24
SPASTICITY AND BONE DENSITY AFTER A SPINAL CORD INJURY SMF ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR, MALANG 2015 JOURNAL READING Wan Adi Surya P Tarbiyah Catur S Elita Riyu Vidia Meiranda Akib Alfian Wika Cahyono Lovin Destikatari Hashini Vijayakumar Leong Zhee Chuan Leong Siu Mun Sandhya Ramakrishnan Wan Nur Atierah Siti Aminah Khine Zar Phyu Zaw Myo Aung Pembimbing dr., SpKFR

Journal Reading - Kelompok 2 - Copy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

spinal cord injury

Citation preview

SPASTICITY AND BONE DENSITY AFTER A SPINAL CORD INJURY

SPASTICITY AND BONE DENSITY AFTER A SPINAL CORD INJURY SMF ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASIRUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR, MALANG2015

JOURNAL READINGWan Adi Surya PTarbiyah Catur SElita Riyu Vidia Meiranda AkibAlfian Wika Cahyono Lovin Destikatari Hashini Vijayakumar Leong Zhee Chuan Leong Siu MunSandhya Ramakrishnan Wan Nur Atierah Siti Aminah Khine Zar Phyu Zaw Myo AungPembimbingdr., SpKFRABSTRACTStudy Design:Descriptive, Cross-Sectional StudyObjectives:To asses the realtionship between spasticity and bone mineral density in the lower extremities in individuals with a motor complete SCIMethods:18 individuals matched for time since injury, gender and age9 men had severe spastisity, 9 men had spasticity that was either mild or not presentDual energy X-ray absorptiometry was used to compare bone mineral densityRegions: Total leg, total hip, pelvis

Results:Back ground data were similar in both groupNo differences between the group on bone mineral densityAll partisipant presented with ostoeporosis and osteopenia on hipsParticipants with severe spasticity had larger muscle volumeNocorrelation between bone mineral density and body composition with age or onset of injuryConclusion:No difference in bone mineral density dependant on spasticityAll participants showed osteoporosis and osteopenia at the hip, not all body valuesIndividual with severe spasticity had greater muscle mass compared with those with no or mild spasticity

2PENDAHULUANResiko peningkatan osteoporosis yaitu tulang rapuh merupakan masalah bagi individu dengan ketergantungan kursi roda pada pasien cedera saraf tulang belakang

Osteoporosis merupakan masalah bagi wanita usia di atas 50 tahun. Hal ini dikarenakan imobilisasi dan peningkatan resorpsi tulang pasca-cedera.

Ada beberapa penyebab yang dapat mempengaruhi kepadatan tulang; usia, jenis kelamin, menopause, faktor keturunan, etnis, tinggi badan dan berat badan, aktivitas fisik, penggunaan kortikosteroid, asupan kalsium, merokok, dan alkohol.

Penelitian menunjukkan bahwa intervensi awal dengan berat tubuh pasif dapat menurunkan resiko osteoporosis setelah cedera tulang belakang, tetapi hasil jangka panjang yang tidak pasti. Penelitian lain menunjukkan berat tubuh pasif tidak memiliki efek dari nilai klinis pada kepadatan tulang. Latihan intensif mungkin mencegah osteoporosis pada tungkai atas, tapi tidak di ekstremitas bawah.

Spastisitas merupakan kondisi yang kompleks yang disebabkan oleh lesi dalam sistem saraf pusat. Menurut penelitian sebelumnya, sekitar 40% dari semua individu dengan SCI memiliki masalah spastisitas.Karena hasil yang tidak konsisten dari studi penelitian sebelumnya mengenai pengaruh spastisitas pada densitas tulang, dibutuhkan kelompok yang cocok dan fokus pada faktor spastisitas.Hipotesis penelitian ini adalah individu dengan spastisitas yang kuat, lebih sedikit bone loss dibandingkan individu dengan flaccid paralysis pada subyek dengan motor complete SCI.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara spastisitas dan BMD di ekstremitas bawah pada individu yang dependen kursi roda dengan motor complete SCI.

BAHAN DAN METODE

The World Health Organization (WHO) defined and graded bone mass in 4 steps in 1994 from the DXA examination (20) as:

Normal: a value of BMD within 1 standard deviation (SD) of the young adult reference mean (T-score 1)

Osteopaenia(lowbonemass):a value of BMD more than 1 SD below the young adult mean, but less than and 2.5 SD below this value (T-score < 1 and > 2.5)

Osteoporosis: a value of BMD 2.5 SD or more below the young adult mean (T-score < 2.5)

Establishedosteoporosis: osteoporosis as defined above and one or more fragility fractures

When DXA-scans are made, information regarding fat and lean mass is included in addition to the bone mineral density result, which is why these data were included in the analysis.

Material and MethodsStudi ini menggunakan Cross-sectional Study

Data dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu berusia 18 tahun 55 tahun dengan motor complete Spinal cord injury (SCI)

Individu dengan spastisitas sedang (antara spastisitas ringan dan berat) yang telah melakukan cek up 1 tahun terakhir dan/atau invididu dengan adanya data/dokumen keterbatasan ROM di eksklusi

Individu dengan spastisitas berat dan atau spastisitas ringan yang cocok terhadap waktu terjadinyan trauma (3 tahun yang lalu, jenis kelamin, dan usia (7 tahun)

Wanita tidak termasuk dalam data yang digunakanTerdapat 2 partisipan memiliki deformitas pada satu sendi hip dan dieksklusi dari analisis

Spastisitas pada hip fleksor/ekstensor/adduktor dan knee fleksor/ekstensor yang dinilai oleh seseorang terapis fisik berpengalaman menggunakan Modified Asword Scale (MAS)

Latar belakang data yang dikumpulkan dengan melakukan interview terstruktur terkait dengan, weight-bearing (beban), kebiasaan latihan, intak kalsium, penggunaan alkohol dan tembakau, riwayat terapi untuk spastisitas, dan riwayat fraktur.

StatistikIndependent T test digunakan untuk membandingkan densitas mineral tulang pada semua kelompok dan disajikan sebagai nilai rata-rata pada sisi kanan dan kiri. Perbandingan juga dihitung secara terpisah untuk panggul, total pinggul , colli femoris , dan tubuh secara total.

Jaringan yang berlemak dan tidak berlemak dibandingkan antar kelompok dengan independent T test.

Karakteristik peserta dan data latar belakang dibandingkan dengan independent T test.

Uji Fisher digunakan untuk tingkat cedera karena ukuran sampel yang kecil dari masing-masing kelompok.

Korelasi antara waktu sejak cedera, usia, densitas mineral tulang dan komposisi tubuh dianalisa dengan menggunakan Pearson correlation coeficients.

Data disajikan sebagai mean (SD), dan tingkat signifikansi diterima pada p > populasi SCI

Obesitas dapat menyebabkan penurunan fungsional dan peningkatan risiko kondisi medis seperti carpal tunnel syndrome, pulmonary embolism dan obstructive sleep apnoe

SpastisitasPengeluaran energi Risiko kenaikan berat badan Hilangnya BMD utama setelah SCI tibia proksimal (50% dari nilai BMD normal)leher femoralis (25% dari nilai BMD normal)

20KeterbatasanPengukuran pada tibia proksimal tidak tersedia (Tibia proksimal adalah situs umum pengukuran ketika membuat DXA scan pada peserta dengan SCI)Tidak ada wanita yang termasuk dalam penelitian ini karena kesulitan dalam pencocokan yang tepat.KeunggulanKedua kelompok baik cocok mengenai usia dan waktu sejak cedera, karakteristik demografi dan data latar belakang yang sama dan semua peserta memiliki motor complete injury, Berat telah terbukti memiliki dampak yang besar pada kepadatan tulang dan mungkin lebih tepat untuk memiliki sebagai kriteria yang cocok dari gender.

21Dua orang minum obat anti-spastik pada masing-masing kelompok. Beberapa peserta dengan spastisitas berat di penelitian mengungkapkan manfaat dan telah berhenti minum obat anti-spastik beberapa tahun setelah cedera.

Hipotesis penelitian, yaitu spastisitas dapat mempengaruhi massa tulang, tidak dikonfirmasi.

Penelitian lebih lanjut tentang pencegahan keropos tulang akibat imobilisasi masih diperlukan dalam rangka menciptakan pedoman penilaian dan pengelolaan osteoporosis dalam populasi SCI.

Kesimpulan

Tidak ada perbedaan dalam BMD yang tergantung pada tingkat spastisitas ditemukan pada individu dengan SCI motor komplit.

Namun, osteoporosis / osteopaenia di pinggul ditemukan pada semua peserta. Individu dengan spastisitas berat memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan dengan yang spastisitas tidak ada atau ringan.