10
VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008 Tobing ISL 43 TEKNIK ESTIMASI UKURAN POPULASI SUATU SPESIES PRIMATA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRACT Population size is very important data on wildlife conservation management. To abundance of the species together habitat quality usually used as basic parameter for the existencies of wildlife. To estimates accurate population on primates species is very difficult, this mainly due to the techniques of collecting data. Total count method is the best to be implemented, however, this possible only in small areas or for non-mobile animal. For mobile animal like primates or other wild animal in large area, we need to use another method. This paper will discussed and analyse different method that can be use to measured population size of the primate in the wild. Keywords : population, tecnics, primates PENDAHULUAN Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama (takson tertentu) serta hidup/menempati kawasan tertentu pada waktu tertentu. Suatu populasi memiliki sifat-sifat tertentu; seperti kepadatan (densitas), laju/tingkat kelahiran (natalitas), laju/tingkat kematian (mortalitas), sebaran umur dan sex (rasio bayi, anak, individu muda, dewasa dengan jenis kelamin betina atau jantan), dll. Sifat-sifat ini dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui / memahami kondisi suatu populasi secara alami maupun perubahan kondisi populasi karena adanya pengaruh perubahan lingkungan. Sebagai salah satu sifat populasi, densitas merupakan cerminan ukuran populasi (jumlah total individu) yang hidup dalam kawasan tertentu. Ukuran populasi suatu spesies sangat penting diketahui; selain untuk mengetahui kekayaan/kelimpahannya di suatu kawasan (alam), ukuran populasi merupakan data dasar untuk menilai kemungkinan kelangsungan atau keteran- caman keberadaannya di alam, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan manajemen satwaliar. Ukuran populasi dapat juga digunakan sebagai dasar dalam pendugaan kualitas lingkungan (habitat); walaupun secara umum tidak akan lebih baik bila didasarkan pada keanekaragaman. Peru- bahan ukuran populasi dalam suatu kawasan tertentu dapat merupakan indikasi terjadinya perubahan kualitas lingkungan. Peningkatan ukuran populasi dapat terjadi bila kondisi lingkungan membaik, paling tidak daya dukung lingkungan masih memungkinkan berkembangnya populasi; sebaliknya, penurunan ukuran populasi akan terjadi bila kondisi lingkungan memburuk. Ukuran (perubahan) populasi, walaupun dapat dijadikan sebagai dasar pendugaan kualitas lingkungan suatu kawasan tertentu, tetapi tidaklah “fair” bila digunakan untuk menilai/menduga perbe-

jurnal populasi

Embed Size (px)

Citation preview

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL 43

    TEKNIK ESTIMASI UKURAN POPULASISUATU SPESIES PRIMATA

    Imran SL TobingFakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta

    ABSTRACT

    Population size is very important data on wildlife conservation management. Toabundance of the species together habitat quality usually used as basic parameterfor the existencies of wildlife. To estimates accurate population on primatesspecies is very difficult, this mainly due to the techniques of collecting data. Totalcount method is the best to be implemented, however, this possible only in smallareas or for non-mobile animal. For mobile animal like primates or other wildanimal in large area, we need to use another method. This paper will discussedand analyse different method that can be use to measured population size of theprimate in the wild.

    Keywords : population, tecnics, primates

    PENDAHULUAN

    Populasi adalah sekelompokorganisme yang mempunyai spesies sama(takson tertentu) serta hidup/menempatikawasan tertentu pada waktu tertentu.Suatu populasi memiliki sifat-sifat tertentu;seperti kepadatan (densitas), laju/tingkatkelahiran (natalitas), laju/tingkat kematian(mortalitas), sebaran umur dan sex (rasiobayi, anak, individu muda, dewasa denganjenis kelamin betina atau jantan), dll.Sifat-sifat ini dapat dijadikan sebagaiparameter untuk mengetahui / memahamikondisi suatu populasi secara alamimaupun perubahan kondisi populasi karenaadanya pengaruh perubahan lingkungan.Sebagai salah satu sifat populasi, densitasmerupakan cerminan ukuran populasi(jumlah total individu) yang hidup dalamkawasan tertentu.

    Ukuran populasi suatu spesiessangat penting diketahui; selain untukmengetahui kekayaan/kelimpahannya di

    suatu kawasan (alam), ukuran populasimerupakan data dasar untuk menilaikemungkinan kelangsungan atau keteran-caman keberadaannya di alam, dan hal-hallain yang berhubungan dengan manajemensatwaliar. Ukuran populasi dapat jugadigunakan sebagai dasar dalam pendugaankualitas lingkungan (habitat); walaupunsecara umum tidak akan lebih baik biladidasarkan pada keanekaragaman. Peru-bahan ukuran populasi dalam suatukawasan tertentu dapat merupakan indikasiterjadinya perubahan kualitas lingkungan.Peningkatan ukuran populasi dapat terjadibila kondisi lingkungan membaik, palingtidak daya dukung lingkungan masihmemungkinkan berkembangnya populasi;sebaliknya, penurunan ukuran populasiakan terjadi bila kondisi lingkunganmemburuk.

    Ukuran (perubahan) populasi,walaupun dapat dijadikan sebagai dasarpendugaan kualitas lingkungan suatukawasan tertentu, tetapi tidaklah fair biladigunakan untuk menilai/menduga perbe-

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL 44

    daan kualitas lingkungan (habitat) antardua/lebih kawasan. Bila ingin memban-dingkan dua/lebih kawasan berdasarkanpopulasi suatu spesies yang hidup dimasing-masing kawasan, maka luasmasing-masing kawasan harus diperhitung-kan. Oleh karena itu, parameter pemban-ding bukan lagi ukuran populasi, tetapiadalah densitas (jumlah individu per satuanluas). Densitas yang tinggi dapat merupa-kan indikasi bahwa kondisi lingkungan(habitat) yang ditempati adalah lebih baikdibandingkan dengan lingkungan yangditempati oleh populasi dengan densitaslebih rendah; setidaknya, lingkungantersebut relatif lebih baik bagi spesiesbersangkutan.

    Ukuran populasi dan densitasmerupakan parameter populasi yang salingberkaitan. Bila densitas diketahui, makaukuran populasi dalam suatu kawasan akandapat diduga; demikian juga sebaliknya.Berbagai metode telah banyak dikemuka-kan untuk estimasi populasi; beberapadapat diterapkan untuk berbagai spesiestetapi beberapa metode umumnya hanyadigunakan untuk spesies (takson) tertentusaja.

    Estimasi ukuran populasi secaraakurat sangat susah dilakukan, danmemerlukan teknik/metode tersendiri.Metode-metode yang digunakan secaraumum dapat diklasifikasikan ke dalam 3(tiga) golongan, yaitu : penghitunganseluruh anggota populasi secara langsung,pendugaan ukuran populasi berdasarkandensitas, dan pendugaan berdasarkantanda-tanda khas (dari suatu spesies) yangditinggalkan. Estimasi ukuran populasipada spesies-spesies primata juga demikianhalnya, dapat dilakukan dengan berbagaimetode; namun demikian, metode yangpaling umum digunakan adalah yangdidasarkan pada densitas, terutama metodejalur (line transects method). Tulisan iniakan membahas tentang berbagai metode

    yang memungkinkan diterapkan untukpenentuan/ pendugaan ukuran populasisuatu spesies primata, terutama spesies-spesies primata yang ada di Indonesia.

    METODE TOTAL COUNT

    Ukuran populasi suatu spesiesprimata akan diketahui bila dilakukanpenghitungan secara langsung dan menye-luruh (total counts / direct counts) terhadapsemua individu (anggota populasi) yangada dalam suatu kawasan. Metode inimerupakan teknik paling akurat dalammenentukan ukuran populasi (primata);sehingga bila masih memungkinkan untukditerapkan merupakan metode terbaikuntuk dipilih.

    Penerapan metode ini umumnyadilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :1. Membagi kawasan menjadi beberapa

    blok (block counts), dan menghitungjumlah individu yang ada pada setiapblok secara berurutan. Cara lain jugadapat dilakukan dengan menghitung diblok berbeda secara bersamaan olehbeberapa observer.

    2. Menyisir kawasan (memerlu-kanbanyak observer) dengan berbarisdalam posisi shaf dan berjalanserentak menelusuri seluruh kawasanuntuk mendeteksi dan menghitunganggota populasi.

    Metode ini dapat digunakansekaligus untuk mengetahui pola sebaranpopulasi dalam kawasan serta sebaranumur dan sex dari populasi tersebut;namun demikian, metode total countshanya akan akurat bila selama pelaksanaantidak ada individu yang berpindah ataubersembunyi sehingga tidak terdeteksi /terhitung. Total counts akan baik dan cepatbila diterapkan di daerah terbuka;sebaliknya akan banyak kendala (dalammendeteksi populasi) bila diterapkan di

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL 45

    kawasan hutan, sehingga akan mempunyaibias yang besar. Selanjutnya, jika arealyang diamati luas maka relatif akan susahdilaksanakan dalam suatu waktu yangbersamaan.

    Bila kendala-kendala tersebutdiprediksi akan ditemukan dalam pelaksa-naan, sangat tidak dianjurkan untuk meng-gunakan metode ini; carilah metode lainyang lebih sesuai dan dapat diterapkanuntuk tercapainya tujuan.

    ESTIMASI BERDASARKANDENSITAS

    Penghitungan menyeluruh terhadapsemua anggota populasi (primata) dalamsuatu kawasan sangat jarang dilakukan;karena pelaksanaannya sangat tidak efisien;atau bahkan mustahil dilakukan padakawasan yang luas di hutan. Oleh karenaitu, diperlukan suatu metode yang dapatdigunakan secara praktis untuk mempra-kirakan ukuran populasi suatu spesies(primata) pada kawasan tertentu.

    Estimasi ukuran populasi dapatdilakukan (berdasarkan densitas yangdiperoleh) dengan hanya mengamatisebagian dari kawasan yang hendak diduga;namun demikian daerah contoh harus dapatmewakili seluruh kawasan. Beberapasumber menyarankan agar areal (contoh)yang diamati mencapai 10 15 % dari luastotal kawasan yang hendak diduga; tetapibeberapa berpendapat bahwa estimasiukuran populasi sudah cukup akurat hanyadengan mengamati areal contoh seluas 5 %dari luas total kawasan yang hendakdiduga. Namun demikian, yang palingpenting dijadikan sebagai patokanpersyaratan agar data yang diperolehberlaku umum untuk seluruh kawasanadalah bahwa areal contoh harus dapatmewakili seluruh kondisi kawasan studi;seperti tipe habitat, kualitas habitat,

    ketinggian dan topografi, serta parameter-parameter lain (yang terjadi di dalamkawasan) yang dapat mempengaruhi kebe-radaan / kehadiran dan/atau kelangsunganhidup spesies yang hendak diduga.

    Densitas yang akan digunakanuntuk penghitungan / pendugaan populasididapatkan dengan melakukan pengamatandi areal contoh berupa jalur (transek) yangsudah ditentukan sebelumnya. Jumlah danpanjang jalur tidaklah begitu penting(asalkan telah terwakili semua kondisi)karena data yang akan dicari adalahdensitas (kepadatan). Jarak antar jalurditetapkan dengan pertimbangan bahwaprimata yang terdeteksi dari suatu jalurtidak akan terdeteksi dari jalur lainnya(yang berdekatan) dalam waktu yangbersamaan, seandainya pengamatan dilaku-kan secara bersamaan oleh dua observer didua jalur. Dengan demikian, akan ter-hindar bahwa satu individu (kelompok)akan terhitung dua kali.

    Pengamatan dilakukan denganberjalan konstan (sekitar 500 m/jam)menelusuri jalur (areal contoh), danmenghitung individu yang terdeteksi, sertamencatat data-data yang diperlukan tentangjalur (sesuai dengan model penerapan yangdianut). Dalam penerapannya, tekniktransek mempunyai variasi-variasi sesuaidengan faham tentang lebar jalur efektifyang digunakan untuk penghitungan luastransek.

    A. Transek dengan lebar jalur tetap(Fixed-width transects)

    Metode ini menganut faham bahwalebar jalur yang diamati untuk mendeteksidan menghitung (jumlah individu) primataadalah konstan (tetap sepanjang jalur).Lebar jalur ditetapkan sebelum pengamatanyang disesuaikan dengan kemampuandeteksi observer terhadap spesies primata

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL

    tertentu (yang hendak diamati) padakondisi kawasan studi.

    Umumnya lebar jalur yang dianutdalam metode ini adalah 100 meter; denganasumsi bahwa peneliti dapat mendeteksikeberadaan primata dalam jarak 50 meterdi kiri jalur dan 50 meter di kanan jalur.Tetapi tidaklah harus demikian; karenayang terpenting dalam penetapan lebarjalur adalah kita harus yakin bahwa semuaindividu yang berada dalam jalur (denganlebar jalur yang kita tetapkan) dapatterdeteksi. Oleh karena itu, lebar jaluruntuk penelitian spesies tertentu (misalnyalutung jawa / Trachypithecus auratus)tidak harus sama bila yang diamati adalahspesies lain (misalnya orangutan / Pongosp. atau owa jawa / Hylobates moloch),karena daya deteksi observer tidaklah samaterhadap setiap spesies primata (kemam-puan observer untuk mendeteksi lutungtidak sama dengan kemampuan untukmendeteksi orangutan). Hal ini dapatterjadi antara lain karena perbedaan ukurantubuh maupun aktifitas antar spesiesprimata. Selanjutnya, lebar jalur juga tidakharus sama walaupun kita mengamatispesies tertentu saja (misalnya surili /Presbytis comata) tetapi di lokasi / habitatberbeda. Lebar jalur konstan yang akandiamati di hutan yang pepohonannya jarangdapat lebih lebar dibandingkan di hutanyang pepohonannya rapat.

    Metode ini akan baik digunakanpada kondisi kawasan yang homogen;sebaliknya akan kurang baik diterapkanpada kondisi heterogen karena kemampuandeteksi (jarak pandang) observer padakondisi yang berbeda tidak akan sama.Oleh karena itu, di kawasan hutan tropiktermasuk di Indonesia; metode fixed-width transects relatif jarang digunakan.

    Densitas akan diperoleh denganmembagi jumlah total individu yangditemukan dengan luas areal contoh yang

    diamati; seperti diformulasikan dalamrumus berikut,

    B. Metode jalur(Line transects method)

    Metode jalur merupakan metodeyang paling umum dan paling seringdigunakan dalam menduga densitas(kepadatan) dan ukuran populasi suatuspesies primata; ataupun untuk mem-bandingkan densitas suatu spesies primataantar dua/lebih kawasan. Metode jalurlebih dipilih dibandingkan dengan metodefixed-width transects karena lebih adaptifdi kondisi habitat heterogen karena lebarjalur efektif (kawasan yang mampudiamati) akan berbeda sesuai dengankond

    nganasum akanterlih tamaberk tnyajarakPenedibantransanalibaikterhatenandapa

    d = N / Lj x Pj

    Keterangan :d = densitas (kepadatan)N = total individu yang terdeteksi

    di dalam jalurLj = Lebar jalurPj = Panjang jalurisi hutan/habitat.Metode jalur digunakan de

    si bahwa beberapa individu tidakat oleh observer, yang teru

    orelasi dengan semakin meningka46

    hewan target dengan observer.rapan metode ini adalah lebih praktisdingkan dengan metode fixed-width

    ects tetapi lebih tidak akurat dalamsis statistika. Metode jalur kurangdigunakan untuk populasi kecil ataudap suatu spesies yang dapat bergerakg atau bersembunyi sehingga tidak

    t terdeteksi saat pengamatan.

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL

    Penerapan metode jalur mempunyai bebe-rapa variasi berdasarkan penentuan lebarjalur efektif.

    1. Penentuan lebar jalur dengan jaraktegak lurus (perpendicular distances)

    Lebar jalur, dengan metode ini,ditentukan berdasarkan jarak antaraprimata target dan jalur secara tegak lurus(Y). Untuk mengetahui Y, dilakukandengan mengukur jarak langsung antarapengamat (observer) dan posisi primatatarget (D) serta mengukur sudutperpotongan antara garis D dan jalur.Dengan persamaan Phytagoras, makapanjang Y dapat ditentukan. Estimasipopulasi dapat dilakukan denganpersamaan,

    .

    Bila menggunakan metode ini; saatpengamatan observer harus mencatat :a. Panjang jalur yang ditempuh (meter)b. Jarak langsung (D = direct distance)

    antara observer dan primata (meter)c. Sudut antara garis khayal observer-

    primata dan jalur (derajat)d. Jumlah individu primata

    2. Kelkers method

    Lebar jalur ditentukan berdasarkankurva (histogram) seluruh Y (dari semuapertemuan dengan primata); jarak terjauh(Y) yang masih dapat mendeteksi individudengan konsisten ditetapkan sebagaipenentu lebar jalur. Estimasi populasidapat dilakukan dengan persamaan,

    Bila menggunakan metode ini; saatpengamatan oba. Panjang ja er)b. Jarak lang r dan

    primata (mc. Sudut antara garis khayal observer-

    primata dan jalur (derajat)d. Jumlah individu primata

    3. Kings method

    Lebar jalur ditentukan berdasarkanjarak langsung (D) antara observer danprimata target. Estimasi populasi dapatdilakukan dengan persamaan,

    Bila menggunakan metode ini; saatpengamatan observer harus mencatat :a. Panjang jalur yan r)b. Jarak langsung

    primata (meter)c. Jumlah individu p

    4. Webbs method

    Lebar jalur dinilai Y yang diperkidan sudut . Estidilakukan dengan per

    Bila menggunpengamatan observer1. Panjang jalur yan

    d = N / 2XY dan EP = NA/2XY

    d = N / 2XY dan EP = NA / 2XY

    d = N / 2XD dan EP = NA / 2XD

    d = N

    EP = NA / 2Xg ditempuh (meteserver harus mencatat :lur yang ditempuh (metsung (D) antara observeeter)47

    antara observer dan

    rimata

    tentukan berdasarkanrakan berdasarkan Dmasi populasi dapatsamaan,

    akan metode ini; saatharus mencatat :g ditempuh (meter)

    / 2XY

    Y Y = D sin

    .

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL

    2. Jarak langsung (D) antara observer danprimata (meter)

    3. Sudut antara garis khayal observer-primata dan jalur (derajat)

    4. Jumlah individu primata

    5. Haynes method

    Lebar jalur ditentukan ber-dasarkanjarak antara primata target dan jalur secarategak lurus (D). Nilai-nilai tersebut,diklasifikasikan menjadi beberapa rentang;mis : 0 D110 m; 10 D220 m; 20 D330 m; dst. Estimasi populasi dapatdilakukan dengan persamaan,

    Bila menggunakan metode ini; saatpengamatan observer harus mencatat :a. Panjang jalur yang ditempuh (meter)b. Jarak langsung antara observer dan

    primata (meter)c. Sudut antara g bserver-

    primata dan jalud. Jumlah individu

    Simbol-simbuntuk semua rumus a

    Beberapa kriteria utama yang harusdipenuhi dalam penerapan teknik transekadalah :1. Hanya digunakan untuk satu spesies

    pada waktu tertentu,2. Jarak antar transek harus mem-

    prakirakan agar tidak ada kemung-kinan menghitung individu yang samalebih dari satu kali,

    3. Pengamatan dilakukan dengan berjalankonstan, dan

    4. Waktu pengamatan disesuaikandengan pola aktivitas spesies.

    Metode yang berbeda akan meng-hasilkan estimasi yang berbeda pula;sehingga bila membandingkan estimasiukuran populasi (densitas) antar lokasi atauantar waktu (monitoring) harus berdasar-kan (menggunakan) metode yang samaagar hasilnya akurat

    ESTIMASI BERDASARKANTANDA-TANDA KHAS

    d = X(Nn / Dn)EP = X (Nn / Dn) x A.

    d = densitasN = total individu

    saat pengamaX = panjang jalurY = jarak antara p

    (yang terdetesecara tegak

    D = jarak antara ppertama kaliobserver (rat

    = sudut antara gprimata targe

    A = luas total kawdiduga

    EP = Estimasi ukaris khayal or (derajat)48

    primata

    ol yang digunakandalah,

    Tanda-tanda yang dapat digunakansebagai dasar dalam estimasi populasiadalah yang bersifat spesifik. Padaprimata, tanda tersebut dapat berupa suara;seperti pada owa (Hylobates spp.) dansiamang (Symphalangus syndactylus) atauberupa sarang; seperti sarang orangutan(Pongo pygmaeus).

    A. Estimasi berdasarkan suara

    Metode ini hanya dapat mendugajumlah kelompok, karena tidak semuaindividu mengeluarkan suara yang dapatdideteksi dengan baik. Estimasi populasi(jumlah kelompok) dilakukan dengan

    yang terdeteksitan

    rimata targetksi) dan jalurlurus (rataan)rimata target saat

    terdeteksi danaan)aris observer/t dan jalurasan yang akan

    uran populasi

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL

    meng-hitung suara yang terdeteksi padaareal berbeda, namun akan sangat sulitkarena observer harus tahu betul perbedaansuara antar individu. Metode ini mungkinhanya akan efektif bila menggunakan alatperekam suara yang dapat mem-bedakansuara antar individu melalui frekuensisuara.

    Suara-suara yang terdeteksi jugadapat dipetakan menggunakan tekniktriangulasi secara bersamaan oleh beberapaobserver (menggunakan kompas) dalamwaktu bersamaan dari lokasi berlainan padapeta lapang (yang baik); untuk estimasipopulasi. Teknik triangulasi dilakukanuntuk menentukan posisi dari primata yangbersuara. Dengan memetakannya, kitaakan dapat menduga areal mana saja yangdihuni oleh spesies primata tersebut.

    Penggunaan metode ini akan lebihefektif bila dilakukan terhadap populasidengan densitas rendah dan/atau spesiesyang menjelajah dengan sistem territorial.Penerapan metode ini pada populasidengan densitas tinggi, akan menemuikesulitan untuk mendeteksi dan menentu-kan lokasinya secara tepat bila pada waktubersamaan banyak yang bersuara.Sebaliknya, akan tidak efektif bila spesiesprimata yang dideteksi tidak/jarangbersuara.

    B. Estimasi berdasarkan sarang

    Spesies primata (Indonesia) yangmembangun sarang, baik untuk tidur dimalam hari maupun untuk istirahat di sianghari hanya orangutan. Jumlah sarang yangditemukan di suatu kawasan dapatdijadikan sebagai dasar dalam mendugaukuran populasi. Metode yang digunakanuntuk mendata jumlah sarang (orangutan)adalah metode jalur (line transectsmethod); demikian juga estimasi populasidilakukan dengan rumus yang digunakandalam metode jalur tetapi telah mengalami

    modifikasi dengan memperhitungkan ber-bagai faktor yang mempengaruhi jumlahsarang yang terhitung.

    Estimasi populasi dilakukan denganrumus :

    jabsaokp(k(imsejisuinSusaUinseuse

    d = N / (X.2Y.p.r.t)

    Keterangan :

    d = densitas;N = jumlah total sarang yang ditemukan di jalur;X = panjang jalur;Y = rataan jarak sarang ke jalur secara tegak

    lurus;p = proporsi anggota populasi yang

    membangun sarang;r = rataan jumlah sarang yang dibangun

    oleh individu setiap hari;t = lama sarang tetap terdeteksi/ terlihat visibel

    (dalam hari).Modifikasi terhadap rumus metodelur dilakukan karena pertimbanganahwa, jumlah sarang yang ditemukanngat tergantung dengan kondisi populasi

    rangutan dan kondisi fisik dalamawasan. Kondisi populasi yang mem-engaruhi jumlah sarang adalah sebaranomposisi) umur dan sex; bahwa bayinfant) dan individu muda (juvenile) tidakembangun sarang sehingga nilai p akanlalu lebih kecil dari 100 %. Misalnya

    ka terdapat satu individu muda dalam49

    atu populasi yang beranggotakan 10dividu, maka nilai p adalah 0,9.elanjutnya setiap individu yang berbedamur dan sex umumnya membangunrang dalam jumlah bervariasi setiap hari.mumnya sarang yang dibangun olehdividu dewasa adalah 1 2 buah dalamhari yaitu untuk istirahat di siang hari dan

    ntuk tidur di malam hari; walaupun tidaklalu demikian. Adakalanya individu

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL 50

    tidak membangun sarang baru, tetapimemanfaatkan sarang lama walaupundengan memperbaruinya. Jadi nilai r relatifbervariasi, tergantung pada komposisiumur dan sex dari populasi dalam suatukawasan. Selanjutnya kondisi fisik yangmempengaruhi jumlah sarang adalah per-bedaan jenis pohon sarang serta temperaturdan kelembaban yang mempengaruhiketahanan sarang. Dengan demikian nilai ttidak akan sama antar kawasan yangberbeda; tergantung pada berapa lama(hari) sarang dapat bertahan dan tetapterlihat dengan baik.

    Metode ini diterapkan oleh Schaiket al. (1995) di Taman Nasional GunungLeuser Aceh Tenggara. Berdasarkanpengalaman dan hasil-hasil penelitiansebelumnya di daerah sekitar kawasanterduga, Schaik et al (1995) mengindikasi-kan bahwa :1. Proporsi individu yang membangun

    sarang (p) adalah 0,9 (karena dalamsepuluh individu terdapat satu individuanak yang belum membangun sarang).

    2. Jumlah sarang (rataan) yang dibangunsetiap hari oleh satu individu (r) adalah1,7

    3. Lama sarang tetap terdeteksi (umursarang) (t) adalah 73 hari

    Bila nilai p, r, dan t dalam suatukawasan tertentu belum diketahui; makaestimasi ukuran populasi berdasarkan datasarang di kawasan tersebut tidak dapatdilakukan. Bila nilai p, r, dan t ditentukanberdasarkan nilai dari daerah lain(walaupun dengan asumsi bahwa tipe dankondisi habitat adalah sama), estimasipopulasi tetap tidak akan akurat; karenakondisi populasi maupun umur sarangmaksimal belum tentu akan sama. Olehkarena itu; estimasi ukuran populasiorangutan berdasar-kan data sarang hanyaakan akurat bila data p, r, dan t di kawasan

    yang hendak diduga, telah diketahuisebelumnya.

    Bila penelitian dilakukan secaraberulang dalam selang waktu tertentu(monitoring) maka umur sarang (t) yangdigunakan dalam rumus estimasi ukuranpopulasi seperti tersebut, tidak lagimerupakan umur sarang maksimal (lamasarang tetap terdeteksi), tetapi merupakanlama (jumlah hari) selang dilakukanmonitoring. Selanjutnya; sarang yangdidata hanyalah sarang (baru) yang dibuatdalam selang waktu satu bulan tersebut,sedangkan sarang lama tidak disertakandalam data. Oleh karena itu, populasiterduga juga hanya merupakan jumlahindividu yang datang memanfaatkankawasan dalam selang waktu tersebut. Bilaselang waktu monitoring adalah satu bulan(30 hari), maka nilai t adalah 30 hari, dansarang yang didata harus hanya sarang yangdibuat dalam kurun waktu 30 hari tersebut;dengan demikian populasi terduga adalahjumlah individu yang memanfaatkankawasan selama satu bulan tersebut.

    Bila monitoring terus dilakukandalam selang waktu tertentu secarakontinyu hingga semua musim terwakili,dan hanya mendata sarang baru(pertambahan sarang di kawasan); tentunyametode ini akan lebih akurat dalammenduga populasi orangutan. Namundemikian; dengan hanya melakukan satukali pengulanganpun tetap dapat dijadikansebagai data pembanding antar kawasanuntuk menilai kawasan mana yang palingsering dimanfaatkan oleh orangutan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Metode paling akurat dalam peng-hitungan/estimasi populasi primata adalahmetode total counts; tetapi penerapanmetode ini sangat tidak praktis untukkawasan luas dan dalam kondisi hutan di

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL 51

    Indonesia. Metode praktis yang dapatditerapkan untuk estimasi populasi adalahdengan teknik transek / metode jalur (LineTransects Method), tetapi areal contohyang diamati harus dapat mewakili semuakondisi kawasan agar data yang diperolehtidak menjadi bias. Metode Jalur palingmemungkinkan diterapkan adalah KingsMethod

    Setiap metode akan menghasilkanestimasi ukuran populasi yang berbeda;oleh karena itu, bila melakukan komparasipopulasi dan/atau melakukan monitoringterhadap suatu populasi harus didasarkan /dilakukan dengan metode yang sama.Selanjutnya pengamatan akan efektif biladilakukan hanya terhadap satu spesiesprimata (takson tertentu) pada satu waktupengamatan; karena bila dilakukan ter-hadap dua takson sekaligus, perhatianobserver akan terbagi dalam mendeteksi /mencari anggota populasi yang berada didalam jalur.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alikodra HS. Pengelolaan Satwaliar. JilidI. Departemen Pendidikan danKebudayaan, Direktorat JenderalPendidikan Tinggi, Pusat AntarUniversitas Ilmu Hayat. InstitutPertanian Bogor. 1990.

    Alikodra HS. Pengelolaan Satwaliar. JilidII. Diperbanyak oleh Pusat AntarUniversitas Institut Pertanian Bogor,bekerja sama dengan LembagaSumberdaya Informasi. InstitutPertanian Bogor. 1993.

    Buckland ST, DR Anderson, KP Burnham,and JL Laake. Distance sampling,estimating abundance of biological

    populations. Chapman and Hall.London. 1994.

    Caughley G and ARE Sinclair. WildlifeEcology and Management.Blackwell Science. Cambridge.1994.

    Greenwood JJD. Basic techniques. pp. 11-110. In : W. J. Sutherland, ed.Ecological Census Techniques. AHandbook. Cambridge UniversityPress. Cambridge. 1997.

    Rabinowitz AR. Wildlife Field Researchand Conservation Training Manual.The Wildlife Conservation Society.Bronx. New York. 1997

    Schaik CP van, A Priatna and D Priatna.Population estimates and habitatpreperence of orangutans based online transects of nest. pp. 129 147.In : Nadler, RD; BMF Galdikas; LKSheeran, and N Rosen (Eds.), TheNeglected Ape. Plenum Press. NewYork & London. 1995.

    Sugardjito J, H Sinaga and M Yoneda.Survey of the distribution and densityof primates in Gunung HalimunNational Park West Java, Indonesia.Research and Conservation ofBiodiversity in Indonesia. Volume II: The Inventory of Natural Resourcesin Gunung Halimun National Park.Biodiversity Conservation Project inIndonesia. A Joint Project with LIPI,PHPA and JICA. Bogor. 1997.

    Supriatna J, A Yanuar, Martarinza, HTWibisono, R Sinaga, I Sidik and SIskandar. Population survey of long-tailed and pig-tailed macaques(Macaca fascicularis and Macacanemestrina) in Southern Sumatera.

  • VIS VITALIS, Vol. 01 No. 1, tahun 2008

    Tobing ISL 52

    Congress of the InternationalPrimatological Society, 3-8 August1994, Kuta-Bali. Indonesia. 1994.

    Sutherland WJ. Why Census ? pp. 1 10.In : Sutherland, WJ (Ed.), EcologicalCensus Technique. A Handbook.Cambridge University Press. 1997.

    Sutherland WJ. Mammals. pp. 260 280.In : Sutherland, WJ (Ed.), EcologicalCensus Technique. A Handbook.Cambridge University Press. 1997.

    Sutherland WJ. The twenty commonestcensusing sins. pp. 317 318. In :

    Sutherland, WJ (Ed.), Ecological CensusTechnique. A Handbook.Cambridge University Press. 1997.

    Tobing ISL. Perbandingan populasi Owa(Hylobatidae) antara hutan primerdan hutan bekas tebangan diKalimantan Tengah dan KalimantanSelatan. Makalah disampaikan padaSimposium dan Seminar NasionalPrimata, di Safari Garden CisaruaBogor 13-14 Oktober 1993.

    Tobing ISL. Pengaruh Perbedaan KualitasHabitat Terhadap Perilaku danPopulasi Primata di KawasanCikaniki, Taman Nasional GunungHalimun, Jawa Barat. ThesisProgram Magister Sains; JurussanPengelolaan Sumberdaya Alam danLingkungan, Institut Pertanian Bogor.1999.

    Tobing ISL. Analisis populasi primatapada habitat dengan kualitas berbedadi kawasan Cikaniki TNGH JawaBarat. Ilmu dan Budaya. XXI Juli2001.

    WCS. Wildlife field research andconservation training manual.Unpubl. Copies available from : TheWildlife Conservation Society,International Conservation 185th St.& Southern Blvd. Bronx, NY10460.1099.

    Wibisono HT. Survei populasi primata diGunung Honje, Taman NasionalUjung Kulon Jawa Barat. MakalahLokakarya Rencana PengkajianKonservasi dan Pengelolaan SatwaPrimata Taman Nasional UjungKulon, 5-6 Juni 1995, Sawangan-Jawa Barat. 1995.