7
172 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005 KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN ENERGI TINGGI PADA SAPI PERAH YANG DIBERIKAN PAKAN BASAL JERAMI PADI (The Nutrient Digestibility of High Nitrogen Precursor and High Energy Precursor Rations in Dairy Cattle Fed on a Basal Diet of Rice Straw) L.K. Nuswantara*, M. Soejono, R. Utomo dan B.P. Widyobroto * Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengkaji konsumsi dan kecernaan nutrien (bahan kering, bahan organic dan protein kasar) ransum prekursor nitrogen tinggi (PDIN) dan prekursor energi tinggi (PDIE) pada sapi peranakan Friesian Holstein (PFH) yang diberikan pakan basal jerami padi. Penelitian menggunakan 10 ekor sapi PFH betina tidak berproduksi yang berumur 1,5 sampai 2 tahun dengan bobot badan 250 – 300 kg. Data konsumsi dan kecernaan nutrient yang diperoleh diuji dengan mengunakan analisis variansi berdasar rancangan acak lengkap, dan uji wilayah ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada sapi PFH yang diberi ransum dengan kandungan PDIE (136,22; 120,25 and 23,82 g per kg bobot badan metabolik) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan ransum dengan kandungan PDIN (111,57; 97,88 and 18,04 g/MBW. Kecernaan bahan organik dan protein kasar pada ransum dengan kandungan PDIN (70,07 dan 70,00%) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan pada ransum dengan kandungan PDIE (67,41dan 67,91%). Namun kecernan bahan kering diantara kedua ransum tidak menunjukkan perbedaan nyata. Kata Kunci : kecernaan, prekursor nutrien, sapi perah ABSTRACT The research was conducted to determine the nutrients intake and digestibility (dry matter, organic matter and crude protein) of high nitrogen precursor (PDIN) and high energy precursor (PDIE) rations in Friesian Holstein grade cows fed on rice straw as basal feed. The research used 10 non lactating heifers with 1,5 - 2 years old and 250 – 300 kg of body weight. Data of nutrient intake and digestibility were tested using analysis of variance on the basis of completely randomized design and Duncan’s multiple range test. The dry matter, organic matter, and crude protein intake of PDIE ration (136.22; 120.25 and 23.82 g per kg metabolic body weight) were higher (P<0.05) than PDIN ration (111.57; 97.88 and 18.04 g/MBW). The organic matter and crude protein digestibility of PDIN ration (70.07% and 70.00%) were higher (P<0.05) than PDIE ration (67.41 and 67.91%). Nevertheless, there was no significant difference between dry matter digestibility of PDIE and PDIN rations. Keywords : digestibility, nutrient precursor, dairy cattle

KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN

  • Upload
    vutuyen

  • View
    220

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN

172 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005

KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DANENERGI TINGGI PADA SAPI PERAH YANG DIBERIKAN

PAKAN BASAL JERAMI PADI(The Nutrient Digestibility of High Nitrogen Precursor and High Energy Precursor Rations

in Dairy Cattle Fed on a Basal Diet of Rice Straw)

L.K. Nuswantara*, M. Soejono, R. Utomo dan B.P. Widyobroto*Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengkaji konsumsi dan kecernaan nutrien (bahan kering, bahan organic danprotein kasar) ransum prekursor nitrogen tinggi (PDIN) dan prekursor energi tinggi (PDIE) pada sapi peranakanFriesian Holstein (PFH) yang diberikan pakan basal jerami padi. Penelitian menggunakan 10 ekor sapi PFHbetina tidak berproduksi yang berumur 1,5 sampai 2 tahun dengan bobot badan 250 – 300 kg. Data konsumsidan kecernaan nutrient yang diperoleh diuji dengan mengunakan analisis variansi berdasar rancangan acaklengkap, dan uji wilayah ganda Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasarpada sapi PFH yang diberi ransum dengan kandungan PDIE (136,22; 120,25 and 23,82 g per kg bobot badanmetabolik) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan ransum dengan kandungan PDIN (111,57; 97,88 and 18,04g/MBW. Kecernaan bahan organik dan protein kasar pada ransum dengan kandungan PDIN (70,07 dan70,00%) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan pada ransum dengan kandungan PDIE (67,41dan 67,91%).Namun kecernan bahan kering diantara kedua ransum tidak menunjukkan perbedaan nyata.

Kata Kunci : kecernaan, prekursor nutrien, sapi perah

ABSTRACT

The research was conducted to determine the nutrients intake and digestibility (dry matter, organicmatter and crude protein) of high nitrogen precursor (PDIN) and high energy precursor (PDIE) rations inFriesian Holstein grade cows fed on rice straw as basal feed. The research used 10 non lactating heifers with 1,5- 2 years old and 250 – 300 kg of body weight. Data of nutrient intake and digestibility were tested usinganalysis of variance on the basis of completely randomized design and Duncan’s multiple range test.

The dry matter, organic matter, and crude protein intake of PDIE ration (136.22; 120.25 and 23.82 g per kgmetabolic body weight) were higher (P<0.05) than PDIN ration (111.57; 97.88 and 18.04 g/MBW). The organicmatter and crude protein digestibility of PDIN ration (70.07% and 70.00%) were higher (P<0.05) than PDIEration (67.41 and 67.91%). Nevertheless, there was no significant difference between dry matter digestibility ofPDIE and PDIN rations.

Keywords : digestibility, nutrient precursor, dairy cattle

Page 2: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN

173The Digestibility of High Nitrogen and Energy Precursor Rations in Dairy Cows (Nuswantara et al.)

PENDAHULUAN

Penggunaan jerami sebagai pakan ternak padaumumnya memiliki beberapa kekurangan diantaranyaadalah kandungan protein kasar yang rendah dankecernaan serta palatabilitasnya juga rendah. Hasilpenelitian Budhi et al. (2000) menunjukkan bahwakonsumsi bahan kering dan bahan organik pada sapiperanakan ongole (PO) yang diberi jerami padisebagai pakan tunggal sebesar 59,75 dan 56,49 g/MBW dengan kecernaan bahan kering dan bahanorganik sebesar 54,01 dan 55,75%. Hasil penelitianUtomo (2001), menunjukkan nahwa sapi PO yangdiberi pakan basal jerami padi dengan suplementasidedak padi maupun campuran antara dedak padi dantepung daun lamtoro belum dapat memberikankenaikan konsumsi, namun demikian mampumeningkatkan bahan organik tercerna dan proteintercerna dibanding tanpa suplementasi. Lebih lanjutdijelaskan bahwa dengan suplementasi sumberenergi maupun sumber protein pada pakan basaljerami padi akan berakibat terjadi efek asosiasi pakanyang positif karena adanya kenaikan perkembanganmikrobia rumen.

Suplementasi bahan pakan baik sumber pro-tein maupun sumber energi pada ternak yang diberipakan basal jerami padi yang pernah dilakukan hanyasebatas pada pemenuhan kebutuhan nutrien bagimikrobia rumen agar kecernaan jerami padi meningkat.Aplikasi teknologi formulasi ransum yang seimbang

dengan menerapkan sistem PDI (Protein truly Di-gestible in the small Intestine) diharapkan dapatmemberikan produksi mikrobia rumen yang optimal(pelepasan prekursor N dan kerangka karbon yangsinkron) dan akhirnya pemanfaatan serat di dalamrumen serta pasokan nutrien di intestinum untukinang menjadi meningkat.

Sistem PDI didasarkan pada estimasiketersediaan asam amino di intestinum yang berasaldari protein pakan yang tidak terdegradasi (UDP/PDIA) dan protein mikrobia. Protein pakan yang tidakterdegradasi dalam rumen sangat diperlukan olehruminansia terutama yang berproduksi tinggi,sedangkan sintesis protein mikrobia tergantung dariketersediaan nutrien terutama energi, komponen ni-trogen, sulfur dan lain-lain (Jarrige, 1989). Jumlahprekursor energi dan N sering merupakan faktorpembatas utama sintesis protein mikrobia, tetapi jugatergantung dari kinetik ketersediaan nutriensepanjang hari dari intensitas aktivitas mikrobia dalamrumen (Sauvant et al., 1995). Sistem evaluasi pakanruminansia yang optimal selalu memperhitungkankebutuhan nutrien mikrobia rumen dan kebutuhaninangnya, sehingga rumen degradable protein (RDP)dan undegraded protein (UDP atau PDIA) perludiperhatikan dalam ransum. Penelitian bertujuanuntuk mengkaji penggunaan ransum PDIN dan PDIEterhadap kecernaan nutrien pada sapi perah yangmendapat pakan basal jerami padi.

Tabel 1. Komposisi Bahan Baku Konsentrat

Bahan Pakan

Konsentrat PDIN

Konsentrat PDIE

------------------ (kg) ------------------

Bekatul 6,70 3,00 Onggok 27,50 3,33 Cassava 0,00 3,33 Kulit biji Jagung 9,20 20,00 Pollard 11,70 0,00 Kulit biji kopi 5,00 15,00 Bungkil kedelai terproteksi 2,50 13,33 Bungkil Kelapa 0,00 8,33 Bungkil kapok 13,30 0,00 Bungkil kedelai 2,50 6,67 Urea 3,30 0,00 Jagung 17,70 17,68 Tepung Ikan 0,00 6,00 Mollases 0,00 3,33 Mineral 0,60 0,00

Page 3: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN

174 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di laboratorium IlmuMakanan Ternak Jurusan Nutrisi dan MakananTernak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah MadaYogyakarta. Penelitian ini berlangsung selama 25hari. Sepuluh ekor sapi perah PFH betina tidakberproduksi umur 1,5 – 2,0 tahun dengan berat badan200 – 250 kg, dibagi dalam 2 (dua) perlakuan, yaitu 5(lima) ekor diberi ransum prekursor nitrogen tinggi(PDIN) dan 5 (lima) ekor diberi ransum prekursorenergi tinggi (PDIE) dalam rancangan acak lengkap.Penelitian berlangsung dalam dua periode yaituperiode adaptasi dan koleksi (Soejono, 1991). Ternakdiletakkan di kandang individu dan diberi pakan danminum secara ad libitum. Pakan didistribusikan 2kali per hari pada pukul 7.00 dan 17.00. Konsentratdiberikan terlebih dahulu, kemudian jerami padidiberikan berselang 1 jam kemudian. Periode adaptasidilaksanakan selama 15 hari. Periode koleksiberlangsung 10 hari. Pengumpulan sampel pakan, sisapakan dan feses dilakukan pada periode koleksi.Koleksi feses dilakukan setiap hari pada waktu yangsama pada pukul 08.00 (1x24 jam) dicampur dan diaduksecara merata dengan mixer serta diambil sebanyak1% dari berat total feses sebagai sampel. Kemudiandikeringkan dan sebelum dianalisis sampel digilingdengan Wiley mill dengan saringan berdiameterlubang saringan 1 mm.

Pakan basal yang akan digunakan dalampenelitian ini adalah jerami padi. Bahan pakankonsentrat yang digunakan adalah bahan pakankonsentrat yang tersedia di Yogyakarta dan sekitarnya(10 bahan pakan) berdasarkan perhitungan kembalidari tabel komposisi kimia (Hartadi et al., 1997) danhasil nilai degradasi protein (Widyobroto et al., 1996,1997). Rumus perhitungan nilai PDI menurut Jarrige(1989).

Ransum disusun sesuai dengan kebutuhanternak yang didasarkan pada tabel kebutuhan sapiperah (NRC, 1998). Ransum perlakuan terdiri atas :ransum PDIN (ransum dengan kandungan PDINtinggi) dan ransum PDIE (ransum dengan kandunganPDIE tinggi). Ransum disusun atas campurankonsentrat 60% dan jerami padi 40%, dengankandungan TDN 61% dan PK 15%. Jerami padidiperoleh di sekitar Yogyakarta. Komposisi bahanbaku secara lengkap disajikan pada Tabel 1.Komposisi kimia konsentrat dan jerami padi disajikanpada Tabel 2 dan komposisi proksimat ransumperlakuan secara lengkap disajikan pada Tabel 3.

Sampel pakan konsentrat diambil setiappencampuran, dan sampel hijauan diambil setiap 2hari sekali dan pada setiap akhir periode koleksidicampur, diambil sampel representatif untukdianalisis bahan kering (BK) dan bahan organik (BO).Sampel sisa pakan diambil setiap hari pada setiapsapi dan pada setiap akhir periode dicampur untuk

Tabel 2. Komposisi Kimia Konsentrat dan Jerami Padi

Konsentrat Jerami Padi Nutrien PDIN PDIE Bahan Organik (g/kg BK)a 921,6 906,1 869,2 Protein Kasar (g/kg BK)a 266,9 261,0 59,7 Serat Kasar (g/kg BK)a 187,6 138,2 267,8 L e m a k (g/kg BK)a 32,6 31,1 26,7 E T N (g/kg BK)a 434,6 475,8 515,1 T D N (g/kg BK)b 669,0 661,5 520,0 NDF (g/kg BK)a 764,9 634,9 832,7 PDIN (%)b 14,27 11,84 41,0 PDIE (%)b 9,50 12,51 56,0 aHasil analisis proksimat di laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro (2004).

bHasil perhitungan menurut Hartadi et al.(1997).

ETN : ekstrak tanpa nitrogen. TDN : total digestible nutrients. NDF : neutral detergent fiber. PDIN : Protein digestible in the small intestine supplied by rumen undegraded dietary protein and by microbial protein from rumen degraded protein. PDIE : Protein digestible in the small intestine supplied by rumen undegraded dietary protein and by microbial protein from rumen fermented organic matter.

Page 4: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN

175The Digestibility of High Nitrogen and Energy Precursor Rations in Dairy Cows (Nuswantara et al.)

analisis BK dan BO menggunakan metode AOAC(1980). Data yang diperoleh kemudian dianalisisdengan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Bahan Kering dan Bahan OrganikKonsumsi bahan kering dari sapi perah yang

diberi ransum berpakan basal jerami padi dengankandungan PDIN tinggi dan PDIE tinggi disajikanpada Tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwasapi perah yang diberi ransum berpakan basal jeramipadi dengan kandungan PDIE tinggi mengkonsumsibahan kering lebih tinggi (P<0,05) dibanding sapiyang diberi ransum dengan kandungan PDIN tinggi.Konsumsi BK yang tinggi pada sapi PFH yang diberiransum dengan kandungan PDIE tinggi disebabkanoleh tipe konsentrat dan kecepatan degradasinya.Ransum dengan kandungan PDIE tinggi sebagianbesar bahan pakan konsentrat tersusun atas bahanpakan yang mudah didegradasi seperti molasses, kulitbiji kedelai dan lain-lain (Tabel 1). Hal tersebutmengakibatkan ransum dengan kandungan PDIEtinggi lebih mudah terdegradasi dibanding PDINtinggi, sehingga pakan akan cepat meninggalkanrumen dan konsumsi akan meningkat. Hal ini sesuaidengan hasil penelitian Reksohadiprodjo et al. (1998)yang menunjukkan bahwa tipe karbohidrat (strukturaldan non struktural) dan kecepatan degradasinya(cepat atau lambat) berpengaruh nyata terhadapkonsumsi pakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwakonsumsi bahan organik dan protein kasar pada sapi

dengan ransum PDIE tinggi nyata lebih tinggi(P<0,05) dibanding konsumsi bahan organik danprotein kasar pada sapi yang diberi ransum dengankandungan PDIN tinggi. Tingginya konsumsi bahanorganik dan protein kasar disebabkan oleh tipekarbohidrat, tingkat degradasi bahan pakan dankomposisi kimia ransum. Tipe karbohidrat dan tingkatdegradasi bahan pakan dicerminkan dari komposisibahan pakan penyusun konsentrat (Tabel 1). RansumPDIE tinggi diduga memiliki tingkat degradasi yanglebih tinggi dibanding ransum PDIN tinggi, sehinggalaju aliran partikel pakan dalam rumen pada ransumPDIE tinggi lebih cepat dibanding PDIN tinggi. Halini akan berakibat pada konsumsi bahan organik danprotein kasar yang lebih tinggi dibanding padaransum PDIN tinggi. Poppi et al. (1981) menyatakanbahwa konsumsi dan kecernaan pakan berseratsangat ditentukan oleh kecepatan proses mastikasi,laju degradasi pakan dalam rumen dan laju aliranpartikel dari rumen. Semakin tinggi mastikasi danlaju aliran partikel pakan dalam rumen dan semakinrendahnya kecepatan degradasi pakan makakecernaan akan menurun. Waktu tinggal pakan dalamrumen yang lama memberi kesempatan mikrobiarumen mencerna pakan lebih lama, sebaliknya waktutinggal pakan di dalam rumen yang relatif singkatmemberikan kesempatan mikrobia rumen dalammencerna pakan juga akan singkat, tetapi waktutinggal pakan dalam rumen yang relatif singkatmemungkinkan pakan cepat meninggalkan saluranpencernaan, sehingga akan meningkatkan konsumsipakan.

Tabel 3. Komposisi Proksimat Ransum Perlakuan

Nutrien

Ransum PDIN

Ransum PDIE

--------------------- (%) --------------------- Abu 9,93 10,68 Protein Kasar 18,40 18,05 Serat Kasar 21,97 19,00 Lemak Kasar 3,02 2,93 ETN 46,68 49,15 TDN 60,49 60,94 NDF 79,20 71,40 PDIN 10,92 8,41 PDIE 11,84 12,50 Keterangan singkatan-singkatan istilah lihat pada Tabel 2.

Page 5: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN

176 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005

Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik danProtein Kasar

Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwakecernaan bahan kering dari ransum PDIN dan PDIEtinggi relatif sama. Kecernaan bahan kering yangtidak berbeda nyata tersebut sangat dipengaruhi olehkomposisi kimia dari ransum (Tabel 3.) serta lamatinggal pakan dalam rumen (Van Soest, 1994). Apabila

komposisi kimia ransum tidak berbeda nyata makakecernaan bahan kering juga tidak akan berbedanyata. Komposisi kimia dimaksud adalah PK, SK,ektrak tanpa nitrogen dan mineral pakan.

Kecernaan bahan organik pada kedua ransummenunjukkan perbedaan nyata (P<0,05). Kecernaanbahan organik pada sapi yang diberi ransum dengankandungan PDIN tinggi (70,07%) nyata lebih tinggi(P<0,05) dibanding pada sapi yang diberi ransumPDIE tinggi (67,41%). Tingginya kecernaan bahanorganik pada ransum PDIN tinggi disebabkan olehtingkat konsumsin ransum yang rendah. Konsumsiransum dan tingkat degradasi bahan pakan yangrendah berakibat pada rendahnya laju partikel pakanmeninggalkan rumen, sehingga kesempatan mikrobiarumen dalam mencerna pakan akan lebih lama.Konsumsi yang tinggi akan menurunkan kecernaandemikian pula sebaliknya (NRC, 1984). Suplementasisuatu bahan pakan tertentu yang dapat dikonsumsiakan mempercepat laju pakan dalam rumen yang padagilirannya akan mengurangi kecernaan, karena pakanyang masuk pada aktivitas pencernaan berlangsungdalam waktu yang pendek (McDonald et al., 1988).

Kecernaan protein kasar pada sapi yang diberiransum PDIN tinggi nyata lebih tinggi (P<0,05)

dibanding sapi yang diberi ransum PDIE tinggi.Tingginya kecernaan protein pada ransum PDINtinggi diduga berkaitan dengan kandungan proteinkasar dan tingkat degradabilitas protein bahan pakanpenyusun ransum. Ransum PDIN tinggi tersusunatas bahan pakan dengan kandungan protein kasardan tingkat degradabilitas yang tinggi. Tingginyadegradabilitas protein ransum mengakibatkan

ketersediaan prekursor N dalam rumen untuk sintesisprotein mikrobia juga tinggi. Namun demikian padaransum ini juga memiliki UDP yang tinggi, sehinggaprotein pakan yang lolos dari degradasi oleh mikrobiarumen dan dapat dicerna dalam intestinum jugatinggi. Aras protein kasar dapat mempengaruhikecernaan pakan, peningkatan kecernaan proteinkasar akan memberikan nutrien esensial lebih banyakuntuk mikrobia rumen (Widyobroto et al., 1994).Selanjutnya dinyatakan bahwa jika pakan yang kayaakan protein ditambahkan untuk mengimbangi hijauanyang rendah proteinnya, maka aktivitas mikrobiadalam mendegradasi pakan akan meningkat.

Kecepatan hilangnya bahan pakan dariretikulo-rumen atau lama tinggal pakan dalam rumenjuga akan berpengaruh terhadap kecernaan pakan.Laju pakan meninggalkan rumen terutama tergantungpada komposisi fisik serta kimia dari pakan yangdikonsumsi (McDonald et al., 1988). Selanjutnyadinyatakan bahwa pakan berserat yang mempunyaikecernaan rendah akan dirombak secara perlahankarena proses pencernaan pertama kali berjalan lambatsehingga kerja enzim tertunda, hanya partikel halusyang dapat melewati saluran pencernaan selanjutnya.

Hasil penelitian dengan menggunakan

Table 4. Rata-rata Konsumsi dan Kecernaan Nutrien pada Sapi PFH yang Diberi Ransum Berpakan Basal Jerami Padi dengan Kandungan PDIN Tinggi dan PDIE Tinggi M a c a m R a n s u m

Ulangan PDIN PDIE Konsumsi BK (g/MBW) 111,57b 136,22a Konsumsi BO (g/MBW) 97,88b 120,25a Konsumsi PK (g/MBW) 18,04b 23,82a Kecernaan BK (%) 57,19a 58,75a Kecernaan BO (%) 70,07a 67,41b Kecernaan PK (%) 70,00a 67,91b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) BK : Bahan kering. BO : Bahan organik. PK : Protein kasar. MBW : Metabolic body weight.

Page 6: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN

177The Digestibility of High Nitrogen and Energy Precursor Rations in Dairy Cows (Nuswantara et al.)

ransum PDIN tinggi dan PDIE tinggi memberikankecernaan BK, BO dan PK yang lebih tinggidibanding penelitian sebelumnya. Budhi et al. (2000),melaporkan bahwa sapi peranakan ongole yang diberijerami padi sebagai pakan tunggal yang mempunyaikecernaan bahan kering 54% dan kecernaan bahanorganik 55,57%. Utomo (2001) melaporkan bahwasapi yang diberi pakan basal jerami padi dengansuplemen dedak padi sebagai konsentrat mempunyaikecernaan bahan kering 55% dan bahan organik 57%.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwapenggunaan ransum PDIN dan PDIE dapatmeningkatkan konsumsi dan kecernaan nutrien (BK,BO dan PK) pada sapi perah dengan pakan basaljerami padi. Penggunaan ransum PDIN tinggi denganpakan basal jerami padi lebih baik dibanding ransumPDIE tinggi. Sehubungan dengan prekursor N dan Emerupakan faktor pembatas dalam sintesis proteinmikrobia, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjuttentang penggunaan ransum PDIN dan PDIE yangseimbang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepadaDirektur Proyek Peningkatan Penelitian danPengembangan pada Masyarakat (P4M) DirektoratJenderal Perguruan Tinggi Departemen PendidikanNasional Republik Indonesia, melalui Proyek HibahPenelitian Tim Pascasarjana dengan nomor kontrak066/P4T/DPPM/HPTP/III/2004 yang telah membiayaipenelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikanpada teman-teman Tim penelitian HPTP baik S-1, S-2maupun S-3 atas kerjasamanya dalam menyelesaikanpenelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Association of Official Analysis Chemist. 1980.Official methods of Analysis of theAssociation of Official Analysis Chemist. 13th

Ed. Association of Official Analytical Chemist.Washington D.C.

Budhi. S.P.S., S. Reksohadiprodjo., E.R. Orskov., B.P.Widyobroto dan M. Soejono. 2000. NewConcept of Fibrous Feed Evaluation in theTropics. Faculty of animal Science GadjahMada University. Yogyakarta . (Tidakdipublikasikan)

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman.1997. Tabel Komposisi Pakan untuk TernakIndonesia. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Jarrige, R. 1989. Ruminant Nutrition. Institut Nationalde la Recherche Agronomique. Paris.

Keery, C.M., H.E. Amos and M.A. Froetshel. 1992.Effects of supplemental protein source onintraruminal fermentation, proteindegradation, and amino acid absorption J.Dairy Sci. 76: 514 –524.

Mc Donald. P, R.A. Edwards and S.F.D. Greenhalgh.1988. Animal Nutrition. 4th Ed. Longman,London.

NRC, 1984. Nutrient Requirements of Beef Cattle.National Academic Press, Washington. D.C.

Poopi DP., D.J. Minson and JH. Ternouth. 1984.Studies of cattle and sheep eating leaf andstem fractions of grasses. I. The voluntaryintake, digestibility and retention time in thereticulo-rumen. Aus. J. Agric. Sci. Res., 32 :99 – 108.

Reksohadiprodjo, S., B.P. Widyobroto, M. Soejonodan H. Hartadi. 1998. Manajemen Nutrien SapiPerah sebagai Kontribusi PencegahanLingkungan. Fakultas Peternakan UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta (Tidakdipublikasikan).

Robinson, P.H., R.E. Mcqueen and P.L. Burgess. 1991.Influence of rumen undegraded protein lev-els on feed intake and milk production of dairycows. J. Dairy Sci. 74: 1623 – 1631.

Page 7: KECERNAAN NUTRIEN RANSUM PREKURSOR NITROGEN DAN

178 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005

Sauvant D., E. Grenet and M. Doreau. 1995. Degrada-tion chimiques des aliments dans le reticulo-rumen : cinetique et importance. in : Nutritiondes ruminants domestiques. Institut Nationalde la Recherche Agronomique editions. 381-406.

Utomo, R. 2001. Penggunaan Jerami Padi sebagaiPakan Basal : Suplementasi Sumber Energi danProtein terhadap Transit Partikel Pakan,Sintesis Protein Mikrobia, Kecernaan, danKinerja Sapi Potong. Disertasi. ProgramPascasarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta

Van Soest, P.J. 1994. Nutritional Ecology of TheRuminant. 2nd Edition. Comstock PublishingAssociates a Division of Cornell UniversityPress. Ithaca and London.

Widyobroto. B.P. 1999. Transit partikel dan cairandalam saluran pencernaan sapi perah produksitinggi yang mendapat ransum dengan araskonsentrat berbeda. Buletin Peternakan 22: 168– 178

Widyobroto. B.P., S. Padmowijoto, R. Utomo danKustantinah. 1997. Pengaruh perlakuanformaldehide pada bungkil kedelai terhadapdegradasi protein dalam rumen dan kecernaanundegraded protein di intestinum. ProsidingSeminar Nasional II Ilmu Nutrisi dan MakananTernak. 33 – 34.

Widyobroto. B.P., S. Padmowijoto dan R. Utomo.1995. Degradasi bahan organik dan proteinsecara In Sacco lima rumput tropik. BuletinPeternakan. 19: 45 – 55.