18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK AUTIS Nama : Panca Dewi Astuti NIM : K5112054 Email : [email protected] No. HP : 085743458783 Pembimbing : 1. Dr. Abdul Salim M.Kes 2. Mohammad Anwar, M.Pd FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SURAKARTA 2016

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA

EFEKTIVITAS METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK AUTIS

Nama : Panca Dewi Astuti

NIM : K5112054

Email : [email protected]

No. HP : 085743458783

Pembimbing : 1. Dr. Abdul Salim M.Kes

2. Mohammad Anwar, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SURAKARTA

2016

Page 2: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

THE EFFECTIVENESS OF TOTAL PHYSICAL RESPONSE METHOD IN

IMPROVING LANGUAGE SKILL OF CHILD WITH AUTISM

Panca Dewi Astuti, Abdul Salim, Mohammad Anwar

Pendidikan Luar Biasa, FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 57126, Indonesia

[email protected]

Abstract

The objective of this research is to investigate the impact of Total Physical Response

method in improving receptive and expressive language skills of 2nd

grade student with

autism in SLB Negeri Surakarta on academic year 2015/2016. This research applied

quantitative study with experimental method. Experimental approach applied in this research

was Single Subject Research. The subject of this research was a student with autism in 2nd

grade class of SLB Negeri Surakarta. The data research was obtained by performing

observation and interview. Collected data was analyzed by performing descriptive statistic

method which then was displayed in graphic. The components were analyzed by within

condition and between condition analysis. The result of data analysis showed that TPR

method influenced the receptive and expressive language skills improvement of subject RR. In

conclusion, Total Physical Response method is effective in improving receptive and

expressive language skills of 2nd

grade child student with autism in SLB Negeri Surakarta on

academic year 2015/2016.

Keywords: Total Physical Response method, receptive and expressive language,

student with autism.

Page 3: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEKTIVITAS METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK AUTIS

Panca Dewi Astuti, Abdul Salim, Mohammad Anwar

Pendidikan Luar Biasa, FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 57126, Indonesia

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan metode Total Physical

Response (TPR) terhadap peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif siswa autis

kelas 2 di SLB Negeri Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk

penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Pendekatan ekperimen yang

digunakan adalah pendekatan Single Subject Research. Subjek penelitian seorang siswa autis

kelas 2 di SLB Negeri Surakarta. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk

grafik. Komponen-komponen yang dianalisis yaitu analisis dalam dan antar kondisi. Hasil

analisis data menunjukkan adanya pengaruh penerapan metode TPR terhadap peningkatan

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif subjek RR. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa metode Total Physical Response efektif dalam meningkatkan kemampuan bahasa

reseptif dan ekspresif anak autis kelas 2 di SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

Kata kunci : metode Total Physical Response, bahasa reseptif dan ekspresif, anak autis.

Page 4: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENDAHULUAN

Autistik adalah gangguan

perkembangan neurobiologis yang

kompleks dan berlangsung seumur hidup.

Gangguan yang dialami meliputi gangguan

pada aspek perilaku, interaksi sosial,

komunikasi, dan bahasa serta gangguan

emosi persepsi sensorik bahkan pada aspek

motorik. Hal tersebut merupakan

kombinasi dari beberapa gangguan

perkembangan syaraf otak dan perilaku

anak yang muncul pada tiga tahun pertama

usia anak. Manifestasi gangguan pada

setiap anak autis ditunjukkan secara

beragam sehingga mereka memiliki

perilaku yang unik dan karakter yang

berbeda dari anak normal pada umumnya.

Salah satu bentuk gangguan yang paling

sering dialami oleh anak autis adalah

masalah dalam perkembangan bahasa. Ada

sejumlah perbedaan yang melekat pada

perkembangan bahasa anak autis

dibandingkan dengan perkembangan

berbahasa secara normatif.

Gangguan dalam perkembangan

bahasa yang dialami anak autis mencakup

dua aspek yaitu bahasa reseptif dan

ekspresif. Dalam kemampuan reseptif,

anak autis memiliki kesulitan dalam

memahami makna kata-kata orang lain

yang diucapkan kepadanya sehingga ia

kesulitan dalam melakukan tugas-tugas

tertentu. Anak autis tidak dapat

menggunakan kemampuan bahasa

ekspresif secara optimal yang ditunjukkan

dengan adanya kesulitan dalam

mengekspresikan keinginan dan perasaan

khususnya melalui bahasa lisan.

Hasil observasi pada seorang siswa

autis kelas 2 di SLB Negeri Surakarta

menunjukkan adanya kondisi anak autis

dengan gangguan berbahasa.

Perkembangan bahasa anak sangat

terlambat karena pada usia 13 tahun anak

belum menunjukkan kemampuan

berbicara. Anak bisa mengeluarkan suara,

akan tetapi suara yang dikeluarkan

terdengar tidak jelas dan sering tanpa arti.

Anak masih mengalami kesulitan dalam

menirukan kata-kata yang diajarkan.

Karena kurang dibiasakan untuk berbicara,

anak sulit mengungkapkan keinginannya

secara lisan sehingga guru dan orangtua

kurang bisa memahami keinginan dan

kebutuhan anak. Meskipun anak bisa

merespons saat namanya dipanggil, anak

kurang bisa memahami ucapan orang lain

dan memberi respons yang tepat karena

adanya kesulitan dalam memahami konsep

suatu kata. Dalam menjawab pertanyaan

sehari-hari, anak masih perlu diberi

prompt terlebih dahulu.

Berpijak dari permasalahan anak

autis dalam berbahasa, diperlukan

treatment untuk mengatasi masalah anak

autis dalam pengembangan bahasa reseptif

dan ekspresif. Anak autis mengalami

Page 5: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kesulitan dalam memahami kata-kata yang

diucapkan, sehingga akan lebih baik lagi

apabila pengajaran bahasa yang diberikan

pada anak autis melibatkan aktivitas fisik.

Pemilihan metode Total Physical

Response untuk meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif

anak autis didasarkan pada temuan

berbagai ahli dan praktisi pengajaran

bahasa yang menyatakan bahwaTotal

Physical Response merupakan salah satu

metode pengajaran bahasa yang efektif

karena melibatkan respon gerak tubuh

anak untuk mendapatkan pengetahuan.

Total Physical Response adalah

metode pengajaran bahasa yang

dikembangkan pertama kali pada tahun

1970-an oleh Asher,seorang profesor

psikologi di Universitas San Jose

California. Metode Total Physical

Response dilandaskan pada hasil

pengamatan terhadap cara yang digunakan

bayi untuk memperoleh bahasa ibunya,

yang berlangsung dalam bentuk anak-anak

memberi respon fisik oleh terhadap

instruksi orang-tua atau orang lain di

sekitar mereka. Berdasarkan analisis

terhadap berbagai penelitian mengenai

penerapan Total Physical Response,

Carruthers (2006) menyimpulkan bahwa

metode Total Physical Response efektif

digunakan dalam pengajaran bahasa asing

bagi anak-anak, danbagi orang dewasa

dengan melakukan beberapa adaptasi.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan

di dalam kelas dengan menggunakan

metode Total Physical Response

menunjukkan bahwa terdapat kemajuan

pada siswa secara statistik dalam

memahami kata-kata baru. Dengan

memahami makna kata-kata, anak bisa

memberi respon yang tepat terhadap

ucapan orang lain. Meskipun beberapa

penelitian telah menemukan bahwa

metode Total Physical Response efektif

dalam pengajaran bahasa asing dan juga

dalam peningkatan penguasaan kosakata,

metode ini belum pernah diterapkan untuk

meningkatkan kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif anak autis.

Tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh penerapan

metode Total Physical Response (TPR)

terhadap peningkatan kemampuan bahasa

reseptif dan ekspresif siswa autis kelas 2 di

SLB Negeri Surakarta Tahun Pelajaran

2015/2016.

Istilah “autisme” pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1943 oleh

seorang psikiater yang bernama Leo

Kanner. Dia menangani sekelompok anak-

anak dengan ciri-ciri yang sama yaitu

mengalami kelainan sosial yang berat,

hambatan komunikasi dan masalah

perilaku. Anak-anak yang ditanganinya

menunjukkan sifat menarik diri

(withdrawal), membisu, dengan aktivitas

repetitif (berulang-ulang) dan stereotipik

Page 6: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(klise) serta senantiasa memalingkan

pandangannya dari orang lain sehingga

tampak seperti hidup dalam dunia sendiri.

(YPAC, 2013: 6)

“Autisme mengacu pada gangguan

atau kelainannya sedangkan anak yang

mengalami gangguan autisme dinamakan

anak autis. Istilah autisme itu sendiri

berasal dari kata “auto” yang berarti

sendiri” (Handoyo, 2004: 12). Jadi anak

autis seakan-akan hidup di dunianya

sendiri. Mereka cenderung menarik diri

dari lingkungan dan asyik bermain sendiri.

Keasyikan terhadap dunianya sendiri

menyebabkan anak autis kurang bisa

berinteraksi dengan orang lain di

lingkungan. Yuniar (dalam Pamuji, 2007:

2) menyatakan bahwa “Autis adalah

gangguan kompleks, yang mempengaruhi

perilaku dengan akibat kekurangmampuan

berkomunikasi, hubungan sosial dan

emosional dengan orang lain, sehingga

sulit mempunyai keterampilan dan

pengetahuan yang diperlukan sebagai

anggota masyarakat”.

Berdasarkan berbagai definisi yang

telah dijelaskan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa autisme adalah gangguan

perkembangan kompleks pada sistem

syaraf pusat yang muncul dan tampak

sejak lahir maupun sebelum usia 3 tahun,

yang menyebabkan adanya hambatan

perkembangan pada interaksi sosial,

komunikasi baik verbal maupun non

verbal, dan perilaku yang menyebabkan

anak seolah hidup dalam dunianya sendiri.

Banyak hal yang menyebabkan

autisme. Secara umum autisme

disebabkan karena faktor biologis, faktor

psikososial, faktor keracunan logam

berat, faktor gangguan pencernaan,

penglihatan dan pendengaran serta faktor

autoimun tubuh. Selain itu, faktor

penyebab autisme juga bisa berasal dari

dalam diri sendiri saat proses

perkembangan.

Anak autis mempunyai

karakteristik yang merupakan perilaku

khas yang sering ditunjukkan jika ia

dihadapkan dengan suatu objek dan

situasi tertentu. Karakteristik anak autis

disebut juga dengan trias autistik yang

meliputi tiga gangguan yaitu gangguan

pada interaksi dengan lingkungan sekitar

(orang sekitar, obyek, dan situasi),

gangguan dalam komunikasi, dan

gangguan dalam berperilaku motorik,

minat yang terbatas, dan respon sensoris

yang kurang memadai (Yuniar dalam

Pamuji, 2007: 11). Berbagai gangguan

yang telah disebutkan bisa jadi tidak

semuanya ada pada anak autis. Bentuk

gangguan bisa beraneka ragam, sehingga

hambatan yang dimiliki anak autis yang

satu belum tentu sama dengan anak autis

lainnya.

Bahasa merupakan aspek penting

dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa,

Page 7: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seseorang akan mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi dan berinteraksi

dengan orang di sekitarnya. “Bahasa

adalah alat penghubung, alat komunikasi

anggota masyarakat untuk berpikir,

merasa, dan untuk mengembangkan ide

dari pemikiran, perasaan , dan keinginan,

baru terwujud bila dinyatakan. Dan alat

untuk menyatakan itu adalah bahasa”

(Badudu dalam Pamuji, 2007: 109).

Bahasa juga didefinisikan sebagai

komunikasi atau ekspresi pikir dan

perasaan, yang berwujud vokal, dan

merupakan kombinasi dari beberapa bunyi

atau simbol-simbol tertulis yang

mengandung arti (Webster dalam

Sardjono, 2005: 5).

Perkembangan bahasa memerlukan

fungsi reseptif dan ekspresif. “Fungsi

reseptif adalah kemampuan anak untuk

mengenal dan bereaksi terhadap seseorang,

terhadap kejadian di lingkungan

sekitarnya, mengerti maksud mimik dan

nada suara dan akhirnya mengerti kata-

kata” (Hariyono,2010:1). Tilton (dalam

Yuwono, 2012: 63) mengemukakan

bahasa reseptif adalah “Kemampuan

pikiran manusia untuk mendengarkan

bahasa bicara dari orang lain dan

menguraikan hal tersebut dalam gambaran

mental yang bermakna atau pola pikiran,

dimana dipahami dan digunakan oleh

penerima”. Sedangkan Maurice (dalam

Yuwono, 2012: 63) mendefinisikan

“Kemampuan bahasa reseptif adalah

kemampuan anak dalam mendengar dan

memahami bahasa.”

Kemampuan berbahasa reseptif

banyak mendukung pemerolehan bahasa

ekspresif di dalam pemerolehan informasi

atau pembelajaran suatu bahasa. Dalam

peristiwa komunikasi sering kali

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif

digunakan secara bersama-sama guna

mencapai tujuan komunikasi.

“Fungsi Ekspresif adalah

kemampuan anak mengutarakan

pikirannya, dimulai dari komunikasi

preverbal (sebelum anak dapat berbicara),

komunikasi dengan ekspresi wajah atau

mimik, gerakan tubuh, dan akhirnya

dengan menggunakan kata-kata atau

komunikasi verbal “ (Hariyono,2010:

1). Bahasa ekpresif adalah aspek penting

dalam kegiatan berkomunikasi verbal.

Bahasa ekspresif adalah penggunaan kata-

kata dan bahasa secara verbal untuk

mengkomunikasikan konsep atau pikiran.

Yuwono (2012: 66), mengungkapkan

“Bahasa ekspresif diartikan sebagai

kemampuan anak dalam menggunakan

bahasa baik secara verbal, tulisan, symbol,

isyarat ataupun gesture”. Kemampuan

bahasa ekspresif atau mengungkapkan

bahasa bagi anak artinya bukan hanya

mengeluarkan suara atau bunyi tetapi

bagaimana anak menyatakan keinginan,

kebutuhan, pikiran dan perasaan kepada

Page 8: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang lain.

“Bahasa erat kaitannya dengan

perkembangan berpikir individu.

Perkembangan pikiran individu tampak

dalam perkembangan bahasa yaitu

kemampuan membentuk pengertian,

menyusun pendapat, dan menarik

kesimpulan” (Pamuji, 2007: 110).

Perkembangan bahasa anak banyak terjadi

pada usia 0-5 tahun. Perkembangan bahasa

akan selalu mengalami peningkatan seiring

dengan meningkatnya usia anak.

Perkembangan bahasa anak sebaiknya

selalu diperhatikan dan diberi stimulasi

supaya bisa lebih optimal.

“Keterlambatan komunikasi dan

bahasa merupakan ciri yang menonjol

dan selalu dimiliki oleh anak autis.

Perkembangan komunikasi dan bahasa

anak autis sangat berbeda dengan anak

pada umumnya” (Yuwono,2012: 61).

Kesulitan komunikasi yang dialami anak

autis dikarenakan mereka mengalami

gangguan berbahasa (baik verbal maupun

non verbal). Sebagian besar dari mereka

dapat berbicara, namun tidak

menggunakan kemampuannya tersebut

untuk berkomunikasi, mereka lebih

sering mengucapkan kata-kata tidak jelas

(mengigau), tidak mampu menjawab

pertanyaan sederhana, sulit

mengungkapkan keinginannya secara

lisan, sulit mengikuti instruksi yang

diberikan dan sering melakukan echolalia

yaitu menirukan secara persis ucapan

orang lain. Selain itu, mereka juga tidak

menunjukkan minat untuk mengadakan

komunikasi dan sangat kesulitan

menggunakan kata ganti.

Penelitian tentang pemerolehan

bahasa anak autis yang dilakukan oleh

Ezmar dan Ramzi (2014) menemukan

adanya kesulitan komunikasi yang dialami

anak autis dalam kemampuan bahasa

reseptif dan bahasa ekspresif. Anak autis

mengalami hambatan dalam memahami

bahasa yang digunakan oleh orang lain

maupun dirinya sendiri dalam praktek

komunikasi sehari-hari sehingga ia

kesulitan untuk melakukan tugas

tertentu. Dalam kemampuan bahasa

ekspresif, aspek berbicara terjadi sangat

lambat dan membutuhkan waktu yang

lama untuk dapat menggunakan kalimat

dengan baik dan benar. Terkadang, anak

autis yang sudah bisa berbicara tidak

menggunakan kemampuan berbicara untuk

berkomunikasi sebagaimana mestinya. Hal

tersebut sejalan dengan yang dinyatakan

oleh Sunardi & Sunaryo (2007: 161-162)

bahwa anak autis cenderung mengalami

kesulitan bahasa secara reseptif maupun

ekspresif. Mereka mengalami kesulitan

dalam memahami perintah yang lebih

kompleks dan mengekspresikan ide dan

perasaannya, serta memahami reaksi orang

lain terhadap tindakannya.

Bahasa dan belajar berkaitan erat

Page 9: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

satu sama lain, sehingga dianggap

sebagai sesuatu yang tidak dapat

dipisahkan. Seorang anak tidak mungkin

aktif dalam proses pembelajaran tanpa

menguasai bahasa. Siswa harus mampu

menerima dan menyampaikan informasi,

oleh karena hal tersebut latihan bahasa

harus mendahului tipe-tipe pengajaran

yang lainnya. Melatih anak autis untuk

dapat berbahasa dan berkomunikasi dua

arah tentu bukanlah suatu perkara mudah.

Dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang

efektif, menarik dan menyenangkan

sehingga anak merasa nyaman dan

kemampuan bahasanya dapat tergali secara

optimal.

Total Physical Response adalah

metode pengajaran bahasa yang

dikembangkan pertama kalinya pada tahun

1970-an oleh Asher, seorang profesor

psikologi di Universitas San Jose

California. TPR berlandaskan pada hasil

pengamatan terhadap cara yang digunakan

bayi untuk memperoleh bahasa ibunya,

yang pada umumnya berlangsung dalam

bentuk percakapan yang didalamnya anak-

anak memberi respons fisik oleh terhadap

instruksi orangtua atau orang lain di

sekitar mereka. Sebagai contoh, ketika

seorang ayah berkata: "Lihat ayah" atau

"angkat tangan" si anak akan

melakukannya. Percakapan seperti ini

berlangsung selama beberapa bulan

sebelum si anak memberi respons verbal.

Meskipun selama percakapan si anak tidak

merespons secara verbal, dia sebenarnya

sedang berupaya menguasai elemen-

elemen bahasa yang didengarnya. Setelah

penguasaannya memadai, si anak akan

memberi respons verbal secara spontan.

Berdasarkan gambaran ini, (Richards and

Rogers, 1986: 87) mendefinisikan TPR

sebagai “a language teaching method built

around coordination of speech and action;

it attempts to teach language through

physical (motor) activity”. Sedangkan

menurut Larsen-Freeman (2008:107) TPR

disebut juga dengan ”The comprehension

approach” atau pendekatan pemahaman

yaitu suatu metode pendekatan bahasa

dengan instruksi atau perintah.

Tujuan umum dari metode Total

Physical Response adalah untuk

mengajarkan kecakapan lisan pada tingkat

permulaan. Pemahaman adalah sebuah alat

untuk mencapai tujuan yaitu untuk

mengajarkan dasar keterampilan berbicara.

Sebuah pembelajaran dengan metode Total

Physical Rsponse bertujuan untuk

menghasilkan peserta didik yang mampu

komunikasi tanpa hambatan sehingga

dapat dimengerti oleh penutur asli. Tujuan

instruksional khusus tidak dijelaskan,

karena akan bergantung pada kebutuhan

khusus dari peserta didik. Apapun tujuan

yang ditetapkan, bagaimanapun, harus

dicapai melalui penggunaan latihan

Page 10: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berbasis tindakan dalam bentuk imperative

(Richards & Rogers, 1986: 91).

Total Physical Response dirancang

untuk membantu siswa memperoleh

ungkapan-ungkapan baru melalui aktivitas

mendengar dan melakonkan kata-kata

tersebut. Tugas utama mereka adalah

melakonkan perintah-perintah yang

diucapkan guru secara berulang-ulang

hingga lancar (Richards and Rogers, 1986:

93). Pemberian perintah, model,

dukungan, dan hubungan yang akrab yang

berkelanjutan dari guru secara psikologis

akan membuat siswa belajar tanpa

tekanan. Dapat disimpulkan bahwa metode

Total Physical Response adalah metode

pembelajaran bahasa yang diadopsi dari

cara bayi belajar bahasa yaitu dengan

mendengarkan kalimat perintah kemudian

memberi respons fisik. TPR memiliki

prinsip belajar dengan melibatkan aktivitas

fisik untuk mendapatkan pengetahuan

sehingga dapat membantu siswa dalam

upaya mengembangkan kemampuan

berbahasa terutama dalam memahami

kosakata.

Metode TPR menekankan pada

pembelajaran bahasa melalui aktivitas fisik

dalam upaya mengembangkan kemampuan

berbahasa tingkat awal terutama

meningkatkan penguasaan kosakata. Anak

autis perlu menguasai kosa kata karena

dengan memahami kosa kata anak dapat

memahami makna kata-kata yang

disampaikan oleh orang lain dan

mempelajari segala hal yang ada di

lingkungan yang akhirnya mampu

menerapkan di kehidupan sehari-hari saat

berkomunikasi dan berinteraksi dengan

orang di sekitar. Edgar dale (dalam

Ningsih,2013: 5) mengemukakan bahwa,

Dalam belajar hal yang paling baik

adalah belajar melalui pengalaman

langsung, karena tidak hanya sekedar

mengamati tetapi terlibat langsung

dalam perbuatan dan bertanggung

jawab terhadap hasilnya. Prinsip

pengulangan juga masih diperlukan

dalam kegiatan pembelajaran,

Implikasi adanya prinsip

pengulangan bagi siswa adalah

kesadaran siswa untuk mengerjakan

latihan yang berulang-ulang untuk

satu macam permasalahan.

Pembelajaran dengan metode TPR

mengajarkan kosakata melalui gerakan

langsung atau pengalaman langsung dan

diberikan berulang-ulang. Materi yang

diberikan dapat berupa contoh atau

demonstrasi gerakan yang selanjutnya di

jabarkan sebagai bentuk perintah yang

diberikan secara berulang-ulang dan

selanjutnya direspons dengan gerakan fisik

oleh anak. Perintah atau materi yang

diberikan secara berulang-ulang akan

menjadi kebiasaan sampai siswa mengerti

dan merespons dengan gerakan fisik

mereka. Penerapan metode TPR

diharapkan dapat menciptakan suasana

belajar yang nyaman sehingga anak dapat

menikmati pembelajaran dan dapat belajar

Page 11: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk berkomunikasi dengan baik. Hal ini

dikarenakan pada dasarnya metode TPR

dikembangkan untuk mengurangi tekanan

bagi anak di dalam kelas, dan membuat

suasana kelas menyenangkan. (Larsen-

Freeman, 2008: 107)

Metode Total Physical Response

memiliki banyak kelebihan diantaranya

dapat meningkatkan kemampuan

berbahasa anak, meyenangkan karena

mengandung unsur permainan, dan

melibatkan aktivitas fisik sehingga anak

akan aktif bergerak untuk mendapatkan

pengalaman langsung dalam belajar

bahasa. Total Physical Response telah

terbukti efektif dalam meningkatkan

kemampuan berbahasa anak termasuk

perbendaharaan kata, kemampuan

berekspresi, dan kelancaran

berkomunikasi.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan desain

eksperimen subjek tunggal yang dikenal

dengan istilah Single Subject Research

(SSR). Pelaksanaan penelitian

menggunakan desain A-B-A sebagai alat

ukur untuk melihat seberapa besar

pengaruh intervensi terhadap individu

dengan membandingkan kondisi baseline

sebelum dan sesudah diberikannya

perlakuan (intervensi).

Subjek penelitian adalah seorang

siswa dengan kriteria yaitu subjek

merupakan siswa autis kelas 2 autis SLB

Negeri Surakarta berinisial RR yang

kemampuan bahasa reseptif dan

ekspresifnya masih kurang berkembang.

RR berusia 13 tahun dan berjenis kelamin

laki-laki.

Instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang

efektifitas metode Total Physical Response

untuk meningkatkan bahasa reseptif dan

ekspresif anak autis adalah observasi dan

wawancara. Teknik observasi terstruktur

digunakan untuk mendapatkan data

tentang kemampuan bahasa reseptif dan

ekspresif anak autis melalui pedoman

observasi yang sudah disiapkan.

Pelaksanaan observasi dilakukan dalam

kegiatan baseline 1, intervensi saat

pembelajaran dengan metode Total

Physical Response, dan baseline 2. Teknik

wawancara yang digunakan adalah teknik

wawancara terstruktur karena informasi

yang akan diperoleh sudah diketahui

dengan pasti. Wawancara dilakukan

kepada guru kelas dengan tujuan

mendapatkan data yang lebih jelas

mengenai kemampuan bahasa reseptif dan

ekspresif anak serta pembelajaran yang

dilakukan selama di SLB Negeri

Surakarta. Instrumen wawancara berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis.

Data yang diperoleh kemudian

Page 12: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dianalisis dalam statistik deskriptif

(kuantitatif) dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran generalisisi yang

bisa digambarkan untuk memperjelas

tentang hasil intervensi dalam jangka

waktu tertentu. Analisis data dilakukan

melalui analisis dalam kondisi dan antar

kondisi. Analisis dalam kondisi adalah

analisis perubahan data dalam suatu

kondisi, misalnya kondisi baseline atau

kondisi intervensi. Sedangkan untuk

memulai menganalisis perubahan antar

kondisi, data yang stabil harus mendahului

kondisi yang akan dianalisis. Data yang

tidak stabil (bervariasi) akan menyebabkan

kesulitan untuk menginterprestasi

pengaruh intervensi terhadap variabel

terikat. Disamping aspek stabilitas, ada

tidaknya pengaruh intervensi terhadap

variabel terikat juga tergantung pada aspek

perubahan level, dan besar kecilnya

overlap yang terjadi antar kondisi yang

dianalisis.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan selama 16 hari

yang mencangkup baseline 1 (A-1)

sebanyak 4 sesi selama 4 hari , Intervensi

(B) sebanyak 8 sesi selama 8 hari dan

baseline 2 (A-2) sebanyak 4 sesi selama 4

hari.

Baseline 1 (A-1) adalah kondisi

awal subjek RR sebelum diberikan

intervensi (B) dengan metode TPR untuk

meningkatkan kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif subjek RR pada sesi 1

sampai sesi 4 mendapatkan skor yang

relatif rendah, yaitu berkisar dari 30,00

sampai 33,33. Dari data baseline 1 (A-1)

tersebut, dapat diketahui adanya

kecenderungan kestabilan kemampuan

bahasa reseptif dan ekspresif subjek RR

sebelum dilakukan intervensi (B).

Fase intervensi (B) dilakukan

dalam 8 sesi. Nilai terendah yang

diperoleh subjek RR adalah 51,67 dan nilai

tertinggi yang diperoleh subjek adalah

63,33. Pada fase intervensi subjek RR

mengalami peningkatan kemampuan

bahasa reseptif dan ekspresif. Hal tersebut

ditunjukkan dengan skor yang diperoleh

subjek pada sesi 5 yaitu 51,67 kemudian

naik perlahan hingga pada sesi 8 diperoleh

nilai akhir 58,33 dan kemudian pada sesi

12 diperoleh nilai akhir 63,33.

Baseline 2 (A-2) adalah kondisi

subjek kondisi subjek RR setelah diberikan

intervensi (B) dengan metode TPR dalam

meningkatkan kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif subjek subjek RR pada sesi

13 sampai dengan sesi 16 mendapatkan

skor berkisar dari 66,33 sampai 70. Dari

data baseline 2 (A-1) tersebut, dapat

diketahui adanya kecenderungan

kestabilan kemampuan bahasa reseptif dan

Page 13: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ekspresif pada subjek RR setelah

dilakukan intervensi (B).

Kemampuan bahasa reseptif dan

ekspresif subjek RR secara keseluruhan

dapat disajikan ke dalam bentuk grafik.

Berikut disajikan grafik kemampuan

bahasa reseptif dan ekspresif subjek RR

yang meliputi fase baseline 1 (A-1), fase

intervensi (B), dan fase baseline 2 (A-2).

Gambar 1.1. Grafik Perkembangan

Kemampuan Bahasa Reseptif dan

Ekspresif Subjek RR

Hasil analisis dalam kondisi pada

setiap komponennya dapat dijabarkan

sebagai berikut: panjang kondisi penelitian

ini adalah 16 yang terdiri dari 4 pada

kondisi baseline 1, 8 pada kondisi

intervensi, dan 4 pada kondisi baseline 2.

Estimasi kecenderungan arah pada fase

baseline 1 menunjukkan kecenderungan

peningkatan, pada fase intervensi

menunjukkan kecenderungan peningkatan

dan pada fase baseline 2 menunjukkan

kecenderungan kestabilan data. Pada fase

baseline 1 (A-1) terdapat kecenderungan

stabilitas sebesar 100% yang berarti stabil,

kecenderungan fase intervensi (B) sebesar

88% yang berarti stabil, dan

kecenderungan stabilitas fase baseline 2

(A-2) sebesar 100 % yang berarti stabil.

Kecenderungan jejak data pada fase

baseline 1 (A-1) adalah cenderung naik.

Pada fase intervensi (B) kecenderungan

jejak datanya mengalami kenaikan dan

cenderung tetap di akhir sesi. Pada fase

baseline 2 (A-2) kecendererungan datanya

cenderung tetap. Level stabilitas dan

rentang pada fase baseline 1 (A-1) data

yang diperoleh stabil dengan rentang skor

30,00 – 33,33. Pada fase intervensi (B)

data yang diperoleh stabil dengan rentang

skor 51,67 – 63,33. Pada fase baseline 2

(A-2) data yang diperoleh stabil dengan

rentang skor 63,33 – 70,00. Ketiga fase

tersebut menunjukkan kestabilan data.

Pada fase baseline 1 (A-1) level

perubahannya adalah 0 sehingga tidak ada

perubahan, fase intervensi (B) level

perubahannya adalah membaik sebesar

+11,66 dan untuk fase baseline 2 (A-2)

level perubahan yang diperoleh adalah

membaik sebesar +1,67 Level perubahan

terkecil ketika baseline 1 (A-1) dan level

perubahan terbesar terjadi pada fase

intervensi (B).

Hasil analisis antar kondisi pada

setiap komponennya dapat dijabarkan

sebagai berikut: Variabel yang diubah

pada kondisi baseline 1 (A-1) ke intervensi

(B) adalah 1 dan intervensi (B) ke baseline

Page 14: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2 (A-2) adalah 1 yaitu kemampuan bahasa

reseptif dan ekspresif pada anak autis kelas

2. Perubahan kecenderungan arah dari

fase baseline 1 (A-1) ke intervensi (B)

adalah naik ke naik. Pada perubahan

kecenderungan arah fase intervensi (B) ke

baseline 2 (A-2) adalah naik ke tetap.

Perubahan kecenderungan stabilitas di

semua fase adalah stabil ke stabil.

perubahan level dari fase intervensi (B) ke

baseline 1 (A-1) adalah meningkat

(+18,34). Selanjutnya pada fase baseline 2

(A-2) ke intervensi juga meningkat (+5).

data overlap pada B/A-1 adalah sebesar

0%. Data overlap pada A-2/B adalah

sebesar 0%.

Untuk mengetahui perkembangan

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif

subjek RR dapat dilihat melalui grafik.

Data pada grafik berasal dari mean level

yang diperoleh subjek RR pada setiap fase

baseline 1, intervensi, dan baseline 2.

Adapun grafik perkembangan penguasaan

kosakata adalah sebagai berikut:

Gambar 1.2. Grafik Mean Level

Kemampuan Bahasa Reseptif dan

Ekspresif

Berdasarkan grafik tersebut, dapat

dilihat bahwa terdapat peningkatan mean

level pada setiap fase. Mean level pada

baseline 1 (A-1) adalah 32,49, pada fase

intervensi (B) mean level meningkat

menjadi 59,16 dan pada fase baseline 2

(A-2) mean levelnya meningkat lagi

menjadi 69,58. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa penerapan metode

Total Physical Response efektif dalam

meningkatkan kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif anak autis kelas 2 di SLB

Negeri Surakarta tahun pelajaran

2015/2016.

Penelitian yang dilaksanakan

bertujuan untuk mengetahui efektivitas

penerapan metode Total Physical

Response dalam meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif

anak autis kelas 2 di SLB Negeri Surakarta

tahun pelajaran 2015/2016. Hasil

penelitian terhadap subjek RR

menunjukkan bahwa metode TPR efektif

dalam meningkatkan kemampuan bahasa

reseptif dan ekspresif anak autis kelas 2 di

SLB Negeri Surakarta tahun pelajaran

2015/2016. Hal tersebut terbukti dengan

nilai observasi yang diperoleh subjek

mengalami peningkatan. Adanya

peningkatan kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif anak autis dalam penelitian

yang dilakukan dikarenakan metode TPR

Page 15: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam pembelajaran menekankan pada

keaktifan siswa dalam kegiatan langsung

yang berhubungan dengan kegiatan fisik

dan gerakan.

Metode TPR dalam pembelajaran

menekankan pada keaktifan siswa dalam

kegiatan langsung yang berhubungan

dengan kegiatan fisik dan gerakan. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan

Richards and Rogers (1986: 87) yang

mendefinisikan TPR sebagai “a language

teaching method built around

coordination of speech and action; it

attempts to teach language through

physical (motor) activity”. Metode TPR

pada penelitian ini menggunakan latihan

pengulangan dengan menggunakan

perintah (Imperative Drill) dalam proses

pembelajaran. Penerapan metode TPR

dapat mengajarkan anak autis dalam

belajar memahami kata dengan baik

karena dilakukan secara berulang-ulang

pada proses pembelajarannya, serta

membantu anak dalam memahami makna

kata dengan mudah. Pembelajaran dengan

aktivitas fisik dan pengulangan tersebut

didukung oleh pendapat Dale (dalam

Ningsih,2013: 5) yang mengemukakan

bahwa,

Dalam belajar hal yang paling baik

adalah belajar melalui pengalaman

langsung, karena tidak hanya sekedar

mengamati tetapi terlibat langsung

dalam perbuatan dan bertanggung

jawab terhadap hasilnya. Prinsip

pengulangan juga masih diperlukan

dalam kegiatan pembelajaran,

Implikasi adanya prinsip

pengulangan bagi siswa adalah

kesadaran siswa untuk mengerjakan

latihan yang berulang-ulang untuk

satu macam permasalahan.

Dengan adanya aktivitas fisik, anak

autis dituntut supaya aktif bergerak untuk

mendapatkan pengalaman langsung dalam

belajar bahasa. Interaksi yang terjadi saat

pemberian perintah dalam metode TPR

juga merangsang anak untuk memberi

respons terhadap apa yang diperintahkan.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Larsen-Freeman (2008:107) bahwa TPR

disebut juga dengan”The comprehension

approach” atau pendekatan pemahaman

yaitu suatu metode pendekatan bahasa

dengan instruksi atau perintah. Setelah

memahami konsep dan dibiasakan untuk

merespons maka anak autis mampu untuk

mengenali lingkungan sekitarnya,

memahami ucapan orang lain,

menunjukkan keinginan dan perasaannya,

serta mulai untuk menunjukkan

kemampuan berbicara. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya peningkatan

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif

subjek RR setelah diberi intervensi dengan

metode TPR. Pada awal fase intervensi,

subjek RR mengalami peningkatan dalam

mengenali lingkungan dan memahami

ucapan orang lain. Setelah diberi

intervensi berkali-kali, kemampuan bahasa

ekspresif subjek juga ikut meningkat.

Page 16: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil penelitian Nehrulita (2015)

menemukan bahwa metode Total Physical

Response terbukti efektif dalam

pengajaran kosakata terhadap anak

tunarungu. Hal ini karena anak lebih

mudah dalam belajar memahami kosakata

karena melibatkan aktivitas motorik yang

membuat siswa menjadi lebih aktif dalam

pembelajaran yang menyenangkan dan

tanpa tekanan. Hasil penelitian tersebut

mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yang menemukan

bahwa selain dapat meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif,

metode TPR juga mengandung unsur

gerakan permainan sehingga dapat

menciptakan suasana hati yang positif

pada anak autis. Meskipun memiliki

variabel terikat dan subjek yang berbeda,

kedua hasil penelitian tersebut

membuktikan pernyataan Larsen-Freeman,

2008: 107 bahwa metode TPR

dikembangkan untuk mengurangi tekanan

bagi anak di dalam kelas dan membuat

suasana kelas lebih menyenangkan. Selain

menyenangkan, aktivitas fisik yang

dilakukan dalam penerapan metode TPR

juga bisa dijadikan terapi bagi anak autis,

terutama untuk meningkatkan respons,

kepatuhan, dan keterampilan motorik.

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan dan diperkuat dengan hasil

penelitian relevan, diperoleh hasil bahwa

TPR efektif untuk meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif

anak autis kelas 2 di SLB Negeri

Surakarta. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa TPR dapat digunakan

untuk meningkatkan kemampuan bahasa

reseptif dan ekspresif dengan aktivitas

yang lebih beragam pada siswa dengan

keterbatasan lainnya. Penjabaran

kekurangan dalam penelitian yang telah

dilakukan dapat dijadikan masukan bagi

peneliti lain yang akan menggunakan Total

Physical Response sebagai intervensi

dalam penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan hasil

penelitian pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa penerapan metode

Total Physical Response efektif dalam

meningkatkan kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif anak autis kelas 2 di SLB

Negeri Surakarta tahun pelajaran

2015/2016.

Berdasarkan kesimpulan di atas,

dengan ini peneliti memberikan saran

sebagai berikut :

Kepala sekolah sebaiknya

mensosialisasikan tentang efektivitas

metode TPR dalam meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif

anak autis di sekolah kepada guru dan

terapis dengan mengundang narasumber

yang menguasai metode TPR. Kepala

sekolah juga diharapkan dapat mendukung

Page 17: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan menyediakan fasilitas pembelajaran

yang diperlukan dalam penerapan metode

TPR.

Guru hendaknya menerapkan

metode TPR dalam pembelajaran di kelas

sehingga kemampuan bahasa reseptif dan

ekspresif siswa autis dapat meningkat.

Terapis hendaknya menggunakan

metode TPR sebagai bentuk terapi dalam

meningkatkan kemampuan bahasa reseptif

dan ekspresif anak autis.

DAFTAR PUSTAKA

Carruthers, S. W. 2006. “The Total

Physical Response Method and Its

Compatibility with Adult ESL

Learners”. Diperoleh 20 Oktober

2015 dari: EBSCO ERIC database.

(ED428927).

Ezmar & Ramli. (2014). Bahasa Anak

Autis di SLB Cinta Mandiri

Lhoksumawe. Diperoleh 16 Maret

2016 dari http:

//metamorfosa.stkipgetsempena.ac.

id/home/ article/view/18/14.

Hariyono, Y. B. (2010). Perkembangan

Bahasa pada Bayi. Diperoleh 24

Maret 2016, dari

http://jboscohariyono.blogspot.co.i

d/2011/04/perkembangan-bahasa-

pada-bayi.html.

Larsen-Freeman, D. (2008). Technique

and Principles in Language

Teaching. Oxford: Oxford

University Press.

Nehrulita, H. (2015). Pengaruh Metode

Totall Physical Response (TPR)

terhadap pemahaman kosakata

anak tunarungu kelas persiapan di

TKLB-B Dharma Wanita Sidoarjo.

Diperoleh pada tanggal 17

Desember 2015 dari

http://ejournal.unesa.ac.id/article.

16195/15/article.pdf

Ningsih,N.I. (2013). Pengaruh Metode

TPR (Total Physical Response)

Terhadap Hasil Belajar Bahasa

Inggris pada Materi Pokok Activity

Siswa kelas III MI Badrussalam

Surabaya. Diperoleh pada tanggal

27 Maret 2016 dari

ejournal.unsea.ac.id/article/313/12/

article.doc

Pamuji. (2007). Model Terapi Terpadu

Bagi Anak Autisme. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Richard, J and Rogers, T. (1986).

Approach and Methods in

Language Teaching. Cambridge:

Cambridge University Press.

Sardjono. (2005). Terapi Wicara. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Sunardi & Sunaryo. (2007). Intervensi

Dini Anak Berkebutuhan Khusus.

Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

YPAC. (2013). Buku Penanganan dan

Pendidikan Autis di YPAC.

Diperoleh 17 Januari 2016 dari

http//:ypac-nasional.org/buku-

penanganan-dan-pendidikan-autis-

di-ypac/.

Yuwono, J. (2012). Memahami Anak

Autistik (Kajian Teoritik dan

Empirik). Bandung: Alfabeta

Page 18: JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS METODE TOTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user