21
JOURNAL READING A five-year retrospective review of snakebite patients admitted to a tertiary university hospital in Malaysia DISUSUN OLEH : Didiek Reza Mawardi Waris PEMBIMBING : dr. Eddy, Sp.B

Journal Reading Bedah

Embed Size (px)

Citation preview

JOURNAL READING A five-year retrospective review of snakebite patients admitted to a tertiary university hospital in Malaysia

JOURNAL READINGA five-year retrospective review of snakebite patients admitted to a tertiary university hospital in MalaysiaDISUSUN OLEH :Didiek Reza Mawardi Waris

PEMBIMBING :dr. Eddy, Sp.B

PENDAHULUANKasus gigitan ular merupakan penyebab umum morbiditas dan mortalitas di negara-negara tropis terutama di asia tenggara. Jumlah kasus gigitan ular diperkirakan mencapai sekitar 125.000 jiwa. Sampai saat ini terdapat 3000 spesies ular di dunia, 400 spesies diantaranya adalah ular berbisa. Ular berbisa dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu dua kelompok ular tanah dan satu ular laut. Dua kelompok utama ular tanah tersebut adalah Elipidae dan Viperidae.

PENDAHULUANBeberapa spesies ular tidak berbisa dapat tampak menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna, dan suara yang dikeluarkan saat merasa terancam. Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.

LATAR BELAKANGGigitan ular berbisa dapat mengancam jiwa ataupun tidak tergantung jumlah racun yang masuk ketika terjadi gigitan.

Hal yang sulit dilakukan pada kasus gigitan ular adalah identifikasi spesies ular secara akurat karena beberapa spesies ular tidak berbisa dapat menyerupai ular berbisa.

LATAR BELAKANGDampak bisa ular pada tubuh antara lain :Myotoxicity = toksisitas racun yang menghasilkan efek myotoxic seperti nyeri otot, kekakuan dan myoglobinuria dan biasanya berakhir pada gagal napas. Neurotoksisitas = toksisitas yang menghasilkan efek neurotoksik seperti kelemahan otot, kelumpuhan (dalam waktu 15 menit sampai 2 jam), disfagia, dysphasia, ptosis, sesak napas, yang berpuncak pada pernapasan dengan atau tanpa kejang.

LATAR BELAKANGHemotoxicity seperti echymosis, petekie ,epistaksis, hematemesis, melena, koagulopati, hematuria atau manifestasi perdarahan lain.

Bisa ular Viperidae sering menimbulkan efek hemotoxicity, Elapidae dominan dalam neurotoksisitas, sedangkan untuk ular laut terutama menyebabkan myotoxicity, meskipun demikian sering muncul gejala yang tumpang tindih.

TUJUAN PENELITIANMemetakan secara demografis, profil klinis dan manifestasi , serta identifikasi jumlah pasien gigitan ular yang datang ke rumah sakit penelitian selama 5 tahun.

METODOLOGIPenelitian ini adalah penelitian retrospektif yang melibatkan semua pasien gigitan ular yang dirawat di bagian gawat darurat Hospital University Sains Malaysia (HUSM) dari Januari 2006 sampai Desember 2010. Selain data demografi, variabel yang dianalisis meliputi jenis ular, tingkat keparahan, periode waktu di mana gigitan terjadi, gejala umum sugestif hemotoksisitas, myotoksisitas, neurotoksisitas, gejala lokal termasuk kondisi luka dan kemajuan pemulihan.

ANALISA DATAAnalisis statistik dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 18 untuk Windows. Perbandingan data kategorikal dilakukan dengan menggunakan Pearson chi-square atau uji Fisher dimana Nilai p kurang dari 0,05 diambil sebagai hasil signifikan.

HASILSebanyak 260 pasien gigitan ular dianalisis dalam periode 5 tahun mulai dari Januari 2006 sampai Desember 2010.

Dari 260 kasus, 64 gigitan kobra (24,5%), 52 gigitan viper (20,0%), 4 gigitan ular laut (1,5%), 3 gigitan python (1,1%) dan 137 gigitan ular tidak diketahui (52,9%).

HASIL

HASIL

HASIL

HASIL

HASIL

HASIL

DISKUSIDalam studi ini, sebagian besar kasus gigitan ular (52,9%), tidak teridentifikasi spesiesnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan pasien sehingga tidak mampu mengidentifikasinya. Selain itu pengetahuan pasien mengenai spesies ular berbeda-beda. Gigitan pada tungkai bawah tiga kali lebih umum daripada gigitan pada tungkai atas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kebanyakan kasus ular itu terinjak secara tidak sengaja.

DISKUSISebagian besar pasien memiliki waktu antara 1 dan 4 jam sebelum datang ke rumah sakit. Hasil ini tidak berbeda secara signifikan dari yang ditemukan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Reid et al. pada tahun 1963. Salah satu alasan untuk penundaan datang ke rumah sakit disebutkan oleh Reid et al. (1963) adalah bahwa masyarakat lebih suka mencoba obat tradisional daripada datang ke rumah sakit.

KETERBATASAN PENELITIANData pada spesies ular yang diambil dari rumah sakit didasarkan sepenuhnya pada deskripsi yang diberikan oleh pasien dan saksi-saksi lainnya.

Penelitian ini dilakukan hanya pada satu pusat di Malaysia selama 5 tahun, dan karena itu, temuan epidemiologi mungkin tidak benar-benar mencerminkan trend epidemiologi di Malaysia secara keseluruhan.

KESIMPULANSecara keseluruhan dari studi ini, lebih dari 50% kasus gigitan ular di HUSM dari tahun 2006 sampai 2010, tidak teridentifikasi spesies ularnya.Diantara yang diidentifikasi, gigitan ular berbisa yang paling umum adalah gigitan kobra. Gigitan Cobra secara signifikan lebih mungkin untuk menghasilkan tingkat keparahan yang tinggi dan membutuhkan anti venom. Analisis post-hoc juga menunjukkan bahwa pasien dengan gigitan kobra secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk mencapai pemulihan lengkap dibandingkan dengan gigitan non kobra dan lebih mungkin untuk mengembangkan gangren lokal.