Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
https://jurnaleeccis.ub.ac.id/
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020
pp 45-57
Manuscript submitted on May 2020, accepted and published on August 2020
Analisis Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP)
Berdasarkan Pembagian Besarnya Arus
Transformator di PT. PJB UBJOM PLTU Paiton Winarno1
1Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Panca Marga Probolinggo
Email: [email protected]
Abstract—Electrostatic Precipitator (ESP) is a device
that has the function of capturing the ashes of combustion
contained in the exhaust gases before being discharged into
the atmosphere through a stack / chimney, so that the
discharged gases to be discharged do not contain ash
particles that can pollute the environment. PT PJB UBJOM
PLTU Paiton has 16 ESP transformers operating 24 hours.
During the operating period there are disturbances and
damage that causes ESP efficiency is reduced so there is a
need to reset the transformer secondary current. It is
intended that the efficiency of ESP is maintained and the
exhaust gas does not pollute the environment. By using the
"5 Whys or RCPS (Root Cause problem solving)" method,
the researcher knows the causes of disturbances and
damage to the ESP transformer and provides
recommendations for the configuration of the current used
by the ESP transformer to improve its efficiency when
disturbances or damage occurs. The cause of disruption and
damage to the ESP transformer consists of 3 factors: the
method / method used, human and machine / equipment.
The magnitude of the Electrostatic Precipitator (ESP)
efficiency during faults and damage varies depending on the
amount of current in the ESP transformer. The greater the
current, the greater the magnetic field strength so that the
greater the ESP efficiency value. Although there is less
efficiency (below 90%), with the right transformer
secondary current configuration, efficiency can be
maintained close to the design. The efficiency of ESP on
March 18, 2019 increased from 88.23% to 90.58%. The
efficiency of ESP on March 30, 2019 increased from 89.71%
to 90.55%. The efficiency of ESP on June 10, 2019 increased
from 84.38% to 93.63%. The efficiency of ESP on June 13,
2019 increased from 87.38% to 91.92%. ESP efficiency on
June 24, 2019 increased from 85.83% to 90.03%
Index Terms — Analysis, Electrostatic Precipitator
(ESP), ESP’s Efficiency
Abstrak–-Electrostatic Precipitator (ESP) adalah
peralatan yang berfungsi menangkap abu sisa pembakaran
yang terkandung dalam gas buang sebelum dibuang ke
atmosfir melalui stack/cerobong, sehingga gas buang yang
akan dibuang tidak mengandung partikel-partikel abu
yang dapat mencemari lingkungan. PT PJB UBJOM PLTU
Paiton memiliki 16 buah trasformator ESP yang beroperasi
selama 24 jam. Selama masa operasi terdapat gangguan
dan kerusakan yang menyebabkan efisiensi ESP berkurang
sehingga perlu adanya setting ulang arus sekunder trafo.
Hal ini bertujuan agar efisiensi ESP tetap terjaga dan gas
buang tidak mencemari lingkungan. Dengan menggunakan
metode “5 Whys atau RCPS (Root Cause problem
solving)”, Peneliti mengetahui penyebab gangguan dan
kerusakan pada Trafo ESP serta memberikan rekomendasi
konfigurasi besarnya arus yang digunakan trafo ESP untuk
meningkatkan efisiensinya ketika terjadi gangguan atau
kerusakan. Penyebab gangguan dan kerusakan pada trafo
ESP terdiri dari 3 faktor yaitu Metode/cara yang
digunakan,manusia dan mesin/peralatan. Besarnya
efisiensi Electrostatic Precipitator (ESP) saat terjadi
gangguan dan kerusakan bervariasi tergantung besarnya
arus pada transformator ESP. Semakin besar arus,
semakin besar kuat medan magnetnya sehingga semakin
besar juga nilai efisiensi ESP. Meskipun terdapat efisiensi
yang kurang (dibawah 90%), dengan konfigurasi arus
sekunder trafo yang tepat, efisiensi dapat dipertahankan
mendekati desain. Efisiensi ESP pada tgl 18 Maret 2019
meningkat dari 88,23 % menjadi 90,58 %. Efisiensi ESP
pada tgl 30 Maret 2019 meningkat dari 89,71 % menjadi
90,55 %. Efisiensi ESP pada tgl 10 Juni 2019 meningkat
dari 84,38 % menjadi 93,63 %. Efisiensi ESP pada tgl 13
Juni 2019 meningkat dari 87,38 % menjadi 91,92 %.
Efisiensi ESP pada tgl 24 Juni 2019 meningkat dari 85,83
% menjadi 90,03%
Kata Kunci — Analisis, Electrostatic Precipitator (ESP),
Efisiensi ESP
I. PENDAHULUAN
Pencemaran udara merupakan salah satu pencemaran
yang sangat berbahaya bagi manusia, makhluk hidup dan
lingkungan. Pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia sehingga
mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 Tentang Baku
Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Termal)[5].
Bertambahnya populasi manusia serta semakin pesatnya
perindustrian menyebabkan tuntutan kebutuhan pasokan
energi listrik semakin meningkat. Untuk menjawab
tantangan itu, saat ini di Indonesia banyak mengunakan
jenis pembangkit tipe PLTU yang menggunakan bahan
bakar batubara. Hal ini disebabkan karena selain
harganya yang lebih ekonomis, jumlahnya masih cukup
banyak dibandingkan dengan minyak bumi dan gas
bumi, hasil energi listrik yang didapatkan dari PLTU
batubara juga besar. Salah satu PLTU batubara yang ada
di Indonesia adalah PT PJB UBJOM PLTU PAITON.
PT PJB UBJOM PLTU PAITON merupakan
pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang
mempunyai kapasitas produksi listrik sebesar 660 MW.
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-46
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
Dengan kapasitas sebesar itu, PT PJB UBJOM PLTU
PAITON mengkonsumsi hingga 9600 ton batubara dan
menghasilkan kurang lebih 300 ton abu bekas
pembakaran tiap harinya[8]. Limbah bekas pembakaran
tersebut berupa gas buang yang bercampur partikel-
partikel abu ringan (Fly Ash) yang dapat mengotori
lingkungan.
Salah satu cara untuk mengatasi limbah abu di PLTU
adalah dengan dipasangnya Electrostatic Precipitator
(ESP). Electrostatic Precipitator (ESP) adalah peralatan
yang berfungsi menangkap abu terbang hasil sisa
pembakaran yang terkandung dalam gas buang sebelum
dibuang ke atmosfir melalui stack/cerobong, sehingga
gas buang tersebut tidak mengandung partikel-partikel
abu yang dapat mencemari lingkungan. Masalah timbul
jika terdapat beberapa Electrostatic Precipitator (ESP)
yang mengalami gangguan atau kerusakan, tetapi hasil
gas buang tetap dalam kondisi ambang batas. Oleh sebab
itu, perlu adanya pembagian Kuat arus transformator agar
kinerja ESP lebih effisien dan tidak berdampak pada
peralatan lain di area PT PJB UBJOM PLTU PAITON
Dari latar belakang di atas, maka peneliti mengambil
judul “Analisis Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP)
Berdasarkan Pembagian Besarnya Arus Transformator
Di PT PJB UBJOM PLTU Paiton”.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Proses Produksi Listrik di PLTU
Pada dasarnya produksi listrik di PLTU Paiton 9 untuk
menghasilkan listrik pertama air kan diubah menjadi uap
dengan proses pembakaran batubara di dalam boiler.
Selanjutnya uap tersebut akan digunakan untuk memutar
blade/sirip turbin, karena Turbin terhubung dengan
generator, maka terjadi perubahan energi kinetik menjadi
energi listrik didalam generator, akhirnya terciptalah arus
listrik yang selanjutnya diteruskan ke Transformator
step-up. Sedangkan uap pembuangan dari turbin
dijadikan air kembali dengan proses kondensasi di
Kondensor dengan bantuan air pendingin (air laut).
Bagian-bagian utama pada PLTU Paiton 9 yaitu meliputi
Boiler, Turbin, dan Generator. Selain itu juga memiliki
alat-alat bantu sebagai penunjang produksi listrik
diantaranya Coal Handling, Ash Handling dan Water
Treatment Plant. Sedangkan Electrostatic Precipitator
sendiri merupakan salah satu bagian dari Ash Handling
System.
Gambar 1. Gambaran Umum Peralatan Utama PLTU
2.2 Ash Handling System
Ash Handling system merupakan salah satu bagian di
PT PJB UBJOM PLTU Paiton yang bertugas untuk
mengendalikan abu sisa pembakaran didalam boiler. Ash
Handling system terdiri atas penanganan abu ringan atau
abu terbang (Fly ash system) dan penanganan abu berat
atau bottom ash system. Fly ash system meliputi
Electrostatic Precipitator (ESP), sistem transpot fly ash
dari hopper ke fly ash silo menggunakan compressor,
heater dan blower sebagai penjaga temperature fly ash
serta proses loading dan unloading fly ash. Sedangkan
Bottom ash system meliputi Submerged scrapper
conveyor (SSC), Bottom ash conveyor, cooling system
SSC serta proses loading dan unloading bottom ash.
2.3 Electrostatic Precipitator (ESP)
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah peralatan yang
berfungsi menangkap abu sisa pembakaran yang berada
dalam gas buang yang akan dibuang ke atmosfir melalui
cerobong, sehinga gas buang yang akan dibuang tidak
mengandung partikel-partikel abu yang dapat mencemari
lingkungan.
2.3.1 Prinsip Kerja Electrostatic Precipitator (ESP)
Pada dasarnya Electrostatic Precipitator (ESP) ada 3
sistem utama yang bekerja. Pertama proses ionisasi abu
yang terkandung dalam gas buang,selanjutnya proses
collection abu yang telah terionisasi dan terakhir proses
rapping abu yang menempel pada collecting plate agar
jatuh ke area hopper. Proses ionisasi dan collection
terdiri dari collecting plate dan emitting wire& RDE
(Ripid Discharge Electroda), keduanya mendapat supply
power dari trafo step up. Pada dasarnya partikel abu
memiliki muatan netral, karena ada suatu sumber daya
maka akan tercipta suatu medan listrik di area antara
collection plate dan emitting wire. Medan listrik yang
kuat akan menyebabkan partikel abu mengalami ionisasi.
semakin kuat arus yang diberikan oleh oleh power supply
(trafo), maka semakin kuat pula medan magnetnya,
sehingga kecepatan migrasi dari partikel abu juga
semakin cepat. Partikel abu yang sudah mengalami
ionisasi akan memiliki muatan negatif yang selanjutnya
akan tertarik ke arah collecting plate. Abu yang sudah
menempel akan dijatuhkan oleh motor rapper ke arah
ESP hopper yang selanjutnya akan ditransfer ke fly ash
silo.
Gambar 2. Prinsip Kerja Elctrostatic Precipitator (ESP)
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-47
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Electrostatic Precipitator (ESP)
Adapun faktor yang sanagt mempengaruhi
penangkapan debu oleh collecting plate pada
Electrostatic precipitator (ESP) yaitu:
A. Resistifitas Partikel[1]
Resistifitas partikel adalah suatu ukuran resistansi
partikel terhadap listrik, yang merupakan indikator
kecepatan migrasi partikel. Resistifitas sangat
mempengaruhi efisiensi ESP. Adapun persamaan
mencari resistifitas partikel dinyatakan dengan
persamaan 1 sebagai berikut :
𝜌 = 𝑅 𝐴
𝑙 (1)
Dimana:
𝜌 = Resistifitas (Ω.cm)
R = Tahanan (Ω)
A = luas penampang (𝑐𝑚2)
𝑙 = Panjang penghantar (cm)
Nilai resistifitas bahan atau material secara umum di
bumi berada diantara 10−3 sampai 1014 Ω-cm,
sedangkan nilai resistivitas partikel fly ash yang
tertangkap oleh ESP adalah 50 – 100 Ω-cm.
B. Ukuran Partikel[1]
Semakin besar ukuran partikel debu, semakin besar
kemungkinan ionisasi material fly ash sehingga semakin
besar muatan yang dimilikinya. Dengan demikian
kecepatan atau migrasi partikel untuk bergerak ke arah
elektroda positif (collecting plate) akan semakin cepat.
C. Pengaruh Temperatur
Pengaruh temperature dari Fly ash yang terbawa oleh
udara Flue gas ( gas buang boiler ) berpengaruh terhadap
laju aliran gas dan effisiensi ESP. Temperature fly ash
tinggi karena Beban Unit besar sehingga laju aliran gas
kecil dan effisiensi ESP semakin besar, begitu pula
sebaliknya.
D. Pengaruh Spark
Spark terjadi ketika ada penebalan tumpukan fly ash
yang tertangkap oleh collecting plate tidak terbuang dan
terus menempel menjadi kerak dan semakin membesar.
Spark dapat kita amati ketika cerobong/chimney
mengeluarkan asap tebal coklat pekat secara tiba tiba
.jika spark tidak segera di perbaiki maka di khawatirkan
akan ada ledakan di dalam ESP.
Perhitungan Luas Satu Permukaan Pelat Pengumpul
dirumuskan oleh persamaan 2 yaitu :
A = P x L x 2 (2)
Dimana:
A = Luas efektif collecting plate (m)2
P = Panjang pelat (m)
L = Luas pelat (m)
Sedangkan perhitungan banyak pelat pengumpul abu
terbang dirumuskan oleh persamaan 3 yaitu :
N = Baris × Kolom × Field × jumlah ESP (3)
Sehingga untuk mencari luas pelat pengumpul
dirumuskan menggunakan persamaan 4 yaitu :
A = Luas permukaan pelat × jumlah pelat (4)
E. Kecepatan Migrasi Partikel[1]
Kecepatan migrasi partikel adalah kecepatan gerak
dari partikel fly ash ketika diberi muatan negatif oleh
emitting wire bergerak menuju collecting plate. Variabel
yang mempengaruhinya adalah Laju aliran gas, luas
media penangkap dan effisiensi ESP, sehingga dapat
dinyatakan dengan persamaan 5 yaitu :
ω = - 𝑄
𝐴 + ln ( 1 – η ) (5)
Dimana :
ω= Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ )
Q = Laju aliran gas ( 𝑚3
𝑠⁄ )
A = Luas media penangkap ( 𝑚2 )
η = Effisiensi ESP
kita juga dapat mencari besarnya kecepatan migrasi
partikel dengan rumus yang berbeda,seperti persamaan 6
yaitu
ω = 𝟐.𝒌𝟎.𝒑.𝑬𝒄.𝑬𝒑
𝟑µ (6)
Dimana :
ω = Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ )
Ko = Permittivity ( 8,85 x 10−12 F/m)
p = Tekanan (Pascal)
Ec = Kuat medan listrik (V/m)
Ep = Kuat medan Precipitator (V/m)
µ = Viskositas gas buang (Pascal.s)
F. Kuat medan listrik
Kuat medan listrik merupakan besarnya gaya listrik
yang di butuhkan untuk membuat medan listrik yaitu efek
yang ditimbulkan dari adanya muatan listrik seperti ion,
proton dan elektron yang berada di sekitar partikel listrik.
Dalam ESP, besarnya kuat medan listrik berpengaruh
pada kuat medan precipitator. Bisa juga dinyatakan
bahwa kuat medan listrik besarnya sama dengan kuat
medan precipitator. Besarnya kuat medan listrik dan kuat
medan precipitator bergantung kepada besarnya
tegangan output yang di hasilkan oleh Transformator.
Dalam hal ini dapat kita jelaskan dengan persamaan 7
yaitu :
E = 𝑉
𝑑 (7)
Dimana :
E = Kuat medan listrik ( V/m )
V = Tegangan Output transformator ( V )
d = Jarak antara 2 pelat pengumpul ( m )
Dari penjelasan rumus tersebut, kita dapat melakukan
perhitungan effisiensi pengumpulan partikel dari sebuah
ESP yang pertama kali di kembangkan secara empiris
oleh Elvald Anderson ditahun 1919 dan dikembangkan
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-48
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
secara teoritis oleh W.deutsch di tahun 1922. Persamaan
ini dikenal sebagai persamaan Deutsch-Anderson.
Adapun persamaan 8 Deutsch-Anderson sebagai berikut
:
η = 1 – 𝑒− (
𝜔.𝐴
𝑄 )
(8)
Dimana :
η = Effisiensi electrostatic precipitator
ω= Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ )
A = Luas media penangkapan ( 𝑚2 )
Q = Laju aliran gas ( 𝑚3
𝑠⁄ )
e = Bilangan natural ( 2.718 )
2.3.3 Bagian-Bagian Utama Electrostatic Precipitator
(ESP)
A. Transformator Rectifier
Adalah peralatan utama EP yang berfungsi mencatu
daya sehingga ESP bisa bekerja. Tegangan input : 380
Volt output :70 KV DC. Transformator dan Rectifier
diletakkan dalam satu bagianyang dilengkapi dengan
minyak pendingin trafo, sehingga dinamakan
Transformator Rectifier, Total terdapat 16 unit
transformator ESP di PT PJB UBJOM PAITON
Gambar 3. Transformator Rectifier
B. Collecting Plate
Adalah Pelat baja yang dipasang sejajar berfungsi
sebagai penangkap abu fly ash yang sudah mengalami
ionisasi (bermuatan listrik negatif), sedangkan collecting
plate memiliki muatan positif
C. Emitting wire dan RDE ( Ripid Discharge
Electroda)
Berfungsi sebagai pemberi kontribusi arus dan muatan
(ionisasi) yang diberikan kepada abu dari boiler yang
belum bermuatan, yang selanjutnya ditangkap oleh
Collecting Plate.
Gambar 4. Collecting Plate dan Emitting Wire
D. Motor Collecting Rapper
Berfungsi untuk memukul Collecting Plate secara
periodik agar abu yang menempel jatuh ke ESP Hopper
Gambar 5. Motor Collecting Rapper
E. Motor Emitting Rapper
Berfungsi untuk memukul Emitting Wire dan RDE
secara periodik agar abu yang menempel pada Emitting
Wire jatuh ke ESP Hopper
Gambar 6. Motor Emitting Rapper
F. Gas Distribution System
Untuk mendapatkan effsiensi ESP yang optimal Gas
Distribution System mempunyai peranan yang sangat
penting yaitu untuk mendistribusikan fly ash ke seluruh
field area. Gas distribution system terdiri dari plat-plat
baja yang tersusun sedemikian rupa searah dengan arah
gas buang, sehingga fly ash dapat tersebar merata ke
seluruh field area.
G. Panel Control Power
Berfungsi sebagai pengatur / pengendali kerja ESP ,
hingga dapat bekerja secara otomatis sesuai dengan
fungsinya. peralatan ini bernama AVC ( Automatic
Voltage control )
Gambar 7. AVC ( Automatic Voltage Control )
H. ESP Hopper
Berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari
Collecting plate Emitting wire
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-49
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
Collecting Plate dan Emitting wire setelah proses
rapping. ESP Hopper dilengkapi dengan line Heater
untuk menjaga temperature abu agar tidak terjadi
penggumpalan/plugging
Gambar 8. ESP Hopper
I. Transporter
Transporter berfungsi sebagai pemindah abu hasil
tangkapan electrostatic Precipitator( ESP ) dari ESP
hopper ke Transfer Pot yang selanjutnya dipindahkan
lagi ke ash silo dengan bantuan udara tekan compressor
III. METODE PENELITIAN
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian
3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian ini antara lain:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka di sini diambil dari perpustakaan PT.PJB
UBJOM Paiton, Jasa Diklat Unit Pendidikan dan
Pelatihan Suralaya. Data tersebut meliputi spesifikasi
peralatan, pengoperasian dan pemeliharaan listrik (dari
pihak terkait), history gangguan yang terjadi pada
peralatan, serta data lain yang berkaitan dengan
Electrostatic Precipitator (ESP). Selain itu juga berasal
dari Perpustakaan Universitas Panca Marga Probolinggo
yang berisi data dasar listrik statis, hukum coulomb dan
jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini, serta literatur
dari internet yang mendukung penyelesaian skripsi
2. Interview atau Wawancara
Untuk memperoleh data-data mengenai peralatan dan
permasalahan yang akan diteliti, penulis mengadakan
tanya jawab secara langsung kepada Operator ash
handling, Bapak Isa Catur Putra sebagai Supervisor coal
and ash handling dan Bapak Hariski Priyo Sangadi
sebagai tim pemeliharaan listrik PT.PJB UBJOM
PAITON sehubungan dengan permasalahan yang akan
dibahas di dalam skripsi
3. Studi Lapangan
Guna mendapat data-data yang dibutuhkan untuk
analisis dalam penelitian ini, maka penulis melakukan
studi lapangan pada PLTU Paiton Unit 9, khususnya
ruang Coal and Ash handling plant lantai 1-3, MCC
Breaker ESP,CCR Ash handling
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan tanggal 1 Januari 2019
sampai 31 Maret 2020
2. Tempat Penelitian
Coal an Ash Handling plant di Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Paiton Unit 9 dengan perusahaan jasa
pengoperasian dan pemeliharaan PT PJB UBJOM Paiton
yang beralamat di Jalan Raya Surabaya – Situbondo, Km
141 Paiton – Probolinggo.
3.3 Identifikasi Permasalahan
TABEL Ⅰ
GANGGUAN ESP DI PT. PJB UBJOM PLTU PAITON
No. waktu Uraian gangguan
1. 18 Maret 2019
pukul 12:20 WIB
ESP A 22 progres
maintenance
2. 30 Maret 2019
pukul 15:00 WIB
1. ESP A22 kondisi
maintenance
2. ESP B 24 Trip muncul
alarm Heavy gas protection
3. 13 April 2019
pukul 10:00 WIB
1. ESP A22 dan B24
kondisi maintenance
2. ESP B21 dimatikan,
muncul alarm secodary
current humting
4. 15 April 2019
pukul 10:00 WIB
1. ESP A22, B21
maintenace finish,lanjut
running 2. ESP B24 kondisi
maintenance
3. Resetting semua ESP
5. 22 Mei 2019
pukul 10:00 WIB
1. ESP B24 kondisi
maintenance
2. Resetting semua ESP
6. 10 Juni 2019
pukul 17:00 WIB
1. ESP B24 kondisi
maintenance
2. ESP B23 Trip muncul
alarm Input open Protection,
start ulang dengan beban
rendah
7. 13 Juni 2019
pukul 17:30 WIB
1. ESP B24 kondisi
maintenance
2. ESP B13 STOP
terdapat kebocoran oli
Trasformator
8. 24 Juni 2019
pukul 08:30 WIB
1.ESP B24 dan B13
kondisi maintenance
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-50
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
No. waktu Uraian gangguan
2.ESP B23 OFF karena
penggantian transformator
bersamaan dengan ESP B24
9. 15 Juli 2019
pukul 10:30 WIB
1. ESP B13, B24
maintenace finish,lanjut
running
2. ESP B23 kondisi
maintenance
3. ESP A11 Trip alarm
partial excitation
4.ESP A13 OFF ada
kebocorn oli di flange
conservator transformator
10. 18 Juli 2019
pukul 17:10 WIB
1. ESP B23 maintenace
finish,lanjut running
2. ESP A11 dan A13
kondisi maintenance
3. Resetting ESP
11. 19 Juli 2019
pukul 17:10 WIB
1. ESP A11 dan A13
kondisi maintenance 2.
Resetting ESP
12. 31 Juli 2019
pukul 10:30 WIB
1. ESP A11 maintenace
finish,lanjut running
2.ESP A13 kondisi
maintenance
3. Resetting ESP
13. 07 Agustus 2019
pukul 17:05 WIB
1.ESP A13 kondisi
maintenance
2.ESP B24 Trip alarm
Input Open current
14. 11 Agustus 2019
pukul 01:50 WIB
All equipment STOP,Unit
Paiton 09 status OH
15. 16 September
2019 pukul 01:50
WIB
1. All equipment ESP
running setelah progres OH
2. Resetting ESP
3. ESP A14 kondisi masih
maintenance
3.4 Pengolahan dan Analisis Data
Gambar 10. Diagram Alir Pengolahan dan Analisis data
Electrostatic precipitator ( ESP ) dilengkapi dengan
AVC ( automatic Voltage Control ) yang berfungsi untuk
mengatur besarnya kuat arus listrik yang digunakan
dalam pengoperasian transformator rectifier. Setiap AVC
memiliki besaran setting kuat arus yang berbeda-beda.
Hal ini bergantung pada pola pengoperasian dan ada atau
tidaknya gangguan atau kerusakan pada ESP. Dari
perbedaan besarnya kuat arus transformator ESP yang
terdapat pada AVC tersebut, peneliti akan melakukan
analisis seberapa efektif dan efisien kerja dari ESP saat
beberapa ESP mengalami gangguan dan atau kerusakan.
IV. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
TABEL Ⅱ
SPESIFIKASI ELECTROSTATIC PRECIPITATOR[4]
4.1 Penyusunan RCPS (Root Cause Problem Solving)
RCPS (Root Cause Problem Solving) adalah diagram
yang digunakan untuk mencari akar permasalahan secara
mendalam. Dalam RCPS dilakukan analisis akar masalah
dari setiap permasalahan yang diperoleh
Gambar 11. Root Cause Problem Solving
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-51
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
Dari gambar diatas penyebab terjadinya downtime
peralatan Electrostatic precipitator (ESP) yang tinggi
adalah :
a. FLM (First Line Maintenance) kurang optimal
b. Durasi pelaksanaan PM (Prefentive
Maintenance) kurang, sehingga hasil kurang
maksimal
c. Kurang kepedulian/ kesadaran dari operator
d. Kurang pengetahuan / keahlian operator
e. Rutin test dan change over peralatan tidak
efektif karena tidak adanya redudansi peralatan
4.2 Idea Generation
Idea generation merupakan point-point task yang akan
dilakukan untuk menyelesaikan detail permasalahan
TABEL Ⅲ
IDEA GENERATION
4.3 Focus Group Discussion (FGD)/Penentuan
Matriks Prioritas
Dari ide generation yang ada tersebut dilakukan focus
group discussion (FGD) untuk menentukan matrix
priotisasi yang merupakan metode untuk memastikan
pemilihan ide – ide yang kita miliki, nilai dampak dan
usaha secara obyektif.
Gambar 12. Matriks Prioritas
TABEL Ⅳ
OVERVIEW MATRIKS PRIORITAS
4.4 Analisis Arus Sekunder Trafo Saat Terjadi
Gangguan
TABEL Ⅴ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 18/03/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝑽𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝑽𝟐
( KV )
A11 148 181 500 32
A12 319 266 1000 38
A13 326 246 1400 43
A14 412 267 1600 35
A21 150 219 700 44
A22 0 0 0 0
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 110 212 500 65
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 350 312 1600 48
B21 158 220 700 44
B22 464 298 1600 61
B23 50 104 200 20
B24 20 80 100 17
Tegangan rata-rata 40,5
TABEL Ⅵ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 30/03/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝑽𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝑽𝟐
( KV )
A11 148 181 500 32
A12 319 266 1000 38
A13 326 246 1400 43
A14 412 267 1600 35
A21 150 219 700 44
A22 0 0 0 0
A23 443 289 1600 46
A24 410 265 1600 33
B11 110 212 500 65
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 350 312 1600 48
B21 158 220 700 44
B22 464 298 1600 61
B23 50 104 200 20
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 40,1
TABEL Ⅶ
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-52
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 13/04/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 148 181 500 32
A12 319 266 1000 38
A13 326 246 1400 43
A14 412 267 1600 35
A21 150 219 700 44
A22 0 0 0 0
A23 443 289 1600 46
A24 410 265 1600 33
B11 110 212 500 65
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 350 312 1600 48
B21 0 0 0 0
B22 464 298 1600 61
B23 50 104 200 20
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 42,1
TABEL Ⅷ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 15/04/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 148 181 500 32
A12 409 287 1300 40
A13 464 296 1600 60
A14 461 268 1800 33
A21 153 180 500 32
A22 416 296 1300 24
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 110 212 500 65
B12 350 282 1300 42
B13 420 242 1600 39
B14 393 284 1800 47
B21 110 211 500 65
B22 517 305 1800 62
B23 50 104 200 20
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 42,7
TABEL Ⅸ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 22/05/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 148 181 500 32
A12 431 273 1400 41
A13 464 296 1600 60
A14 461 268 1800 33
A21 153 180 500 32
A22 445 307 1400 26
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 110 212 500 65
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 393 284 1800 47
B21 110 211 500 65
B22 517 305 1800 62
B23 50 104 200 20
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 42.9
TABEL Ⅹ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 10/06/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 148 181 500 32
A12 319 266 1000 38
A13 238 219 1000 41
A14 252 220 1000 30
A21 153 180 500 32
A22 316 233 1000 22
A23 273 239 1000 41
A24 253 220 1000 30
B11 110 212 500 65
B12 270 246 1000 40
B13 268 209 1000 32
B14 220 260 1000 44
B21 110 211 500 65
B22 283 273 1000 55
B23 20 80 100 17
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 39.0
TABEL Ⅺ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 13/06/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 148 181 500 32
A12 319 266 1000 38
A13 238 219 1000 41
A14 252 220 1000 30
A21 153 180 500 32
A22 316 233 1000 22
A23 196 204 700 36
A24 253 220 1000 30
B11 110 212 500 65
B12 270 246 1000 40
B13 0 0 0 0
B14 220 260 1000 44
B21 110 211 500 65
B22 283 273 1000 55
B23 20 80 100 17
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 39,1
TABEL Ⅻ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 24/06/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 148 181 500 32
A12 319 266 1000 38
A13 238 219 1000 41
A14 252 220 1000 30
A21 153 180 500 32
A22 316 233 1000 22
A23 146 180 500 32
A24 253 220 1000 30
B11 110 212 500 65
B12 270 246 1000 40
B13 0 0 0 0
B14 220 260 1000 44
B21 110 211 500 65
B22 283 273 1000 55
B23 0 0 0 0
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 40.5
TABEL ⅫⅠ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 15/07/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 0 0 0 0
A12 499 298 1600 41
A13 0 0 0 0
A14 462 268 1800 33
A21 220 253 1000 46
A22 445 307 1400 26
A23 443 289 1600 46
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-53
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
A24 463 267 1800 33
B11 222 251 1000 46
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 393 284 1800 47
B21 220 253 1000 46
B22 240 448 1600 51
B23 0 0 0 0
B24 395 283 1800 47
Tegangan rata-rata 41,8
TABEL ⅩⅣ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 18/07/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 0 0 0 0
A12 499 298 1600 41
A13 0 0 0 0
A14 462 268 1800 33
A21 220 253 1000 46
A22 445 307 1400 26
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 222 251 1000 46
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 393 284 1800 47
B21 220 253 1000 46
B22 240 448 1600 51
B23 269 209 1000 32
B24 395 283 1800 47
Tegangan rata-rata 43,4
TABEL ⅩⅤ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 19/07/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 0 0 0 0
A12 499 298 1600 41
A13 0 0 0 0
A14 462 268 1800 33
A21 220 253 1000 46
A22 316 233 1400 22
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 222 251 1000 46
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 393 284 1800 47
B21 220 253 1000 46
B22 400 292 1400 61
B23 420 243 1600 39
B24 395 283 1800 47
Tegangan rata-rata 42,1
TABEL ⅩⅥ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 31/07/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 252 220 1000 45
A12 463 267 1800 39
A13 0 0 0 0
A14 462 268 1800 33
A21 220 253 1000 46
A22 445 307 1400 26
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 222 251 1000 46
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 393 284 1800 47
B21 110 211 500 65
B22 464 298 1600 61
B23 480 277 1800 41
B24 220 260 1000 44
Tegangan rata-rata 43,6
TABEL ⅩⅦ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 07/08/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝐕𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝐕𝟐
( KV )
A11 252 220 1000 45
A12 463 267 1800 39
A13 0 0 0 0
A14 462 268 1800 33
A21 220 253 1000 46
A22 445 307 1400 26
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 222 251 1000 46
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 220 260 1000 44
B21 110 211 500 65
B22 464 298 1600 61
B23 480 277 1800 41
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 43.3
TABEL ⅩⅧ
DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) 16/09/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝑽𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝑽𝟐
( KV )
A11 252 220 1000 45
A12 431 273 1400 41
A13 440 289 1600 46
A14 0 0 0 0
A21 220 253 1000 46
A22 445 307 1400 26
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 222 251 1000 46
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 393 284 1800 47
B21 220 253 1000 46
B22 400 292 1400 61
B23 420 243 1600 39
B24 395 283 1800 47
Tegangan rata-rata 43,4
Perhitungan besar kuat medan listrik pada elecrostatic
precipitator pada saat terjadi gangguan dapat dihitung
menggunakan persamaan 7 dan hasilnya akan
ditampilkan dalam Tabel ⅩⅨ
E = V/d (7)
Dimana :
E = Kuat medan listrik ( V/m )
V = Tegangan Output transformator ( V )
d = Jarak antara 2 pelat pengumpul ( m ),nilai (d)
sesuai desain ESP TABEL ⅩⅨ
KUAT MEDAN MAGNET ESP
No
.
Waktu
gangguan
V (
Volt)
d
(m)
EP (V/m)
1 18/03/2019 40,5 0,4 101,25
2 30/03/2019 40,1 0,4 100,25
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-54
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
3 13/04/2019 42,1 0,4 105,25
4 15/04/2019 42,7 0,4 106,75
5 22/05/2019 42,9 0,4 107,25
6 10/06/2019 39 0,4 97,5
7 13/06/2019 39,1 0,4 97,75
8 24/06/2019 40,5 0,4 101,25
9 15/07/2019 41,8 0,4 104,5
10 18/07/2019 43,4 0,4 108,5
11 19/07/2019 42,1 0,4 105,25
12 31/07/2019 43,6 0,4 109
13 07/08/2019 43,3 0,4 108,25
14 16/09/2019 43,4 0,4 108,5
Perhitungan besar kecepatan migrasi partikel dan
efisiensi ESP pada saat terjadi gangguan menggunakan
persamaan 6 dan Persamaan 8. Hasil perhitungan dapat
dilihat dalam Tabel ⅩⅩ.
ω = 𝟐.𝒌𝟎.𝒑.𝑬𝒄.𝑬𝒑
𝟑µ (6)
Dimana :
ω = Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ )
Ko = Permittivity ( 8,85 x 10−12 F/m)
p = Tekanan (Pascal)
Ec = Kuat medan listrik (V/m)
Ep = Kuat medan Precipitator (V/m)
µ = Viskositas gas buang (Pascal.s), nilai (µ) sesuai
desain ESP
η = 1 – 𝑒− (
𝜔.𝐴
𝑄 )
(8)
Dimana :
η = Effisiensi electrostatic precipitator
ω= Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ )
A = Luas media penangkapan ( 𝑚2 ), nilai (A) sesuai
desain ESP
Q = Laju aliran gas ( 𝑚3
𝑠⁄ )
e = Bilangan natural ( 2.718 )
TABEL XⅩ
EFISIENSI ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)
TABEL ⅩⅩⅠ
EFISIENSI ESP KURANG DARI 90%
TABEL ⅩⅩⅡ
EFISIENSI ESP REKOMENDASI SAAT DIBAWAH 90%
TABEL ⅩⅩⅢ
KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 18/03/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝑽𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝑽𝟐
( KV )
A11 231 446 1200 50
A12 246 460 1200 51
A13 326 246 1400 43
A14 412 267 1600 35
A21 310 206 1400 54
A22 0 0 0 0
A23 443 289 1600 46
A24 463 267 1800 33
B11 110 212 500 65
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 350 312 1600 48
B21 158 220 700 44
B22 464 298 1600 61
B23 50 104 200 20
B24 20 80 100 17
Tegangan rata-rata 43.2
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-55
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
TABEL ⅩⅩⅣ
KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 30/03/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝑽𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝑽𝟐
( KV )
A11 158 220 700 34
A12 246 460 1200 51
A13 410 268 1600 35
A14 249 461 1000 41
A21 150 219 700 44
A22 0 0 0 0
A23 443 289 1600 46
A24 410 265 1600 33
B11 110 212 500 65
B12 373 273 1400 43
B13 420 242 1600 39
B14 350 312 1600 48
B21 158 220 700 44
B22 464 298 1600 61
B23 50 104 200 20
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 43,2
TABEL ⅩⅩⅤ
KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 10/06/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝑽𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝑽𝟐
( KV )
A11 231 446 1200 50
A12 246 460 1200 51
A13 373 272 1400 43
A14 412 267 1600 35
A21 310 206 1400 54
A22 316 233 1000 22
A23 443 289 1600 46
A24 410 265 1600 33
B11 110 212 500 65
B12 270 246 1000 40
B13 420 242 1600 39
B14 350 312 1600 48
B21 158 220 700 44
B22 464 298 1600 61
B23 20 80 100 17
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 43,2
TABEL ⅩⅩⅥ
KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 13/06/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝑽𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝑽𝟐
( KV )
A11 231 446 1200 50
A12 246 460 1200 51
A13 238 219 1000 41
A14 412 267 1600 35
A21 153 180 500 32
A22 316 233 1000 22
A23 443 289 1600 46
A24 410 265 1600 33
B11 110 212 500 65
B12 270 246 1000 40
B13 0 0 0 0
B14 350 312 1600 48
B21 110 211 500 65
B22 464 298 1600 61
B23 20 80 100 17
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 43,2
TABEL ⅩⅩⅦ
KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 24/06/2019
ESP A 𝐈𝟏
( A )
𝑽𝟏
( V )
𝐈𝟐
( mA )
𝑽𝟐
( KV )
A11 231 446 1200 50
A12 319 266 1000 38
A13 238 219 1000 41
A14 252 220 1000 30
A21 153 180 500 32
A22 316 233 1000 22
A23 443 289 1600 46
A24 410 265 1600 33
B11 110 212 500 65
B12 270 246 1000 40
B13 0 0 0 0
B14 350 312 1600 48
B21 110 211 500 65
B22 464 298 1600 61
B23 0 0 0 0
B24 0 0 0 0
Tegangan rata-rata 44.0
Gambar 13. Grafik Perbandingan Efisiensi ESP Awal dan
Rekomendasi
Dari Gambar 13 dan Tabel ⅩⅩⅦ, kita dapat
mengetahui bahwa dengan menaikkan nilai arus
sekunder dapat meningkatkan besarnya kuat maden ESP
yang secara langsung juga meningkatkan efisiensi ESP.
Efisiensi ESP pada tgl 18 Maret 2019 meningkat dari
88,23 % menjadi 90,58 %. Efisiensi ESP pada tgl 30
Maret 2019 meningkat dari 89,71 % menjadi 90,55 %.
Efisiensi ESP pada tgl 10 Juni 2019 meningkat dari 84,38
% menjadi 93,63 %. Efisiensi ESP pada tgl 13 Juni 2019
meningkat dari 87,38 % menjadi 91,92 %. Efisiensi ESP
pada tgl 24 Juni 2019 meningkat dari 85,83 % menjadi
90,03%. Meskipun terdapat kendala kerusakan dan
perbaikan di beberapa transformator ESP, tetapi dengan
melakukan setting ulang di arus sekunder transformator,
effisiensi ESP sudah mendekati efisiensi ESP sesuai
desain yaitu 99,65 %
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-56
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
4.5 Analisis Solusi Pembagian Arus Transformator
ESP
TABEL ⅩⅩⅧ
PERBNDINGAN EFISIENSI AWAL DAN REKOMENDASI
Perubahan nilai arus trafo dilakukan melalui panel
AVC (Automatic Voltage Control) dengan
memperhatikan letak Trafo ESP yang mengalami
gangguan atau kerusakan. Perubahan nilai arus trafo ESP
berpengaruh terhadap perubahan besar tegangan trafo
yang selanjutnya mempengaruhi besarnya kuat medan
magnet ESP (Ep). Flow udara ( Q ) pada saat ESP
mengalami gangguan perlu diperhatikan agar nilai
efisiensi ESP baik. Berdasarkan tabel 4.30, Pada tgl
18/03/2019, kuat medan magnet awal sebesar 101,25
V/m direkomendasikan menjadi 108 V/m dapat
meningkatkan efisiensi dari 88,23 % menjadi 90,58 %.
Pada tgl 30/03/2019, kuat medan magnet awal sebesar
100,25 V/m direkomendasikan menjadi 108 V/m dapat
meningkatkan efisiensi dari 89,71 % menjadi 90,55 %.
Pada tgl 10/06/2019, kuat medan magnet awal sebesar
97,5 V/m direkomendasikan menjadi 108 V/m dapat
meningkatkan efisiensi dari 84,38 % menjadi 93,63 %.
Pada tgl 13/06/2019, kuat medan magnet awal sebesar
97,75 V/m direkomendasikan menjadi 108 V/m dapat
meningkatkan efisiensi dari 87,38 % menjadi 91,92 %.
Pada tgl 24/06/2019, kuat medan magnet awal sebesar
40,5 V/m direkomendasikan menjadi 110 V/m dapat
meningkatkan efisiensi dari 85,83 % menjadi 90,03
%.Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar arus
trafo maka kuat medan magnetnya juga semakin besar
sehingga nilai efisiensi ESP tersebut semakin meningkat
atau lebih baik dari kondisi awal
Tabel ⅩⅩⅨ
HASIL PARAMETER CEMS (CONTINOU EMISSION MONITORING
SYSTEM)
Tabel ⅩⅩⅨ diatas menjelaskan hasil pembacaan
CEMS (Continuos Emission Monitoring system) yang
disinkronkan dengan besar efisiensi ESP pada saat terjadi
gangguan atau kerusakan. Partikulat menunjukkan
besarnya abu yang masih lolos ke lingkungan, sedangkan
opasitas menunjukkan kadar kepekatan udara yang
keluar dari cerobong/stack. Kedua parameter ini menjadi
tolak ukur utama dalam menentukan efisiensi ESP,
sedangkan kadar gas NOx dan SOx besarnya bergantung
pada jenis batubara yang dibakar dalam boiler, dan
merupakan bawaan batubara yang tidak dapat diubah.
Dalam tabel efisiensi ESP terbaik ditunjukkan dengan
angka bewarna hijau, ketika efisiensi pada tgl 18/07/2019
sebesar 98,67%, tgl 19/07/2019 sebesar 97,59% dan tgl
07/08/2019 sebesar 98,83%. Efisiensi kurang baik
ditunjukkan dengan angka bewarna merah, ketika
efisiensi pada tgl 10/06/2019 sebesar 84,38% dan tgl
24/06/2019 sebesar 85,83%
4.6 Error atau Kendala Analisis Pembagian
Besarnya Arus Trafo ESP
Selama menjalani proses pengumpulan data, peneliti
mengalami beberapa kendala, salah satunya adanya
gangguan atau kerusakan pada CEMS (Continuos
Emission Monitoring system). Tercatat dalam periode
penelitian dari 01 Januari 2019 sampai 31 September
2019 terdapat total 40 hari dari 273 hari, dengan
demikian terdapat error sekitar 14,65 %. Error bisa
diminimalisir selama proses perbaikan dan kalibrasi
sensor parameter emisi pada CEMS berjalan cepat.
4.7 Kelebihan dan Kekurangan Analisis Pembagian
Besarnya Arus Trafo ESP
Dalam suatu analisis pasti terdapat kelebihan dan
kekurangannya. Hal ini dapat menjadi panduan untuk
penelitian yang lebih jauh dan baik lagi.adapun kelebihan
dan kekurangannya antara lain
Kelebihan:
1. Mempertahankan besarnya efisiensi ESP saat
terjadi gangguan dan kerusakan mendekati efisiensi
desain
2. Nilai kadar/parameter emisi gas buang sesuai
dengan peraturan Menteri Lingkuangan Hidup dan
Kehutanan
3. Mencegah dan meminimalisir gangguan dan
kerusakan pada ESP serta mencegah kerusakan
terulang lagi
Kekurangan :
1. Adanya error pada CEMS membuat pemantauan
emisi kadang terganggu
2. Aplikasi pemantauan emisi CEMS belum terinstal
di semua bidang sehingga kesulitan mengetahui besarnya
emisi yang masih lolos ke lingkungan sekitar
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan data hasil
penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Kinerja
Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Pembagian
Besarnya Arus Transformator Di PT PJB UBJOM
PLTU Paiton yaitu:
1. Gangguan dan kerusakan pada Electrostatic
Jurnal EECCIS Vol. 14, No. 2, Agustus 2020, p-57
p-ISSN : 1978-3345, e-ISSN(Online): 2460-8122
Precipitator (ESP) di PT PJB UBJOM PLTU
PAITON disebabkan oleh 3 faktor yaitu Metode,
Manusia dan mesin/peralatan. Inti ketiga faktor
tersebut adalah :
a. FLM (First Line Maintenance) kurang
optimal
b. Durasi pelaksanaan PM (Prefentive
Maintenance) kurang, sehingga hasil kurang
maksimal
c. Kurang kepedulian/ kesadaran dari operator
d. Kurang pengetahuan / keahlian operator
e. Rutin test dan change over peralatan tidak
efektif karena tidak adanya redudansi
peralatan
2. Besarnya efisiensi Electrostatic Precipitator
(ESP) di PT PJB UBJOM PLTU PAITON saat
terjadi gangguan dan kerusakan bervariasi
tergantung besarnya arus pada transformator ESP.
Semakin besar arus, semakin besar kuat medan
magnetnya sehingga semakin besar juga nilai
efisiensi ESP. Efisiensi ESP terbaik saat terjadi
gangguan dan kerusakan diperoleh pada tgl
07/08/2019 sebesar 98,83% yang mendekati nilai
efisiensi ESP sesuai desai yaitu 99,5 %
3. Berdasarkan penelitian dan analisis data terdapat
beberapa efisiensi ESP yang tergolong rendah
yaitu kurang dari 90%. Penurunan efisiensi ESP
terjadi karena adanya gangguan di beberapa
transformator, Tetapi efisiensi ESP dapat di
pertahankan mendekati desain. Efisiensi ESP
pada tgl 18 Maret 2019 meningkat dari 88,23 %
menjadi 90,58 %. Efisiensi ESP pada tgl 30 Maret
2019 meningkat dari 89,71 % menjadi 90,55 %.
Efisiensi ESP pada tgl 10 Juni 2019 meningkat
dari 84,38 % menjadi 93,63 %. Efisiensi ESP
pada tgl 13 Juni 2019 meningkat dari 87,38 %
menjadi 91,92 %. Efisiensi ESP pada tgl 24 Juni
2019 meningkat dari 85,83 % menjadi 90,03%
5.2. Saran
Hasil dari penelitian dapat diusulkan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Dalam melakukan setting arus sekunder
transformator masih Manual, untuk kedepannya
diharapkan terdapat suatu program otomatis yang
dapat mengatur besarnya arus sekunder
transformator dari monitor operator di ruang
CCR ash handling ketika suatu saat terjadi
kerusakan pada salah satu transformator ESP
2. Kebutuhan instal Aplikasi CEMS di monitor
operator CCR ash handling untuk mempermudah
pemantauan besarnya laju aliran flue gas yang
membawa material partikulat, emisi dan besarnya
opasitas dari gas buang tersebut
REFERENSI
[1] Afrian,Noza dkk.2015.Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator
(ESP) Berdasarkan Besarnya Tegangan DC Yang Digunakan
Terhadap Perubahan Emisi di Power Boiler Industri Pulp And
Paper. Jom FTEKNIK Volume 2 No.2.Riau: Universitas Riau.
[2] Doa Doel, Cara Menulis Daftar Pustaka dari Internet Dengan
BENAR http://caradanlangkah.blogspot.com/2014/07/cara-
menulis-daftar-pustaka-dari.html . Diakses pada 20 April 2020
[3] Fitrianto,Ardy.2018.Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator
(ESP) Berdasarkan Hasil Dari Perubahan Emisi Pada Power
Boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Studi Kasus di PLTU
Lestari banten Energy).Skripsi.Yogyakarta: Universitas
Teknologi Yogyakarta.hlm 2,10
[4] Harbin Power Engineering CO., LTD. 2009. Indonesia 1X660
MW Paiton Coal Fired Thermal Power Plant Operating and
Maintenance Manual.hlm 17-34
[5] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia.2019. Tentang Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik
Tenaga Termal. Nomor
P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019.Jakarta:Sekretariat
Negara.hlm 1-23
[6] PT PLN (PERSERO). 2019. Modul Pembelajaran Supervisory
Education.Surabaya:PJB Academy
[7] PT PLN (PERSERO). 2006. Paket 1 Pengoperasian PLTU. Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Suralaya
[8] Rendalop UBJOM Paiton. 2019.Laporan Harian Coal and ash
handling.Probolinggo:PT PJB UBJOM PAITON
[9] Yulianti,Vivi.2018. Studi Efisiensi Penggunaan Electrostatic
Precipitator (ESP) Pada PT. Makassar Tene.Skripsi.Makassar:
Politeknik Negeri Ujung Pandang.