162
KECERDASAN EMOSIONAL DAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Nur Dahlia Kadili Nim : 149114045 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KECERDASAN EMOSIONAL DAN PROBLEM FOCUSED COPING …repository.usd.ac.id/32612/2/149114045_full.pdf · 2018. 12. 18. · HALAMAN MOTTO “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • KECERDASAN EMOSIONAL DAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA

    MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun Oleh:

    Nur Dahlia Kadili

    Nim : 149114045

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila

    kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

    (urusan) yang lain Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

    (QS. Al-Insyirah: 5-8)

    Apapun yang terjadi dalam harimu, yakinlah bahwa semuanya adalah kehendak

    dan rencana Allah untuk kebahagiaanmu ☺

    -Mutiara Islami-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Teruntuk orangtua saya yang luar biasa hebat dan kedua kakak saya terkasih.

    Terima kasih sudah mendampingi dan mendukung sampai ke tahap ini. Terima

    kasih untuk setiap keringat yang menetes untuk ku. Saya persembahkan ini untuk

    kalian. Sekali lagi terima kasih keluargaku.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    KECERDASAN EMOSIONAL DAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA

    MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI

    Nur Dahlia Kadili

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan

    emosional dan problem focused coping pada mahasiswa yang sedang menyusun

    skripsi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara

    kecerdasan emosional dan problem focused coping. Responden dalam penelitian

    ini adalah 176 mahasiswa yang sedang menyusun skripsi yang dipilih dengan

    teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan skala

    kecerdasan emosional dan skala problem focused coping yang disusun oleh

    peneliti. Skala kecerdasan emosional memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,927

    dan skala problem focused coping memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,926

    Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Product

    Moment Pearson dengan bantuan SPSS 23 for windows. Hasil analisis data

    menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan

    emosional dan problem focused coping pada mahasiswa yang sedang menyusun

    skripsi (r = 0,612, p = 0,000).

    Kata Kunci: kecerdasan emosional, problem focused coping, mahasiswa yang

    sedang menyusun skripsi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    EMOTIONAL INTELEGENCE AND PROBLEM FOCUSED COPING

    AMONG STUDENTS WHO ARE PREPARING THEIR THESIS

    Nur Dahlia Kadili

    ABSTRACT

    This research aimed to examine the relation between emotional

    intelegence and problem focused coping among students who are preparing their

    thesis. The hypothesis in this research was a positive relation between emotional

    intellegence and problem focused coping. Respondents in this research were 176

    students who were preparing a thesis that selected by using purposive sampling

    technique. Data collection was done by using emotional intelligence scale and

    problem focused coping scale which made by researcher. The emotional

    intelligence scale has a reliability coefficient of 0.927 while problem focused

    coping scale has a reliability coefficient of 0.926. Data analysis techniques in this

    research using Pearson Product Moment correlation test with SPSS 23 for

    windows. The results of the data analysis showed that the hypothesis in this

    research was accepted. It showed that there was positive significant correlation

    between emotional intelligence and problem focused coping among students who

    were writing a thesis (r = 0.612, p = 0.000).

    Keywords: emotional intelegence, problem focused coping, students who are

    preparing thesis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkah dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Meskipun kendala yang dialami tidak sedikit, tetapi penulis bersyukur telah

    sampai ditahap ini.

    Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih

    sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    1. Ibu Dr. Titik Kritiyani, M.Psi., Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi

    sekaligus dosen pembimbing skripsi yang penuh kesabaran meluangkan

    waktu dan memberikan banyak masukan dari awal seminar sampai akhir

    penyelesaian skripsi ini. Semoga Ibu sehat selalu dan dilimpahkan berkat

    oleh Tuhan yang Maha Esa.

    2. Ibu Monica Eviandaru Madyanigrum, Ph.D., selaku Ketua Program Studi

    Psikologi Universitas Sanata Dharma.

    3. Romo Dr. A. Priyono Marwan, S.J dan Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si,

    selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memotivasi dan

    mendukung sejak awal proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.

    4. Ibu Agnes Indar E., M.Psi, Psi dan Ibu Diana Permata Sari, S.Psi., M.Sc.,

    terima kasih atas kesempatannya untuk bisa bekerjasama, diskusi dan

    sharing. Pengalaman yang sungguh bermanfaat. Semoga Ibu selalu

    diberikan rahmat oleh Tuhan yang Maha Esa.

    5. Bapak/Ibu dosen dan staff karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

    Dharma yang telah memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, serta

    membantu dalam berbagai hal selama penulis duduk di bangku kuliah.

    6. Papa dan Mama yang tidak berhenti untuk memberikan dukungan, doa,

    kasih sayang, perhatian dan materi selama ini. Semoga Papa dan Mama

    selalu dilindungi Allah SWT, diberi kesehatan, rezeki yang berkah,

    kebahagiaan, serta bisa membanggakan Papa dan Mama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    7. Kakak-kakak (Yana dan Fiki) yang selalu sabar dalam menghadapi penulis

    dan tidak luput untuk memberikan dukungan dan doa.

    8. Partner penulis (kakak Yunus) yang selalu setia mendengar keluh kesah

    dan memberikan doa, dukungan, motivasi, serta bantuan yang tiada henti

    selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga selalu diberi rahmat oleh

    Allah SWT dan apa yang dicita-citakan bisa segera terwujud.

    9. Teman-teman bimbingan Bu Titik (Ita, Ully, Caca, Gita, Venta, Rias,

    Sekar, dll) yang telah meluangkan waktu untuk bertukar pikiran,

    memberikan semangat, dan sharing. Sukses untuk kalian.

    10. Maman, Syakur, Asbad, Hendra, Randi, Hera, Vira, dan lain-lain, yang

    telah membantu penulis dalam menyebarkan kuesioner penelitian. Semoga

    kalian diberi kesuksesan dan kebahagiaan. Terutama Laksmi yang sudah

    mau menemani selama bimbingan dan menjadi teman menulis skripsweet

    bersama.

    11. Saudara tak sekandung Fuji, Lulu, Fira dan Tanti yang mau bertahan

    dengan tingkah laku penulis sejak kecil sampai beranjak dewasa. Terima

    kasih sudah mau menemani melewati proses apapun itu selama ini.

    Terutama Fuji yang selalu setia mendampingi disaat suka dan duka selama

    merantau di kota Jogja yang istimewa ini.

    12. My Piggy Gita Prati, sangat amat bersyukur bisa dipertemukan dengan

    manusia merangkap malaikat ini. Terima kasih atas dukungan apapun itu

    yang tiada henti dari awal sampai saat ini. God Bless you pig.

    13. Baperlitious genk (Rani, Deo) yang sudah mau menjadi teman selama di

    perkuliahan, meskipun sekarang mulai “sibuk” dengan masing-masing

    kegiatannya tetapi terima kasih sudah mau memberi warna tersendiri

    selama di Jogja ini.

    14. Kakak angkatku Rasul, yang selalu memberikan saran disetiap masalah

    yang sedang dihadapi, sekaligus membuka pandangan baru dalam

    menjalani hidup.

    15. Teman Dolan (Arum, Mona) terima kasih sudah mau membuat otak

    menjadi fresh kembali ketika mulai stuck dengan skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vii

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    ABSTRACT ............................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR .................................................................................... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

    DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

    BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10

    C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11

    1. Manfaat Teoretis ..................................................................... 11

    2. Manfaat Praktis ....................................................................... 11

    BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 13

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    A. Problem Focused Coping .................................................................... 13

    1. Definisi Coping ............................................................................. 13

    2. Definisi Problem Focused Coping ................................................ 15

    3. Aspek-aspek Problem Focused Coping ........................................ 16

    4. Karakteristik Problem Focused Coping ........................................ 18

    5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Problem Focused Coping ....... 19

    B. Kecerdasan Emosional ........................................................................ 22

    1. Definisi Kecerdasan Emosional .................................................... 22

    2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ............................................ 24

    3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional .................................................... 27

    C. Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi ....................................... 30

    1. Definisi Mahasiswa ....................................................................... 30

    2. Pengertian Skripsi ......................................................................... 31

    3. Karakteristik Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi ........... 32

    4. Permasalahan yang dihadapi Mahasiswa dalam Menyusun

    Skripsi ........................................................................................... 33

    D. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Problem Focused

    Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi .................. 36

    E. Skema ................................................................................................. 41

    F. Hipotesis .............................................................................................. 42

    BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 43

    A. Jenis Penelitian .................................................................................... 43

    B. Identifikasi Variabel ............................................................................ 43

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    C. Definisi Operasional ............................................................................ 44

    1. Kecerdasan Emosional .................................................................. 44

    2. Problem Focused Coping .............................................................. 44

    D. Subjek Penelitian ................................................................................. 45

    E. Metode dan Pengambilan Data ........................................................... 46

    1. Skala Kecerdasan Emosional ........................................................ 46

    2. Skala Problem Focused Coping .................................................... 48

    3. Review dan Revisi Item ................................................................. 50

    4. Pengujian Validitas ....................................................................... 50

    4.1 Skala Kecerdasan Emosional .................................................. 52

    4.2 Skala Problem Focused Coping .............................................. 53

    5. Uji Coba Alat Ukur ....................................................................... 53

    6. Uji Reliabilitas ............................................................................. 55

    F. Analisis Data ....................................................................................... 56

    1. Uji Asumsi .................................................................................... 56

    1.1 Uji Normalitas ......................................................................... 56

    1.2 Uji Linearitas ........................................................................... 56

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 57

    A. Hasil Penelitian ................................................................................... 57

    1. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 57

    2. Deskripsi Subjek Penelitian .......................................................... 57

    3. Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 58

    4. Reliabilitas Data Penelitian ........................................................... 61

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    5. Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 61

    5.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................... 61

    5.2 Hasil Uji Linearitas ................................................................. 62

    5.3 Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 63

    B. Pembahasan ......................................................................................... 65

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 72

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 72

    B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 72

    C. Saran .................................................................................................... 73

    1. Bagi Mahasiswa ............................................................................ 73

    2. Bagi Fakultas/Program Studi ........................................................ 73

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 73

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

    LAMPIRAN .................................................................................................... 81

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Blue Print Skala Kecerdasan Emosional .......................................... 47

    Tabel 2. Skor Kecerdasan Emosional .............................................................. 48

    Tabel 3. Blue Print Skala Problem Focused Coping ....................................... 49

    Tabel 4. Skor Skala Problem Focused Coping ................................................ 50

    Tabel 5. Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba ........ 54

    Tabel 6. Distribusi Item Skala Problem Focused Coping Setelah Uji Coba .. 55

    Tabel 7. Deskripsi Subjek Penelitian .............................................................. 58

    Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ............................................. 58

    Tabel 9. Norma kategorisasi dan Tingkat Kecerdasan Emosional

    Responden ......................................................................................... 60

    Tabel 10. Norma kategorisasi dan Tingkat Problem Focused Coping

    Responden ........................................................................................ 60

    Tabel 11. Reliabilitas Data Penelitian ............................................................. 61

    Tabel 12. Uji Normalitas Kecerdasan Emosional dan Problem Focused

    Coping ............................................................................................. 62

    Tabel 13. Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dan Problem

    Focused Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun

    Skripsi .............................................................................................. 63

    Tabel 14. Hasil Uji Variabel Kecerdasan Emosional dan Problem

    Focused Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun

    Skripsi .............................................................................................. 64

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR SKEMA

    Skema 1. Skema Dinamika Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan

    Problem Focused Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun

    Skripsi ............................................................................................. 41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Form Penilaian Validitas Isi Kecerdasan Emosional .................. 82

    Lampiran 2. Form Penilaian Validitas Isi Problem Focused Coping .............. 91

    Lampiran 3. Perhitungan IVI-I dan IVI-S untuk Penilaian Validitas

    Isi Skala Kecerdasan Emosional ................................................. 98

    Lampiran 4. Perhitungan IVI-I dan IVI-S untuk Penilaian Validitas

    Isi Skala Problem Focused Coping ............................................. 103

    Lampiran 5. Uji Coba Skala Kecerdasan Emosional dan Problem Focused

    Coping .......................................................................................... 107

    Lampiran 6. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Skala Kecerdasan

    Emosional ..................................................................................... 119

    Lampiran 7. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Skala Problem Focused

    Coping ......................................................................................... 125

    Lampiran 8. Skala Penelitian Kecerdasan Emosional dan Problem Focused

    Coping ........................................................................................... 131

    Lampiran 9. Uji Normalitas ............................................................................ 140

    Lampiran 10. Uji Linearitas ........................................................................... 141

    Lampiran 11. Uji Hipotesis ............................................................................. 142

    Lampiran 12. Uji Beda Kecerdasan Emosional dan Problem Focused

    Coping ........................................................................................ 143

    Lampiran 13. Reliabilitas Alat Ukur ............................................................... 144

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Mahasiswa adalah pelajar yang terdaftar sebagai peserta didik pada

    suatu perguruan tinggi atau universitas. Dalam tahap perkembangannya,

    mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir sampai dewasa awal yaitu

    sekitar usia 18 sampai 24 tahun (Monks, 2002). Mahasiswa sebagai seorang

    pelajar memiliki tuntutan untuk dapat mengembangkan diri dengan optimal

    dalam berbagai masalah serta mampu mengatasinya. Dalam perguruan tinggi,

    biasanya mahasiswa dituntut untuk mampu menempuh masa studi minimal

    3,5 tahun yang akan melewati akhir studinya dengan menyusun skripsi yaitu

    suatu karya tulis ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana dalam

    suatu bidang studi. Untuk menyelesaikan studinya mahasiswa wajib

    menyelesaikan sebuah karya ilmiah atau skripsi sebagai bagian akhir

    pendidikan akademisnya sehingga memperoleh gelar sarjana (Maryaeni,

    2009).

    Mengerjakan skripsi tentu bukanlah hal yang mudah. Seringkali dalam

    mengerjakan skripsi mahasiswa mendapat kesulitan selama menyusun skripsi.

    Beberapa wawancara informal peneliti dengan teman-teman mahasiswa

    setingkat maupun senior yang sedang menyusun skripsi pada bulan September

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    2017 didapatkan hasil bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami hambatan

    ketika sedang mengerjakan tugas skripsi, seperti kesulitan dalam mencari

    literatur terkait penelitian, kebingungan untuk menulis, revisian yang cukup

    banyak dan kesulitan bertemu dosen pembimbing. Hasil wawancara tersebut

    sesuai dengan pernyataan Wangid dan Sugiyanto (2013) bahwa terdapat

    sepuluh besar permasalahan yang dialami mahasiswa dalam mengerjakan

    skripsi yang meliputi : (1) kurang memiliki pengetahuan tentang metodologi

    penulisan skripsi; (2) kebingungan dalam mengembangkan teori pendukung

    skripsi, dan sering mengalami hal-hal di luar skripsi yang mengganggu dalam

    penyusunan skripsi; (3) kurang memiliki kemampuan dalam tulis menulis

    karya ilmiah; (4) kesulitan dalam penyusunan pembahasan hasil penelitian;

    (5) kurangnya buku-buku atau literatur yang terkait penelitian; (6) kurang

    memiliki motivasi menyusun skripsi; (7) kesulitan menemukan permasalahan

    yang ada; (8) dosen terlalu sibuk dengan aktivitas di luar; (9) sulit membagi

    waktu; dan (10) kesulitan dalam menyusun atau memahami kajian pustaka.

    Kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh mahasiswa yang sedang

    menyusun skripsi dapat berkembang menjadi perasaan negatif. Perasaan

    negatif yang dirasakan akhirnya menimbulkan ketegangan, kekhawatiran,

    rendah diri, frustasi, kehilangan motivasi dan stres (Mu’tadin, 2002). Sarafino

    (dalam Smet, 1994) menyebutkan bahwa stres muncul akibat dari adanya

    tuntutan yang lebih besar dari kemampuan individu untuk memenuhinya,

    sehingga apabila seseorang merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    tersebut maka akan merasakan ketegangan di dalam diri dan bila berlangsung

    lama dan tidak segera diatasi akan berkembang menjadi stres.

    Dari kondisi stres yang dirasakan oleh individu kemudian muncul

    berbagai respon untuk menyelesaikan masalahnya. Terdapat respon positif

    yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menghadapi stres ketika menyusun

    skripsi, misalnya berusaha disiplin waktu dalam segala urusan, bergabung

    dengan teman dan sharing informasi, mencari waktu dan tempat yang nyaman

    untuk menyelesaikan skripsi dan melawan rasa malas (Ismiati, 2015). Namun

    di sisi lain, terdapat mahasiswa yang cenderung untuk menunda mengerjakan

    skripsinya dengan melakukan hal-hal yang lebih menyenangkan bagi dirinya,

    sehingga skripsinya menjadi tertunda (Triana, 2013). Ferrari dan Morales

    (2007) mengungkapkan bahwa banyak mahasiswa yang cenderung menunda

    tugas akademiknya dengan akibat banyak waktu terbuang tanpa menghasilkan

    suatu hal berguna. Penundaan dalam mengerjakan skripsi tersebut merupakan

    bentuk strategi menghadapi masalah berdasarkan emosi (Pour, Mohaddes,

    Pour, & Talebi, 2016). Individu yang melakukan penundaan untuk

    mengerjakan tugas akademik dapat menurunkan tingkat stres dengan cepat,

    akan tetapi hal tersebut tidak bertahan lama dan kembali kepada masalah yang

    sebenarnya (Palmer & Puri, 2006). Penyelesaian masalah yang kurang tepat

    juga dapat berakibat fatal, misalnya seorang mahasiswa yang tewas bunuh diri

    karena skripsinya ditolak sebanyak dua kali (Indrawan, 2016). Dengan kasus

    yang sama juga terjadi pada seorang mahasiswa Unka Sintang yang diduga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    depresi karena waktu yang diberikan tersisa tiga bulan untuk menyelesaikan

    skripsinya, kemudian ditambah dengan laptop korban yang hilang dan semua

    data skripsinya ada di dalam perangkat tersebut, kemudian mengakhiri

    hidupnya dengan gantung diri (Ningsih, 2017).

    Setiap cara untuk menghadapi, mengurangi atau mengatasi stress yang

    dilakukan oleh individu disebut dengan coping stress. Lazarus dan Folkman

    (dalam Smet, 1994) menyebutkan terdapat dua bentuk coping stress yaitu

    penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focused coping)

    dan penanggulangan yang berfokus pada emosi (emotion focused coping).

    Secara umum, bentuk-bentuk coping yang berfokus pada emosi lebih mungkin

    terjadi ketika dinilai tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah kondisi

    lingkungan yang berbahaya, mengancam atau menantang, sedangkan bentuk

    coping yang berfokus pada masalah lebih memungkinkan terjadi apabila

    kondisi lingkungan dinilai dapat diubah (Lazarus & Folkman, 1984).

    Seorang mahasiswa harus mampu menghadapi beban studinya dengan

    baik. Kemampuan ini akan membantu mahasiswa untuk menghadapi dan

    menyelesaikan masalah secara aktif, bukan hanya berorientasi pada emosi

    ketika menghadapi berbagai kendala dalam tuntutan studi dan lingkungannya.

    Dalam psikologi kemampuan tersebut dikenal dengan istilah problem focused

    coping yaitu suatu strategi yang secara langsung diarahkan pada suatu

    masalah yang dialami oleh seseorang serta upaya untuk memecahkan masalah

    atau upaya yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi suatu masalah yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    dihadapi secara langsung (Calahan 2000 dalam Makie, 2006; Carver, Scheier

    & Weintraub, 1989; Kutash & Schlesinger 2000 dalam Arbadiati & Kurniati,

    2007; Lazarus & Folkman 1984 dalam Smet, 1994; Nevid, Rathus & Greene,

    2003; Smet, 1994; Taylor 2006). Lazarus dan Folkman (1984) juga

    menyebutkan bahwa problem focused coping lebih sering digunakan oleh

    individu dibandingkan emotion focused coping selama periode persiapan

    untuk ujian akademik.

    Ketidakefektifan coping dapat terjadi apabila hanya berfokus untuk

    melakukan penghindaran, serta tidak adanya penyelesaian masalah. Hambatan

    yang dialami oleh para mahasiswa ketika menyusun skripsi membutuhkan

    suatu penyesuaian yang tuntas dan efektif agar tidak menimbulkan gangguan,

    baik bersifat fisik maupun psikis. Problem focused coping merupakan upaya

    perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk mengelola tekanan

    eksternal dan internal yang dianggap melebihi batas kemampuan individu.

    Sebagai contoh, ketika mahasiswa dihadapkan dengan suatu masalah, dirinya

    tidak akan menggerutu dan tidak berbuat apa-apa, melainkan mencari solusi

    bagaimana menyelesaikannya dan memikirkan tindakan apa yang harus

    dilakukan agar dapat menyelesaikan tugasnya. Menurut Lazarus dan Folkman

    (1984), penggunaan problem focused coping dapat mengarahkan mahasiswa

    untuk dapat menyelesaikan kendala akademiknya yang dalam hal ini adalah

    penyusunan skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syarkiki dan Ariati (2014),

    keberadaan dari problem focused coping khususnya pada bidang pendidikan

    mampu menurunkan prokrastinasi akademik. Semakin efektif penggunaan

    problem focused coping oleh mahasiswa maka prokrastinasi akademik

    semakin rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian Syarkiki dan

    Ariati (2014) yang menyebutkan bahwa perilaku prokrastinasi akademik dapat

    ditentukan oleh self-efficacy, self-esteem dan coping stress yang salah satunya

    adalah problem focused coping. Penelitian Chu dan Chao (2011), juga

    menjelaskan bahwa problem focused coping memiliki manfaat untuk

    membantu mempertahankan kesejahteraan seseorang dan membantu

    seseorang terhindar dari tuntutan lingkungan yang menekannya. Selain itu,

    penggunaan problem focused coping juga sebagai salah satu prediktor atau

    sumbangan efektif sebesar 9,2% terhadap motivasi berprestasi pada remaja

    (Aryani & Trihandayani, 2016).

    Penggunaan problem focused coping dapat dipengaruhi oleh beberapa

    hal, seperti fleksibilitas kognitif (Santosa & Setyawan, 2014), optimisme

    (Sulistyowati, Wismanto & Utami, 2015) serta kecerdasan emosional (Harsiwi

    & Kristiana, 2017). Fleksibilitas kognitif merupakan salah satu sumber daya

    dari keterampilan pemecahan masalah, yang mana keterampilan pemecahan

    masalah adalah salah satu faktor yang memengaruhi problem focused coping.

    Individu yang memiliki fleksibilitas kognitif mampu berfikir fleksibel

    sehingga mendukung kinerja individu dalam aktivitas pemecahan masalah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Faktor lain yang memengaruhi problem focused coping adalah keyakinan

    positif. Individu yang optimis akan memandang suatu peristiwa dengan cara

    yang positif sehingga menimbulkan rasa mampu menghadapi peristiwa

    tersebut. Dalam menilai atau memandang suatu permasalahan terdapat peran

    manajemen emosi agar individu dapat berpikiran jernih sehingga suatu

    peristiwa akan dinilai secara obyektif yaitu dari sumber permasalahan tanpa

    mengedepankan unsur subyektif, seperti emosi, perasaan dan lain-lain

    (Lazarus & Folkman, 1984). Manajemen emosi ini termasuk salah satu aspek

    dari kecerdasan emosional (Goleman, 2001). Ketika seseorang memiliki

    kecerdasan emosional yang tinggi maka ia dapat mengelola emosi negatif dari

    suatu permasalahan, sehingga kemudian memunculkan keyakinan bahwa ia

    mampu untuk mengubah suatu permasalahan.

    Diantara faktor-faktor tersebut, maka yang akan dijadikan fokus

    penelitian ini adalah kecerdasan emosional, selain karena berperan dalam

    menilai suatu permasalahan dapat diubah. Hal ini karena kecerdasan

    emosional memberikan kontribusi pada beberapa faktor lainnya, seperti

    optimisme (Kumcagiz, Celik, Yilmaz & Eren, 2011) dan fleksibilitas kognitif

    (Gunduz, 2013), sehingga problem focused coping dapat ditingkatkan apabila

    mahasiswa memiliki kecerdasan emosional terlebih dulu. Kecerdasan

    emosional yang dimiliki oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi akan

    menjadi faktor penentu yang akan mengarahkan mahasiswa pada cara dan

    upaya penyelesaian masalah. Wipperman (2007) mengatakan bahwa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    kecerdasan emosional dapat digunakan untuk mencapai kesuksesan dan

    memecahkan masalah-masalah dalam pekerjaan. Kesuksesan pekerjaan

    seseorang tidak hanya memerlukan kemampuan intelektualnya saja,

    melainkan juga kemampuan dalam menata serta mengelola emosi yang ada

    pada dirinya. Oleh sebab itu, jika mahasiswa memiliki kecerdasan emosional

    maka dapat meningkatkan penggunaan problem focused coping dalam

    menghadapi berbagai masalah yang muncul dalam penyelesaian skripsi.

    Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient merupakan

    kemampuan individu mengenali perasaan baik diri sendiri maupun orang lain,

    mengatur dan menggunakan emosi dengan baik pada diri sendiri, serta

    berinteraksi sosial dengan orang lain secara efektif (Chooper dalam Saam &

    Mulyani, 2012; Goleman, 2001; Nurdin, 2009; Patton dalam Saam &

    Mulyani, 2012; Saam & Mulyani, 2012; Salovey, dalam Goleman 2001;

    Stenberg dan Salavoy dalam Goleman, 2001). Kecerdasan emosional pada

    dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun yang membedakan adalah apakah

    orang tersebut mau menggunakan kecerdasan emosinya atau tidak.

    Kecerdasan emosional ini juga bukan merupakan suatu ukuran yang stagnan,

    sehingga masih dapat dikembangkan. Jika mahasiswa menggunakan

    kecerdasan emosionalnya, maka ia dapat mengenali, meregulasi dan

    mengelola emosi yang muncul karena berbagai masalah dalam studinya,

    sehingga ia tidak perlu terfokus untuk mengendalikan emosinya lagi (emotion

    focused coping). Ketika emosi tidak menjadi masalah dan kepercayaan mulai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    kembali bangkit maka ia tidak akan menghindar dari masalahnya dan segera

    fokus pada penyelesaian masalahnya (problem focused coping)

    Berdasarkan penelitian terdahulu, ada hubungan positif yang signifikan

    antara kecerdasan emosional dan problem focused coping pada perawat rumah

    sakit. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memberikan

    kontribusi pada penggunaan problem focused coping (Harsiwi & Kristiana,

    2017). Kecerdasan emosional juga memiliki peran sebesar 26% terhadap

    penggunaan problem focused coping (Larashati & Rustika, 2017). Por,

    Barribal, Fitzpatrick dan Roberts (2011) menemukan bahwa peningkatan pada

    kontrol perasaan dan kecerdasan emosional dapat membantu mahasiswa untuk

    mengadopsi strategi coping aktif, sehingga efektif ketika berhadapan dengan

    stres, yang kemudian meningkatkan kesejahteraan subjektif mahasiswa. Pada

    penelitian berbeda yang dilakukan McCann, Fogarty, Zeidner dan Roberts

    (2011) dikemukakan bahwa hasil pendidikan yang lebih baik dapat dicapai

    dengan menargetkan keterampilan yang berkaitan dengan manajemen emosi

    dan problem focused coping. Dalam penelitian tersebut, mereka menguji

    bagaimana problem focused coping memediasi hubungan antara kecerdasan

    emosional dengan prestasi akademik.

    Penelitian yang relevan juga menemukan bahwa regulasi emosi

    memiliki hubungan yang positif signifikan dengan problem focused coping

    pada taruna akademi kepolisian (Nandini & Listiara, 2014). Regulasi emosi

    merupakan strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari

    respon emosi positif atau negatif (Gross & Thompson, 2007), sementara

    kecerdasan emosional mencakup kemampuan yang lebih luas dari regulasi

    emosi. Selain itu terdapat hubungan yang positif signifikan antara kecerdasan

    emosional dan problem focused coping (Baruah, 2016; George & Shari,

    2012), namun penelitian yang dilakukan oleh Shemesh (2017) menemukan

    bahwa kecerdasan emosional berkorelasi negatif dengan strategi koping

    menghindar, namun tidak berkorelasi dengan problem focused coping pada

    subjek penelitian populasi remaja. Dari beberapa penelitian yang dipaparkan

    sebelumnya, terdapat perbedaan hasil antara penelitian yang ada di Indonesia

    dan di luar Indonesia, yang mana penelitian yang ada di indonesia memiliki

    hasil yang sama bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan

    problem focused coping sedangkan penelitian di luar indonesia memiliki hasil

    penelitian yang bervariasi. Dengan demikian, penelitian ini penting dilakukan

    guna menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan problem focused

    coping pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pemaparan yang telah dijabarkan pada latar belakang,

    maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

    antara kecerdasan emosional dengan problem focused coping pada mahasiswa

    yang sedang menyusun skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan

    dengan tujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan

    problem focused coping pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Manfaat teoretis

    Manfaat dari penelitian ini adalah dengan adanya penelitian ini dapat

    memberikan sumbangan teoretis mengenai, coping stress dan dukungan

    sosial dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis

    dalam mengatasi stres dan mengelola emosi, psikologi pendidikan ataupun

    studi psikologi pada umumnya.

    2. Manfaat praktis

    2.1 Bagi pembaca

    Dengan membaca hasil penelitian ini membantu pembaca

    khususnya mahasiswa dalam mengatasi permasalahan akademiknya

    dengan menggunakan strategi problem focused coping dengan

    mengembangkan kecerdasan emosional yang dimilikinya.

    2.2 Bagi orangtua

    Dengan membaca hasil penelitian ini diharapkan dapat

    membantu orangtua untuk mengembangkan kemampuan menghadapi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    permasalahan yang berfokus pada masalah terhadap anaknya yang

    sedang menyelesaikan skripsi sehingga mampu menghadapi

    permasalahan dengan mengembangkan kemampuan kecerdasan

    emosional.

    2.3 Bagi pihak perguruan tinggi

    Membantu pihak universitas dalam menciptakan rancangan

    program untuk mengembangkan kecerdasan emosional mahasiswa

    yang dapat membantu mahasiswa melakukan dan mengembangkan

    strategi fokus pada masalah ketika menghadapi permasalahan

    akademik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Problem Focused Coping

    1. Definisi coping

    Pada umumnya setiap individu memiliki banyak kebutuhan yang

    ingin selalu dipenuhi dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat

    berupa kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Namun, kebutuhan-kebutuhan

    tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Keadaan seperti itulah yang sering

    kali membuat individu merasa tertekan secara psikologis. Respon dari

    perasaan tertekan tersebut dimanifestasikan manusia dalam bentuk

    perilaku yang bermacam-macam tergantung sejauh mana manusia

    tersebut memandang masalah yang dihadapi. Jika masalah yang

    dihadapinya tersebut dipandang secara negatif, maka respon perilakunya

    pun akan negatif. Namun sebaliknya, jika permasalahan tersebut

    dipandang secara positif, maka respon perilaku yang ditampilkan pun

    dapat dalam bentuk penyesuaian diri yang sehat dan cara-cara mengatasi

    masalah yang konstruktif. Bagaimana seseorang mengatasi dan merespon

    kondisi yang negatif dalam istilah psikologi disebut coping stress

    (Lazarus & Folkman, 1984).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Dalam kamus psikologi coping stress merupakan sebuah cara

    yang disadari dan rasional untuk menghadapi dan mengatasi kecemasan

    hidup (Arthur & Emily, 2010). Sedangkan menurut Burger, upaya untuk

    mengatasi kecemasan dalam menghadapi ancaman yang dirasakan

    disebut sebagai strategi coping. Lazarus juga menambahkan bahwa

    coping adalah strategi untuk memanajemen tingkah laku kepada

    pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, serta berfungsi

    untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata dan

    coping merupakan semua usaha secara kognitif dan perilaku untuk

    mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan (Burger,

    2011).

    Menurut Santrock (2003) bahwa coping merupakan cara individu

    untuk mengatasi masalah-masalah atau mengatasi emosi negatif yang

    muncul, mengatur keadaan penuh beban, mengerahkan usaha untuk

    memecahkan masalah, dan mencoba untuk menguasai atau mengurangi

    tekanan dan berpikiran positif, sedangkan Siswanto (2007) memaknai

    coping sebagai cara individu dalam mengenal serta memahami situasi dan

    kondisi yang dinilai oleh yang bersangkutan sebagai ancaman atau

    sehingga menimbulkan respon atau reaksi ketika menghadapi ancaman

    tersebut.

    Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

    coping stress adalah sebuah cara yang digunakan oleh individu untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    mengatasi atau mengurangi kecemasan baik masalah-masalah yang

    dihadapi maupun emosi negatif yang dirasakan sebagai beban stres.

    2. Definisi problem focused coping

    Lazarus dan Folkman pada tahun 1984 (dalam Smet, 1994)

    menyatakan bahwa problem focused coping merupakan strategi yang

    digunakan dalam menyelesaikan masalah, seperti mendefinisikan suatu

    masalah, menghasilkan solusi alternatif, mempertimbangkan alternatif

    secara efisien, memilih alternatif dan bertindak, strategi problem focused

    coping berorientasi pada penyelesaian masalah. Smet (1994) menyatakan

    bahwa problem focused coping adalah usaha individu untuk mengurangi

    stressor dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru.

    Individu akan cenderung menggunakan strategi ini jika dirinya yakin

    akan dapat mengubah situasi.

    Calahan pada tahun 2000 (dalam Makie, 2006) mengungkapkan

    problem focused coping melibatkan usaha-usaha untuk mengubah atau

    menghilangkan sumber stres dengan cara menghadapi situasinya secara

    langsung. Taylor (2006) juga menyebutkan bahwa problem focused

    coping ini melibatkan usaha-usaha untuk melakukan sesuatu yang

    konstruktif terhadap kondisi-kondisi stressfull yang membahayakan,

    mengancam atau menantang bagi seseorang. Selain itu, Carver, Scheier

    dan Weintraub (1989) mengemukakan bahwa problem focused coping

    adalah strategi atau usaha mengurangi stres dengan cara mengembangkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    kemampuan atau mempelajari keterampilan baru untuk menghadapi

    pokok permasalahan. Pada problem focused coping individu berusaha

    menjaga jarak antara diri mereka dengan stres melalui penyangkalan atau

    penghindaran yang mana coping yang berfokus pada masalah membantu

    individu menghadapi sumber stres (Nevid, Rathus & Greene, 2003).

    Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas maka dapat ditarik

    kesimpulan bahwa problem focused coping adalah suatu strategi yang

    secara langsung diarahkan pada suatu masalah yang dialami oleh

    seseorang untuk memecahkan masalah yang sedang dialami.

    3. Aspek-aspek problem focused coping

    Carver, Scheier dan Weintraub (1989) menyebutkan strategi

    problem focused coping terdiri dari lima aspek, yaitu : (1) active coping,

    yaitu proses mengambil langkah aktif untuk menghindari stressor atau

    untuk memperbaiki dampaknya; (2) planning, yaitu memikirkan

    bagaimana mengatasi penyebab stres dengan memikirkan upaya dan

    membuat strategi penanganan stres; (3) suppresion of competing, usaha

    untuk menghindari agar tidak terganggu oleh peristiwa lain; (4) restrain

    coping, menunggu sampai sebuah kesempatan yang tepat untuk

    bertindak; (5) seeking social support, yaitu mencari saran, bantuan atau

    informasi.

    Lazarus dan Folkman (dalam Triantoro dan Nofrans, 2009),

    menemukan tiga aspek yang berorientasi pada problem focused coping

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    yaitu seeking informational support (mencari dukungan informasi), yaitu

    individu perlu memperoleh informasi mengenai masalah yang sedang

    dihadapi dari orang lain; confrontive coping (konfrontasi), yaitu

    mengubah keadaan untuk menyelesaikan masalah dengan berani untuk

    mengambil resiko dan planful problem solving (merencanakan

    pemecahan masalah), yaitu usaha individu menganalisis keadaan atau

    situasi untuk memecahkan masalah dan mencari solusi terhadap masalah

    yang dihadapi.

    Berdasarkan uraian di atas, maka aspek penggunaan problem

    focused coping pada penelitian ini didasari oleh aspek-aspek problem

    focused coping yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman karena

    pada aspek ini lebih ringkas dan lengkap yang terbagi menjadi tiga aspek

    yaitu seeking informational support, confrontive coping dan planful

    problem solving.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    4. Karakteristik problem focused coping

    Karakteristik dari ketiga aspek problem focused coping yang

    disebutkan oleh Lazarus dan Folkman (dalam Triantoro dan Nofrans,

    2009) adalah sebagai berikut :

    4.1 seeking informational support (mencari dukungan informasi), yang

    meliputi mencari bantuan informasi dan nasihat mengenai apa

    yang harus dilakukan oleh individu ketika menghadapi masalah.

    4.2 Confrontive coping (konfrontasi), mencakup memulai tindakan

    secara langsung, meningkatkan usaha seseorang dan mencoba

    untuk melakukan coping dengan cara yang bijaksana. Selain itu

    juga merupakan upaya melakukan sesuatu dengan keras untuk

    menghilangkan atau menghindarkan diri dari stressor. Coping

    konfrontif sama juga halnya dengan active coping (koping aktif)

    yaitu penyesuaian diri untuk menangani distress yang

    berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi individu dengan

    menggunakan cara yang agresif dan berani mengambil resiko.

    4.3 Planful problem solving (merencanakan pemecahan masalah),

    mencakup menghasilkan strategi-strategi tindakan, memikirkan

    langkah apa yang harus diambil dan cara terbaik untuk mengatasi

    masalah. Perencanaan ini lebih berfokus terhadap perencanaan

    dalam melakukan upaya-upaya coping konfrontif. Perencanaan

    yang dilakukan yaitu melakukan strategi tindakan, memikirkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah

    dan mencari solusi masalah yang sedang dihadapi.

    5. Faktor-faktor yang memengaruhi problem focused coping

    Strategi coping dipengaruhi oleh penilaian kognitif pada setiap

    individu. Strategi coping diperlukan untuk mengatasi stres dari eksternal

    maupun dari internal. Menurut Triantono dan Nofrans (2009) yang

    termasuk faktor eksternal adalah ingatan pengalaman dari berbagai situasi

    yang penting dalam kehidupan, sedangkan yang termasuk faktor internal

    adalah gaya coping yang bisa dipakai individu dalam sehari-hari dan

    kepribadian dari individu tersebut.

    Menurut Lazarus dan Folkman (1984) terdapat beberapa faktor-

    faktor yang memengaruhi problem focused coping yaitu:

    5.1. Kesehatan dan energi (health and energy)

    Kesehatan dan energi mempengaruhi berbagai macam bentuk

    strategi coping pada individu dan juga stres. Apabila individu dalam

    keadaan rapuh, sakit, lelah, atau lemah, maka individu kurang

    mampu untuk melakukan coping dengan baik. Oleh karena itu,

    kesehatan dan energi yang cukup memadai dapat memfasilitasi

    untuk individu melakukan strategi coping. Sehingga kesehatan fisik

    menjadi faktor yang penting dalam menentukan strategi coping

    pada individu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    5.2 Keyakinan yang positif (positive beliefs)

    Penilaian secara positif dianggap sebagai sumber psikologi

    yang memengaruhi strategi coping pada individu. Setiap individu

    memiliki keyakinan tertentu yang menjadi harapan dan upaya

    dalam melakukan strategi coping pada kondisi apapun. Apabila

    keyakinan individu berasal dari faktor di luar dirinya seperti nasib

    atau takdir maka individu cenderung memiliki penilaian

    ketidakberdayaan yang memungkinkan untuk menurunkan

    kemampuan strategi problem focused coping. Dalam menilai atau

    memandang suatu permasalahan terdapat peran manajemen emosi

    agar inidividu dapat berpikiran jernih sehingga suatu peristiwa akan

    dinilai secara obyektif. Oleh karena itu, penilaian mengenai

    keyakinan yang positif merupakan sumber strategi coping.

    5.3 Kemampuan pemecahan masalah (problem solving skill)

    Kemampuan pemecahan masalah pada individu meliputi

    kemampuan mencari informasi, menganalisis situasi yang bertujuan

    mengidentifikasi masalah untuk menghasilkan alternatif yang akan

    digunakan pada individu, mempertimbangkan alternatif yang akan

    digunakan dengan baik agar dapat mengantisipasi kemungkinan

    yang terburuk, memilih dan menerapkan sesuai dengan tujuan pada

    masing-masing individu. Semua kemampuan seperti itu pada

    akhirnya diekspresikan dalam tindakan-tindakan tertentu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Ketereampilan pemecahan masalah sendiri diambil dari sumber

    daya lain, seperti berbagai pengalaman, store of knowledge

    individu, kemampuan kognitif dan kapasitas pengendalian diri / self

    control.

    5.4 Keterampilan sosial (social skills)

    Keterampilan sosial merupakan faktor yang penting dalam

    strategi coping karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk

    sosial, sehingga individu membutuhkan untuk bersosialisasi.

    Keterampilan sosial merupakan cara untuk menyelesaikan masalah

    dengan orang lain, juga dengan keterampilan sosial yang baik

    memungkinkan individu tersebut menjalin hubungan yang baik dan

    mendapat dukungan dari individu lainnya, dan secara umum

    memberikan kontrol perilaku kepada individu atas interaksi

    sosialnya dengan individu lain.

    5.5 Dukungan sosial (social support)

    Setiap individu memiliki teman yang dekat secara emosional,

    pengetahuan, dan dukungan perhatian yang merupakan faktor yang

    memengaruhi strategi coping pada individu dalam mengatasi stres,

    terapi perilaku dan epidemologi sosial.

    5.6 Sumber material (material resources)

    Sumber material salah satunya adalah keuangan. keadaan

    keuangan yang baik dapat menjadi sumber strategi coping pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    individu. Secara umum masalah keuangan dapat memicu stres

    individu yang mengakibatkan meningkatnya pilihan dalam strategi

    coping untuk bertindak. Tentunya, sumber material sangat

    meningkatkan pilihan coping dalam situasi yang membuat stres.

    Salah satu manfaat sumber materi bagi individu yaitu

    mempermudah individu dalam kepentingan hukum, medis,

    keuangan dan lain-lain. Hal ini menyebabkan individu yang

    memiliki materi dapat mengurangi kerentanan seseorang terhadap

    ancaman dan resiko stres.

    B. Kecerdasan Emosional

    Dari beberapa faktor yang memengaruhi problem focused coping,

    manajemen emosi merupakan aspek dari kecerdasan emosional untuk dapat

    menilai suatu permasalahan secara positif, yang mana dapat memengaruhi

    seseorang dalam melakukan strategi coping.

    1. Definisi kecerdasan emosional

    Istilah kecerdasan emosional mulai dikenal pada pertengahan tahun

    1990-an. Seorang ahli psikologi terkemuka, Thorndike menyatakan

    bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional adalah kecerdasan sosial,

    yakni kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana

    dalam hubungan antar manusia (Goleman, 2001).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Stenberg dan Salavoy (dalam Goleman, 2001) juga telah menganut

    pandangan tentang kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan

    kembali kerangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih kesuksesan

    dalam kehidupannya yang menuntun kembali pada betapa pentingnya

    kecerdasan pribadi atau emosional. Keduanya mengidentifikasi

    kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk memantau perasaan

    atau emosi diri sendiri dan orang lain untuk membedakan masing-masing

    orang, dan menggunakan informasi ini untuk menuntun seseorang berfikir

    dan bertindak.

    Salovey (dalam Goleman, 2001) menyebutkan kecerdasan

    emosional juga merupakan kemampuan memantau perasaan sendiri dan

    perasaan orang lain serta menggunakan informasi yang ada untuk

    mengarahkan pikiran dan tindakan. Kemudian Shapiro menekankan

    kecerdasan emosional pada pengelolaan emosi untuk mengontrol perilaku

    diri sendiri (dalam Saam & Mulyani, 2012). Hal yang sama oleh Chooper

    (dalam Saam & Mulyani, 2012) mengatakan bahwa kecerdasan emosi

    adalah kemampuan merasakan, memahami, dan menerapkan kepekaan

    emosi sebagai energi, informasi koreksi dan pengaruh yang manusiawi.

    Chooper menekankan kecerdasan emosi sebagai kekuatan untuk perilaku

    yang baik.

    Beberapa ahli yang lain seperti Patton (dalam Saam & Mulyani,

    2012) mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah menggunakan emosi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif,

    dan mencapai keberhasilan di tempat kerja. Definisi yang dikemukakan

    Patton lebih luas karena menghubungkan kecerdasan emosi dengan

    keberhasilan dan produktivitas kerja. Kecerdasan emosional bukan

    merupakan faktor genetik yang tidak dapat berubah melainkan dapat

    dikembangkan dengan kesungguhan, latihan, pengetahuan dan kemauan.

    Goleman (dalam Saam & Mulyani, 2012) mengatakan bahwa kecerdasan

    emosional merupakan pengendalian diri, semangat, ketekunan,

    kemampuan memotivasi diri sendiri, serta berempati. Pendapat ahli lain,

    Davis (dalam Saam & Mulyani, 2012) juga mengatakan kalau kecerdasan

    emosi adalah kemampuan mengenali, memahami, mengatur, dan

    menggunakan emosi dengan cara yang efektif.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

    kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu mengenali

    perasaan baik diri sendiri maupun orang lain, mengatur dan menggunakan

    emosi dengan baik pada diri sendiri, serta berinteraksi sosial dengan

    orang lain secara efektif.

    2. Aspek-aspek kecerdasan emosional

    Kecerdasan emosional terbagi dalam beberapa aspek yang

    membentuknya. Aspek-aspek yang membentuk kecerdasan emosional

    tidak seragam untuk setiap ahli, tergantung dari sudut pandang dan

    pemahaman. Salovey (dalam Goleman, 2001) memberikan penjelasan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    aspek-aspek kecerdasan emosional dan memperluas kemampuan ini

    dalam wilayah utama, yaitu :

    2.1 Kesadaran diri

    Kesadaran seseorang akan emosinya sendiri memiliki makna

    waspada terhadap suasana hati. Hal ini merupakan dasar kecerdasan

    emosi, yaitu mampu mampu memantau perasaan dari waktu ke

    waktu yang menjadi hal penting dalam pemahaman diri.

    Ketidakmampuan individu untuk mencermati perasaan yang

    sesungguhnya membuat individu berada dalam kekuasaan perasaan.

    Individu yang mempunyai keyakinan lebih tentang perasaanya,

    memiliki kepekaan tinggi dalam perasaannya dan proses

    pengambilan keputusan - keputusan masalah pribadi yang

    dimilikinya.

    2.2 Pengaturan diri

    Pengaturan diri merupakan kemampuan untuk menangani

    emosi sedemikian rupa, sehingga berdampak positif dalam

    pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan mampu menunda

    kenikmatan sebelum tercapainya sasaran. Kemampuan menangani

    perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, tergantung pada

    kesadaran sendiri seperti kemampuan untuk menghibur diri sendiri,

    melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan

    akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    dasar ini. Orang - orang yang buruk kemampuannya dalam

    ketrampilan ini akan akan terus menerus melawan perasaan

    murung, sementara mereka yang pintar dapat lebih cepat bangkit

    dari kemerosotan dan kejatuhannya dalam kehidupan.

    2.3 Motivasi diri

    Motivasi diri adalah kemampuan untuk menggunakan hasrat

    yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun menuju

    sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif,

    serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

    Kemampuan menata emosi dikatakan sebagai hal yang sangat

    penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, memotivasi dan

    menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Orang- orang yang

    mempunyai kemampuan ini cenderung jauh lebih produktif dan

    efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan untuk mencapai

    tujuan yang diinginkannya.

    2.4 Empati

    Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan

    oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka,

    menumbuhkan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan

    bermacam-macam orang. Kemampuan bergaul berdasarkan

    kesadaran diri dan emosinya. Piawai mengenali emosi orang lain,

    dikatakan juga memiliki kesadaran yang tinggi. Semakin terbuka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    pada emosi diri sendiri, semakin mudah mengenal dan mengakui

    emosi orang lain, dan juga makin mudah membaca perasaan orang

    lain.

    2.5 Keterampilan sosial

    Membina hubungan merupakan salah satu kemampuan

    mengelola emosi orang lain, serta menangani emosi dengan baik

    ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca

    situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar. Seseorang

    yang ingin trampil membina hubungan dengan orang lain, harus

    mampu mengenal dan mengelola emosinya. Untuk bisa mengelola

    emosi orang lain, seseorang harus terlebih dahulu mengendalikan

    diri. Mengendalikan emosi yang mungkin berpengaruh buruk dalam

    hubungan sosial, menyimpan dulu kemarahan dan stres tertentu,

    dan mengekspresikan perasaan diri.

    3. Ciri-ciri kecerdasan emosional

    Ciri-ciri dari masing-masing aspek menurut Salovey (dalam

    Goleman, 2001) bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosional

    dapat ditandai dengan sebagai berikut :

    3.1 Kesadaran diri, dapat ditandai dengan mengetahui apa yang kita

    rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu

    pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki ukuran yang realistis

    atas diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    mengenali emosi dapat diuraikan menjadi tiga kemampuan, yaitu

    kesadaran emosi, penilaian diri secara teliti dan percaya diri.

    3.2 Pengaturan diri, kemampuan ini dapat diuraikan menjadi : kendali

    diri, yaitu kemampuan mengelola desakan-desakan hati yang

    bersifat merusak; sifat dapat dipercaya, yaitu kemampuan

    memelihara norma kejujuran dan integritas; kewaspadaan yaitu

    sikap bertanggung jawab atas kinerja sendiri; adaptibilitas, yaitu

    keluwesan dalam menghadapi perubahan yang terjadi; inovasi,

    yaitu kemampuan dalam menerima dan terbuka terhadap gagasan,

    pendekatan dan informasi-informasi baru.

    3.3 Motivasi diri, dapat diuraikan menjadi menjadi: dorongan prestasi,

    yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau mencapai standar

    keberhasilan; komitmen, yaitu kemampuan menyesuaikan diri

    dengan tujuan; inisiatif, yaitu kesiapan dalam memanfaatkan

    kesempatan; optimisme, yaitu keuletan dalam memperjuangkan

    sasaran walaupun ada hambatan dan kegagalan.

    3.4 Empati, dapat diuraikan menjadi: (1) kemampuan mengindra

    perasaan perasaan dan perspektif orang lain, serta menunjukkan

    minat aktif terhadap kepentingan mereka, (2) orientasi pelayanan,

    yaitu mengantisipasi, mengenali dan berusah memenuhi kebutuhan

    orang lain, (3) mengembangkan orang lain, yaitu merasakan

    kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    kemampuan mereka, (4) menerima keragaman, yaitu menumbuhkan

    peluang melalui pergaulan dengan berbagai macam orang.

    3.5 Keterampilan sosial, dapat diuraikan menjadi: (1) pengaruh, yaitu

    memiliki berbagai taktik dan strategi untuk melakukan persuasi, (2)

    komunikasi, yaitu mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan,

    (3) kepemimpinan, yaitu kemampuan membangkitkan inspirasi dan

    memandu kelompok serta orang lain, (4) katalisator perubahan,

    yaitu kemampuan untuk memulai dan mengelola perubahan, (5)

    manajemen konflik, yaitu negosiasi dan pemecahan silang

    pendapat, (6) pengikat jaringan, yaitu kemampuan menumbuhkan

    hubungan sebagai alat, (7) kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerja

    sama dengan orang lain demi tujuan bersama, (8) kemampuan tim,

    yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan

    bersama. Indikator kepemimpinan, pengaruh dan katalisator

    perubahan memiliki makna yang sama, sehingga dibuat menjadi

    satu indikator yaitu kepemimpin. Sama halnya dengan indikator

    kemampuan tim, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi dibuat

    menjadi satu indikator yaitu kemampuan tim. Oleh karena itu dalam

    penelitian ini ciri-ciri kecerdasan emosional pada aspek

    keterampilan sosial menjadi : (1) komunikasi, (2) kepemimpinan,

    (3) manajemen konflik, dan (4) kemampuan tim.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    C. Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi

    1. Pengertian mahasiswa

    Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba

    ilmu ataupun belajar serta terdaftar sedang menjalani pendidikan pada

    salah satu perguruan tinggi baik akademik, politeknik, sekolah tinggi,

    institut dan universitas (Hartaji, 2012). Mahasiswa sebagai individu yang

    sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun

    swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

    Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,

    kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak, serta

    mampu berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan

    sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa yang merupakan

    prinsip yang saling melengkapi (Siswoyo, 2007).

    Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas maka dapat

    disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik yang terdaftar

    di sebuah perguruan tinggi yang dianggap memiliki tingkat intelektualitas

    yang tinggi dan cerdas dalam bertindak.

    2. Pengertian skripsi

    Menurut Hariwijaya (2008) skripsi adalah tulisan atau karya ilmiah

    yang dibuat sebagai syarat seorang mahasiswa menyelesaikan studi

    program dalam pendidikan sarjananya. Skripsi ini sebagai bentuk bukti

    kemampuan akademi seorang mahasiswa dalam penelitian. Skripsi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    disusun dan dipertahankan untuk mencapai gelar sarjana strata satu.

    Sedangkan menurut Setiadi (2007) skripsi adalah karya ilmiah yang

    ditulis melalui perencanaan, pelaksanaan dan hasil penelitian ilmiah oleh

    seorang mahasiswa dalam jenjang program sarjana muda atau sarjana.

    Menurut Hidayat (dalam Alafgani, 2013) skripsi merupakan proses

    pembelajaran bagi seorang mahasiswa untuk mengasah kemampuannya

    dalam menganalisis, mengkaji, memecahkan, dan menyimpulkan masalah

    yang ditelitinya. Bagi mahasiswa, skripsi merupakan tugas akhir yang

    sangat membutuhkan motivasi belajar untuk menyelesaikannya.

    Skripsi merupakan karya tulis ilmiah akhir seorang mahasiswa

    dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana muda atau sarjana

    sebagai bukti kemampuan akademik yang dimiliki mahasiswa dalam

    melakukan penelitian yang sesuai dengan bidang studinya dan sebagai

    persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir atau program studinya.

    Skripsi ini adalah hasil suatu penelitian baik bersifat survei maupun

    bersifat penelitian kepustakaan untuk pemecahan masalah atau problem

    tertentu.

    Skripsi merupakan karya tulis ilmiah dengan sistematika tertentu

    sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana yang disusun

    oleh mahasiswa yang telah mencapai persyaratan, berdasarkan pada data

    yang diperoleh, dianalisis dan diinterpretasikan dengan metode yang

    benar untuk menjawab suatu permasalahan di bawah bimbingan dosen

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    dalam bidang ilmunya. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat

    diartikan bahwa skripsi adalah sebuah karya ilmiah yang memiliki

    sistematika dan disusun oleh seorang mahasiswa sebagai salah satu syarat

    untuk menyelesaikan pendidikan sarjana muda atau sarjana di suatu

    perguruan tertinggi.

    3. Karakteristik mahasiswa yang sedang menyusun skripsi

    Mahasiswa yang menyusun skripsi biasanya berada pada semester 8

    yang berusia sekitar 21 atau 22 tahun yang mana dalam tahap

    perkembangan usia tersebut termasuk dewasa awal. Menurut Hurlock

    (1990), masa dewasa awal dimulai dari umur 18 tahun sampai kira-kira

    40 tahun. Periode ini dikatakan sulit sebab sebagian anak yang memiliki

    orangtua, teman, sahabat, guru yang dapat membantu mereka untuk

    penyesuaian diri, namun sekarang sebagai orang dewasa, mereka

    diharapkan dapat menyesuaikan diri secara mandiri. Hurlock (1990)

    menjelaskan beberapa ciri-ciri perkembangan masa dewasa awal, yaitu:

    (1) masa ketegangan emosional, individu dalam kelompok usia ini tidak

    meledakkan emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat

    dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang

    lebih dapat diterima; (2) masa bermasalah, dalam tahun-tahun awal masa

    dewasa banyak masalah yang harus dihadapi seseorang. Masalah-masalah

    baru ini dari segi utamanya berbeda dari masalah-masalah yang sudah

    dialami sebelumnya, namun pada usia ini kebanyakan individu sudah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi secara baik

    sehingga menjadi stabil dan lebih tenang.

    Pada masa dewasa awal, individu dianggap telah memiliki emosi

    yang stabil. Hurlock (1990) menyatakan bahwa petunjuk emosi individu

    yang telah matang adalah individu menilai situasi secara kritis terlebih

    dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa

    berfikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang belum matang.

    Individu yang berhasil mengendalikan emosinya akan bahagia karena

    dapat bersifat terbuka dalam menghadapi kenyataan hidup, mampu

    menghadapi kesulitan dan persoalan hidup, serta dapat memilih cara-cara

    hidup yang dapat dipertanggungjawabkan.

    4. Permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam penyusunan skripsi

    Masalah klasik yang terutama dialami oleh mahasiswa pada akhir

    program studinya adalah ketika menghadapi kewajiban untuk memulai

    menyusun skripsi. Penyusunan skripsi digunakan oleh beberapa

    perguruan tinggi tertentu sebagai salah satu sistem dalam mengevaluasi

    hasil studi mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliah

    dalam program akademis. Menurut Gazda (dalam Alafgani, 2013)

    menyusun skripsi berdasarkan suatu kegiatan penelitian adalah

    merupakan salah satu cara untuk membuktikan kematangan nalar

    mahasiswa. Mahasiswa dalam hal ini harus dapat menempuhnya sebagai

    persyaratan akademis untuk memperoleh gelar sarjana.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Azwar (2005) menerangkan bahwa suatu kegiatan penelitian ilmiah

    menuntut persyaratan tertentu, antara lain tujuan yang jelas dan prosedur

    pelaksanaan yang sistematis. Skripsi sebagai salah satu karya ilmiah juga

    menghendaki prosedur yang sama, karena menyusun skripsi dengan

    menggunakan metodologi ilmiah berarti juga menguji kemampuan

    berpikir ilmiah mahasiswa dalam bidang ilmunya. Hal ini akan

    dipersepsikan sebagai beban bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan-

    kesulitan dalam proses penyusunan skripsi, akhirnya skripsi akan menjadi

    alasan atau bahkan kendala utama mahasiswa untuk menyelesaikan

    studinya tepat waktu.

    Skripsi merupakan syarat kelulusan yang harus ditempuh oleh

    mahasiswa, namun beberapa mahasiswa merasa kurang siap ketika tiba

    waktunya untuk mengerjakan skripsi tersebut, bahkan menganggapnya

    sebagai hal yang menakutkan. Menurut Winarto (dalam Alafgani, 2013),

    kurang siapnya mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi dikarenakan

    banyak hal, misalnya seperti kesulitan dalam menentukan topik dan judul

    penelitian karena terlalu banyaknya judul yang akan dipakai, atau kurang

    adanya ide untuk menentukan topik dan judul penelitan, kurangnya

    literatur-literatur yang harus digunakan dalam menyusun skripsi,

    kesulitan menentukan narasumber, kesulitan melakukan analisa kerangka

    teori dan lain-lainnya. Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh

    Kuntjoro (dalam Alafgani, 2013) yang menyatakan bahwa dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    menyusun skripsi mahasiswa mengalami beberapa kendala, antara lain

    mahasiswa tidak jelas mengenai topik yang akan diteliti, mempunyai

    kekhawatiran terjadinya hambatan penelitian, tidak terbiasa dalam

    menulis, kurang paham tentang metodologi, keterbatasan penguasaan

    bahasa asing, biaya penelitian dan pembuatan skripsi yang mahal,

    terbatasnya jumlah literatur yang tersedia diberbagai sumber dan merasa

    kesulitan menghadapi dosen pembimbing.

    Banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam

    tulis menulis, adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, serta

    kurang adanya ketertarikan mahasiswa dalam penelitian. Kesulitan-

    kesulitan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan stress, rendah diri,

    frustasi, kehilangan keyakinan hingga menunda penyusunan skripsi

    (Ismiati, 2015).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    D. Hubungan antara Kecerdasan Emosinal dengan Problem Focused Coping

    pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi

    Skripsi merupakan karya ilmiah yang wajib disusun oleh seorang

    mahasiswa strata satu pada suatu lembaga perguruan tinggi sebagai salah satu

    syarat wajib untuk memperoleh gelar sarjana (Maryaeni, 2009). Selama

    penyusunan skripsi, mahasiswa dihadapkan pada masalah-masalah yang dapat

    menghambat proses penyelesaian skripsi.

    Segala hambatan selama proses penyusunan skripsi meliputi faktor

    internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri mahasiswa

    sendiri, seperti kecemasan, ketidakmampuan mengatur waktu, persepsi

    terhadap dosen pembimbing dan sebagainya. Faktor eksternal berasal dari luar

    mahasiswa, seperti kesulitan dalam memperoleh literatur terkait penelitian,

    kurang aktivitas, kesulitan bertemu dengan dosen pembimbing dan kurangnya

    dukungan. Hambatan-hambatan tersebut menuntut mahasiswa untuk segera

    menyelesaikan masalahnya tersebut agar tidak menjadi beban baginya

    (Ismiati, 2015). Dalam hal mengurangi beban tersebut, individu dituntut untuk

    dapat menyesuaikan diri dan bereaksi terhadap situasi kondisi yang penuh

    stres dan disini peran perilaku coping sangat diperlukan.

    Sebagai orang yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal,

    mahasiswa dianggap telah mampu menyesuaikan diri, memecahkan masalah

    secara mandiri, pikiran menjadi lebih realistis dan pengelolaan emosi

    bertambah sehingga menjadi lebih stabil (Hurlock, 1990). Pengelolaan emosi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    yang bertambah dan menjadi stabil merupakan bagian dari kecerdasan

    emosional. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu mengenali

    perasaan baik diri sendiri maupun orang lain, mengatur dan menggunakan

    emosi dengan baik pada diri sendiri, serta berinteraksi sosial dengan orang

    lain secara efektif (Chooper dalam Saam & Mulyani, 2012; Goleman, 2001;

    Nurdin, 2009; Patton dalam Saam & Mulyani, 2012; Saam & Mulyani, 2012;

    Salovey, dalam Goleman 2001; Stenberg dan Salavoy dalam Goleman, 2001).

    Jika mahasiswa menggunakan kemampuannya dalam mengelola emosinya,

    dirinya dapat mengenali dan meregulasi emosi yang muncul dari berbagai

    masalah dalam proses penyusunan skripsi. Emosi mahasiswa diharapkan tidak

    akan menjadi masalah dan membangkitkan kepercayaan untuk segera fokus

    pada penyelesaian masalahnya (problem focused coping).

    Problem focused coping merupakan suatu strategi yang secara

    langsung diarahkan pada suatu masalah yang dialami oleh seseorang serta

    upaya untuk memecahkan masalah atau upaya yang dilakukan oleh individu

    dalam mengatasi suatu masalah yang dihadapi secara langsung (Calahan 2000

    dalam Makie, 2006; Carver, Scheier & Weintraub (1989); Kutash &

    Schlesinger 2000 dalam Abrbadiati & Kurniati, 2007; Lazarus & Folkman

    1984 dalam Smet, 1994; Nevid, Rathus & Greene, 2003; Smet, 1994; Taylor

    2006). Berdasarkan konsep tersebut, peneliti menggunakan problem focused

    coping sebagai usaha yang perlu dilakukan oleh mahasiswa yang sedang

    menyusun skripsi untuk mengurangi tekanan yang berasal dari situasi yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    penuh stres dan mengembangkan keterampilan yang baik dalam menghadapi

    masalah dari pada menghindari masalah-masalah yang sedang dihadapi.

    Problem focused coping dapat ditingkatkan apabila mahasiswa memiliki

    kecerdasan emosional. Terdapat beberapa kemampuan yang menjadi aspek

    kecerdasan emosional, antara lain : mengenali emosi diri, mengelola emosi,

    memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.

    Kemampuan mengenali emosi meliputi kesadaran mahasiswa akan

    emosinya sendiri, penilaian terhadap diri sendiri secara teliti dan percaya diri

    (Salovey, dalam Goleman 2001). Penilaian emosi pada diri berkorelasi positif

    dengan planfull problem solving. Dengan memiliki kesadaran emosi,

    mahasiswa yang sedang menyusun tugas skripsinya dapat mengantisipasi

    perilaku yang didorong oleh dorongan emosionalnya dan menyalurkan

    emosinya untuk menghasilkan strategi atau cara-cara yang efektif untuk

    mengatasi masalah yang sedang dihadapi (Shah & Thingujam, 2008).

    Apabila mahasiswa sudah mengenali emosinya, maka selanjutnya

    bagaimana kemampuan mengelolanya. Salah satu ciri seseorang dapat

    mengelola emosi dengan baik adalah kewaspadaan, yaitu mampu untuk

    bertanggung jawab atas kinerja sendiri. Mahasiswa sebagai masa tansisi

    dewasa awal dengan tugas perkembangannya dituntut untuk mampu

    menyelesaikan atau bertanggung jawab dengan semua perbuatannya,

    mencapai kematangan kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil ajar

    atau latihan (Berk, 2010). Hal ini berkaitan dengan pencapaian karir dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    pemerolehan pengetahuan. Sama halnya dengan mahasiswa tingkat akhir yang

    sudah mulai mengerjakan atau menyusun tugas akhir skripsi. Mahasiswa yang

    menempuh skripsi dituntut dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu. Tentunya

    dalam proses tersebut tidak luput dari hambatan-hambatan, maka dari itu

    mahasiswa perlu memikirkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk

    mengurangi hambatan tersebut, kemudian mengatasinya dengan cara yang

    lebih agresif (confrontive coping). Shah dan Thingujam (2008)

    mengemukakan bahwa confrontive coping secara signifikan memiliki

    hubungan yang positif dengan regulasi emosi. Upaya agresif untuk mengubah

    situasi masalah membutuhkan regulasi emosi dan pengaturan diri yang baik.

    Hal ini karena, seseorang dengan regulasi emosi dan diri yang baik lebih

    percaya diri untuk menangani situasi-situasi yang bermasalah dan tetap

    waspada terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan.

    Selain mampu menyadari dan mengendalikan emosi, mahasiswa juga

    mampu menggunakan emosi untuk menuntun menuju sasaran dengan

    memotivasi diri menuju diri yang produktif (Salovey, dalam Goleman 2001).

    Kecerdasan emosional yang tinggi juga membuat mahasiswa tingkat akhir

    menjadi lebih mampu bertahan dalam menghadapi kegagalan dan rasa

    frustasi. Penolakan judul atau topik penelitian, kesulitan bertemu dosen

    pembimbing, kesulitan dalam mencari literatur merupakan beberapa hambatan

    dalam proses penyusunan skripsi yang membuat mahasiswa cukup frustasi.

    Mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    memotivasi diri ke arah yang positif (Husada, 2013), sehingga dengan

    kemampuan ini membuat mahasiswa tingkat akhir dapat menetapkan tujuan

    dan meningkatkan kepercayaan diri untuk segera menyelesaikan hambatan-

    hambatan yang dialaminya secara aktif (confrontive coping).

    Selain itu, mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional ditandai

    dengan mengenali emosi orang lain atau rasa empati yang tinggi. Rendahnya

    empati yang dimiliki mahasiswa diasumsikan memiliki ikatan sosial yang

    buruk dan mendapat dukungan dari orang lain yang sedikit saat mencoba

    memecahkan masalah, sehingga lebih cenderung menghindari masalah (Noda,

    Takahashi & Murai. 2017). Ketika mahasiswa yang sedang menyelesaikan

    skripsinya mencoba mengelola situasi yang penuh tekanan secara proaktif

    maka keterlibatan orang lain sangat penting. Keterlibatan orang lain dapat

    diperoleh dengan mengembangkan jaringan sosial yang lebih luas. Mortenson

    (2009) menemukan bahwa kemampuan keterampilan sosial memprediksi

    keefektifan perilaku yang digunakan untuk mencari dukungan sosial.

    Seseorang dengan tingkat keterampilan sosial yang tinggi mampu

    mengembangkan jaringan sosial yang lebih luas untuk digunakan pada saat

    mengalami masalah.

    Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan

    emosional yang dimiliki berperan penting terhadap penggunaan problem

    focused coping dalam menyelesaikan suatu permasalahan pada mahasiswa

    yang sedang menyusun skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    E. SKEMA

    Gambar 1. Skema Dinamika penelitian mengenai Kecerdasan Emosional

    dan Problem Focused Coping pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun

    Skripsi

    Mahasiswa yang Sedang

    Menyusun Skripsi

    -

    Problem Focused Coping

    Tinggi

    - Dapat merencanakan pemecahan

    masalah

    - Mampu melakukan konfrontasi

    - Memiliki usaha untuk mencari

    dukungan sosial

    Problem Focused Coping Rendah

    - Tidak memiliki usaha untuk

    mencari dukungan sosial

    - Tidak dapat merencanakan

    pemecahan masalah

    - Kurang mampu melakukan

    konfrontasi

    - Memusatkan dirinya untuk

    menyusun cara-cara

    menyelesaikan masalah saat

    mengalami emosi negatif dalam

    masalahnya

    - Bersikap optimis dan berfikir

    positif

    - lebih mudah bergaul sehingga

    memiliki ikatan sosial dan dapat

    membentuk jaringan yang luas

    - Kurang dapat memusatkan diri

    untuk menyusun cara-cara

    menyelesaikan masalah

    - Membuat individu bersikap

    pesimis dan berfikir negatif

    - individu kurang mudah bergaul

    sehingga memiliki ikatan sosial

    dan membentuk jaringan yang

    kurang baik

    Kecerdasan Emosional Tinggi

    - Dapat mengenali emosi dengan

    baik

    - Mampu mengendalikan emosi

    - Mampu memotivasi diri sendiri

    - Mampu mengenali dan

    memahami emosi orang lain

    - Dapat membina hubungan

    dengan orang lain secara

    efektif

    Kecerdasan Emosional

    Rendah

    - kurang dapat mengenali emosi

    dengan baik

    - Tidak mampu mengendalikan

    emosi

    - Tidak mampu memotivasi diri

    sendiri

    - Tidak mampu mengenali dan

    memahami emosi orang lain

    - Tidak dapat membina hubungan

    dengan orang lain secara efektif

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    F. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan sebelumnya,

    maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara

    kecerdasan emosi dengan strategi problem focused coping pada mahasiswa

    yang sedang menyusun skripsi. Semakin tinggi kecerdasan emosional, maka

    semakin tinggi penggunaan problem focused coping. Sebaliknya semakin

    rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah pula penggunaan problem

    focused coping.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

    penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian korelasional atau hubungan

    bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Siregar,

    2013). Penelitian ini berfokus pada hubungan antara kecerdasan emosional

    dengan problem focused coping pada mahasiswa yang sedang menyusun

    skripsi.

    B. Identifikasi Variabel

    Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas

    (independent variable) dan variabel tergantung (dependent variable).

    Variabel-variabel tersebut diidentifikasi sebagai berikut :

    1. Variabel bebas : Kecerdasan emosional

    2. Variabel tergantung : Problem focused coping

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    C. Definisi Operasional

    1. Kecerdasan emosional

    Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu mengenali

    perasaan baik diri sendiri maupun orang lain, mengatur dan menggunakan

    emosi dengan baik pada diri sendiri, serta berinteraksi sosial dengan

    orang lain secara efektif. Variabel kecerdasan emosional akan diukur

    menggunakan skala kecerdasan emosional yang disusun berdasarkan lima

    aspek yang dikemukakan oleh Salovey, yaitu : kesadaran diri, pengaturan

    diri, menggunakan emosi untuk memotivasi diri sendiri, empati dan

    keterampilan sosial. Skor kecerdasan emosional diperoleh dari

    keseluruhan skor tiap indikator masing-masing aspek. Semakin tinggi

    skor pada skala kecerdasan emosional menunjukkan semakin tinggi

    kecerdasan emosional yang dimiliki oleh mahasiswa. Sebaliknya,

    Semakin rendah skor pada skala kecerdasan emosional maka

    menunjukkan semakin rendah pula kecerdasan emosional yang dimiliki

    oleh mahasiswa.

    2. Problem focused coping

    Problem focused coping adalah suatu strategi yang secara langsung

    diarahkan pada suatu masalah yang dialami oleh seseorang untuk

    memecahkan masalah yang sedang dialami. Variabel problem focused

    coping diukur menggunakan skala problem focused coping yang disusun

    berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Triantoro & Nofrans, 2009) yaitu : seeking informational support,

    confrontive coping dan planful problem solving. Skor problem focused

    coping diperoleh dari keseluruhan skor tiap indikator masing-masing

    aspek. Semakin tinggi skor pada skala problem focused coping

    menunjukkan semakin tinggi problem focused coping pada mahasiswa.

    Sebaliknya, semakin rendah skor pada skala problem focused coping

    maka menunjukkan semakin rendah pula problem focused coping pada

    mahasiswa.

    D. Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang

    menyelesaikan skripsi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

    dengan teknik purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan

    metode pengambilan subjek sebagai sampel berdasarkan kriteria-kriteria

    tertentu (Siregar, 2013). Karakteristik dari bentuk sampling ini sebagai

    berikut:

    1. Masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di suatu universitas atau

    perguruan tinggi

    2. Mahasiswa berusia 18 – 25 tahun

    3. Sedang menyelesaikan skripsi saat penelitian dilakukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    E. Metode dan Alat Pengambilan data

    Teknik pengambilan data yang digunakan dalam pen