10
EKSISTENSI WANITA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh : Aprijon Efendi 1 Abstract: Women have a vital role for the welfare of the community, both on a small scale such as family formation and in such large-scale development of the country. Islam asserts that, the identity of a nation with close ties to the role of women, even the existence of a benchmark for the success of women of the country, if a woman becomes both, then the country will go forward, otherwise if she does not act well then the country will be destroyed. Although women have made significant contributions in development, but the role of women has not been proportional to the number of existing female population. Currently various problems still disturbing existence of women in society. To overcome these authors offer some views, such as relocating back function submit completely to the woman and the woman herself, but still adhere to the instructions of the Qur’an and Hadith. Kata kunci : Eksistensi, Peran ganda, Kontribusi, Problema Pendahuluan Seorang pengamat wanita “Simon de Beavior” mengatakan: (Kaum wanita adalah makhluk lemah yang senantiasa membutuhkan perlindungan dan bantuan. Kaum wanita sepanjang usianya, selalu berusaha membuktikan eksistensinya dalam masyarakat, tapi pada akhirnya mereka juga tidak mampu berbuat sesuatu yang berarti). Proses pendidikan sosial cukup berperan aktif dalam menciptakan pandangan seperti ini. Oleh karena itu muncul beberapa karakteristik yang dirasakan oleh seorang anak yaitu perbedaan antara pria dan wanita. Sebagai makhluk sosial yang jumlahnya lebih dari separoh penduduk dunia, tidak sedikit wanita yang merasa galau dan takut, seandainya nanti mereka tidak mendapat pasangan hidup, sehingga sebagian mereka terkesan selalu berusaha memamerkan lekuk tubuhnya supaya menarik untuk dipandang lawan jenis. Dalam berpakaian misalnya, secara mayoritas penampilan pria jauh lebih sopan dibandingkan wanita. Inilah salahsatu penyebab wanita tidak mampu membuktikan eksistensinya ditengah masyarakat sebagai makhluk sosial yang bermartabat mulia. Meskipun telah banyak memberikan kontribusi dalam membangun peradaban dunia, namun peranan wanita dalam hal itu masih dianggap sebagai faktor pelengkap. Berbagai problema seputar wanita masih menggeluti wanita itu sendiri dari dulu sampai sekarang, sehingga persoalan wanita telah menjadi persoalan masyarakat dan pemerintah secara global. Pembahasan A. Eksistensi Wanita Dalam Masyarakat 1. Wanita sebagai anggota masyarakat. Ketika Islam datang disemenanjung Arab, negara-negara Barat didominasi oleh pandangan Romawi, Yunani dan Kristen yang masih memandang negatif terhadap wanita. Kemudian Islam muncul, merombak total pandangan tersebut dan merekonstruksinya sedemikian rupa sehingga wanita tidak lagi dipandang sebagai sosok tubuh yang hina, tetapi diposisikan pada tempat yang mulia dan dapat melindungi jati diri kaum wanita, berikut hak dan kewajiban wanita dalam al-Qur’an: 1. Dosen UIN Suska, Pekanbaru, Riau

kewujudan wanita dlm islam.pdf

  • Upload
    ainzaba

  • View
    37

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kewujudan wanita dlm islam.pdf

137Eksistensi Wanita dalam Perspektif Islam (Aprijon Efendi)

EKSISTENSI WANITADALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh : Aprijon Efendi1

Abstract: Women have a vital role for the welfare of the community, both on a small scale such as family formation andin such large-scale development of the country. Islam asserts that, the identity of a nation with close ties to the role ofwomen, even the existence of a benchmark for the success of women of the country, if a woman becomes both, then thecountry will go forward, otherwise if she does not act well then the country will be destroyed. Although women have madesignificant contributions in development, but the role of women has not been proportional to the number of existing femalepopulation. Currently various problems still disturbing existence of women in society. To overcome these authors offer someviews, such as relocating back function submit completely to the woman and the woman herself, but still adhere to theinstructions of the Qur’an and Hadith.

Kata kunci : Eksistensi, Peran ganda, Kontribusi, Problema

PendahuluanSeorang pengamat wanita “Simon de Beavior” mengatakan: (Kaum wanita adalah makhluk lemah yang

senantiasa membutuhkan perlindungan dan bantuan. Kaum wanita sepanjang usianya, selalu berusaha membuktikaneksistensinya dalam masyarakat, tapi pada akhirnya mereka juga tidak mampu berbuat sesuatu yang berarti).

Proses pendidikan sosial cukup berperan aktif dalam menciptakan pandangan seperti ini. Olehkarena itu muncul beberapa karakteristik yang dirasakan oleh seorang anak yaitu perbedaan antara priadan wanita. Sebagai makhluk sosial yang jumlahnya lebih dari separoh penduduk dunia, tidak sedikitwanita yang merasa galau dan takut, seandainya nanti mereka tidak mendapat pasangan hidup, sehinggasebagian mereka terkesan selalu berusaha memamerkan lekuk tubuhnya supaya menarik untuk dipandanglawan jenis. Dalam berpakaian misalnya, secara mayoritas penampilan pria jauh lebih sopan dibandingkanwanita.

Inilah salahsatu penyebab wanita tidak mampu membuktikan eksistensinya ditengah masyarakatsebagai makhluk sosial yang bermartabat mulia. Meskipun telah banyak memberikan kontribusi dalammembangun peradaban dunia, namun peranan wanita dalam hal itu masih dianggap sebagai faktorpelengkap. Berbagai problema seputar wanita masih menggeluti wanita itu sendiri dari dulu sampaisekarang, sehingga persoalan wanita telah menjadi persoalan masyarakat dan pemerintah secara global.

PembahasanA. Eksistensi Wanita Dalam Masyarakat1. Wanita sebagai anggota masyarakat.

Ketika Islam datang disemenanjung Arab, negara-negara Barat didominasi oleh pandangan Romawi,Yunani dan Kristen yang masih memandang negatif terhadap wanita. Kemudian Islam muncul, merombaktotal pandangan tersebut dan merekonstruksinya sedemikian rupa sehingga wanita tidak lagi dipandangsebagai sosok tubuh yang hina, tetapi diposisikan pada tempat yang mulia dan dapat melindungi jati dirikaum wanita, berikut hak dan kewajiban wanita dalam al-Qur’an:

1. Dosen UIN Suska, Pekanbaru, Riau

Page 2: kewujudan wanita dlm islam.pdf

138 MUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂH , Vol. 5, No. 2, Desember 2013

1) Islam tidak membedakan kedudukan antara pria dan wanita karena diciptakan dari unsur yangsama, Allah berfirman: (Q.S. 4:1, 49:13, 30:21)

“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dandari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-lakidan perempuan yang banyak.“ ( Q.S. 4:1).

“ Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan danmenjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnyaorang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. SesungguhnyaAllah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal “(Q..S. 49:13)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “ (Q.S.30:21).

2) Islam menganggap wanita adalah patner kaum pria dalam berbuat kebaikan, peran dantanggungjawab wanita sama dengan pria, Allah berfirman: (Q.S. 9:71-72).

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagisebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikanshalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat olehAllah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. 9:71)

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surgayang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempatyang bagus di surga ‘Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yangbesar.(Q.S. 9:72).

3) Islam mengakui karya dan peran wanita serta memberikan ganjaran dengan porsi yang sama dengankaum pria. Islam lebih melihat kepada hasil kerja seseorang terlepas apakah ia pria atau wanita,Allah berfirman: (Q.S. 16:97, 33:35)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, MakaSesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beriBalasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. 16:97)

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki danperempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yangsabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuanyang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyakmenyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S.33:35)

.4) Islam memberikan kesempatan yang sama antara wanita dan pria dalam mendapatkan pendidikan

untuk bekal masa depan (Q.S.9:122, 58:11).

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiapgolongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untukmemberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjagadirinya.” (Q.S. 9:122).

Page 3: kewujudan wanita dlm islam.pdf

139Eksistensi Wanita dalam Perspektif Islam (Aprijon Efendi)

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Makalapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”,Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yangdiberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.58:11).

Aplikasi dari ayat-ayat diatas, dapat kita lihat dalam sejarah Islam yaitu tercatat nama-nama wanitayang ikut berperan mewarnai kehidupan bangsa saat itu, baik yang berperan sebagai pedagang, perawat,pejuang, pendidik dan lain-lain, seperti Khadijah binti Khuwailid r.a istri Rasulullah saw adalah pengusahaterkenal pada masanya, Nusaibah r.a sebagai pejuang wanita yang gagah berani, Rufaidah r.a sebagaiperawat, Zainab binti Jahsyi pengrajin pengelolah kulit hewan menjadikanya barang berharga. Dalambidang pendidikan, kita kenal beberapa nama wanita yang berperan sebagai ilmuwan yang ahli Hadits,ahli Fiqih, ahli sastra Arab, sebagai contoh ‘Aisyah r.a, istri Rasulullah saw berperan sebagai pendidikyang aktif mengajar para wanita pada zamannya. ‘Aisyah r.a juga seorang ilmuwan yang mampu menghafalsebanyak 2210 hadits, disamping menguasai ilmu tafsir, fiqih, balaghah, dan sebagainya. Pada zamanberikutnya, wanita tetap menduduki posisi yang sama dimana salahseorang guru Imam Syafi’i adalahwanita yang bernama Sakinah binti Husein, begitu juga Ibnu Hajar al-Asqolani diantara gurunya adalahwanita.

Dari deskripsi diatas, maka jelas adanya bahwa wanita bukanlah rival atau musuh bagi kaum pria,akan tetapi wanita adalah mitra bagi pria, yang keduanya saling mengisi tugas masing-masing sebagaikhalifah di muka bumi ini. Dalam konteks diatas, Syeikh Mutawalli Sya’rawi, ulama kontemporer Mesirmengatakan: “Wanita dan pria diciptakan untuk saling takamul dalam mengemban misi masing-masing. Wanitatidak dapat hidup tanpa pria dan begitu pula sebaliknya, sebagaimana kehidupan yang membutuhkan malam dansiang”.

2. Wanita sebagai Istri dan IbuPeranan wanita sebagai istri dan ibu mendapat perhatian khusus dalam Islam. Menurut konsep

Islam, kedua peranan itu sangat vital bagi kelangsungan hidup yang sejahtera. Status istri dapat memperkuatlembaga (institusi) keluarga, memperkokoh sendi-sendi masyarakat dan kestabilannya. Keberadaan ibumenjamin kesinambungan umat, peran ibu sebagai pendidik anak dianggap tugas utama dan suci. Keadaanwanita disuatu bangsa menjadi tolak ukur keberhasilan generasinya, mengingat eratnya hubungan ibudan anak sejak dalam kandungan. Islam sangat menghormati peran seorang ibu sebagaimana yang terteradalam al-Qur’an, surat al-Ahqof : 15.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnyadengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalahtiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “YaTuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dankepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikankepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau danSesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw menyatakan penghormatan kepada seorang ibu diberikantiga kali lebih banyak dari penghormatan kepada seorang ayah.

3. Wanita sebagai Akademisi dan PolitisiMenjadi masyarakat yang berperadaban maju, pendidikan adalah pilar yang menentukan, tanpa

pendidikan suatu masyarakat akan tetap dalam kebodohan dan akan senantiasa berada dalam kungkungan

Page 4: kewujudan wanita dlm islam.pdf

140 MUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂH , Vol. 5, No. 2, Desember 2013

keterbelakangan, karena pendidikan dipercaya mampu membawa perubahan serta memacu perkembanganmasyarakat. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat, baik kaum pria maupun kaumwanita. Banyak ayat al-Qur’an dan hadits yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu ataubelajar, antara lain surat yang pertama turun:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia darisegumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia)dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. 96 : 1-5).Dan Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah” (Hadits)

Pendidikan bagi wanita tidak hanya hak asasi yang mendasar dan mendapat jaminan dalam Islamakan tetapi adalah kewajiban. Prinsip Islam tidak membedakan antara pria dan wanita dalam hal taklifsyar’i (beban hukum), huquq (hak-hak), wajibat (kewajiban) dan adab. Berangkat dari sinilah, tidak adanyaperbedaan antara pria dan wanita dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Belajar dan mengajar bagi wanitatelah diterapkan sejak masa hidupnya Rasulullah saw dan dilanjutkan pada masa khulafaurrasyidin. Kondisitersebut telah menjadikan ‘Aisyah, ra wanita yang berpengaruh pada masanya. Begitu juga Hafsah bintiUmar bin Khattab dan Fatimah Az-Zahra. Mereka menjadi rujukan para sahabat sepeninggal Rasulullahsaw, justru itu Islam menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu, peluang wanita menuntut ilmu dalamIslam sama dengan kaum pria. Begitu juga dalam bidang politik, tidak ditemukan satu ketentuan agamayang dapat dipahami sebagai larangan keikutsertaan wanita atau yang membatasi bahwa masalah politikhanyalah untuk kaum pria saja, akan tetapi wanita pun juga punya hak yang sama. Dalam hal ini al-Qur’an telah menjelaskan:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagisebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikanshalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat olehAllah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. 09: 71)

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusanmereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yangkami berikan kepada mereka.” (Q.S. 42:38)

Hak memiliki ilmu dan keikutsertaan dalam bidang politik yang dijamin oleh Islam membuktikanpentingnya peranan wanita ditengah masyarakat. Ilmu pengetahuan dan partisipasi wanita dalam bidangpolitik merupakan sarana yang urgen dalam memacu sebuah kemajuan peradaban.

4. Wanita sebagai KaryawatiMelalui al Qur’an, Allah swt memerintahkan umat Islam secara umum tidak membedakan antara

laki-laki dan perempuan untuk selalu berusaha mencari nafkah atau karuniaNya di muka bumi ini.Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlahAllah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.S. 62:10)

Beberapa tahun terakhir ini, telah muncul beberapa studi yang menjelaskan secara gamblang tentangperanan jenis kelamin (gender roles) yang amat berbeda antara satu kelompok sosial dengan kelompoksosial lainnya, juga antara satu budaya dengan budaya lainnya yang dominan dalam masyarakat. Walaupunkajian dan dialog tentang masalah gender ini masih terus berlangsung, namun Freeman D. Margaret Meaddan Samoa berpendapat: “bahwa memang ada pemahaman dominan tentang gender ini yang berangkat dari asumsibahwa cara bertindak dan berperilaku (wanita dan pria) sebenarnya lebih merupakan bagian atau hasil proses udaraketimbang sebagai bagian dari hasil proses biologis”.

Page 5: kewujudan wanita dlm islam.pdf

141Eksistensi Wanita dalam Perspektif Islam (Aprijon Efendi)

Perbedaan struktur tubuh dan tabi’at (kodrat) tidak bisa dijadikan pijakan untuk melihat perbedaanperilaku dan peranan sosial antara wanita dan pria. Sebab setiap wanita dan pria dilahirkan ke dunia initanpa menyadari apakah ia seorang wanita atau pria, juga setiap anak yang lahir tidak mengetahuibagaimana ia akan berperilaku dan berperan setelah ia besar. Kesadaran terhadap jenis kelamin justrumuncul berbarengan dengan perkembangan biologis dan lingkungan. Singkatnya perkembangan biologis(kodrat) dan pengaruh lingkungan inilah yang menciptakan perbedaan peranan dan status sosial antarawanita dan pria.

Berbagai hasil penelitian membuktikan keunggulan sebagian kaum wanita dalam berbagai profesitidak berbeda dengan keunggulan kaum pria, tulis Laila Abdul Wahab. Menurut penulis, kaum wanitatelah mengalami sederet tekanan dan tantangan sehingga mereka mampu mencapai peranan dan status sosialnya,seperti yang terlihat di beberapa negara.

Sebuah penelitian lain tentang kontribusi wanita dalam berbagai profesi seperti menjadi karyawanIndustri menyebutkan, Bahwa berbagai statistik sering tidak memperhitungkan partisipasi wanita. ElyaSyukri dalam bukunya tentang wanita, mengatakan: “Kaum wanita negara Asia Timur memainkan perananpenting sebagai tenaga kerja dalam bidang industri siap pakai. Dimasyarakat non-industri, kaum wanita juga memberiandil besar dalam memproduksi komoditi siap pakai. Sekitar 60-80 persen produksi makanan adalah hasil karyakaum wanita di masyarakat berpendidikan. Begitu juga dalam bidang-bidang lainnya, jasa kerja wanita selaluterlupakan, sebagai contoh: seorang wanita yang melayani pasien dirumah sakit atau suster, ia bekerja dan mendapatkangaji, akan tetapi ketika wanita itu pulang kerumah dan melayani anggota keluarganya yang sakit, ia cuma dikategorikansebagai ibu saja, tidak lebih dari itu dan tidak digaji. Pekerjaannya sebagai suster diperhitungkan sebagai bagiandari Gross Domestik Product (GDP). Artinya pekerjaan seorang wanita sebagai ibu rumahtangga tidak dikategorikansebagai GDP dan tidak dimasukkan ke dalam statistik resmi”.

Melihat banyaknya bentuk pekerjaan yang dilakoni wanita setiap harinya, secara kasar pekerjaanitu dapat di bagi dalam dua bentuk: Pertama: Pekerjaan interen yaitu pekerjaan rumahtangga yangsecara khusus memberikan pelayanan kepada keluarga. Kedua: Pekerjaan eksteren yaitu pekerjaan diluarrumahtangga seperti pekerjaan untuk kelangsungan proses produksi. Kategori pekerjaan bentuk pertamatidak diperhitungkan dalam statistik GDP, karena pekerjaan wanita sebagai ibu rumahtangga tidaktergolong profesi yang memberikan hasil secara materi, bahkan masyarakat mengkategorikan merekasebagai wanita yang hanya ikut suami alias tidak punya pekerjaan.

Adapun peranan wanita dibidang lainnya seperti pertanian, khususnya di negara-negara Asia, Boserupmengatakan: “Sekitar 41 sampai 76 persen wanita ikut andil dalam mengelolah pertanian, disamping pekerjaanmereka sebagai ibu rumahtangga” . Selain itu, pekerjaan wanita di dalam rumahtangga dinilai hanya sebagaipengabdian yang memang harus dilakukan wanita sebagai ibu rumahtangga yang tidak diperhitungkandalam statistik resmi. Selama ini, dasar pernilaian dalam kehidupan rumahtangga terfokus pada perbedaanjenis kelamin (biologis) untuk menentukan peranan dan pekerjaan yang mesti dilakukan oleh masing-masing wanita dan pria. Di negara berkembang, nilai dan derajat sosial seorang wanita, khususnya padamasyarakat pedesaan, tidak hanya ditentukan oleh peranannya di bidang ekonomi dan sosial semata,akan tetapi ditentukan oleh seberapa banyak anak yang mampu ia lahirkan. Sehingga bila seorang wanitatidak bisa melahirkan (mandul), maka nasibnya akan selalu tertekan oleh perilaku masyarakat dan pihakkeluarga suami.

B. Peran Wanita Antara Harapan dan KenyataanKemajuan teknologi dan modernisasi telah merubah sebagian nilai-nilai sosial termasuk konsep

jatidiri wanita dan peranannya dalam masyarakat. Kalau dulu wanita selalu disibukkan oleh kerjarumahtangga di sektor domestik yang menghabiskan waktunya berjam-jam memasak, mencuci, danlain-lain. Dengan bantuan teknologi mesin cuci, kompor gas, alat masak listrik dan seperangkat alatdapur moderen lainnya meringankan dan mempersingkat tugas wanita di sektor tersebut. Waktu yang

Page 6: kewujudan wanita dlm islam.pdf

142 MUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂH , Vol. 5, No. 2, Desember 2013

longgar telah mendorong wanita bekerja di luar rumah. Disisi lain, kemajuan pendidikan dan ekonomitelah mengembangkan fungsi wanita dalam berbagai jabatan, baik di sektor pemerintahan maupun swastatelah menciptakan ajang kompetisi bagi wanita. Peran wanita semakin bervariasi, kodratnya tidak lagidianggap menjadi kendala dalam menduduki posisi-posisi tertentu yang sebelumnya didominasi kaumpria. Wanita karir dan wanita berperan ganda menjadi istilah yang populer di masyarakat. Berdasarkansurvei yang dilakukan majalah Femina, Mei 1993 menunjukkan bahwa sektor publik nampaknya telahdianggap sebagai bagian dari kehidupan wanita. Motivasi kerja bagi wanita bervariasi, tidak lagi disebabkanoleh faktor kebutuhan ekonomi semata, akan tetapi ada wanita yang bekerja karena merasa kerja adalahkewajiban, ada yang motivasinya demi menambah wawasan dan pergaulan bahkan ada yang terdorongoleh kepuasan diri dan sebagainya.

Komitmen pada wanita berperan ganda dinilai cukup tinggi, baik pada wanita yang bekerja denganmotivasi ekonomi maupun pada wanita yang mencari kepuasan diri, bahkan ada wanita yang berusahasekuat tenaga untuk dapat menjadi wanita berperan ganda walaupun tidak mendapat dukungan suami.Penelitian yang pernah diadakan di Jawa Timur menyebutkan bahwa 60 % dari 352 responden yangdiwawancarai menjawab akan tetap bekerja sekalipun sudah ada rezeki yang memungkinkan kehidupankeluarganya berkecukupan.Kiprah memiliki peran ganda dalam mengarungi kehidupan telah banyakdilakoni oleh wanita Indonesia. Kebijaksanaan pemerintah memberi peluang pada wanita untuk ikutmengisi dinamika pembangunan. Pemerintah menyadari pentingnya partisipasi wanita dalammenyukseskan pembangunan di negeri yang mana lebih dari separoh penduduknya adalah wanita.Kebijaksanaan pemerintah ini dipertegas melalui Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasankonstitusional yang menetapkan kesamaan hak antara pria dan wanita. Pada landasan operasional yaituGBHN juga telah memperjelas posisi wanita sebagai warga negara dan sebagai sumber insani bagipembangunan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan kaum pria disegala sektorkehidupan.

Mengikutsertakan wanita dalam dinamika pembangunan adalah suatu hal yang positif, terutamabagi wanita yang bekerja dengan motivasi ekonomi. Kerelaan wanita berperan ganda telah meningkatkanjumlah keluarga yang tadinya berstatus kekurangan menjadi berkecukupan. Ibarat mata uang, disatu sisiperan wanita disektor publik dibutuhkan, demi kelancaran pembangunan dan demi meningkatkankesejahteraan keluarga. Sementara disisi lain, dibalik gemuruhnya wanita berbondong-bondong memasukilapangan pekerjaan, terdengar nada-nada sumbang sebagai ekses peran ganda wanita, mulai dari perlakuantidak senonoh dari atasannya dikantor atau majikan di pabrik-pabrik yang lebih dikenal dengan istilahpelecehan seksual (sexsual harassment), upah buruh wanita yang masih diskriminatif, serta menyebabkanterjadinya kenakalan remaja (juvenile del inquency) serta stres yang melanda sebagian wanita yang berperanganda.

Pelecehan seksual sering terjadi karena masih banyak pria yang menganggap wanita hanya sebagaipemuas hawa nafsu seks pria. Rendahnya upah kerja wanita karena kurangnya keberanian wanita menuntuthak-haknya akibat dari rendahnya pendidikan mereka. Walaupun negara kita telah merdeka lebih dari60 tahun, ternyata masih banyak wanita Indonesia hanya tamatan SLTP. Dengan bekal kesadaran yangminim akibat pendidikan yang rendah, maka jumlah pekerja wanita hanya menjadi sekedar pemarakangka-angka statistik angkatan kerja wanita Indonesia.Meningkatnya kenakalan remaja, terutama dikota-kota besar akibat kurangnya perhatian orang tua. Meskipun kita hidup dalam masyarakat macho,pendidikan anak di sebagian besar keluarga sepenuhnya diserahkan kepada seorang ibu, akibat peranganda seorang ibu kurang bahkan tidak lagi punya waktu memperhatikan perkembangan pendidikananaknya.

Peran ganda bagi wanita seperti buah simalakama. Sebuah studi kelompok penelitian dari InstitutPenelitian Kedokteran Karolinston, Stokholm-Swedia menyatakan: “bahwa penyakit jantung koroner dikalanganwanita berperan ganda yang berumur 30-60 tahun meningkat lebih dari 50 % dibanding 15 tahun sebelumnya.Penyebabnya adalah stress. Mereka menghadapi dilema atas tuntutan yang dilakoni sebagai wanita berperan ganda.

Page 7: kewujudan wanita dlm islam.pdf

143Eksistensi Wanita dalam Perspektif Islam (Aprijon Efendi)

Disatu sisi mereka dituntut untuk berprestasi di institusi tempat bekerja, disisi lain, sebagai seorang istri dan ibu bagianak-anaknya mereka dihadapkan pada pekerjaan rumah yang tak habis-habisnya. Tuntutan pekerjaan yang begituberat dapat memicu stress yang menjadi penyebab munculnya penyakit jantung koroner”.

Berdasarkan penelitian yang dilangsungkan di tiga kecamatan di Jakarta Selatan menunjukkanindikasi besarnya prosentase gejala serangan jantung pada wanita. Walaupun survei itu tidak didasarkanpada pemeriksaan intensif, yang dicatat hanya indikasi khususnya yaitu sakit dada. Dari responden yangmengalami gangguan jantung tersebut ternyata 66 % adalah wanita berperan ganda. Begitu juga disisilain, tingkat kematian bayi pada wanita bekerja jauh lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang tidakbekerja. Hal ini dibuktikan oleh penelitian “Sukirman” (peneliti tentang wanita) tahun 1983 di JawaTengah yang menunjukkan bahwa kematian bayi pada wanita ternyata lebih disebabkan oleh sedikitnyakesempatan ibu-ibu pekerja menyusui bayi sehingga disinyalir bayinya kekurangan nutrisi. Ditinjau darilamanya waktu bekerja, jam kerja wanita berperan ganda jauh lebih panjang dibandingkan jam kerjapria, sementara perolehan yang didapat tidak seimbang dengan beban dan resiko yang ditanggung.

Problem wanita berperan ganda tidak hanya dialami wanita Indonesia saja, akan tetapi juga wanitadi berbagai negara berkembang lainnya. Dalam konfrensi PBB yang membahas urusan wanita di Kopenhagen-Denmar pada september 1994 terungkap bahwa wanita pekerja di negara berkembang yang nota beneadalah negara Islam, menyandang kemiskinan dan menderita berbagai macam penyakit akibat perbedaanperlakuan antara pria dan wanita.

Sisi negatif yang dipaparkan diatas merupakan kendala yang menghalangi kiprah wanita dalampembangunan, pada hal peranan wanita membenahi problema yang ada di tengah masyarakat sangaturgen sekali. Mengabaikan peranan wanita dalam kehidupan akan menimbulkan dampak negatif yangjelas tidak kita inginkan, contohnya: Kemajuan ekonomi akibat industrilisasi harus di bayar mahal berupagoncangan sosial dan budaya, dalam tahun 2007 saja tingkat perceraian di negara kita naik sebesar 50%,begitu juga kejahatan para remaja naik 45%, generasi muda kita banyak menghabiskan waktunya hanyauntuk santai, berpoya-poya sehingga menyebabkan terjadinya krisis identitas.

Problem wanita berperan ganda yang paling memprihatinkan adalah masih adanya upah yangdiskriminatif antara pekerja wanita dan pria. Hal ini mengisyaratkan adanya ketidak adilan sosial danstruktural sebagai akibat dari perubahan tata nilai sosial di era industrilisasi dan modernisasi. Negarakita menganut sistem ekonomi terbuka atau yang disebut dengan sistem kapitalis, sehingga sistem ekonomikita telah menjadi bagian dari ekonomi dunia (ekonomi global) dengan segala akibatnya yang baik maupunyang buruk. Seorang cendekiawan muslim berkebangsaan Perancis “Roger Garaudi” mengatakan: “Strategipembangunan yang terfokus pada bidang ekonomi telah menghasilkan dua paradoks: Pertama: Kesenjangan antarausaha untuk mencapai kemakmuran dengan realitas ketidak adilan sosial-struktural. Kedua: Kesenjangan antarastrategi memenuhi kebutuhan jasmaniah dan terabaikannya kebutuhan rohaniah. Bangsa-bangsa di dunia saat inimempertanyakan dan mencari kembali peran agama untuk menanggulangi ekses-ekses tersebut untuk mewujudkankeseimbangan kesejahteraan lahir dan bathin”.

C. Beberapa Catatan Tentang Wanita MesirGagasan klasik di Mesir mencabut hak dan kesempatan kerja wanita kembali diangkat dengan

argumentasi atau dalih yang mengacu pada pemikiran ekonomi, sosial dan politik. Ada yang berpendapatbahwa secara tinjauan sosial misalnya, karakter dan kodrat kewanitaan, adat dan tradisi serta banyaknyapengangguran dikalangan kaum pria adalah faktor yang mengharuskan untuk membatasi pekerjaan wanitahanya sebatas rumah tangga saja. Tugas pokok kaum wanita adalah membentuk dan mendidik generasimasa depan (anak-anaknya). Selain itu, tabi’at dan kodrat kaum wanita memang tidak memungkinkanmereka bekerja diluar rumah, sebab beberapa kemungkinan halangan akan terjadi seperti: hamil,melahirkan, menyusui dan lain-lain. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan atau stres yang muncul bagiwanita berperan ganda.

Page 8: kewujudan wanita dlm islam.pdf

144 MUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂH , Vol. 5, No. 2, Desember 2013

Di pihak lain, para cendekiawan Muslim Mesir berpendapat, bahwa prinsip dasar yang mesti dijadikanpijakan utama dalam masalah ini adalah persamaan hak dan kewajiban antara wanita dan pria, kecualipersoalan yang sudah ditentukan secara final oleh hukum Islam. Apalagi realitas sosial, ekonomi danpolitik saat ini di Mesir memaksa wanita untuk berkerja di luar rumah, sehingga hal ini dapat menambahin come keluarga secara khusus dan nasional secara umum. Selain itu, persamaan hak dan kewajibanantara wanita dan pria mengharuskan semua pihak untuk memberikan kesempatan kerja yang layakkepada kaum wanita, selama mereka memiliki kemampuan bekerja dan berkarya dalam bidang tertentu.Kalau seandainya kaum wanita tidak diberi kesempatan, maka kaum pria lah yang akan mendominasijabatan tersebut, pada hal keduanya memiliki kemampuan yang sama, maka konsekwensinya adalahterjadinya persamaan hak dan kewajiban yang pincang antara wanita dan pria.Begitu juga, partisipasiwanita yang melakukan pekerjaan di luar rumah akan mendorong mereka mengikuti perkembanganyang terjadi, baik di bidang politik maupun bidang lainnya. Kalau mereka mampu mengikuti perkembanganyang ada, suatu saat mereka akan menyumbangkan gagasan dan pemikiran terhadap segala persoalankenegaraan yang merupakan “rumah besarnya” sebagaimana mereka mampu berbuat dan berkarya di“rumah kecilnya” bersama keluarga.

Undang-undang nasional Mesir telah berusaha menciptakan perimbangan antara kedua pandangandiatas, sehingga wanita Mesir memiliki hak bekerja di luar rumah dan mendapatkan persamaan hakdengan kaum pria di berbagai aspek kehidupan, baik politik, sosial, budaya, maupun ekonomi. Walaupunadanya ketetapan undang-undang negara yang memberikan hak kepada wanita bekerja di luar rumah,kaum wanita yang berperan ganda juga harus mampu menciptakan keseimbangan antara kewajibansebagai ibu rumah tangga dan tuntutan pekerjaan di tengah masyarakat.

Kalau diperhatikan secara seksama, inti persoalan sebenarnya bukan terletak pada apakah kaumwanita di berikan hak bekerja di luar rumah atau tidak ? akan tetapi terletak pada perkembangan danperubahan sikap masyarakat yang biasanya menciptakan nilai-nilai baru. Dengan kata lain, pemberianhak kepada kaum wanita tidak hanya cukup ditentukan melalui perumusan konstitusi saja, justru lebih ditentukan apakah masyarakat mampu memberikan atau setidaknya menciptakan suasana yang memungkin-kan kaum wanita menikmati hak-hak tersebut.Dalam mengaktifkan peran wanita di masyarakat salahsatuusaha yang mengkwatirkan, adanya seruan yang menghimbau agar kaum wanita kembali ke rumah. Halini akan menyebabkan sebagian besar kaum wanita berkeyakinan bahwa mereka memang tidak mampumengemban profesi apapun di luar rumah, bahkan juga akan membuat kaum wanita kehilangan rasapercaya diri, pada akhirnya mereka hanya terbatas pada melahirkan, menyuisui anak dan mengurusrumah tangga.

Mengakui hak-hak wanita melalui pasal-pasal konstitusi atau undang-undang saja tidak banyakmemberikan kontribusi apabila tidak dibarengi usaha serius menciptakan suasana yang memungkinkanmereka melakukan hak-haknya. Karenanya, pengakuan secara teoritis terhadap hak-hak wanita harusberiringan dengan usaha wanita sendiri menterjemahkan teori tersebut kedalam dunia nyata. Apabilamereka tidak mampu melakukannya, maka semua imbauan memperjuangkan hak-hak wanita tak lebihdari sekedar hitam di atas putih dan akan menjadi sebuah keaiban.

Gerakan emansipasi wanita di Mesir terus bergulir menuntut hak kebebasan dalam berkarya, bekerja,berpendidikan dan lain-lain. Gerakan ini telah dimulai sejak masa Muhammad Abduh dan diteruskanoleh Qosim Amin. Puncaknya, pada tahun 1899 Qosim Amin mempublikasikan bukunya yangberjudul:”Tahrir al Mar’ah” (emansipasi wanita) menginginkan adanya perbaikan kedudukan wanita diMesir. Perbaikan kedudukan wanita yang ia maksudkan adalah membebaskan mereka dari belengguadat istiadat yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Dalam bukunya dia menuntut agar kaumwanita mendapat pendidikan dan pengajaran yang layak dan sejajar dengan kaum pria, supaya merekadapat dengan baik masyarakat dan keluarganya. Selain itu, dia juga menuntut perubahan dalam praktekpoligami dan perceraian yang dianggap merugikan kaum wanita. Disamping banyaknya pihak yangmendukung dan menyetujui pendapat nya, juga tidak sedikit tanggapan yang mengecam dan menentang.

Page 9: kewujudan wanita dlm islam.pdf

145Eksistensi Wanita dalam Perspektif Islam (Aprijon Efendi)

Dan untuk menjawab kecaman dan kritikan itu, Qosim Amin menulis buku keduanya:”al Mar’ah alJadidah”. Dalam buku ini dikemukakannya contoh-contoh perbandingan antara wanita Mesir dan wanitaEropa dan Amerika.

PenutupDisini penulis menyimpulkan beberapa alternatif untuk mengurangi ekses peran ganda wanita,

sebagai upaya memantapkan keberadaan wanita di tengah masyarakat:Pertama: Merelokasikan kembali fungsi wanita, dengan kata lain menyerahkan sepenuhnya kepada

wanita itu sendiri, apakah akan menjadi wanita berperan ganda atau hanya berperan di sektor domestiksaja, sebab tidak semua wanita mampu berperan ganda. Seorang wanita yang pungsinya sebagai iburumah tangga tidak perlu merasa rendah diri, karena pungsi sentral mereka adalah sebagai ibu sesuaidengan fitrahnya.

Kedua : Bagi wanita yang terpaksa harus berperan ganda karena faktor ekonomi, partisipasi dantoleransi suami sangat dibutuhkan pada sektor domestik karena kesuksesan wanita menjalankan perannyatidak terlepas dari kontribusi suami menciptakan stuasi dan kondisi kondusif di dalam rumah tangga.Dengan kata lain, berhasil atau tidaknya wanita berperan ganda tergantung kepada kerjasama antarasuami dan istri mengembangkan hubungan yang takamul di antara keduanya.

Ketiga : Meningkatkan pendidikan kaum wanita agar mereka memiliki kwalitas dan siap berperansebagai pendidik yang mutlak dibutuhkan keluarganya. Kalau sekarang para orangtua sudah menyadari,bahwa menyekolahkan anak di sekolah yang bermutu itu perlu, bahkan untuk hal itu mereka relamengeluarkan uang puluhan juta. Akan tetapi masyarakat kita lupa, bahwa ibu yang berwawasan luasdan punya kemampuan mendidik dengan baik, sama mahalnya dengan keberadaan sekolah yang bermutu,sebab di era zaman industri dan globalisasi ini, sosok seorang ibu sebagai pendidik dihadapkan padakompleksitas tantangan, sehingga upaya mempersiapkan generasi handal di masa depan bukanlah suatuhal yang mudah.

Keempat: Pemerintah mesti memiliki perangkat hukum yang tegas dan mampu melindungi hak-hak wanita. Hal ini akan dapat mengantisipasi diskriminasi, pelecehan seksual serta penjualan wanitayang marak saat ini.

Kelima : Meningkatkan kegiatan da’wah di kalangan wanita sebagai upaya pembinaan ke rohanianagar para wanita memiliki wawasan ke Islaman yang cukup dan dapat meningkatkan ketaatan menjalankanajaran agama.

DAFTAR PUSTAKASimon de Beavior, “The second Sex” translated by Suher Abdul Aziz Muhammad Yusuf, Al-Azhar Library

Cairo-EGYPT 1995.Muhammad Hasan al-Hamshi, al-Qur’an al-Karim, “Tafsir wa bayan ma’a asbab annuzul lis sayuthi” Bairut

– Libanon 1996.Syeikh Mutawalli Sya’rawi, “al-Mar’ah fi al-Qur’an” Maktabah Sya’rawi Islamiah, wa Akhbar al-yaum

1995.Laila Abdul Wahab, “Ibda’iyyat al-Mar’ah al-Maghurah” Majalah Ibda’ no.11 Nopember 1991 Hal. 35.Elya Syukri, “al-Mar’ah fi al-raif wa al-Hadhar, Dirasah li hayatiha al’Amal wa Usrah” Dar al-Maarif al-

Jamiiyah al-Iskandariah, EGYPT. 1988Suher Abdul Aziz Muhammad Yusuf, “al-Mar’ah wa Shira’ al-Hadharah” Jurnal OASE, Media ICMI

Cairo – EGYPT Edisi 08/Sept 1995.Majalah Femina, edisi Mei 1993, dalam makalah “Prospek Wanita bekerja”.

Page 10: kewujudan wanita dlm islam.pdf

146 MUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂHMUWÂZÂH , Vol. 5, No. 2, Desember 2013

Majalah Sarinah 4 April 1994, dalam makalah “Dilema Wanita Pekerja”. al-Ahram News, edisi Jum’atpertama April 1995, hal: 06 Cairo EGYPT.

A.M. Saefudin, dalam buku”Tata Nilai dan Kehidupan Spritual di abad 21" Bulan Bintang Jakarta 1990.Roger Garaudy dalam bukunya “Mencari Agama Pada Abad 20” terjemah oleh Dr.HM. Rasyidi, Bulan

Bintang Jakarta 1986.Nabilah Ruslan, “al-Markaz al-Qonuni li al-Mar’ah fi Tasyri’at al’Amal”. Konfrensi wanita dan pembangunan,

ditaja oleh: Al-Azhar University bekerjasama dengan Majlis A’la li al-Syu’uni al-Islamiyah, 1995.Qasim Amin, Tahrir al-Mar’ah, Darel Ma’arif Cairo 1970Kurnia Ilahi, “Emansipasi wanita menurut Qosim Amin” Jurnal Marwah (PSW IAIN Susqo Pekanbaru)

Vol.1 No.2 Desember 2002