16
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA KASET REKAMAN PADA ANAK TUNANETRA Wahyudi Hartono & Masriah (Dosen PLB Unesa, e-mail:[email protected] & Guru SDLB Karangrejo Magetan, e-mail:[email protected]) Abstract; The aims of this research are to analyze the application of cassete recording media to reading comprehension, describe the increase of reading ability through cassette recording media,and to minimize students “mistakes in reading comprehension. This is a classrrom action research which uses Kemmis and Taggart model with 4 stages i.e. planning, action,observation and test. The data collecting techniques are interview, observation and test.The data analysis was carried out descriptively through reflections of the cycles. The research was conducted in 2 cycles in five meetings.Based on the finding of the research,it is concluded that “the reading comprehension ability of the blind students increases if cassette recording media is used in the teaching and learning process “.It is the suggested that the material for reading subject should used learning media which can motivate students to increase their learning achievement and generate their interest to study so that they will get maximum advantage both in the process and in the result. Abstrak; Tujuan penelitian ini untuk mengkaji penerapan media kaset rekaman pada membaca pemahaman, mendiskripsikan peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui media kaset rekaman, meminimalkan kesalahan siswa dalam membaca pemahaman. Penelitian ini merupakan tindakan kelas dengan menggunakan model PTK Kemmis dan Taggart dengan 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi., teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan tes. Sedangkan analisis data pada penelitian ini, analisis data diskriptif melalui refleksi berdasarkan siklus siklus. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus dalam 5 kali pertemuan. Berdasarkan temuan penelitian maka simpulan yang dikemukakan adalah “Kemampuan membaca pemahaman siswa tunanetra meningkat jika pembelajaran melaui media kaset rekaman” saran yang diberikan adalah sebaiknya materi pembelajaran membaca memakai media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dan dapat menimbulkan minat serta motivasi belajar sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasilnya. Kata kunci : Media kaset rekaman, membaca pemahaman, anak tunanetra. Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa di sekolah dasar luar biasa Tunanetra ialah pengajaran membaca dan menulis Braille. Kemampuan membaca dan menulis Braille yang memadai sejak dini merupakan dasar untuk menguasai semua bidang studi di sekolah dan akan terciptanya masyarakat yang gemar belajar membaca. Masyarakat yang gemar belajar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa masa mendatang. Bums dkk ( 1996 ),dalam ( Rahim, 2007 ) mengemukakan bahwa kemampuan membaca dan menulis merupakan suatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar,

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA KASET REKAMAN PADA ANAK TUNANETRA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Wahyudi &,

Citation preview

  • KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA

    KASET REKAMAN PADA ANAK TUNANETRA

    Wahyudi Hartono & Masriah

    (Dosen PLB Unesa, e-mail:[email protected] & Guru SDLB Karangrejo

    Magetan, e-mail:[email protected])

    Abstract; The aims of this research are to analyze the application of cassete recording media to reading comprehension, describe the increase of reading ability through cassette recording media,and to minimize students mistakes in reading comprehension. This is a classrrom action research which uses Kemmis and Taggart model with 4 stages i.e. planning, action,observation and test. The data collecting techniques are interview, observation and test.The data analysis was carried out descriptively through reflections of the cycles. The research was conducted in 2 cycles in five meetings.Based on the finding of the research,it is concluded that the reading comprehension ability of the blind students increases if cassette recording media is used in the teaching and learning process .It is the suggested that the material for reading subject should used learning media which can motivate students to increase their learning achievement and generate their interest to study so that they will get maximum advantage both in the process and in the result.

    Abstrak; Tujuan penelitian ini untuk mengkaji penerapan media kaset rekaman pada membaca pemahaman, mendiskripsikan peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui media kaset rekaman, meminimalkan kesalahan siswa dalam membaca pemahaman. Penelitian ini merupakan tindakan kelas dengan menggunakan model PTK Kemmis dan Taggart dengan 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi., teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan tes. Sedangkan analisis data pada penelitian ini, analisis data diskriptif melalui refleksi berdasarkan siklus siklus. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus dalam 5 kali pertemuan. Berdasarkan temuan penelitian maka simpulan yang dikemukakan adalah Kemampuan membaca pemahaman siswa tunanetra meningkat jika pembelajaran melaui media kaset rekaman saran yang diberikan adalah sebaiknya materi pembelajaran membaca memakai media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dan dapat menimbulkan minat serta motivasi belajar sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasilnya.

    Kata kunci : Media kaset rekaman, membaca pemahaman, anak tunanetra.

    Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa di sekolah dasar luar biasa

    Tunanetra ialah pengajaran membaca dan menulis Braille. Kemampuan membaca dan menulis Braille yang memadai sejak dini merupakan dasar untuk menguasai semua bidang studi di sekolah dan akan terciptanya masyarakat yang gemar belajar membaca. Masyarakat yang gemar belajar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa masa mendatang.

    Bums dkk ( 1996 ),dalam ( Rahim, 2007 ) mengemukakan bahwa kemampuan membaca dan menulis merupakan suatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar,

  • JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1

    56

    namun anak anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Demikian pula pendidikan anak berkebutuhan khusus yang salah satunya Anak tunanetra berpotensi untuk termotivasi untuk belajar membaca., anak Tunanetra kehilangan salah satu indera utama yaitu daya penglihatan sehingga dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya membaca dan menulis Braille diperlukan pelayanan khusus sesuai dengan kondisi anak yang mengalami kebutaan Untuk membantu kelancaran belajar membaca dan menulis Braille diperlukan media atau alat bantu yang bisa memberikan pengalaman bermakna dan membentuk pemahaman bagi diri anak.

    Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 1 31 Maret 2008 di SDLB Karangrejo Magetan untuk materi pokok mengenai membaca pemahaman. menunjukkan bahwa anak kurang lancar dalam memahami bacaan dongeng. Pembelajaran materi membaca pemahaman mengunakan teks bacaan, reglet, papan Braille, waktu membaca anak sering kali melakukan kesalahan yaitu pada tanda bunyi suku kata dan kata yang di gabungkan kembali menjadi kalimat semula, kalimat yang dibaca tidak sama dengan jari kanan dan kiri waktu menelusuri atau meraba huruf teks bacaan. Pada kalimat Batu Raden ujung ujung jari telah meraba huruf ( n ) kalimat yang muncul dari bibir masih huruf ( B ) kesalahan membaca pada tanda titik, koma, tanda tanya, tanda seru, masih sering muncul.

    Selama observasi di lapangan kondisi anak dalam proses belajar mengajar menunjukkan mudah lupa dengan teks bacaan yang sedang dibacanya, juga memerlukan jeda waktu yang lama dari tiap huruf yang dibacanya, karena pengulangan pada waktu membaca anak mudah jenuh, sehingga asyik bermain sendiri menggoyang goyangkan tubuhnya dan tertidur. Situasi kelas sangat gaduh dengan ketukkan ketukkan pada meja yang sering dilakukan anak

    Demikian juga hasil pengajaran membaca pemahaman dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demontrasi kurang memuaskan kemampuan mambaca siswa kelas 3 tunanetra rendah, pemberian tugas untuk pekerjaan rumah materi membaca pemahaman hasilnya juga rendah, nampak pada hasil membaca dari praktik pembelajaran di kelas, kualitas belajar siswa yang kurang optimal masih senang bermain main, lingkungan tidak menunjang kurang media cetak bagi anak tunanetra, maka dalam pelaksanaan pembelajaran perlu dimaksimalkan., proses belajar mengajar perlu disesuaikan dengan kondisi anak metode yang monoton perlu diubah dengan metode yang tepat.

    Menurut Ikwan Alsafah dalam ( Rahim : 2007 ) : Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk mendapatkan hasil belajar anak dengan standart nilai yang baik pada materi membaca pemahaman dibutuhkan peranan guru dalam proses belajar mengajar antara lain menciptakan pengalaman yang memperkenalkan, memelihara, atau memperluas kemampuan siswa untuk memahami teks bacaan juga memahami bahwa membaca adalah proses sosial konstruktivis yang paling berfungsi dalam situasi nyata. Untuk mengatasi belajar murid perlu diberikan motivasi Rahim, ( 2007 : 17 ) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat demokratis bisa mengarahkan anak anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar disekolah

    Crawley & Mountain ( 1995 ) dalam (Rahim,2007) mengemukakan: bahwa anak anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi. Dari hasil observasi yang telah diuraikam untuk

  • Hartono & Masriah, Kemampuan Membaca Pemahaman . (55-70)

    57

    mengatasi kondisi anak kelas 3 ini dapat dilakukan dengan menggunakan media audio yang mengandung pesan dalam bentuk auditif berupa kaset ( Pita Suara atau Piringan Suara ) Menurut Sudjana ( 2007:120 ). menjelaskan bahwa media kaset rekaman untuk pengajaran, di maksudkan sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif, dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar mengajar yang baik.

    Keunggulan Media Audio hasil temuan Rivai ( 2007 : 130 ) yaitu siswa dapat memusatkan perhatian mengikuti pengarahan, melatih daya analisis, memperoleh arti dari suatu konteks, memisahkan kata atau informasi yang relevan dan yang tidak relevan, mengingat dan mengemukakan kembali ide dari cerita yang di dengar. Wassid ( 2008 : 208 ) : alat untuk menyampaikan pengalaman Vicarious yaitu menyajikan bahan kepada peserta didik yang tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah, dapat di lakukan melalui rekaman suara dan lain lain Vicarious substitusi untuk pengganti pengalaman yang langsung. Menurut hasil temuan Florenti ( 2000 : 32 ) yaitu dengan mendengarkan kaset akan lebih efektif dari pada siswa membaca langsung teks bacaan.

    Mencermati hasil observasi di lapangan dan teori tentang media pembelajaran khususnya mengenai membaca pemahaman maka dilakukan penelitian tindakan kelas melalui percobaan menggunakan media kaset rekaman untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tunanetra kelas 3 SDLB Negeri Karangrejo Magetan.

    Kondisi riil seperti tertuang dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut; (1) Bagaimana penerapan Media Kaset Rekaman dongeng untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa Tunanetra kelas III SDLB Karangrejo Magetan?, (2) Bagaimana meminimalkan kesalahan siswa Tunanetra kelas 3 SDLB Karangrejo Magetan dalam membaca pemahaman dengan menggunakan media kaset rekaman?, (3) Bagaimana kemampuan membaca pemahaman melalui penggunaan Media Kaset Rekaman siswa Tunanetra kelas 3 SDLB Karangrejo Magetan?. Adapun tujuan penelitian secara umum adalah meningkatkan membaca pemahaman di SDLB Karangrejo Magetan, sedangkan tujuan secara khusus yaitu; (a) untuk mengkaji penerapan Media Kaset Rekaman peningkatan kemampuan pembelajaran membaca pemahaman Siswa kelas 3 Tunanera SDLB Karangrejo Magetan, (b) untuk meminimalkan kesalahan siswa kelas 3 Tunanetra dalam membaca pemahaman melalui media kaset rekaman, (c) mendiskripsikan peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui penerapan media kaset rekaman di SDLB Karangrejo Magetan. Manfaat yang di peroleh dari penelitian tindakan kelas berdasarkan teoritis, dihasilkan kajian Media Kaset untuk proses belajar mengajar, membaca pemahaman pada anak tunanetra. Secara Praktis, bagi sekolah dihasilkan pedoman penerapan media kaset untuk proses belajar mengajar membaca pemahaman pada anak tunanetra, bagi guru, dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca, dan bagi peneliti dapat menambah pengalaman di lapangan dan penelitian ini dapat dijadikan bahan kegiatan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya

    METODE

    Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) / Classroom Action Research ( CAR ) dengan menggunakan disain model PTK Kemmis dan Taggart ( Aqib 2006 : 22 ). Penelitian Tindakan Kelas adalah bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk menemukan solusi dari permasalahan yang timbul di kelasnya agar dapat mengkaitkan proses dan hasil pembelajaran di kelas ( Dasna,

  • JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1

    58

    2007 : 2 ). Adapun disain tindakan kelas yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen yaitu; perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

    Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah; (1) Wawancara, dalam hal ini pihak yang diwawancarai adalah orang tua siswa. Adapun materi pokok wawancara tentang pola asuh orang tua dan kemauan anak dalam belajar membaca. Dalam wawancara peneliti tidak membawa buku atau catatan secara resmi, tetapi wawancara dilakukan secara bincang bincang; (2) Observasi, yaitu uatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung, secara teliti dan mencatat secara sistematik (Arikunto, 1998 : 147). Dalam melakukan observasi, peneliti ikut serta dalam kegiatan siswa sehingga perilaku atau sikap siswa adalah sikap aslinya atau tidak dibuat buat. Sedangkan yang diobservasi adalah hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan membaca pemahaman melalui media kaset rekaman; (3) Tes digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar siswa. Tes yang digunakan berupa tes tulis dan praktek ( unjuk kerja ). Soal tes yang diberikan sesuai dengan materi pembelajaran membaca pemahaman pada tiap tiap siklus pembelajaran. Pelaksanaan tes pada setiap akhir siklus.

    Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan data deskriptif, untuk mendeskripsikan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk menemukan peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan Media Kaset Rekaman pemberian tindakan, peneliti menggunakan analisis refleksi berdasarkan siklus siklus. Kegiatan analalisis (1) analisis data proses pembelajaran, data proses pembelajaran membaca pehaman melalui media kaset rekaman disajikan dalam bentuk angka dengan sekala 1- 3. Analisis data dilakukan dengan menafsirkan nilai angka tersebut dalam kalimat yang bersifat kualitatif pada proses pembelajaran membaca pemahaman melalui media kaset rekaman yang meliputi :kemampuan siswa menangkap isi wacana baik yang tersurat maupun tersirat,kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi wacana dengan bahasanya sendiri, kemampuan siswa menemukan pikiran pokok setiap paragraf, kemampuan siswa menemukan ide atau pengertian pokok wacana,kemampuan siswa menjawab pertanyaan dengan lengkap. Untuk membaca pemahaman lanjutan setelah mendapat umpan balik guru. Data hasil pengamatan proses selanjutnya diolah menggunakan deskriptif persentase. (2) analisis data hasil belajar siswa, terdiri atas tes tulis dan unjuk kerja (praktik) Tes unjuk kerja sesuai dengan aspek menangkap isi wacana baik yang didengar dari kaset rekaman maupun dari bacaan, aspek menceritakan kembali isi wacana, aspek menemukan pikiran pokok setiap paragraf dalam bacaan .Hasil belajar siswa dianalisa dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Tujuanya untuk mengetahui daya serap siswa dimana seorang siswa disebut tuntas belajar bila telah mencapai skor lebih dari 60% atau 65% lebih (Depdiknas, 200 : 29). (3) analisis data hasil pengamatan, kriteria penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut:Hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman melui media kaset rekaman disajikan dalam bentuk angka dengan skala 1-3. Analisa data dilakukan dengan menafsirkan nilai angka tersebut dalam kalimat yang bersifat kualitatif pada aktifitas siswa yang terdiri dari aspek keaktifan dan kesungguhan.Masing masing aspek terdiri dari 3 deskriptor.Aspek keaktifan meliputi: Mengerjakan tugas yang diberikan guru pada saat pelajaran berlangsung,mengajukan pertanyaan pada guru apabila ada materi yang kurang jelas,menyelesaikan tugas secara mandiri,Aspek kesungguhan meliputi : Memperhatikan guru pada saat guru menjelaskan materi, menunjukkan sikap ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan,menjawab pertanyaan pada saat guru mengadakan Tanya jawab.Kriteria penilaian aktifitas siswa adalah sebagai berikut;

  • Hartono & Masriah, Kemampuan Membaca Pemahaman . (55-70)

    59

    (a) Bila ada salah satu gejala yang tampak diberi skor 1, (b) Bila ada dua gejala yang tampak diberi skor 2, (c) Bila ada tiga gejala yang tampak diberi skor 3.

    Indikator keberhasilan pelaksnaan pembelajaran membaca pemahaman melalui media kaset rekaman didasarkan pada kreteria ada tidaknya peningkatan aktifitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran, hasil belajar siswa dan sikap siswa dalam pembelajaan membaca dongeng. Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca dengan mencari rerata ( mean ) kelas. Indikator keberhasilan siswa didasarkan pada pencapaian prosentase hasil belajar tindakan pembelajaran membaca pemahaman meningkat atau lebih baik dibandingkan dengan prosentase hasil belajar pratindakan. Peningkaan hasil belajar dari siklus ke siklus minimal tetap atau meningkat dari siklus sebelumnya. Penurunan hasil belajar di pertimbangkan dengan memperbandingkan tingkat kesulitan materi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penyajian data ini memaparkan hasil tindakan siklus dan pembahasan diuaraikan dengan mengacu pada rumusan masalah yang telah diajukan. Paparan hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut :

    Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain tindakan kelas model Kemmis ( 1988 ) berdasarkan siklus siklus. Sesuai dengan penelitian yang telah dilaksanakan dan berdasarkan temuan penelitian, peneliti telah melaksanakan tindakan sebanyak 2 siklus karena dengan siklus kedua dirasa sudah ada peningkatan untuk prestasi belajar membaca pemahaman di SDLB Negeri Karangrejo Magetan.

    Pada kegiatan ini sebelum memberikan media kaset rekaman dongeng Jaka Tarub terlebih dahulu peneliti memberikan pengertian tentang media kaset rekaman dongeng Jaka Tarub dan memberi penjelasan tentang gambaran media kaset rekaman dongeng Jaka Tarub sehingga dapat berorientasi terhadap media kaset rekaman.

    Hasil pelaksanaan siklus I, pertemuan 1 langkah langkahnya sebagai berikut:

    (1) Perencanaan tindakan, rencana tindakan peneliti berdasarkan materi yang disesuaikan dengan waktu dan jadwal yang telah dibuat serta RPP tentang membaca dongeng ( RPP terlampir ). Persiapan rencana pembelajaran difokuskan pada peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia. Materi dalam pelaksanaan pembelajaran adalah membaca pemahaman dengan media kaset rekaman dongeng Jaka Tarub. Selain menyiapkan materi yang akan disajikan dalam penelitian, peneliti juga menyiapkan hal lain yang menunjang penelitian yaitu media kaset rekaman dongeng Jaka Tarub dan Tape Recorder. Teks Braile bacaan dongeng Jaka Tarub dan buku sumber bahasa Indonesia;

    (2) Pelaksanaan Tindakan, dilakukan di kelas 3 SDLB Negeri Karangrejo Magetan. Siklus 1 berlangsung 3 x pertemuan ( 3 x 3 x 90). Adapun pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran di dalam kelas adalah sebagai berikut; (a) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa yaitu dapat membaca dongeng dan memahami isi dongeng yang dibacanya, sesuai tujuan pengajaran yang tertera pada rencana pembelajaran, (b) Peneliti bercerita dan tanya jawab dengan anak mengenai seputar dongeng Jaka Tarub, (c) Peneliti membagikan bacaan Braile dongeng Jaka Tarub pada semua anak, (d) Peneliti membacakan bacaan dongeng Jaka Tarub sedangkan anak mendengarkan dan memperhatikan, (e) Peneliti memperkenalkan media kaset pada semua anak dengan cara setiap anak diminta untuk meraba ciri ciri kaset yang terdiri dari bagian atas dan bawah terbuat dari plastik, dua buah sepul untuk pita kaset serta 4 lubang skrup di sebelah kanan dan kiri kemudian anak dikenalkan untuk mengoperasikan tipe

  • JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1

    60

    rekorder sebagai alat operasionalnya, (f) Peneliti mengoperasikan tape recorder untuk memperdengarkan media kaset rekaman dongeng Jaka Tarup. Semua anak diminta untuk mendengarkan dan memperhatikan, (g) Peneliti meminta kepada ketiga anak secara bersama untuk membaca dongeng Jaka Tarub yang ada pada teks bacaan paragraf pertama yaitu : dimulai dari Alkisah dan berakhir pada Ki Jaka Tarub, (h) Peneliti mengulang kembali memutar kembali media kaset rekaman dongeng Jaka Tarub setiap paragraf diberi jeda. Diminta anak untuk mendengarkan dan memperhatikan, (j) Peneliti meminta kepada anak untuk menyimak paragraf pertama bacaan dongeng Jaka Tarub sambil mendengarkan media kaset rekaman. Salah satu anak diminta untuk membaca semua kalimat paragraf satu yang ada pada teks bacaan, (k) Peneliti meminta kepada anak untuk menyimak paragraf kedua bacaan dongeng Jaka Tarub sambil mendengarkan media kaset rekaman. Salah satu anak diminta untuk membaca semua kalimat paragraf dua yang ada pada teks bacaan, (l) Peneliti meminta kepada anak untuk menyimak paragraf ketiga bacaan dongeng Jaka Tarub sambil mendengarkan media kaset rekaman. Salah satu anak diminta untuk membaca semua kalimat paragraf tiga yang ada pada teks bacaan, (m) Peneliti meminta kepada anak untuk menyimak paragraf keempat bacaan dongeng Jaka Tarub sambil mendengarkan media kaset rekaman. Salah satu anak diminta untuk membaca semua kalimat paragraf empat yang ada pada teks bacaan, (n) Peneliti mengulang kembali memutar media kaset rekaman dan memberi penekanan pada tanda koma dan tanda titik yang ada pada bacaan, diminta semua anak mendengarkan dan memperhatikan, (o) Peneliti mengenalkan tokoh tokoh yang ada pada dongeng Jaka Tarub diminta anak untuk mendengarkan bacaan dongeng Jaka Tarub dan memperhatikan nama tokoh yang ada pada paragraf satu, (p) Peneliti meminta anak untuk mendengarkan media kaset dan memperhatikan inti dari paragraf satu pada bacaan dongeng Jaka Tarub, (r) Peneliti meminta anak untuk menyebutkan kembali nama nama tokoh dan watak yang ada pada dongeng Jaka Tarub secara lesan, (s) Peneliti meminta anak untuk menceritakan kembali inti pargaraf satu secara lesan, (t) Setelah peneliti memberikan pengajaran membaca pemahaman mengenai dongeng Jaka Tarub, peneliti memberikan tugas pada ketiga anak untuk mengerjakan LKS yang berkaitan dengan materi membaca dongeng dengan melengkapi kalimat yamg ada pada soal pertanyaan, (u) Sebelum jam pelajaran berakhir anak ditugaskan untuk mengerjakan PR yang masih ada kaitannya dengan materi membaca dongeng dan menceritakan isi dongeng yang dibaca.

    (3) Observasi, Siswa yang bernama DP pada waktu mendengarkan kaset rekaman dongeng Jaka Tarub senang dengan permainannya sendiri mengetuk ngetuk ibu jarinya serta bersenandung sendiri. Sepintas saja tertarik dengan suara media kaset yang sedang memutar cerita dongeng Jaka Tarub. Siswa yang bernama DP kesulitan untuk menceritakan kembali dongeng yang di dengarnya Siswa yang bernama DP belum bisa membaca tanda koma, tanda titik pada teks bacaan Braile. Siswa yang bernama KA acuh dengan suara kaset rekaman dongeng Jaka Tarub tangannya lebih senang dengan meraba raba tape recorder, berbicara sendiri dan menggerak gerakan badannya. Serta jalan kesana kemari karena siswa masih mempunyai sedikit sekali sisa penglihatan, siswa yang bernama KA kesulitan menceritakan dongeng yang didengarnya Siswa yang bernama KA sulit membaca teks Braile, huruf huruf Braile pada teks bacaan diraba dengan jari jari sesukanya meloncat loncat tidak sesuai dengan teks bacaan,anak terkesan kurang jelas dalam pengucapan kata .sehingga secara individu anak masih memerlukan bimbingan dari guru dan memerlukan perbaikan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Siswa yang bernama FR memperhatikan

  • Hartono & Masriah, Kemampuan Membaca Pemahaman . (55-70)

    61

    dengan sungguh sungguh suara kaset rekaman cerita dongeng Jaka Tarub dan mendengarkan dengan seksama, siswa yang bernama FR secara acak dapat menceritakan kembali dongeng yang didengarnya. Siswa yang bernama FR membaca teks bacaan tersendat sendat karena mengalami kebutaan pada usia sekolah sehingga konsep mendengarkan lebih menarik perhatiaannya dibanding membaca teks Braile yang dirasa masih perlu adaptasi baginya, sehingga untuk membaca teks Braile harus dengan bimbingan. FR menunjukan semangat dan aktif pada saat pengajaran membaca.

    (4) Evaluasi, hasil evaluasi dan kegiatan proses pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 1 sebagai berikut; (a) Siswa yang bernama DP mendapatkan nilai 56 dengan hasil pengamatan siswa masih salah menangkap isi wacana baik yang didengar dari kaset rekaman maupun dari bacaan, siswa baru bisa menceritakan kembali isi wacana dengan bahasanya sendiri, siswa belum dapat menemukan ide atau pengertian pokok wacana, siswa baru bisa menemukan pikiran pokok setiap paragraf dengan bimbingan, siswa belum dapat menjawab pertanyaan dengan lengkap dan belum bisa membaca dengan tuntas, (b) Siswa yang bernama KA mendapatkan nilai 50, hasil pengamatannya, siswa masih salah menangkap isi wacana baik yang didengar dari kaset rekaman maupun dari bacaan, siswa belum bisa menceritakan kembali isi wacana dengan bahasanya sendiri, siswa belum dapat menemukan ide atau pengertian pokok wacana, siswa belum bisa menemukan pikiran pokok setiap paragraf walaupun dengan bimbingan, siswa belum dapat menjawab pertanyaan dengan lengkap dan belum bisa membaca dengan benar. (c) Siswa yang bernama FR mendapatkan nilai 60, hasil pengamatannya siswa dapat menangkap isi wacana baik yang didengar dari kaset rekaman maupun dari bacaan, siswa baru bisa menceritakan kembali isi wacana dengan bahasanya sendiri, siswa dapat menemukan ide atau pengertian pokok wacana, siswa bisa menemukan pikiran pokok setiap paragraf dengan bimbingan, siswa dapat menjawab pertanyaan secara lengkap dengan bimbingan dan membaca bacaan belum tuntas.

    Dengan melihat hasil yang di dapat oleh masing masing anak maka dapat di ketahui bahwa nilai tertinggi diperoleh oleh FR yaitu 60,DP memperoleh 56 dan nilai terendah diperoleh KA yaitu 50. Jadi rata - rata nilai yang diperoleh anak dalam pencapaian evaluasi belajar untuk peningkatan hasil belajar membaca pada anak tunanetra kelas 3 adalah 55 artinya nilai yang diperoleh masih dibawah dari indikator yang ditetapkan oleh peneliti.

    Siklus 1 pertemuan 2 dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    (1) Pelaksanaan Tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah; (a) Peneliti mengawali dengan salam dan dilanjutkan dengan pengaturan tempat duduk, (b) Peneliti

    bercerita dan Tanya jawab tentang seputar dongeng Jaka Tarub, (c) Peneliti

    mengenalkan tokoh tokoh yang ada pada dongeng Jaka Tarub, (d) Penelti mengenalkan watak para tokoh yang ada pada dongeng Jaka Tarub, (e) Peneliti

    membagikan bacaan Braile dongeng Jaka Tarub pada semua anak, (f) Peneliti

    meminta Siswa secara bersama sama mendengarkan kaset rekaman dongeng Jaka Tarub yang dibagi 4 paragraf setiap paragraf peneliti memberikan jeda, (g)

    Siswa membaca teks Braile dongeng Jaka Tarub, penelti memberi tekanan pada

    tanda titik dan tanda koma. Peneliti meminta kepada anak untuk menyimak

    paragraf pertama bacaan dongeng Jaka Tarub sambil mendengarkan media kaset

    rekaman. Salah satu anak diminta untuk membaca semua kalimat paragraf satu

    yang ada pada teks bacaan, (h) Peneliti meminta siswa untuk mengambil inti

  • JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1

    62

    pada paragraf pertama dongeng Jaka Tarub, (i) Peneliti meminta kepada anak

    untuk menyimak paragraf kedua bacaan dongeng Jaka Tarub sambil

    mendengarkan media kaset rekaman. Salah satu anak diminta untuk membaca

    semua kalimat paragraf dua yang ada pada teks bacaan, (j) Peneliti meminta

    siswa untuk mengambil inti pada paragraf kedua dongeng Jaka Tarub, (k)

    Peneliti meminta kepada setiap anak untuk menceritakan kembali inti paragraf

    kedua secara lesan, (l) Sebelum jam pelajaran berakhir anak diminta untuk

    membaca teks bacaan dongeng Jaka Tarub secara bergiliran serta menjawab

    pertanyaan yang diberikan peneliti selama proses pembelajaran.

    (2) Observasi tindakan siklus 1 petemuan 2, Hasil penelitian pada siklus 1 pertemuan 2 yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 9 Desember 2008, hasil aktifitas siswa

    dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan media

    kaset rekaman ternyata menunjukkan peningkatan namun masih dibawah standart

    yang ditetapkan peneliti, hal ini dikarenakan siswa masih senang dengan

    membaca teks Braille. Siswa DP dan FR waktu mendengarkan kaset rekaman

    dongeng Jaka Tarub, sambil menyimak dan membaca teks Braile untuk

    menyamakan jari jarinya masih sering terlambat, jari-jari meraba sering salah sehingga pengertian bacaan dengan tokoh tokoh yang ada pada dongeng masih salah baca, watak para tokoh masih belum dapat membedakan antara yang baik

    dan buruk. Siswa KA tidak bisa duduk tenang sehingga pada waktu membaca

    teks Braile dan mendengarkan kaset rekaman dongeng Jaka Tarub lupa sama

    sekali, waktu membaca teks Braile jari jari waktu meraba dan lafal tidak sama hasilnya siswa KA tidak bisa menyebutkan nama tokoh dan watak pada dongeng

    maupun inti dongeng Jaka Tarub

    (3) Evaluasi, Hasil evaluasi dari kegiatan proses pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 2. Siswa DP mendapat nilai 60, siswa FR mendapat nilai 65 Siswa

    sudah dapat menyebutkan tokoh tokoh yang ada pada dongeng, watak para tokoh dan inti setiap paragraf. Siswa KA mendapat nilai 50, siswa dalam

    menyebutkan nama tokoh tokoh dan watak para tokoh masih salah. Siswa dalam mengambil inti setiap paragraf masih dengan bimbingan. Berdasarkan

    hasil tindakan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan media

    kaset rekaman pada siklus 1 dapat diambil kesimpulan adanya kekurang

    optimalan siswa .Dengan melihat hasil nilai anak dapat dilihat bahwa nilai

    tertinggi tetap diperoleh anak yang bernama FR. Dan nilai terendah diperoleh

    anak yang bernama KA. Jadi rata rata nilai anak yang diperoleh dalam pencapaian evaluasi belajar untuk peningkatan hasil belajar membaca penahaman

    pada anak kelas 3 adalah 58 yang artinya nilai yang diperoleh masih dibawah

    dari indikator yang ditetapkan oleh peneliti.

    Siklus 1 pertemuan 3 dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:.

    (1) Pelaksanaan tindakan; (a) Peneliti mengawali dengan salam dan dilanjutkan dengan pengaturan tempat duduk, (b) Peneliti membagikan bacaan Braile

    dongeng Jaka Tarub pada semua anak, (c) Siswa membaca teks Braile dongeng

    Jaka Tarub, penelti memberi tekanan pada tanda titik dan tanda koma. Peneliti

    meminta kepada anak untuk menyimak bacaan dongeng Jaka Tarub sambil

    mendengarkan media kaset rekaman. Salah satu anak diminta untuk membaca

  • Hartono & Masriah, Kemampuan Membaca Pemahaman . (55-70)

    63

    semua kalimat yang ada pada teks bacaan, (d) Peneliti meminta Siswa

    menyebutkan tokoh tokoh yang ada pada dongeng Jaka Tarub secara lesan, (e) Siswa mengenalkan watak tokoh tokoh yang ada pada dongeng Jaka Tarub secara lesan, (f) Peneliti meminta siswa untuk mengambil inti pada paragraf

    ketiga dan keempat dongeng Jaka Tarub, (g) Siswa mengambil inti setiap

    paragraf pada dongeng Jaka Tarub.secara tertulis, (h) Siswa menceritakan

    kembali cerita dongeng Jaka Tarub secara tertulis, (j) Siswa menceritakan

    kembali cerita dongeng Jaka Tarub secara lesan, (k) Sebelum jam pelajaran

    berakhir anak diminta untuk membaca teks bacaan dongeng Jaka Tarub secara

    bergiliran serta menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti selama proses

    pembelajaran. Observasi

    (2) Observasi tindakan siklus 1 pertemuan 3, Siswa mendengarkan kaset rekaman dongeng Jaka Tarub secara sungguh sungguh, siswa membaca teks bacaan secara benar. Siswa DP dan FR dapat membaca dongeng Jaka Tarub secara

    lancar, Siswa DP dan FR sudah dapat menceritakan isi dongeng Jaka Tarub

    secara lesan. Siswa KA masih salah dalam menceritakan kembali isi dongeng

    Jaka Tarub. siswa KA belum dapat membaca dengan lancar masih terbata bata dengan bimbingan

    (3) Evaluasi, hasil evaluasi dari kegiatan proses pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 3, siswa DP mendapat nilai 65, siswa FR mendapat nilai 68, hal ini

    dikarenakan; (a) Siswa sudah dapat menyebutkan tokoh tokoh yang ada pada dongeng Jaka Tarub, (b) Siswa sudah dapat mengenalkan watak para tokoh pada

    dongeng Jaka Tarub, (c) Siswa sudah dapat mengambil inti dari setiap paragraf

    pada dongeng Jaka Tarub, (d) Siswa dapat menceritakan kembali isi dongeng

    Jaka Tarub secara tertulis dan lesan. Siswa KA mendapat nilai 58 hal ini

    dikarenakan, siswa kadang masih salah menyebutkan tokoh tokoh yang ada pada dongeng Jaka Tarub, siswa tidak berani menjawab pertanyaan, dan siswa

    tidak bisa menceritakan kembali isi dongeng secara lesan dan tertulis.

    Berdasarkan hasil tindakan pembelajaran membaca pemahaman dengan

    menggunakan media kaset rekaman pada siklus 1 dapat diambil kesimpulan adanya

    kekurang optimalan siswa karena hasil yang didapat DP mendapat 65, KA 58, FR 69,

    sehingga didapat rerata sebesar 64 % hal ini siswa belum dapat dikatakan berhasil

    karena siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti

    sebesar 75 %.

    Reflesi siklus 1

    Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti menemukan kekurangan kekurangan dan kelebihan kelebihan yang muncul selama pembelajaran. Temuanya adalah sebagai berikut; (1) Kelebihan; siswa merasa dibantu dengan adanya alat

    Bantu yang dapat membantu memahami isi bacaan yakni kaset rekaman dongeng,

    siswa merasa lebih mudah memahami isi dongeng menggunakan kaset rekaman

    walaupun siswa masih belum lancar dalam membaca, pembelajaran menjadi lebih

    menyenangkan karena siswa dapat belajar sambil mendengarkan cerita. (2)

    Kekurangannya; siswa masih baru mengenal media kaset rekaman, siswa masih

    memerlukan daya konsentrasi untuk membaca teks bacaan dengan mendengarkan

  • JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1

    64

    media kaset rekaman, siswa masih belum memahami tanda koma, tanda titik pada

    bacaan yang ada pada teks bacaan Braile, siswa masih kesulitan untuk mengambil inti

    pada setiap paragraph, kalimat pada cerita terlalu panjang.

    Berdasarkan dari temuan temuan yang didapat dari pelaksanaan tindakan, pada proses pengajaran membaca pemahaman pada siklus 1 pertemuan 1, 2, dan 3.

    Maka dapat diambil kesimpulan adanya kekurang optimalan dalam memahami bacaan

    dengan mendengarkan media kaset rekaman. Anak kesulitan dalam membaca tanda

    koma tanda titik dan mengambil inti pada setiap paragraf .Oleh karena itu perlu

    dilakukan tindakan pembelajaran Bahasa Indonesia. Dari perolehan hasil yang dicapai

    pada siklus 1 didapat rerata 64 % hal ini siswa belum dikatakan berhasil karena siswa

    belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti sebesar 75 %

    maka dari itu peneliti melanjutkan pada siklus II

    Pelaksanaan Siklus 2

    Berdasarkan refleksi pembelajaran siklus 1 pada materi membaca tanda baca,

    koma, dan titik dibacaan dongeng Jaka Tarub, dan mengambil inti setiap paragraf

    siswa mengalami kesulitan maka pembelajaran siklus 2 diadakan perbaikan

    pembelajaran dengan mengulang kembali mendengarkan kaset rekaman pada bagian

    yang dianggap sulit oleh siswa. Dan mengganti dengan bacaan dongeng Baturaden

    Siklus 2 pertemuan 1 dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    (1) Perbaikan Tindakan, perencanaan tindakan sama dengan siklus 1 yaitu :disiapkan rencana pembelajaran hanya terdapat sedikit perubahan yaitu agar siswa lebih

    mudah memahami bacaan, diberikan bimbingan secara individu, dan diberi

    bimbingan langsung jika siswa mengalami kesalahan.

    (2) Pelaksanaan tindakan; (a) Peneliti membagikan bacaan Braile dongeng Baturaden pada semua anak, (b) Siswa dibentuk kerja sama meskipun hanya tiga orang, tiap

    siswa secara individu mendengarkan kaset rekaman dongeng Baturaden, dan

    siswa yang lain membaca teks bacaan, (c) Peneliti meminta salah satu Siswa

    membaca teks Braile dongeng Baturaden, dan memberi tekanan pada tanda titik

    dan tanda koma, (d) Peneliti meminta kepada setiap anak untuk menjadi tutor

    sebaya sambil mendengarkan media kaset rekaman. Salah satu anak diminta

    untuk membaca semua kalimat yang ada pada teks bacaan, (e) Peneliti meminta

    Siswa menyebutkan tokoh tokoh yang ada pada dongeng Baturaden secara lesan, (f) Peneliti meminta Siswa mengenalkan watak tokoh tokoh yang ada pada dongeng Baturaden secara lesan, (g) Peneliti meminta siswa untuk

    mengambil inti pada paragraf satu sampai keempat dongeng Baturaden, (h)

    Peneliti meminta Siswa mengambil inti setiap paragraf pada dongeng

    Baturaden.secara tertulis, (i) Peneliti minta Siswa menceritakan kembali cerita

    dongeng Baturaden secara tertulis, (j) Peneliti minta Siswa menceritakan kembali

    cerita dongeng Baturaden secara lesan, (k) Peneliti minta kepada tiga siswa

    bersama sama membaca teks bacaan, (l) Peneliti minta sesama siswa melakukan Tanya jawab tentang tokoh tokoh dan watak yang ada pada dongeng Baturaden serta inti dari setiap paragraph, (m) Peneliti minta Siswa menceritakan

    kembali dongeng jaka tarub secara tertulis dan lesan, (n) Sebelum jam pelajaran

    berakhir anak diminta untuk membaca teks bacaan dongeng Baturaden secara

  • Hartono & Masriah, Kemampuan Membaca Pemahaman . (55-70)

    65

    bergiliran serta menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti selama proses

    pembelajaran.

    (3) Observasi langkah yang dilakukan, (a) Setelah siswa dibentuk kerja sama maka bisa lebih tepat waktu menjawab pertanyaan tentang dongeng Baturaden, (b)

    Siswa dapat membaca dengan lancar dan dapat menyebutkan tokoh yang ada

    pada dongeng Baturaden antara lain yaitu Suta, Sang Adipati, Emban.

    Siswa dapat mengambil inti setiap paragraf secara tertulis dan lesan antara

    lain.yaitu paragraf pertama contoh Dahulu kala, hiduplah seorang pembantu (

    bahasa Jawanya batur ) yang bernama Suta disebuah Kadipaten. Suatu ketika, ia

    berjalan disekitar tempat pemandian tiba tiba ia dikejutkan oleh jeritan seorang wanita. Suta segera mencari arah jeritan tadi. Hasilnya siswa DP dan FR dapat

    membaca dengan lancar, sudah ada perubahan pada waktu membaca tanda baca

    koma dan titik dan tidak di ketemukan kesalahan. Siswa KA sudah ada perubahan

    mau membaca teks bacaan walaupun terbata bata. (4) Evaluasi, hasil evaluasi dari kegiatan proses pembelajaran pada siklus 2

    pertemuan 1; (a) Siswa yang bernama DP mendapatkan nilai 69 ini karena;

    Siswa sudah dapat membaca lancar, Siswa mengenal semua tokoh tokoh yang ada pada dongeng.Baturaden, Siswa sudah dapat memahami isi bacaan dongeng

    Baturaden, dan Siswa mau menjawab pertanyaan guru. (b) Siswa yang bernama

    FR mendapatkan nilai 73, Siswa dapat membaca lancar dan benar pada tanda

    koma dan tanda titik; Siswa sudah dapat menyebutkan tokoh tokoh yang ada pada dongeng Baturaden, Siswa dapat menceritakan isi bacaan secara tertulis,

    Siswa menjawab pertanyaan guru sekitar dongeng Baturaden. (c) Siswa yang

    bernama KA mendapat nilai 59; Siswa mengenal tokoh tokoh yang ada pada dongeng Baturaden, Siswa dapat membaca dengan terbata bata., Siswa mau menjawab pertanyaan guru. Hasil evaluasi dari kegiatan proses pembelajaran

    pada siklus 2 pertemuan 1.Siswa yang bernama DP mendapat nilai 69, siswa FR

    mendapat nilai 73 dan siswa KA mendapat nilai 59, sehingga rerata didapat 67 %,

    jadi pada siklus 2 pertemuan 1 ini belum dapat dikatakan berhasil karena siswa

    belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti sebesar 75

    %

    Siklus 2 pertemuan 2 dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    (1) Pelaksanaan tindakan, dengan kegiatan; (a) Peneliti membagikan bacaan Braile dongeng Baturaden pada semua anak, (b) Peneliti minta Siswa mendengarkan

    kaset rekaman secara bergiliran, satu siswa mendengarkan dan dua siswa

    membaca teks bacaan, (c) Peneliti minta Siswa menjadi tutor sebaya dan

    membaca teks bacaan dongeng Baturaden secara bergiliran, (d) Peneliti minta

    Siswa menulis kembali bacaan dongeng jaka tarub yang telah didengar dari kaset

    rekaman dengan bahasanya sendiri, (e) Peneliti meminta Siswa menyebutkan

    tokoh tokoh yang ada pada dongeng Baturaden secara lesan, (f) Peneliti minta Siswa mengenalkan watak tokoh tokoh yang ada pada dongeng Baturaden secara lesan, (g) Peneliti meminta siswa untuk mengambil inti pada paragraf satu

    sampai keempat dongeng Baturaden secara lesan, (h) Peneliti minta Siswa

    mengambil inti setiap paragraf pada dongeng Baturaden.secara tertulis, (i) Siswa

  • JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1

    66

    diminta menceritakan kembali cerita dongeng Baturaden secara tertulis, (j) Siswa

    diminta menceritakan kembali cerita dongeng Baturaden secara lesan, (k) Peneliti

    minta siswa bersama sama membaca teks bacaan, (l) Peneliti minta sesama siswa melakukan tanya jawab tentang tokoh tokoh dan watak yang ada pada dongeng Baturaden serta inti dari setiap paragraph, (m) Siswa diminta menjawab

    pertanyaan dari inti setiap paragraf secara tertulis dan lesan, (n) Sebelum jam

    pelajaran berakhir anak diminta untuk membaca teks bacaan dongeng Baturaden

    secara bergiliran serta menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti selama

    proses pembelajaran serta memberikan tugas PR pada anak - anak.

    (2) Observasi, kegiatannya; (a) Siswa sudah dapat membaca dengan lancar sesuai dengan kalimat yang didengar dari kaset rekaman dongeng Baturaden, (b) Siswa

    dapat menyebutkan semua kejadian yang ada pada dongeng Baturaden. Hasilnya

    siswa DP dan FR sudah dapat membaca dengan benar dan memahami isi

    dongeng Baturaden.Siswa DP dan FR dapat membaca dengan lancar dan benar,

    siswa KA dapat duduk dengan tenang dan mau mebaca teks bacaan dengan

    tenang. Siswa KA mau duduk tenang dan membaca kalimat demi kalimat

    (3) Evaluasi, hasil kegiatan proses pembelajarannya adalah siswa yang bernama DP mendapat nilai 80, siswa FR mendapat nilai 83 dan siswa KA mendapat nilai 65,

    sehingga rerata didapat 76,70 %, jadi pada siklus 2 pertemuan 2 ini telah

    mencapai indikator keberhasilan karena rerata didapat 75 %. Adapun indikator keberhasilan yang telah dicapai siswa adalah sebagai berikut; (a) Siswa sudah

    dapat membaca dongeng Baturaden beserta didalamnya tanda titik dan koma,

    mengambil inti tiap paragraph, (b) Siswa sudah dapat menceritakan dan

    memahami isi dongeng yang telah dibaca.

    (4) Refleksi siklus 2 Berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus 2 ditemukan peningkatan dalam

    membaca dongeng dan menceritakan isi dongeng yang dibacanya dengan hasil belajar

    membaca dongeng dan menceritakan isi dongeng yang dicapai pada siklus 1.Temuan

    yang ada pada siklus 2 adalah (a) kekurangannya; Siswa masih perlu adaptasi yang

    lebih lama untuk mendengarkan media kaset rekaman; Siswa masih memerlukan

    konsentrasi untuk mendengarkan media kaset rekaman; Siswa masih perlu bimbingan

    untuk mengenal tanda baca yang tidak terekplisit pada media kaset rekaman yang

    didengar; Siswa masih perlu bimbingan untuk mengambil inti paragraph; Siswa perlu

    mengenal tanda jeda pada waktu membaca bacaan dongeng; (b) Kelebihannya; Siswa

    dapat berlatih konsentrasi dengan mendengar media kaset rekaman; Siswa dapat

    mengurangi kebiasaan blindism dengan mendengarkan media kaset rekaman; Siswa

    sudah dapat menceritakan kembali isi dongeng yang di dengar dari kaset rekaman;

    Siswa dapat menulis cerita dongeng dari kaset rekaman yang di dengarnya; Adanya

    kemudahan siswa untuk memahami isi dongeng dari teks melalui kaset rekaman

    dongeng yang didengarnya; Siswa lebih senang melakukan aktifitas dengan

    mendengarkan kaset rekaman.

    Dengan demikian hasil analisis menunjukkan bahwa dengan menggunakan

    media kaset rekaman untuk pembelajaran bahasa Indonesia membaca dongeng dapat

    menimbulkan minat dan motivasi belajar sehingga siswa dapat memperoleh manfaat

    yang maksimal baik dari proses maupun hasilnya.

  • Hartono & Masriah, Kemampuan Membaca Pemahaman . (55-70)

    67

    Berdasarkan hasil penelitian dibahas kondisi nyata pada siklus 1 sebagai

    berikut; Kekurangannya yaitu dalam proses pembelajaran membaca pemahaman

    ,Siswa baru mengenal media kaset rekaman sehingga masih perlu adaptasi yang lebih

    lama untuk mendengarkan media kaset rekaman.Sesuai dengan karakteristik anak

    tunanetra yaitu sikap blindism sering muncul pada saat pembelajaran, anak sering

    menggoyang nggoyangkan anggota badan , sehingga kurang konsentrasi pada saat pembelajaran. .maka dengan demikian siswa memerlukan konsentrasi untuk

    membaca teks bacaan dongeng dengan mendengarkan kaset rekaman. untuk

    mengenal tanda baca yang tidak terekplisit pada media kaset rekaman yang

    didengar.siswa memerlukan bimbingan , demikian pula konsep membaca

    pemahaman dengan media kaset rekaman.siswa masih kurang memahami. Menurut

    peneliti kekurang berhasilan siswa dalam membaca pemahaman karena siswa tidak

    memahami kata kata dan kalimat yang dibacanya, hal tersebut sesuai dengan pendapat Syafie ( Rahim 2007 : 2 ) membaca pemahaman adalah penekanan

    membaca pada tahap ini ialah proses perceptual yaitu proses korespondensi rangkaian

    huruf dengan bunyi bunyi bahasa. Kelebihannya menurut peneliti keberhasilan siswa dalam meningkatkan

    kemampuan membaca pemahaman karena ditunjang oleh media yang menarik.

    Melalui media kaset rekaman siswa merasa lebih mudah memahami isi bacaan

    dengan mendengarkan kaset rekaman pembelajaran menjadi lebih menyenangkan

    karena siswa dapat belajar sambil mendengarkan cerita dan dapat diputar

    ulang.Sesuai dengan pendapat Widjajantin dan Hutepeau metode membaca dan media

    yang sesuai dapat membantu peningkatan pembelajaran pada anak tunanetra.

    Keberhasilan siswa dapat memahami isi bacaan dengan mendengarkan kaset rekaman

    dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.Mendengarkan bahan bacaan

    dalam bentuk rekaman menjadi sumber belajar yang efisien, Juang ( 2005: 83 ).

    Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat berhasil ada

    peningkatan yang segnifikan dalam membaca pemahaman apa bila dalam

    pembelajaran memakai media mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak

    tunanetra yaitu media kaset rekaman.

    Kondisi nyata pada siklus 2 adalah kekurangannya; Siswa masih perlu adaptasi

    yang lebih lama untuk mendengarkan media kaset rekaman, dan perlu bimbingan

    untuk mengenal tanda baca yang tidak terekplisit pada media kaset rekaman yang

    didengar. dengan kurangnya memahami isi bacaan maka siswa menjadi ragu dalam

    menyelesaikan soal dan memerlukan bimbingan Menurut peneliti kurang

    memahaminya siswa dalam membaca pemahaman melalui media kaset rekaman

    dikarenakan siswa baru mengenal media kaset rekaman. Sehingga dengan demikian

    siswa perlu adaptasi dan dilatih secara rutin untuk mendengarkan bunyi.dengan

    memberi motifasi pada siswa serta memberi kepercayaan diri yang kuat maka siswa

    akan mampu menyelesaikan setiap soal yang sedang dikerjakan tanpa memerlukan

    bimbingan.Sesuai dengan pendapat Hadi bahwa sikap dan perilaku anak Tunanetra

    yang sulit untuk percaya diri sehingga anak tidak dapat mandiri dan selalu bergantung

    pada orang lain Hadi (2005 : 51) Menurut peneliti kurang peka anak Tunanetra dalam

    mendengarkan karena indera pendengaran jarang mendapat rangsang atau bunyi

  • JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1

    68

    sehingga anak kurang memahami bunyi yang didengar.Sesuai dengan pendapat Hosni

    bahwa indera pendengaran memegang peranan yang paling penting di dalam orientasi

    tunanetra, karena melalui pendengaran dia mendapat informasi tentang

    lingkungan.dan tidak terlalu ketinggalan dalam memperoleh informasi. Hosni ( 1996

    : 125 ).

    Kelebihannya; Menurut peneliti keberhasilan anak dalam meningkatkan

    kemampuan membaca pemahaman melalui Media kaset rekaman, karena anak telah

    terlatih kepekaanya dengan lebih banyak mendengarkan media kaset rekaman secara

    berulang ulang sehingga Siswa dapat menceritakan kembali isi dongeng yang di dengar dari kaset rekaman. juga dapat memahami isi dongeng dari teks melalui kaset

    rekaman. Dengan media kaset siswa lebih senang melakukan aktifitas belajar sambil

    mendengarkan kaset rekaman. Keberhasilan siswa membaca teks dongeng dan

    menceritakan isi dongeng yang telah dibaca ditunjang dengan mendengarkan kaset

    rekaman yang dapat diputar secara berulang - ulang sehingga, mempermudah siswa

    beraktifitas belajar. Sesuai dengan karakteristik Anak Tunanetra yang cenderung

    belajar dengan mendengar, penggunaan media kaset rekaman dapat dimanfaatkan

    untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Menurut pendapat Soleh ( 1986 : 44 ) :

    Penerimaan bahan belajar yang dibantu dengan media pembelajaran akan sangat

    membantu anak Tunanetra dalam memahami maupun menyimpan serta

    menginformasikan kembali bahan - bahan belajar secara urut dan jelas penerimaan

    ini membantu siswa untuk menyimpan bahan - bahan belajar secara permanen dan

    akumulatif. Dengan mengacu pendapat florenti ( 2000 : 56 ) : Pembelajaran bahasa

    Indonesia membaca pemahaman dengan menggunakan media kaset rekaman dapat

    memotivasi belajar, mempermudah memahami bahan bahan belajar dan menimbulkan semangat keinginan lebih maju dalam meningkatkan belajar.

    Jadi dapat disimpulkan penelitian dapat berhasil hal ini ditunjukkan adanya

    peningkatan hasil belajar siswa, Hal ini juga disebabkan karena menggunakan alat

    peraga yang menarik yakni kaset rekaman dongeng. Hal ini seiring dengan penemuan

    Pradopo ( 1975 : 138 ) Dalam perkembangan bahasa anak tunanetra memperlihatkan

    kurang pengertian tentang kata sebagai lambang alat komunikasi serta lebih lamban

    dalam menyusun atau merumuskan arti suatu kata dengan benar dari anak awas.

    Sehingga anak tunanetra membutuhkan media bantu pendengaran atau alat peraga

    berupa kaset rekaman untuk mempermudah dalam memahami suatu materi pelajaran.

    Sementara itu menurut Florenty ( 2000 : 56 ) secara singkat menyatakan sebagai

    berikut: menyampaian bahan ajar dengan menggunakan media pembelajaran akan

    sangat membantu memotivasi belajar anak tunanetra, karena dengan alat bantu

    pembelajaran, anak akan mudah dalam menangkap atau memahami bahan bahan belajar yang diberikan oleh guru. Sehingga anak akan timbul semangat dan keinginan

    untuk lebih maju dalam meningkatkan belajar

    SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan permasalahan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dapat

    ditarik simpulan bahwa penerapan pembelajaran membaca pemahaman melalui media

    kaset rekaman dapat meningkatkan aktifitas proses belajar siswa kelas III SDLB

    Negeri Karangrejo Magetan melalui 2 siklus siswa memperoleh peningkatan aktifitas

  • Hartono & Masriah, Kemampuan Membaca Pemahaman . (55-70)

    69

    pembelajaran 12,70% berkaitan dalam hal : menyebutkan tokoh tokoh dalam dongeng, menjawab pertanyaan isi dongeng, dan menceritakan kembali isi dongeng.

    Penerapan pembelajaran membaca pemahaman melalui media kaset rekaman dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut sudah ditunjukkan dalam

    siklus 1 yaitu diperoleh rerata 64 % menjadi 76,70 % pada siklus 2 berarti sudah

    mencapai belajar tuntas 76,70 % dan selama ini media tersebut belum pernah

    diterapkan dengan pembelajaran dikelas.

    Berkaiatan dengan simpulan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat

    disampaikan sebagai berikut; bagi kepala sekolah dapat dijadikan acuan dalam

    manajemen sekolah terutama dalam hal media pembelajaran yang menyenangkan,

    bagi guru : Dengan temuan penelitian ini hendaknya guru selalu memakai media

    pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya

    diantara yaitu media kaset rekaman, bagi siswa dapat dijadikan media membaca

    sambil mendengarkan sehingga pembelajaran tidak membosankan.

    DAFTAR ACUAN

    Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

    Arikunto Suharsini 1992 Prosedur Penelitian Jakarta Rineka Cipta

    Arsyad, Azhar. 2008 . Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

    BSNP, 2007 Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Dokumen I dan II) SDLB Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.

    BSNP, 2007 Model Penilaian Kelas Pendidikan Khusus Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.

    Dasna, I Wayan. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Malang. Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru (BPSG) Rayon 15 Universitas Negeri Malang.

    Dwiloka Bambang dan Rianti 2005 Teknik Menulis Karya Ilmiah Bandung Rineka Karya.

    Florenti, 2000. Pemahaman Bahasa Indonesia Surakarta UNS.

    Hosni Irham Buku Ajar Oirientasi Mobilitas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru

    Iskandarwasid dan Sunendar, Dadang. 2008.Strategi Pembelajaran Bahasa

    Bandung : PT Remaja Rosdakarya

    Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

    Mochtar, Syamsuar 1984 Ortopedagogik Tunanetra Yogyakarta SGPLB

    Pujiastuti, 2003. Membaca sebagai ketrampilan berbahasa Bandung Angkasa

    Pradopo Sukeni 1975 Pendidikan Anak anak tunanetra SGPLB Jakarta Departemen P dan K.

    Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar . Jakarta : PT Bumi Aksara.

    Santosa, Indra. 2002. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya : CV. Pustaka Agung Harapan.

    Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2007.Media Pengajaran, Bandung : Sinar Baru Algensindo

  • JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1

    70

    Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Luar BiasaTunanetra (SDLB-A ). 2006 Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.

    Standart Isi, Standart Kompetensi Lulusan dan Penyusunan KTSP Tunanetra 2006 Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.

    Suryabrata, 2002. Kamus Bahasa Indonesia Jakarta CV Pustaka Agung Harapan

    Widjajantin Anastasia Ortopedagogik Tunanetra Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

    Zuchdi, Darmiyati. 2007 .Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca Yogyakarta : UNY Press.