Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    1/31

    6

    BAB ll

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Perilaku

    1. Pengertian Perilaku

    Perilaku dari segi biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

    aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, jadi perilaku

    manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu

    sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,

     berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

    sebagainya. Bahkan kadang-kadang kegiatan manusia itu sering tidak 

    teramati dari luar manusia itu sendiri, misalnya: berpikir, persepsi, emosi,

    dan sebagainya. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

    dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas

    manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat

    diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2000).

    Perilaku merupakan manifestasi dari kehidupan psikis. Perilaku

    yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai

    akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu

    tersebut. Perilaku merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang

    ada, sedangkan respon merupakan fungsi yang tergantung pada stimulus

    dan individu (Wood worth & Schlosberg, 1971 dalam Walgito,2004).

    Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang

    dapat diamati bahkan dapat dipelajari (Robert Kwik, 1997 dalam Mubarak,

    2006). Perilaku tidak sama dengan sikap, sikap adalah hanya sesuatu yang

    lebih cenderung untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek dengan

    suatu cara yang menyatakan adanya tanda - tanda untuk senang atau tidak 

    senang pada obyek tersebut (Mubarak, 2006).

    Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

    adalah segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    2/31

    7

    dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris,

    emosional,dan kognitif.

    Menurut Skiner (1938), dalam Notoatmodjo (2000), merumuskan

     bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

    stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui

     proses: adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

    tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau

    Stimuli→Organisme→Respons. Skiner membedakan adanya dua respons,

    yakni:

    a. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

    rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

    disebut   eliciting stimuli   karena menimbulkan respons-respons yang

    relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan

    untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan

    sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional,

    misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus

    ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan

    sebagainya.

     b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

    dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau perangsang

    tertentu. Perangsang ini disebut   reinforcing stimuli   atau reinforce,

    karena memperkuat respons. Misalnya: apabila seorang petugas

    kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian

    tugasnya atau job diskripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari

    atasannya (stimuli baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih

     baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

    Menurut Notoatmodjo (2000), perilaku dapat dibedakan menjadi dua,

    yaitu:

    a. Perilaku tertutup (convert behavior)

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

    atau tertutup (convert).  Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    3/31

    8

    terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan

    sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan

     belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

     b. Perilaku terbuka (overt behavior)

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

    nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

    dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah

    dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku, menurut

    Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007) adalah:

    a. Faktor-faktor Pendukung ( Predisposing Factors)

    Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

    terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

    hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

    masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

    sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah

    terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

     b. Faktor pendukung ( Enambling factors)

    Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

    fasilitas kesehatan bagi masyarakat, lingkungan fisik misalnya : air 

     bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

    ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga

    fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

     posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,

    dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan

    sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya

    mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka

    faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    4/31

    9

    c. Faktor pendorong ( Reinforcing factors)

    Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat

    (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk 

     petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-

     peraturan, baik dari pusat maupun pemerintahan daerah, yang terkait

    dengan kesehatan. Dalam berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang

     bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas

    saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh

    masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas

    kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk 

    memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

    2. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

    Menurut Notoatmodjo (2003), bentuk perubahan perilaku sangat

     bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam

     pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku

    dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:

    a. Perubahan alamiah ( Natural Change)

    Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan ini disebabkan

    karena kejadian alamiah.

     b. Perubahan terencana ( Planned Change)

    Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri

    oleh subyek.

    c. Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change)Kesediaan seseorang untuk menerima inovasi, baik secara cepat

    maupun perlahan dapat terjadi karena kesediaan seseorang untuk 

     berubah.

    3. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

    a. Pengertian

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk 

     perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan. Keluarga dan

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    5/31

    10

    masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,

    memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual

    maupun sosial (Depkes RI, 2002).

    Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk 

    memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

     perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka

     jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk 

    meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan

     pimpinan (advocacy), bina suasana ( social support ) dan pemberdayaan

    masyarakat (empowerment ). Masyarakat dapat mengenali dan

    mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara hidup

    sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya

    (Notoatmodjo, 2007).

    Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku

    tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan

    norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang

    mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan

    dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif),

    khususnya dalam menciptakan perilaku baru (Jawapos, 2010).

    Kebijakan Nasional promosi kesehatan telah menetapkan tiga strategi

    dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:

    1) Gerakan Pemberdayaan

    Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara

    terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan

    sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut

     berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge),

    dari tahu munjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi

    mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek 

     practice). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi

    kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang

    didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    6/31

    11

     program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada

    fase ini.

    2) Bina suasana

    Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial

    yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau

    melakukan perilaku yang diperkenalkan. Tiga pendekatan dalam

     bina suasana:

    a) Pendekatan individu

     b) Pendekatan kelompok 

    c) Pendekatan masyarakat umum

    3) Advokasi

    Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan

    terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-

     pihak yang terkait ( stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa

     berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai

     penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah.

    Adapun tahapan-tahapan advokasi yaitu:

    a) Mengetahui atau menyadari adanya maslah,

     b) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah,

    c) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan

    mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah,

    d) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah

    satu alternatif pemecahan masalah, dan

    e) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

     b. Tujuan PHBS

    Menurut Depkes RI (1997), tujuan PHBS adalah untuk 

    meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan

    masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran

    serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya

    mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    7/31

    12

    Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007),

    dalam Jariston (2009), ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang

    melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:

    1) Faktor pemudah ( Predisposising factors)

    Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap

     perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu

    atau  anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi

     bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan,

    tingkat pendidikandan tingkat sosial ekonomi.

    2) Faktor pemungkin (enambling factors)

    Faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu

    motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup

    ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

    anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah

     jamban, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini

     pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya

     perilaku hidup bersih dan sehat.

    3) Faktor penguat (reinforcing factors)

    Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh

    dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan

     perilaku pengasuh anak-anak atau orang tua yang merupakan tokoh

    yang dipercaya atau dipanuti anak-anak. Contoh pengasuh anak-

    anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan

    sebelum makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka

    hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat

     bagi anak-anak. Seperti halnya pada masyarakat memerlukan

    acuan untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau undang-

    undang baik dari pusat maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh

    masyarakat, tokoh agama termasuk juga petugas kesehatan

    setempat.

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    8/31

    13

    4. Manajemen PHBS

    Menurut Depkes RI (2002), dalam Jariston (2009), manajemen

    PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada umumnya ke

    dalam model pengkajian dan penindaklanjutan berikut ini:

    a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang

     pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat

    kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup

    semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh

    derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka

    kualitas hidup juga semakin tinggi.

     b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang

    kesehatan, dimana dengan adanya derajat kesehatan akan

    tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Yang paling

     besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor 

     perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya: seseorang menderita diare

    karena minum air yang tidak dimasak, seseorang membuang sampah

    sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah.

    c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang

    langsung atau tidak mempengaruhi derajat kesehatan.

    d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena

    adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap

    lingkungannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan,

    sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau

    sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya

    mengikuti   trend yang berlaku pada kelompok sebayanya, ataupun

    hanya untuk meniru dari tokoh idolanya.

    5. PHBS di Sekolah

    Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di sekolah adalah

    sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan

    masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

     pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    9/31

    14

    meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan

    lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

    Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring

    munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah

    (6-10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di

    sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan oleh peserta

    didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran

    sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah

     penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam

    mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan

    melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Jawapos, 2010).

    6. Sasaran

    Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota

    keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam:

    a. Sasaran primer 

    Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah

     perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah(individu/kelompok 

    dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

     b. Sasaran sekunder 

    Sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan

    yang bermasalah misalnya: kepala sekolah, guru, orang tua murid,

    kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan

    lintas sektor terkait.

    c. Sasaran tersier 

    Sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

    menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk 

    tercapainya pelaksanaan PHBS di Institusi Pendidikan misalnya:

    Kepala Desa, Lurah, Camat, Kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh

    masyarakat dan orang tua murid (Jawapos, 2010).

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    10/31

    15

    7. Manfaat PHBS di Sekolah

    Manfaat PHBS di Sekolah diantaranya:

    a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik,

    guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai

    gangguan dan ancaman penyakit.

     b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak 

     pada prestasi belajar peserta didik.

    c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat

    sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat).

    d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.

    8. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain Indikator 

    PHBS

    a. Mencuci tangan

    Kebersihan diri terutama dalam hal perilaku mencuci tangan

    setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Teknik dasar yang paling

     penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi adalah

    mencuci tangan. Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun

    secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan

    ringkas yang kemudian dibilas untuk membuang air. Tujuannya adalah

    untuk membuang kotoran dan organism yang menempel di tangan dan

    untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Tangan yang

    terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi. Anak 

    sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempatyang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh”

    yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu

    dengan kebiasaan mencuci tangan (Jawapos, 2010).

    Mencuci tangan yang benar menurut Hartanto (2009) adalah

    dengan menggunakan sabun yang dapat membantu menghilangkan

    kuman yang tidak tampak, miyak, lemak dan kotoran di permukaan

    kulit. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    11/31

    16

    menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak 

    saat mencuci tangan (kurang lebih 20 detik), namun penggunaan

    sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan

    terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya.

    Menurut Garner dan Fayero (1986), dalam Potter dan Perry

    (2005), mencuci tangan paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan

    mikroorganisme transient  paling banyak dari kulit, jika tangan tampak 

    kotor, dibutuhkan waktu yang lebih lama.

    Mencuci tangan secara rutin dapat dilakukan dengan

    menggunakan sabun dalam berbagai bentuk yang sesuai (batang,

    lembaran, cair atau bubuk). Penggunaan sabun antimikroba dianjurkan

    untuk mengurangi jumlah mikroba total di tangan. Terdapat banyak 

     jenis sabun antimikroba efektif, termasuk klorheksidin glukonat

    (CHG), hibiscrub atau salvon 1%, alcohol, alcohol dan iodofor. Sabun

    antimikroba tertentu dapat mengiritasi kulit, dan kebutuhan terhadap

    sabun antimikroba harus dievaluasi terhadap potensi iritasi kulit.

     b. Jajan di kantin sekolah yang sehat

    Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan,

    dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka

    konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

    di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%-50%

    sampel minuman yang dijual dikaki lima. Bakteri ini mungkin berasal

    dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran

    mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan

     jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP)

    illegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat

     boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodaminB

    (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning

     pada tekstil) (Jawapos, 2010).

    c. Membuang sampah pada tempatnya

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    12/31

    17

    Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana

    yang besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan namun

    sangat susah untuk diterapkan.

    d. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah

    Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan

    terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan

    meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup).

    Olahraga adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang terencana dan

    terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan

    ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Depkes, 2002).

    Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktifitas

    kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap orang

     berbeda-beda sesuai tugas/profesi masing-masing. Kebugaran jasmani

    terdiri dari komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi

    kelompok yang berhubungan dengan kesehatan ( Health Related 

     Physical Fitnes) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan

    (Skill Related Physical Fitnes) (Depkes, 2002).

    e. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

    Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya

    untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan

    diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sedangkan

    untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa

    diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang

     bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya.

    Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak 

    yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan

    maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya

    lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama

    dengan ukuran rata-rata anak lain seusianya (Jawapos, 2010).

    f. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin.

    g. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    13/31

    18

    Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap

    masyarakat. Pentingnya buang air besar di jamban yang bersih adalah

    untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena

    sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar 

     pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter 

    dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak 

    mencemari lingkungan sekitar (Jawapos, 2010).

    9. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Dan Kesehatan Pribadi

    Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu

    upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di

    sekolah atau di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan

     pribadi kesehatannya menjadi lebih baik, “Kebersihan pangkal kesehatan”.

    Slogan ini tidak dapat kita pungkiri kebenarannya, oleh sebab itu

    hendaknya setiap orang selalu berupaya memelihara dan meningkatkan

    taraf kebersihan pribadinya, antara lain dengan cara-cara berikut (Ananto,

    2006).

    a. Membiasakan Hidup Bersih dan Sehat

    Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi

    tanpa disadari oleh yang memiliki kebiasaan itu. Hal ini disebabkan

    karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu

    yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi

     bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh

    kebiasaan negative (buruk) misalnya, meludah atau membuang

    sampah disembarangan tempat. Contoh kebiasaan yang positif (baik)

    misalnya, teliti dalam memilih sesuatu, selalu tepat waktunya (tidur,

     bangun pagi, berangkat ke sekolah, atau berolahraga secara teratur).

    Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan

    sehari-hari sangat sukar diubah.

    Ada lima pesan utama dalam membiasakan hidup bersih dan sehat

     pada kehidupan sehari-hari diantaranya:

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    14/31

    19

    1) Mencuci tangan yang benar pada saat sebelum makan atau minum,

    sebelum menyiapkan atau memegang makanan, setelah buang air 

     besar yang dapat mencegah penularan penyakit. Mencuci tangan

    dengan air bersih dan sabun dapat mematikan kuman yang melekat

    ditangan. Hal ini membantu mencegah masuknya kuman ke dalam

    mulut. Anak-anak sering sekali mempunyai kebiasaan

    memasukkan jari ke mulut, oleh karena itu sangat penting mencuci

    tangan anak sebelum makan dan setelah buang air besar guna

    mencegah penularan penyakit.

    2) Penggunaan jamban yang sehat untuk keperluan buang air besar 

    dapat mencegah penyebab penyakit.

    Tindakan yang penting dan dapat dilakukan oleh keluarga

    untuk mencegah penyebaran penyakit terutama penyakit diare

    adalah membuang kotoran manusia secara aman yaitu di jamban.

    Kuman dapat tertelan oleh manusia melalui air minum, makanan

    dan alat makan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut : gunakan

     jamban untuk buang air besar, jamban harus dibersihkan secara

    teratur dan bersih dari lalat dan amankan sumber air bersih dari

     pencemaran atau kotoran manusia dan kotoran hewan.

    3) Memanfaatkan air bersih yang sehat dapat mencegah penularan

     penyakit.

    Perlindungan terhadap sumber air bersih sangat penting

    untuk mencegah penyebaran kuman penyakit yakni dengan cara :

    menjauhkan jarak sumber air bersih dari jamban dan buangan air 

    limbah, menjaga kebersihan peralatan penyimpanan air bersih

    (gentong, ember, dan sebagainya), menjaga agar binatang jauh dari

    sumber air bersih.

    4) Pengolahan makanan atau minum yang bersih dan sehat dapat

    mencegah penularan penyakit.

    Kuman dalam makanan dapat masuk ke dalam tubuh dan

    menyebabkan orang sakit. Tetapi makanan dapat dijaga tetap aman

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    15/31

    20

    dengan : makanan dimasak dengan baik, terutama daging dan

    unggas, memakan makanan segera setelah dimasak, sehingga tidak 

    menjadi basi, menjaga makanan agar tetap bersih, terlindung dari

    lalat dan binatang lainnya, membersihkan alat-alat makan dicuci

    dengan air bersih dan sabun untuk mencegah pencemaran kuman.

    5) Penanganan sampah yang sehat dapat mencegah penyebaran

     penyakit dan pencemaran lingkungan.

    Kuman penyakit dapat disebarkan oleh lalat, yang membiak 

     pada sampah seperti sisa-sisa makanan dan kulit buah serta

    sayuran.

     b. Memelihara kebersihan pribadi

    Upaya memelihara kebersihan pribadi peserta didik tidak 

    terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan

    kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan pribadi secara

    optimal, tidak mungkin terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup

     bersih dan sehat sejak dini. Hidup sehat sangat didambakan oleh semua

    manusia, karena kalau kesehatannya terganggu yang akan berakibat

     pada dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut kepada kita agar 

    selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi

    merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan dapat

    meningkatkan derajat kesehatan dalam mencapai tingkat kesehatan

     pribadi. Wujud dari orang berperilaku menjaga kesehatan pribadi jika

    dia peduli terhadap pemeliharaan : kulit, rambut, kuku, mata, mulut dan

    gigi, hidung, telinga, tenggorokkan, pemeliharaan kebersihan pakaian

    (Ananto, 2006).

    1) Menjaga kebersihan kulit

    Kulit mempunyai peranan yang penting dalam menjaga dan

    memelihara kesehatan tubuh agar tetap sehat. Oleh sebab itu,

    kesehatan kulit harus selalu terjaga dengan baik. Untuk itu, kulit

    harus selalu dipelihara kesehatannya. Cara membersihkan kulit

    secara keseluruhan umumnya dilakukan dengan mandi, karena

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    16/31

    21

    mandi berguna untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada

     permukaan kulit : menghilangkan bau keringat, merangsang

     peredaran darah dan syaraf, serta mengembalikan kesegaran tubuh

    (Ananto, 2006).

    Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), cara

    mandi yang baik dan benar meliputi:

    a) Mandi sekurang-kurangnya 2 kali sehari (pagi dan sore hari).

     b) Seluruh permukaan kulit disiram dengan air yang dipakai untuk 

    mandi.

    c) Seluruh permukaan tubuh atau kulit digosok dengan sabun

    untuk menghilangkan kotoran yang menempel dikulit terutama

     pada bagian yang berlemak (lipatan telinga, ketiak, lipatan

     paha, jari kaki atau tangan dan muka) sampai kotoran hilang.

    d) Setelah digosok dengan sabun pada seluruh permukaan tubuh

    atau kulit kemudian disiram dengan air bersih.

    e) Keringkan seluruh permukaan tubuh atau kulit dengan handuk 

     pribadi atau milik sendiri yang bersih dan kering.

    f) Sesudah mandi memakai pakaian yang bersih.

    2) Memelihara kesehatan kaki dan tangan (kuku)

    Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), kaki

    dan tangan merupakan bagian dari anggota gerak yang banyak 

    sekali dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari dan fungsi yang

    cukup penting, karena tangan selalu dipakai memegang sesuatu,

    maka tangan akan cepat kotor, demikian juga kaki karena letaknya

    langsung dipermukaan tanah, maka kaki juga mudah kotor. Kuku

    yang kotor dapat menjadi sarang penyakit yang selanjutnya dapat

    ditularkan kepada bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, baik 

    kuku jari tangan maupun jari kaki harus selalu dipelihara

    kebersihannya (Ananto, 2006). Ciri-ciri kuku yang sehat adalah

    kuku tumbuh dengan baik, kuat, bersih dan halus.

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    17/31

    22

    Menjaga kesehatan kaki dan tangan dengan cara menjaga

    kebersihannya :

    a) Mencuci tangan setelah selesai memegang sesuatu yang kotor.

     b) Mencuci kaki setiap selesai bermain di luar rumah dan sebelum

    tidur.

    c) Pakailah alas kaki (sandal, sepatu) bila bermain di tempat yang

    lembab, di tanah kotor.

    d) Saat mandi bersihkan sela-sela kaki da tangan.

    Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kuku sebaiknya kuku

    yang panjang akan mempermudah kotoran masuk dan sebagai

    tempat tinggal kuman.

    Cara menjaga kesehatan kuku :

    (1) Memotong ujung kuku sampai beberapa millimeter dari

    tempat perlekatan antara kuku dan kulit, dan sesuaikan

    dengan bentuk ujung jari.

    (2) Mengkikir tepi kuku yang telah dipotong agar menjadi rapi

    dan tidak tajam.

    (3) Mencuci kuku dengan sabun dan sikat sampai bersih

    dengan menggunakan air hangat, lalu keringkan dengan

    handuk kecil atau lap.

    (4) Sebaiknya memotong kuku seminggu sekali.

    3) Memelihara kebersihan rambut

    Rambut mudah menjadi kotor karena banyak debu yangmenempel, lebih-lebih orang yang bekerja di daerah berdebu atau

    memakai minyak rambut, bila rambut jarang dibersihkan akan

    menjadi kotor dan dapat menjadi sarang kutu rambut.

    Untuk menjaga kebersihan atau pemeliharaan kesehatan

    rambut menurut Ananto (2006), yang harus dilakukan adalah :

    a) Mencuci rambut

    Frekuensi pencucian rambut sangat tergantung dari:

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    18/31

    23

    (1) Tebal tipisnya rambut, semakin tebal makin sering dicuci.

    (2) Lingkungan atau tempat berada seseorang, misalnya pada

    lingkungan yang berdebu orang tersebut harus sering

    mencuci rambutnya.

    (3) Seseorang yang sering memakai minyak rambut harus

    sering mencuci rambutnya.

    Adapun cara-cara mencuci rambut yang benar adalah

    dengan memakai sampho. Paling sedikit dua kali seminggu

    secara teratur. Rambut disiram dengan air bersih kemudian

    digosok dengan menggunakan bahan pembersih tersebut

    (sampho) dan dipijat agar kotoran yang melekat dapat

    terlepas dan untuk memperlancar sirkulasi darah sehingga

    rambut menjadi lebih sehat. Rambut kemudian dibilas

    dengan air bersih sampai semua kotoran dan sampho

    terbuang. Selanjutnya rambut dikeringkan dengan handuk 

     bersih milik sendiri (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat,

    2004).

     b) Menyisir rambut

    Tujuan menyisir rambut adalah merapikan, memijat kulit

    kepala dan membersihkan rambut dari debu dan kotoran.

    Menyisir rambut harus memakai sisir sendiri karena melalui

    sisir dapat ditularkan penyakit dan kutu rambut, maka sisir yang

     baik adalah sisir yang tidak terlalu jarang dan tidak terlalu

    rapat, lentur serta mempunyai ujung yang tumpul. Apabila sisir 

    kotor harus dibersihkan lebih dahulu sebelum dipakai kembali

    (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat, 2004).

    4) Memelihara kebersihan dan kesehatan mata

    Indera penglihatan merupakan bagian tubuh manusia yang

    mempunyai fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia

    tersebut menerima informasi dari lingkungan kehidupan sekitarnya.

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    19/31

    24

    a) Mata sebaiknya dibersihkan setiap hari atau sewaktu-waktu

    menggunakan kapas yang dibasahi oleh air yang sudah

    dimasak. Caranya ialah dengan menyapu kapas mulai dari

     pinggir mata terus kearah tengah (menuju hidung), lakukan hal

    ini berulang-ulang hingga mata terasa bersih.

     b) Jangan menggosok mata dengan tangan yang kotor, kain atau

    saputangan yang kotor atau saputangan milik orang lain.

    c) Periksakan mata setahun sekali ke dokter spesialis mata atau ke

     petugas kesehatan.

    d) Biasakan membaca pada tempat yang cukup terang dengan

     jarak antara mata dan objek yang dibaca tidak kurang dari 30

    cm.

    e) Biasakan makan makanan yang banyak mengandung vitamin

    A.

    f) Berikan istirahat pada mata secukupnya.

    5) Memelihara kebersihan mulut dan gigi

    Mulut, termasuk lidah dan gigi merupakan sebagian dari

    alat pencernaan makanan. Gigi, terdiri dari jaringan tulang keras,

    terdapat paha rahang atas dan rahang bawah. Mulut dan gigi

    merupakan satu kesatuan karena gigi terdapat dirongga mulut,

    dengan membersihkan gigi berarti kita selalu membersihkan

    rongga mulut dari sisa-sisa makanan yang biasanya tertinggal di

    antara gigi dan gusi. Pada waktu menyikat atau menggosok gigi

    harus diingat bahwa arah penyikatan yang baik adalah dari gusi

    kepermukaan gigi, sehingga selain membersihkan gigi juga dapat

    melakukan pengurutan terhadap gusi.

    Menggosok gigi juga dapat pula dengan gerakan maju

    mundur dan pendek-pendek selama 2 menit dan sedikitnya 8x

    gerakan untuk oermukaan gigi yang dipakai untuk mengunyah,

    setelah selesai disikat kumur-kumur dengan air yang bersih.

    Menggosok gigi lebih baik dilakukan setelah selesai makan (makan

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    20/31

    25

     pagi) dan pada waktu malam ketika akan tidur dengan

    menggunakan sikat pribadi.

    Karakteristik sikat gigi yang baik meliputi bulu sikatnya

    tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak: permukaan bulu sikat

    gigi rata, kepala sikat gigi kecil, dan tangkai sikat gigi lurus.

    6) Memelihara kesehatan telinga

    Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan

    keseimbangan tubuh. Cara menjaga kesehatan atau kebersihan

    telinga adalah:

    a) Bersihkan daun telinga, lekuk telinga, lipatan belakang telinga

    dengan handuk bersih atau kapas yang diberi sabun agar semua

    menjadi bersih.

     b) Menjaga telinga jangan sampai kemasukkan air, benda asing,

    karena dapat mengakibatkan infeksi telinga bagian dalam.

    c) Jangan sekali-kali membersihkan telinga dengan benda yang

    tajam, kotor karena dapat melukai bagian dalam telinga dan

    dapat mendorong kotoran masuk kedalam telinga.

    d) Menjaga telinga dari trauma.

    7) Memelihara kesehatan hidung

    Hidung adalah jalan masuk dan keluar udara sewaktu

     bernafas. Didalam rongga hidung terdapat bulu-bulu dan lender 

    yang keluar dari kelenjar dinding rongga hidung. Fungsi dari bulu

    dan lender adalah untuk menyaring udara yang masuk dari kotoran

    debu sehingga udara yang masuk keparu-paru lebih bersih. Cara

    menjaga kebersihan dan kesehatan hidung :

    a) Selalu mencuci lubang hidung dengan air bersih sewaktu

    mandi, sehingga kotoran hidung dapat keluar tanpa melukai

    selaput hidung yang sangat halus.

     b) Menjaga hidung dari trauma yang dapat melukai atau

    menyederai hidung.

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    21/31

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    22/31

    27

    B. Pengetahuan

    1. Pengertian

    Pengetahuan adalah sesuatu yang dikemukakan seseorang yang

    merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu

    melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

    terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

     pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian penginderaan

    manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

    Biasanya dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai

    metode dan konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman.

    Pengetahuan bisa diperoleh dari pengalaman. Selain juga dari guru, orang

    tua, teman, buku dan media masa (Notoatmodjo, 2003).

    2. Tingkat pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan didalam domain kognitif 

    terdiri dari 6 tingkatan yaitu:

    a. Tahu ( Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini

    adalah mengingat kembali (recall ) terhadap suatu yang spesifik dari

    seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

    Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

    rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

    yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan,mendefinisikan, menyatakan.

     b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

    secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

    menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah

     paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    23/31

    28

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

    terhadap objek yang dipelajari.

    c. Aplikasi ( Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

    (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

     penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

    dalam konteks atau situasi yang lain.

    d. Analisis ( Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

    atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

    didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

    satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

    kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),

    membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

    e. Sintesis (Sintesis)

    Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk 

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

     bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

    kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

    yang ada.

    f. Evaluasi ( Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

     justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

     penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

    menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (knowledge) menurut

     Notoatmodjo (2003), yaitu:

    a. Tingkat pendidikan

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    24/31

    29

    Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih

    mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula

    untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

     b. Informasi

    Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak 

    akan memberikan pengetahuan yang lebih luas, untuk mempermudah

     pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat (cetak atau elektronik)

    sebagai alat saluran untuk menyampaikan pesan kesehatan.

    c. Kultur (budaya dan agama)

    Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

    karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai tidak 

    dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

    d. Pengalaman

    Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

    maksudnya pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas,

    sedangkan umur semakin banyak (bertambah tua).

    e. Sosial ekonomi

    Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan

    dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang

    di miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam

    mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada.

    1. Cara memperoleh kebenaran pengetahuan

    Ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran

     pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu:

    a. Cara tradisional

    Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai

    oleh memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

    metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis

    (Notoatmodjo, 2003).

     b. Cara coba-salah (trial and error )

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    25/31

    30

    Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

    mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu seseorang apabila

    menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan

    dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang

    dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah.

    Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan

    terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara

    memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003).

    c. Kekuasaan atau otoritas

    Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

    tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran

    apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini

     biasanya diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya. Dimana

     pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik 

    tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu

     pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

    d. Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu

    merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan

    suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman

     pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

    Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat

    menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka

     perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003).

    e. Melalui jalan pikir 

    Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

     berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu

    menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya,

    dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

    telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi

    (Notoatmodjo, 2003).

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    26/31

    31

    f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

    Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian.

    Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

    gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil

     pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan

    akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).

    C. Sikap

    1. Pengertian

    Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

    tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dalam kehidupan sehari-hari

    adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial

    (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut New Comb dalam Notoatmodjo (2003) salah seorang ahli

     psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

    kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif 

    tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi

    merupakan predisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan

    reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

    terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek-obyek 

    di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

    Allport (1954), dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa

    sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

    a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.

     b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.

    c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

    2. Tingkatan Sikap

    Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003), antara lain :

    a. Menerima ( Receiving )

    Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

    stimulus yang diberikan (obyek).

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    27/31

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    28/31

    33

    Kebudayaan di mana seseorang hidup dan dibesarkan

    mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.

    Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan

    mendapat reinforcement  (penguatan, ganjaran) dari masayarakat untuk 

    sikap dan perilaku tersebut.

    d. Media masa

    Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media masa

    mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

    kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

    memberikan landasan berfikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap

    terhadap hal tersebut. Apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif 

    dalam menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

    e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

    Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem

    mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan

    keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

    individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara

    sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

     pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

    f. Pengaruh faktor emosional

    Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan

    yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi

    atau peralihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap demikian

    dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu

    frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih

     persisten dan lebih lama.

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    29/31

    34

    D. KERANGKA TEORI

    Skema 2.1 Kerangka Teori

    Sumber: Lawrence Green ( Modifikasi )

    Indikator PHBS:

    1. Membiasakan hidup bersihdan sehat

    - Perilaku mencuci

    tangan.

    - Penggunaan jamban

    yang sehat.

    - Penanganan sampah

    yang sehat.

    2. Kebersihan Pribadi

    - Kebersihan kulit.

    - Kebersihan rambut.

    Faktor Pengetahuan

    Tingkat pendidikan atau

     pengalaman

    Faktor Sikap

    Pengalaman,budaya,

    media masa

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    30/31

    35

    E. Kerangka konsep

    Variabel bebas ( Independen ) Variabel terikat ( Dependen )

    Skema 2.2 Kerangka Konsep

    F. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian ini terdiri atas variabel independen (bebas) dan

    variabel dependen (terikat).

    1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan

    variabel lain (variabel terikat). Variabel bebas biasanya merupakan stimulus

    yang diberikan untuk mempengaruhi tingkah laku (Nursalam, 2008).

    Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan

    sikap siswa.

    2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

    variabel lain (variabel bebas). Variabel dependen (terikat) merupakan faktor 

    yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan dari

    variabel independen (Nursalam, 2008). Variabel dependen dalam penelitian

    ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat.

    G. Hipotesis

    Hipotesis penelitian ini adalah:

    1. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat

    di SD Islamadina Semarang.

    2. Ada hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat di SD

    Islamadina Semarang.

    Tingkat

    PengetahuanPerilaku Hidup Bersih dan Sehat

    Sikap

  • 8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2

    31/31