodho‟iy, dapat disimpulkan:
1. Sanad hadis pada jalur al-Turmudziy dinilai marfu‟ muttashil (bersambung
sanadnya secara sempurna berdasarkan urutan thabaqatnya), dan kualitas
sanadnya adalah hasan karena ada satu perawi daalam jalur tersebut yang
mendapat penilaian la ba‟tsa bihi, yaitu Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy.
2. Sanad hadis pada jalur al-Syihab al-Qodho‟iy dinilai marfu‟ muttashil
(bersambung sanadnya secara sempurna berdasarkan urutan thabaqatnya), dan
kualitas sanadnya adalah dho‟if, karena ada satu perawi daalam jalur tersebut
yang mendapat penilaian dho‟if „, yaitu Muhammad bin Rouh yang mendapat
penilaian „dhoif‟ dan „munkar al-ahadits‟.
3. Secara matan, hadits ini dinilai shahih dan maqbul karena kesesuaian
kandungannya dengan al-Quran, hadits ini juga tidak bertentangan dengan hadits
lain, serta terhindar dari syadz dan illat.
4. Pendidikan sepanjang hayat sudah dimulai dejak pemilihan calon ibu hingga saat
sakaratul maut menjelang.
Demikian bagi pengkaji hadits, dituntut cermat dalam menelaah kualitas hadits
agar dapat diperoleh fakta yang secara ilmiah akademis dapat dipertanggung
jawabkan. Semoga makalah sederhana ni dapat bermanfaat baik secara akademis
maupun sebagai referensi ilmu pengetahuan. Wallahu a‟lamu bi al-shawab.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hasyim, Kritik Matan Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2004)
al-Abrasy, Muh. Atiah, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, (Kairo: Dar el.-Qaumiyyah, 1964)
Ali, Nizar, Memahami Hadits Nabi (Metode dan Pendekatan), (Yogyakarta: YPI al-Rohmah,
2001)
al-Shobuni, Muhammad Ali, Shofwah al-Tafasir, (Beirut: Dar el-Fikr, 2001), juz 2
at-Tahhan, Mahmud. Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadits, (Surabaya: Bina Ilmu,
1995)
Freeware, Jawami‟ Al-Kalim versi 4,5
Isma‟il, M. Syuhudi. Kaidah Kesahihan Sanad Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995)
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2013), edisi ke-2, Cet. Ke 1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. III
Ulwan, Abdullah Nasikh, Tarbiyah Al-Aulad Fi Al-Islam, (Beirut : Dar el-Salam, 1975), juz 1