17
ASPIRIN Preparat : Aspirin 1 / 3 Prosedur PUSTAKA 1. Fessenden RJ, Fessenden JS. 1994. Organic Chemistry, 5th edition, Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove . California. page 512-513. 2. Furniss BS, et al, 1978. Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 4 th edition, The English Language Book Society and Longman. London. page 831-832 3. Hart, Harold dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Jakarta : Erlangga. 4. Wilbraham, Antony C dan Michael S.Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB. DASAR TEORI Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory ,untuk mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirin secara berulang- ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan Laporan Kimia Organik II “Aspirin” Page 1

Laporan Aspirin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan KO 2

Citation preview

ASPIRINPreparat : Aspirin 1/3 ProsedurPUSTAKA

1. Fessenden RJ, Fessenden JS. 1994. Organic Chemistry, 5th edition, Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove. California. page 512-513.2. Furniss BS, et al, 1978. Vogels Textbook of Practical Organic Chemistry, 4th edition, The English Language Book Society and Longman. London. page 831-8323. Hart, Harold dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Jakarta : Erlangga.4. Wilbraham, Antony C dan Michael S.Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB.DASAR TEORI

Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory ,untuk mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian.Pembentukan Aspirin Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1990). Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini akan terlihat kasus-kasus dimana hidrogen pada gugus COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh beda jika diganti dengan sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin benzen)(Clark, 2007). Sintetis aspirin termasuk reaksi esterifikasi. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversible. Anhidrida asam ialah turunan dari asam dengan mengambil air dari dua gugus karboksil danmenghubungkan fragmen-fragmennya (Hart dkk, 2003). Asam salisilat dicampur dengan anhidrin asetat, menyebabkan reaksi kimia yang mengubah grup alkanol asam salisilat menjadi grup asetil (R-OHR-OCOCH3). Proses ini menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang merupakan produk sampingan. Sejumlah kecil asam sulfat umumnya digunakan sebagai katalis. Asam sulfat berfungsi sebagai donor proton sehingga ikatan rangkap pada anhidrida asetat lebih mudah terbuka lalu bergabung dengan asam salisilat yang kehilangan hidrogennya. Setelah proses pengikatan selesai, ion SO42- kembali mengikat proton H+ yang berlebih. Aspirin adalah turunan dari asam salisilat. Aspirin berbentuk kristal berwarna putih, bersifat asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 136C. Aspirin mudah larut dalam cairan ammonium asetat, karbonat, sitrat atau hidroksida dari logam alkali. Aspirin stabil dalam udara kering, tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan asam salisilat bila kontak dengan udara lembab. Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan sempurna.

Aspirin yang dihasilkan masih dalam bentuk tidak murni, sehingga untuk pemurnian dilakukan kristalisasi bertingkat dengan solvent berupa 50% alcohol dan 50% air. Kemurnian aspirin dapat diuji dengan cara dilarutkan kedalamalkohol, kemudian ditambahkan larutan FeCl3. Jika tidak terjadi perubahan warna berarti aspirin sudah dalam keadaan murni, namun jika berwarna violet masih mengandung asam salisilat yang belum bereaksi (Respati, 1986).PROSEDUR

Vogel Textbook of Practical Organic Chemistry, 4 th ed, 1978 (B.S Furniss)

Place 10 g (0.725 mol) of dry salicylic acid and 15 g (14 ml 0.147 mol) of acetic anhydride in a small conical flask, add 5 drops of concentrated sulphuric acid and rotate the flask in order to secure thorough mixing. Warm on a water bath to about 50-60, stirring with a thermometer, for about 15 minutes. Allow the mixture to cool and stir occasionally. Add 150 ml of water, stir well and filter at the pump. Dissolve the solid in about 30 ml of hot ethanol and pour the solution into about 75 ml of warm water: if a solid separates at this point, warm the mixture until solution is complete and then allow the clear solution to cool slowly. Beautiful needle-like crystals will separate. The yield is 11 g (85%). The air-dried crude product may also be recrystallised from ether-light petroleum (b.p. 40-60).

Acetylsalicylic acid decomposes when heated and does not posses a true, clearly defined m.p. Decomposition points varying from 128 to 135 have been recorded: a value of 129-133 is obtained on an electric hot plate. Some decomposition may occur if the compound is recrystallised from a solvent of high boiling point or if the boiling period during recrystallisation is unduly prolonged.TUJUAN1. Mampu menjelaskan reaksi asetilasi.

2. Terampil dalam melakukan pemurnian aspirin dengan cara rekristalisasi menggunakan 2 pelarut campuran.ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Erlenmeyer 250 mL

2. Termometer

3. Corong Buchner

4. Kaca arloji

5. Labu hisap

6. Pengaduk

7. Gelas ukur

8. Pipet

9. Sudip

10. Kertas saring

11. Pompa hisap

12. Sumbat gabus

13. Beaker glass

14. Hot plate

15. Magnetic bar16. Bunsen + Kaleng (penangas air)17. Corong kaca

18. Kapas

19. Timbangan gram

20. Anak timbangan

21. Pinset

Bahan ( prosedur) :

1. Asam salisilat

3 g

2. Anhidrida asetat4,25 mL3. H2SO4

2 tetes

4. Etanol

10 mL

5. Air dingin

50 mL

6. Air panas

25 mL

MEKANISME REAKSI

a. Rumus struktur kimia1. Asam salisilat :2. Anhidrida asetat :3. 4. H2SO4 :

5. Aspirin :

b. Reaksi

SKEMA CARA KERJA

GAMBAR PEMASANGAN ALAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Percobaan = 3 g

Rendemen / Presentasi Hasil = Ketetapan alam =PEMBAHASANAsam salisilat merupakan senyawa yang dapat bereaksi sebagai asam atau alkohol tergantung pada pereaksi lainnya, hal ini disebabkan karena adanya gugus karboksil dan hidroksil dalam satu molekul. Dalam pembuatan aspirin, asam salisilat bertindak sebagai alkohol dan reaksinya dengan anhidrida asetat berlangsung pada gugus hidroksil.

Pada pelakuan awal, 3 g asam salisilat direaksikan dengan 4,25 mL anhidrida asetat di Erlenmeyer yang kering karena aspirin yang terkena air dapat berubah kembali menjadi asam asetat / anhidrida asetat (reaksinya reversible) dan tidak dapat dipakai kembali. Reaksi Antara asam salisilat dan anhidrida asetat akan menghasilkan reaksi esterifikasi. Berikut Reaksi yang terjadi:

Setelah mereaksikan asam salisilat dan anhidrida asetat, kita tambahkan sekitar 2 tetes asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai zat penghidrasi. Hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi dapat dikatakan bahwa reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.

Selanjutnya kita melakukan pemanasan pada suhu 50-60C, hal ini kami lakukan untuk memperlancar reaksi pembentukan aspirin. Alasan kami memilih suhu 50-60C karena bila suhu pada waktu reaksi dibawah 500C maka reaksi akan berjalan lambat. Sedangkan jika suhu diatas 60 0C maka ester yang terbentuk akan terurai. Pada suhu tersebut reaksi berlangsung cepat tetapi ikatan ester aspirin tidak lepas. Setelah dilakukan pemanasan ini akan terbentuk endapan putih (aspirin). Kemudian, setelah didiamkan hingga dingin kami melakukan tes menggunakan FeCl3, tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah masih ada asam salisilat yang tersisa (yang belum bereaksi dengan anhidrida asetat) untuk membentuk aspirin. Pada reaksi ini menandakan positif dengan warna ungu yang menunjukkan adanya gugus OH yang terikat pada aromatis. Jadi apabila asam salisilat masih ada (masih belum berubah menjadi aspirin) maka pada penambahan FeCl3 akan berwarna ungu. Apabila asam salisilat sudah berubah menjadi aspirin maka larutan tersebut akan berwarna kuning bila ditambahkan FeCl3. Lakukan pemanasan kembali apabila masih terdapat asam salisilat sampai tidak berwarna ungu kembali. Berikut Reaksinya:

Setelah reaksi selesai, kemudian agar dapat terbentuk suatu padatan (kristal) , campuran larutan ditambahkan dengan air dan didinginkan. Akan tetapi, air yang ditambahkan tidak boleh terlalu banyak karena aspirin sedikit larut di air. Digunakan air biasa suhu kamar karena dengan berkurangnya suhu kelarutan aspirin dalam air akan berkurang. Setelah pendinginan selesai, maka kristal aspirin terbentuk, warna dari kristal aspirin tersebut yakni warna putih kristal. Untuk memisahkan kristal aspirin dengan dengan campurannya yang lain, maka campuran tersebut perlu disaring agar mendapatkan kristal aspirin. Proses penyaringan menggunakan corong Buchner.

Kemudian dilakukan proses rekristalisasi yaitu dengan memasukkan kristal kasar aspirin saringan I (pertama) dengan corong buchner dan labu hisap ke dalam 15 ml etanol yang telah dipanaskan di hot plate lalu ditambahkan 37,5 ml air panas ke dalam larutan tersebut. Untuk mendapatkan kristal yang bagus dan hasil yang maksimum kitaa melakukan dengan dua pelarut (etanol dan air). Dua pelarut tersebut, yang satu harus bisa melarutkan dan yang satunya lagi harus bisa mengkristalkan sehingga dengan penggunaan dua pelarut ini kita dapat mendapatkan kristal yang bagus dan dalam jumlah maksimum. Dalam proses ini etanol berperan untuk melarutkan sedangkan air berperan untuk mengkristalkan. Syarat pelarut rekristalisasi adalah dalam keadaan panas maupun dingin, aspirin tetap larut dalam etanol sehingga perlu ditambahkan air untuk membantu mengkristalkan aspirin. Namun, penambahan air dilakukan setelah aspirin larut dalam etanol, karena aspirin akan berubah menjadi asam asetat jika terkena air langsung.

Memanaskan etanol di hot plate menggunakan erlenmeyer yang ditutup dengan corong dan kapas basah untuk mencegah penguapan dari etanol tersebut. Dan etanol dipanaskan di hot plate (bukan di atas api bebas) karena sifat etanol mudah terbakar. Setelah ditambah etanol panas dan air panas, larutan tersebut didinginkan, dan bila sudah dingin disaring dengan corong buchner dan hasilnya dikeringkan dalam oven. Setelah kering, kemudian hasil kristal tersebut ditimbang dan dimasukkan dalam botol coklat serta diberi tutup dan etiket.

Diskusi

1) Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mereaksikan bahan.

Erlenmeyer yang kering karena aspirin yang terkena air dapat berubah kembali menjadi asam asetat / anhidrida asetat (reaksinya reversible) dan tidak dapat dipakai kembali.2) Mengapa temperatur reaksi dilakukan 50oC-60oC Bila suhu pada waktu reaksi dibawah 500C maka reaksi akan berjalan lambat. Sedangkan jika suhu diatas 60 0C maka ester yang terbentuk akan terurai.3) Apa gunanya hasil reaksi diuji dengan larutan FeCl3 ? Bagaimana reaksinya? Kegunaan FeCl3 Untuk menguji kemurnian aspirin dapat menggunakan FeCl3. FeCl3 bereaksi dengan gugus OH membentuk kompleks ungu. Jika tidak terjadi perubahan warnapada test FeCl3, hal itu berarti asam salisilat telah bereaksi semua menjadi asam asetil salisilat.

4) Setelah hasil reaksi menjadi padat, ditambahkan air dan segera disaring. Mengapa?5) Mengapa harus di rekristalisasi dengan 2 pelarut?6) Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil3 g asam salisilat + 4.25 mL anhidrida asetat ke dalam labu Erlenmeyer kering

Goyang ad homogen

Tentukan titik leleh dengan mikroskop hot stage/tabung Thiele

Kristal ditimbang

Dikeringkan dalam oven/vakum eksikator

Didinginkan. Saring dengan corong Buchner

Disaring panas bila ada kotoran

Kristal kasar aspirin ke dalam 10 mL etanol yang telah dipanaskan di hot plate lalu ditambah ? mL air panas ke dalam larutan tadi

Lakukan rekristalisasi

Saring dengan corong Buchner dan labu hisap

Tambahkan 50 mL air dingin

Test dengan FeCl3 : jika (+) berwarna ungu, panaskan lagi ; jika (-) tidak berwarna ungu

Didinginkan sampai terbentuk kristal kasar

Panaskan di water bath (suhu 50 QUOTE -60 QUOTE C) sambil diaduk 15 menit ad jernih

Lalu ditambah 2 tetes H2SO4 pekat

Hasil Teoritis : 3,9 g

EMBED ACD.ChemSketch.20 \s

C

OH

O

O

Fe2+ 2Cl-

+

C5H5NH+Cl-

OH

C

O

OH

Asam Salisilat

FeCl3

C5H5N

+

Ungu

C

OH

O

O

Fe2+ 2Cl-

+

C5H5NH+Cl-

OH

C

O

OH

Asam Salisilat

FeCl3

C5H5N

+

Ungu

C

OH

O

O

Fe2+ 2Cl-

+

C5H5NH+Cl-

OH

C

O

OH

Asam Salisilat

FeCl3

C5H5N

+

Ungu

C

OH

O

O

Fe2+ 2Cl-

+

C5H5NH+Cl-

OH

C

O

OH

Asam Salisilat

FeCl3

C5H5N

+

Ungu

C

OH

O

O

Fe2+ 2Cl-

+

C5H5NH+Cl-

OH

C

O

OH

Asam Salisilat

FeCl3

C5H5N

+

Ungu

Laporan Kimia Organik II AspirinPage 4