18
http://digilib.unimus.ac.id Page 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORISTIK 1. Akne Vulgaris a. Definisi Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh inflamasi kronik dari unit pilosebasea yang ditandai oleh pembentukan komedo, papul,  pustul, nodul, dan pada beberapa kasus disertai jaringan parut, dengan  predileksi diwajah, l eher, lengan at as, dada dan punggung. 9 Umumnya terjadi  pada remaja dan dapat sembuh sendiri. 4  Pada orang awam, akne dikenal dengan jerawat. 1  b. Epidermiologi Pada umumnya, akne vulgaris terjadi pada remaja dan dewasa muda serta wanita lebih banyak daripada pria. 12,13 Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Akne paling sering terjadi pada masa remaja dan dimulai pada masa pubertas. Pada umumnya insiden akne akan terjadi sekitar umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu yang paling dominan adalah komedo dan papul serta jarang terlihat lesi  beradang. Kadang akne menetap pada wania umur 30 tahunan atau lebih. Meski pada pria akne lebih cepat berkurang namun pada penelitian diketahui  bahwa gejala akne yang lebih berat justru terjadi pada pria. 4-6,9,10 c. Etiologi Penyebab pasti timbulnya akne belum diketahui dengan jelas. Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya akne vulgaris antara lain : 1) Bakteria Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebakterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan  Pityrosporum ovale.  13,14

Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 1/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORISTIK

1. Akne Vulgaris

a. Definisi

Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh inflamasi

kronik dari unit pilosebasea yang ditandai oleh pembentukan komedo, papul,

pustul, nodul, dan pada beberapa kasus disertai jaringan parut, dengan

predileksi diwajah, leher, lengan atas, dada dan punggung. 9 Umumnya terjadi

pada remaja dan dapat sembuh sendiri. 4 Pada orang awam, akne dikenal

dengan jerawat. 1

b. Epidermiologi

Pada umumnya, akne vulgaris terjadi pada remaja dan dewasa muda

serta wanita lebih banyak daripada pria. 12,13 Hampir setiap orang pernah

menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang

timbul secara fisiologis. Akne paling sering terjadi pada masa remaja dan

dimulai pada masa pubertas. Pada umumnya insiden akne akan terjadi sekitar

umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu

yang paling dominan adalah komedo dan papul serta jarang terlihat lesi

beradang. Kadang akne menetap pada wania umur 30 tahunan atau lebih.

Meski pada pria akne lebih cepat berkurang namun pada penelitian diketahui

bahwa gejala akne yang lebih berat justru terjadi pada pria. 4-6,9,10

c. Etiologi

Penyebab pasti timbulnya akne belum diketahui dengan jelas. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya akne vulgaris antara lain :

1) Bakteria

Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah

Corynebakterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum

ovale. 13,14

Page 2: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 2/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 2

2) Genetik

Akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetik akibat adanya

peningkatan kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang

normal. 13

3) Ras

Kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris

diajukan karena adanya ras-ras tertentu seperti oriental (Jepang, Cina,

Korea) yang lebih jarang dibandingkan dengan ras caucasian (Eropa,

Amerika) dan orang kulit hitam pun lebih jarang terkena daripada orang

kulit putih. 4,13,15

4) Hormon

Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid,

gonadotropin serta ACTH mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan

kelenjar sebasea. 4,5 Kelenjar sebasea sangat sensitif terhadap hormon

androgen yang menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan

produksi sebum meningkat. 14Hormon estrogen dapat mencegah terjadinya

akne karena bekerja berlawanan dengan hormon androgen. 16Hormon

progesteron dalam jumlah fisiologik tidak mempunyai efektivitas terhadap

aktivitas kelenjar sebasea, akan tetapi terkadang progesteron dapat

menyebabkan akne sebelum menstruasi. 1 Pada wanita, 60-70% menjadi

lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai

seminggu menstruasi. 1,9,10

5) Diet

Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne

adalah makanan yang tinggi lemak (kacang, daging berlemak, susu, es

krim), makanan tinggi karbohidrat (sirup manis), makanan yang beryodida

tinggi (makanan asal laut) dan pedas. 13 Pola makanan yang tinggi lemak

jenuh dan tinggi glukosa susu dapat meningkatkan konsentrasi insulin-like

growth factor (IGF-I) yang dapat merangsang produksi hormon androgen

yang meningkatkan produksi jerawat. 17

6) Psikis

Stres psikis dapat menyebabkan sekresi ACTH yang akan

meningkatkan produksi androgen. Naiknya hormon androgen inilah yang

Page 3: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 3/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 3

menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan produksi sebum

bertambah. 1,3

7) Iklim

Pada daerah yang mempunyai empat musim biasanya akne akan

bertambah hebat pada musim dingin dan sebaliknya membaik pada musim

panas. Hal ini disebabkan karena sinar ultraviolet (UV) yang mempunyai

efek membunuh bakteri dapat menembus epidermis bagian bawah dan

dermis bagian atas yang berpengaruh pada bakteri yang berada dibagian

dalam kelenjar sebasea. 1

8) Kosmetika

Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus

dalam waktu yang lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan

yang terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustula

pada pipi dan dagu. Bahan yang sering menyebabkan akne bisa terdapat

pada berbagai krem wajah seperti bedak dasar (foundation), pelembab

(moisturiser), tabir surya (suncreen) dan krem malam. 1,15

9) Trauma kulit berulang

Menggosok dengan cairan pembersih wajah, scrub atau

penggunaan pakaian ketat misalnya tali bra, helm, kerah ketat dapat

memperburuk jerawat. 15

10) Merokok

Rokok dapat mempengaruhi kondisi kulit seseorang sehingga

menimbulkan acne yang dikenal dengan “smoking acne”. Berdasarkan

penelitian sekitar 42% perokok menderita akne vulgaris. Partisipasi non-

perokok yang memiliki akne vulgaris tidak meradang sebagian besar

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti sering terkena uap atau terus

menerus terpapar asap rokok. 15

d. Patogenesis

Meskipun etiologi akne vulgaris belum diketahui, namun ada beberapa

faktor yang berhubungan dengan patogenesis penyakit, antara lain :

1) Kenaikan ekskresi sebum

Penderita akne vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih darirata-rata dan biasanya keparahan akne sebanding dengan jumlah produksi

Page 4: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 4/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 4

sebum. 9,10 Peningkatan produksi sebum menyebabkan peningkatan unsur

komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne. 4,5 aktifitas

kelenjar sebasea diatur oleh androgen yang terdapat di dalam sirkulasi

maupun didalam jaringan. 9,10 Androgen yang dikeluarkan oleh kelenjar

adrenal terutama dehydroepiandrosterone sulphate (DHEA-S) merangsang

aktifitas kelenjar sebasea, menstimulasi pembentukan komedo. 9,10

Pada saat pubertas androgen yang dihasilkan oleh gonad terutama

testoteron ikut berperan merangsang kelenjar sebasea. 9 Pada penderita

akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal beredar

dalam darah (testoteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa

dihidrotestosteron) mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya

menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum. Meningkatnya produksi

sebum pada penderita akne disebabkan respon organ akhir yang berlebihan

pada kelenjar sebasea terhadap kadar normal androgen dalam darah . 1

2) Adanya keratinisasi folikel

Keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar dan

tipis berubah menjadi padat dan melekat sehingga sukar lepas dari saluran

folikel tersebut. 4,5

3) Peningkatan jumlah flora folikel

Corynebacterium acnes ( Proprionibacterium acnes ),

Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum ovale ( Malassezia

furfur )berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan

enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum. 4 Bakteri yang dominan

sebagai flora di folikel pilosebasea adalah Corynebacterium acnes

( Proprionibacterium acnes ).

4) Peradangan (inflamasi)

Kemungkinan proses inflamasi diakibatkan oleh mediator aktif

yang dihasilkan oleh P.acnes yang terdapat pada didalam folikel.

Proprionibacterium acnes dapat memicu reaksi radang imun dan non

imun: 9

a) P.acnes memproduksi lipase yang dapat menghidrolisis trigliserid dari

sebum menjadi asam bebas yang bersifat iritasi dan komedogenik

b) Pelepasan faktor kemotaktik pada P.acnes akan menarik lekosit atau seldarah putih kedaerah lesi. Enzim hidrolisis yang dihasilkan oleh lekosit

Page 5: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 5/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 5

dapat merusak dinding folikel kemudian isi folikel seperti sebum, epitel

yang mengalami kerattinisasi, rambut dan P.acnes masuk ke dermis

sehingga timbul inflamasi

c) Aktifitas komplemen dari pejamu

Proliferasi Proprionibacterium acnes kemungkinan terjadi produksi

sebum yang meningkat.

Bagan 1 : Etiopatogenesis Akne 5

e. PatofisiologiAkne terjadi ketika lubang kecil dipermukaan kulit yang disebut pori-

pori tersumbat.Secara normal, kelenjar minyak membantu melumasi kulit dan

menyingkirkan sel kulit mati. Namun, ketika kelenjar tersebut menghasilkan

minyak yang berlebihan, pori-pori menjadi tersumbat oleh penumpukan

kotoran dan bakteri. Penyumbatan ini disebut sebagai komedo. 3

Pembentukan komedo dimulai dari bagian tengah folikel akibat

masuknya bahan keratin sehingga dinding folikel menjadi tipis danmenggelembung, secara bertahap akan terjadi penumpukan keratin sehingga

Usia , hormonal, Ras,stres, Genetik , cuaca

Kelenjar palittrigliserida

kental

Keratinisasiabnormal

Sumbatankomedo

Papul

Pustul Nodul

kista

Asamlemak bebas

lipase

Kemotaktik

Jaringan paruthiperpigmentasi

Flora

Respons hospes

Page 6: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 6/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 6

dinding folikel menjadi bertambah tipis dan dilatasi. Pada waktu yang

bersamaan kelenjar sebasea menjadi atropi dan diganti dengan sel epitel yang

tidak berdiferensiasi. Komedo yang telah terbentuk sempurna mempunyai

dinding yang tipis. Komedo terbuka ( blackheads ) mempunyai keratin yang

tersusun dalam bentuk lamelar yang konsentris dengan rambut pusatnya dan

jarang mengalami inflamasi kecuali bila terkena trauma. Komedo tertutup

(whiteheads ) mempunyai keratin yang tidak padat, lubang folikelnya sempit

dan sumber timbulnya lesi yang inflamasi. 3,9,10

Pada awalnya lemak keluar melalui dinding komedo yang udem dan

kemudian timbul reaksi seluler pada dermis, ketika pecah seluruh isi komedo

masuk ke dalam dermis yang menimbulkan reaksi lebih hebat da terdapat sel

raksasa sebagai akibat keluarnya bahan keratin. Pada infiltrat ditemukan

bakteri difteroid garm positif dengan bentukan khas Proprionibacterium acnes

diluar dan didalam lekosit. Lesi yang nampak sebagai pustul, nodul, dengan

nodul diatasnya, tergantung letak dan luasnya inflamasi. Selanjutnya kontraksi

jaringan fibrus yang terbentuk dapat menimbulkan jaringan parut. 9,10

f. Gejala Klinis

Manifestasi klinis akne dapat berupa lesi non inflamasi (komedo

terbuka dan komedo tertutup), lesi inflamasi (papul dan pustul) dan lesi

inflamasi dalam (nodul). 9,10

1) Komedo

Komedo adalah tanda awal dari akne. Sering muncul 1-2 tahun

sebelum pubertas. 9 Komedogenic adalah proses deskuamasi korneosit

folikel dalam duktus folikel sebasea mengakibatkan terbentuknya

mikrokomedo (mikroskopik komedo) yang merupakan inti dari patogenesis

akne. Mikrokomedo berkembang menjadi lesi non inflamasi yaitu komedo

terbuka dan komedo tertutup atau dapat juga berkembang menjadi lesi

inflamasi 2

a) Komedo terbuka

Disebut juga blackhead secara klinis dijumpai lesi berwarna hitam

berdiameter 0,1-3mm, biasanya berkembang waktu beberapa minggu.

Puncak komedo berwarna hitam disebabkan permukaan lemaknyamengalami oksidasi dan akibat pengaruh melamin 2

Page 7: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 7/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 7

b) Komedo tertutup

Disebut juga whitehead secara klinis dijumpai lesinya kecil dan jelas

berdiameter 0,1-3mm, komedo jenis inidisebabkan oleh sel-sel kulit

mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit. Secara berkala

pada kulit terjadi penumpukan sel-sel kulit mati, minyak dipermukaan

kulit kemudian menutup sel-sel kulit dan terjadilah sumbatan.

2) Jerawat biasa

Jerawat jenis ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna pink atau

kemerahan. Terjadi karena terinfeksi dengan bakteri. Bakteri ini terdapat

dipermukaan kulit, dapat juga dari waslap, kuas make up, jari tangan juga

telepon. Stres, hormon dan udara lembab dapat memperbesar kemungkinan

infeksi jerawat karena kulit memproduksi minyak yang merupakan

perkembangbiakannya bakteri berkumpul pada salah satu bagian muka. 19

a. Papula

Penonjolan padat diatas permukaan kulit akibat reaksi radang,

berbatas tegas dan berukuran diameter <5mm. 9,14 Papul superfisial

sembuh dalam 5-10 hari dengan sedikit jaringan parut tetapi dapat

terjadi hiperpigmentasi pasca inflamasi terutama remaja dengan kulit

yang berwarna gelap. Papul yang lebih dalam penyembuhannya

memerlukan waktu yang lebih lama dan dapat meninggalkan jaringan

parut. 9

b. Pustula

Pustul akne vulgaris merupakan papul dengan puncak berupa

pus. 9 Letak pustula bisa dalam ataupun superfisial. Pustula lebih jarang

dijumpai dibandingkan papula dan pustula yang dalam sering dijumpai

pada akne vulgaris yang parah. 2

c. Nodul

Nodul pada akne vulgaris merupakan lesi radang dengan

diameter 1 cm atau lebih, disertai dengan nyeri. 9

3) Cystic Acne/jerawat Kista (jerawat batu)

Acne yang besar dengan tonjolan-tonjolan yang meradang hebat,

berkumpul diseluruh muka. 19 Penonjolan diatas permukaan kulit berupa

kantong yang berisi cairan serosa atau setengah padat atau padat.12

Kista jarang terjadi, bila terbentuk berdiameter bisa mencapai beberapa

Page 8: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 8/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 8

sentimeter. Jika diaspirasi dengan jarum besar akan didapati material kental

berupa krem berwarna kuning. Lesi dapa menyatu menyebabkan

terbentuknya sinus, terjadi nekrosis dan peradangan granulomatous.

Keadaan ini sering disebut akne konglobata. 2 Penderita ini biasanya juga

memiliki keluarga dekat yang juga menderita akne yang serupa.

4) Parut

Jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah

hilang. 12 Sering disebabkan lesi nodulokistik yang mengalami peradangan

yang besar. 2 Ada beberapa bentuk jaringan parut, antara lain: 9

a) Ice-pick scar merupakan jaringan parut depresi dengan bentuk ireguler

terutama pada wajah

b) Fibrosis peri-folikuler ditandai dengan cincin kuning disekitar folikel

c) Jaringan parut hipertrofik atau keloid, sering terdapat didada, punggung,

garis rahang ( jaw line ) dan telinga, lebih sering ditemukan pada orang

berkulit gelap

g. Gradasi

Klasifikasi diperlukan untuk menjelaskan morfologi, distribusi lesi,

komplikasi, respon terhadap terapi, dan dampak penyakit secara individu. 9,10

Gradasi menunjukkan berat ringannya penyakit yang diperlukan bagi pilihan

pengobatan, antara lain: 4

1) Ringan, bila : Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi; Sedikit lesi

tak beradang pada beberapa tempat predileksi; atau Sedikit lesi beradang

pada 1 predileksi

2) Sedang, bila : Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi; Beberapa lesi

tak beradang pada lebih dari 1 predileksi; Beberapa lesi beradang pada 1

predileksi; atau Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi

3) Berat , bila : Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi; atau

banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi

Catatan :

a) sedikit : <5 , beberapa 5- 10 , banyak > 10

b) tak beradang : komedo putih, komedo hitam , papul

c) beradang : pustul, nodul, kista

Page 9: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 9/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 9

h. Diagnosis

Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan

ekskohleasi sebum. 4 Diagnosis klinis dimana pada pemeriksaan kulit

didapatkan erupsi kulit pada tempat predileksi yang bersifat polimorfi yang

terdiri dari komedo (tanda patognominik akne vulgaris), papul, pustul dan

nodul. 9,10 Pemeriksaan ekskohleasi sebum adalah pengeluaran sumbatan

sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna). 4

Pada pemeriksaan histopatologi komedo sel keratin, sebum dan

beberapa mikroorganisme, memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik

berupa serbukan sel radang kronis disekitar folikel pilosebasea dengan masa

sebum didalam folike tetapi yang sering ditemukan hanyalah sel keratin. 3,4

Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit ( skin surface

lipida ). Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas meningkat, oleh karena

itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya. 4

i. Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk akne vulgaris antara lain :

1) Erupsi akneiformis

Lesi ini disebabkan oleh obat-obatan. Klinis berupa erupsi papulopustul

mendadak tanpa adanya komedo hampir diseluruh bagian tubuh, dapat

disertai demam dan dapat

terjadi pada semua usia. 4,9,10

2) Rosacea

Merupakan penyakit peradangan kronis pada kulit muka. Penyakit ini

ditandai dengan eritema yang persisten, disertai telangiektasis, papul dan

pustul, kadang-kadang diserta hipertrofi kelenjar sebasea tetapi tidak

ditemukan komedo. 9,10

3) Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi

monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul dengan tempat

predileksi ditempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya. 4

4) Dermatitis perioral

Page 10: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 10/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 10

Gejala klinis berupa papul eritema atau papulo pustul dengan ukuran 1-

3mm terletak didagu, cekungan nasolabial dan sekitar mulut disertai

skuama dan rasa gatal. 9,10

5) Adenoma sebaseum

Sering merupakan manifestasi kulit dari penyakit tuberous

sclerosis. Nampak sebagai papul merah muda sampai merah diwajah yang

timbul sejak usai anak-anak atau pubertas.Lesi ini merupakan

angiofibroma. 9,10

j. Penatalaksanaaan

Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah

terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan akne yang terjadi

(kuratif). 4,5,13

1) Pencegahan

a) Menghindari peningkatan jumlah sebum dan perubahan isi

sebum 4,5,10,13,18

- Diet rendah lemak dan karbohidrat.

- Minum air putih minimal 8 gelas sehari, dengan air putih yang

cukup kulit akan lebih elastis dan metabolisme tubuh menjadi lancar

dan normal dan detokfikasi tubuh dari dalam keluar

- Melakukan perawatan kulit.

- Mandi sesegera mungkin setelah aktifitas berkeringat.

- Cuci muka dengan sabun dan air hangat 2 kali sehari. 18Jangan

mencuci muka berlebihan dengan sabun (6-8 kali sehari) karena

dapat menyebabkan akne detergen

- Dapat juga menggunakan cairan cleanser, tetapi hindari

menggunakan scrub yang malah dapat mengiritasi kulit dan dapat

memperparah akne.

- Hindari pemakaian anti septik atau medicated soap yang sering

mengakibatkan kulit menjadi iritasi

b) Menghindari faktor pemicu terjadinya akne 4,5,13,15

- Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi

tubuh.- Penggunaan kosmetika secukupnya

Page 11: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 11/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 11

- Bersihkan kuas kosmetika secara teratur dengan air sabun dan

membuang alat make up yang sudah lama dan sudah tidak layak

pakai.

- Hindari bahan kosmetika yang berminyak, tabir surya, produk

pembentuk rambut atau penutup jerawat.

c) Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalkan minuman keras,

rokok,polusi debu,lingkungan yang tidak sehat dan sebagainya 4,5,13

d) Hindari penusukan,pemencetan lesi, mencongkel dan sebagainya

karena dapat menyebabkan infeksi, menimbulkan bekas, memperparah

akne dan bahkan membuat kesembuhan lebih lama. 3-5,13,15,16

2) Pengobatan

Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan obat-obat topikal,

obat sistemik, bedah kulit ataupun kombinasi cara-cara tersebut

a) Pengobatan topikal

Dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan

peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi, obat topikal terdiri

atas: 4

- Bahan iritan yang dapat melupas kulit ( peeling ), misalnya sulfur (4-

8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil

(2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%) dan asam azeleat (15-

20%).Efek samping obat iritan dapat dikurangi dengan cara

pemakaian berhati-hati dimulai dengan konsentrasi yang paling

rendah.

- Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam

folikel, misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin

fosfat (1%)

- Anti peradangan topikal, salep atau krim kortikosteroid kekuatan

ringan atau sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi

kortikosteroid kuat (triamsolon asetonid 10 mg/cc) pada lesi nodulo-

kistik

- Lainnya, misalnya etil laktat 10% untuk menghambat pertumbuhan

jasad renik

b) Pengobatan sistemik

Page 12: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 12/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 12

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad

renik, dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum

dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan ini terdiri atas:

- Anti bakteri sistemik : tetrasiklin (250mg-1 g/hari), eritromisin

(4x250 mg/ hari), doksisiklin(50mg/hari), trimetoprim (3x100

mg/hari) 4,14

- Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara

kompetitif menduduki reseptor organ target dikelenjar sebasea

misalnya estrogen (50mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau

antiandrogen siproteron asetat (2mg/hari). 16

- Vitamin A dan retinoid oral. 4,13

- Obat lainnya, misalnya antiinflamasi non steroid ibuprofen

(600mg/hari),dapson (2 x100mg/hari),seng sulfat (2x200 mg/hari) 4

c) Bedah kulit

Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk

memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat

yang sering menimbulkan jaringan parut, baik yang hipertrofik maupun

hipotrofik. Jenis bedah kulit dipilih disesuaikan dengan macam dan

kondisi jaringan parut yang terjadi.Tindakan dilakukan setelah akne

vulgaris sembuh. 4,13

k. Prognosis

Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh

sebelum mencapai 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai

tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu dirawat inap dirumah saki

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. 8,11

Page 13: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 13/18

Page 14: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 14/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 14

4) Trial, individu mulai mencoba perilaku baru

5) Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

d. Indikator

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan

menjadi : 8,19

1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit.

2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat.

3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 11

b) Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan

cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

tantangan. 11

c) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini akan sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa. 11

2) Faktor eksternal

a. Lingkungan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok. 11

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhidari sikap dalam menerima informasi. 11

Page 15: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 15/18

Page 16: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 16/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 16

3) Faktor penguat ( reinforcing factors )

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilak tokoh masyarakat, tokoh

agama, sikap dan perilaku para petugas.

d. Tingkatan

Perilaku terdiri dari tingkatan yaitu: 19

1) Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil

2) Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

3) Mekanisme

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan

4) Adaptasi

Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

e. Klasifikasi 8

1) Perilaku hidup sehat

Perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang

untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya

2) Perilaku sakit ( illness behaviour )

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit penyakit,

persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala

penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya

3) Perilaku peran sakit ( the sick role behaviour )

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran mencakup hak-

hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit.

Page 17: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 17/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 17

B. KERANGKA TEORI

* = yang diteliti

DerajatKeparahan

Akne*

Akne vulgaris

Perilaku*Pengetahuan*

Faktor eksternal:

1. Lingkungan(fisik, sosial,

budaya,ekonomi,

politik, dan

sebagainya)

Faktor internal :

1. Tingkatkecerdasan

2. Tingkatemosional

3. Jenis kelamin

4. Dan sebagainya

Faktor internal :

1. Pendidikan2. Pekerjaan3. umur

Faktor eksternal:

1. Lingkungan2. Sosial

budaya

Faktor presdiposisi

1. Bakteria2. Genetik3. Ras4. Hormon5. Diet6. Psikis7. Iklim8. Kosmetika9. Trauma kulit

berulang10. merokok

Page 18: Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

8/12/2019 Jtptunimus Gdl Dewipurnam 7052 3 Babii

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-dewipurnam-7052-3-babii 18/18

http://digilib.unimus.ac.id Page 18

C. KERANGKA KONSEP

D. HIPOTESIS

Ada hubungan pengetahuan dan perilaku dengan derajat keparahan akne

vulgaris pada siswa-siswi SMA Negeri 14 Semarang

Derajatkeparahan

Akne vulgaris

Pengetahuan

perilaku