10
Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 95 KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM ANTOLOGI “TARIAN MABUK ALLAH” Alfaizin (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumenep) Abstract Anthology of “Tarian Mabuk Allah” by Kuswaidi Syafi’e is one of the sufistic literatures in Indonesia. Kuswaidi’s creation is found a seeker’s experience (Salik) who tries to portray himself as a human since being the soul, before being bodily creature, to be born into the universe and his totality of devotion to the God, which finally return to the intimate gethering between human and the God. “Tarian Mabuk” in this poetry anthology is a seeker’s spiritual ecstasy (Salik) which is based on an unlimited longing to God as the Center of Everything. Sufistic potential of Kuswaidi in “Tarian Mabuk Allah” manuscript is indicated by its action in the literature world. Kuswaidi Syafi’ie, more focused on his career as poet consistently to sufistic world, so that “Tarian Mabuk Allah” manuscript is considered as the most lyric poetry that has not ever been written yet by other poet in Sumenep. Thus, the authors are interested in analyze further related to sufistic literature to Kuswaidi Syafi’e’s literature in the poetry anthology “Tarian Mabuk Allah”. Keyword: Sufism, Sufi Literature, Romance A. Pendahuluan Dalam khazanah kesusastraan Indonesia, naskah “Tarian Mabuk Allah” karya Kuswaidi Syafi’ie adalah salah satu di antara sekian naskah sastra sufistik seperti yang telah digambarkan. Terminologi yang dipakai menjadi judul naskah ini –dalam bahasa Farouk (sebuah pengantar dalam Kuswaidi, 1999:13) yaitu bercorak hidonistik, lantaran Allah disini sebagai tujuan dan puncak pencapaian tertinggi memiliki konotasi yang mirip dengan obyek obyek material lainya seperti mabuk arak, mabuk perempuan dan lain sebagainya. Dalam antologi “Tarian Mabuk Allah”, sebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari (salik) yang mencoba menggambarkan dirinya sebagai manusia sejak manjadi ruh, sebelum menjadi makhluk jasadi, sampai dilahirkan kealam semesta dan totalitas pengabdiannya kepada sang Khloliq, yang akhirnya kembali ke persandingan mesra antara manusia dengan Tuhan. Tarian mabuk dalam naskah ini merupakan ekstase spritual seorang pencari (salik) yang dilandasi satu kerinduan tiada terperi pada “Yang Maha Lain”, yakni Tuhan sebagai Pusat Segala Sesuatu. Tarian Mabuk, merupakan tarian ekstatis, yakni suatu keadaan si penari seakan lepas dari pusat daya tarik bumi memasuki daya tarik pusat rohaniah lain. Pengalaman menari dan mabuk pada dasarnya adalah pengalaman seorang Kuswaidi Syafi’e, pribadi yang kemudian diekspresikan kedalam sebuah karya sastra atau lebih tepatnya puisi. Sebagai satu karya sastra dalam antologi puisi sufistik, “Tarian Mabuk Allah”, menarik untuk dikaji, terutama dalam rangka menyemaikan dimensi rohaniah terdalam dari jiwa manusia. Bagi pencari semacam Kuswaídi Syafi’e, pengalaman bercumbu dengan Tuhan, menjadi satu lompatan ke dalam semesta hakikat dimana para salik diberkati. Kepenyairan Kuswaidi dimulai sejak hijrahnya ke Yokyakarta, setelah terlebih dahulu ditempa pendidikan agama di sebuah pesantren di kampungnya (Sumenep). Potensi kesufian pada diri penulis naskah Tarian Mabuk Allah, ini ditunjukkan dengan kiprahnya di

KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

  • Upload
    voanh

  • View
    216

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Volume 4, Nomor 1, Januari 2013

95

KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM ANTOLOGI“TARIAN MABUK ALLAH”

Alfaizin(Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumenep)

Abstract

Anthology of “Tarian Mabuk Allah” by Kuswaidi Syafi’e is one of the sufistic literatures inIndonesia. Kuswaidi’s creation is found a seeker’s experience (Salik) who tries to portrayhimself as a human since being the soul, before being bodily creature, to be born into theuniverse and his totality of devotion to the God, which finally return to the intimate getheringbetween human and the God. “Tarian Mabuk” in this poetry anthology is a seeker’s spiritualecstasy (Salik) which is based on an unlimited longing to God as the Center of Everything.Sufistic potential of Kuswaidi in “Tarian Mabuk Allah” manuscript is indicated by its action inthe literature world. Kuswaidi Syafi’ie, more focused on his career as poet consistently tosufistic world, so that “Tarian Mabuk Allah” manuscript is considered as the most lyric poetrythat has not ever been written yet by other poet in Sumenep. Thus, the authors are interestedin analyze further related to sufistic literature to Kuswaidi Syafi’e’s literature in the poetryanthology “Tarian Mabuk Allah”.

Keyword: Sufism, Sufi Literature, Romance

A. PendahuluanDalam khazanah kesusastraan Indonesia,

naskah “Tarian Mabuk Allah” karya KuswaidiSyafi’ie adalah salah satu di antara sekiannaskah sastra sufistik seperti yang telahdigambarkan. Terminologi yang dipakaimenjadi judul naskah ini –dalam bahasaFarouk (sebuah pengantar dalam Kuswaidi,1999:13) yaitu bercorak hidonistik, lantaranAllah disini sebagai tujuan dan puncakpencapaian tertinggi memiliki konotasi yangmirip dengan obyek obyek material lainyaseperti mabuk arak, mabuk perempuan danlain sebagainya.

Dalam antologi “Tarian Mabuk Allah”,sebenarnya merupakan pengalaman seorangpencari (salik) yang mencoba menggambarkandirinya sebagai manusia sejak manjadi ruh,sebelum menjadi makhluk jasadi, sampaidilahirkan kealam semesta dan totalitaspengabdiannya kepada sang Khloliq, yangakhirnya kembali ke persandingan mesraantara manusia dengan Tuhan. Tarian mabukdalam naskah ini merupakan ekstase spritualseorang pencari (salik) yang dilandasi satu

kerinduan tiada terperi pada “Yang Maha Lain”,yakni Tuhan sebagai Pusat Segala Sesuatu.Tarian Mabuk, merupakan tarian ekstatis, yaknisuatu keadaan si penari seakan lepas daripusat daya tarik bumi memasuki daya tarikpusat rohaniah lain.

Pengalaman menari dan mabuk padadasarnya adalah pengalaman seorangKuswaidi Syafi’e, pribadi yang kemudiandiekspresikan kedalam sebuah karya sastraatau lebih tepatnya puisi. Sebagai satu karyasastra dalam antologi puisi sufistik, “TarianMabuk Allah”, menarik untuk dikaji, terutamadalam rangka menyemaikan dimensi rohaniahterdalam dari jiwa manusia. Bagi pencarisemacam Kuswaídi Syafi’e, pengalamanbercumbu dengan Tuhan, menjadi satulompatan ke dalam semesta hakikat dimanapara salik diberkati.

Kepenyairan Kuswaidi dimulai sejakhijrahnya ke Yokyakarta, setelah terlebihdahulu ditempa pendidikan agama di sebuahpesantren di kampungnya (Sumenep). Potensikesufian pada diri penulis naskah Tarian MabukAllah, ini ditunjukkan dengan kiprahnya di

Page 2: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Jurnal Pelopor Pendidikan

96 KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E

dunia sastra. Diantara penyair sufistik lainnya,dalam hal ini sebutlah misalnya penyairMadura khususnya Sumenep, semacam H.D.Zawawi Imron dan Abdul Hadi WM. KuswaidiSyafi’ie, lebih memfokuskan kiprah ke-penyairannya secara konsisten pada duniasufistik.

B. Kajian Tetang Puisi dan Sastra Sufistik1. Pengertian PuisiDalam konteks ini, sebagai landasan

teoritis –kata puisi secara etimologis–berasaldari bahasa yunani; poeima, yang berartimembuat, atau poeites yang berarti pembuat,pembentuk atau pembangun. Pada substansi-nya puisi adalah hasil proses penciptaan daridunianya sendiri yang berisikan gambaran,pikiran dan sifatnya imajinatif, baik secarafisik atau batin. Untuk mendapat gambarantentang puisi, paling tidak sebagai wacanaperenungan dan berfikir, ada beberapakalangan yang berpendapat tentang apasebenarnya hakikat dari puisi.

Emerson (dalam Tarigan, 1984:04) mem-berikan gambaran bahwa puisi merupa-kanupaya abadi untuk mengekspresikan jiwaseseuatu, untuk menggerakkan tubuh yangkasar dan mencari kehidupan dan alasan yangmenyebabkannya ada. Dalam puisi bukanlahirama yang menciptakan satu bentuk bentuk,melainkan gagasan dan ide yang mencitakanirama dalam puisi. Ide dan gagasan adalahhal yang paling vital dari puisi, sedangkankeselarasan dan keharmonisan yang adadidalamnya merupakan konsekuenwsi daniplementasi dari gagasan dan ide itu sendiri.Oleh sebab itu pengalaman penyair atausastrawa menjadi paling dominanan, semakinbanyak pengalaman penyair, semakin kayapula perbendaharaan realitas yang dimilikisemakin terbentuklah keselarasan dankeharmonisan itu.

Asumsi yang lain dikatakan Dunton (dalamPradopo, 2002:06) bahwa puisi merupakanpemikiran manusia secara konkrit dan artistikdalam bahasa emosional serta berirama.Wilayah pemikiran yang muncul dalam asumsi

adalah pada bagian struktur dalam puisi yaknipersoalan gaya bahasa, citraan, simbol yangdisusun secara artistik dan sistematik,bahasanya penuh perasaan dan berirama. Halini yang kemudian di perjelas oleh filsufAquinas (dalam Toda, 2005:47) dalam konsepartistik atau keindahan dalam karya sastra danyang perlu diperhitungkan yakni; sempurna,jelas, utuh dan padu.

Sementara dari persepsi teologi estetika,Afrizal (2000:205) memberikan warna laintentang puisi bahwa, puisi dipahami sebagaipraksis keimanan dari benturan benturan yangdihadapi penyair dalam realitas kehidupan.Pada prinsipnya, ekspresi dalam puisi lebihdidasarkan pada konflik dalam struktur realitasmaupun konflik tauhid yang dihadapi. Halinilah yang membuat keunikan tersendiridalam puisi, bahwa pemikiran dan filosofidalam puisi melebihi dari pemikiran ilmiyah,didalamnya terdapat pengetahuan yangsangat universal. Bahkan, dalam pemikiranHeidegger (2000:78) ditegaskan bahwa, hanyapuisi dan fisafat yang mampu menunjukkanrealitas kehidupan secara menyeluruh untukmenemukan keuniversalan, keabadian atausesuatu yang tidak dapat dirubah.

Dengan demikian, bagitu banyak asumsidari hakikat sebuah puisi, tapi siapapun punyaotoritas untuk memaknai puisi dari segalaaspek. Pandapat pendapat yang di sajikanbukanlah suatu kekeliruan atau kesalahan,karena sebenarnya pengertian puisi tidakbegitu penting, tapi yang lebih urgen danpaling utama adalah bagaimana cara me-nikmati dan memahami sebuah puisi.

2. Sastra SufistikBagi kaum sufi, sastra (puisi) merupakan

rekaman dari hasil pengalaman spiritualitas-nya. Puisi merupakan perahu perahu yangsebagai transportasi dalam menempuhperjalanan batin di lautan keabadian. Puisiadalah sebuah medium seorang sufi dariinstrumentasi kegelisahan jiwanya, baikberupa dzikir, cinta, kebingungan atau sebuahpengakuan rindunya untuk menjalin kemesraan

Page 3: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Volume 4, Nomor 1, Januari 2013

97Alfaizin

dengan Sang Pencipta. Karena puisi memangsebuah ruang yang tepat dan setia menyedia-kan diri untuk diselubungi dari berbagai intrik,mulai dari perasaan sakit, bahagia, benci,rindu atau cinta.

Dalam konstalasi kaum sufi, puisi me-rupakan salah salah satu jembatan yang palingrepresentatatif untuk mengungkapkan segalapengalaman penyair. Artinya puisi sufistikyang sering disebut sebagai sufisme atautasawwuf, merupakan jalan transendentalismemanusia yang fokus konsentrasi esoteriknyaberbijak kuat pada wacana spiritualismeabsolut manusia dihadapan Tuhan. Olehsebab itu, Sudardi (2003:11) mengatakanbahwa sastra (puisi) sufistik cendrungmengungkapkan sutau pengalaman mistikpribadi yang menuju dan bersatu denganTuhan.

Dengan demikian puisi dalam teks sufistikdapat dianggap sebagai satu-satunya alatatau media untuk meleburkan diri ke alamtransendental. Penyair dengan karya puisinyadapat menemukan pencahariannya di alamyang nir-ruang. Aktifitas semacam ini yangsering dilakukan oleh kaum spiritualis dalammenjalin komunikasi dengan Tuhan. Dalam halinilah, puisi memiliki keunikan tersendiridibanding dengan karya karya yang lain, yaknipuisi sebagai kendaraan merupa-kan prosesperenungan perenungan yang bermuara padaperjumpaan. Implikasinya, mereka mampumencatat ornamen-ornamen dari perjalananjiwanya dalam bentuk puisi, meski kebanyakansulit untuk dipahami (abstrak).

Dalam kesusatraan Indonesia, khususnyapengaruh sufisme telah banyak memberikankostribusi yang luar biasa, kendati lebihdinominasi oleh wacana keislaman, yaknisecara kuantitas islam sangat dominan dankultur pesantren yang menjadi basis kehidupansangat kuat. Sehingga pergulatan-pergulatankaum sastrawan dalam dunia sufistik terusberkesinambungan secara genaratif, sepertiAmir Hamzah, Danarto, Abdul Hadi WM dansebagainya, yang cukup banyak memberikanwarna dalam puisi sufistik. Karena dalam

puisi, penyair dengan leluasa dapat mem-bangun biroisme dalam pengembaraanbatinnya.

Oleh karena itulah puisi dalam teks sufistikmenjadi sesuatu yang sangat berharga danmahal dibanding dengan karya karya lainnya,karena di dalamnya banyak mengandung obatyang dapat menyembuhkan manusia (si Sufi)dari segala penyakit. Di dalamnya terdapatsebuah garis yang mampu menyambungkanmanusia mulai dari alam realitas ke alam yangtidak terbatas. Bahkan dengan puisi, bagiseorang sufi, semua isi alam semesta baikyang hidup secara biologis ataupun yang matidapat diajak mengembara atau berdzikirmenghadap Sang Khalik, sebab pada hakikat-nya semua isi semesta sama, yakni sebagaiciptaan Tuhan yang semuanya menyembahterhadap Tuhan. Meskipun manusia tidak tahusecara persis tentang penyembahan bendabenda itu. Namun dalam spektrum psikologis,bagi kaum sufi hal itu sangat diyakini, bahwasegala yang diciptakan oleh Tuhan senantiasabersembahyang dan bersujud kepadaNya.Disinilah letak kemahalan puisi bagi kaum sufi,tidak ada yang sanggup menerima danmemendam kegelisahan filosofi jiwa se-seorang kecuali dengan puisi. Puisi adalahruang yang dengan senang hati dapatdijadikan objek apupun. Sehingga setiapkegelisahan, kebingungan, keresahan dansebagainya yang terpendam dalam jiwa-jiwapenyair juga bebas terakumulasikan denganbebas dan independen.

C. Sekilas Tentang Antologi Puisi “TarianMabuk Allah”Di Indonesia tradisi sastra sufistik telah

banyak memberikan konstribusi dalam upayarevitalisasi dalam konsep-konsep sufistik. Hallain yang menjadi penopang dalam dinamikakesusastraan sufistik adalah tidak dapatdipisahkannya dari kultur religi (pesantren)yang memang menjadi basis kehidupan danpendidikan dengan nilai-nilai ketauhidan.

Salah satu upaya revitalisasi sastra sufistidi Indonesia adalah Antologi Puisi “Tarian

Page 4: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Jurnal Pelopor Pendidikan

98 KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E

Mabuk Allah” yang di tulis oleh seorang putraMadura, Sumenep, Kuswaidi Syafi’ie. Dalambuku ini sebenarnya mengungkapkan per-jalanan spiritual pribadinya menuju hakikatkesempurnaan yang digambarkan denganseorang salik atau penempuh jalan yangmendambakan kembalinya kehidupan padawarna aslinya yang hakiki, suatu upaya men-jalin penyatuan dengan Sang Kholik.

Dalam antologi ini terbagi menjadi tigadimensi atau sub judul yang secara keseluruh-an berjumlah 99 puisi yang masing-masingterdiri dari 33 puisi.

Pada sub judul yang pertama adalahDermaga, yang terdiri dari 33 puisimengilustrasikan perjalanan roh manusiasebelum di lahirkan ke alam nyata (dunia),yakni satu realitas semesta manusia (roh)yang plural dan eksistensi substansinyaadalah satu kesatuan dengan tuhan yangdalam kepustkaan tasawuf dikenal dengankonsepsi Wahdatul Wujud. Artinya, antara rohmanusai dengan Tuhan tidak ada distingsikendati jelas bahwa roh bukan Tuhan (kesatuanyang ilahiyah). Semua perbedaan bersumberpada satu wujud mutlak, karena roh prakelahiran merupakan tajalli tau representasidari Tuhan. Dengan demikian roh manusiasebelum lahir, sebelum menjelma menjadikenisbian adalah keabadian. Eksistensinyakala itu hanya kesatuan dan kecintaan.

Sub judul yang kedua adalah Samudra,yang menggambarkan perjalanan manusiayang keberadaanya telah menjadi jasad, danroh yang semula suci menjadi nisbi dan kotor.Sehingga keberadaanya sangat bergantungpada sejauh mana totalitas pengabdiandirinya terhadap Tuhan. Dunia yang penuhdengan mimpi dan menjebak, penuh denganrayuan-rayuan yang memukau dapat me-nelikung manusia pada kehidupan yangmengerikan atau kehancuran. Namun,bagaimanapun keadaan keadaan dunia yangmemukau dan menjebak, pada dasarnya jugatergantung pada diri manusia, sebab Tuhanmemberikan jalan atau petunjuk baik berupakitab-kitab atau orang-orang suci, agar

manusia mampu membina keimanan yangkelak akan dipertanggung-jawabkan dihadapan Tuhan.

Sedangakan pada Pulau Impian, merupa-kan sub ketiga yang merefleksikan kembalinyamanusia dengan Sang Kholik setelah me-nempuh lorong panjang yang gelap danpengab di dunia. Di alam ini Tuhan akan dinilaisegala bentuk prilaku yang dikerjakan manusiadi dunia. Tuhan akan memberikann imbalanyang setimpal, baik yang menyenangkan danmenyakitkan semuanya tergantung padatindakan dan perilaku manusia semesahidupnya. Sementara bagi manusia yang telahmenjalani hidup dengan keimanan, tentukeberuntungan juga akan diberikan. Manusiaakan berjumpa kembali seperti semula, yaknisebagai satu kesatuan dengan Tuhan, dimanaketentraman dan kesenangan tidak bisadilukiskan dengan apapun, suatu kehidupanyang penuh dengan ketentraman dankesempurnaan yang tidak terbatas, sepertiketika manusia dalam ruh.

D. Sufisme Kuswaidi Dalam Antologi “TarianMabuk Allah”Pemikiran Kuswaidi tentang eksistensi

manusia pasca kematian ditemukan berjumlah33 data. Namun dalam hal ini penulis hanyamengambil 9 data upaya menghindari peng-ulangan yang tidak representatif. PemikiranKuswaidi yang tertuang dalam puisinya dapatdipaparkan sebagai berikut:

a. Kekasih duhai kekasihSeluruh sembah puji kusampaikankepadaMuYang telah sudi mengundangkankuKe teduhan pulau impianDi mana kupu-kupu dan bungan abadiDalam persandingan hakiki

Seluruh diam dan gerakkuKujelmakan sebagai sujud syukurKarena setitik debu punTidaklah layak rasa kufur (1/EK/99)

b. “Selamat datang pengembara!Di pangkuanKu di beranda istanaKuDalam kondisi rodhiyatan mardhiyyah

Page 5: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Volume 4, Nomor 1, Januari 2013

99Alfaizin

Telah kugelar beribu permadaniTelah kutata beribu gelas keindahanTelah kurapikan beribu ranjang kedamaianTelah kusiapkan beribu bantal penantianTelah kesediakan beribu bidadarikenikmatanBahkan Aku pun mengharapkanmu

Pada saatnya nantiKupersilakan engkau menikmatinyaSebagai tebusan terhadap segala cintamu”(2/EK/100)

Pada bait tersebut menggambarkankehidupan setelah kehidupan yang nyata.Kuswaidi dalam puisinya lebih banyakmenggambarkan keberadaaan manusia yangmenyenangkan, satu ketakjuban terhadapTuhan dan sekaligus pertemuan kembalidengan Tuhan, yakni bagi manusia yang lolosmenghadapi berbagai intrik atau persoalansemasa hidupnya di dunia. Artinya, manusiasetelah melewati berbagai ujian di dunia, dansetelah mendapatkan maqam tertinggi di sisiTuhannya, akan merasakan kenikmatan-kenikmatan yang tidak berstatus dan tidakberidentitas, melainkan hanyalah sebagai danmenjadi kekasih bagi Tuhannya. Sepertikutipan berikut; “…Seluruh sembah pujikusampaikan kepadaMu/Yang telah sudimengundangku/Ke teduhan pulau impian / Dimana kupu-kupu dan bungan abadi/Dalampersandingan hakiki (1/EK/99).

Teks tersebut melantunkan sebuah pujian-pujian dan pengagungan terhadap suatukondisi yang telah berada di pangkuan-Nya,dan pujian sebagai kekasih-Nya yang selalumenunjukkan realitas hakiki. Realitas danhakekat dirinya yang berada dan mengada disurga ‘adn, yang berpagar bunga-bunga dankupu-kupu yang selalu menghibur dirinya,lantaran di sana tidak ada lagi pembeda antaraduka lara dengan bahagia, semua yangdilarang menjadi halal, lantaran ia telahmelewati berbagai cobaan yang menyakitkanselama di dunia. Ruhnya menyatu dalamkeabadian yang sempurna dengan keridhaan-Nya sehingga tidak ada yang perlu ditangisiataupun ditertawakan.

Lebih lanjut, Kuswaidi dalam penggalanpuisi-puisinya; “Seluruh diam dan gerakku/Kujelmakan sebagai sujud syukur / Karenasetitik debu pun / Tidaklah layak rasa kufur(1/EK/99). Setiap gerak laku hanya bermuarapada kesucian Dzat-Nya. Hakekat dari segalaruang, inti dari segala awal dan akhir ke-sementaraan, semua akan menjadi abadidalam sujud yang melewati batas-waktu.Sebentuk kesadaran yang paling sublimmengakar dalam inti kesadarannya. Denganbegitu, sempurnalah kenikmatannya.

Ketika Tuhan telah bertitah dan berfirman“maka jadilah semuanya”, sehingga ke-sempurnaan yang dibangun dalam dirimanusia akan menjadi nyata, senyata-nyatanya, selengkap-lengkapnya, senikmat-nikmatnya. Layaklah ketika Tuhan meng-hamparkan permadani bagi hamba-Nya yanglulus dalam menapaki cobaan dan pen-deritaan selama di dunia. Seperti kutipanberikut “...Telah kugelar beribu permadani/Telah kutata beribu gelas keindahan/Telahkurapikan beribu ranjang kedamaian/Telahkusiapkan beribu bantal penantian/Telahkesediakan beribu bidadari kenikmatan/Bahkan Aku pun mengharapkanmu (2/EK/100).Manusia yang telah mencapai puncakkesemestaan, ia akan merasakan sebentukkenikmatan-kenikmatan yang menjelmabermacam anggur yang ada dalam gelasmutiara yang ada dalam istanaNya, denganberibu-ribu bidadari mengelilingi sebagaihadiah yang diberikan bagi hambaNya. BahkanTuhanpun menginginkan dirinya sebagaikekasihNya.

Lebih lanjut, “Pada saatnya nanti /Kupersilakan engkau menikmatinya / Sebagaitebusan terhadap segala cintamu” (2/EK/100).Ketika manusia telah menjalani berbagaideraan dari berbagai ujian dan cobaan, tapitetap berada dalam arus gelombang cintanya,akan merasakan pembalasan yang mahapurna dari Tuhannya. Dengan kata lain,pengembaraan yang dilakukan telah mem-bawanya pada tempat yang diimpi-impikanoleh setiap manusia.

Page 6: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Jurnal Pelopor Pendidikan

100 KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E

Mahabbah Ilallah telah melahirkansebentuk kenyataan-kenyataan yang palinghakiki dan sublim, sehingga Tuhan telahmenyediakan berbagai kenikmatan dalamtaman surga-Nya.

Lebih lanjut Kuswaidi menggambarkankeagungan-Nya dan menganggap-Nyassebagai kekasih, sebagai berikut:

c. Kekasih duhai kekasihInikah hakikat penderitaan penderitaanYang sesungguhnya bemuara padasamudra kenikmatan?Diatasnya selusin sampan terkimbangDidayualunkan oleh angin ketabahanIkan ikan hias yang berseleweranMengidungkan sejuk persahabatanO persandingan delima dan bulan. (3/EK/103)

d. Kekasih duhai kekasihBetapa dahsyatnya jelmaankeagungannMuYang memenuhi ruas ruas impianHingga tangan dan lututku keluUntuk melukis dan mengungkapkannya.

Di titik kelemahanku itu duhai kekasihKagum dan dan cinta berkawin mesraDengan iringan dawai suling pengunungan(4/EK/104)

e. Kekasih duhai kekasihSurga yang engkau perlihatkanMembuatku lupa pada segala nistaHingga sejarah jelaga sirnaDan ombak kesahduan tiada hentiMendebur-debur di dadaSerasa tak pernah punya masa laluAku beranjak riang ke depanDengan kembang-kembang harapan dankeyakinan (5/EK/105)

Dalam bait-bait ini menunjukkan ke-beruntungan setelah sekian lama di alamsamudra (dunia) menghadapi penderitaan.Semua penderitaan penderitaan yang dihadapiselama menepuh kehidupan ternyata tidak siasia, tapi sebuah perjuangan yang akhirnyamendapatkan kesenangan yang semua bendabenda pun ikut menyenandungkan keakraban,kebahagian dan penyatuan kembali. Inilahsebentuk akhiran dari segala ruang, dimana

manusia yang mengalami beraneka-ragampenderitaan-penderitaan akan mendapatkanimbalan yang setimpal dari Tuhannya. Sepertikutipan berikut “…Inikah hakikat penderitaanpenderitaan / Yang sesungguhnya bemuarapada samudra kenikmatan/Di atasnya selusinsampan terkimbang/Didayualunkan oleh anginketabahan/Ikan ikan hias yang berseleweran /Mengidungkan sejuk persahabatan / Opersandingan delima dan bulan. (3/EK/103).Sebuah muara dari kegetiran-kegetiran yangmengalunkan berbagai lagu-lagu ketabahanyang paling sempurna. Manusia telahmencapai puncak persandingan dirinya denganTuhannya. Hakekat dari segalah hasrat yangmenjelma kesejukan-kesejukan air firdausdalam arus cintanya. Seperti penggalan berikut“...Surga yang engkau perlihatkan/Membuatkulupa pada segala nista/Hingga sejarah jelagasirna/Dan ombak kesahduan tiada henti/Mendebur-debur di dada/Serasa tak pernahpunya masa lalu/Aku beranjak riang ke depan/Dengan kembang-kembang harapan dankeyakinan (5/EK/105).

Siapa yang mampu mengingat penderitaandalam kenikmatan yang amat sangat batinseseorang. Kalau ia mampu mengingat pen-deritaan itu, berarti kenikmatan yang di-dapatkan belum mencapai mustawan, belumsampai pada kenikmatan yang paling abadi,yakni penyatuan dirinya dengan Tuhannya.Ketika surga diperlihatkan kepada manusia,segala penderitaan yang mendera batinnyaakan sirna seketika, bagai seorang pelupayang tak ingat jalan pulang menuju rumahnya.Artinya, apabila kesakitan-kesakitan itumemuncak dan sampai pada katarsisme –diri,tentu tidak akan dirasakan sebagai penderita-an, melainkan sebuah kebahagiaan ataukenikmatan yang melebihi kapasitas ke-bahagiaan itu sendiri. Dengan kata lain, iasudah tidak bisa membedakan lagi antarapenderitaan dan kenikmatan yang terjadi padadirinya. Dalam artian antara kebahagiaan danpenderitaan itu sama saja. Tak ada masa masalalu dan masa depan, semuanya meleburdalam kesatuan rasa yang tidak diketahui

Page 7: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Volume 4, Nomor 1, Januari 2013

101Alfaizin

identitasnya, tapi tetap memiliki muara, yaknikesahduan dalam bercinta denganNya denganpenuh keyakinan. Bukankah keyakinan yangakan membawa seseorang berdiam dalamkeabadian. Abadi dalam genggamanNya.

Dalam puisi selanjtunya Kuswaidi jugamelanjutkan:

f. Betapa segalanya tersedia duhai kekasihFadhilahMu amat melimpah ruahMembentuk konvoi konvoi gelombangDan menghantam seluruh takaran cintakuWahai betapa kerdil semesta eksistensikuSehingga alunan-alunan syukur di dadaSeringkali digelayuti rasa malu kepadaMu.6.EK/115)

g. Ada dayang yang mandi telanjangDi perigi dan di sungai penantian

Ada pepohonan yang rantingnya berkidungkasmaranDihinggapi burung burung pemabuk cinta.

Ada banyak rumpun bungaDicumbui kupu-kupu yang haus madu

Kekasih duhai kekasih!Akulah angin lanang yang akan membelainya

Ada beragam sungai susuTiada berhenti mengalir dari payudaraMu

Ada beragam sungai maduTiada henti mengalir dari kelopak mataMu

Ada beragam sungai khamerTiada henti mengalir dari kalbumu

Ada beragam sungai yang amat jernihTiada henti mengalir dari ronggaMu

Kekasih duhai kekasih!Akulah kijang jantan yang meregukya (7/EK/113)

Betapa jelas gambaran puisi ini bahwatotalitas kesenangan manusia sangatsempurna. Sempurna dalam dekapan-dekapanmesra dari Tuhan, dengan berbagai fasilitasyang Tuhan berikan kepada hambaNya, yangselama di dunia menjalani pengembaraanyang tulus dan ikhlas. Tuhan telah memberikan

apa yang sesuai dengan yang dilakukan olehhamba-Nya. Bukankah setiap tindakan me-ngandung berbagai macam implikasi; baik atauburuk itu harus diterima sebagai rasatanggungjawab. Sebagai hamba harus selalusiap menerima apa yang akan diberikan Tuhankepadanya. Baik itu yang berkenaan denganhadiah atau hukuman, lantaran Tuhan mahamengetahui terhadap apa dan bagaimanayang dilakukan manusia semenjak di dunia.

Kalau manusia berbuat sesuatu hanyauntuk mencari keridhaanNya, tentu akanberjumpa denganNya. Seperti kutipan berikut“…FadhilahMu amat melimpah ruah/Membentuk konvoi konvoi gelombang/Danmenghantam seluruh takaran cintaku. Manusiatelah sampai pada puncak eksistensinya,mendapatkan semua yang diinginkan sesuaidengan impian-impian dan harapan-harapansemenjak di dunia. Dan harapan itu bukanhanya sebatas harapan, melainkan diper-juangkan dengan istiqamah dan intensitastinggi dalam menggapainya. Seperti kutipanselanjutnya “Wahai betapa kerdil semestaeksistensiku/Sehingga alunan-alunan syukur didada/Seringkali digelayuti rasa malukepadaMu. 6.EK/115).

Ketika manusia telah berhadapan denganTuhannya, segala apa yang melekat ditubuh-nya, seperti tidak memiliki kekuatan apapun,lantaran semuanya akan kembali kepadaNya.Artinya, manusia tidak mempunyai dayakecuali daya dariNya.

Segala eksistensi manusia melebur jadisatu dalam qudrah iradahNya. Ia (manusia)hanya dapat merasakan berbagai fasilitasyang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Sepertikutipan berikut “...Ada beragam sungai yangamat jernih/Tiada henti mengalir darironggaMu/Kekasih duhai kekasih/Akulahkijang jantan yang meregukya (7/EK/113).

Segala fasilitas yang diperuntukkankepada manusia telah tersedia sedemikianrupa di depan mata, tinggal bagaimanamanusia menggunakan itu semua. Itu semuaberkat apa yang dilakukannya semenjak didunia. Setiap saat yang dilakukan dan dialami

Page 8: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Jurnal Pelopor Pendidikan

102 KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E

oleh manusia adalah kemabukan realitastertinggi, yakni dengan Allah.

Lebih lanjut Kuswaidi mengatakan:h. Siapapun yang memandang kita

Akan terhindar dari segala rengsaDan kebun anggur didalam jiwanyaSekejap mata akan berubah seibu kaliHingga penorama tak mungkin terpotrethati. (8/EK/124)

i. Kini aku tak lagi berdebar memandangMuKini aku tak lagi butuh mendekatMuInilah totalitas tawakkalkuInilah totalitas keislamanku (9/EK/129)

Demikian jelas keberadaan manusia daripuisi-puisi tersebut bahwa, ketika telah beradadalam satu kesatuan kembali dengan Tuhan,tidak perlu lagi ada rasa ngeri, takut ataukhawatir, yang ada hanyalah puncak daritotalitas realitas diri yang paling tinggi. Sepertikutipan berikut; “…Kini aku tak lagi berdebarmemandangMu/Kini aku tak lagi butuhmendekatMu/Inilah totalitas tawakkalku/Inilah totalitas keislamanku” (9/EK/129).

Di sinilah, sebentuk pemujaan menjelmabersorak sorai, dan menjadi luapan-luapanpersetubuhan dalam satu ranjang keabadian,menari nari dalam kemabukan sampai tidakada lagi jantung yang berdetak yang muaranyamenjelma penari tunggal, yakni bersetubuhdengan yang memegang otoritas tertinggi(Allah).

E. PenutupBerdasarkan analisa data yang telah di-

paparkan tersebut dapat ditarik kesimpulanbahwa, konsep sufisme atau dimensi sufistikpemikiran Kuswaidi Syafi’e yang tercermindalam antologí puisí “Tarían Mabuk Allah”sebagaí berikut:

1. Dalam pengembaraan batin, penyairsebagai seorang salik mengatakanbahwa, perjalanan roh manusia se-belum dilahirkan adalah satu kesatuandengan Sang Kholik, tidak ada distingsiantara manusia dengan Tuhan, kendatimanusia itu jelas bukan Tuhan. Ke-beradaan manusia adalah rahasia llahi.

Penampakan manusia merupakanmanifestasi dari Tuhan. Sehinggadalam kondisi yang demikian manusiatidak memiliki kepentingan atau‘kehendak selain menyaksikan ketakju-ban dan ke-MahakuasaanNya.

2. Pengembaraan ruh yang telah terlahirke alam nyata (dunia), yakni ruh yangtelah berbentuk jasad atau ruh yangsemula suci menjadi nisbi. Di duniamanusia akan berhadapan denganintrik intrik dan dosa yang mampumerusak manusia keadaan yangmemperihatinkan. Manusia dapatmenjelma sebagai seorang yang kerdil,pendusta dan sebagainya. Namunapapun yang dihadapi manusia,mengenai kebaikan dan keburukansebenarnya tergantung pada kohesivi-tas manusianya. Sebab manusiadiberikan potensi untuk bersikap danberbuat oleh Tuhan disamping jugatelah diberikan lorong lorong pen-cerahan untuk Menuju puncak ke-sempurnaan atau telah diberi jalan,mana yang fatamorgana dan manayang sifatnya keabadian, mana yangsia sia dan mana yang kesejatian,mana yang namanya kemarahan danmana yang namanya ketabahan. Tapiyang peling penting dalam menempuhkehidupan yang menjebak ini, manusia,pertama kali harus mengakui ke-beradaan dirinya yang kerdil danberusaha berguru pada Yang MahaGuru, yakni Tuhan, pada para kholifahatau pada kitab kitab, sebagaimanayang telah di kirimkan oleh Allah.Dengan banyak berguru dan mengaji,tentu manusia akan memiliki keimanandan keyakinan yang melahirkankecintaan yang kuat. Sehingga pe-ngembaraan yang ditempuh di alamfana ini tidak mudah terjebak olehsuasana menggiurkan yang dapatmelahirkan suatu kehidupan yangsangat memprihatinkan, terutama

Page 9: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Volume 4, Nomor 1, Januari 2013

103Alfaizin

pada kehidupan yang akan datang(akhirat), yang pasti diminta per-tanggung jawaban dihadapan Allah.

3. Sementara dalam kehidupan lain,manusia pasti kernbali keasalnyayakni: Tuhan. Bagi manusia yang gagaldalam menjalani kehidupan di Dunia,Allah akan memberikan sebuahhukurrían yang setimpal dengan apayang telah dikerjakan ketika hidup dialam fana. Tapi sebaliknya, ketikamanusia telah lolos dari segala intrikdan persoalan yang diberikan Allah,manusia akan menikrnati segalahidangan yang sebelumnya tidakpernah bisa dílukiskan dengan bahasaapapun. Di alam ini manusia akanmendapatkan segala kenikmatan yangtidak terperi, karena segala kebutuhantelah tersedia. Tidak ada lagi perasaankhawatir, takut, ngeri dan sebagainya.Sebab segalanya telah menjelmasempuma. Manusia kembali menjaditamu yang istimewa dihadapan Allah,yang setiap saat mesti dilayani darisegala yang diinginkan. Sehinggakeberadaan manusia malah semakinsempurna, kernabukan cintanyapuntidak mampu dihentikan oleh siapa-pun. Manusia telah terhindar darisegala marabahaya dan kembalimenjadi kemanunggalan denganTuhan.

Jadi, karya sufistik (sastra) merupakankarya cipta manusia yang memendampersoalan persoalan kehidupan yang kadangdiasumsikan sebagai paham atau ajarankontroversial. Sehíngga posisinya dianggapberbahaya bagi kalangan masyarakat.Padahal, jika diapresiasi lebih jauh (lewatlogika), ada semacam pencerdasan sprituali-tas yang paling tidak dalam menempuhkehidupan serta akan menemukan nilai nilaiestetik dan esoterik.

Daftar Pustaka:Kuswaidi Syafi’e, Tarian Mabuk Allah, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 1999_______________, Pohon Sidrah, Fajar

Pustaka, Yogyakarta, 2000_______________, Tafakkur di Ujung Cinta,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar

sastra, Angkasa, Bandung, 1984.Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi,

Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, 2002.

N. Dami Toda, Apakah Sastra, Indonesia Tera,Magelang, 2005.

Afrizal Malna, Sesuatu Indonesia, YayasanBintang Budaya, Yogyakarta, 2000

Bani Sudardi, Sastra Sufistik, PT T igaSerangkai, Solo, 2003

Page 10: KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E DALAM  · PDF filesebenarnya merupakan pengalaman seorang pencari ... berupa dzikir, cinta, ... jalanan spiritual pribadinya menuju hakikat

Jurnal Pelopor Pendidikan

104

Puisi adalah sebuah medium seorang sufidari instrumentasi kegelisahan jiwanya,

baik berupa dzikir, cinta, kebingungan atausebuah pengakuan rindunya untuk menjalin

kemesraan dengan Sang Pencipta.

KONSEP SUFISME KUSWAIDI SYAFI’E