9

Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No.1 hlm 68 - 74 Jan - Jun ...repository.unib.ac.id/7585/1/B01 Rhizobium dan CMA Meningkatkan... · Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No.1 hlm 68 ... dan dapat

  • Upload
    builien

  • View
    217

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No.1 hlm 68 - 74 Jan - Jun 2009 ISSN 1410-3354

Rhizobium dan CMA Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil TigaGenotipe Kedelai di Ultisols

Rhizobium and AMC Increase Growth and Yield of Three Soybean Genotipesin Ultisols

Rr. Yudhy Harini BerthamJurusan Budidaya Pertania Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Jln. Raya Kandang Limun Bengkulu [email protected]

ABSTRACTOne alternative to soybean cultivar production was utilization of Rhizobium and AMF as biofertilizers.

The experiment was aimed to get a Rhizobium and AMF combination which capable to increase growth and yieldof soybean in Ultisols of Bengkulu.This experiment was arranged in split block design and consisted of twofactors. The first factor was soybean genotype, Pangrango, Ceneng, DSI (Malabar x Kipas Putih).The secondfactor was inoculant of Rhizobium and AMF namely: G. manihotis + Rhizobium of KLR 5.3 strain, G. manihotis+ Rhizobium of TER 2.2 strain, Gigaspora margarita + Rhizobium of KLR 5.3 strain, Gigaspora margarita +Rhizobium of TER 2.2 strain, fertilizer NPK at recommended dosage without inoculants respectively. All replicationreceived 1 ton ha-1 of farmyard manure, biofertilizer treated plot received 54.3 kg ha-1 Urea, 55.5 kg ha-1 SP36, and185.2 kg ha-1 KCl. Chemical fertilizer application was 217.4 kg ha-1 Urea, 222.2 kg ha-1 SP36, and 185 kg ha-1 KCl. Theresults of the experiment showed that biofertilizer combination that ca be recommended for use is ultisols areGlomus and Rhizobium of Kandang Limun origin (R

1) and Talang Empat origin (R

2) and Gigaspora only with

Rhizobium of Talang Empat origin (R2)

Key words : soybean, Glomus, Gigaspora, rhizobia, Ultisols

ABSTRAKSalah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kedelai di Ultisols ialah

dengan memanfaatkan pupuk hayati dalam bentuk inokulan jasad renik tanah, misalnya bakteri penambat nitrogen(BPN) dan fungi mikoriza arbuskula (CMA). Penelitian ini bertujuan memperoleh pasangan CMA dan Rhizobiumyang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai di Ultisols di Bengkulu. Penelitian disusun denganRancangan Petak Teralur (Split Block) dengan rancangan dasar Acak kelompok Lengkap yang setiap satuanpercobaan diulang tiga kali. Petak utama ialah genotipe kedelai yang terdiri dari V

1 = Pangrango, V

2 = Ceneng,

dan V3 = DS1. Anak petak ialah inokulan CMA dan Rhizobium yaitu GlmR

1 = G. manihotis + Rhizobium KLR 5.3;

GlmR2 = G. manihotis + Rhizobium TER 2.2; GimR

1 = Gigaspora margarita + Rhizobium KLR 5.3; GimR

2 =

Gigaspora margarita + Rhizobium TER 2.2; dan Kontrol = pemupukan NPK dengan dosis rekomendasi tanpainokulan. Seluruh perlakuan diberi kapur 200 kg ha-1 dan pupuk kandang 1 ton ha-1. Semua perlakuan pupukhayati diberi pupuk dasar berupa 54,3 kg ha-1 Urea, 55,5 kg ha-1 SP36, dan 185,2 kg ha-1 KCl. Sebagai perlakuankontrol adalah tanah yang diberi pupuk NPK (217,4 kg ha-1 Urea, 222,2 kg ha-1 SP36, dan 185 kg ha-1 KCl). Hasilpenelitian menunjukkan pasangan CMA dan rhizobia yang dianjurkan ialah Glomus dengan rhizobia asal KandangLimun maupun Talang Empat sedangkan Gigaspora hanya cocok jika dipasangkan dengan rhizobia asal TalangEmpat.

Kata kunci : kedelai, Glomus, Gigaspora, rhizobia, Ultisols

Rr. Yudhy Harini Bertham : Rhizobium dan CMA 69

PENDAHULUAN

Luas Ultisols di Indonesia mencapai 48,3juta ha atau sekitar 58 % dari seluruh luas lahankering (Hasanudin dan Gonggo, 2004). Kendalapemanfaatan tanah Ultisols diantaranya ialahtingginya kemasaman tanah sehinggameningkatkan kadar Al3+ dan Fe3+ yang bersifatracun bagi tanaman, retensi hara tinggi, kadar haradan bahan organik rendah (Sanchez, 1992).Rendahnya ketersediaan hara pada Ultisolsmenyebabkan kurang optimalnya pertumbuhan danhasil tanaman budidaya, seperti kedelai.

Kedelai merupakan tanaman yangbermanfaat untuk kehidupan manusia, baik sebagaisumber protein nabati, bahan baku industri, danbahan pakan ternak (Bertham, 2002a). Produksikedelai tahun 2007 diperkirakan mencapai 745,53ribu ton biji kering atau turun sekitar 3,51 ribu ton(0,47%) dibandingkan dengan produksi tahun 2006(749,04 ribu ton). Penurunan produksi kedelaitahun 2007 disebabkan terjadinya penurunan luaspanen sebanyak 7,44 ribu ha (1,28%) (BPS, 2007).

Salah satu upaya untuk meningkatkanproduktivitas Ultisols ialah dengan memanfaatkanpupuk hayati dalam bentuk inokulan jasad reniktanah, misalnya bakteri penambat nitrogen (BPN)dan mikoriza.

BPN khususnya dari kelompok rhizobiaialah bakteri penambat N

2 dari udara yang hidup

dalam bintil akar bersimbiosis mutualistik dengantanaman legum (Rao, 1994). Bakteri mendapatkanhara dan energi dari tanaman inang sedangkantanaman inang mendapat-kan senyawa N daribakteri untuk melangsungkan kehidupannya(Khairul, 2001).

Fungi mikoriza arbuskula (CMA)merupakan fungi yang bersimbosis dengan akartanaman. Fungi ini dikenal dapat meningkatkanserapan beberapa unsur hara tanaman, khususnyaP, meningkatkan ketahanan tanaman terhadapkekeringan, memproduksi hormon pertumbuhan,dan dapat memberi perlindungan tanaman daripatogen akar dan unsur toksik. Sebaliknyacendawan mendapatkan pasokan karbon hasilfotosintesis tanaman inang dan lingkungan untuktempat berkembang kehidupannya (Subiksa,

2002). CMA dan rhizobia dikenal sebagai duajasad renik yang umum mengkolonisasi akartanaman kedelai dan bersinergi meningkatkanpertumbuhan dan hasil kedelai (Bertham et al.,2005).

Penelitian bertujuan memperolehpasangan CMA dan Rhizobium yang mampumeningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai padaUltisols di Bengkulu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan bagian daripenelitian “Pemanfaatan Inokulan Ganda CMA(Glomus manihotis dan Gigaspora margarita)dan Rhizobium untuk Meningkatkan ProduktivitasTiga Genotipe Kedelai di Ultisols”, yangdilaksanakan di lahan kebun percobaan UNIB.Analisis tanah dilakukan di Laboratorium IlmuTanah Fakultas Pertanian UNIB dan InstitutPertanian Bogor (IPB). Penelitian dimulai daribulan Juni sampai September 2006.

Benih kedelai genotipe Pangrango danCeneng diperoleh dari Pusat Penelitian PemuliaanTanaman IPB. Benih kedelai genotipe DS1 (hasilpersilangan genotipe Malabar dengan Kipas Putih)diperoleh dari Laboratorium Agronomi Fak.Pertanian UNIB. Inokulan Rhizobium dan mikorizamerupakan hasil perbanyakan dari kultur tunggalyang dilakukan di Laboratorium BioteknologiHutan dan Lingkungan, Pusat PenelitianSumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB.

Percobaan disusun dengan rancanganPetak Teralur (Split Block). Petak utama ialahgenotipe kedelai yang terdiri dari V

1 = Pangrango,

V2 = Ceneng, dan V

3 = DS1. Anak petak ialah

inokulan CMA dan Rhizobium yaitu GlmR1 =

Glomus manihotis + Rhizobium KLR 5.3; GlmR2

= Glomus manihotis + Rhizobium TER 2.2;GimR

1 = Gigaspora margarita + Rhizobium

KLR 5.3; GimR2 = Gigaspora margarita +

Rhizobium TER 2.2; dan Kontrol = pemupukanNPK dengan dosis rekomendasi tanpa inokulan.KLR dan TER menunjukkan asal isolat rizobia yaituKandang Limun (KL) dan Talang Empat (TE),sedangkan R merupakan singkatan dariRhizobium.

Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No.1 hlm 68 - 74 Jan - Jun 2009 70

Tabel 1. Ciri-ciri kimia tanah di lahan Kebun Percobaan Universitas BengkuluParameter Metoda Nilai Kriteria *pH H

2O Ekstrak air 1 : 1 4,80 Masam

pH KCl Ekstrak KCl 1 : 1 4,50 MasamC organik (%) Walkley dan Black 2,15 SedangN total (%) Kjeldahl 0,14 RendahNisbah C/N 15,34 RendahP total (%) HCl 25% 126,30 TinggiP tersedia (ppm) Bray I 9,20 RendahK

dd (me 100g-1) NH

4Oac 0,42 Sedang

Ca (me 100g-1) NH4Oac 6,18 Sedang

Mg (me 100g-1) NH4Oac 2,64 Sedang

Na (me 100g-1) NH4Oac 0,56 Sedang

KTKtotal (me 100g-1) NH4Oac 18,86 Sedang

Aldd

(me 100g-1) Ekstrak KCl 1,36 RendahKejenuhan Al (%) 7,21 Tidak beracun* Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor (2006)

Lahan yang digunakan dalam penelitian iniseluas 276 m2 dengan panjang 23 m dan lebar 12m. Pada lahan tersebut disiapkan tiga blok yangsatu dengan lainnya dipisahkan dengan jarak 1 m.Tiap blok terdiri dari 15 petak dan setiap petakberukuran 2 m x 2 m yang berisi 25 tanamankedelai dengan jarak tanam 35 cm x 35 cm. Petaksatu dengan petak yang lainnya dipisahkan denganjarak 0,5 m. Dari setiap petak diambil contoh tanahkomposit untuk kemudian dianalisis ciri kimiatanahnya (Tabel 1).

Satu minggu sebelum tanam dilakukanpengapuran dengan takaran 200 kg ha-1 danpemberian pupuk kandang 1 ton ha-1. Satu harisebelum tanam dilakukan pemberian pupuk dasar54,3 kg ha-1 Urea, 55,5 kg ha-1 SP36, dan 185,2 kgha-1 KCl. Pada perlakuan pupuk NPK dosisrekomendasi tanpa inokulan diberikan 217,4 kg ha-

1 Urea, 222,2 kg ha-1 SP36, dan 185 kg ha-1 KCl.Inokulasi Rhizobium dilaksanakan

sebelum tanam menggunakan isolat yang akan

Tabel 2. Nilai F hitung perlakuan genotipe kedelai dan inokulan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelaiVariabel Nilai F hitung pada

Genotipe Inokulan InteraksiPertumbuhanJumlah bintil akar 9,43 * 2,28 ns 2,94 *Bobot kering bintil akar 0,48 ns 33,96 * 6,58 *Bobot kering tanaman 28,35 * 9,01 * 2,72 *HasilBobot biji 10,61 * 3,38 ns 6,00 *Jumlah biji 4,76 ns 2,00 ns 2,50 nsF- tabel 6,94 3,84 2,59Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%, ns = berbeda tidak nyata

diuji menggunakan metode dua tahap dariSomasegaran dan Hoben (1994). Inokulan CMAdiberikan dalam bentuk campuran akar-akarterinfeksi dan spora dengan bahan pembawa zeolit.

Benih kedelai ditanam pada lubang tanamdengan kedalaman 2,5 cm dan setiap lubang diberi3 benih kedelai yang telah diinokulasi denganRhizobium sesuai perlakuan dan 2,5 g inokulanCMA. Pemeliharaan tanaman meliputipenyiraman setiap hari, penyulaman pada tanamanyang mati atau tumbuh tidak normal, penjarangan,pembersihan gulma, dan pemberantasan hama danpenyakit tanaman dengan menggunakan pestisidaCuracron dengan konsentrasi 2 mL L-1 yangdilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat tanamanumur 30, 50, dan 70 hari setelah tanam (hst).

Panen dilakukan dua tahap yaitu pada fasevegetatif dan generatif. Pada saat panen tersebutdiambil contoh tanaman secara acak sebanyak tigatanaman dari setiap petak, yang diambil adalahtanaman yang terletak di tengah petak perlakuan.

Contoh tanah diambil secara komposit dari setiappetak perlakuan sesuai dengan tanaman contoh.

Panen pada fase vegetatif dilakukan padasaat tanaman berumur 40 hst atau 10% daripopulasi tanaman sudah ber-bunga. Peubah yangdiamati pada fase ini ialah bobot keringberangkasan (g), jumlah bintil (buah), dan bobotbintil (g). Pemanenan fase generatif dilakukanpada saat tanaman berumur 75 hst yangditunjukkan dengan menguningnya daun danpolong. Adapun peubah yang diamati ialah bobottotal biji (g) dan jumlah biji (buah).

Analisis data dilakukan dengan piranti lunakMinitab versi 14.1 dan CoStat versi 6.311, Minitabdigunakan untuk uji kenormalan galat,keseragaman ragam dan transformasi Box-Cox.CoStat digunakan untuk uji F rancangan petakteralur, dan Uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama penelitian berlangsung, suhu tanahrata-rata ialah 32,1 ºC, suhu udara rata-rataberkisar antara 23,4-30,9 ºC, penyinaran matahari73,75% dan jumlah curah hujan rata-rata 167,2mm bulan-1. Kondisi iklim selama penelitian ini

Rr. Yudhy Harini Bertham : Rhizobium dan CMA 71

Keterangan : Rata-rata sekolom didampingi huruf kecil berbeda atau rerata sebaris didampingi huruf besar berbeda menunjukkanberbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%. GlmR

1=Glomus manihotis + Rhizobium

KLR 5.3; GlmR2 =Glomus manihotis + Rhizobium TER 2.2 ; GimR

1 = Gigaspora margarita + Rhizobium

KLR 5.3; GimR2

= Gigaspora margarita + Rhizobium TER 2.2; dan Kontrol = pemupukan NPK dosisrekomendasi tanpa inokulan

kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kedelaikarena tanaman kedelai pada umumnya palingcocok dibudidayakan pada daerah-daerah yangmemiliki suhu antara 25-27 ºC, kelembaban udararata-rata 65%, penyinaran matahari 12 jam hari-1

atau minimal 10 jam hari-1, dan curah hujan palingoptimum antara 100-200 mm bulan-1 (Rukmanadan Yuniarsih, 1996).

Interaksi genotipe dan inokulanberpengaruh nyata pada semua peubah yangdiamati, kecuali pada jumlah biji (Tabel 2). Hal inimenunjukkan tanaman kedelai merespon positifinokulan CMA dan Rhizobium. Rhizobiumbertugas memfiksasi N

2 dari atmosfir sedangkan

hifa CMA memfasilitasinya dengan peningkatanserapan ion khususnya P. Sebagai imbalannya,rhizobia menyediakan senyawa-senyawa danhormon tumbuh yang dapat memacu kolonisasiCMA ke akar tanaman (Bertham et al., 2005).

Jumlah bintil akar efektif tanaman kedelaidipengaruhi oleh genotipe kedelai dan interaksigenotipe dan inokulan (Tabel 3). Jumlah bintil akartertinggi (12 buah) dihasilkan genotipe Ceneng,yang terendah dihasilkan genotipe Pangrango,sedangkan genotipe DS1 menghasilkan jumlahbintil diantara keduanya.

Tabel 3. Pengaruh genotipe kedelai dan inokulan terhadap pertumbuhan kedelai

Tabel 4. Pengaruh genotipe dan Inokulan terhadap hasil kedelai

Keterangan : Rerata sebaris didampingi huruf besar berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tarafkepercayaan 95%. GlmR

1=Glomus manihotis + Rhizobium KLR 5.3; GlmR

2 =Glomus manihotis + Rhizobium

TER 2.2 ; GimR1 = Gigaspora margarita + Rhizobium KLR 5.3; GimR

2=Gigaspora margarita + Rhizobium

TER 2.2; dan Kontrol = pemupukan NPK dengan dosis rekomendasi tanpa inokulan

Pengaruh Glomus lebih besar padagenotipe DS1 dan Ceneng, sedangkan Gigasporalebih besar pengaruhnya pada genotipe Pangrangodan Ceneng. Jumlah bintil akar tertinggi dihasilkanoleh inokulan Glomus manihotis + RhizobiumTER 2.2 pada genotipe Ceneng (16 buah). Hal inimenunjukkan Glomus manihotis + RhizobiumTER 2.2 aktivitasnya saling mempengaruhi satusama lain. Pujianto (2001) menyatakan rhizobiadan CMA bersinergi meningkatkan pertumbuhantanaman inang.

Pengaruh Rhizobium KLR 5.3 lebih besarpada genotipe Ceneng sedangkan pengaruhRhizobium TER 2.2 lebih besar pada genotipeCeneng dan DS1. Dengan demikian genotipeCeneng merupakan kedelai yang lebih responsifterhadap CMA dan Rhizobium. Hal ini sejalandengan penelitian Bertham et al. (2005) yangmelaporkan genotipe Ceneng merupakan kedelaiyang lebih responsif terhadap berbagai spesiesCMA dan isolat rhizobia dibandingkan dengan Wilisdan Pangrango.

Dalam penelitian ini, inokulan dan interaksigenotipe dan inokulan berpengaruh nyata terhadapbobot kering bintil akar (Tabel 3). GenotipePangrango memiliki bintil akar efektif yang bobotkeringnya tertinggi diikuti oleh DS1 dan Ceneng.Perbedaan ini disebabkan perbedaan karena sifatgenetis genotipe kedelainya. Genotipe Pangrangolebih adaptif terhadap kondisi lingkunganpercobaan dibanding genotipe lainnya. Berthamet al. (2005) menyimpulkan bahwa dari aspekpertumbuhan seperti jumlah polong, jumlah bintil

dan bobot bintil, genotipe Pangrango lebih ungguldibandingkan dengan genotipe lainnya.

Inokulan Glomus manihotis + RhizobiumKLR 5.3 menghasilkan bintil akar dengan bobotkering tertinggi dibandingkan dengan ketigainokulan sedangkan Gigaspora margarita +Rhizobium TER 2.2 menghasilkan bintil akar yangbobot keringnya terendah. Secara rata-rata, Glo-mus pengaruhnya lebih besar terhadap bobotkering bintil akar daripada Gigaspora. Rhizo-bium KLR 5.3 pengaruhnya lebih besar terhadapbobot kering bintil akar daripada Rhizobium TER2.2. Kinerja pasangan CMA dan Rhizobiumditentukan oleh tanaman inangnya. Inokulan Glo-mus manihotis + Rhizobium KLR 5.3menghasilkan bobot kering bintil akar tertinggihanya jika diinokulasikan pada genotipePangrango, sedangkan inokulan Glomusmanihotis + Rhizobium TER 2.2 pada genotipeDS1 dan GimR

1 pada genotipe Ceneng.

Bobot kering tanaman merupakanindikator pertumbuhan yang paling seringdigunakan untuk mengukur keberhasilanperlakuan-perlakuan yang dicobakan dalamsebuah penelitian. Bobot kering total tanamandalam penelitian ini nyata dipengaruhi oleh genotipe,inokulan, dan interaksi genotipe dan inokulan (Tabel2).

Genotipe Ceneng mempunyai bobotkering total tanaman tertinggi (3,90 g) jikadibandingkan genotipe Pangrango (3,14 g) danDS1 (3,54 g). Perlakuan Kontrol menghasilkanbobot kering total tanaman tertinggi dibandingkan

Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No.1 hlm 68 - 74 Jan - Jun 2009 72

dengan inokulan yang diuji. Dari keempat inokulanyang diuji, ternyata inokulan Gigaspora margarita+ Rhizobium TER 2.2 menghasilkan bobot keringtotal tanaman terendah. Inokulan Glomusmanihotis + Rhizobium KLR 5.3, Glomusmanihotis + Rhizobium TER 2.2 dan Gigasporamargarita + Rhizobium KLR 5.3 umumnyamenghasilkan bobot kering total tanaman yangsama dengan yang dihasilkan pupuk buatan(kontrol), kecuali Gigaspora margarita + Rhizo-bium KLR 5.3 pada genotipe DS1.

Menurut Bertham (2002b) pupuk NPKmerupakan pupuk yang mudah larut sehinggadalam waktu singkat mampu menyediakan unsurhara untuk pertumbuhan tanaman. Karena sifatpupuk buatan yang mudah larut maka tanamanlebih cepat menyerap unsur hara tersedia, sehinggaakan meningkatkan penyerapan hara untukpertumbuhan akar dan akan berpengaruh padabobot kering tanaman (Havlin et al., 1999).

Inokulan Glomus manihotis + RhizobiumTER 2.2 memiliki bobot kering total tanamantertinggi bila dibandingkan pada inokulan lainnyayaitu 3,94. Hal ini sejalan dengan Zaidi et al.(2004) yang menyatakan isolat CMA Glomus spp.menghasilkan respon pertumbuhan terbaik berupapertumbuhan tinggi, bobot kering total dan nisbahpucuk akar.

Jumlah biji kedelai tidak dipengaruhigenotipe kedelai, inokulan maupun interaksikeduanya (Tabel 4). Genotipe Ceneng menghasil-kan rata-rata tertinggi pada dibandingkanPangrango dan DS1. Hal ini membuktikan genotipeCeneng mampu beradaptasi pada Ultisols.Produktivitas kedelai per ha sangat tergantungpada varietas, cara bercocok tanam, dan kondisilingkungan setempat (Suryati et al., 2006).Suprapto (2004) menyatakan tingginya hasilditentukan oleh interaksi suatu varietas terhadapkondisi lingkungan.

Bobot total biji dipengaruhi oleh genotipekedelai dan interaksi genotipe dengan inokulan(Tabel 4). Genotipe Ceneng menghasilkan bijidengan bobot total tertinggi dibandingkanPangrango dan DS1. Hal ini wajar karena darisegi bobot kering tanaman (Tabel 3) dan jumlahbiji (Tabel 4) genotipe Ceneng lebih tinggidibandingkan Pangrango dan DSI. Hal inimembuktikan bahwa Ceneng lebih adaptif

Rr. Yudhy Harini Bertham : Rhizobium dan CMA 73

terhadap kondisi tanah masam dibandingPangrango dan DSI. Kartono (2005) menyatakanCeneng mempunyai jumlah polong tanaman-1

banyak dan cocok untuk tanah masam.Inokulan Gigaspora margarita + Rhizo-

bium TER 2.2 menghasilkan bobot total bijitertinggi, inokulan Glomus manihotis + Rhizo-bium KLR 5.3 dan kontrol menghasilkan bobottotal biji terendah sedangkan inokulan lainnyamenghasilkan bobot total biji diantara kedua nilaitersebut. Bobot total biji tertinggi pada setiapgenotipe kedelai ditentukan oleh inokulannya.Bobot total biji tertinggi dicapai oleh genotipeCeneng yang diinokulasi dengan Gigasporamargarita + Rhizobium TER 2.2 (7,14 g). Halini wajar karena dari segi bobot kering tanaman(Tabel 3) dan jumlah biji (Tabel 4) inokulanGigaspora margarita + Rhizobium TER 2.2pada genotipe Ceneng memang lebih unggul dariinokulan lainnya pada genotipe Pangrango danDSI.

Secara umum inokulan menghasilkanbobot biji lebih tinggi daripada kontrol. Peningkatantersebut disebabkan karena peran dari inokulasiganda CMA dan Rhizobium. CMA mampumeningkatan ketersediaan P yang ada di dalamtanah dengan adanya asam-asam organik yangdikeluarkan oleh mikroba, sedangkan Rhizobiummampu memfiksasi N dari udara sehinggameningkatkan ketersediaan N di dalam tanah(Hasanudin, 2003).

Perlakuan kontrol menghasilkan bobot bijilebih rendah dibandingkan inokulan. Hal inidisebabkan kondisi tanah masam yang digunakan,sehingga kemampuan tanaman menyerap harakecil. Pemanfaatan tanah mineral masam memilikibanyak kendala yang disebabkan oleh kemasamantanah tinggi, kandungan hara rendah, rendahnyakadar bahan organik, dan retensi hara yang tinggi(Sanchez, 1992). Rendahnya unsur hara yangdiserap berpengaruh terhadap pertumbuhan danberkorelasi terhadap hasil yang diperoleh.

KESIMPULAN

Genotipe Ceneng menghasilkan jumlahbintil akar efektif (12 buah), bobot kering tanaman(3,90 g), jumlah biji (62 buah), dan bobot biji (5,66g) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan

Pangrango dan DSI. CMA spesies Glomus lebihbaik dibandingkan dengan Gigaspora untukmeningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai.Pengaruh rhizobia tidak ditentukan oleh asalisolatnya. Pasangan CMA dan rhizobia yangdianjurkan ialah Glomus dengan strain rhizobiaasal Kandang Limun dan Talang Empat sedangkanGigaspora hanya dipasangkan dengan strain asalTalang Empat.

SANWACANA

Penulis mengucapkan terima kasih kepadaPHK A2 tahun 2006 yang telah menyediakan danapenelitian. Ucapan yang sama disampaikan kepadaEntang Inoriah serta Evi Andriani (mahasiswaFaklutas Pertanian UNIB) yang telah membantumelaksanakan pemeliharaan tanaman danpengamatan peubah pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Bertham, Y.H. 2002a. Ketergantungan terhadapMVA dan serapan hara fosfor tiga galurtanaman kedelai (Glycine max L) padatanah Ultisol Bengkulu. JIPI 4(1) : 49-55.

Bertham, Y.H. 2002b. Potensi pupuk hayati dalampeningkatan produktivitas kacang tanahdan kedelai pada seri Kandang LimunBengkulu. JIPI 4(1):18-26.

Bertham, Y.H., C. Kusmana, Y. Setiadi, I. Mansurdan D. Sopandie. 2005. Introduksipasangan CMA dan Rhizobia indigenousuntuk peningkatan pertumbuhan dan hasilkedelai di Ultisol Bengkulu. JIPI 7(2): 94-103.

BPS. 2007. Produksi Kedelai. http:/ www.bps.90.id/releases/production.of paddy maizea n d s o y b e a n s / B a h a s a I n d o n e s i a /indeks.htm. 21 Juli 2007

Hasanudin. 2003. Peningkatan ketersedia-anserapan N dan P serta hasil tanamanjagung melalui inokulasi mikoriza,azotobacter dan bahan organik padaUltisol. JIPI 5(2): 83-89.

Hasanudin dan B. Gonggo.M. 2004. Pemanfatanmikrobia pelarut fosfat dan mikoriza untukperbaikan fosfor tersedia, serapan fosfor

tanah Ultisol dan hasil jagung. JIPI 6(1):8-13.

Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L.Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizers.An Introduction to Nutrient Management.6th ed. Prentice Hall, New Jersey.

Kartono, 2005. Persilangan buatan pada empatvarietas kedelai. Buletin Teknik Pertanian10(2) : 49-52.

Khairul, U. 2001. Pemanfaatan biotekno-logi untukmeningkatkan produksi pertanian.http://wwwrudyet.250x.com/sem/1\012/vkhairul.htm. 13 Desember 2004.

Pujianto. 2001. Pemanfatan jasad mikro jamurmikoriza dan bakteri dalam sistempertanian berkelanjutan di Indonesia. http://www.hayati-ip6.com/rudyet/indiv2001/pujianto.htm. 13 Desember 2004.

Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah danPertumbuhan Tanaman. Penterjemah :Herawati Susilo. Edisi Kedua. UniversitasIndonesia Press, Jakarta.

Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih. 1996. KedelaiBudidaya dan Pascapanen. PenerbitKanisius, Yogyakarta.

Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelola-an TanahTropika. Penerbit ITB, Bandung

Somasegaran P. and Hoben, H. J. 1994. Handbookfor Rhizobia Methods in Legume-Rhizobium Technology. Springer-Verlag,New York

Subiksa, I. 2002. Pem anfaatan m ikoriza untukpenanggulangan lahan kritis. http://rudye t . t r iped .com/sem 2-012/ igm-subiksa.htm. 20 Juli 2005.

Suprapto. 2004. Bertanam Kedelai. PenebarSwadaya, Jakarta.

Suryati, D., D.Hartini, Sugianto, dan D. Minarti.2006. Penampilan lima galur harapankedelai dan kedua tetuanya di tiga lokasidengan jenis tanah berbeda. J. AktaAgrosia 9(1) : 7-11

Zaidi, A., S. Khan, and M. Aamil. 2004.Bioassociative effect of rhizo-sphericmicroorganisms on growth, yield, andnutrient uptake of green-gram. Journal ofPlant Nutrition 27(4):601-612.

Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No.1 hlm 68 - 74 Jan - Jun 2009 74