Upload
letuyen
View
233
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN BERBASIS H-INDEX SCOPUS
STUDY OF THERMAL COMFORT FOR OUTDOOR ACTIVITIES
IN BANDA ACEH
Tim Peneliti
Dr. Abdul Munir, ST.MT. / 197207081998021001 Ir. Muslimsyah, M. Sc / 196109281988101001
Muftiadi, ST. MT. / 197203041999031001
Dibiayai oleh: Universitas Syiah Kuala,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian H-Indeks
TahunAnggaran 2017 Nomor: 1445/UN11/SP/PNBP/2017 tanggal 18 Mei 2017
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA OKTOBER 2017
S .
B i a y a P e n e l i t i a n : R p 7 5 . 000 . 000 ,-
d . P r o g r a m S tu d i : A r s i te k t u r
b . N I P : 1 9 7 2 0 3 0 4 1 9 9 9 0 3 1 0 0 la . N a m a : M u f t i a d i , S T . ħ TA n g g o t a P e n e l i t i ( 2 )
d . P r o g r a m S tu d i : A r s i t e k t u r
b . N I P 1 9 6 1 092 8 1 9 88 l o 100 1a . N a m a : I r . M u s ı i m s y a h , M . S c
A n g g o t a P e n e l i t i ( 1 )
f . a l a m a t s u r e l ( e m a i l ) : m u n i r s y a d i @ u n s y i a h . a c . i de . N o m o r H P 08 1 3607 28055
d . P r o ga m S tu d i : A r s i te k t u r
c . J a b a t a n F u n g s i o n a ı : L e k t o r K e pa l a
b . N I P : I 9 7 2 0 ? 0 8 1 9 9 8 0 2 ı 00 1
a . N a m a L e n g k a p : D r . A bd u l M u n i r , ST . M T .
K e t u a P e n e l i t i
B a n da A c e hJ u d u l P e n e l i t i a n S t u dy o f T h e r m a l C o m f o r t f o r O u td o o r A c t i v i t i e s i n
P E N E L I T I A N B E R B A S I S H - I N D E X S C G P U SH A L A M A N IŁ aR ìG E S A I $ rl q¢i L A P A
iii
RINGKASAN
Ruang terbuka penting bagi kota-kota yang lestari karena dapat mengakomodasi berbagai aktivitas di luar ruangan, terutama untuk pejalan kaki. Mendorong lebih banyak orang beraktifitas di ruang terbuka akan menguntungkan perkembangan kota dari berbagai perspektif, termasuk aspek fisik, lingkungan, ekonomi, dan sosial. Salah satu tuntutan utama untuk aktifitas di ruang luar adalah tingat kenyamanan termal yang memadai. Banyak penelitian kenyamanan termal outdoor dalam dekade ini, namun untuk yang berbasis di Indonesia masih sangat terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kenyamanan termal untuk tiga aktivitas outdoor yang berbeda, yaitu pejalan kaki, rekreasi di taman kota, dan kafe outdoor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi dan preferensi orang-orang di ruang luar terhadap kondisi termal untuk berbagai kegiatan di luar ruang di Banda Aceh. Tingkat kenyamanan dievaluasi dengan menggunakan Universal Thermal Climate Index (UTCI) untuk mendapatkan temperatur netral sebagai kondisi yang nyaman yang diinginkan. Survey lapangan dilakukan di tiga kegiatan outdoor yang berbeda untuk ruang outdoor yang berbeda di Banda Aceh dengan mengukur parameter lingkungan dan persepsi psikologis secara termal dari pengguna. Survei lapangan akan dilakukan dari bulan Juni sampai Oktober 2017 dan dilakukan pada hari-hari dengan cuaca cerah untuk menghindari gangguan cuaca ekstrem.
Toleransi terhadap panas lebih besar pada responden yang berada di taman kota, dimana suhu netral yang dirasakan lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berada di café, yaitu 28.3°C untuk taman kota dan 30.4°C untuk café. Sedangkan suhu netral untuk pedestrian lebih rendah. Kenyamanan termal untuk pedestrian sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dari jalur pesestrian. Semakin jauh jarak tempuh maka sensasi termal yang dirasakan tubuh semakin panas. Hal ini berkaitan erat dengan tingkat metabolisme tubuh. Penelitian inimasihterbatas pada rentang suhu hangat sampai panas. Diperlukan rentang suhu yang lebih lebar khususnya pada suhu udara lebih rendah dari 27°C pada pagi hari untuk penyelidikan yang lebih konprehensif. Perlu pengembagan metode yang bisa mewakili kondisi sejuk sampai dingin, misalnya dengan metode simulasi dimana subjek penelitian dipilih untuk melakukan aktifitas yang diinginkan.
Kata kunci: kenyamanan termal outdoor, cafe, taman kota, pedestrian, UTCI, suhu netral.
�
iv
PRAKATA
Alhamdulillah, penelitian dengan judul “Study Of Thermal Comfort For Outdoor
Activities” telah dapat kami selesaikan seluruh tahapan yang telah direncanakan.
Keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik material maupun
moril. Untuk itu selayaknya kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Universitas Syiah Kuala yang telah menyediakan dana melalui Lembaga Penelitian dan
Pengabdian MAsyarakat.
2. Dekan Fakultas Teknik Unsyiah yang telah memberikan dorongan untuk berkarya demi
pengembangan karir sebagai tenaga pengajar di lingkungan Arsitektur Unsyiah.
3. Laboratorium Sains Arsitektur yang telah membantu sebagian peralatan yang digunakan
dalam penelitian ini.
4. Terima kasih terutama kepada mahasiswa yang telah berpartisipasi secara aktif dalam
penelitian ini
5. Teman-teman dosen di lingkungan Jurusan Arsitektur dan Jurusan Teknik dan Fakultas
Teknik Unsyiah yang telah membantu memberikan masukan terhadap proses dan hasil
penelitian ini.
Akhirnya dengan rasa rendah hati kami bersyukur kepada Allah SWT, karena dengan
Rahmat-Nya jua penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Kami juga
mengakui tidak ada pekerjaan yang sempurna, untuk itu segala masukan dan kritikan positif
akan diterima dengan senang hati.
Banda Aceh, 30 Oktober 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i RINGKASAN ii PRAKATA iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan Penelitian 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Kenyamanan Termal
2.2 Faktor-faktor Kenyamanan Termal 2.3 Kenyamanan Termal Ruang 2.4 Indeks Kenyamanan Termal Ruang 2.5 Asesmen Kenyamanan Termal Ruang Luang
4 4 5 7
10 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 12 3.1 Tujuan Penelitian 12 3.2 Manfaat Penelitian 12 BAB 4. METODE PENELITIAN 14 4.1 Area Studi 14 4.2 Variabel Penelitian 14 4.3 Subyek dan Peralatan Peneliitan
4.4 Pengumpulan Data 4.5 Prosedur Penelitian
15 13 16
BAB 5. HASIL LUARAN YANG DICAPAI 19 5.1 Gambaran Objek dan Waktu Pelaksanaan Penelitian 19 5.2 Karakteristik Subjek Penelitian 21 5.3
5.4 5.5 5.6
Karakteristik Lingkungan Penelitian Respon Psikologis terhadap Termal 5.4.1 Sensasi Termal 5.4.2 Preferensi Termal 5.4.3 Penerimaan Kondisi Termal 5.4.4 Kenyamanan Termal Indek Kenyamanan Temal 5.5.1 Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) 5.5.2 Standard Effective Tempertaure Outdoor (SET_OUT) 5.5.3 Universal Thermal Climate Index (UTCI) Temperatur Netral
25 26 26 29 31 32 33 34 35 36 38
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indeks-indek kenyamanan yang umum digunakan untuk mengevaluasi tingkat kenyamanan termal ruang luar (Walls et al., 2015)
Tabel 4.1 Tipe dan spesifikasi instrumen penelitian Tabel 5.1 Lokasi, waktu dan responden penelitian pada café Tabel 5.2 Lokasi, waktu dan responden penelitian pada taman kota Tabel 5.3 Lokasi, waktu dan responden penelitian pada jalur pedestrian (metode
longitudinal, menggunakan subjek yang sama untuk setiap hari penelitian) Tabel 5.4 Karakteristik faktor personal dari subjek (rata-rata ± standar deviasi) Tabel 5.4 Karakteristik parameter lingkungan penelitian
8 16 19 20
21 21 26
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka umum penilaian tingkat kenyamanan termal ruang luar berdasarkan aspek
Gambar 4.1 Hubungan antar variabel penelitian Gambar 4.2 Bagan alir Penelitian Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Gambar 5.2 Boxplot karakteristik subjek untuk penelitian pada café Gambar 5.3 Boxplot karakteristik subjek untuk penelitian pada taman kota Gambar 5.4 Boxplot karakteristik subjek untuk penelitian pada jalur pedestrian Gambar 5.4 Hubungan sensasi termal yang dirasakan responden terhadap suhu
operatif ruang luar untuk semua aktifitas di café Gambar 5.5 Hubungan sensasi termal rata yang dirasakan responden terhadap suhu
operatif ruang luar untuk semua aktifitas di café Gambar 5.6 Hubungan sensasi termal yang dirasakan responden terhadap suhu
operatif ruang luar untuk semua aktifitas yaitu di café, taman kota, dan untuk pedestrian
Gambar 5.7 Preferensi termal responden berdasarkan suhu operatif ruang luar untuk semua aktifitas yaitu di café, taman kota, dan untuk pedestrian
Gambar 5.8 Penerimaan terhadap kondisi termal responden terhadap kondisi lingkungan untuk responden pria, wanita, dan keseluruhan
Gambar 5.8 Preferensi termal responden terhadap sensasi termal yang dirasakan Gambar 5.9 Persentase respon rasa nyaman yang dirasakan responden terhadap
sensasi termal pada kondisi termal lingkungan penelitian Gambar 5.10 Respon sensasi termal berdasarkan indeks temperatur WBGT Gambar 5.10 Respon sensasi termal berdasarkan inteks temperatur SET_OUT Gambar 5.11 Respon sensasi termal berdasarkan inteks temperatur UTCI Gambar 5.12 Respon sensasi termal berdasarkan inteks temperatur UTCI Gambar 5.13 Pengkategorian respon termal terhadap parameter UTCI Gambar 5.13 Respon sensasi termal berdasarkan inteks temperatur UTCI
11 15 18 20 23 24 25
27
28
28
29
30
30
33 34 36 37 37 38 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrument Penelitian 45
Lampiran 2 Personel Peneltian dan Kualifikasinya 47
Lampiran 3 Artikel Ilmiah 48
Lampiran 4 Foto Aktifitas Peneliian 54
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena pemanasan global akibat perubahan iklim semakin terasa dalam beberapa
tahun terakhir ditandai dengan meningkatnya suhu udara di berbagai belahan bumi.
Ada bukti kuat bahwa iklim global sedang memanas dan kemungkinan terjadi lebih
cepat daripada yang dilaporkan secara umum (Brysse et al., 2013). Saat ini banyak
kota yang mengalami pulau panas perkotaan (UHI: urban heat island) secara intensif
(Jim, 2015). Kondisi yang terlalu panas dapat berdampak serius terhadap kesehatan
dan kesejahteraan penduduk kota. Dampaknya semakin terasa di daerah perkotaan
sebagai akibat dari efek UHI dimana suhu udara di perkotaan beberapa derajat lebih
tinggi dari pada daerah pedesaan. Suhu udara yang tinggi sangat mempengaruhi
kenyamanan termal dan kesehatan masyarakat, terutama di daerah perkotaan.
Ruang terbuka penting bagi kota-kota yang lestari karena mereka mengakomodasi
lalu lintas pejalan kaki setiap hari dan berbagai aktivitas di luar ruangan dan
berkontribusi besar terhadap kehidupan dan vitalitas kota. Mendorong lebih banyak
orang di jalanan dan di luar ruangan akan menguntungkan kota-kota dari berbagai
perspektif, termasuk aspek fisik, lingkungan, ekonomi, dan sosial. Diantara banyak
faktor yang menentukan kualitas ruang terbuka, iklim mikro di luar ruangan
merupakan isu penting. Orang-orang yang melakukan aktivitas di luar ruangan,
seperti pejalan kaki dan aktivitas rekreasi di taman, langsung ter- kena lingkungan
terdekat mereka dalam hal variasi sinar matahari dan bayangan, perubahan kecepatan
angin, dan karakteristik lainnya. Dengan demikian, sensasi kenyamanan termal orang
sangat dipengaruhi oleh iklim mikro lokal.
Selama dekade terakhir, minat dalam penilaian kenyamanan termal meningkat
karena perubahan iklim dan meningkatnya tekanan panas di kota-kota. Tapi ada
sejumlah penelitian yang relatif kecil mengenai kenyamanan termal untuk
2
lingkungan luar Spagnolo and de Dear (2003) Givoni et al. (2003) Nikolopoulou and
Lykoudis (2006). Di sisi lain, banyak penelitian telah dilakukan pada kenyamanan
termal terutama untuk lingkungan dalam ruangan. Perhatian penelitian yang
meningkat baru-baru ini mengenai kenyamanan termal di lingkungan luar ruangan
disebabkan oleh tingginya tingkat risiko terkait kesehatan yang disebabkan oleh
perubahan iklim dan kenaikan suhu global (Johansson et al., 2014). Beberapa
penelitian menyelidiki korelasi antara kenyamanan termal dan hunian di ruang
terbuka (Li et al., 2016; Mazhar et al., 2015; Onjo, 2009; Nikolopoulou and
Lykoudis, 2006), kebanyakan dari mereka telah mengidentifikasi bahwa ada korelasi
kuat. Sejak awal milenium baru, kenyamanan termal outdoor mendapat perhatian
besar.
Berbagai aspek kenyamanan termal outdoor telah banyak dilakukan penelitian dalam
dekade ini, termasuk untuk daerah tropis. Namun, penelitian tentang kondisi
kenyamanan outdoor di Indonesia masing-masing sangat terbatas. Penelitian yang
berfokus pada kenya- manan termal outdoor untuk Indonesia yang dipublikasikan di
publikasi internasional ha- nya dilakukan oleh Sangkertadi and Syafriny (2014) yang
merumuskan kondisi kenyamanan hingga sedang dalam kegiatan outdoor di kota
Manado. Indonesia memiliki variasi iklim yang cukup beragam dimana masing-
masing daerah memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, lebih banyak
penelitian mengenai tanggapan spesifik terhadap iklim lokal diperlukan standar built-
up yang sesuai untuk parameter desain arsitektural terutama untuk ruang lingkungan
luar ruangan. Parameter desain yang tepat menghasilkan fasilitas perkotaan yang
lebih baik dan mendorong warga untuk melakukan lebih banyak aktivitas di luar
ruangan. Selain itu, merevitalisasi ruang terbuka akan menyebabkan penghematan
energi di dalam bangunan. Karena orang menghabiskan lebih banyak waktu di ruang
terbuka, penggunaan AC dan peralatan elektronik lainnya akan berkurang.
Penelitian ini memberikan penilaian komparatif yang memperhitungkan dampak
beberapa parameter pada iklim mikro perkotaan untuk memungkinkan evaluasi
pengaruh relatif setiap fasilitas untuk kegiatan ruang terbuka tertentu. Ruang terbuka
3
merupakan konstituen penting lingkungan perkotaan, fungsi dan aktivitas hosting
yang penting untuk karakter kota dan kualitas kehidupan yang dapat diberikan
kepada penghuninya. Penelitian ini menyajikan studi komparatif yang melihat
berbagai aktivitas di luar ruangan untuk merespon kondisi lingkungan terhadap
parameter kenyamanan termal manusia untuk ruang terbuka.
Selain parameter lingkungan, faktor personal juga dipertimbangkan dalam penelitian
ini. Karena kenyamanan termal merupakan respons subyektif dari manusia terhadap
ling- kungan eksposur, respons psikologis juga diperhitungkan. Penelitian ini akan
menentukan kondisi kenyamanan optimal dengan indeks kenyamanan netral sebagai
acuan dalam menentukan tingkat kenyamanan termal untuk berbagai aktivitas di luar
ruangan.
1.2 Permasalahan Penelitian
Desain arsitektur tidak hanya berkaiatan dengan bangunan, tapi juga pada bagian luar
ba- ngunan. Seperti halnya kenyamanan termal untuk indoor, kenyamanan termal
ruang luar juga merupakan salah satu parameter dalam disain sehingga fasilitas
outdoor berfungsi dengan baik. Indonesia tidak memiliki standar untuk kenyamanan
termal ruang luar. Penelitian yang difokuskan pada kenyamanan termal outdoor di
Indonesia sebagai daerah tropis lembab dimana kajian tentang hal tersebut masih
sangat terbatas. Karena Indonesia memiliki variasi iklim, lebih banyak penelitian
diperlukan dalam perumusan standar karena masing masing daerah memiliki
karakteristik yang berbeda. Penelitian ini mengevaluasi kenyamanan termal pada tiga
jenis aktifitas outdoor untuk iklim panas-lembab di Banda Aceh.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kenyamanan Termal
Kenyamanan termal didefinisikan sebagai kondisi pikiran yang mengekspresikan
kepuas- an terhadap lingkungan termal dan dinilai dengan evaluasi subjektif
(ASHRAE Standard 55, 2010). Neutralitas termal dapat dipertahankan ketika panas
yang dihasilkan oleh me- tabolisme dapat didilanfkan ke lingkungan seitarnya untuk
menjaga keseimbangan termal tubuh. Faktor utama yang mempengaruhi
kenyamanan termal adalah apa yang menyebabkan terjadinya perolehan panas (heat
gain) dan kehilangan panas (heat loss) dari dan ke tubuh manusia. Faktor-faktor
tersebut meliputi tingkat metabolisme, insulasi pakaian, suhu udara, suhu rata-rata
radiasi, kecepatan udara dan kelembaban relatif. Parameter psikologis seperti
keinginan individu (individual preference) juga mempengaruhi kenyamanan termal
(DeDear and Brager, 1998).
2.2 Faktor-faktor Kenyaman Termal
Indikator kenyamanan termal yang paling umum digunakan adalah suhu udara
karena mudah digunakan dan kebanyakan orang dapat memahami dengan baik. Suhu
udara adalah faktor lingkungan yang dominan, karena menentukan pelepasan panas
secara konvektif. Gerakan udara mempercepat proses perpindahan panas secara
konveksi, dan juga mempengaruhi koefisien perpindahan panas permukaan kulit dan
pakaian (mengurangi resistansi permukaan), serta meningkatkan penguapan dari
kulit, sehingga menghasilkan efek pendinginan fisiologis. Namun, suhu udara saja
tidak dapat menjadi indikator kenyamanan termal yang valid atau akurat. Proses
perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan juga dipengaruhi oleh faktor fisik
lingkungan lainnya seperti kelembaban udara dan pergerakan udara.
Enam faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal berkaitan dengan faktor ling-
kungan dan faktor individu. Faktor-faktor ini mungkin independen satu sama lain,
namun bersama-sama berkontribusi pada kenyamanan termal manusia. Variabel
5
yang mempengaruhi pelepasan panas dari tubuh (dan berkaitan juga dengan
kenyamanan termal) dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: faktor
lingkungan, personal, dan faktor yang berkontribusi lainnya, seperti ditunjukkan
pada Tabel 2.1.
2.3 Kenyaman Termal Ruang Luar
Iklim mikro kota tidak hanya bergantung pada lokasi geografis dan iklim lokalnya,
namun juga merupakan aktivitas aktivitas manusia yang memodifikasi lingkungan
binaan. Pengaruh parameter desain perkotaan terhadap mikro-iklim ruang terbuka
telah dipelajari di banyak konteks perkotaan dan iklim. Namun, dalam kebanyakan
penelitian, efek parameter individual dibahas secara terpisah, namun tidak memiliki
dasar komparatif untuk menilai kepentingan relatif mereka sebagai pilihan
perancangan yang mungkin untuk aktivitas spesifik di ruang perkotaan tertentu. Fitur
geometris jalan raya, taman kota, ruang rekreasi seperti rasio aspek, orientasi, bukaan
dan kanopi, telah diperiksa berdasarkan efeknya terhadap kenyamanan, fluks energi
dan medan angin di lingkungan perkotaan (Ali-Toudert and Mayer, 2007; Andrade
and Alcoforado, 2008; Chen and Ng, 2012; Sharmin et al., 2015).
Berbagai ruang outdoor atau semi-outdoor, termasuk taman kota, lapangan, jalan
pejalan kaki, daerah pemukiman, stadion olahraga, dan lain-lain, memberi tempat
bagi warga untuk berolahraga dan bersosialisasi. Selain itu, karena kegiatan rekreasi
dengan nilai komersial banyak dilakukan di luar rumah (Spagnolo, 2003), kualitas
ruang-ruang ini secara langsung mempengaruhi daya tampung dan vitalitas suatu
kota. Selain itu, merevitalisasi ruang terbuka akan menyebabkan penghematan energi
di dalam bangunan. Karena orang menghabiskan lebih banyak waktu di ruang
terbuka, penggunaan AC dan peralatan elektronik lainnya akan berkurang. Di antara
banyak faktor yang mempengaruhi kualitas ruang luar, iklim mikro di luar ruangan
atau kenyamanan termal di luar ruangan penting (Chen and Ng, 2012).
Kenyamanan termal adalah ukuran subjektif respons psikologis masyarakat terhadap
keseimbangan panas tubuh manusia dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Efek
6
dari lingkungan termal pada orang yang berbeda dapat sangat bervariasi dan ini
membuat penilaian kenyamanan termal banyak pengguna menjadi masalah yang
kompleks. Di lingkungan luar, variabel kunci yang mempengaruhi kenyamanan
termal adalah suhu udara, kecepatan udara, kelembaban relatif dan suhu berseri
(Johansson et al., 2014; Jendritzky et al., 2012). Tingkat kenyamanan seseorang di
lingkungan luar ruangan dapat bergantung pada banyak faktor, termasuk tingkat
kebisingan, kualitas udara, tenaga angin mekanis dan keseimbangan termal dengan
lingkungan sekitar. Prinsip ini dibagi oleh ruang indoor dan outdoor, namun di
lingkungan eksternal mereka mengalami perubahan relasional yang lebih ekstrem,
kompleks dan tidak teratur yang bervariasi sesuai dengan wilayah geografis dan tipe
iklim, serta ka- rakteristik fisik lokal. Tantangan lebih lanjut untuk menilai tingkat
kenyamanan termal di ruang eksternal mencakup variasi persepsi dan preferensi
individu yang tinggi untuk suhu di luar ruangan yang menghasilkan tingkat
kenyamanan penghiburan panas yang lebih besar. Preferensi ini juga dipengaruhi
oleh wilayah geografis dan aklimatisasi pengguna terhadap kondisi tertentu (Givoni
et al., 2003; Johansson et al., 2014; Jendritzky et al., 2012).
Baik perubahan iklim global dan pulau panas perkotaan sering dianggap hanya
dalam hal suhu udara, namun parameter lainnya juga harus dipertimbangkan dalam
hal pengaruh termal pada tubuh manusia (Vanos et al., 2010, 2012). Ada tujuh
parameter yang mempenga- ruhi anggaran energi seseorang di lingkungan luar: (1)
suhu udara, (2) kelembaban udara, (3) angin, (4) radiasi matahari, (5) radiasi
terestrial, (6) metabolisme Panas, dan (7) insulasi pakaian (Szokolay, 2004). Lima
parameter pertama dipengaruhi oleh lingkungan perkotaan sedangkan dua yang
terakhir berhubungan dengan faktor pribadi. Radiasi matahari dan terestrial dan
angin sangat dipengaruhi oleh lansekap pada skala lokal (iklim mikro). Suhu udara
dan kelembaban diketahui konservatif pada skala mikro-iklim.
7
2.4 Indeks Kenyamanan Termal Ruang Luar
Model kenyamanan termal yang paling umum digunakan dikembangkan oleh Fanger
(1970). Menggunakan sifat perpindahan panas yang mendasar untuk menghitung
keseimbangan termal keseimbangan antara manusia dan lingkungannya berdasarkan
kondisi lingkungan, jenis cakupan pakaian, dan aktivitas individu. Persamaan
keseimbangan panas ini telah digunakan dalam kombinasi dengan hasil empiris
untuk menghasilkan indeks sensasi termal yang dikenal dengan Predicted Mean Vote
(PMV). Metode ini telah diadopsi oleh American Society of Heating, Refrigeration
and Air-conditioning Engineers (ASHRAE Standard 55, 2010) sebagai metode
standar untuk memprediksi komune termal di lingkung- an dalam ruangan. Model
termal manusia yang lebih kompleks dikembangkan oleh Stolwijk (1971) yang
membagi tubuh manusia dalam beberapa segmen yang dikenal sebagai model termal
manusia 25-node. Model Stolwijk disederhanakan oleh Gagge et al. (1971, 1986)
yang dikenal sebagai model 2-node. Model ini mensimulasikan respon fisiologis
model manusia terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Skala yang berbeda untuk kenyamanan termal dan tekanan panas untuk lingkungan
luar telah terbentuk dalam bentuk hubungan numerik atau grafik. Di antara skala ini,
indeks suhu-kelembaban (THI) dan indeks suhu bola lampu basah (WBGT)
digunakan untuk tekanan panas sejak lama. Baru-baru ini, suhu efektif fisiologis
(PET) dan indeks iklim termal universal (UTCI) digunakan untuk kenyamanan
termal dan tekanan panas juga; Keduanya berada dalam skala suhu. PET adalah
indeks termal yang memberikan perkiraan sensasi termal dan tingkat stres panas
yang sesuai (Deb and Ramachandraiah, 2010; Abdel-Ghany et al., 2013). PET
didasarkan pada model keseimbangan Energi Munich untuk Individu (MEMI), dan
model dua simpul; Tidak terkendala dengan pendekatan steady-state, PET berlaku
untuk studi lingkungan indoor dan outdoor. Beberapa keuntungan menggunakan PET
seperti dilansir meliputi: (i) indeks universal, terlepas dari pakaian (nilai clo) dan
aktivitas metabolik (nilai gabungan), (ii) memberikan efek nyata dari sensasi iklim
oleh manusia. Makhluk, (iii) diukur dalam C sehingga mudah dihubungkan dengan
8
pengalaman umum, dan (iv) berguna di iklim panas dan dingin sehingga dapat
diaplikasikan dengan baik di lingkungan yang gersang (suhu tinggi dan kelembaban
relatif rendah).
Tabel 2.1 Indeks-indek kenyamanan yang umum digunakan untuk mengevaluasi tingkat kenyamanan termal ruang luar (Walls et al., 2015).
Ada banyak indeks yang digunakan untuk mengevaluasi kenyamanan termal
manusia untuk aktivitas di luar ruangan. Walls et al. (2015) merangkum indeks
kenyamanan termal umum yang digunakan untuk kondisi lingkungan luar seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.1. Salah satu indeks kenyamanan termal yang paling
9
banyak digunakan, Predicted Mean Vote (PMV) menghitung respons termal rata-rata
kelompok besar orang (Fanger, 1970; Chen and Ng, 2012).
Persamaan ini menggunakan perpindahan panas untuk menghitung keseimbangan
termal keseimbangan antara seseorang dan sekitarnya berdasarkan variabel
meteorologi (suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan suhu rata-rata)
serta tingkat isolasi dan aktivitas pakaian. Meskipun dikembangkan sebagai ukuran
kenyamanan termal dalam ruangan, PMV telah sering diterapkan pada penelitian di
luar ruangan (Chen and Ng, 2012). Pengukuran PMV dikelompokkan menjadi 7
kategori kenyamanan mulai dari dingin (PMV = -3) sampai panas (PMV = 3).
Memprediksi kenyamanan termal di lingkungan luar harus mempertimbangkan suhu
yang lebih ekstrem, kelembaban, dan paparan sinar matahari. Gagge et al. (1986)
menyesuaikan model PMV untuk memasukkan efek kelembaban ekstrim dengan
memasukkan suhu efektif standar ASHRAE (SET *) dalam neraca panas.
Indeks Sensasi Termal (TSI) menentukan ukuran antara 0 dan 7, dengan 4 sebagai
kondisi yang paling nyaman (Givoni et al., 2003). TSI dikembangkan dari penelitian
di Jepang melalui pengujian formal subyek yang diposisikan di lingkungan luar
ruangan selama periode waktu tertentu. Subjek diminta untuk melengkapi kuesioner
sensasi termal yang menunjukkan ketidaknyamanan, kondisi netral dan
menyenangkan. Percobaan ini dilakukan di bawah berbagai kondisi angin dan
matahari untuk mengukur pengalaman variabel iklim luar ruangan sehubungan
dengan pengalaman subjek.
Pada tahun 2000, Universal Thermal Climate Index (UTCI) dikembangkan oleh se-
buah komisi yang dibentuk oleh International Society of Biometeorology. Tujuan
utamanya adalah untuk menciptakan sebuah indeks yang akurat di semua iklim,
musim dan skala, dan tidak tergantung pada karakteristik pribadi seperti usia, jenis
kelamin, aktivitas spesifik dan pakaian (Jendritzky et al., 2012). UTCI didefinisikan
sebagai suhu udara dalam kondisi referensi (50 % kelembaban, masih udara dan
10
naungan penuh) yang menyebabkan respons fisiologis yang sama dengan kondisi
pengamatan yang sebenarnya.
2.5 Asesmen Kenyamanan Termal Ruang Luang
Dalam batasan studi kenyamanan termal empiris dan model yang secara langsung
relevan dengan situasi di luar ruangan, telah ada asumsi bahwa teori kenyamanan
termal konvensional yang dikembangkan untuk aplikasi dalam ruangan dapat
digeneralisasi untuk pengaturan luar ruangan. Jumlah studi kenyamanan termal
dalam ruangan jauh melampaui berat yang dilakukan di luar ruang, dan penelitian
luar yang ada biasanya didasarkan pada asumsi bahwa standar kenyamanan dalam
ruangan berlaku di luar ruangan.
Ruang terbuka penting dalam mempromosikan kualitas hidup di kota. Namun,
kenyamanan termal outdoor di lingkungan perkotaan adalah masalah yang kompleks
dengan banyak lapisan perhatian. Rangsangan lingkungan (yaitu, kondisi
mikrolimatis lokal) ada- lah faktor terpenting dalam mempengaruhi sensasi panas
dan penilaian kenyamanan orang. Penilaian ini bersifat dinamis dan subjektif:
dinamis dalam arti bahwa adaptasi terhadap kondisi panas ambien bersifat progresif,
dan sensasi termal terutama dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya, dan subjektif
dalam arti bahwa evaluasi kondisi kenyamanan termal tidak Selalu konsisten dengan
iklim objektif atau kondisi biometeorologi. Selain aspek iklim kenyamanan termal,
berbagai faktor fisik dan sosial yang mempengaruhi persepsi ruang kota ikut bermain
saat orang berada di luar rumah. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan untuk
penilaian kenyamanan termal termasuk aspek perilaku sebagai kerangka umum yang
diusulkan oleh Chen and Ng (2012) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
11
Gambar 2.1 Kerangka umum penilaian tingkat kenyamanan termal ruang luar berdasarkan aspek (Chen and Ng, 2012)
12
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kenyamanan termal untuk tiga
jenis aktivitas outdoor yang berbeda, yaitu pejalan kaki, rekreasi di taman kota, dan
aktifitas di kafe outdoor. Tujuan utama dari penelitian ini adalah:
a) Untuk menyelidiki persepsi kenyamanan termal dan preferensi termal orang-
orang di ruang outdoor untuk berbagai aktivitas di Banda Aceh, dan
dibandingkan hasilnya dengan penelitian sebelumnya di negara lain baik
untuk ruang indoor maupun outdoor. �
b) Untuk menyelidiki suhu netral untuk kenyamanan termal di luar ruangan
berdasarkan respons sensasi termal manusia selama berada di ruang terbuka.
3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan kenyamanan termal, baik di dalam maupun di luar
rumah, masih sangat terbatas di Indonesia. Ada sejumlah publikasi terbatas yang
berkaitan dengan kenyamanan termal outdoor yang berbasis di Indonesia sebagai
objek penelitian. Kenyamanan termal sangat terkait dengan konteks lokal, sehingga
standar kenyamanan termal ke suatu negara belum tentu tepat diterapkan di negara
lain. Indonesia mengacu pada ASHRAE (standar berbasis Amerika) untuk
menentukan kenyamanan termal. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan karakteristik
Indonesia, baik dari sisi manusia, budaya dan iklim. Oleh karena itu, lebih banyak
penelitian mengenai tanggapan spesifik terhadap iklim lokal diperlukan standar built-
up yang sesuai untuk parameter desain arsitektural terutama untuk ruang ling-
kungan luar ruangan.
Parameter desain yang tepat menghasilkan fasilitas perkotaan yang lebih baik dan
mendorong warga untuk melakukan lebih banyak aktivitas di luar ruangan. Selain
itu, merevitalisasi ruang terbuka akan menyebabkan penghematan energi di dalam
13
bangunan. Karena orang menghabiskan lebih banyak waktu di ruang terbuka,
penggunaan AC dan peralatan elektronik lainnya akan berkurang.
14
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Area Studi
Studi lapangan akan dilakukan pada tiga jenis kegiatan luar ruang (outdoor)
yang berbeda di Banda Aceh. Tiga jenis kegiatan tersebut aktifitas pengunjung café
terbuka, aktifitas di taman kota, dan aktifitas pejalan kaki. Survei lapangan masih
dalam tahap pelaksanaan dari bulan Juni dan akan diselesaikan sampai bulan
September 2017.
Hari pelaksanaan penelitian dipilih mewakili hari-hari panas sebagai kondisi
yang paling tidah menguntungkan ditinjau dari segi kenyamanan. Setiap area studi
dipilih untuk mewakili kondisi, fungsi dan lokasi yang berbeda di Kota Banda Aceh
untuk merepresentasikan aktifitas masyarakat. Dengan demikian, data yang diperoleh
dari survei tersebut dapat mewakili kondisi lingkungan termal yang dapat dialami
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk kegiatan di kota Banda Aceh.
4.2 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang menjadi parameter dalam penelitian ini adalah seperti
dirangkum dalam Diagram pada Gambar 4.1.
15
Gambar 4.1 Hubungan antar variabel penelitian
4.3 Subyek dan Peralatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan orang sebagai subyek yaitu pengunjung objek lokasi
yang ditentukan, yaitu cafe, taman kota, dan untuk pejalan kaki untuk mendapatkan
Intervening Variables Independent Variables
• Karakteristik Lingkungan Outdoor:
Data Klimatologi, Suhu rata-rata
bulanan
• Personal Factors o Aklimatisasi o Sex o Etnic o Thermal experience background o Age o Health o Body Characteristics
• Iklim o Perubahan cuaca. o Kondisi Lingkungan Sekitar o Iklim Mikro
• Karakteristik Lingkungan Indoor o Suhu Udara (Ta) o Suhu Radiasi (Tr) o Kecepatan Angin (v) o Kelembaban Udara (RH)
• Karakteristik Personal o Faktor Pakaian (clo) o Aktivitas (met)
Kenyamanan Termal Outdoor Dependent Variable
Persepsi Thermal
• Thermal Neutrality • Thermal Preference • Thermal Acceptabilty
Indeks Kenyamanan Termal
16
respon/persepsi mereka terhadap kondisi suhu lingkungan baik secara fisiologi
(thermophysiological responses) maupun secara psikologi (subjective responses).
Peralatan utama dalam penelitian ini adalah instrument pengukur suhu dan parameter
lingkungan lainnya yaitu dengan menggunakan WBGT meter yang digunakan untuk
mengukur parameter-parameter lingkungan berupa suhu udara, suhu radiasi, dan
kelembaban udara dalam ruang yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal
penguna bangunan. Peralatan lainnya adalah thermorecorder untuk mengukur suhu
dan kelembaban dalam dan luar ruangan, anemometer untuk mengukur kecepatan
angin, Infared Camera mengukur dan memvisualisai suhu tubuh responden. Daftar
instrumen beserta spesifikasi dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Tipe dan spesifikasi instrumen penelitian
Peralatan Type Parameter Range Pengukuran HS-WBGT Meter Tenmars 188D Air Temperature
Globe Temperature Humidity
0 °C ~ 50 °C 0 °C ~ 80 °C 1% ~ 99%
Anemometer Kanomax Model-6113 Air movement 0 ~ 20 m/s Infrared Thermal Camera
NEC InfRec R300 Surface Temperature -50 °C ~ 200 °C
4.4 Prosedur Penelitian
Pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah dengan metode survey melalui
kuesioner terhadap persepsi termal pengguna objek terhadap suhu yang sedang
dirasakan, dan pada saat yang bersamaan juga diukur parameter-parameter
lingkungan sebagai acuan terhadap rspon yang dirasakan. Secara lengkap, langkah-
langkah penelitian dapat dilihat pada bagan alir penelitian seperti tiperlihatkan pada
Gambar 4.2.
Suhu udara, suhu radiasi, kecepatan angin, dan kelembaban diukur pada setiap lokasi
penelitian dengan menggunakan instrumen-instrumen seperti yang dicantumkan
17
Tabel 4.1. Hasil pengukuran terbesut merupakan parameter-parameter lingkungan
yang berpengaruh langsung terhadap kenyamanan termal. Parameter psikologis
berupa respons subjektif terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut di atas diamati
dengan menggunakan kuesioner. Responden mengevaluasi persepsi masing-masing
terhadap lingkungan termal disekitar mereka dengan mengisi kuesioner. Data
subyektif respon pengguna dikumpulkan berdasarkan jawaban responden dengan
mengisi kuesioner. Kusesioner dibuat dengan sederhana sehingga dapat diisi oleh
responden dalam waktu yang singkat yaitu sekitar 5 menit. Daftar pertanyaan dalam
bentuk format kuesioner antara lain terhadap kondisi termal yang mereka rasakan
saat mengisi kuesioner sensasi termal (TSV) dengan menjawab (-3: dingin, -2: sejuk,
-1: agak sejuk, 0: netral, +1: agak hangat, +2: hangat, +3: panas).
Respon tubuh secara fisiologi terhadap lingkungan termal diperoleh dengan
mengukur suhu tubuh responden menggunakan kamera termal dengan mengukur
suhu permukaan tubuh bagian muka dan telapak tangan. Disamping varibel
lingkungan dan respon terhadap lingkungan, faktor personal juga didata dengan
meminta informasi personal responden terkait denga postur tubuh, kondisi kesehatan,
informasi pakaian yang dikenakan dan kegiatan yang dilakukan. Data ini merupakan
bagian dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal pada
manusia.
18
Gambar 4.2 Bagan alir Penelitian
MULAI
Studi Literatur
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data dengan metode Survey
Responden: Pengunjung Cafe dan Taman
Kota, Pejalan Kaki
Var. Lingkungan Mikro 1. Temperatur Udara (C)2. Temperatur Radiasi (C)3. Kecepatan Udara (m/
det)4. Kelembaban Udara (%)
Instrument 1. Heat Stress WBGT-
Meter2. Anemometer3. Thermo-Recorder
Personal Parameter 1. Pakaian (clo)2. Aktifitas3. Postur Tubuh
Respon secara psikologi 1. Thermal Sensation vote 2. Thermal Preference3. Thermal Acceptability4. Thermal Comfort5. Thermal Discomfort
Instrument KUESIONER
Respon secara fisologi 1. Suhu wajah2. suhu telapak tangan3. suhu pakaian
Instrument Thermal Radiation Camera
ANALISIS 1. Neutral Temperature2. Acceptable Temperature3. Perbandingan Model
Termal Indeks
KESIMPULAN
SELESAI
�1
19
BAB 5. HASIL LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Gambaran Objek dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tiga aktifitas luar ruang pada bebrapa lokasi seperti yang
direncanakan yaitu aktifitas pada café, aktifitas pada tamnan kota dan aktfitas untuk
jalur pedestrian. Penelitian pada objek penelitian yang berfungsi sebagai café yang
dilakukan pada beberapa lokasi, yaitu Kantin Fakultas Teknik Darussalam, café
Hana di Darussalam, café Rawasakti Jeulingke, dan café Ringroad Batoh. Survey
pada lokasi café dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2017. Survey dilakukan
hanya pada kondisi cuaci yang cerah untuk mendapatkan data dalam kondisi panas
yang umum berlaku untuk daerah tropis. Data lokasi dan waktu survey untuk objek
studi café dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Lokasi, waktu dan responden penelitian pada cafe
No. Lokasi Tanggal Subjek Penelitian Pria Wanita Total
1 Lokasi 1: Kantin FT 18-Mar-2017 48 31 79 2 Lokasi 2: Café
Rawasakti 19-Apr-2017 50 19 69
3 Lokasi 3: Café Ringraod
20-Apr-2017 25 8 33
4 Lokasi 4: Café Hana01 21-Apr-2017 26 83 109 5 Lokasi 4: Café Hana02 20-May-2017 20 98 118 6 Lokasi 4: Café Hana03 21-May-2017 20 89 109 7 Lokasi 4: Café Hana04 20-Aug-2017 15 87 102 8 Lokasi 4: Café Hana05 21-Aug-2017 14 97 111
Jumlah Responden 218 512 730
Penelitian pada taman kota dilakukan pada dua lokasi, yaitu Taman Hutan Kota BNI
Tibang dan Taman Sari Banda Aceh. Waktu dan jumlah responden dapat dilihat pada
Tabel 5.2. Sementara untuk jalur pedestrian dilakukan dengan metode metode
simulasi ekperimen longitudinal dimana subjek dipilih dan diminta untuk berperan
sebagai pejalan kaki pada lokasi yang dipilih, yaitu Taman Gelanggang Mahasiswa
20
Unsyiah, Koridor Fakultas Teknik Unsyiah dan jalur akses luar di belakang Fakultas
Teknik Unsyiah (Tabel 5.3).
Gambar 5.1 Lokasi Penelitian
Tabel 5.2 Lokasi, waktu dan responden penelitian pada taman kota
No. Lokasi Tanggal Subjek Penelitian
Pria Wanita Total
1 Hutan Kota BNI-1 10 September 2017 23 81 104 2 Hutan Kota BNI-2 16 September 2017 13 50 63 3 Hutan Kota BNI-3 17 September 2017 2 14 24 4 Tamansari-1 24 September 2017 5 6 11 5 Tamansari-2 20 Oktober 2017 2 11 13 6 Tamansari-3 22 Oktober 2017 5 14 19
Jumlah Responden 50 176 226
Tiga lokasi untuk jalur pedestrian dipilih dengan karakteristik yang berbeda. Lokasi
taman Gelanggang Mahasiswa merupakan jalur pejalan kaki dengan dinaungi oleh
kanopi pohon yang rindang. Lokasi kedua dan ketiga dipilih pada gedung Fakultas
21
Teknik masing-masing koridor dalam bangunan pada lantai 1 dan jalur pejalan kaki
pada bangian luar. Lokasi masing-masing objek penelitian tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.1.
Tabel 5.3 Lokasi, waktu dan responden penelitian pada jalur pedestrian (metode longitudinal, menggunakan subjek yang sama untuk setiap hari penelitian).
No. Lokasi Tanggal Subjek Penelitian
Pria Wanita Total 1 Lokasi-1
(Taman Gelanggang Mahasiswa) 13 September
2017 5 5 10
2 Lokasi-2 (Koridor bagian dalam Gedung FT Unsyiah)
17 Oktober 2017
5 5 10
3 Lokasi 3: (Jalur pedestrian bagian belakang FT Unsyiah)
21 Oktober 2017
5 5 10
5.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek yang terlibat pada masing-masing penelitian pada berbagai
aktifitas diperlihatkan pada Tabel 5.4 dan pada Gambar 5.2, 5.3 dan 5.4 berupa
boxplot yang menggambarkan rentang umur, BMI (body mass index) dan ADU
(Dubois area/luas permukaan tubuh). BMI dan ADU merupakan representasi
karakteristik tubuh manusia berdasarkan berat dan tinggi tubuh. Jenis pakaian yang
dikenakan responden diukur dengan nilai clo-value, yaitu nilai resistensi pakaian
terhadap perpindahan panas dan massa berdasarkan estimasi jenis pakaian pada saat
pengisian kuesioner.
Tabel 5.4 Karakteristik faktor personal dari subjek (rata-rata ± standar deviasi)
Lokasi/Aktifitas Gender Umur BMI ADU CLO 1. Cafe Pria
Wanita 24.1 ± 9.1 20.0 ± 2.8
21.4 ± 2.9 20.9 ± 2.9
1.59 ± 0.25 1.48 ± 0.13
0.56 ± 0.13 0.67 ± 0.08
2. Taman Kota Pria Wanita
21.3 ± 4.0 20.3 ± 2.1
20.9 ± 2.9 20.9 ± 3.0
1.65 ± 0.15 1.54 ± 0.11
0.56 ± 0.13 0.57 ± 0.09
3. Pedestrian Pria Wanita
21.8 ± 0.4 21.6 ± 1.0
21.1 ± 4.8 24.3 ± 7.8
1.69 ± 0.17 1.56 ± 0.19
0.56 ± 0.00 0.66 ± 0.00
22
Jumlah responden untuk aktifitas pada cafe adalah 730 (512 responden pria dan 218
responden wanita) dan untuk taman kota adalah 266 (387 responden pria dan 100
responden wanita). Sementara untuk penelitian simulasi eksperimen untuk pedestrian
menggunakan 10 responden yang terdiri atas 5 pria dan 5 wanita. Disamping faktor
personal berupa postur tubuh, pakaian yang digunakan oleh responden juga
diidendifikasi melalui kuesioner yaitu dengan menentukan jenis pakaian. Nilai
pakaian dihitung dengan memprediksi nilai clo untuk masing masing pakaian yang
merepesentasikan tingkat resistensi dari pakaian dengan clo-value. Nilai clo untuk
masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Secara rata-rata, umur respond berkisar antara 20 – 25 tahun dengan rentang sebaran
yang berbeda berdasarkan lokasi dan aktifitas. Umur rata-rata pria pada cafe lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita, yaitu masing-masing 24.1 dan 21.0 tahum. Pada
Gambar 5.2 bagian kanan atas menunjukkan sebaran nilai pada boxplot diluar batas
kuartil atas yang secara statistika dapat dianggap sebagai pencilan. Namun demikian,
dalam analisis ini, data pencilan berdasarkan umur tetap digunakan karena evaluasi
yang dilakukan terhadap respon psikologi yang bersifat subyektif.
Postur tubuh (BMI) responden variatif untuk berbagai aktifitas namun tidak ada
perbedaan yang besar antara pria dan wanita. Pakaian yang digunakan responden
berbeda antara pria dan wanita. Wanita mempunyai nilai resistensi (clo) lebih besar
dari pria. Hal ini tidak terlepas dari tipikal pakaian wanita yang lebih banyak dan
menggunakan jilbab.
25
Gambar 5.4 Boxplot karakteristik subjek untuk penelitian pada jalur pedestrian.
5.3 Karakteristik Lingkungan Penelitian
Kondisi termal ruang merupakan parameter-parameter lingkungan yang
mempengaruhi tingkat kenyamanan pengguna outdoor. Parameter tersebut meliputi
temperatur udara (Ta, °C), temperatur radiasi (Tr, °C), kecepatan angin (v, m/s),
kelembaban udara (Rh, %) menjadi acuan sebagai suatu indeks dalam mengevaluasi
tingkat kenyamanan termal yaitu UTCI (Universal Thermal Climate Index).
26
Pengukuran variabel lingkungan termal ruang setiap kondisi dan lokasi penelitian
dilakukan bersamaan dengan responden melakukan pengisian kuisioner terkait
dengan responnya terhadap lingkungan termal. Gambar 5.4 menunjukkan rentang
cakupan parameter fisik lingkungan untuk masing-masing lokasi penelitian.
Tabel 5.4 Karakteristik parameter lingkungan penelitian
Lokasi/Aktifitas Suhu udara °C
Suhu radiasi °C
Kec. Angin m/det
Kelembaban %
1. Cafe Rerata±SD Maks Min
32.4 ± 1.6 36.4 27.4
34.0 ± 2.5 46.4 28.3
0.33 ± 0.12 1.06 0.13
64.1 ± 9.0 85.3 38.8
27.4 ~ 36.4 (°C) 38.3 ~ 46.4 (°C) 0.13~1.06 (m/s) 38.8 ~ 85.3 (%) 2. Taman Kota Rerata±SD
Maks Min
30.9 ± 1.0 33.3 27.4
34.9 ± 3.2 45.7 28.4
0.75 ± 0.53 2.16 0.06
68.3 ± 6.4 85.4 52.2
28.4 ~ 33.3 (°C) 28.4 ~ 45.7 (°C) 0.06~2.16 (m/s) 52.2~85.4 (%) 3. Pedestrian Rerata±SD
Maks Min
30.9 ± 2.5 37.2 27.3
32.4 ± 4.1 41.8 17.7
0.48 ± 0.38 2.32 0.02
69.2 ± 11.8 87.58 48.8
27.3 ~ 37.2 (°C) 27.7 ~ 41.8 (°C) 0.02 ~ 2.32 (m/s) 48.8~87.6 (%)
5.4 Respon Psikologis terhadap
5.4.1 Sensasi Termal
Respon terhadap kondisi lingkungan pada berbagai aktifitas ruang luar
diamati bersadarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden terhadap sensasi
termal yang dirasakan. Kondisi nyaman secara optimum dapat diasumsikan terjadi
ketika responden tidak merasa panas atau dingin. Respon terhadap kondisi termal
ruang outdoor yang dirasakan oleh keseluruhan pengunjung (responden) dapat
dibaca dari variabel sensasi termal dengan jawaban yang diberikan responden
terhadap pertanyaan “pilih kondisi termal yang menunjukkan apa yang anda rasakan
saat ini”.
27
Gambar 5.4 memperlihatkan hubungan antara sensasi termal yang dirasakan
oleh responden terhadap kondisi lingkungan disekitarnya untuk seluruh responden
pada café untuk pria dan wanita. Hasil regresi menunjukkan perbedaan kecil
berdasarkan jenis kelamin terhadap sensasi termal yang dirasakan. Namun regresi ini
menunjukkan besarnya penyimpangan data (r-square = 0.09 dan 0.11, masing-
masing untuk pria dan wanita).
Gambar 5.4 Hubungan sensasi termal yang dirasakan responden terhadap suhu operatif ruang luar untuk semua aktifitas di café.
Nilai r-square yang sangat kecil seperti ini lazim dijumpai pada penelitian lain yang
sejenis disebabkan nilai thermal sensation vote (TSV) merupakan nilai subjektif
berdasarkan perasaan responden. Pendekatan mean thermal sensation vote (MTSV)
atau sensasi termal rata-rata untuk menganalisis hubungan respon sensasi termal
terhadap lingkungan sudah umum digunakan dalam analisa sensasi termal dari
penelitian dengan metode survey lapangan (Lin, et al., 2009; Villadiego & Velay-
Dabat, 2014; Peng & Lin, 2014; Zhao, et al., 2016, Wang & Hu, 2016).). Gambar 5.5
merupakan hubungan antara respon sensasi termal rata-rata terhadap suhu operatif.
28
Sensasi termal dirata-ratakan dengan pengelompokan berdasarkan level suhu
operatif. Dengan nilai rata-rata ini pola hubungan variable menjadi terlihat lebih baik
dengan r-square mencapai 0.92. Metode analisis ini kemudian akan digunakan pada
setiap analisis hubungan berkaitan dengan respon terhadap kondisi termal, yaitu
sensai termal, preferensi termal, dan kenyamanan termal.
Gambar 5.5 Hubungan sensasi termal rata yang dirasakan responden terhadap suhu operatif ruang luar untuk semua aktifitas di café (r-sqaure = 0.92).
Gambar 5.6 Hubungan sensasi termal yang dirasakan responden terhadap suhu operatif ruang luar untuk semua aktifitas yaitu di café, taman kota, dan untuk pedestrian.
29
Hasil peneliitan ini memperlihatkan respon yang berbeda pada berbagai aktifitas.
Gambar 5.6 memperlihatkan hubungan antara sensasi termal yang dirasakan oleh
responden terhadap kondisi lingkungan disekitarnya pada masing-masing aktifitas
yang diteliti, yaitu pada café, taman kota, dan pedestrian.
5.4.2 Preferensi Termal
Kondisi termal yang diinginkan oleh pengguna (responden) dapat dibaca dari
variabel thermal preference dengan jawaban yang diberikan responden terhadap
pertanyaan “bagaimana kondisi termal ruang yang anda inginkan saat ini”. Terhadap
pertanyaan tersebut, responden diberi pilihan jawaban (1) lebih hangat (warmer), (0)
tidak berubah (no change), dan (-1) lebih sejuk (cooler). Jawaban “tidak berubah”
menunjukkan kepuasan pengguna ruangan terhadap kondisi lingkungan termal ruang
tersebut.
Gambar 5.7 Preferensi termal responden berdasarkan suhu operatif ruang luar untuk semua aktifitas yaitu di café, taman kota, dan untuk pedestrian.
Jika responden menjawab ingin “lebih hangat” atau “lebih sejuk”, hal ini
menunjukkan bahwa responden tidak puas dengan kondisi termal ruang. Parameter
30
ini dapat menjadi salah satu acuan terhadap tingkat kenyamanan secara subjektif
yang dirasakan pengguna. Seperti telah disebutkan bahwa kenyamanan termal
bersifat subyektif berdasarkan kepuasan pengguna terhadap kondisi termal ruang
pada saat tersebut.
Gambar 5.8 Preferensi termal responden terhadap sensasi termal yang dirasakan.
Gambar 5.7 mengindikasikan bahwa responden menginginkan kondisi lingkungan
yang lebih dingin pada semua suhu operatif dalam cakupan penelitian ini (28°C -
40°C). Kecenderungan ini terjadi pada semua kondisi dan aktifitas yang diteliti yaitu
untuk aktifitas cafe ruang luar, taman kota, dan pedestrian. Sebahagian besar
responden menginginkan kondisi lingkungan yang “lebih sejuk”. Kecenderungan ini
diperlihatkan lebih jelas oleh trenline hasil regresi yang seluruhnya berada di bawah
garis nol (tidak berubah). Hal ini mengindikasikan kecenderungan responden untuk
31
mendifinisikan nyaman sebagai kondisi sejuk. Kecendrungan ini diperkuat oleh
grafik hubungan antara thermal preference dan thermal sensation (Gambar 5.8).
Pada kondisi dimana sebagian besar responden memilih kondisi sensasi yang mereka
rasakan adalah netral (0), tetapi mereka memilih preferensi termal “ingin lebih
sejuk”.
Tingkat preferensi juga sedikit berbeda berdasarkan aktifitas. Dalam semua kondisi,
responden di taman kota mengiginkan kondisi lingkungan yang lebih sejuk,
meskipun sensasi termal yang meraka resakan dalam kondisi dingin. Hal ini dapat
terjadi disebabkan oleh kondisi ruang terbuka yang terekspos terhadap pergerakan
angin yang lebih cepat. Sebaliknya untuk pejalan kaki, preferensi termal kondidi
yang lebih dingin cenderung lebih kecil. Pada kondisi sensasi termal antara sejuk dan
agak sejuk, responden tidak menginginkan adanya perubahan kondisi termal
lingkungan, dan pada kondisi sejuk dan dingin cenderung ingin lebih hangat.
5.4.3 Penerimaan kondisi termal
Penerimaan kondisi termal merupakan parameter tingkat toleransi responden
terhadap kondisi termal. Sesuai dengan sistem regulasi tubuh terhadap termal, tubuh
manusia tidak dapat berfungsi pada suhu ekstrim yang terlalu panas atau terlalu
dingin. Manusia harus berada pada rentang suhu tertentu untuk berfungsi.
Penerimaan kondisi termal ini menggambarkan kondisi yang dapat diterima oleh
responden terhadap termal ruang.
Respon terhadap penerimaan terhadap kondisi termal ruang outdoor yang dirasakan
oleh pengunjung (responden) dapat dilihat dari jawaban yang diberikan responden
terhadap pertanyaan “bagaimana penerimaan anda terhadap kondisi termal saat ini “.
32
Gambar 5.8 Penerimaan terhadap kondisi termal responden terhadap kondisi lingkungan untuk responden pria, wanita, dan keseluruhan.
Gambar 5.9 menggambarkan perimaan terhadap kondisi termal berdasarkan sensasi
termal yang dirasakan oleh seluruh responden. Secara umum pola penerimaan
terhadap kondisi termal cenderung sama antara pria dan wanita dimana dengan
rentang kondisi termal yang terekam dalam penelitian ini, persentasi yang tidak dapat
menerima terkadap kondisi termal lebih banyak dibandingkan dengan yang dapat
menerima. Hal ini berlaku untuk pria dan wanita, walaupun persentase yang tidak
dapat menerima lebih banyak pada pria. Hal ini berkaitan erat dengan preferensi
termal yang diinginkan yaitu sebagian besar responden menginginkan kondisi yang
lebih dingin. Hasil ini menunjukkan kondisi termal yang nyaman ketika sensasi
termal yang mereka rasakan dalam kondisi agak sejuk dan kondisi sejuk.
5.4.4 Kenyamanan Termal
Respon terhadap kondisi termal ruang semi outdoor terhadap perasaan nyaman
secara termal yang mereka rasakan. Gambar 5.9 menunjukkan respon pengunjung
terhadap definisi termal, dimana respon nyaman menunjukkan (1) sangat
menyenangkan, (2) menyenangkan, (3) agak menyenangkan, (4) biasa saja, (5) agak
tidak menyenangkan, (6) tidak menyenangkan, (7) sangat tidak menyenangkan).
Berdasarkan pertanyaan tersebut, responden memberi jawaban “biasa saja”
0%
20%
40%
60%
80%
Pria Wanita Semua
Persentase
PenerimaanthdKondisiTermal
Dapatditerima
33
menunjukkan perasaan nyaman secara termal yang mereka rasakan terhadap kondisi
lingkungan termal tersebut.
Gambar 5.9 Persentase respon rasa nyaman yang dirasakan responden terhadap sensasi termal pada kondisi termal lingkungan penelitian.
5.5 Indeks Kenyamanan Termal
Kondisi nyaman termal secara optimum dapat diasumsikan terjadi ketika responden
tidak merasa panas atau dingin dimana responden memilih jawaban sensasi termal
yang dirasakan adalah netral (0). Dengan acuan dasar ini, dapat dievaluasi beberapa
indeks kenyamanan yang dapat digunakan sebagai indeks kenyamanan ruang luar.
Kenyamanan termal tidak hanya berkaitan dengan temperatur lingkungan, tetapi
merupakan kombinasi antara empat variabel lingkungan (suhu udara, suhu radiasi,
kecepatan angin, dan kelembaban) dan faktor personal (postur tubuh dan pakaian).
Wet Bulb Globe Temperature (WBGT), Outdoor Standard Effective Temperature
(SET_OUT), dan Universal Thermal Climate Index (UTCI) adalah beberapa indeks
34
yang sering dipergunakan untuk mengevaluasi kenyamanan termal ruang luar.
Indeks-indeks temperatur nyaman selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi
kondisi optimal pada setiap aktifitas ruang luar.
5.5.1 Wet Bulb Globe Temperature (WBGT)
Gambar 5.10 menampilkan respon sensasi termal masing-masing lokasi penelitian
terhadap indeks WBGT. Indeks WBGT merupakan kombinasi faktor-faktor
lingkungan yaitu suhu udara, suhu radiasi dan kelembaban untuk menentukan tingkat
penerimaan panas yang dirsakan tubuh manusia yaitu thermal stress indeks. Terdapat
pola kecenderungan yang berbeda pada berbagai aktifitas dimana pada lokasi semi-
outdoor (café) lebih sensitif terhadap perubahan temperatur, sementara untuk outdoor
(taman kota) dan pedestrian way, sensasi termal yang dirasakan kurang sensitif.
Untuk pedestrian, hubungan antara sensasi termal dan WBGT tidak menunjukkan
keterkaitan yang nyata diama pada semua rentang suhu pengujian sensasi termal
yang dirasakan oleh responden selalu berada pada sensasi agak hangat, atau di atas
garis netral.
Gambar 5.10 Respon sensasi termal berdasarkan indeks temperatur WBGT.
35
Nilai WBGT yang tidak berpengaruh nyata terhadap sensasi termal dapat disebabkan
oleh beberapa hal, terutama pada lokasi taman kota dan untuk pedestrian. WBGT
tidak memperhitungkan pengaruh dari pergerakan udara yang menerpa tubuh
responden, sehingga walaupun pada suhu yang relatif tinggi responden tetap tidak
menjawab “panas” sebagai sensasi termal. Pergerakan udara relatif lebih tinggi pada
taman kota dan pedestrian sebagai ruang outdoor. Sementara pada aktifitas
pedestrian, sensasi termal lebih dipengaruhi oleh kondisi metabolisme yang lebih
tinggi dibandingkan dengan aktifitas pada café yang bersifat sedentary. Secara
umum pada semua rentang suhu pengukuran, sensasi termal yang dirasakan oleh
responden berada di atas garis netral. Responden cendrung menjawab kondisi agak
hangat sampai panas, sehingga garis regresi selalu berada area agak hangat dan
hangat.
5.5.2 Standard Effective Tempertaure Outdoor (SET_OUT)
New Standar Efective Temperature (SET*) menggunakan prinsip keseimbangan
termal yang diterima oleh tubuh manusia menggunakan permodelan yang
dikembangkan oleh Gagge, dkk (1986). SET* meng-standardisasi kondisi
lingkungan terhadap kondisi nyaman dimana tidak terjadi perubahan regulasi tubuh
akibat perubahan temperatur. SET* untuk aplikasi ruang luar digunakan SET_OUT
dengan mengakomodasi pengaruh radiasi ruang luar/matahari sebagai variabel
perhitungan.
Dengan menggunakan data pengukuran lapangan terhadap kondisi lingkungan termal
pada lokasi penelitian dan data personal dari subjek yang terlibat dapam penelitian,
hubungan antara indeks SET_OUT dan sensasi termal hasil kuesioner diplot pada
Gambar 5.11. SET_OUT menunjukkan hubungan yang linear terhadap sensasi
termal yang lebih baik dari pada indeks WBGT. Faktor postur tubuh dari responden
sudah diperhitungkan dalam perhitungan SET_OUT ini. Kecenderungan indeks ini
masih mendekati pola yang sama pada aktifitas pedestrian dimana terjadi pergerakan
udara relatif lebih tinggi dan metabolesme juga lebih tinggi dari pada aktifitas lain
36
dan pedestrian berada pada ruang outdoor. Secara umum pada semua rentang suhu
pengukuran, sensasi termal yang dirasakan oleh responden berada di atas garis netral.
Responden cendrung menjawab kondisi agak hangat sampai panas, sehingga garis
regresi selalu berada area agak hangat dan hangat. Keterbatasan rentang suhu yang
dapat diperoleh dalam peneliian ini tidak dapat memberi gambaran secara
keseluruhan terhadap sensasi termal pada suhu yang lebih rendah dari 28°C.
Gambar 5.10 Respon sensasi termal berdasarkan inteks temperatur SET_OUT.
5.5.3 Universal Thermal Climate Index (UTCI)
UTCI secara luas telah digunakan untuk mengevaluasi tingkat kenyamanan termal
ruang luar untuk berbagai kondisi iklim. Seperti halnya SET* yang
memperhitungkan standar suhu berdasarkan keseimbangan termal tubuh manusia
(human themal model, HTM), UTCI juga dikembangkan berdasarkan HTM yang
dikembangkan oleh Fiala dkk. (1999, 2012). Gambar 5.11 memperlihatkan plot
respon berdasarkan sensasi termal rata-rata untuk setiap level nilai UTCI pada semua
aktifitas.
37
Gambar 5.11 Respon sensasi termal berdasarkan inteks temperatur UTCI.
Gambar 5.12 Respon sensasi termal berdasarkan inteks temperatur UTCI.
38
Gambar 5.13 Pengkategorian respon termal terhadap parameter UTCI yang dikembangkan oleh Bröde, dkk. (2009).
Respon terhadap sensasi termal berdasarkan UTCI untuk aktifitas café dan taman
kota yang ditunjukkan pada Gambar 5.12 dikategorikan dalam kondisi thermal stress
hasil prediksi nilai UTCI. Bröde, dkk. (2009) membagi zona termal seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 5.13 dengan rentang UTCI -40°C sampai +40°C. Zona
netral dapat diasumsikan pada kondisi tidak ada beban panas (no thermal stress)
berada pada suhu 9°C sampai 26°C. Berpedoman pada zonasi tersebut, seluruh hasil
penelitian ini menunjukkan nilai UTCI lebih besar dari 20°C, sehingga tidak
termasuk dalam zona no thermal stress atau kondisi netral.
5.6 Temperatur Netral
Seperti diperlihatkan pada Gambar 5.12, dengan melihat hubungan antara respon
sensasi termal oleh subjek pada café dan taman kota terhadap indek suhu UTCI,
kondisi netral pada kedua lokasi tersebut adalah pada suhu sekitar 28.3°C dan 30.4°C
pada masing-masing lokasi tersebut. Rentang suhu netral tersebut berada pada
kondisi panas sedang (moderate heat stress) menurut kategori UTCI. Fenomena ini
menunjukkan bahwa orang yang berada di kawasan tropis lebih toleran terhadap
UTCI Assessment Scale: UTCI categorized in terms of thermal stress
UTCI (°C) range Stress Category
above +46 extreme heat stress
+38 to +46 very strong heat stress
+32 to +38 strong heat stress
+26 to +32 moderate heat stress
+9 to +26 no thermal stress
+9 to 0 slight cold stress
0 to -13 moderate cold stress
-13 to -27 strong cold stress
-27 to -40 very strong cold stress
below -40 extreme cold stress
References Glossary of Terms for Thermal Physiology (2003). Journal of Thermal Biology 28, 75-106
39
kondisi panas, sehingga dalam kondisi panas sedang menurut nilai UTCI masih
mengindikasikan sebagai kondisi yang nyaman.
Gambar 5.13 Respon sensasi termal berdasarkan inteks temperatur UTCI.
Kondisi yang berbeda ditunjukkan pada aktifitas pedestrian dimana pada rentang
suhu 26°C sampai 40°C tidak dapat dicapai kondisi sensasi termal netral ketika
subjek telah berlajan lebih ari 300 m. Semakin jauh jarak tempuh maka sensasi
termal yang dirasakan semakin panas. Dalam posisi diam (sedentary) kondisi netral
dapat dirasakan pada suhu UTCI sekitar 31°C, tetapi setelah berjalan 200m suhu
netral menjadi 27°C. Setelah subjek berjalan lebih dari 300 m maka tidak diperoleh
lagi kondisi nyaman. Hal ini mengindikasikan bahwa sensasi termal yang terjadi
pada kondisi berjalan lebih dipengaruhi oleh faktor laju metabolisme (metabolic
rate) dibandingkan dengan faktor-faktor lingkungan.
40
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Kenyamanan termal merupakan faktor penting dalam desain, baik untuk lingkungan
dalam (indoor environment) maupun lingkungan luar (outdoor environment).
Penelitian ini difokuskan pada kenyamanan termal outdoor dengan mengevaluasi
kenyamanan berdasarkan respon manusia tehadap sensasi termal yang dirasakan
pada berbagai aktifitas ruang luar. Kenyamanana termal dievaluasi melalui survey
lapangan dengan orang sebagai sabjek penelitian. Kondisi nyaman dievaluasi
beedasarkan respon sensasi termal subjek dan temperatur efektif UTCI dari
lingkungan mikro. Tiga jenis aktifikas ruang luar yang menjadi objek penelitian ini
adalah aktifitas di café, taman kota, dan pedestrian. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa respon tehadap lingkungan termal berbeda menurut aktifitas ruang luar.
Toleransi terhadap panas lebih besar pada responden yang berada di taman kota,
dimana suhu netral yang dirasakan lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang
berada di café, yaitu 28.3°C untuk taman kota dan 30.4°C untuk café. Sedangkan
suhu netral untuk pedestrian lebih rendah. Kenyamanan termal untuk pedestrian
sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dari jalur pesestrian. Semakin jauh jarak
tempuh maka sensasi termal yang dirasakan tubuh semakin panas. Hal ini berkaitan
erat dengan tingkat metabolisme tubuh.
6.2 Saran
Penelitian ini masih terbatas pada rentang suhu hangat sampai panas. Diperlukan
rentang suhu yang lebih lebar khususnya pada suhu udara lebih rendah dari 27°C
pada pagi hari untuk penyelidikan yang lebih konprehensif. Dengan metode yang
survey lapangan ini, kegiatan pada pagi hari tidak dapat diperoleh karena umumnya
aktifitas baru berlangsung mulai pukul 9:00 WIB. Perlu pengembangan metode
pengumpulan data yang bisa mewakili kondisi sejuk sampai dingin, misalnya dengan
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Ghany, A. M., Al-Helal, I. M., and M.R.Shady (2013). Human Thermal Comfort and Heat Stress in an Outdoor Urban Arid Environment: A Case Study. Advances in Meteorology, 2013(i):1–7.
Ali-Toudert, F. and Mayer, H. (2007). Thermal comfort in an eastwest oriented street canyon in Freiburg (Germany) under hot summer conditions. Theoretical and Applied Climatol- ogy, 87(1-4):223–237.
Andrade, H. and Alcoforado, M.-J. (2008). Microclimatic variation of thermal comfort in a district of Lisbon (Telheiras) at night. Theoretical and Applied Climatology, 92(3-4):225– 237.
ASHRAE Standard 55 (2010). Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy. ASHRAE, USA.
Bröde, P., Fiala, D., Blazejczyk, K., Epstein, Y., Holmér, I., Jendritzky, G., … Havenith, G. (2009). Calculating UTCI Equivalent Temperatures, (January), 2–3.
Brysse, K., Oreskes, N., O’Reilly, J., and Oppenheimer, M. (2013). Climate change predic- tion: Erring on the side of least drama? Global Environmental Change, 23(1):327–337.
Chen, L. and Ng, E. (2012). Outdoor thermal comfort and outdoor activities: A review of research in the past decade. Cities, 29(2):118–125.
Deb, C. and Ramachandraiah, A. (2010). The significance of Physiological Equivalent Tem- perature ( PET ) in outdoor thermal comfort studies. International Journal of Engineering Science and Technology, 2(7):2825–2828.
DeDear, R. J. and Brager, G. S. (1998). Developing an Adaptive Model of Thermal Comfort and Preference.
Fanger, P. O. (1970). Thermal comfort : analysis and applications in environmental engineering. Danish Technical Press, Amsterdam.
Fiala D, Lomas KJ, Stohrer M. A computer model of human ther- moregulation for awide range of environmental conditions: The passive system. J Appl Physiol 87: 1957-1972, 1999. Fiala, D., Havenith, G., Bröde, P., Kampmann, B., & Jendritzky, G. (2012). UTCI-
Fiala multi-node model of human heat transfer and temperature regulation. International Journal of Biometeorology, 56(3), 429–441. https://doi.org/10.1007/s00484-011-0424-7
Gagge, A., Fobelets, A., and Berglund, L. (1986). A standard predictive index of human response to the thermal environment. ASHRAE Transactions, 92 (2B):709–731.
43
Gagge, A., Stolwijk, J., and Nishi, Y. (1971). An Effective Temperature Scale Based on a Simple Model of Human Physiological Regulatory Response. ASHRAE Transactions, 77:247–262.
Givoni, B., Noguchi, M., Saaroni, H., Pochter, O., Yaakov, Y., Feller, N., and Becker, S. (2003). Outdoor comfort research issues. Energy and Buildings, 35(1):77–86.
Jendritzky, G., DeDear, R., and Havenith, G. (2012). UTCI - why another thermal index? International Journal of Biometeorology, 56(3):421–428.
Jim, C. (2015). Assessing climate-adaptation effect of extensive tropical green roofs in cities. Landscape and Urban Planning, 138:54–70.
Johansson, E., Thorsson, S., Emmanuel, R., and Kru ̈ger, E. (2014). Instruments and methods in outdoor thermal comfort studies The need for standardization. Urban Climate, 10:346– 366.
Li, K., Zhang, Y., and Zhao, L. (2016). Outdoor thermal comfort and activities in the ur- ban residential community in a humid subtropical area of China. Energy and Buildings, 133:498–511.
Lin, T., Dear, R. De, Matzarakis, A., & Hwang, R. (2009). Prediction of thermal acceptability in hot-humid outdoor environments in Taiwan, (July), 3–6.
Mazhar, N., Brown, R. D., Kenny, N., and Lenzholzer, S. (2015). Thermal comfort of outdoor spaces in Lahore Pakistan: Lessons for bioclimatic urban design in the context of global climate change. Landscape and Urban Planning, 138:110–117.
Nikolopoulou, M. and Lykoudis, S. (2006). Thermal comfort in outdoor urban spaces: Anal- ysis across different European countries. Building and Environment, 41(11):1455–1470.
Onjo, T. H. (2009). Thermal Comfort in Outdoor Environment. Global Environmental Research, 13:43–47.
Peng, C., & Lin, P. (2014). Outdoor thermal comfort characteristics in the hot and humid region from a gender perspective, (January). https://doi.org/10.1007/s00484-014-0795-7
Sangkertadi, S. and Syafriny, R. (2014). New Equation for Estimating Outdoor Thermal Comfort in Humid-Tropical Environment. European Journal of Sustainable Development, 3(4):43–52.
Sharmin, T., Steemers, K., and Matzarakis, A. (2015). Analysis of microclimatic diversity and outdoor thermal comfort perceptions in the tropical megacity Dhaka, Bangladesh. Building and Environment, 94:734–750.
Spagnolo, J. and de Dear, R. (2003). A field study of thermal comfort in outdoor and semi-outdoor environments in subtropical Sydney Australia. Building and Environment, 38(5):721–738.
44
Stolwijk, J. (1971). A mathematical model of physiological temperature regulation in man. NASA-Langley, CR-1855, Amsterdam.
Szokolay, S. V. (2004). Introduction to ARCHITECTURAL SCIENCE the basis of sustain- able design. Architectural Press, ELSEVIER, Amsterdam.
Vanos, J. K., Warland, J. S., Gillespie, T. J., and Kenny, N. A. (2010). Review of the phys- iology of human thermal comfort while exercising in urban landscapes and implications for bioclimatic design. pages 319–334.
Vanos, J. K., Warland, J. S., Gillespie, T. J., and Kenny, N. A. (2012). Thermal comfort modelling of body temperature and psychological variations of a human exercising in an outdoor environment. International Journal of Biometeorology, 56(1):21–32.
Villadiego, K., & Velay-Dabat, M. A. (2014). Outdoor thermal comfort in a hot and humid climate of Colombia: A field study in Barranquilla. Building and Environment, 75, 142–152. https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2014.01.017
Walls, W., Parker, N., and Walliss, J. (2015). Designing with thermal comfort indices in outdoor sites. In Living and Learning: Research for a Better Built Environment: 49th In- ternational Conference of the Architectural Science Association 2015, pages 1117–1128. The Architectural Science Association and The University of Melbourne.
Wang, H., & Hu, S. (2016). Experimental study on thermal sensation of people in moderate activities. Building and Environment, 100(February), 127–134. https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2016.02.016
Zhao, L., Zhou, X., Li, L., He, S., & Chen, R. (2016). Study on outdoor thermal comfort on a campus in a subtropical urban area in summer. Sustainable Cities and Society, 22, 164–170. https://doi.org/10.1016/j.scs.2016.02.009
Form-01 cafe
Kuisioner Penelitian No.Kuisioner : ...........Kenyamanan Termal Cafe No. File T-cam : ...........Objek : .......................................Lokasi : .......................................Hari/Tanggal : .......................................Pukul : .......................................
Personal Data:
Nama : ................... (boleh tidak diisi ) Tinggi Badan : ........... (cm)Umur : ................... (tahun) Berat Badan : ........... (kg)Jenis Kelamin : (Pria/Wanita)
Informasi Personal Tambahan:
∂ Berapa lama Anda sudah berada di tempat ini?� <10 menit � 10 - 20 menit � 20 - 30 menit � 30 - 60 menit � >60 menit
∑ Apakah Anda dalam kondisi sehat (tidak demam) saat ini?� Ya � Tidak
∏ Apakah Anda sedang makan saat ini?� Ya � Tidak Jenis Makanan?: ..............................................................
π Apakah Anda sedang minum saat ini?� Ya � Tidak Jenis Minuman? � Panas � Hangat � Dingin
Persepsi terhadap kondisi termal:
∂ Pilih kondisi dibawah ini yang menunjukkan apa yang Anda rasakan saat ini?� Panas � Hangat � Agak Hangat � Netral � Agak Sejuk � Sejuk � Dingin
∑ Pilih kondisi termal (panas) yang Anda inginkan saat ini?� Lebih hangat � Tidak berubah � Lebih sejuk
∏ Pilih tingkat kenyamanan termal (panas) yang Anda rasakan di tempat ini saat ini?� Sangat Menyenangkan � Menyenangkan � Agak Menyenangkan � Biasa Saja
� Agak Tdk Menyenangkan � Tidak Menyenangkan � Sangat Tdk Menyenangkan
π Apakah Anda puas dengan kondisi termal (panas) saat ini?� Puas � Tidak puas
∫ Bagaimana penerimaan Anda terhadap kondisi termal (panas) saat ini?� Dapat diterima � Tidak dapat diterima
ª Pilih apa yang Anda rasakan terhadap kelembaban udara saat ini?� Terlalu kering � Kering � Agak kering � Sesuai � Agak lembab � Lembab � Terlalu lembab
º Bagaimana kecepatan udara yang Anda rasakan saat ini?� Terlalu pelan � Pelan � Agak pelan � Sesuai � Agak kencang � Kencang � Terlalu kencang
Pakaian dan posisi duduk:
∂ Pilihlah jenis-jenis pakaian yang Anda kenakan saat ini?PRIA WANITA
� Topi � Jilbab
� Kemeja lengan panjang � Gamis
� Kemeja lengan pendek � Kemeja
� Kemeja flannel � Kaos
� Kaos lengan panjang � Blues
� Kaos lengan pendek � Rok jeans
� Celana jeans � Rok ringan (sifon, katun)
� Celana kain � celana jeans
� Jaket � celana kain
� Kaos kaki � Kaos kaki
� Sepatu � Sepatu
� Sandal � Sandal
∑ Posisi duduk : .......................... (diisi oleh surveyor)
TERIMA KASIH
1
Form-Survey Taman Kota
Kuisioner Penelitian No.Kuisioner : ...........Kenyamanan Termal Taman Kota No. File T-cam : ...........Objek : .......................................Lokasi : .......................................Hari/Tanggal : .......................................Pukul : .......................................
Personal Data:
Nama : ................... (boleh tidak diisi ) Tinggi Badan : ........... (cm)Umur : ................... (tahun) Berat Badan : ........... (kg)Jenis Kelamin : (Pria/Wanita)
Informasi Personal Tambahan:
∂ Berapa lama Anda sudah berada di taman kota untuk saat ini?� <5 menit � 5 - 15 menit � 15 - 30 menit � 30 - 60 menit � >60 menit
∑ Apakah Anda dalam kondisi sehat (tidak demam) saat ini?� Ya � Tidak
∏ Apa Aktifitas saat ini?� Duduk � Berdiri � Berjalan
Persepsi terhadap kondisi termal:
∂ Pilih kondisi dibawah ini yang menunjukkan apa yang Anda rasakan saat ini?� Panas � Hangat � Agak Hangat � Netral � Agak Sejuk � Sejuk � Dingin
∑ Pilih kondisi termal (panas) yang Anda inginkan saat ini?� Lebih hangat � Tidak berubah � Lebih sejuk
∏ Pilih tingkat kenyamanan termal (panas) yang Anda rasakan di tempat ini saat ini?� Sangat Menyenangkan � Menyenangkan � Agak Menyenangkan � Biasa Saja
� Agak Tdk Menyenangkan � Tidak Menyenangkan � Sangat Tdk Menyenangkan
π Apakah Anda puas dengan kondisi termal (panas) saat ini?� Puas � Tidak puas
∫ Bagaimana penerimaan Anda terhadap kondisi termal (panas) saat ini?� Dapat diterima � Tidak dapat diterima
ª Pilih apa yang Anda rasakan terhadap kelembaban udara saat ini?� Terlalu kering � Kering � Agak kering � Sesuai � Agak lembab � Lembab � Terlalu lembab
º Bagaimana kecepatan udara yang Anda rasakan saat ini?� Terlalu pelan � Pelan � Agak pelan � Sesuai � Agak kencang � Kencang � Terlalu kencang
Pakaian:
∂ Pilihlah jenis-jenis pakaian yang Anda kenakan saat ini?PRIA WANITA
� Topi � Jilbab
� Kemeja lengan panjang � Gamis
� Kemeja lengan pendek � Kemeja
� Kemeja flannel � Kaos
� Kaos lengan panjang � Blues
� Kaos lengan pendek � Rok jeans
� Celana jeans � Rok ringan (sifon, katun)
� Celana kain � celana jeans
� Jaket � celana kain
� Kaos kaki � Kaos kaki
� Sepatu � Sepatu
� Sandal � Sandal
TERIMA KASIH.
1
Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No Nama / NIP InstansiAsal
BidangIlmu
AlokasiWaktu(J/m)
Uraian Tugas
1. Dr. Abdul Munir, ST.MT./ 197207081998021001
FakultasTeknik
Arsitektur 12• Koordinator Penelitian• Studi Pustaka• Desain Penelitian• Analisis data hasil• Pengisisan log book• Penulisan artikel• Laporan akhir• Mengikuti seminar
2. Ir. Muslimsyah, M.Sc /196109281988101001
FakultasTeknik
Arsitektur 10• Penyiapan alat peneli-
tian• Pengadaan bahan- bahan
penelitian• Mengkoordinir Pelak-
sanaan PenelitianLapangan
• Pengumpulan data• Penulisan artikel• Laporan akhir• Mengikuti seminar
3. Muftiadi, ST. MT. /197203041999031001
FakultasTeknik
Arsitektur 8• Pengumpulan data• Pengolahan data• Pengelolaan data base
penelitian• Laporan perkembangan• Pengisisan log book• Penulisan artikel• Laporan akhir• Mengikuti seminar
21
1
MANUSCRIPT:
Thermal Comfort for Semi-Outdoor Space in Tropics: A Case Study in Open-style Café
Abdul Munir, Muslimsyah, Muftiadi
a Architecture Department, Syiah Kuala University, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia
ABSTRACT
Thermal comfort is a subjective psychological perception of people based also on
physiological thermoregulation mechanisms when the human body is exposed to a
combination of various environmental factors. Outdoor spaces are important to sustainable
cities because they accommodate daily pedestrian traffic and various outdoor activities and
contribute greatly to urban livability and vitality. Outdoor and indoor thermal comfort have
been studied intensively in the past decades. On the other hand, the "semi-outdoor" spaces
such as veranda or an open-building have not been clearly categorized whether it is indoor or
outdoor spaces. The aim of this study is to investigate the thermal comfort on the basis of
perceptions and preferences of people in the thermal environments for semi-outdoor
environment in open-style café. Field experiments were carried out to obtain the thermal
perception and thermal preferences during the exposure to the thermal environment on two
selected locations. Seven hundred and thirty subjects were chosen by non-probability
sampling method (accidental sample), who were accidentally present on the site during the
experiments. They declared their thermal sensations and thermal preferences by filling the
questioners and the physical environmental variables (air temperature, globe temperature,
2
relative humidity, and air velocity) were measured simultaneously. The effect exposure to
semi-outdoor environment on thermal comfort is discussed on the basis of psychological
factors (thermal sensation, thermal preference and thermal acceptability), environmental
factors (air temperature, globe temperature, relative humidity, and air velocity) and personal
factors (body characteristics, activity, and clothing). The results are compared the available
thermal comfort indexes that predict the thermal comfort for indoor and outdoor spaces. The
thermal comfort of semi-outdoor is discussed based on climatic environment as a tropical
region.
Keywords: saving energy, air conditioning, thermal comfort, human thermal response.
1. INTRODUCTION
Outdoor spaces are important to sustainable cities because they accommodate daily pedestrian
traffic and various outdoor activities and contribute greatly to urban livability and vitality.
Encouraging more people on the streets and in outdoor spaces will benefit cities from various
perspectives, including physical, environmental, economical, and social aspects. People who
do outdoor activities, such as pedestrians and recreational activity in the park, are directly
exposed to their immediate environment in terms of variations of sun and shade, changes in
wind speed, and other characteristics. Thus, people’s sensation of thermal comfort is greatly
affected by the local micro-climate. Various aspects of outdoor thermal comfort have been
much research done in this decade, including for the tropics. However, research on outdoor
comfort conditions in Indonesia each very limited.
During the last decade, interest in the assessment of thermal comfort has increased because of
climate changes and increased heat stress in cities. But there have been relatively small
3
numbers of studies on thermal comfort for outdoor environment Spagnolo and de Dear (2003)
Givoni et al. (2003) Nikolopoulou and Lykoudis (2006). On the other hand, many studies
have been done on thermal comfort especially for indoor environment. The recent increasing
research attention on thermal comfort in outdoor environments is due to the high level of
health-related risks caused by climate change and global temperature increase (Johansson et
al., 2014). Several studies investigated the correlations between thermal comfort and
occupancy in outdoor spaces (Li et al., 2016; Mazhar et al., 2015; Onjo, 2009; Nikolopoulou
and Lykoudis, 2006), most of them have identified that a strong correlation did exist. Since
the start of the new millennium, outdoor thermal comfort has received great attention.
Various aspects of outdoor thermal comfort have been much research done in this decade,
including for the tropics. However, research on outdoor comfort conditions in Indonesia each
very limited. The research that focuses on outdoor thermal comfort for Indonesia published in
international publications is only by Sangkertadi and Syafriny (2014) that formulate comfort
conditions to moderate in outdoor activities in the city of Manado. Indonesia has fairly diverse
climatic variations in which each region has different characteristics. Therefore, more
researches regarding the specific respond to the local climate are necessary the built-up a
suitable standard for architectural design parameters particularly for outdoor environmental
spaces. The proper design parameters result better urban facilities and encourage the citizen to
do more outdoor activities. In addition, revitalizing outdoor spaces will lead to energy saving
inside buildings. As people spend more time in outdoor spaces, the usage of air conditioners
and other electronic equipment will be reduced.
This research provides a comparative assessment that takes into account of the effects of
multiple parameters on the urban micro-climate in order to allow an evaluation of the relative
influence of each facility for a specific open space activities. Open spaces are vital
4
constituents of the urban environment, hosting functions and activities that are essential to the
character of a city and the quality of life it can provide to its inhabitants. This research
presents a comparative study that looked at the different outdoor activities to respond the
environmental conditions toward the parameter of the human thermal comfort for outdoor
spaces. In addition to the environmental parameters, personal factors are also considered in
this study. Due to thermal comfort is a subjective response from humans to the exposure
environment, the psychological responses are also taken into account. This study will
determine the optimum comfort conditions with neutral comfort index as a reference in
determining the level of thermal comfort for outdoor activities.
2. METHODS
2.1 Study Area
Field studies were conducted in four measuring points of café objects that can be categorized
as semi-outdoor environment in Banda Aceh. The locations of the research are as shown in
Figure 1, i.e. Ring Road café at Jalan Muhammad Hasan, Rawasakti café at Jalan Malahayai,
Hana café at Jalan Assumatrani Darussalam, and Canteen of Faculty of Engineering Syiah
Kuala University, Darussalam, Banda Aceh. The survey was conducted from March to
August 2017.
The days of research were selected to represent the hot days as the most climatic conditions in
tropics in terms of comfort. Each study area was chosen to represent different conditions,
functions and locations in Banda Aceh City to represent community activities. Thus, the data
obtained from the survey can represent the thermal environmental conditions that people can
experience in their daily lives for activities in the city of Banda Aceh.
5
2.2 Subjects
The total of 730 respondents (218 male and 512 females) were participated and completed the
questioner as the subjects in the experiments. Their mean (SD) age, height and body weight
were 20.3 (0.5) years, 165.8(5.8) cm and 58.1(14.9) kg, respectively. The anthropometrics
data of the subjects involved in the experiments are shown in Fig. 1.
This study uses people as the subject of the location object visitors are determined that the
cafe is categorized as semi-outdoor space. Measurements were made to cafe visitors to get
their responses / perceptions to the environmental temperature conditions both in physiology
(thermophysiological responses) as well as psychologically (subjective responses).
The main equipment in this research is temperature measuring instrument and other
environmental parameters that is using WBGT meter which is used to measure environmental
parameters such as air temperature, radiation temperature, and air humidity in the space that
affect the thermal comfort level of the building user. Other equipment is thermorecorder to
measure temperature and humidity inside and outside the room, anemometer to measure wind
speed, Infared Camera measure and visualize body temperature of respondent. The list of
instruments and their specifications and uses can be seen in Table 1.
2.3 Procedures
The main data collection in this research is by survey method through questionnaire to
thermal perception of café visitors. The thermal environmental parameters are measured
simultaneously during the respondents filling out the questionnaire about their thermal
perception subjectively. Air temperature, mean radian temperature, wind velocity, and
6
humidity are measured at each subject sitting position using the instruments as listed in Table
1.
Respondents evaluated their thermal perceptions of the surrounding thermal environment by
filling out the questionnaires. Questioner is made simple so that it can be filled by the
respondent in a short time which is about 5 minutes. The subjects were asked to vote their
subjective perceptions of the current thermal environment by writing them on a given form to
express the thermal sensation, thermal preference, and thermal comfort at particular time. The
thermal sensation, thermal preference, and thermal discomfort were assessed for every 1 min.
Thermal sensation was rated using a 7-point scale of ASHRAE (+3 Hot, + Warm, +2 Slightly
warm, 0 Neutral, -1 Slightly cool, -2 Cool, and -3 Cold), while the thermal preference is used
ISO 10551 by a question: “how you would prefer to be?” (+1 Warmer, 0 No change, -1
Cooler). Furthermore, the thermal discomfort scale was adopted based on DISC scale of
ASHRAE that is rated on a 6-point scale (0 comfortable, 1 slightly uncomfortable, 2
uncomfortable, 3 very uncomfortable, 4 limited tolerance, 5 intolerable).
The physiological body response to the thermal environment is obtained by measuring the
respondent's body temperature using a thermal camera by measuring the surface temperature
of the face and palm hand. In addition to environmental variables and responses to the
environment, personal factors are also recorded by requesting personal information pertaining
to the posture of the body, health condition, clothing information imposed and activities
undertaken. This data is part of the factors that can affect thermal comfort in humans.
3. Results and discussion
3.1 Overview of Research Objects and Schedules
7
Research on the object of research that serves as a café that is done at several locations, the
Canteen Faculty of Engineering Darussalam, Hana café in Darussalam, Rawasakti café, and
Ringroad café. Surveys at café locations were conducted from March to August 2017.
Surveys were conducted only on sunny weather conditions to obtain data in hot environments
that are generally applicable to the tropics.
3.2 Characteristics of Research Subjects
The characteristics of the subjects involved in each of this study are shown in Table 2 the
average of age, BMI (body mass index) and ADU (Dubois area / body surface area). BMI and
ADU represent the characteristic representation of human body based on body weight and
height. The type of clothing worn by respondents is measured by the value of clo-value,
namely the value of clothing resistance to heat and mass transfer based on the estimated type
of clothing at the time of filling the questionnaire. In addition to personal factors such as body
shape, the clothing used by the respondent is also identified through the questionnaire that is
by determining the type of clothing. The value of clothing is calculated by predicting the
value of clo for each outfit representing the resistance level of clothing with clo-value. The
clo values for each activity can also be seen in Fig. 1.
On average, respondents age ranged from 20 - 25. Body mass index (BMI) of respondents
varied on average of 21.02 r 2.99 for various locations but there was no big difference
between male and female. Clothes used by respondents differ for male and female, i.e.
0.56r0.13 and 0.67r0.09, respectively. Women have a resistance value (clo) greater than
men.
3.3 Environmental Characteristics of Research
8
The thermal conditions of space are the environmental parameters that affect the outdoor user
comfort level. These parameters include air temperature (Ta, ° C), radiation temperature (Tr, °
C), wind velocity (v, m/s), air humidity (Rh, %) into reference as an index in evaluating
thermal comfort levels UTCI (Universal Thermal Climate Index). The measurement of the
thermal environment variable of each space and the location of the study is conducted
simultaneously with the respondent performing the questionnaire related to the response to the
thermal environment. Tabel 3 shows the range of physical environmental parameters for each
study site.
3.4 Psychological Response
3.4.1 Thermal Sensation
Response to environmental conditions on various outdoor space activities observed awakened
the results of questionnaires by respondents to sensation of thermal perceived. Optimum
comfort conditions can be assumed to occur when respondents do not feel hot or cold.
Response to the outdoor thermal conditions felt by the overall visitor (respondent) can be read
from the thermal sensation variable with the answer given to the question "select thermal
conditions that show what you feel right now".
Fig. 2 shows the relationship between the thermal sensation felt by the respondent to the
surrounding environmental conditions for all respondents in cafes for men and women.
Regression results show small differences by sex to perceived thermal sensation. However
this regression shows the amount of data deviation (r-square = 0.09 and 0.11, respectively for
men and women).
This very small r-square value is common in other similar studies because the thermal
sensation vote (TSV) value is a subjective value based on the respondent's feelings. The mean
thermal sensation vote (MTSV) approach or the average thermal sensation to analyze the
9
thermal sensation response to the environment is commonly used in thermal sensation
analysis of the research by field survey methods (Lin et al., 2009; Villadiego & Velay-Dabat,
2014; Peng & Lin, 2014; Zhao, et al., 2016, Wang & Hu, 2016).). Fig.3 is the relationship
between the average thermal sensation response to the operative temperature. Thermal
sensation is averaged by grouping according to operative temperature level. With this average
value the variable relation pattern looks better with r-square reaching 0.92. This method of
analysis will then be used in any relationship analysis relating to the response to thermal
conditions, ie thermal sensors, thermal preferences, and thermal comfort.
3.4.2 Thermal Preferences
The thermal conditions desired by the user (respondent) can be read from the thermal
preference variable with the answer given the respondent to the question "how thermal
conditions of space you want now". Against these questions, respondents were given a choice
of answers (1) warmer (warmer), (0) unchanged (no change), and (-1) cooler. The
"unchanged" answer shows the room user's satisfaction with the thermal environmental
conditions of the room.
If the respondent answers want to be "warmer" or "cooler", this indicates that the respondent
is not satisfied with the thermal conditions of space. This parameter can be a reference to the
subjective level of convenience felt by the user. As already mentioned that thermal comfort is
subjective based on user satisfaction with the thermal conditions of space at that time as
shown in Fig. 4.
10
Figure 5.7 indicates that respondents wanted cooler environmental conditions at all operative
temperatures within the scope of this study (28 ° C - 40 ° C). This tendency occurs in all
conditions and activities studied are for outdoor cafe activities, city parks, and pedestrian.
Most respondents wanted "cooler" environmental conditions. This tendency is shown more
clearly by the trendline of the regression result which is entirely below the zero line
(unchanged). This indicates the tendency of respondents to define comfortable as cool
conditions. This trend is reinforced by a graph of the relationship between thermal preference
and thermal sensation (Figure 5.8). In a condition where most respondents choose the
condition of the sensation they feel is neutral (0), but they prefer thermal preferences "want
more cool".
The preference level is also slightly different based on activity. In all conditions, respondents
in urban parks wished for cooler environmental conditions, despite the thermal sensations
they felt in cold conditions. This can occur due to open space conditions exposed to faster
wind movement. In contrast to pedestrians, thermal preferences of cooler condiments tend to
be smaller. Under thermal sensation conditions between cool and slightly cool, respondents
do not want any environmental thermal changes, and cool and cold conditions tend to be
warmer.
3.4.3 Acceptance of thermal conditions
Acceptance of the thermal conditions is the parameter of the respondent's tolerance to the
thermal conditions. In accordance with the body's thermal regulation system, the human body
can not function at extreme temperatures that are too hot or too cold. Humans must be in a
certain temperature range to function. Acceptance of this thermal condition describes the
conditions that can be accepted by the respondent to the thermal space.
11
Response to the reception of the outdoor thermal conditions felt by visitors (respondents) can
be seen from the answers given respondents to the question "how your acceptance of the
current thermal conditions".
The acceptance of thermal conditions based on the thermal sensations felt by all respondents.
In general, the pattern of acceptance of the thermal conditions tends to be the same between
males and females where with the range of thermal conditions recorded in this study, the
percentage that can not receive over thermal conditions more than can be accepted. This
applies to both men and women, although the percentage that can not receive more in men.
This is closely related to the desired thermal preferences that most respondents want cooler
conditions. These results indicate comfortable thermal conditions when thermal sensations
they feel in mildly cool conditions and cool conditions.
3.5 Thermal Comfort Index
The optimum thermal comfort conditions can be assumed to occur when the respondent does
not feel hot or cold where the respondent chooses the thermal sensation answer perceived as
neutral (0). With this baseline, we can evaluate some comfort indexes that can be used as an
outdoor space comfort index. Thermal comfort is not only related to environmental
temperature, but is a combination of four environmental variables (air temperature, radiation
temperature, wind speed, and humidity) and personal factors (posture and clothing). Wet Bulb
Globe Temperature (WBGT), Outdoor Standard Effective Temperature (SET_OUT), and
Universal Thermal Climate Index (UTCI) are some of the most commonly used indices for
evaluating thermal comforts of outer space. Comfortable temperature indexes are then used to
evaluate the optimal conditions for any outdoor activity (Fig. 5).
12
4. CONCLUSION
Thermal comfort is an important factor in the design, both for indoor environments and
outdoor environment. This study focused on outdoor thermal comfort by evaluating comfort
based on human response to the thermal sensations felt in various outdoor activities. Thermal
comfort is evaluated through field surveys with people as a research tool. Comfortable
conditions are evaluated based on the subject's thermal sensory response and UTCI's effective
temperature from the microenvironment. The three types of outdoor spatial activities that are
the object of this research are activities in café, city park, and pedestrian. The results of this
study indicate that the response toward thermal environment is different according to outdoor
activity. Tolerance to heat is greater among respondents residing in urban parks, where neutral
temperatures are felt higher than those of cafes, i.e. 28.3 ° C for urban parks and 30.4 ° C for
cafes. While the neutral temperature for pedestrian is lower. The thermal comfort for the
pedestrian is greatly influenced by the mileage of the pedestrian track. The farther the distance
the thermal sensation that the body feels the more heat. This is closely related to the body's
metabolic rate.
REFERENCES
Abdel-Ghany, A. M., Al-Helal, I. M., and M.R.Shady (2013). Human Thermal Comfort and Heat Stress in an Outdoor Urban Arid Environment: A Case Study. Advances in Meteorology, 2013(i):1–7.
13
Ali-Toudert, F. and Mayer, H. (2007). Thermal comfort in an eastwest oriented street canyon in Freiburg (Germany) under hot summer conditions. Theoretical and Applied Climatol- ogy, 87(1-4):223–237.
Andrade, H. and Alcoforado, M.-J. (2008). Microclimatic variation of thermal comfort in a district of Lisbon (Telheiras) at night. Theoretical and Applied Climatology, 92(3-4):225– 237.
ASHRAE Standard 55 (2010). Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy. ASHRAE, USA.
Bröde, P., Fiala, D., Blazejczyk, K., Epstein, Y., Holmér, I., Jendritzky, G., … Havenith, G.
(2009). Calculating UTCI Equivalent Temperatures, (January), 2–3.
Brysse, K., Oreskes, N., O’Reilly, J., and Oppenheimer, M. (2013). Climate change predic- tion: Erring on the side of least drama? Global Environmental Change, 23(1):327–337.
Chen, L. and Ng, E. (2012). Outdoor thermal comfort and outdoor activities: A review of research in the past decade. Cities, 29(2):118–125.
Deb, C. and Ramachandraiah, A. (2010). The significance of Physiological Equivalent Tem- perature ( PET ) in outdoor thermal comfort studies. International Journal of Engineering Science and Technology, 2(7):2825–2828.
DeDear, R. J. and Brager, G. S. (1998). Developing an Adaptive Model of Thermal Comfort and Preference.
Fanger, P. O. (1970). Thermal comfort : analysis and applications in environmental engineering. Danish Technical Press, Amsterdam.
Fiala D, Lomas KJ, Stohrer M. A computer model of human ther- moregulation for awide range of environmental conditions: The passive system. J Appl Physiol 87: 1957-1972, 1999.
Fiala, D., Havenith, G., Bröde, P., Kampmann, B., & Jendritzky, G. (2012). UTCI-Fiala multi-
node model of human heat transfer and temperature regulation. International Journal of Biometeorology, 56(3), 429–441. https://doi.org/10.1007/s00484-011-0424-7
Gagge, A., Fobelets, A., and Berglund, L. (1986). A standard predictive index of human response to the thermal environment. ASHRAE Transactions, 92 (2B):709–731.
Gagge, A., Stolwijk, J., and Nishi, Y. (1971). An Effective Temperature Scale Based on a Simple Model of Human Physiological Regulatory Response. ASHRAE Transactions, 77:247–262.
Givoni, B., Noguchi, M., Saaroni, H., Pochter, O., Yaakov, Y., Feller, N., and Becker, S. (2003). Outdoor comfort research issues. Energy and Buildings, 35(1):77–86.
Jendritzky, G., DeDear, R., and Havenith, G. (2012). UTCI - why another thermal index? International Journal of Biometeorology, 56(3):421–428.
Jim, C. (2015). Assessing climate-adaptation effect of extensive tropical green roofs in cities. Landscape and Urban Planning, 138:54–70.
Johansson, E., Thorsson, S., Emmanuel, R., and Kru ̈ger, E. (2014). Instruments and methods in outdoor thermal comfort studies The need for standardization. Urban Climate, 10:346– 366.
14
Li, K., Zhang, Y., and Zhao, L. (2016). Outdoor thermal comfort and activities in the ur- ban residential community in a humid subtropical area of China. Energy and Buildings, 133:498–511.
Lin, T., Dear, R. De, Matzarakis, A., & Hwang, R. (2009). Prediction of thermal acceptability
in hot-humid outdoor environments in Taiwan, (July), 3–6.
Mazhar, N., Brown, R. D., Kenny, N., and Lenzholzer, S. (2015). Thermal comfort of outdoor spaces in Lahore Pakistan: Lessons for bioclimatic urban design in the context of global climate change. Landscape and Urban Planning, 138:110–117.
Nikolopoulou, M. and Lykoudis, S. (2006). Thermal comfort in outdoor urban spaces: Anal- ysis across different European countries. Building and Environment, 41(11):1455–1470.
Onjo, T. H. (2009). Thermal Comfort in Outdoor Environment. Global Environmental Research, 13:43–47.
Peng, C., & Lin, P. (2014). Outdoor thermal comfort characteristics in the hot and humid
region from a gender perspective, (January). https://doi.org/10.1007/s00484-014-
0795-7
Sangkertadi, S. and Syafriny, R. (2014). New Equation for Estimating Outdoor Thermal Comfort in Humid-Tropical Environment. European Journal of Sustainable Development, 3(4):43–52.
Sharmin, T., Steemers, K., and Matzarakis, A. (2015). Analysis of microclimatic diversity and outdoor thermal comfort perceptions in the tropical megacity Dhaka, Bangladesh. Building and Environment, 94:734–750.
Spagnolo, J. and de Dear, R. (2003). A field study of thermal comfort in outdoor and semi-outdoor environments in subtropical Sydney Australia. Building and Environment, 38(5):721–738.
Stolwijk, J. (1971). A mathematical model of physiological temperature regulation in man. NASA-Langley, CR-1855, Amsterdam.
Szokolay, S. V. (2004). Introduction to ARCHITECTURAL SCIENCE the basis of sustain- able design. Architectural Press, ELSEVIER, Amsterdam.
Vanos, J. K., Warland, J. S., Gillespie, T. J., and Kenny, N. A. (2010). Review of the phys- iology of human thermal comfort while exercising in urban landscapes and implications for bioclimatic design. pages 319–334.
Vanos, J. K., Warland, J. S., Gillespie, T. J., and Kenny, N. A. (2012). Thermal comfort modelling of body temperature and psychological variations of a human exercising in an outdoor environment. International Journal of Biometeorology, 56(1):21–32.
Villadiego, K., & Velay-Dabat, M. A. (2014). Outdoor thermal comfort in a hot and humid
climate of Colombia: A field study in Barranquilla. Building and Environment, 75, 142–
152. https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2014.01.017
Walls, W., Parker, N., and Walliss, J. (2015). Designing with thermal comfort indices in outdoor sites. In Living and Learning: Research for a Better Built Environment: 49th In- ternational Conference of the Architectural Science Association 2015, pages 1117–1128. The Architectural Science Association and The University of Melbourne.
15
Wang, H., & Hu, S. (2016). Experimental study on thermal sensation of people in moderate
activities. Building and Environment, 100(February), 127–134.
https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2016.02.016
Zhao, L., Zhou, X., Li, L., He, S., & Chen, R. (2016). Study on outdoor thermal comfort on a
campus in a subtropical urban area in summer. Sustainable Cities and Society, 22, 164–
170. https://doi.org/10.1016/j.scs.2016.02.009
ACKNOWLEDGEMENT
This research was Funded by Syiah Kuala University, Ministry of Research, Technology and
Higher Education of the Republic of Indonesia, Contract No: 1445/UN11/SP/PNBP/2017
Date: May 18th, Mei 2017. The authors would like to express their sincere gratitude to the my
students in the experiments.
16
TABLES
Table 1 Type and specification research instruments.
Peralatan Type Parameter Range Pengukuran HS-WBGT Meter Tenmars 188D Air Temperature
Globe Temperature Humidity
0 °C ~ 50 °C 0 °C ~ 80 °C 1% ~ 99%
Anemometer Kanomax Model-6113 Air movement 0 ~ 20 m/s Infrared Thermal Camera
NEC InfRec R300 Surface Temperature -50 °C ~ 200 °C
Table 2 Mean ± Deviation Standars of the Subjects participated in the Surveys.
Gender Umur BMI ADU CLO Pria Wanita
24.1 ± 9.1 20.0 ± 2.8
21.4 ± 2.9 20.9 ± 2.9
1.59 ± 0.25 1.48 ± 0.13
0.56 ± 0.13 0.67 ± 0.08
Table 3 Environmental parameter characteristics of experiments.
Suhu udara °C
Suhu radiasi °C
Kec. Angin m/det
Kelembaban %
Rerata±SD Maks Min
32.4 ± 1.6 36.4 27.4
34.0 ± 2.5 46.4 28.3
0.33 ± 0.12 1.06 0.13
64.1 ± 9.0 85.3 38.8
Range 27.4 ~ 36.4 (°C) 38.3 ~ 46.4 (°C) 0.13~1.06 (m/s) 38.8 ~ 85.3 (%)
FIGURES
18
Fig. 2 The relationship between the thermal sensation felt by the respondent to the surrounding environmental conditions.
Fig.3 is the relationship between the average thermal sensation response to the operative temperature.
19
Fig.4 Thermal preference in realtion to thermal sensation of the subjects.
Fig. 5 Thermal sensation respons to all the thermal comfort indices.
FOTO-FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapanperalatandanpelatihanuntuktenagalapangan
Pelatihansurveypengukurandanlatihanpengisisankuesioner.
Persiapanperalatanpenelitianuntukpengukuranpadalokasitamankota,HutanKotaBNI
RespondensedangmengisikuesionerpadapenelitianditamankotaHutanKotaBNITibangBandaAceh
Persiapanperalatanpenelitianuntukpengukuranpadalokasitamankota,HutanKotaBNI
Pengukuranparameterlingkunganpadalokasitamankota,HutanKotaBNI
PengarahandanPenjelasanmaksudpenelitiandancarapengisiankuesionerpadatamankotaHutanKotaBNITibangBandaAceh
RespondensedangmengisikuesionerpadapenelitianditamankotaHutanKotaBNITibangBandaAceh
PengarahandanPenjelasanmaksudpenelitiandancarapengisiankuesionerpadatamankotaHutanKotaBNITibangBandaAceh
RespondensedangmengisikuesionerpadapenelitianditamankotaHutanKotaBNITibangBandaAceh