13
STUDI KORELASI KUAT TEKAN BETON ANTARA BERNDA UJI SILINDER DENGAN BENDA UJI KUBUS MENGGUNAKAN SEMEN TIPE PCC Study of The Correlation of Compressive Strength between Cylindrical specimen and Cube specimen of PCC Concrete Ohtrianas Pongpare Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako-Jalan Soekarno Hatta Km. 8 Palu 94118, e-mail: [email protected] ABSTRACT The purpose of this research is to determine correlation value of Compressive Strength between cylinder specimen and cube specimen of PCC concrete. This research was started by material test, collecting related data, mix design, manufacturing the specimens and concrete compressive strength test. The correlation value between cylinder specimens and cube specimen using Bosowa cement, Tonasa cement and Tiga Roda cement as follows: 0,815; 0,813; 0,770. The correlation value between cube specimen and cylinder using Bosowa cement, Tonasa cement and Tiga Roda cement that based on “Peraturan Beton 1989” as follows: 1,202; 1,200 dan 1,190. The correlation value of concrete compressive strength that obtained by using portland composite cement was smaller than PBI’71. While the correlation value of concrete compressive strength using empirical formula also was smaller than the test result. The correlation value that obtained by using PCC smaller than the correlation value using OPC Type 1. Keywords: concrete compressive strength, portland composite cement, cube specimen, cylinder specimen ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai korelasi antara benda uji kubus dan silinder dengan menggunakan semen tipe PCC. Penelitian ini dimulai dengan pemeriksaan bahan, pengumpulan data-data yang berkaitan, perancangan komposisi campuran, pembuatan benda uji dan pengujian kuat tekan beton. Hasil korelasi kuat tekan beton dari benda uji silinder Ø15 cm x 30 cm terhadap benda uji kubus 15 cm, untuk merk semen Bosowa, Tonasa dan Tiga Roda berturut-turut adalah: 0,815; 0,813; 0,770. Nilai korelasi kuat tekan benda uji kubus 15 cm terhadap silinder Ø15 cm x 30 cm yang didapat dari rumus empiris Peraturan Beton 1989, untuk merek semen Bosowa, Tonasa dan Tiga Roda berturut-turut adalah: 1,202; 1,200 dan 1,190. Nilai korelasi kuat tekan beton dengan menggunakan tiga macam semen tipe PCC lebih kecil dari pada hasil uji PBI’71. Sedangkan nilai korelasi yang didapat dari rumus empiris pada PB’89 lebih kecil dari pada hasil uji. Nilai korelasi yang didapat dengan menggunakan semen PCC lebih kecil daripada nilai korelasi semen OPC tipe I. Kata kunci: Kuat Tekan Beton, Semen PCC, Benda uji kubus, benda uji silinder

Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

STUDI KORELASI KUAT TEKAN BETON ANTARA BERNDA UJI SILINDER

DENGAN BENDA UJI KUBUS MENGGUNAKAN SEMEN TIPE PCC

Study of The Correlation of Compressive Strength between Cylindrical specimen and

Cube specimen of PCC Concrete

Ohtrianas Pongpare

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako-Jalan Soekarno Hatta Km. 8 Palu 94118,

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine correlation value of Compressive Strength

between cylinder specimen and cube specimen of PCC concrete. This research was started by

material test, collecting related data, mix design, manufacturing the specimens and concrete

compressive strength test. The correlation value between cylinder specimens and cube

specimen using Bosowa cement, Tonasa cement and Tiga Roda cement as follows: 0,815;

0,813; 0,770. The correlation value between cube specimen and cylinder using Bosowa

cement, Tonasa cement and Tiga Roda cement that based on “Peraturan Beton 1989” as

follows: 1,202; 1,200 dan 1,190. The correlation value of concrete compressive strength that

obtained by using portland composite cement was smaller than PBI’71. While the correlation

value of concrete compressive strength using empirical formula also was smaller than the test

result. The correlation value that obtained by using PCC smaller than the correlation value

using OPC Type 1.

Keywords: concrete compressive strength, portland composite cement, cube specimen,

cylinder specimen

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai korelasi antara benda uji kubus dan

silinder dengan menggunakan semen tipe PCC. Penelitian ini dimulai dengan pemeriksaan

bahan, pengumpulan data-data yang berkaitan, perancangan komposisi campuran, pembuatan

benda uji dan pengujian kuat tekan beton. Hasil korelasi kuat tekan beton dari benda uji

silinder Ø15 cm x 30 cm terhadap benda uji kubus 15 cm, untuk merk semen Bosowa, Tonasa

dan Tiga Roda berturut-turut adalah: 0,815; 0,813; 0,770. Nilai korelasi kuat tekan benda uji

kubus 15 cm terhadap silinder Ø15 cm x 30 cm yang didapat dari rumus empiris Peraturan

Beton 1989, untuk merek semen Bosowa, Tonasa dan Tiga Roda berturut-turut adalah: 1,202;

1,200 dan 1,190. Nilai korelasi kuat tekan beton dengan menggunakan tiga macam semen tipe

PCC lebih kecil dari pada hasil uji PBI’71. Sedangkan nilai korelasi yang didapat dari rumus

empiris pada PB’89 lebih kecil dari pada hasil uji. Nilai korelasi yang didapat dengan

menggunakan semen PCC lebih kecil daripada nilai korelasi semen OPC tipe I.

Kata kunci: Kuat Tekan Beton, Semen PCC, Benda uji kubus, benda uji silinder

Page 2: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Peningkatan kebutuhan akan semen

saat ini mendorong pabrik-pabrik semen

untuk menciptakan jenis-jenis semen yang

baru yang diklaim lebih ramah lingkungan

dan memiliki kualitas yang tidak kalah

dengan semen jenis sebelumnya. Saat ini

yang banyak beredar dimasyarakat adalah

semen portland komposit (Portland

Composite Cement). Berbeda dengan

semen OPC, Semen PCC mengandung

lebih sedikit klinker dan lebih banyak

bahan tambahan, bahan tambahan tersebut

berupa Fly ash, slag dan limestone dengan

persentase 5 – 36% dari massa semen

portland komposit. Dalam hal kualitas

kedua jenis semen perlu untuk diuji.

Mutu beton dapat diketahui dengan

pengujian beton yang menggunakan benda

uji kubus maupun silinder. Menurut SNI-

03-4810-1998 benda uji yang digunakan

untuk pengujian kuat tekan beton ialah

benda uji silinder dengan ukuran standar

150 mm x 300 mm atau 152 mm x 305

mm. Namun dalam beberapa kasus benda

uji kubus masih digunakan sebagai

alternatif dari bentuk silinder, dengan

demikian akan terdapat perbedaan hasil

pengujian dari kedua benda uji sehingga

diperlukan nilai korelasi rata-rata antara

keduanya.

Berdasarkan PBI 1971 N.I.-2 nilai

korelasi kuat tekan untuk benda uji kubus

ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm, kubus

ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dan silinder

ukuran Ø15 cm dengan panjang 30 cm

adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Perbandingan kekuatan tekan

beton pada berbagai benda uji

(sumber: PBI 1971 N.I.-2)

Benda Uji Perbandingan Kekuatan

Tekan

Kubus 15 cm

Kubus 20 cm

Silinder Ø 15 cm x

30 cm

1,00

0,95

0,83

Pada kondisi tertentu nilai korelasi

tersebut dapat berubah-ubah dikarenakan

sifat beton yang dipengaruhi oleh banyak

faktor. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi sifat beton adalah jenis

semen yang digunakan. Oleh karena itu

perlu diadakan penelitian untuk

mengetahui nilai korelasi dengan

menggunakan semen PCC.

b. Tinjauan Pustaka

Beton didefenisikan sebagai

campuran semen portland (semen hidrolik),

agregat halus, agregat kasar dan air dengan

atau tanpa bahan tambahan (SK SNI T-15-

1991-03). Menurut Edward G. Nawy

Page 3: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

(1990), beton dihasilkan dari sekumpulan

interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah

material pembentuknya. Bahan pembentuk

beton terdiri dari semen, agregat (kasar dan

halus), air, dan dengan atau tanpa bahan

tambahan (additive) kimia yang dicampur

menjadi satu kesatuan yang utuh dalam

cetakan hingga terbentuk batu buatan

(beton keras). Beton memiliki kekuatan

tekan yang lebih besar dari pada kuat tarik

dan lentur. Sifat yang paling penting dari

beton adalah kuat tekan beton. Nilai kuat

tekan beton relatif tinggi dibanding kuat

tariknya, dan merupakan bahan getas. Nilai

kuat tariknya berkisar antara 9% - 15% dari

kuat tekannya, pada penggunaan sebagai

komponen struktural bangunan, umumnya

beton diperkuat dengan batang tulangan

baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama

dan mampu membantu kelemahannya,

terutama pada bagian yang bekerja

menahan tarik (Dipohusodo, 1994).

Kekuatan tekan adalah kemampuan

beton untuk menerima gaya tekan

persatuan luas. Kuat tekan beton (f’c)

dihitung berdasarkan persamaan berikut:

(1)

Keterangan:

f’c = kuat tekan beton, MPa

Pmaks = beban maksimum, N

Ac = luas penampang, mm²

Pengujian kuat tekan dilakukan

dengan cara memberi gaya tekan aksial

secara bertahap terhadap benda uji, sampai

benda uji mengalami keruntuhan. Benda uji

beton digunakan untuk berbagai macam

keperluan, misalnya untuk mengetahui kuat

tekan, modulus elastisitas, kuat tarik belah.

Ukuran dan bentuk benda uji dapat dibuat

bermacam-macam, misalnya berupa

silinder, kubus, atau prisma.

Standar pengujian beton

dalam PBI 1971, didasarkan pada sejumlah

benda uji berbentuk kubus beton berukuran

15x15x15cm. Sedangkan pada standar SNI

T-15-1991-03 digunakan silinder beton

berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300

mm. Saat ini sebagian besar Rencana Kerja

dan Syarat-syarat (RKS) masih

menggunakan benda uji kubus (K), untuk

mendapatkan nilai kuat tekan dalam bentuk

silinder (f’c) maka digunakan nilai korelasi

antara kedua macam benda uji sebagai

faktor pengali untuk mengkonversikan nilai

kuat tekan yang didapat. Nilai korelasi

antara kedua benda uji didapat dari hasil

pembagian kuat tekan benda uji standar

terhadap kuat tekan benda uji yang akan

dikonversikan. Kuat tekan beton dari

Page 4: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

berbagai macam bentuk benda uji akan

mempengaruhi nilai yang diperolehnya

tidak akan sama. Variasi tersebut

disebabkan oleh banyak faktor seperti

komposisi bahan dasar, metode perawatan,

metode pencampuran, bentuk dan bidang

kontak dengan mesin uji, rasio antara

tinggi dan lebar (diameter), dan lain

sebagainya.Kuat tekan relatif antara benda

uji silinder dan kubus ditunjukkan pada

Tabel 2 dan Tabel 3 yang berdasarkan ISO.

Tabel 2. Rasio kuat tekan silinder-kubus (Sumber: Mulyono, 2004)

Kuat Tekan (MPa) 7,0 15,2 20,0 24,1 26,2 34,5 36,5 40,7 44,1 50,3

Kuat rasio silinder/kubus 0,76 0,77 0,81 0,87 0,91 0,94 0,87 0,92 0,91 0,96

Tabel 3. Perbandingan kuat tekan antara silinder dan kubus (Sumber: Mulyono,2004)

Kuat tekan

silinder (MPa) 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50

Kuat tekan

kubus (MPa) 2,5 5 7,5 10 12,5 15 20 25 30 35 40 45 50 55

Menurut BS.1881 (Mulyono, 2004),

rasio kubus terhadap silinder untuk semua

kelas adalah 1,25, sedangkan menurut

K.W. Day (1995) (Mulyono, 2004),

kekuatan tekan kubus jika dibandingkan

dengan silinder dinyatakan dengan

persamaan 2 dan persamaan 3 (dalam

MPa).

(

√ ) (2)

(

√ ) (3)

Sedangkan menurut PB’1989

(Mulyono, 2004) memberikan hubungan

antara kekuatan kubus dengan silinder

dalam persamaan 4 berikut:

* (

)+ (4)

Keterangan:

f’c = kuat tekan beton bentuk silinder

f’ck = kuat tekan beton bentuk kubus

Menurut BS 1881 : bagian 4: 1970

(Murdock, 1989) memberikan faktor

koreksi pada perhitungan kuat tekan kubus

150 mm ekivalen terhadap silinder dengan

pelbagai perbandingan panjang/diameter

(L/D). koreksi yang diperlukan dapat

disederhanakan dalam persamaan 5:

(5)

Keterangan:

C = faktor koreksi untuk silinder

L = Panjang silinder (mm)

D = diameter silinder (mm)

Page 5: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

METODE PENELITIAN

Adapun recana alur kerja adalah

sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan alir proses penelitian

Bahan dan sampel terlebih dahulu

disiapkan, kemudian dilakukan

pemeriksaan terhadap sampel tersebut,

setelah memenuhi spesifikasi bahan dan

sampel yang ada dibuatkan Mix Design

untuk menyusun komposisi campuran.

Perancangan campuran dilakukan dengan

mengacu pada Metode Standar Nasional

Indonesia (SK SNI T 15-1990-03) yang

lazim dikenal dengan British Standard,

yaitu Tata Cara Pembuatan Rencana

Campuran Beton Normal. Pembuatan

benda uji dengan komposisi sesuai dengan

hasil rancangan campuran (mix design),

mengacu pada SK SNI M-62-1990-03,

tentang Metoda Pembuatan dan Perawatan

Benda Uji di Laboratorium.

Pengujian dilakukan terhadap beton

segar dan beton keras. Prosedur pengujian

sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

Adapun pengujian-pengujian terhadap

sampel atau benda uji yang akan dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Pengujian slump beton, dimaksudkan

untuk menentukan slump beton.

Prosedur yang digunakan sesuai SK

SNI M-12-1989-F.

2. Pengujian kandungan udara pada beton

segar, dimaksudkan untuk menentukan

banyak udara dalam beton segar.

Prosedur yang digunakan sesuai SNI

03-3418-94.

3. Pengujian berat isi beton,

dimaksudkan untuk menentukan berat

isi pada beton. Prosedur yang

digunakan sesuai SK SNI M-13-1989-

F.

Penutup

Penyiapan Bahan dan

Sampel

Pemeriksaan Sampel

Memenuhi

Spesifikasi

Rancangan Komposisi

Campuran

Pencampuran dan Pembuatan Benda

Uji (Silinder dan Kubus)

Pengujian

Benda Uji Beton keras Beton Segar

Kuat Tekan Silinder

Kuat Tekan Kubus

Slump

Kandungan Udara

Berat Isi

Pengolaan Data

Hasil dan Pembahasan

Mulai

Tidak

Ya

Page 6: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

4. Pemeriksaan Kuat Tekan

menggunakan Compression Machine

terhadap benda uji silinder Ø 15 cm x

30 cm dan kubus 15 cm berumur 7 dan

28 hari. Prosedur yang digunakan

sesuai SK SNI M-14-1989-F.

Kebutuhan benda uji yang akan dibuat sesuai Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Kebutuhan benda uji

Jenis

Semen

Mutu

Beton

f’c (MPa)

Bentuk Benda Uji

Umur

Benda

Uji

(Hari)

Benda Uji

Uraian Jumlah

3 20

Silinder Ø15 cm x 30 cm 7 3 x 5 15

28 3 x 5 15

Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm 7 3 x 5 15

28 3 x 5 15

3 25

Silinder Ø15 cm x 30 cm 7 3 x 5 15

28 3 x 5 15

Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm 7 3 x 5 15

28 3 x 5 15

3 30

Silinder Ø15 cm x 30 cm 7 3 x 5 15

28 3 x 5 15

Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm 7 3 x 5 15

28 3 x 5 15

Jumlah Benda Uji 180

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian benda uji dilakukan

terhadap sampel beton segar dan beton

keras. Pengujian beton segar meliputi

pengujian slump test, kandungan udara

dalam beton segar dengan alat Air

Entrainment Meter, dan berat isi beton

segar. Hasil-hasil pengujian beton segar

disajikan dalam Tabel 5. Pengujian beton

keras berupa pengujian kuat tekan kubus

dan silinder beton dengan menggunakan

tiga variasi merek semen yaitu Bosowa,

Tiga Roda dan Tonasa. Pengujian

menggunakan mesin uji tekan Compression

Machine dengan penambahan beban antara

2 sampai 4 kg/cm² perdetik. Pengujian kuat

tekan dilakukan setelah beton mencapai

umur perawatan 7 dan 28 hari untuk semua

mutu beton. Hasil-hasil dari pengujian

tersebut disajikan dalam Tabel 6 dan

Gambar 1 di bawah ini:

Page 7: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

Tabel 5. Hasil pengujian terhadap beton segar

Mutu

Beton

(MPa)

Merek semen Slump

(mm)

Kand. Udara

(%)

Berat Isi

Beton Segar

(gr/cm³)

20

Bosowa 94 1,2 2,368

Tiga Roda 95 1,2 2,373

Tonasa 95 1,2 2,364

25

Bosowa 99,5 1,2 2,370

Tiga Roda 101 1,2 2,365

Tonasa 100 1,2 2,359

30

Bosowa 90 1,2 2,373

Tiga Roda 90 1,2 2,364

Tonasa 90 1,2 2,364

Spesifikasi 100 ±20 Maks 3 - 5 2,2 – 2,5

Tabel 6. Hasil pengujian kuat tekan terhadap beton keras pada umur 7 dan 28 hari

Mutu

Beton

(Mpa)

Benda

Uji Umur

Kuat Tekan Beton Semen Tipe PCC

Bosowa Tonasa Tiga Roda

20

Silinder 7 14,607 14,890 15,287

Kubus 7 18,400 19,422 20,133

Silinder 28 24,572 24,855 25,761

Kubus 28 30,622 31,156 32,578

25

Silinder 7 15,060 15,626 16,249

Kubus 7 21,289 21,556 23,467

Silinder 28 28,025 28,478 29,101

Kubus 28 34,400 35,022 37,778

30

Silinder 7 23,892 24,062 25,874

Kubus 7 28,978 29,778 33,778

Silinder 28 33,347 33,517 35,952

Kubus 28 40,133 40,489 43,911

Page 8: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

Gambar 2. Kuat tekan beton berbagai mutu dan bentuk benda uji umur perawatan 28 hari

1. Perbandingan nilai korelasi

terhadap PBI’71

PBI’71 menyebutkan bahwa faktor

korelasi untuk perbandingan kuat tekan

beton dalam berbagai bentuk benda uji

adalah seperti dalam Tabel 1 di atas. untuk

bentuk lain kuat tekannya

dikorelasikan/diperbandingkan dengan

suatu koefisien nilai seperti pada Tabel 1.

Perbedaan korelasi antara PBI’71 dan hasil

uji adalah seperti dalam Tabel 7 dan

Gambar 3 di bawah ini.

Tabel 7. Nilai korelasi kuat tekan beton antara benda uji silinder dan benda uji kubus hasil uji,

penelitian terdahulu dan PBI’71.

Bentuk

Benda

uji

Nilai korelasi kuat tekan

Bosowa Tonasa Tiga Roda

PBI'71 Hasil

uji Penelitian

terdahulu

Hasil

uji Penelitian

terdahulu

Hasil

uji Penelitian

terdahulu

silinder 0,815 0,843 0,813 0,848 0,77 0,844 0,83

kubus

24

,57

2

30

,62

2

28

,02

5

34

,40

0

33

,34

7

40

,13

3

24

,85

5 3

1,1

56

28

,47

8

35

,02

2

33

,51

7

40

,48

9

25

,76

1

32

,57

8

29

,10

1

37

,77

8

35

,95

2

43

,91

1

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

Silinder Kubus Silinder Kubus Silinder Kubus

20 25 30

Ku

at T

eka

n (

MP

a)

Kuat Tekan Beton Berbagai Mutu dan Bentuk Benda Uji Umur 28 Hari

Bosowa Tonasa Tiga Roda

Page 9: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

Gambar 3. Grafik korelasi kuat tekan hasil uji, penelitian terdahulu dan PBI’71

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat

bahwa hasil uji laboratorium menunjukkan

nilai korelasi yang bervariasi untuk setiap

mutu, jenis semen dan bentuk benda uji.

Untuk benda uji silinder dengan standar

kubus 15 cm mutu 25 MPa hasil uji semen

Bosowa 0,815 atau 1,844% lebih kecil dari

hasil uji PBI’71, semen Tonasa 0,813 atau

2,029 lebih kecil dan semen Tiga Roda

0,770 atau 7,189% lebih kecil dari hasil uji

PBI’71. Jika dibandingkan dengan nilai

korelasi yang didapat dari penelitian

terdahulu, nilai korelasi kuat tekan ketiga

merek semen hasil uji lebih kecil daripada

hasil penelitian terdahulu. Selain itu dari

Tabel di atas juga dapat dilihat nilai

korelasi yang diperoleh dari merek semen

Tiga Roda paling kecil dari merek semen

yang lain, hal ini disebabkan oleh besarnya

selisih kuat tekan kubus dan silinder yang

didapat dengan menggunakan semen

tersebut, semakin besar selisih kuat tekan

yang dihasilkan maka semakin kecil pula

nilai korelasi yang didapat.

2. Nilai korelasi berdasarkan PB‘89

Menurut PB’89 faktor korelasi kuat

tekan dari berbagai bentuk benda uji ke

silinder Ø15 cm – 30 cm adalah

berdasarkan rumus pada persamaan (4) di

atas. Korelasinya untuk berbagai bentuk

benda uji dalam PB’89 dan hasil uji seperti

pada Tabel 8.

0,815

0,843

0,813

0,848

0,77

0,844

0,83

0,72

0,74

0,76

0,78

0,8

0,82

0,84

0,86

Hasil uji Penelitianterdahulu

Hasil uji Penelitianterdahulu

Hasil uji Penelitianterdahulu

Bosowa Tonasa Tiga Roda PBI'71

Nila

i ko

rela

si

Jenis semen

Page 10: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

Tabel 8. Nilai korelasi kuat tekan beton antara benda uji kubus dan benda uji silinder

berdasarkan PB’89 dan penelitian terdahulu

Bentuk

benda

uji

Nilai korelasi kuat tekan

Bosowa Tonasa Tiga Roda

PB’89 Hasil

Uji Penelitian

Terdahulu PB’89 Hasil

Uji Penelitian

Terdahulu PB’89 Hasil

Uji Penelitian

Terdahulu

Silinder 1,202 1,227 1,186 1,200 1,230 1,180 1,190 1,298 1,184

Kubus

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat

bahwa nilai korelasi kuat tekan beton dari

berbagai bentuk benda uji dan merek

semen berdasarkan PB’89 untuk kubus

yang menggunakan semen Bosowa adalah

1,202 atau 2,08% lebih tinggi dari hasil uji

daripada PB’89, semen Tonasa 1,230 atau

2,5% lebih tinggi hasil uji daripada PB’89

dan semen Tiga Roda 1,298 atau 9,08%

lebih tinggi hasil uji daripada PB’89.

Sedangkan terhadap penelitian terdahulu,

nilai korelasi kubus ke silinder hasil uji

semen Bosowa 1,35% lebih besar, semen

Tonasa 1,7 % lebih besar dan Tiga Roda

0,5% lebih besar daripada penelitian

terdahulu. Adanya perbedaan nilai tersebut

dapat disebabkan oleh banyak faktor,

antara lain dapat berupa bentuk benda uji

itu sendiri, faktor air semen, komposisi

campuran, komposisi kimia dan fisika

bahan dasar semen yang bervariasi dan lain

sebagainya.

Gambar 4. Grafik nilai korelasi kuat tekan berdasarkan rumus empiris PB’89, hasil uji dan

penelitian terdahulu.

Page 11: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

3. Nilai korelasi berdasarkan umur

dan mutu beton

Nilai korelasi yang diperoleh dari

hasil uji berbagai mutu dan umur beton

cukup bervariasi. Berdasarkan hasil

pengujian, nilai korelasi kuat tekan beton

juga meningkat seiring dengan peningkatan

kuat tekan beton yang terjadi seturut

dengan bertambahnya umur beton.

Peningkatan ini dibuktikan dengan hasil

yang diperoleh dimana pada umur 28 hari

lebih besar dari pada umur 7 hari. Hal

serupa dapat juga dilihat pada Tabel 2 di

atas, dimana rasio kuat tekan silinder dan

kubus mengalami peningkatan setiap kuat

tekannya. Sedangkan mutu beton yang

direncanakan juga cukup mempengaruhi

nilai korelasi, hal ini disebabkan oleh

perbedaan proporsi campuran beton.

Secara keseluruhan nilai korelasi berbagai

umur dan mutu benda uji disajikan dalam

Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Nilai korelasi kuat tekan silinder terhadap kubus dengan berbagai variasi.

No

Mutu

Beton

(Mpa)

Benda

Uji Umur

Kuat tekan hasil uji Nilai Korelasi

Bosowa

(MPa)

Tonasa

(MPa)

Tiga

Roda

(MPa)

Bosowa Tonasa Tiga

Roda

1 20

Silinder 7 14,607 14,890 15,287 0,794 0,767 0,759

Kubus 7 18,400 19,422 20,133

Silinder 28 24,572 24,855 25,761 0,802 0,798 0,791

Kubus 28 30,622 31,156 32,578

2 25

Silinder 7 15,060 15,626 16,249 0,707 0,725 0,692

Kubus 7 21,289 21,556 23,467

Silinder 28 28,025 28,478 29,101 0,815 0,813 0,770

Kubus 28 34,400 35,022 37,778

3 30

Silinder 7 23,892 24,062 25,874 0,825 0,808 0,766

Kubus 7 28,978 29,778 33,778

Silinder 28 33,347 33,517 35,952 0,831 0,828 0,819

Kubus 28 40,133 40,489 43,911

Page 12: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian di

Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan

Fakultas Teknik Untad yang menggunakan

semen Bosowa, semen Tonasa dan semen

Tiga Roda dengan f’c rencana 20 MPa, 25

MPa dan 30 MPa dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Hasil korelasi kuat tekan benda uji

silinder Ø15 cm x 30 cm terhadap

benda uji kubus, untuk merk semen

Bosowa, Tonasa dan Tiga Roda

dengan f’cr 25 MPa secara berturut-

turut adalah: 0,815; 0,813; 0,770. Nilai

tersebut lebih kecil hasil ujinya

dibandingkan PBI’71 dan hasil

penelitian terdahulu. Sedangkan nilai

korelasi kuat tekan kubus terhadap

silinder yang didapat dari rumus

empiris Peraturan Beton 1989, untuk

merk semen Bosowa, Tonasa dan Tiga

Roda secara berturut-turut adalah:

1,202; 1,200 dan 1,190. Nilai tersebut

lebih besar dari nilai yang didapat pada

penelitian terdahulu dan lebih kecil

daripada nilai yang diperoleh dari

perbandingan hasil uji. Manfaat dari

nilai korelasi tersebut adalah sebagai

faktor konversi nilai kuat tekan beton

dari benda uji kubus ke silinder dan

juga sebaliknya.

2. Semen PCC menghasilkan kuat tekan

yang relatif lebih kecil dari semen

OPC Tipe I dengan nilai selisih kuat

tekan yang cukup besar antara kedua

jenis benda uji, sehingga nilai korelasi

yang diperoleh lebih kecil

dibandingkan dengan nilai korelasi

yang didapat dengan menggunakan

semen OPC Tipe I.

Ada beberapa hal yang dapat

peneliti sarankan dari penelitian ini adalah:

1. Pengujian kuat tekan perlu dilakukan

pada umur 90 hari karena semen PCC

lebih banyak mengandung pozzolan

dibandingkan semen OPC, sehingga

nilai kuat tekannya lebih representatif.

2. Komposisi kimia semen PCC perlu

diteliti lebih lanjut untuk melihat

persentase kandungan pozzolannya

sehingga dapat diketahui bagaimana

perbandingannya dengan semen OPC.

DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, A, 2006, Studi Korelasi Kuat

Tekan Beton Antara Benda Uji

Silinder dan Benda Uji Kubus

Terhadap Beberapa Merk Semen

(Semen Bosowa, Semen Tiga Roda,

Semen Tonasa), Skripsi Fakultas

Teknik Sipil Untad, Palu

Page 13: Jurnal Studi Korelasi Kuat Tekan Beton (Ohtrianas Pongpare).Docx

Ardiansyah, Rony, 2011, Beda Semen

Portland Tipe I, PCC & SCC,

(http://ronymedia.wordpress.com/2011

/04/07/apa-beda-semen-portland tipe-i-

pcc-scc, diakses tanggal 7 Desember

2012). Badan Penelitian dan Pengembangan PU,

1989, Pedoman Beton 1989,

Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional, 2003,

Semen Portland Komposit (SK SNI

15-2049-2004), Panitia Teknis 33 S,

Kimia Anorganik. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional, 2004,

Semen Portland Komposit (SK SNI

15-7064-2004), Panitia Teknis 33 S,

Kimia Anorganik. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata

Cara Perhitungan Struktur Beton

untuk Bangunan Gedung (SNI 03-

2847-2002).

Day, K.W. 1995. Concrete Mix Design,

Quality Control and Specification.

E&N FN Spon, 2rd Edition, London,

UK

Departemen Pekerjaan Umum, 1990,

Metoda Pembuatan dan Perawatan

Benda Uji Beton Di Laboratorium,

(SK SNI M-62-1990-03), Yayasan

Penyelidikan Masalah Bangunan,

Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum, 1992, Tata

Cara Pembuatan Rencana Campuran

Beton Normal, (SNI 03-2834-1992),

Yayasan LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, 1993, Tata

Cara Rencana Pembuatan Campuran

Beton Ringan dengan Agregat Ringan

(SK SNI T-09-1993-03), Yayasan

LPMB, Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum, 1993,

Standar Tata Cara Perhitungan

Sturktur Beton Untuk Bangunan

Gedung (SK SNI T-15-1991-03),

Yayasan LPMB, Bandung.

Dipohusodo, I., 1994, Struktur Beton

Bertulang, PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta

Direktorat Penyelidikan Masalah

Bangunan, 1971, Peraturan Beton

Betulang Indonesia 1971 N.I. – 2,

Yayasan Dana Normalisasi Indonesia,

Bandung.

Mulyono, Tri, 2004, Teknologi Beton, edisi

I, ANDI, Yogyakarta.

Murdock, L.J., dan Brook, K. M., 1986,

Bahan dan Praktek Beton, edisi ke-4,

Erlangga, Jakarta

Nawy, E. G, 1998, Beton Bertulang Suatu

Pendekatan Dasar, Cetakan II, P.T,

Refika Aditama, Bandung

Neville, AM., 1975, Properties of

Concrete, 2nd

ed, The English

Language Book Society and Pitman

Publishing, London.

Nugraha, Paul, dan Antoni, 2007,

Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.

Pranata, Eka., 2010, Studi Pengaruh

Penambahan Slag dan Fly Ash

Sebagai Bahan Aditif di Finish Mill

Pabrik Semen Komposit, Skripsi

fakultas teknologi industri Institut

Teknologi Sepuluh Nopember,

Surabaya.

Pontoh, Sulbiyanti. 2009. Analisis Kuat

Tekan Beton dengan Aditif Kapur dan

Fly Ash ex. PLTU Mpanau. Skripsi

Fakultas Teknik Sipil Universitas

Tadulako, Palu.

Tjokrodimuldjo, K., 1996, Teknologi

Beton, Nafiri, Yogyakarta.