Upload
fiska-oktori
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
1/31
6
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku dari segi biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, jadi perilaku
manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Bahkan kadang-kadang kegiatan manusia itu sering tidak
teramati dari luar manusia itu sendiri, misalnya: berpikir, persepsi, emosi,
dan sebagainya. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2000).
Perilaku merupakan manifestasi dari kehidupan psikis. Perilaku
yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai
akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu
tersebut. Perilaku merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang
ada, sedangkan respon merupakan fungsi yang tergantung pada stimulus
dan individu (Wood worth & Schlosberg, 1971 dalam Walgito,2004).
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat diamati bahkan dapat dipelajari (Robert Kwik, 1997 dalam Mubarak,
2006). Perilaku tidak sama dengan sikap, sikap adalah hanya sesuatu yang
lebih cenderung untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek dengan
suatu cara yang menyatakan adanya tanda - tanda untuk senang atau tidak
senang pada obyek tersebut (Mubarak, 2006).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
adalah segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
2/31
7
dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris,
emosional,dan kognitif.
Menurut Skiner (1938), dalam Notoatmodjo (2000), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
proses: adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimuli→Organisme→Respons. Skiner membedakan adanya dua respons,
yakni:
a. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini
disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang
relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan
untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan
sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional,
misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus
ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan
sebagainya.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau perangsang
tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce,
karena memperkuat respons. Misalnya: apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian
tugasnya atau job diskripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari
atasannya (stimuli baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih
baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Notoatmodjo (2000), perilaku dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
3/31
8
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku, menurut
Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007) adalah:
a. Faktor-faktor Pendukung ( Predisposing Factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
b. Faktor pendukung ( Enambling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, lingkungan fisik misalnya : air
bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,
dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan
sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
4/31
9
c. Faktor pendorong ( Reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk
petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-
peraturan, baik dari pusat maupun pemerintahan daerah, yang terkait
dengan kesehatan. Dalam berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang
bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas
saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas
kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
2. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003), bentuk perubahan perilaku sangat
bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam
pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
a. Perubahan alamiah ( Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan ini disebabkan
karena kejadian alamiah.
b. Perubahan terencana ( Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subyek.
c. Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change)Kesediaan seseorang untuk menerima inovasi, baik secara cepat
maupun perlahan dapat terjadi karena kesediaan seseorang untuk
berubah.
3. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
a. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk
perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan. Keluarga dan
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
5/31
10
masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual
maupun sosial (Depkes RI, 2002).
Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana ( social support ) dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment ). Masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
(Notoatmodjo, 2007).
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku
tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan
norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang
mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan
dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif),
khususnya dalam menciptakan perilaku baru (Jawapos, 2010).
Kebijakan Nasional promosi kesehatan telah menetapkan tiga strategi
dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:
1) Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan
sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge),
dari tahu munjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi
kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang
didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
6/31
11
program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada
fase ini.
2) Bina suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan. Tiga pendekatan dalam
bina suasana:
a) Pendekatan individu
b) Pendekatan kelompok
c) Pendekatan masyarakat umum
3) Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan
terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-
pihak yang terkait ( stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa
berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai
penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah.
Adapun tahapan-tahapan advokasi yaitu:
a) Mengetahui atau menyadari adanya maslah,
b) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
c) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah,
d) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah
satu alternatif pemecahan masalah, dan
e) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
b. Tujuan PHBS
Menurut Depkes RI (1997), tujuan PHBS adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran
serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
7/31
12
Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007),
dalam Jariston (2009), ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang
melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:
1) Faktor pemudah ( Predisposising factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap
perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu
atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi
bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan,
tingkat pendidikandan tingkat sosial ekonomi.
2) Faktor pemungkin (enambling factors)
Faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu
motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah
jamban, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini
pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku hidup bersih dan sehat.
3) Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh
dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan
perilaku pengasuh anak-anak atau orang tua yang merupakan tokoh
yang dipercaya atau dipanuti anak-anak. Contoh pengasuh anak-
anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan
sebelum makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka
hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat
bagi anak-anak. Seperti halnya pada masyarakat memerlukan
acuan untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau undang-
undang baik dari pusat maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama termasuk juga petugas kesehatan
setempat.
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
8/31
13
4. Manajemen PHBS
Menurut Depkes RI (2002), dalam Jariston (2009), manajemen
PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada umumnya ke
dalam model pengkajian dan penindaklanjutan berikut ini:
a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang
pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat
kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup
semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh
derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka
kualitas hidup juga semakin tinggi.
b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang
kesehatan, dimana dengan adanya derajat kesehatan akan
tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Yang paling
besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor
perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya: seseorang menderita diare
karena minum air yang tidak dimasak, seseorang membuang sampah
sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah.
c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang
langsung atau tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena
adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap
lingkungannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan,
sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau
sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya
mengikuti trend yang berlaku pada kelompok sebayanya, ataupun
hanya untuk meniru dari tokoh idolanya.
5. PHBS di Sekolah
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di sekolah adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
9/31
14
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah
(6-10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di
sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan oleh peserta
didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan
melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Jawapos, 2010).
6. Sasaran
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota
keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam:
a. Sasaran primer
Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah
perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah(individu/kelompok
dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
b. Sasaran sekunder
Sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan
yang bermasalah misalnya: kepala sekolah, guru, orang tua murid,
kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan
lintas sektor terkait.
c. Sasaran tersier
Sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di Institusi Pendidikan misalnya:
Kepala Desa, Lurah, Camat, Kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh
masyarakat dan orang tua murid (Jawapos, 2010).
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
10/31
15
7. Manfaat PHBS di Sekolah
Manfaat PHBS di Sekolah diantaranya:
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai
gangguan dan ancaman penyakit.
b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak
pada prestasi belajar peserta didik.
c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat).
d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
8. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain Indikator
PHBS
a. Mencuci tangan
Kebersihan diri terutama dalam hal perilaku mencuci tangan
setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi adalah
mencuci tangan. Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun
secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan
ringkas yang kemudian dibilas untuk membuang air. Tujuannya adalah
untuk membuang kotoran dan organism yang menempel di tangan dan
untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Tangan yang
terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi. Anak
sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempatyang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh”
yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu
dengan kebiasaan mencuci tangan (Jawapos, 2010).
Mencuci tangan yang benar menurut Hartanto (2009) adalah
dengan menggunakan sabun yang dapat membantu menghilangkan
kuman yang tidak tampak, miyak, lemak dan kotoran di permukaan
kulit. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
11/31
16
menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak
saat mencuci tangan (kurang lebih 20 detik), namun penggunaan
sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan
terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya.
Menurut Garner dan Fayero (1986), dalam Potter dan Perry
(2005), mencuci tangan paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan
mikroorganisme transient paling banyak dari kulit, jika tangan tampak
kotor, dibutuhkan waktu yang lebih lama.
Mencuci tangan secara rutin dapat dilakukan dengan
menggunakan sabun dalam berbagai bentuk yang sesuai (batang,
lembaran, cair atau bubuk). Penggunaan sabun antimikroba dianjurkan
untuk mengurangi jumlah mikroba total di tangan. Terdapat banyak
jenis sabun antimikroba efektif, termasuk klorheksidin glukonat
(CHG), hibiscrub atau salvon 1%, alcohol, alcohol dan iodofor. Sabun
antimikroba tertentu dapat mengiritasi kulit, dan kebutuhan terhadap
sabun antimikroba harus dievaluasi terhadap potensi iritasi kulit.
b. Jajan di kantin sekolah yang sehat
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan,
dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka
konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%-50%
sampel minuman yang dijual dikaki lima. Bakteri ini mungkin berasal
dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran
mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan
jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP)
illegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat
boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodaminB
(pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning
pada tekstil) (Jawapos, 2010).
c. Membuang sampah pada tempatnya
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
12/31
17
Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana
yang besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan namun
sangat susah untuk diterapkan.
d. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan
terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan
meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup).
Olahraga adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang terencana dan
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan
ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Depkes, 2002).
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktifitas
kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap orang
berbeda-beda sesuai tugas/profesi masing-masing. Kebugaran jasmani
terdiri dari komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi
kelompok yang berhubungan dengan kesehatan ( Health Related
Physical Fitnes) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan
(Skill Related Physical Fitnes) (Depkes, 2002).
e. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan
diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sedangkan
untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa
diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang
bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya.
Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak
yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan
maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya
lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama
dengan ukuran rata-rata anak lain seusianya (Jawapos, 2010).
f. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin.
g. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
13/31
18
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap
masyarakat. Pentingnya buang air besar di jamban yang bersih adalah
untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena
sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar
pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter
dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak
mencemari lingkungan sekitar (Jawapos, 2010).
9. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Dan Kesehatan Pribadi
Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu
upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di
sekolah atau di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan
pribadi kesehatannya menjadi lebih baik, “Kebersihan pangkal kesehatan”.
Slogan ini tidak dapat kita pungkiri kebenarannya, oleh sebab itu
hendaknya setiap orang selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
taraf kebersihan pribadinya, antara lain dengan cara-cara berikut (Ananto,
2006).
a. Membiasakan Hidup Bersih dan Sehat
Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi
tanpa disadari oleh yang memiliki kebiasaan itu. Hal ini disebabkan
karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu
yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh
kebiasaan negative (buruk) misalnya, meludah atau membuang
sampah disembarangan tempat. Contoh kebiasaan yang positif (baik)
misalnya, teliti dalam memilih sesuatu, selalu tepat waktunya (tidur,
bangun pagi, berangkat ke sekolah, atau berolahraga secara teratur).
Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari sangat sukar diubah.
Ada lima pesan utama dalam membiasakan hidup bersih dan sehat
pada kehidupan sehari-hari diantaranya:
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
14/31
19
1) Mencuci tangan yang benar pada saat sebelum makan atau minum,
sebelum menyiapkan atau memegang makanan, setelah buang air
besar yang dapat mencegah penularan penyakit. Mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun dapat mematikan kuman yang melekat
ditangan. Hal ini membantu mencegah masuknya kuman ke dalam
mulut. Anak-anak sering sekali mempunyai kebiasaan
memasukkan jari ke mulut, oleh karena itu sangat penting mencuci
tangan anak sebelum makan dan setelah buang air besar guna
mencegah penularan penyakit.
2) Penggunaan jamban yang sehat untuk keperluan buang air besar
dapat mencegah penyebab penyakit.
Tindakan yang penting dan dapat dilakukan oleh keluarga
untuk mencegah penyebaran penyakit terutama penyakit diare
adalah membuang kotoran manusia secara aman yaitu di jamban.
Kuman dapat tertelan oleh manusia melalui air minum, makanan
dan alat makan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut : gunakan
jamban untuk buang air besar, jamban harus dibersihkan secara
teratur dan bersih dari lalat dan amankan sumber air bersih dari
pencemaran atau kotoran manusia dan kotoran hewan.
3) Memanfaatkan air bersih yang sehat dapat mencegah penularan
penyakit.
Perlindungan terhadap sumber air bersih sangat penting
untuk mencegah penyebaran kuman penyakit yakni dengan cara :
menjauhkan jarak sumber air bersih dari jamban dan buangan air
limbah, menjaga kebersihan peralatan penyimpanan air bersih
(gentong, ember, dan sebagainya), menjaga agar binatang jauh dari
sumber air bersih.
4) Pengolahan makanan atau minum yang bersih dan sehat dapat
mencegah penularan penyakit.
Kuman dalam makanan dapat masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan orang sakit. Tetapi makanan dapat dijaga tetap aman
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
15/31
20
dengan : makanan dimasak dengan baik, terutama daging dan
unggas, memakan makanan segera setelah dimasak, sehingga tidak
menjadi basi, menjaga makanan agar tetap bersih, terlindung dari
lalat dan binatang lainnya, membersihkan alat-alat makan dicuci
dengan air bersih dan sabun untuk mencegah pencemaran kuman.
5) Penanganan sampah yang sehat dapat mencegah penyebaran
penyakit dan pencemaran lingkungan.
Kuman penyakit dapat disebarkan oleh lalat, yang membiak
pada sampah seperti sisa-sisa makanan dan kulit buah serta
sayuran.
b. Memelihara kebersihan pribadi
Upaya memelihara kebersihan pribadi peserta didik tidak
terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan
kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan pribadi secara
optimal, tidak mungkin terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup
bersih dan sehat sejak dini. Hidup sehat sangat didambakan oleh semua
manusia, karena kalau kesehatannya terganggu yang akan berakibat
pada dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut kepada kita agar
selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi
merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan dalam mencapai tingkat kesehatan
pribadi. Wujud dari orang berperilaku menjaga kesehatan pribadi jika
dia peduli terhadap pemeliharaan : kulit, rambut, kuku, mata, mulut dan
gigi, hidung, telinga, tenggorokkan, pemeliharaan kebersihan pakaian
(Ananto, 2006).
1) Menjaga kebersihan kulit
Kulit mempunyai peranan yang penting dalam menjaga dan
memelihara kesehatan tubuh agar tetap sehat. Oleh sebab itu,
kesehatan kulit harus selalu terjaga dengan baik. Untuk itu, kulit
harus selalu dipelihara kesehatannya. Cara membersihkan kulit
secara keseluruhan umumnya dilakukan dengan mandi, karena
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
16/31
21
mandi berguna untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada
permukaan kulit : menghilangkan bau keringat, merangsang
peredaran darah dan syaraf, serta mengembalikan kesegaran tubuh
(Ananto, 2006).
Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), cara
mandi yang baik dan benar meliputi:
a) Mandi sekurang-kurangnya 2 kali sehari (pagi dan sore hari).
b) Seluruh permukaan kulit disiram dengan air yang dipakai untuk
mandi.
c) Seluruh permukaan tubuh atau kulit digosok dengan sabun
untuk menghilangkan kotoran yang menempel dikulit terutama
pada bagian yang berlemak (lipatan telinga, ketiak, lipatan
paha, jari kaki atau tangan dan muka) sampai kotoran hilang.
d) Setelah digosok dengan sabun pada seluruh permukaan tubuh
atau kulit kemudian disiram dengan air bersih.
e) Keringkan seluruh permukaan tubuh atau kulit dengan handuk
pribadi atau milik sendiri yang bersih dan kering.
f) Sesudah mandi memakai pakaian yang bersih.
2) Memelihara kesehatan kaki dan tangan (kuku)
Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), kaki
dan tangan merupakan bagian dari anggota gerak yang banyak
sekali dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari dan fungsi yang
cukup penting, karena tangan selalu dipakai memegang sesuatu,
maka tangan akan cepat kotor, demikian juga kaki karena letaknya
langsung dipermukaan tanah, maka kaki juga mudah kotor. Kuku
yang kotor dapat menjadi sarang penyakit yang selanjutnya dapat
ditularkan kepada bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, baik
kuku jari tangan maupun jari kaki harus selalu dipelihara
kebersihannya (Ananto, 2006). Ciri-ciri kuku yang sehat adalah
kuku tumbuh dengan baik, kuat, bersih dan halus.
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
17/31
22
Menjaga kesehatan kaki dan tangan dengan cara menjaga
kebersihannya :
a) Mencuci tangan setelah selesai memegang sesuatu yang kotor.
b) Mencuci kaki setiap selesai bermain di luar rumah dan sebelum
tidur.
c) Pakailah alas kaki (sandal, sepatu) bila bermain di tempat yang
lembab, di tanah kotor.
d) Saat mandi bersihkan sela-sela kaki da tangan.
Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kuku sebaiknya kuku
yang panjang akan mempermudah kotoran masuk dan sebagai
tempat tinggal kuman.
Cara menjaga kesehatan kuku :
(1) Memotong ujung kuku sampai beberapa millimeter dari
tempat perlekatan antara kuku dan kulit, dan sesuaikan
dengan bentuk ujung jari.
(2) Mengkikir tepi kuku yang telah dipotong agar menjadi rapi
dan tidak tajam.
(3) Mencuci kuku dengan sabun dan sikat sampai bersih
dengan menggunakan air hangat, lalu keringkan dengan
handuk kecil atau lap.
(4) Sebaiknya memotong kuku seminggu sekali.
3) Memelihara kebersihan rambut
Rambut mudah menjadi kotor karena banyak debu yangmenempel, lebih-lebih orang yang bekerja di daerah berdebu atau
memakai minyak rambut, bila rambut jarang dibersihkan akan
menjadi kotor dan dapat menjadi sarang kutu rambut.
Untuk menjaga kebersihan atau pemeliharaan kesehatan
rambut menurut Ananto (2006), yang harus dilakukan adalah :
a) Mencuci rambut
Frekuensi pencucian rambut sangat tergantung dari:
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
18/31
23
(1) Tebal tipisnya rambut, semakin tebal makin sering dicuci.
(2) Lingkungan atau tempat berada seseorang, misalnya pada
lingkungan yang berdebu orang tersebut harus sering
mencuci rambutnya.
(3) Seseorang yang sering memakai minyak rambut harus
sering mencuci rambutnya.
Adapun cara-cara mencuci rambut yang benar adalah
dengan memakai sampho. Paling sedikit dua kali seminggu
secara teratur. Rambut disiram dengan air bersih kemudian
digosok dengan menggunakan bahan pembersih tersebut
(sampho) dan dipijat agar kotoran yang melekat dapat
terlepas dan untuk memperlancar sirkulasi darah sehingga
rambut menjadi lebih sehat. Rambut kemudian dibilas
dengan air bersih sampai semua kotoran dan sampho
terbuang. Selanjutnya rambut dikeringkan dengan handuk
bersih milik sendiri (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat,
2004).
b) Menyisir rambut
Tujuan menyisir rambut adalah merapikan, memijat kulit
kepala dan membersihkan rambut dari debu dan kotoran.
Menyisir rambut harus memakai sisir sendiri karena melalui
sisir dapat ditularkan penyakit dan kutu rambut, maka sisir yang
baik adalah sisir yang tidak terlalu jarang dan tidak terlalu
rapat, lentur serta mempunyai ujung yang tumpul. Apabila sisir
kotor harus dibersihkan lebih dahulu sebelum dipakai kembali
(Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat, 2004).
4) Memelihara kebersihan dan kesehatan mata
Indera penglihatan merupakan bagian tubuh manusia yang
mempunyai fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia
tersebut menerima informasi dari lingkungan kehidupan sekitarnya.
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
19/31
24
a) Mata sebaiknya dibersihkan setiap hari atau sewaktu-waktu
menggunakan kapas yang dibasahi oleh air yang sudah
dimasak. Caranya ialah dengan menyapu kapas mulai dari
pinggir mata terus kearah tengah (menuju hidung), lakukan hal
ini berulang-ulang hingga mata terasa bersih.
b) Jangan menggosok mata dengan tangan yang kotor, kain atau
saputangan yang kotor atau saputangan milik orang lain.
c) Periksakan mata setahun sekali ke dokter spesialis mata atau ke
petugas kesehatan.
d) Biasakan membaca pada tempat yang cukup terang dengan
jarak antara mata dan objek yang dibaca tidak kurang dari 30
cm.
e) Biasakan makan makanan yang banyak mengandung vitamin
A.
f) Berikan istirahat pada mata secukupnya.
5) Memelihara kebersihan mulut dan gigi
Mulut, termasuk lidah dan gigi merupakan sebagian dari
alat pencernaan makanan. Gigi, terdiri dari jaringan tulang keras,
terdapat paha rahang atas dan rahang bawah. Mulut dan gigi
merupakan satu kesatuan karena gigi terdapat dirongga mulut,
dengan membersihkan gigi berarti kita selalu membersihkan
rongga mulut dari sisa-sisa makanan yang biasanya tertinggal di
antara gigi dan gusi. Pada waktu menyikat atau menggosok gigi
harus diingat bahwa arah penyikatan yang baik adalah dari gusi
kepermukaan gigi, sehingga selain membersihkan gigi juga dapat
melakukan pengurutan terhadap gusi.
Menggosok gigi juga dapat pula dengan gerakan maju
mundur dan pendek-pendek selama 2 menit dan sedikitnya 8x
gerakan untuk oermukaan gigi yang dipakai untuk mengunyah,
setelah selesai disikat kumur-kumur dengan air yang bersih.
Menggosok gigi lebih baik dilakukan setelah selesai makan (makan
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
20/31
25
pagi) dan pada waktu malam ketika akan tidur dengan
menggunakan sikat pribadi.
Karakteristik sikat gigi yang baik meliputi bulu sikatnya
tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak: permukaan bulu sikat
gigi rata, kepala sikat gigi kecil, dan tangkai sikat gigi lurus.
6) Memelihara kesehatan telinga
Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan
keseimbangan tubuh. Cara menjaga kesehatan atau kebersihan
telinga adalah:
a) Bersihkan daun telinga, lekuk telinga, lipatan belakang telinga
dengan handuk bersih atau kapas yang diberi sabun agar semua
menjadi bersih.
b) Menjaga telinga jangan sampai kemasukkan air, benda asing,
karena dapat mengakibatkan infeksi telinga bagian dalam.
c) Jangan sekali-kali membersihkan telinga dengan benda yang
tajam, kotor karena dapat melukai bagian dalam telinga dan
dapat mendorong kotoran masuk kedalam telinga.
d) Menjaga telinga dari trauma.
7) Memelihara kesehatan hidung
Hidung adalah jalan masuk dan keluar udara sewaktu
bernafas. Didalam rongga hidung terdapat bulu-bulu dan lender
yang keluar dari kelenjar dinding rongga hidung. Fungsi dari bulu
dan lender adalah untuk menyaring udara yang masuk dari kotoran
debu sehingga udara yang masuk keparu-paru lebih bersih. Cara
menjaga kebersihan dan kesehatan hidung :
a) Selalu mencuci lubang hidung dengan air bersih sewaktu
mandi, sehingga kotoran hidung dapat keluar tanpa melukai
selaput hidung yang sangat halus.
b) Menjaga hidung dari trauma yang dapat melukai atau
menyederai hidung.
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
21/31
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
22/31
27
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah sesuatu yang dikemukakan seseorang yang
merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian penginderaan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Biasanya dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai
metode dan konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman.
Pengetahuan bisa diperoleh dari pengalaman. Selain juga dari guru, orang
tua, teman, buku dan media masa (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan didalam domain kognitif
terdiri dari 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu ( Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini
adalah mengingat kembali (recall ) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan,mendefinisikan, menyatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
23/31
28
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi ( Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Sintesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
f. Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (knowledge) menurut
Notoatmodjo (2003), yaitu:
a. Tingkat pendidikan
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
24/31
29
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih
mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula
untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan memberikan pengetahuan yang lebih luas, untuk mempermudah
pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat (cetak atau elektronik)
sebagai alat saluran untuk menyampaikan pesan kesehatan.
c. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai tidak
dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas,
sedangkan umur semakin banyak (bertambah tua).
e. Sosial ekonomi
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang
di miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam
mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada.
1. Cara memperoleh kebenaran pengetahuan
Ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu:
a. Cara tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai
oleh memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya
metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis
(Notoatmodjo, 2003).
b. Cara coba-salah (trial and error )
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
25/31
30
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan
dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang
dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah.
Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan
terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara
memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003).
c. Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini
biasanya diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya. Dimana
pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat
menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka
perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003).
e. Melalui jalan pikir
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya,
dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi
(Notoatmodjo, 2003).
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
26/31
31
f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian.
Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil
pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan
akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).
C. Sikap
1. Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dalam kehidupan sehari-hari
adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut New Comb dalam Notoatmodjo (2003) salah seorang ahli
psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi
merupakan predisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek-obyek
di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.
Allport (1954), dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa
sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
2. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003), antara lain :
a. Menerima ( Receiving )
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
27/31
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
28/31
33
Kebudayaan di mana seseorang hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.
Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan
mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masayarakat untuk
sikap dan perilaku tersebut.
d. Media masa
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media masa
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan berfikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif
dalam menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f. Pengaruh faktor emosional
Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi
atau peralihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap demikian
dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan lebih lama.
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
29/31
34
D. KERANGKA TEORI
Skema 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Lawrence Green ( Modifikasi )
Indikator PHBS:
1. Membiasakan hidup bersihdan sehat
- Perilaku mencuci
tangan.
- Penggunaan jamban
yang sehat.
- Penanganan sampah
yang sehat.
2. Kebersihan Pribadi
- Kebersihan kulit.
- Kebersihan rambut.
Faktor Pengetahuan
Tingkat pendidikan atau
pengalaman
Faktor Sikap
Pengalaman,budaya,
media masa
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
30/31
35
E. Kerangka konsep
Variabel bebas ( Independen ) Variabel terikat ( Dependen )
Skema 2.2 Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas variabel independen (bebas) dan
variabel dependen (terikat).
1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan
variabel lain (variabel terikat). Variabel bebas biasanya merupakan stimulus
yang diberikan untuk mempengaruhi tingkah laku (Nursalam, 2008).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan
sikap siswa.
2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain (variabel bebas). Variabel dependen (terikat) merupakan faktor
yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan dari
variabel independen (Nursalam, 2008). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat.
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat
di SD Islamadina Semarang.
2. Ada hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat di SD
Islamadina Semarang.
Tingkat
PengetahuanPerilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sikap
8/20/2019 Jtptunimus Gdl Enggarriap 5773 2 Bab2
31/31