21
PRAKTIKUM PRAKTIKUM KOMUNIKASI DATA & JARINGAN KOMPUTER Judul : SUBNETTING IPV4 Praktikum ke : 7 Asisten : 1. Tri Wahyu Aris Syahrial 2. Dimas A. Oleh : MUHAMMAD JA’FAR SHODIQ NIM 209533424074 – S1 PTI / OFF. E UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

PRAKTIKUM

PRAKTIKUM KOMUNIKASI DATA &

JARINGAN KOMPUTER

Judul : SUBNETTING IPV4

Praktikum ke : 7

Asisten : 1. Tri Wahyu Aris Syahrial

2. Dimas A.

Oleh :

MUHAMMAD JA’FAR SHODIQ

NIM 209533424074 – S1 PTI / OFF. E

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

2010

Page 2: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

SUBNETTING IPv4

A. DASAR TEORI

1. IP Address

IP address adalah alamat yang diberikan pada jaringan komputer dan

peralatan jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP address terdiri atas

32 bit angka biner yang dapat dituliskan sebagai empat kelompok angka

desimal yang dipisahkan oleh tanda titik seperti 193.160.5.1.

Gambar 1: Contoh IP Address

IP address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID, dimana

network ID menentukan alamat jaringan komputer, sedangkan host ID

menentukan alamat host (komputer, router, switch). Oleh sebab itu IP address

memberikan alamat lengkap suatu host beserta alamat jaringan di mana host

itu berada.

2. Kelas-Kelas IP Address

Untuk mempermudah pemakaian, bergantung pada kebutuhan pemakai,

IP Address dikelompokkan menjadi lima kelas; Kelas A, Kelas B, Kelas C,

Kelas D, dan Kelas E. Perbedaan pada tiap kelas tersebut adalah pada ukuran

dan jumlahnya.

IP Kelas A dipakai oleh sedikit jaringan, tetapi jaringan ini memiliki

jumlah host yang banyak. Kelas C dipakai untuk banyak jaringan, tetapi

jumlah host sedikit, Kelas D dan E tidak banyak digunakan.

Setiap alamat IP terdiri dari dua field, yaitu:

1) Field NetID; alamat jaringan logika dari subnet dimana komputer

dihubungkan

2) Field HostID; alamat device logical secara khusus digunakan untuk

mengenali masing-masing host pada subnet.

1

Page 3: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

a. IP Address Kelas A

Oktet pertamanya mempunyai nilai 0 sampai 127, dan pengalamatan Kelas A

masing-masing dapat mendukung 16.77.214 host.

NNNNNNNN

HHHHHHHH

HHHHHHHH

HHHHHHHH

N adalah NetID atau nomor jaringan dan H adalah HostID atau nomor

workstation. Kelas A hanya menggunakan oktet pertama ID jaringan, tiga

oktet yang tersisa disediakan untuk digunakan sebagai HostID.

Adapun karakteristik IP Address Kelas A ini adalah:

Bit pertama : 0

panjang NetlD : 8 bit

Panjang HostlD : 24 bit

Byte pertama : 0-127

Jumlah Jaringan : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)

Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai dengan 126.xxx.xxx.xxx

Jumlah IP : 16.777.214 IP Address pada tiap kelas A

b. IP Address Kelas B

Oktet pertamanya mempunyai nilai 128 sampai 191, dan pengalamatan Kelas

B masing-masing dapat mendukung 65.532 host.

NNNNNNNN

NNNNNNNN

HHHHHHHH

HHHHHHHH

Adapun karakteristik IP Address Kelas B ini adalah:

Dua bit pertama : 10

panjang NetlD : 16 bit

Panjang HostlD : 16 bit

Byte pertama : 128-191

Jumlah Jaringan : 16.384 kelas

Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai dengan 191.155.xxx.xxx

Jumlah IP : 65.532 IP Address pada tiap kelas B

c. IP Address Kelas C

2

Page 4: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

Oktet pertamanya mempunyai nilai 192 sampai 223, dan pengalamatan Kelas

C masing-masing dapat mendukung 256 host.

NNNNNNNN

NNNNNNNN

NNNNNNNN

HHHHHHHH

Adapun karakteristik IP Address Kelas C ini adalah:

Tiga bit pertama : 110

panjang NetlD : 24 bit

Panjang HostlD : 8 bit

Byte pertama : 192-223

Jumlah Jaringan : 2.097.152 kelas C

Range IP : 192.0.0.xxx sampai dengan 223.255.255.xxx

Jumlah IP : 254 IP Address pada tiap kelas C

3. Subnetmask

Nilai subnetmask untuk memisahkan network id dengan host id.

Subnetmask diperlukan oleh TCP/IP untuk menentukan apakah jaringan yang

dimaksud adalah jaringan local atau non local.

Network ID dan host ID di dalam IP address dibedakan oleh

penggunaan subnet mask. Masing-masing subnet mask merupakan pola

nomor 32-bit yang merupakan bit groups dari semua (1) yang menunjukkan

network ID dan semua nol (0) menunjukkan host ID dari porsi IP address.

Tabel 1: Subnetmask default untuk masing-masing kelas A, B, C

4. Subnetting IPv4

Subnetting adalah sebuah teknik yang mengizinkan para administrator

jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address yang tersedia dengan lebih

efisien. Teknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak

dibatas oleh kelas-kelas IP (IP Classes) A, B, dan C yang sudah diatur.

3

Page 5: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

Dengan subnetting, anda bisa membuat network dengan batasan host yang

lebih realistis sesuai kebutuhan.

Subnetting menyediakan cara yang lebih fleksibel untuk menentukan

bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang mewakili netword ID dan

bagian mana yang mewakili host ID.

Dengan kelas-kelas IP address standar, hanya 3 kemungkinan network

ID yang tersedia; 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk

kelas C. Subnetting mengizinkan anda memilih angka bit acak (arbitrary

number) untuk digunakan sebagai network ID.

Dua alasan utama melakukan subnetting:

1) Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika

internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network

akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta IP address untuk host devicenya.

Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254,

namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang

memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki

lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin

akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address.

2) Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host

device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang

sama akan memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar

semua komputer dengan network ID yang sama harus berada di physical

network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast

yang sama, yang berarti sebuah medium network harus membawa semua

traffic untuk network. Karena alasan kinerja, network biasanya

disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil – bahkan

lebih kecil – dari Class C address.

a. Subnets

Subnet adalah network yang berada di dalam sebuah network lain

(Class A, B, dan C). Subnets dibuat menggunakan satu atau lebih bit-bit di

dalam host Class A, B, atau C untuk memperlebar network ID. Jika standar

4

Page 6: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

Internet 144.28.0.0

144.28.28.0Router

Internet

network ID adalah 8, 16, dan 24 bit, maka subnet bisa memiliki panjang

network ID yang berbeda-beda.

Gambar 2: Subnetting

Gambar 2 menunjukkan sebuah network sebelum dan sesudah

subnetting diaplikasikan. Di dalam jaringan yang tidak subnetkan, network

ditugaskan ke dalam Address di Class B 144.28.0.0. Semua device di dalam

network ini harus berbagi domain broadcast yang sama.

Di network yang ke dua, empat bit pertama host ID digunakan untuk

memisahkan network ke dalam dua bagian kecil network – diidentifikasikan

dengan subnet 16 dan 32. Bagi dunia luar (di sisi luar router), kedua network

ini tetap akan tampak seperti sebuah network dengan IP 144.28.0.0. Sebagai

contoh, dunia luar menganggap device di 144.28.16.22 dimiliki oleh jaringan

144.28.0.0. Sehingga, paket yang dikirim ke device ini dikirim ke router di

144.28.0.0. Router kemudian melihat bagian subnet dari host ID untuk

memutuskan apakah paket diteruskan ke subnet 16 atau 32.

b. Subnet Mask

Agar subnet dapat bekerja, router harus diberi tahu bagian mana dari

host ID yang digunakan untuk network ID subnet. Cara ini diperoleh dengan

5

144.28.0.0144.28.16.0

Router

144.28.32.0

Page 7: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

menggunakan angka 32 bit lain, yang dikenal dengan subnet mask. Bit IP

address yang mewakili network ID tampil dengan angka 1 di dalam mask,

dan bit IP address yang menjadi host ID tampil dengan angka 0 di dalam

mask. Jadi biasanya, sebuah subnet mask memiliki deretan angka-angka 1 di

sebelah kiri, kemudian diikuti dengan deretan angka 0.

Sebagai contoh, subnet mask untuk subnet di Picture 1 – dimana

network ID yang berisi 16 bit network ID ditambah tambahan 4-bit subnet ID

– terlihat seperti ini:

11111111 11111111  11110000  00000000

Atau dengan kata lain, 20 bit pertama adalah 1, dan sisanya 12 bit

adalah 0. Jadi, network ID memiliki panjang 20 bit, dan bagian host ID yang

telah disubnetkan memiliki panjang 12 bit.

Untuk menentukan network ID dari sebuah IP address, router harus

memiliki kedua IP address dan subnet masknya. Router kemudian

menjalankan operasi logika AND di IP address dan mengekstrak

(menghasilkan) network ID. Untuk menjalankan operasi logika AND, tiap bit

di dalam IP address dibandingkan dengan bit subnet mask. Jika kedua bit 1,

maka hasilnya adalah, Jika salah satu bit 0, maka hasilnya adalah 0.

Sebagai contoh, berikut ini adalah contoh network address yang di

hasilkan dari IP address menggunakan 20-bit subnet mask dari contoh

sebelumnya.

144. 28. 16. 17

IP address (biner) 10010000 00011100 00100000 00001001

Subnet mask 11111111 11111111 11110000 00000000

Network ID 10010000 00011100 00100000 00000000

144. 28. 16. 0

Jadi network ID untuk subnet ini adalah 144.28.16.0

Subnet mask, seperti juga IP address ditulis menggunakan notasi

desimal bertitik (dotted decimal notation). Jadi 20-bit subnet mask seperti

contoh diatas bisa dituliskan seperti ini: 255.255.240.0

Subnet mask:

11111111 11111111 11110000 00000000

6

Page 8: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

255. 255. 240. 0.

Jangan bingung membedakan antara subnet mask dengan IP address.

Sebuah subnet mask tidak mewakili sebuah device atau network di internet.

Cuma menandakan bagian mana dari IP address yang digunakan untuk

menentukan network ID. Anda dapat langsung dengan mudah mengenali

subnet mask, karena octet pertama pasti 255, 255 bukanlah octet yang valid

untuk IP address class.

c. Aturan-aturan Dalam Membuat Subnet Mask

1) Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Sehingga, oktet pertama

dari subnet pasti 255.

2) Angka maksimal untuk network ID adalah 30 bit. Anda harus menyisakan

sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling tidak 2 host. Jika

anda menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID, maka tidak akan

tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan bisa. Menyisakan 1 bit juga

tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host ID yang semuanya berisi

angka 1 digunakan untuk broadcast address dan semua 0 digunakan untuk

mengacu kepada network itu sendiri. Jadi, jika anda menggunakan 31 bit

untuk network ID dan menyisakan hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1

digunakan untuk broadcast address dan host ID 0 adalah network itu

sendiri) maka tidak akan ada ruang untuk host sebenarnya. Makanya

maximum network ID adalah 30 bit.

3) Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1, hanya 9

nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet mask (termasuk 0).

Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-nilai yang berasal dari 9 bit.

Binary Octet Decimal

00000000 010000000 12811000000 19211100000 22411110000 24011111000 24811111100 25211111110 254

7

Page 9: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

11111111 255

d. Private dan Public Address

Host apapun dengan koneksi langsung ke internet harus memiliki IP

address unik global. Tapi, tidak semua host terkoneksi langsung ke internet.

Beberapa host berada di dalam network yang tidak terkoneksi ke internet.

Beberapa host terlindungi firewall, sehingga koneksi internet mereka tidak

secara langsung.

Beberapa blok IP address khusus digunakan untuk private network atau

network yang terlindungi oleh firewall. Terdapat tiga jangkauan (range) untuk

IP address tersebut seperti di tabel berikut ini. Jika anda ingin menciptakan

jaringan private TCP/IP, gunakan IP address di tabel ini.

CIDR Subnet Mask Address Range

10.0.0.0/8 255.0.0.0 10.0.0.1 – 10.255.255.254

172.16.0.0/12 255.255.240.0 172.16.1.1 – 172.31.255.254

192.168.0.0/16 255.255.0.0 192.168.0.1 – 192.168.255.254

B. ALAT DAN BAHAN

a. Personal Computer/Laptop yang dilengkapi NIC

b. Hub/Switch

c. Kabel UTP Straight

C. LANGKAH KERJA

a. Menyiapkan semua alat dan bahan pada tempat yang aman.

b. Memeriksa dan memastikan semua alat dan bahan dalam kondisi baik.

c. Hubungkan beberapa komputer/laptop ke switch/hub dengan

menggunakan kabel UPT Straight dan jangan lupa untuk

menyambungkan switch/hub dengan sumber daya listrik.

8

Page 10: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

Gambar 3: Jaringan dengan pengkabelan UTP Straight

d. Dalam kasus ini digunakan IP Address kelas C jaringan 192.168.10.0/29.

Sehingga Subnet Mask yang digunakan adalah :

11111111.11111111.11111111.11111000

255. 255. 255. 248

e. Kemudian dapat ditentukan jumlah range IP-nya dengan cara:

Range IP : 23 = 8

Pangkat 3 diambil dari jumlah bit yang bernilai ‘0’ dari Subnet Mask.

f. Jumlah maksimal host setiap subnet adalah :

Jumlah host maksimal : 23 - 2 = 8

Atau dengan kata lain, jumlah Range IP dikurang 2 yaitu untuk SubnetID

dan Broadcast ID.

g. Dengan demikian Range IP yang dapat digunakan di masing-masing

Subnet adalah :

1) 192.168.10.0 – 192.168.10.7

2) 192.168.10.8 – 192.168.10.15

3) 192.168.10.16 – 192.168.10.23

4) 192.168.10.24 – 192.168.10.31

5) 192.168.10.32 – 192.168.10.39

6) 192.168.10.40 – 192.168.10.47

7) 192.168.10.48 – 192.168.10.55

8) dan seterusnya…

h. Sedangkan SubnetID masing-masing adalah :

1) 192.168.10.0

2) 192.168.10.8

3) 192.168.10.16

4) 192.168.10.24

5) 192.168.10.32

9

Page 11: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

6) 192.168.10.40

7) 192.168.10.48

8) dan seterusnya…

i. BroadcastID-nya :

1) 192.168.10.7

2) 192.168.10.15

3) 192.168.10.23

4) 192.168.10.31

5) 192.168.10.39

6) 192.168.10.47

7) 192.168.10.55

8) dan seterusnya…

j. IP Address yang valid dan bisa digunakan adalah :

1) 192.168.10.1 – 192.168.10.6

2) 192.168.10.9 – 192.168.10.14

3) 192.168.10.17 – 192.168.10.22

4) 192.168.10.25 – 192.168.10.30

5) 192.168.10.33 – 192.168.10.38

6) 192.168.10.41 – 192.168.10.46

7) 192.168.10.49 – 192.168.10.54

8) dan seterusnya…

k. Lakukan konfigurasi IP di masing-masing komputer yang akan

terhubung, baik untuk jaringan Peer-to-Peer atau yang menggunakan

switch/hub.

1) Masuk ke dalam Control Panel, pilih Network Connections

kemudian pilih Local Area Connection, lihat gambar 4 dan jika

muncul seperti gambar 5, pilih Properties.

10

Page 12: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

Gambar 4: Network Connection dalam Control Panel

Gambar 5: Local Area Connection Status

2) Setelah muncul menu Local Area Connection Properties (gambar

6a), pilih Internet Protocol (TCP/IP) kemudian klik Properties

sehingga muncul menu seperti gambar 6b.

11

Page 13: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

Gambar 6: (a) Local Area Connection Properties dan

(b) Internet Protocol (TCP/IP) Properties

3) Ada 2 macam konfigurasi IP :

Obtain an IP address outomatically : konfigurasi IP secara

otomatis dengan menggunakan DHCP Server.

Use the following IP address : konfigurasi IP secara manual

dengan mengisikan langsung di masing-masing perangkat

jaringan

Pada kasus ini gunakan Use the following IP address karena

tidak menggunakan DHCP Server.

4) Kemudian isikan IP Address seperti yang telah ditentukan di atas

(Subnet ke 7), 192.168.10.49 sampai dengan 192.168.10.54. IP

Address antara satu komputer/laptop dengan komputer/laptop yang

lain dalam satu jaringan LAN tidak boleh sama.

5) Subnet Mask diisi 255.255.255.248.

6) Default gateway dan DNS Server dikosongkan saja.

7) Kemudian klik OK, sehingga tahap konfigurasi IP sudah selesai.

l. Setelah konfigurasi IP selesai, lanjutkan dengan mengecek konektifitas

jaringan dengan perintah “ping”.

12

a b

Page 14: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

1) Coba ping IP Address komputer/laptop dalam satu Network dan

analisa.

2) Coba ping IP Network ID, analisa dan beri alasan.

3) Coba ping IP Broadcast ID, analisa dan beri alasan.

D. HASIL DAN KESIMPULAN

1. Hasil

a. Ping ke IP Address komputer/laptop dalam satu Network (misal

192.168.10.50 dan 192.168.10.51) hasilnya adalah sebagai berikut :

Gambar 7: Ping IP komputer/laptop dalam satu network

b. Ping ke IP Network ID 192.168.10.48 hasilnya adalah sebagai berikut :

13

Page 15: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

Gambar 8: Ping IP Network ID 192.168.10.48

c. Ping IP Broadcast ID 192.168.10.55 hasilnya adalah sebagai berikut:

Gambar 9: Ping IP Broadcast ID 192.168.10.55

2. Kesimpulan

a. Ping ke IP Address komputer/laptop dalam satu Network (misal

192.168.10.50 dan 192.168.10.51) berhasil dilakukan. Karena IP tersebut

terletak dalam satu jaringan dan bukan SubnetID ataupun BroadcastID.

b. Ping ke IP Network ID 192.168.10.48 tidak berhasil, hasilnya

“Destination specified is invalid.”. Hal ini karena jika

menggunakan Subnet Mask 255.255.255.248, maka IP 192.168.10.48

dikenali sebagai Network ID. Sehingga IP tersebut tidak bisa digunakan

(invalid) sebagai IP Host. Oleh karena itu IP tersebut tidak bisa di-Ping.

14

Page 16: Laporan Praktikum 07 - Sub Netting IPv4

c. Ping ke IP Broadcast ID 192.168.10.55 tidak berhasil, hasilnya

“Request timed out.”. Hal ini terjadi karena jika menggunakan

Mask 255.255.255.248, maka IP 192.168.10.55 dikenali sebagai

Broadcast ID. Broadcast ID digunakan untuk mencari informasi daya

yang dicari, apakah informasi tersebut bisa ditemukan atau tidak.

Broadcast ID hanya bisa memancarkan, tidak bisa menerima. Sehingga

ketika IP Broadcast di-Ping, maka Broadcast ID tidak bisa merespon.

15