Click here to load reader
Upload
arisetyawan7
View
378
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
1
KAJIAN CUSTODY TRANSFER MINYAK MENTAH PADA PIPELINE DENGAN MENGGUNAKAN ULTRASONIC FLOW METER
BERDASAR STANDAR API MPMS 5.8
Oleh
M. Imam Sudrajat1
Abstract
Custody metering in the crude oil transmission pipeline is measuring quantity and quality of the transported fluid for fiscal purpose. All equipment include skid metering that used in custody metering shall be design based on standard and approved by legal government. The custody metering system shall have high accuracy and repeatability. Based on OIML, the minimum accuracy for flow meter in pipeline shall 0.2% and 0.3% for the system. Ultrasonic flow meter is flow meter that have high accuracy, repeatability and also suitable to measure liquid hydrocarbon. The purpose of these research is to produce a design of metering skid to measure crude oil for custody transfer using ultrasonic flow meter based on API MPMS (Manual of Petroleum Measurement standard) 5.8. This research is done by standard/literature study and interview with ultrasonic flow meter vendor / producer. As the result of this research is design of custody metering skid using ultrasonic flow meter as a mains meter based on API MPMS 5.8. And also complete with example of custody metering skid to measure crude oil with flow rate2 billion barrels per day. Keywords: custody, metering, ultrasonic, flow meter, skid, flow rate, API, MPMS
1 Peneliti di Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – LIPI
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
2
I PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam salah satunya
adalah minyak bumi. Proses transaksi jual beli minyak mentah merupakan titik kritis
yang harus diberi perhatian lebih. Pegertian dari Custody transfer adalah proses jual
beli yang harus dinyatakan sah oleh pihak penjual dan pembeli serta pihak-pihak
yang terkait. Salah satu syarat Custody transfer adalah digunakannya alat ukur yang
sesuai standar. Pada proses transaksi ini semua pihak yang terlibat harus
menyetujui baik dari desain sistem ataupun desain alat ukur yang dipergunakan. Alat
ukur yang digunakan selain harus terkalibrasi juga harus memiliki keakurasian dan
repeability yang tinggi.
Standar American Petroleum Institute (API) Manual of Petroleum
Measurement Standard (MPMS) API MPMS merupakan standar khusus yang
mengatur tentang beberapa sistem yang seharusnya digunakan pada industri
hidrokarbon. Standar API MPMS 5.8 yang disahkan pada tahun 2005 merupakan
bagian dari API MPMS yang khusus yang menerangkan desain dasar dari sistem
yang menggunakan ultrasonic flow meter (UFM) transit time sebagai alat utamanya.
Sampai saat ini beberapa Industri migas di Internasional dan dalam negeri
menggunakan standar untuk mendesain instrumen ukur untuk sistem jual beli minyak
mentah mereka mengacu pada standar API MPMS didukung dengan beberapa
standar lainnya seperti International Organization of Legal Metrology (OIML) dan
(Norsk Sokkels Konkuranseposisjon) NORSOK. Sedangkan di Indonesia ini belum
ada standar nasional yang mengatur tentang hal ini. Oleh karena itu perlunya
standar nasional yang dapat dijadikan acuan untuk proses custody metering ini.
Pada sistem custody transfer ini keakurasian dan repeatability alat merupakan
hal yang sangat vital karena tingginya harga minyak yang diperjual belikan.
Berdasarkan OIML karakteristik alat ukur yang harus dimiliki dalam proses jual beli
cairan selain air, harus memiliki nilai minimal keakurasian dan repeatability tertentu.
Pada umumnya sistem metering ini dibentuk dalam sebuah paket (skid) yang
terkalibrasi.
Tabel 1 Syarat Keakurasian Berdasarkan Standar OIML R117 (1997)
Kelas Penerapan
0.3 Sistem pengukuran pada pipeline (perpipaan sekala besar)
0.5 Semua pengukuran yang ada dibawah ini
. Dispenser bahan bakar untuk motor (selain dari dispenser LPG)
. Sistem pengukuran pada road tanker untuk cairan yang memiliki nilai viskositas rendah
. Sistem pengukuran untuk unloading dari kapal tanker dan kereta tanki.
. Sistem pengukuran untuk susu
. Sistem pengukuran untuk loading kapal
. sistem pengukuran untuk pengisian bahan bakar pesawat
1.0 Sistem pengukuran untuk liquefied gases bertekanan tinggi (kecuali pada dispenser LPG)
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
3
Kelas Penerapan
pada suhu diatas atau sama dengan -10o.
Dispenser LPG untuk kendaraan bermotor
Sistem pengukuran cairan yang normalnya masuk pada kelas 0.3 atau 0.5 tapi memiliki
karakteristik sebagai berikut
. memiliki suhu dibawah -10oC atau diatas 50
oC
. memiliki dynamic viscosity lebih tinggi dari 1000mPa.s atau
. memiliki volume laju alir tidak lebih dari 20L/h
1.5 Sistem pengukuran pada Liquified Carbon Dioxide
Sistem pengukuran pada liquefied gas bertekanan tinggi dengan suhu kurang dari -10oC
(kecuali pada sistem pengukuran menggunakan dispenser).
2.5 Sistem pengukuran cairan yang memiliki suhu dibawah -153oC
Beberapa jenis minyak mentah (Crude oil) sendiri memiliki karakteristik fluida
seperti berikut:
API Gravity : 28 sampai dengan 46 (diukur pada suhu 60°F)
Kandungan Belerang : maksimal 3%
Viskositas : 2.74 cSt – 26.96 cSt (diukur pada suhu 86°F)
Tekanan Uap Air : maksimal 10.5 psig
Kandungan Wax : maksimal 16.5%
Kandungan sedimen dan air : maksimal 1%
Suhu operasi : 68-86°F
Beberapa alat yang pada umumnya digunakan untuk mengukur minyak
mentah adalah Turbin Flow meter, coriolis, Positive Displacement (PD) Flow meter
dan UFM. Keunggulan UFM dibandingkan dengan flow meter-flow meter tersebut
adalah tingkat keakurasian dan repeatibily yang relatif lebih tinggi, mampu digunakan
dua arah (bidirectional), mampu bekerja pada beberapa nilai kekentalan, tekanan
drop yang rendah dan rentang debit yang lebih lebar, serta minim perawatan. Namun
dari segi harga UFM cenderung lebih mahal dari pada flow meter yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain sistem custody metering
menggunakan UFM sesuai dengan API MPMS 5.8 yang didukung oleh standar yang
lain yaitu OIML R117 dan NOSOK I-105. Berdasarkan standar NORSOK
kedakpastian pengukuran yang diperbolehkan dalam mengukur kandungan sedimen
dan air (BS&W) adalah ± 0.05% volume dari kandungan air sebanyak 0% sampai 1%.
Atau ± 5% dari minyak yang memiliki kandungan air yang lebih dari 1%.
II METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur standar API, OIML, NORSOK dan
literatur lain yang mendukung serta dengan melakukan wawancara dengan
beberapa produsen UFM dan skid packager.
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
4
III HASIL PENELITIAN
Berdasarkan dari standar API MPMS 5.8 persyaratan yang harus dipenuhi oleh
sebuah sistem pengukur laju alir cairan hidrokarbon menggunakan UFM antara lain:
a. Jenis flow meter yang digunakan adalah jenis ultrasonic transit time, yang
disusun dengan skema dasar seperti Gambar 1.
b. Sebelum memasuki skid kandungan air pada minyak sebaiknya diminimalisir
terlebih dahulu, karena air akan dapat mengurangi keakurasian alat. Besarnya
persentase air yang diperbolehkan tergantung pada karakteristik tiap-tiap alat,
sehingga harus dikonsultasikan dengan produsen UFM.
c. Desain dari skid juga harus dapat menahan adanya tekanan yang berlebihan
yang mungkin ditimbulkan oleh penutupan valve secara tiba tiba, oleh karena
itu perlunya penambahan alat lain untuk melepaskan tekanan yang berlebih
tersebut misalnya dapat menggunakan pressure relive valve.
d. Tekanan harus dijaga agar tetap berada diatas tekanan uap fluida. Oleh
karena itu pressure drop yang dihasilkan sistem tidak boleh terlalu besar.
Gambar 1 Desain Skid Standar untuk UFM
e. Untuk sistem yang didesain bidirectional maka pengkondisian fluida juga
harus diterapkan pada kedua sisinya serta harus dikalibrasi untuk masing
masing arahnya. Jika aliran lebih sering searah maka instrument ukur
tekanan,suhu dan densitas harus ditempatkan pada sisi outputnya
(downstream).
f. Kelas,material dan dimensi dari pipa dan sambungan harus menyesuaikan
dengan kondisi fluida dan tekanan yang ada.
g. Harus ada ruang yang cukup untuk meletakkan alat ukur dan prover.
h. Metalurgi ,elastomer, coating dan dan komponen lain harus sesuai dengan
sifat fluida.
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
5
i. Harus diperhatikan juga efek korosi dan erosi yang mungkin ditimbulkan
akibat adanya pengotor dalam fluida
j. Maksimum viskositas, maksimum dan minimum suhu ambient harus
diperhitungkan agar sesuai dengan karakteristik alat
k. Mempertimbangkan terjadinya penumpukan lilin (wax). Apabila dibandingkan
dengan Turbin flow meter atau PD flow meter UFM lebih tidak terpengaruh
terhadap akumulasi lilin ini. Namun dalam skala yang besar penumpukan lilin
ini dapat mengakibatkan kesalahan pembacaan akibat sinyal yang terdistorsi.
l. Tipe prover dan metode proving. Prover merupakan sebuah alat untuk
kalibrasi flow meter. Prover yang digunakan dapat berupa ball prover,
compact prover atau master meter. Ball prover memiliki dimensi yang besar
dan kuantitas debit terukur yang lebih besar. Namun tipe ini tidak portable dan
tidak dapat dipindah-pindahkan. Sedangkan Compact prover memiliki desain
yang lebih portable sehingga mudah untuk dipindahkan. Ukuran Compact
prover yang ada dipasaran hanya sebesar 16 inch, sehingga hanya cocok
untuk mengukur UFM yang memiliki diameter sama atau lebih kecil dari 16
inch. Master Meter merupakan Flow meter yang didedikasikan hanya untuk
mengkalibrasi flow meter yang lain. Untuk menjamin keakuratan, Master
meter ini sebelumnya sudah terkalibrasi secara sistem dengan ball prover
atau compact prover.
m. Sistem harus dijaga kestabilannya dengan tetap menjaga keamannya, dan
memungkinkan untuk diaudit secara berkala.
n. Perlunya sistem antar muka dengan sistem lain karena pada umumnya sistem
metering terkait dengan proses yang menyertainya. Pada sistem pipeline
pada umumnya sudah terintegrasi dengan SCADA atau Supervisory Control
and Data Acquisition.
o. Penginstalan komponen dan instrument pendukung harus sesuai dengan
standar yang ada
p. Perlunya pengkondisian aliran fluida dengan menggunakan flow conditioning
untuk mengurangi terjadinya olakan (swirl) yang dapat mengurangi
keakurasian alat. Flow conditioning ini dapat berupa straightening vane
dan/atau dengan penambahan pipa lurus (spool) sebelum masuk dan
sesudah keluar flow meter. Panjang pipa lurus yang dibutuhkan pada sisi
input flow meter apabila menggunakan straightening vane adalah sepanjang
10 kali diameter pipa atau 20 kali diameter pipa apabila tidak menggunkan
straigtening vane. Pada sisi output panjang minimal pipa lurus adalah 5 kali
diameter pipa. Pada aliran bidirectional pengkondisian pada kedua sisi adalah
sama yaitu menggunakan 20 kali diameter flow meter. Pipa yang digunakan
harus memiliki diameter dan material yang sama dengan flow meter.
q. Pressure /Flow Control Valve harus diletakkan pada sisi outlet (downstream)
dari flow meter sehingga tidak menyebabkan perubahan pola aliran, dan
tekanan di dalam flow meter. Drain/Vent valve yang dipasang diantara flow
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
6
meter dan prover harus dilengkapi dengan double block and bleed valve untuk
mencegah terjadinya kebocoran.
r. Peralatan elektronik pendukung seperti Flow computer, power supply dan alat
lainnya harus dipasang pada tempat yang terlindung sehingga memenuhi
persyaratan pembagian daerah bahaya.
s. Sinyal pada UFM dan pada koneksinya harus terlindungi dari gangguan
electromagnetic Interverence (EMI). Sistem juga harus dijauhkan dari sumber
daya yang dimungkinkan akan menghasilkan noise yang besar. Pelindung
kabel, karet, plastik dan semua peralatan yang diletakkan ditempat yang
terbuka harus tahan terhadap sinar ultraviolet, api, oli dan pelumas.
t. Sistem pertanahan (grounding) juga harus dipasang dengan baik agar sinyal
dari UFM tidak terganggu.
u. Untuk menjaga kelangsungan pengukuran diperlukan sebuah Uninterruptable
Power Supply (UPS) sebagai tenaga cadangan.
v. Meter factor didapatkan dari hasil pembandingan (proving) antara UFM
dengan Prover. Proses pembandingan ini harus dilakukan saat sistem
berjalan pada kondisi stabil (steady).Selama proses ini kondisi lingkungan
prover harus dijaga sama dengan lingkungan sekitar UFM. Proses proving
dapat dilakukan secara langsung di tempat (in-situ) atau dilakukan di
laboratorium. Namun pada umumnya peruses proving yang terbaik dilakukan
secara in-situ karena hasil proving di laboratorium sangat tergantung pada
kondisi saat pengukuran yang kadang jauh berbeda dengan kondisi di
lapangan.
w. Pada saat pembandinga Prover dan UFM harus dipasang secara seri dengan
kondisi aliran yang sama. Berdasarkan API MPMS 4.8 hasil perbandingan
repeatability antara UFM dan prover seharusnya pada 5 kali percobaan tidak
melebihi 0.05%.
x. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada software pengukur atau
pengontrol adalah pengaturan nilai pulsa, zeroing, serta metode koreksi.
Performa Ultrasonic flow meter yang ada dipasaran adalah sebagai berikut:
Akurasi : 0.1% sampai dengan 3%
Repeatability : < 0.02% sampai dengan 1%
Uncertainty : < 0.027% sampai dengan 3%
Tekanan Operasional maks : ± 3000 psig
Suhu : -300 F sampai dengan 500 F
Jenis Fluida : Minyak mentah, Ethane, Gasoline, LPG
Densitas : 0.04 lb/ft3 sampai dengan 93.6 lb/ft3
Viskositas : 0.1 cSt sampai dengan 650 cSt
Debit aliran : 458.6 barel per jam sampai dengan 171429 barel
per jam
Nilai ini telah memenuhi standar yang ditetapkan OIML yaitu akurasi sebesar
0.2% untuk sebuah flow meter dan 0.3% untuk sebuah sistem pengukuran serta
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
7
memiliki kepresisian 0.05% pada 5 kali pengukuran. Ultrasonic meter memiliki
kemampuan untuk mengukur aliran dengan keakurasian optimal pada kondisi antara
20% sampai dengan 100% kemampuan maksimalnya. Di luar kondisi tersebut
keakurasian UFM akan berkurang. Performa UFM ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2 Performa Ultrasonic Flow meter
IV PEMBAHASAN
Berikut adalah contoh dari desain skid Custody Transfer untuk mengukur aliran 2 juta
barel per hari (BPD) atau 83333.34 BPH minyak mentah pada pipeline dengan
menggunakan UFM. Dari table 2 dapat diambil beberapa konfigurasi yang mungkin.
Sebagai contoh misalnya dengan menggunakan UFM berukuran 8” yang mampu
mengukur maksimal flow rate sebesar 8.910 BPH maka dibutuhkan minimal 10 buah
UFM berukuran 8” yang disusun parallel sebagai alat ukur utama. Contoh lain adalah
dengan menggunakan UFM berukuran 16”, maka akan dibutuhkan minimal 4 buah
UFM. Apabila menggunakan UFM berukuran 24”, maka akan dibutuhkan minimal 1
buah UFM 24” dan 1 buah UFM 8”. Semakin besar ukuran UFM maka akan
menghemat pemakaian tempat sebagai skid. Alternatif menggunakan UFM yang
berbeda ukuran jarang sekali digunakan pada applikasi sebenarnya karena akan
menyulitkan pada saat akan mengganti bagian dari UFM apabila mengalami
perbaikan, selain itu akan mempersulit proses pengkalibrasian dan proving.
Tabel 2 Karakteristik umum Ultrasonic Flow Meter
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
8
Ukuran prover juga akan menjadi kendala saat UFM yang digunakan melebihi
16”. Karena ukuran compact prover yang ada dipasaran saat ini hanya sampai 16”,
sehingga untuk aplikasi yang lebih besar dari pada 16” harus menggunakan ball
prover yang memiliki dimensi sangat besar.
Desain optimal yang dapat dipergunakan untuk aliran mengukur minyak
mentah sebesar 2 BPH adalah dengan menggunakan minimal 4 buah UFM
berukuran 16”. Agar proses pengukuran tetap dapat berjalan saat salah satu UFM
rusak maka diperlukan minimal satu buah UFM berukuran sama yang digunakan
sebagai cadangan. Sehingga total UFM yang terpasang berjumlah 5 buah. Turbin
Flow meter dengan ukuran yang sama yang dipasang seri digunakan sebagai master
meter. Pemasangan master meter memikiki keuntungan antara lain dapat melakukan
proving lebih sering sesuai kebutuhan dan menghemat biaya karena harga compact
prover atau ball prover jauh lebih mahal daripada satu buah flow meter yang
dijadikan master meter. Pemilihan turbin flow meter sebagai master meter
dikarenakan karena standar API MPMS 4.5 dan API MPMS 4.8 hanya mengakui
Turbin Flow meter dan PD Flow meter sebagai master meter. Sedangkan
pemanfaatan UFM sebagai master meter masih dalam pembahasan.
213
4 5
6
78
910
12
13
14
16
15
11
Gambar 3 Desain Untuk mengukur 2BPD Minyak Mentah Dengan UFM
Keterangan:
1 pipa dengan ukuran 20 inch 9 Temperature Transmitter
2 On-Off valve 10 Densitometer dan atau BS&W analyzer
3 saringan (strainer) 11 UFM (Ultrasonic Flow Meter) 16”
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009
9
4 Pipe reducer 20” to 16” 12 Pipe Expander 16” to 20 “
5 straightening vane 13 On-Off valve to prover
6 On-off valve 14 Flow control valve
7 Turbin flow meter 16” 15 On-Off Valve
8 Pressure transmitter 16 On-Off Valve back from Prover
V PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ultrasonic flow meter dapat digunakan
sebagai alat ukur utama pada proses custody metering cairan hidrokarbon. Dengan
contoh desain adalah metering skid untuk mengukur 2 BPD minyak mentah.
Saran
Perlunya standar nasional yang mengatur tentang custody metering, khususnya
keakurasian sistem, repeatability, desain, batasan jumlah pengotor berupa sedimen
dan air serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses jual beli minyak bumi.
VI DAFTAR PUSTAKA
1. American Petroleum Institute Manual of Petroleum Measurement Standards
Chapter 5-8. 2005. Measuring of Liquid Hydrocarbon by Ultrasonic Flow Meter
Using Transit Time Technology, First Edition February 2005. Washington DC
2. Installation/Operation/Maintenance. 2006. FMC Technologies Ultrasonic
Liquid Flowmeter Smith Meter Ultra. Bulletin MNLS001
3. NORSOK. 2006. Fiscal Measurement System For Liquid Hidrocarbon Liquid,
Draft 2 for Edition. Lysaker. Norway
4. Organisation Internationale De Metrologie Legale (OIML) R-117. 1997.
Measuring System for Liquid Other Than Water International
Recommendation Edition 1997 (E). OIML Paris. France
5. Product Datasheet DAN-LQ-USM-DS-0906. 2006. Meter Daniel Model 3804
Liquid Ultrasonic Flow. Emerson Process Management. Singapore