17
pastura JOURNAL OF TROPICAL FORAGE SCIENCE p -ISSN 2088-818X e -ISSN 2549-8444 Diterbitkan oleh: HIMPUNAN ILMUWAN TUMBUHAN PAKAN INDONESIA (HITPI) JURNAL ILMU TUMBUHAN PAKAN TROPIK pastura Vol. 9 No. 2 Halaman 55 - 126 Denpasar Februari 2020 p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

JOURNAL OF TROPICAL FORAGE SCIENCE

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

pasturaJ O U R N A L O F T R O P I C A L F O R A G E S C I E N C E

p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

Diterbitkan oleh:HIMPUNAN ILMUWAN TUMBUHAN PAKAN INDONESIA (HITPI)

J U R N A L I L M U T U M B U H A N P A K A N T R O P I K

pastura Vol. 9 No. 2 Halaman 55 - 126

Denpasar Februari 2020

p-ISSN 2088-818Xe-ISSN 2549-8444

pasturaJournal of Tropical Forage Science(Jurnal Tumbuhan Pakan Tropik)

Volume 9 Nomor 2 Februari 2020

HIMPUNAN ILMUWAN TUMBUHAN PAKAN INDONESIA (HITPI)

.DAFTAR ISI

PENGANTAR REDAKSI .................................................................................................................................................. iii

RESPON PRODUKSI RUMPUT BEDE (Brachiaria decumbens) AKIBAT PERLAKUAN HORMON DEKAMON PADA BERBAGAI FREKUENSI PENYEMPROTAN GANDASIL D Diana Sawen, M. Aff’an Muin, dan Susilowati ....................................................................................................... 55

PENGARUH PUKAN PLUS DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP HASIL JAGUNG MANIS DAN NUTRISI JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK Dwi Retno Lukiwati dan Yafizham (alm.) ............................................................................................................... 60

SUPLEMENTASI KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea) UNTUK PENINGKATKAN KUALITAS SILASE BATANG PISANG I W. Suarna, I M. Mudita, I W. Wirawan, dan N. N. Suryani ............................................................................... 65

PEMBERIAN BISKUIT KONSENTRAT PAKAN MENGANDUNG Indigofera zollingeriana DAN SENGON TERHADAP IRISAN KOMERSIAL KARKAS KAMBING PE E. Y. Sari, R. A. Muthalib, dan R. Dianita ............................................................................................................... 72

PRODUKSI DAN KECERNAAN IN VITRO RUMPUT Stenotaphrum secundatum YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN BEBERAPA LEGUMINOSA DI PERKEBUNAN KELAPA N. N. C. Kusumawati, T. G. O. Susila, N. M. Witariadi, N. G. K. Roni, dan N. N. Yastini ..................................... 78

KUALITAS FISIK BISKUIT KONSENTRAT MENGANDUNG INDIGOFERA DENGAN JENIS DAN KONSEN-TRASI BAHAN PEREKAT BERBEDA Wati N. , R. A. Muthalib, dan R. Dianita ................................................................................................................. 82

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI WARU (Hibiscus tilliaceus L.) PASCA KLONING YANG DITANAM PADA TEKSTUR TANAH BERBEDA I W. Wirawan, N. N. Candraasih Kusumawati, N. M. Witariadi, dan N. L. G. Sumardani ................................. 90

SEED PHYSICAL SCARIFICATION AND GROWING MEDIA ON VIGOR OF Moringa oleifera Ubaidillah, A. V. Zulaiha, dan R Dianita ................................................................................................................. 94

PERTUMBUHAN DAN HASIL HIJAUAN RUMPUT RAJA DAN RUMPUT GAJAH YANG DIPUPUK DENGAN PUPUK ORGANIK KASCING D. Ariyati, W. Suarna, dan M. A. P. Duarsa ............................................................................................................ 98

PEMANFAATAN CAMPURAN RUMPUT LAUT DAN LIMBAH LIDAH BUAYA SEBAGAI FEED SUPPLE-MENT SAPI BALI JANTAN N. P. P. Wijayanti, N. P. Mariani, dan N. N. Suryani ............................................................................................. 104

STRATEGI IMPLEMENTASI ANIMAL WELFARE DALAM PENYEDIAAN PAKAN SAPI BALI M. A. P. Duarsa, I W. Suarna, A. A. A. S. Trisnadewi, dan I M. Saka Wijaya ...................................................... 109

KARAKTER MORFOLOGIS KACANG PEDANG (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.: FABACEAE) DAN POTEN-SINYA SEBAGAI PAKAN TERNAK I Made Saka Wijaya dan I Wayan Suarna .............................................................................................................. 114

pasturaJournal of Tropical Forage Science(Jurnal Tumbuhan Pakan Tropik)

Volume 9 Nomor 2 Februari 2020

Ketua PenyuntingI Wayan Suarna (Unud)

Wakil Ketua PenyuntingPanca Dewi Manu Hara Karti (IPB)

Penyunting PelaksanaLuki Abdullah (IPB)

Dwi Retno Lukiwati (Undip)Nafiatul Umami (UGM)

Charles L. Kaunang (Unsrat)I Gede Mahardika (Unud)

N. N. Suryani (Unud)Rahmi Dianita (Unja)

Mansyur (Unpad)

AdministrasiA. A. A. Sri TrisnadewiKetut Mangku Budiasa

I Wayan Wirawan

Alamat RedaksiFakultas Peternakan Universitas UdayanaJalan PB Sudirman Denpasar-Bali 80232Telp. (0361) 222096 Fax. (0361) 236180

e-mail: [email protected]

PenerbitHimpunan Ilmuwan Tumbuhan Pakan Indonesia (HITPI)

Sampul: Bauhinia purpurea Dokumentasi foto W. Suarna

ISSNp-2088-818X e-ISSN 2549-8444

pastura adalah jurnal ilmu tumbuhan pakan tropik yang diterbitkan dua kali setahun (Februari dan Agustus) memuat berbagai aspek tumbuhan pakan tropik dari: hasil penelitian, naskah

konseptual/opini, resensi buku, dan informasi tumbuhan pakan tropik lainnya

iii

PENGANTAR REDAKSI

enteri Pertanian Republik Indonesia pada tanggal 3 Pebruari 2020 telah menerbitkan Keputusan Menteri Pertanian RI No. 104/2020 tentang Komoditas Binaan Kementerian Pertanian. Pada Lampiran D Kepmentan tersebut memuat Komoditas Binaan Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan yang meliputi komoditas pakan ternak (rumput pakan ternak dan kacang-kacangan tanaman pakan ternak, kacang-kacangan terdiri atas: herba, semak, dan pohon), Produk Olahan, dan Turunan Peternakan.

Dengan diterbitkannya Kepmentan tersebut maka terdapat kepastian untuk berusaha di bidang tanaman pakan dan peternakan bagi petani peternak maupun bagi para pemangku kepentingan lainnya. Perlindungan dan konservasi plasma nutfah tumbuhan pakan sangat penting dalam menjaga keberagaman sumber pakan. Seirama dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani asal ternak ruminansia, maka ketersediaan hijauan pakan ternak yang berkualitas semakin dibutuhkan. Dengan demikian perlindungan varietas tanaman pakan unggul dan meningkatkan keberagaman tumbuhan pakan untuk pengembangan konsentrat hijau menjadi kebutuhan yang mendesak.

Pastura kali ini memuat berbagai artikel teknologi budidaya tumbuhan pakan dan jenis tanaman pakan lokal sebagai sumber biodiversitas tanaman pakan ternak. Teknologi tumbuhan pakan antara lain meliputi teknologi pupuk dan pemupukan, peningkatan kualitas hasil olahan hijauan pakan (silase dan biscuit), pemanfaatan rumput laut dan lidah buaya sebagai sumber pakan, asosiasi tanaman pakan, potensi Canavalia dan kesejahteraan ternak.

Artikel-artikel tersebut sangat inspiratif dalam mendukung percepatan implementasi dan pengembangan konsentrat hijau. Semoga pastura dapat menjadi inspirasi dalam upaya pengembangan tanaman pakan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Redaksi

120

pastura ❖ Volume 9 Nomor 2 TahuN 2020 p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

UCAPAN TERIMAKASIHKEPADA MITRA BESTARI

Atas bantuan penyuntingan yang dilakukan oleh para Mitra Bestari (Penyunting Ahli) terhadap naskah-naskah jurnal yang dimuat pada jurnal Pastura, Volume 9 Nomor 2, Februari 2020 redaksi

mengucapkan terimakasih kepada mereka yang namanya tersebut di bawah ini:

Prof. Ir. Yusuf Ahyar Sutaryono, PhDProf. Dr. Ir. Komang Budaarsa, M.S

Dr. Nurhayati Diah PurwantariIr. Lindawati Doloksaribu, M.Rur.Sc. Ph.D.

Dr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si Ir. M. A. P. Duarsa, M.Rur.Sc.

Ir. Ni Putu Sarini, M.Agr.Sc

121

Umum1. Naskah yang diterima adalah karya tulis yang

merupakan hasil penelitian atau hasil pemikiran (konseptual) yang ada hubungannya dengan ta-naman makanan ternak dan belum pernah dipu-blikasikan (dimuat dalam jurnal).

2. Jurnal Pastura melingkup berbagai topik riset tumbuhan pakan tropik dari hasil penelitian, Naskah konseptual/opini, resensi buku, dan informasi tumbuhan pakan tropik lainnya.

3. Jurnal Pastura terbit dua kali dalam satu tahun yakni pada bulan Agustus dan Pebruari.

4. Naskah dapat dikirim ke Redaksi Jurnal Pastura dengan alamat: Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman Denpasar-Bali 80232 Telp. (0361) 222096 Fax. (0361) 236180 e-mail: [email protected].

Standar Penulisan1. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau

Bahasa Inggris;2. Naskah diketik dengan program Microsoft Word.

Format huruf menggunakan Times New Roman dengan ukuran font 12. Kecuali untuk grafik menggunakan program Microsoft Exel dan gambar menggunakan format JPEG atau PDF.

3. Jumlah halaman Naskah maksimal 20 halaman kwarto dan diketik dengan 2 spasi, kecuali abstrak, tabel, histogram dan daftar rujukan/pustaka satu spasi.

4. Sistematika Naskah hasil penelitian: Judul, Nama penulis (tanpa gelar akademik) dan alamat lembaga, abstrak dalam bahasa indonesia dan inggris, pendahuluan memuat latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; materi dan metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran, daftar rujukan /daftar pustaka (hanya memuat sumber yang dirunjuk), dan ucapan terima kasih (bila ada);

5. Sistematika Naskah hasil pemikiran (Naskah konseptual yang argumentatif-ilmiah, sistematis dan logis) meliputi : judul, nama penulis (tanpa gelar akademik) dan alamat lembaga, abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, pendahuluan (memuat latar belakang, dan tujuan atau ruang lingkup tulisan), bahasan utama, simpulan dan saran, daftar rujukan /pustaka (hanya memuat sumber yang dirunjuk), dan ucapan terima kasih (bila ada);

6. Perujukan dan pengutipan mengguna-kan teknik rujukan berkurung (nama, tahun), Contoh

(Purwantari dan Sajimin, 2016).7. Nomenklatur untuk istilah latin terdiri dari 2 atau

3 kata, diketik italik terutama untuk tumbuhan, hewan, serangga, mikroorganisme, dan penyakit.

8. Unit pengukuran yang dipergunakan pada pastura adalah Sistem Internasional (SI).

Penulisan Naskah1. Judul harus singkat, jelas, spesifik, dan informatif

yang merefleksikan isi dari Naskah. Panjang judul maksimal 14 kata, setiap kata diawali dengan huruf kapital.

2. Nama Penulis ditulis sebagaimana menulis nama pada daftar pustaka.

3. Nama institusi dimana riset itu dilaksanakan harus ditulis lengkap termasuk institusi/departemen, kota, negara dan e-mail.

4. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, paragraf dan spasi tunggal, maksimal 250 kata. Abstrak memuat statement yang jelas dari pendahuluan (rasionalitas riset), tujuan, metode, hasil, temuan yang signifikan, dan kesimpulan, tanpa berisi kutipan.

5. Kata kunci harus ditulis dan tidak melebihi dari 5 frase.

6. Pendahuluan menggambarkan latar belakang riset yang ringkas, temuan baru, state of the arts, dan tujuan. Pendahuluan ditulis secara efektif dan didukung oleh referensi yang mutakhir. Pengembangan pembahasan dari berbagai referensi yang relevan hendaknya dicantumkan pada bab pembahasan, dan bukan pada pendahuluan.

7. Materi dan Metodea. Harus ditulis jelas dan lengkap, mengandung

deskripsi yang jelas tentang prosedur biologis, analisis, dan statistik, sehingga dapat diulangi oleh peneliti lainnya. Acuan terhadap metode/prosedur original dan modifikasinya (bia ada) harus diberikan penjelasan.

b. Penulis harus memberikan informasi yang jelas tentang produk komersial dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian.

c. Analisis statistik yang sesuai harus digunakan, meskipun mekanisme biologis harus lebih ditekankan.

8. Hasil menampilkan data dalam bentuk tabel atau gambar, hindarkan tampilan ganda tabel dan gambar untuk data yang sama. Data yang ditampilkan diikuti dengan indeks variasi seperti: SD, SE, dan sebagainya serta diikuti dengan tingkat

PETUNJUK PENULISAN JURNAL

122

pastura ❖ Volume 9 Nomor 2 TahuN 2020 p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

signifikannya seperti P<0,05 dan sebagainya. Narasi hendaknya menjelaskan atau mengelaborasi data yang telah ditabulasi

9. Pembahasan atau Diskusi harus konsisten dan menginterpretasikan hasil secara jelas dan ringkas tentang mekanisme biologis dan tingkat signifikansinya didukung dengan literatur yang sesuai. Pembahasan harus relevan antara hasil dengan pengamatan lapangan dan hipotesis. Hasil riset yang telah dijabarkan pada bab hasil tidak boleh dicantumkan lagi pada bab Pembahasan.

10. Kesimpulan ditulis secara singkat dalam paragraf tunggal, tetapi merefleksikan hasil percobaan yang diperoleh. Implikasi temuan hasil riset perlu diketengahkan terkait produktivitas tanaman pakan dan ternak.

11. Ucapan Terimakasih dapat ditampilkan manakala diperlukan.

12. Referensia. Disarankan kepada penulis untuk menggunakan

referensi dari program aplikasi seperti: Mendeley dan sebagainya untuk mempersiap-kan kutipan dan daftar pustaka.

b. Referensi diutamakan dari jurnal yang diterbitkan paling lama 10 tahun dan pustaka dari jurnal minimal 80%.

c. Penulis diharapkan tidak memper-gunakan prosiding, tesis, dan disertasi sebagai referensi.

d. Pustaka disusun dengan tata cara seperti contoh berikut, dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.ASA-CSSA-SSSA. 1998. Publications handbook

and style manual. American Society of Ag-ronomy, Inc., Crop Science Society of Ameri-ca, Inc. and Soil Science Society of America, Inc.Wisconsin 53711 USA.

Adjei, M.B. 1995. Component forage yield and quality of grass-legum cropping system in Carebean. Trop. Grassl. 29: 142-149.

Allden. W.G., and I.A. McD. Whittaker. 1970. The determinants of herbage intake by gra-zing sheep. Aust. J. Agric. Res. 21: 755-66.

Atta-Krah, A.N. 1989. Availability and use of fodder shrubs and trees in tropical africa, In Shrubs and tree fodder for animals. IDRC. Proc. 118-129.

Halim, R.A. 1996. Fodder grasses to maximize land productivity for ruminant producti-on. p.55-60. In R.A. Halim and C.P. Chen (ed.) Feed resources for smallholder lives-tock production in Southeast Asia. Vientiane Lao P.D.R

SAS Institute. 1994. The SAS System for Win-dows. Release 6.10. SAS Inst.,

National Agricultural Statistics Service. 1997.

Crops county data [online]. Available at http://usda.mannlib.cornell.edu/data-sets/crops/9X100 (verified 30 Nov. 1998).

Agronomy Journal, Volumes 17-22, 1925-1930 [CD-ROM computer file]. ASA Madison, WI, and Natl. Agric. Libr., Madison, WI (Nov. 1994)

Tabel, Gambar, dan Grafik1. Tabel

a. Tabel dibuat dengan mempergunakan program Microsoft Words, pilih insert table dan ikuti instruksinya. Jangan memisahkan sel kedalam baris ataupun kolom dengan mempergu-nakan tabs atau spaces.

b. Judul tabel harus singkat dan jelas. Hanya hurup pertama dari kata pada judul tabel yang capital. Judul tabel di atas tabel dan diberi nomor.

c. Garis pemisah dibuat horizontal (tiga garis) untuk memisahkan judul kolom (perlakuan) dengan data, serta garis penutup.

d. Data harus dilengkapi dengan standar deviasi (SD), Standar Eror (SE), atau Koefisien Variasi (CV)

e. Setiap singkatan atau simbul harus diberikan penjelasan.

Tabel 1 Berat kering hijauan yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan rumput raja sebagai respon terhadap pemupukan N

Perlakuan Urea(kg N ha-1) Edibel (g) Non Edibel (g)

Kontrol 81.40 ± 12.99 a 59.00 ± 13.19 a 60 167.80 ± 27.40 b 89.40 ± 7.44 b 120 224.80 ± 33.99 c 99.60 ± 11.88 bc 180 271.80 ± 42.94 d 118.80 ± 19.53c

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan). Sumber : Waluyo, (2014)

2.GambardanGrafika. Judul gambar atau grafik harus singkat dan jelas.

Judul gambar atau grafik diletakkan di bawah gambar atau grafik dan diberi nomor.Hanya hurup pertama dari judul gambar atau grafik yang memakai hurup capital.

b. Simbul dan penjelasan dari gambar atau grafik dicantumkan pada judul gambar atau grafik.

c. Gambar atau grafik harus dipersiapkan dengan baik, mudah dibaca dengan ukuran 8 cm pada kolom.

d. Untuk diagram batang, dibuat dalam 2 dimensi dan gunakan strips pada pola diagram.

e. Untuk diagram garis, gunakan stroke minimum.

123

Jika terdapat banyak garis maka gunakan solid dan/ atau dotted.

Gambar 1. Korelasi kandungan protein kasar dengan kandungan klorofil daun rumput raja. Sumber : Waluyo, (2014).

f. Gambar harus memiliki resolusi yang baik. Format gambar mempergunakan Word, JPEG, dan PDF. Resolusi minimum adalah 300 dpi untuk gambar berwarna dan grayscale dan 600 dpi untuk gambar garis.

Gambar 2. Infeksi Akar Rumput Benggala oleh Hifa (H) FMA

Bagan Alir Proses NskahPenulis

kEditor in Chief Peer

kReviewer (2 orang)

kEditor in Chief

kPenulis

kEditork

Editor in Chiefk

Penulisk

Editor in Chiefk

Percetakank

Penerbit

Revisi/Ditolak

DitolakDitolak/ Revisi/

Diterima

DitolakPenulis

Penulis

ETIKA PUBLIKASILatar Belakang

Pastura harus memastikan bahwa semua karya yang diterbitkan dalam jurnal mengikuti prinsip-prinsip etika dalam penerbitan akademik. Karena itu penting untuk menetapkan standar etika bagi semua pemegang saham untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan untuk menghindari masalah yang mungkin timbul karena konflik kepentingan tertentu. Dokumen ini menyajikan kebijakan pastura tentang etika publikasi dan pernyataan malpraktek masing-masing sebagai pedoman bagi semua pemangku kepentingan jurnal.

Penulis NaskahPenulis adalah peneliti yang telah memberikan

kontribusi signifikan terhadap konsepsi, pelaksanaan, atau interpretasi dari penelitian yang dipublikasikan. Semua peneliti yang telah memberikan kontribusi signifikan harus dicantumkan sebagai anggota penulis. Peneliti lain yang telah berpartisipasi dalam aspek substantif pada penelitian, mereka harus diakui dan dicantumkan sebagai kontributor. Penulis harus bertanggung jawab terhadap penulis korespondensi yang memastikan bahwa semua anggota penulis yang sesuai telah dimasukkan ke dalam naskah serta seluruh anggota penulis telah melihat dan menyetujui naskah final dan menyepakati pengajuan naskah tersebut untuk publikasi. Penulis harus dapat memastikan bahwa apa yang telah ditulis seluruhnya merupakan karya asli dan apabila penulis telah menggunakan hasil penelitian orang lain maka harus disitasi atau dikutip dengan tepat. Mengirimkan naskah yang sama pada lebih dari satu jurnal secara bersamaan merupakan perilaku tidak etis dan tidak dapat diterima. Secara umum, penulis seharusnya tidak mengirimkan naskah untuk pertimbangan dalam jurnal lain yang telah terbit sebelumnya.

Konflik KepentinganBahan yang tidak dipublikasikan yang terdapat

dalam naskah tidak boleh digunakan untuk penelitian reviewer sendiri tanpa izin tertulis dari penulis. Informasi dan ide yang istimewa yang diperoleh melalui proses review harus dijaga kerahasiaannya dan tidak digunakan untuk kepentingan pribadi. Reviewer tidak harus mempertimbangkan naskah yang memiliki konflik kepentingan akibat naskah yang kompetitif, kolaboratif, atau hubungan lainnya dengan salah satu penulis, atau perusahaan yang terlibat dengan naskah.

Tanggung Jawab PenulisPengakuan yang tepat dari karya orang lain harus

selalu dituliskan. Penulis harus mengutip publikasi

Petunjuk Penulisan Jurnal

124

pastura ❖ Volume 9 Nomor 2 TahuN 2020 p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

yang telah memengaruhi penelitian yang dilaporkan. Informasi yang diperoleh secara pribadi, seperti dalam percakapan, korespondensi, atau diskusi dengan pihak ketiga tidak boleh digunakan atau dilaporkan tanpa ada izin tertulis dari sumber. Informasi yang diperoleh dalam proses pelayanan rahasia seperti naskah juri atau aplikasi hibah tidak boleh digunakan tanpa izin tertulis dari penulis yang terlibat.

Tanggung Jawab ReviewerReviewer harus mengedepankan prinsip kebenaran,

kebaharuan, dan orisinalitas untuk pengembangan keilmuan, terapan, dan inovasi. Reviewer wajib menolak melakukan review jika karya tulis bukan dari bidang keahlian. Seyogyanya memberikan rekomendasi kepada reviewer lain yang lebih ahli dibidang karya tulis tersebut. Reviewer menelaah Karya tulis secara tepat waktu sesuai gaya panduan terbitan berdasarkan kaidah ilmiah (metode pengumpulan data, legalitas penulis, kesimpulan, dan lain-lain.). Reviewer sebaiknya menelaah kembali karya tulis yang telah diperbaiki sesuai dengan standar yang telah ditentukan

Tanggung Jawab Pengelola JurnalPengelola jurnal wajib menghargai kerahasiaan

Peneliti, Penulis, Editor, maupun Reviewer yang telah berkontribusi terhadap pengembangan jurnal Pastura. Pengelola jurnal wajib menerapkan norma dan peraturan mengenai hak kekayaan intelektual, terutama hak cipta.Pengelola jurnal harus menerbitkan jurnal secara teratur dan berkelanjutan, untuk itu pengelola jjurnal harus dapat memberikan jaminan ketersediaan sumber dana untuk penerbitan jurnal yang berkelanjutan. Untuk meningkatkan kualitaas jurnal, pengelola jurnal harus membangun jaringan kerja sama dan pemasaran serta mempersiapkan perizinan dan aspek legalitas lainnya.

Tanggung Jawab EditorEditor memiliki tanggung jawab penuh terhadap

aktivitas koreksi, klarifikasi, penarikan, dan permintaan maaf jika diperlukan, Secara konsisten editor memiliki tanggung jawab terhadap gaya dan format karya tulis, sedangkan isi dan segala pernyataan dalam karya tulis adalah tanggung jawab Penulis, Masukan dari pihak luar editor sangat penting untuk memberikan jaminan bahwa selalu ada usaha untuk meningkatkan mutu jurnal. Terkait hal tersebut editor dapat meminta maupun menerima secara aktif pendapat dari Penulis, Pembaca, Reviewer, dan anggota Dewan Editor untuk meningkatkan mutu publikasi, Dengan demikian editor harus memiliki pikiran terbuka terhadap pendapat baru atau pandangan orang lain yang mungkin berbeda dengan pendapat pribadi,Lebih khusus lagi editor tidak mempertahankan pendapat sendiri, penulis atau pihak ketiga yang dapat mengakibatkan keputusan tidak objektif, Editor memiliki semangat untuk mendorong Penulis untuk dapat melakukan perbaikan karya tulis hingga layak terbit.

Etika KehatiNaskah jurnal dari penelitian yang menggunakan

bahan kimia, prosedur atau peralatan yang membahayakan biodiversitas dalam penggunaannya, maka penulis harus memastikan naskah mengandung pernyataan mengenai semua prosedur yang dilakukan telah sesuai dengan hukum dan pedoman dari kelembagaan yang relevan. Komite kelembagaan etik yang bersangkutan telah menyetujui serta menjamin bahwa bahaya terhadap biodiversitas tidak akan terjadi.

Penulis dapat merujuk pada standar internasional untuk editor dan penulis (http://publicationethics.org/international-standards-editor-and-authors) by COPE (Committee onpublication ethics) untuk kebijakan yang tidak disebutkan dalam instruksi ini.

Petunjuk Penulisan Jurnal

125

FORMULIR BERLANGGANAN

Nama (Instansi/Perorangan) : .....................................................................................................

Alamat Kantor : .....................................................................................................

.....................................................................................................

.....................................................................................................

Kode Pos : .....................................................................................................

Alamat Rumah : .....................................................................................................

.....................................................................................................

.....................................................................................................

Harap dicatat sebagai pelanggan Jurnal Tumbuhan Pakan Tropik : PASTURA mulai terbitan Volume

………......; No. ……………… Tahun …………… Untuk 2 (dua) kali terbitan dalam setahun sebesar Rp 120.000,00

(termasuk ongkos kirim).

Bersama ini uang langganan sebesar Rp. ....………….. (…………………………….....…….) akan/telah kami ki-

rimkan ke Bank BNI Kantor Cabang Utama Renon, Denpasar, rekening No. 0108358691 atas nama A.A.

Ayu Sri Trisnadewi

Pemesan,

……………....................……………

114

pastura ❖ Volume 9 Nomor 2 TahuN 2020 p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

KARAKTER MORFOLOGIS KACANG PEDANG (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.: FABACEAE) DAN POTENSINYA SEBAGAI PAKAN TERNAK

I Made Saka Wijaya1,3 dan I Wayan Suarna2,3,*)1) Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

2) Fakultas Peternakan, Universitas Udayana 3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Pakan, Universitas Udayana

*) corresponding author: [email protected]

ABSTRAK

Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pakan ternak, salah satunya adalah kacang pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.). Kacang pedang adalah jenis koro yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Di Indonesia, bahkan dunia, belum banyak penelitian yang menggali potensi kacang pedang sebagai pakan ternak, padahal pengembangannya sebagai pakan ternak alternatif cukup menjanjikan. Untuk mengembangkan lebih lanjut, diperlukan kajian mengenai karakteristik morfologis dari kacang pedang untuk mencegah ambiguitas taksonomik. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristrik morfologis dari kacang pedang serta potensinya sebagai pakan ternak. Penelitan dilakukan selama bulan Mei 2019 sampai Maret 2020. Biji mulai disemai pada bulan Mei (sebagai bulan ke-1) dan dilakukan karakterisasi saat terdapat polong yang sudah matang pada bulan Maret (bulan ke-10). Fase vegetatif berlangsung selama 4-5 bulan sebelum tumbuhan mulai mengeluarkan bunga pertama. Fase generatif memiliki durasi yang bervariasi, terutama pada pematangan polong. Kematangan polong berlangsung selama 5-6 bulan, bahkan lebih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kacang pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.) memiliki karakteristik morfologis yang mencolok pada ukuran daun yang besar, bunga berwarna putih yang harum, polong yang berukuran besar, serta biji yang berwarna merah. Daun dan biji kacang pedang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pakan ternak alternatif. Biji kacang pedang mengandung berbagai senyawa nutrien unggulan sebagai pakan ternak.

Kata kunci: Canavalia, karakter morfologis, pakan alternatif, pakan hijauan

MORPHOLOGICAL CHARACTERISTIC OF SWORD BEAN (Canavalia gladiata (JACQ.) DC.: FABACEAE) AND ITS POTENCY AS FODDER

ABSTRACT

Indonesia has many tropical plants which could be developed as a forage or fodder, one of them is sword bean (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.). Sword bean is a legume plant that distributed in tropical region and easily grow even in poor soil, but it also known as the under-utilization plant. Some researchers have done analyzed the nutrient and anti-nutrient compounds in sword bean seeds, but there is lack of research that studied the potencies of this legume plant as a fodder. To perform the further research development, it is necessary to study the morphological characteristic of this plant to avoid taxonomic ambiguity. Therefore, this study aims to know the morphological characteristics of sword bean and its potency to developed as alternative fodder. The research was carried out during May 2019 to March 2020. The seeds began to sow in May (as the 1st month) and characterized when there were pods that were ripe in March (the 10th month). The vegetative phase lasts for 4-5 months before the plants start flowering. The generative phase varies in duration, especially in pod maturation. Pod maturation lasts for 5-6 months, even more. The results showed that sword beans (Canavalia gladiata) had attractive morphological characteristics on large leaf sizes, fragrant white flowers, large pods, and bright red seeds. Sword bean leaves and seeds have the potential to be developed as alternative fodder. The seeds contain various superior nutrient compounds as a fodder, such as high content of protein, fiber, carbohydrate, and nitrogen free extract.

Keywords: Canavalia, fodder, sword jackbean, tropical forage

pastura Vol. 9 No. 2 : 114 - 119 p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

115

PENDAHULUAN

Peternakan menjadi salah satu sektor yang sangat penting dalam menjaga stabilitas pangan di Indonesia. Keberhasilan dan kualitas peternakan di Indonesia ditentukan oleh berbagai faktor, seperti kualitas genetik ternak, kualitas kandang, dan pakan ternak. Ketersediaan pakan ternak menjadi sebuah isu yang sangat penting. Alih fungsi lahan telah memangkas habitat dari tanaman pakan ternak, sedangkan peternak tidak dapat hanya mengandalkan pellet atau pakan buatan saja.

Indonesia menyimpan berbagai jenis tumbuhan yang memiliki berbagai potensi, tidak terkecuali sebagai pakan ternak. Tumbuhan pakan ternak yang ideal pada saat ini adalah tumbuhan yang tidak hanya memiliki produktivitas tinggi, melainkan juga memiliki nilai estetika. Nilai estetika ini akan memperluas area penanaman pakan ternak ini. Misalkan pada rumput gajah (Pennisetum purpureum). Masyarakat tidak akan menanam rumput gajah di pekarangan rumahnya karena nilai estetikanya rendah. Masyarakat akan menanam rumput gajah tersebut di ladang atau petak sawah yang tidak difungsikan. Akibatnya ketersediaan rumput gajah menjadi tergantung terhadap eksistensi dari ladang dan petak sawah tersebut. Apabila terjadi alih fungsi pada lahan tersebut, maka rumput gajah tidak akan tersedia lagi.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan sebuah alternatif untuk mengembangkan tumbuhan pakan yang sekaligus memiliki nilai estetika, sehingga dapat ditanam pada areal pekarangan rumah. Salah satu yang berpotensi adalah kacang pedang atau koro pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.). Kacang pedang adalah jenis kacang koro yang banyak tersebar di Indonesia, bahkan di dunia. Saat ini, belum diketahui daerah yang menjadi asal usul dari kacang pedang ini, karena jenis yang tersebar di dunia diduga adalah jenis hibrida dan hasil budidaya. Backer & v.d. Brink (1963) juga menyatakan bahwa kacang pedang yang dijumpai di Jawa diduga merupakan jenis yang dibudidayakan.

Kacang pedang memiliki nilai estetika yang tinggi, terutama bunga dan polongnya. Bunga kacang pedang berwarna putih dan harum, sehingga mengundang banyak serangga seperti kupu-kupu dan lebah. Polongnya yang berukuran besar seperti pedang sangat mencolok diantara daun-daunnya. Bahkan bijinya yang berwarna merah tampak lebih mencolok dari buahnya. Tumbuhan ini juga memiliki toleransi terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan rendah (ternaungi), sehingga cocok ditanam di pekarangan atau sebagai tumbuhan pagar.

Kacang pedang termasuk tumbuhan yang kurang dimanfaatkan, meskipun memiliki berbagai potensi

pemanfaatan (Ekanayake et al., 2000). Saat ini, sebagian besar penelitian mengenai kacang pedang difokuskan pada bijinya yang mengandung berbagai senyawa anti-nutrien potensial, seperti lektin, asam amino non-protein, dan polifenol (Delatorre et al., 2007). Lektin adalah protein yang memiliki interaksi spesifik dengan berbagai jenis senyawa karbohidrat, sehingga digunakan untuk mempelajari interaksi pada glikoprotein. Lektin pada kacang pedang bahkan dapat digunakan sebagai haematological marker leukemia (Nair et al., 2011). Sisi pengenal karbohidrat pada lektin juga memungkinkan lektin untuk mengenali berbagai senyawa lain, seperti asam amino non-protein yang berperan dalam mekanisme pertahanan diri tumbuhan (Delatorre et al., 2007). Kulit bijinya yang tebal dan berwarna merah umumnya dibuang saat diolah menjadi makanan, padahal kulit biji tersebut mengandung banyak antioksidan golongan polifenol. Zhou et al. (2019) melakukan ekstraksi pada kulit biji kacang pedang dan memperoleh senyawa antioksidan alami (polifenol) yang berpotensi digunakan dalam industri nutraceutical dan makanan seperti digalloyl hexoside, methyl gallate, gallic acid, trigalloyl hexoside, and digallic acid.

Di Indonesia, bahkan dunia, belum banyak penelitian yang menggali potensi kacang pedang sebagai pakan ternak potensial, padahal pengembangan kacang pedang sebagai pakan ternak alternatif cukup menjanjikan. Untuk mengembangkan lebih lanjut, diperlukan kajian mengenai karakteristik morfologis dari kacang pedang. Karakteristik morfologis akan menjadi karakter utama untuk mengakomodasi variasi intraspesies pada kacang pedang, sekaligus menjadi ciri pembeda antar daerah. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristrik morfologis dari kacang pedang untuk mencegah ambiguitas taksonomik dalam pengembangan penelitian, serta mengetahui durasi fase vegetatif-generatif dan potensinya sebagai pakan ternak. Ambiguitas taksonomik dapat muncul akibat asal-usul dari kacang pedang yang belum jelas karena belum diketahui induk hibridanya.

MATERI DAN METODE

Alat dan BahanPenelitian dilakukan pada bulan Mei 2019 sampai

Maret 2020. Alat dan bahan yang diperlukan adalah tray untuk mengecambahkan biji kacang pedang, media tanam (sekam kering: tanah biasa : tanah subur : pupuk kandang dengan perbandingan 1:2:1:1:1), biji kacang pedang yang diperoleh di Kecamatan Ubud, polybag ukuran 15 × 15 cm dan 40 × 40 cm, dan peralatan dokumentasi yang terdiri dari kamera digital, penggaris, layer background, dan alat tulis.

Karakter Morfologis Kacang Pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.: Fabaceae) dan Potensinya Sebagai Pakan Ternak [I Made Saka Wijaya dan I Wayan Suarna]

116

pastura ❖ Volume 9 Nomor 2 TahuN 2020 p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

Cara Kerja dan Analisis DataPersemaian kacang pedang dilakukan di greenhouse

dengan cara mengecambahkan 10 biji dalam tray. Setelah 7 hari, semai dipindahkan ke dalam polybag ukuran 15 × 15 cm yang telah diberi media tanam sebanyak ¾ volume polybag. Pada hari ke-14, semai dipindahkan pada polybag ukuran 40 × × 40 cm. Setelah 28 hari, semai pada polybag dipindahkan ke lahan terbuka (tinggi tanaman sekitar 1,5 m). Pengamatan dilakukan sampai terdapat buah yang matang, sehingga diperoleh kisaran durasi vegetatif dan generatif (dari munculnya bunga sampai matangnya buah). Saat bagian vegetatif dan generatif sudah lengkap, maka dilakukan karakterisasi morfologis yang terdiri dari habitus, batang, daun, bunga, buah/polong, dan biji berdasarkan Rugayah et al. (2004). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik morfologis kacang pedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi dan Karakter Morfologis Kacang Pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.)

Kacang pedang merupakan tumbuhan polong-polongan yang banyak terdistribusi di daerah tropis, namun belum diketahui asal usulnya karena jenis yang ditanam kemungkinan adalah jenis yang telah dibudidayakan. Hal ini menyebabkan ambiguitas taksonomik intraspesies berdasarkan karakter morfologis. Klasifikasi spesies kacang pedang adalah sebagai berikut:

Kingdom : PlantaeDivision : MagnoliophytaClass : MagnoliopsidaOrder : FabalesFamily : FabaceaeSubfamily : PapilionideaeGenus : CanavaliaSpecies : Canavalia gladiata (Jacq.) DC.Synonyms : ( d e r i v e d f r o m h t t p :/ / w w w .

theplantlist.org/tpl/record/ild-3630) Canavalia ensiformis var. alba

Makino; C. ensiformis var. gladiata (Jacq.) Kuntze; Canavalia foureiri G. Don; C. gladiolata J. D. Sauer; C. incurva (Thunb.) DC.; C. incurva Thouars; C. loureirii G. Don; C. machaeroides (DC.) Steud.; C. maxima Thouars; Dolichos gladiatus Jacq.; D. incurvus Thunb.; Malocchia gladiata (Jacq.) Savi

Common names: sword jackbean, sword bean, red ssword bean (English); kacang pedang, koro pedang (Indonesia); kacang parang (Malaysia)

Di Indonesia, kacang pedang dapat dijumpai di berbagai daerah, terutama di Jawa melalui catatan dari Backer & v.d. Brink (1963). Secara umum, karakteristik morfologis kacang pedang di Bali dengan Jawa tidak berbeda secara kualitatif. Kacang pedang memiliki habitus berupa tumbuhan merambat perennial dengan pertumbuhan batang sekitar 3—10 m. Karakteristik daun kacang pedang (Gb. 1a-b) berupa daun majemuk beranak daun 3 (trifoliate), bagian adaksial berwarna hijau dan bagian abaksial berwarna hijau pucat, helaian berbentuk bulat telur—oval, berukuran 11,2-17,5 × 9,1-12,8 cm, tepi rata—bergelombang, ujung runcing—meruncing pendek, pangkal daun runcing, panjang tangkai daun 0,7—1 cm, panjang ibu tangkai daun 9,5—20,2 cm, memiliki sayap di bagian ventral.

(a) (b)Gambar 1. Karakteristik daun kacang pedang (a). Daun bagian

adaksial dan (b) daun bagian abaksial.Bar: 5 cm

Kacang pedang memiliki pembungaan majemuk, tandan, tangkai pembungaan menjuntai, terdapat 4—20 kuntum bunga yang mekar dari pangkal (tak berbatas), kuntum bunga tersusun tersebar dan sangat mudah rontok (Gb. 2a). Karakteristik umum perhiasan bunga ditunjukkan oleh Gb. 2b, sedangkan section perhiasan bunga ditunjukkan pada Gb. 2c. Kelopak bunga berwarna hijau, synsepalum, membentuk tabung berukuran 0,8-1,2 × 0,6-0,7 cm, dua sepala ventral berukuran lebih panjang dan melekuk ke bawah, dua sepala lateral berukuran lebih pendek dan mengapit satu sepala dorsal yang berbentuk tombak dengan ujung runcing. Mahkota bunga berwarna putih, beraroma harum tipis, daun mahkota terdiferensiasi menjadi dua lunas (carina), dua sayap (alae), dan satu bendera (vexillum). Lunas terletak paling dalam dengan bagian dorsal yang saling melekat, berbentuk sabit, berukuran 3,5 × 1-1,2 cm, tepi rata, ujung tumpul. Sayap mengapit lunas di bagian kanan dan kiri, berbentuk sabit, berukuran 3,2-3,5 × 0,6-0,7 cm, tepi rata namun berlekuk, ujung tumpul. Bendera terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kaki yang berukuran 1-1,1 × 1 cm dan memiliki taji, dan bagian bendera yang melekuk ke bawah, berbentuk segilima, berukuan 2,5 × 2,5 cm, tepi rata namun melekuk ke bawah, bagian ujung rata-terbelah dan juga melekuk ke bawah sehingga bendera tampak berbentuk persegi. Putik melengkung, berwarna

117

putih, memiliki panjang 3,2—3,5 cm, kepala putik membulat. Benang sari berjumlah 10, monodelphous, kepala sari berwarna kuning kecokelatan, berbentuk oval, berukuran 0,2—0,15 cm.

Pada saat mekar, bunga kacang pedang menarik berbagai jenis serangga seperti lebah, tawon, dan berbagai jenis semut. Kehadiran serangga tersebut berpotensi sebagai polinator bunga kacang pedang. Hal ini sangat penting, sebab bunga kacang pedang sangat mudah rontok, sehingga polinasi harus terjadi sebelum bunga rontok.

(a)

(b) (c)Gambar 2. Karakter pembungaan dan bunga kacang pedang

(a). Pembungaan tandan; (b). Kuntum bunga; dan (c). Bagian perhiasan bunga.

Bar: a = 2 cm; b-c = 1 cm

Buah berupa polong yang berukuran besar, berwarna hijau kekuningan saat muda dan kecokelatan saat dewasa/matang, berbentuk silindris pipih, berukuran 32 x 4 cm dengan tebal 2.5—3 cm (Gb. 3a). Biji berwarna merah muda—merah cerah, berbentuk oval, berukuran 3 × 2 cm, tebal biji 1.3 cm, hilum terlihat jelas, berbentuk silindris dengan panjang 2,4 cm (Gb. 3b). Biji yang masih muda memiliki permukaan kulit yang mengkilap (Gb. 3c), namun perlahan-lahan akan menjadi kisut dan semakin gelap. Pada biji yang sudah matang (Gb 3d), permukaan kulit tidak mengkilap dan berwarna merah yang merata, serta meninggalkan bekas hilum berwarna hitam.

Durasi fase vegetatif dan generatif dari kacang pedang ditunjukkan pada Tabel 1. Kacang pedang mulai berkecambah pada hari ke-3 sampai ke-5, kemudian tumbuh merambat dengan cepat. Pada minggu ke-2, tumbuhan dipindahkan ke dalam polybag yang lebih besar (ukuran 40 × 40 cm). Pada minggu ke-4 (akhir bulan ke-1), tumbuhan dipindahkan ke lahan terbuka untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangannya.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3. Polong dan biji kacang pedang (a). Perbandingan perkembangan polong dari termuda sampai matang; (b). Posisi biji pada polong; (c). Plasentasi biji pada polong; dan (d). Biji yang sudah matang.

Bar: a-b = 5 cm; c-d = 2 cm

Tabel 1. Durasi Fase Vegetatif dan Generatif pada Kacang Pedang

No FaseDurasi (Bulan ke-)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 V: Perkecambahan2 V: Pertumbuhan

batang & daun3 G: Pembungaan4 G: Pembentukan buah5 G: Pematangan buah

V: fase vegetatifG: fase generatif

Fase vegetatif berlangsung sekitar 4-5 bulan sebelum tumbuhan menghasilkan tandan bunga pertamanya. Pada fase tersebut, tumbuhan sudah melilit tinggi sampai ketinggian 4 m. Saat tandan bunga pertama muncul, kuntum bunga hanya bertahan sekitar 3 hari, sebelum akhirnya rontok pada bagian tangkai bunganya. Bunga tidak akan rontok apabila sudah terjadi pembuahan. Pada tahap awal pembuahan, mahkota bunga akan mulai seiring dengan pertumbuhan polong, sampai akhirnya hanya tersisa polong saja tanpa perhiasan bunga. Pertumbuhan polong juga diikuti dengan pertumbuhan tangkai bunga dan tangkai pembungaan yang semakin besar dan kuat.

Pada proses pematangan buah, terdapat perubahan warna sebagai berikut: hijau cerah, hijau pucat, hijau kekuningan, hijau kecokelatan, cokelat, cokelat kehitaman. Dilihat dari tekstur kulit dan daging polong yang tebal dan ukuran buah yang besar, pematangan buah kacang pedang berlangsung dalam 5-6 bulan sejak terjadinya pembuahan. Saat terjadi proses generatif (pembungaan sampai pembuahan), proses vegetatif tetap berlangsung. Saat buah yang

Karakter Morfologis Kacang Pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.: Fabaceae) dan Potensinya Sebagai Pakan Ternak [I Made Saka Wijaya dan I Wayan Suarna]

118

pastura ❖ Volume 9 Nomor 2 TahuN 2020 p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444

pertama sudah matang, tinggi tumbuhan mencapai 5-6 m dan hampir menutupi kanopi dari pohon yang dirambati.

Potensi Kacang Pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.) sebagai Pakan Ternak

Kacang pedang tumbuh dengan baik di daerah tropis dan memiliki karakter agronomi yang potensial untuk dikembangkan sebagai pakan ternak, terutama daun dan bijinya. Daun kacang pedang yang berukuran besar dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sama halnya seperti daun pada tumbuhan polong-polongan lainnya. Namun, analisis proksimat pada daun kacang pedang perlu dilakukan untuk mengetahui kandungan nutriennya secara pasti. Potensi tersebut juga hampir sama dengan kerandang (Canavalia virosa) sebagai sumber pakan pada lahan salin sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sajimin dan Prawiradiputra (2014).

Berbeda dengan daun kacang pedang, kandungan nutrien pada biji kacang pedang sudah banyak dikaji. Biji kacang pedang mengandung berbagai senyawa nutrien dan anti-nutrien. Analisis kandungan senyawa nutrien utama pada biji kacang pedang ditunjukkan oleh Tabel 2. Kandungan protein pada biji kacang pedang termasuk tinggi dengan rentang 25,5 – 29,2%. Kandungan protein tersebut sama seperti kandungan protein kacang pada umumnya (Bressani et al., 1987), sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pakan ternak unggulan. Cadangan protein utama pada biji kacang pedang berupa senyawa khas yang disebut canavalin (Nishizawa dan Arii, 2018).

Kandungan serat, karbohidrat, dan lemak pada biji kacang pedang sangat bervariasi. Kandungan serat berkisar pada 3,47 – 10,2%, karbohidrat sangat bervariasi dari 37 – 61,8%, serta lemak berkisar pada 1,6 – 9,9%. Karbohidrat dibagi menjadi dua golongan yaitu serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) atau nitrogen free extractive (NFE). Serat kasar adalah bagian struktur sel pada

jarinan tanaman. Serat kasar mengandung selulosa, hemiselulosa, polisakarida dan lignin. Kandungan NFE pada kacang pedang sangat tinggi yakni 54,61 – 62%. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) adalah sekelompok karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedangkan dalam analisis proksimat yang dimaksud NFE adalah komponen karbohidrat yang mudah dicerna dan sebagai sumber energi yang baik bagi ternak. Nilai BETN didapatkan dari 100% bahan dikurangi persentase abu, serat kasar, lemak dan protein kasar. Kandungan BETN yang tinggi pada koro pedang sangat potensial sebagai sumber energi pada ternak non ruminansia serta karbohidrat mudah tercerna ini juga sangat potensial dalam pengembangan ternak ruminansia terutama pada sistem feedlot.

Biji kacang pedang juga dikenal karena memiliki berbagai senyawa anti-nutrien yang dapat bersifat toksik bagi tubuh manusia, sehingga jarang dimanfaatkan sebagai makanan (Spaldore dan Teixeira, 1987) karena memerlukan berbagai tahap pengolahan dengan durasi 5-6 hari (Ekanayake et al., 1999). Senyawa anti-nutrien pada biji kacang pedang dapat berupa lektin, asam amino non-protein, maupun metabolit sekunder seperti antioksidan. Asam amino non-protein adalah senyawa yang umum dijumpai pada biji tumbuhan polong-polongan, dengan kuantitas mencapai 10% dari berat kering biji (Delatorre et al., 2007). Asam amino non-protein sangat penting bagi tumbuhan polong-polongan karena berperan sebagai cadangan nitrogen (Rosenthal, 1991) dan pertahanan terhadap patogen. Salah satu contohnya adalah Aminobutyric acid yang berperan dalam mekanisme pertahanan terhadap patogen melalui interaksinya dengan lektin yang juga terdapat pada biji kacang pedang (Delatorre et al., 2007).

Tabel 2. Kandungan Senyawa Nutrien pada Biji Kacang Pedang

No NutrienKandungan dalam biji (g/100 g)

ST MT-a MT-b EK VJ1 Protein 29% 27,87% 28,9% 29,2% 25,5%2 Serat 6% 4,07% 3,47% 10,2% 5,9%3 Karbohidrat 37% (NE) (NE) 53,2% 61,8%4 NFE 62% 54,01% 55,21% (NE) (NE)5 Lemak 1,6% 9,9% 9,23% 3,1% 3,3%6 Gula larut 7,5% (NE) (NE) (NE) (NE)7 Abu (NE) 4,15% 3,19% 4,3% 3,5%

NE: Not evaluated NFE: Nitrogen Free ExtractiveST: biji dari Brazil (Spaldore & Teixeira, 1987)MT-a: biji dari Kalakad Wildlife Sanctuary, India (Mohan & Janardhanan 1994) MT-b: biji dari Mundanthurai Wildlife Sanctuary, India (Mohan & Janardhanan 1994) EK: biji dari Sri Lanka (Ekanayake et al., 1999)VJ: biji dari India Selatan (Vavidel & Janardhanan, 2005)

119

SIMPULAN

Kacang pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.) memiliki karakteristik morfologis yang mencolok pada ukuran daun yang besar, bunga berwarna putih yang harum, buah yang berukuran besar, serta biji yang berwarna merah. Daun dan biji kacang pedang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pakan ternak alternatif. Biji kacang pedang mengandung berbagai senyawa nutrien unggulan sebagai pakan ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Backer, C.A. and R.C.B. van den Brink. 1963. Flora of Java (Spermatophyte only) vol. I. The Rijksherbarium: Leyden. Pp. 622—623.

Bressani, R., B.R. Gomez, A. Garcia, and L.G. Eliaz. 1987. Chemical composition, amino acid content and protein quality of Canavalia seeds. J. Sci Food Agric 40: 17-23.

Delatorre, P., B.A.M. Rocha, E.P. Souza, T.M. Oliveira, G.A. Bezerra, F.B.M.B. Moreno, B.T. Freitas, T. Santi-Gadelha, A.H. Sampaio, W.F. Azevedo Jr, and B.S. Cavada. 2007. Structure of a lectin from Canavalia gladiata seeds: new structural insights for old molecules. BMS Structural Biology 7(52): 1-9 doi: 10.1186/1472-6807-7-52.

Ekanayake, S., E.R. Jansz, and B.M. Nair. 1999. Proximate composition, mineral and amino acid content of mature Canavalia gladiata seeds. Food Chemistry 66: 115-119.

Ekanayake, S., E.R. Jansz, and B.M. Nair. 2000. Literature review of an underutilized legume: Canavalia gladiata L. Plant Foods Hum Nutr 55: 305-321.

Mohan, V.R. and K. Janardhanan. 1994. The biochemical composition and nutrient assessment of less known pulses of the genus Canavalia. International Journal of Food Sciences and Nutrition 45: 255-262.

Nair, L.S., S. Mahesh, L.S. Smitha, K. Sujathan, P. Remani. 2011. Expression of Canavalia gladiata lectin in leukemic cells. J. Cancer Sci Ther 3: 88-91 doi: 10.4172/1948-5956.1000066.

Nishizawa, K. and Y. Arii. 2018. Sword bean variants and different pretreatments influence protein extraction and protein properties. Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry 82(10): 1821-1824 doi: 10.1080/09168451.2018.1487273.

Rosenthal, G.A. 1991. The biochemical basis for the deleterious effects of L-canavanine. Phytochemistry 30: 1055-1058.

Rugayah, A. Retnowati, F.I. Windadri, and A. Hidayat. 2004. Pengumpulan data taksonomik. In “Pedoman pengumpulan data keanekaragaman flora” ed. Rugayah, E.A. Widjaja, and Praptiwi. Pusat Penelitian Biologi LIPI: Indonesia. Pp. 5—42.

Sajimin dan B.R. Prawiradiputra. 2014. Evaluasi Produktivitas Tanaman Kerandang (Canavalia Virosa) Sebagai Sumber Hijauan Pakan Ternak Pada Lahan Pantai. Pastura 3(2): 75-78.

Spoladore, D.S. and J.P.F. Teixeira. 1987. Chemical composition of seeds of Canavalia gladiata DC. Bragantia 48(1): 133-139.

The Plant List. http://www.theplantlist.org/tpl/record/ild-3630 (diakses tanggal 20 Maret 2020).

Vadivel, V. and K. Janardhanan. 2005. Nutrition and antinutritional characteristics of seven South India legumes. Plant Foods Hum Nutr. 60: 69-75.

Zhou, Y., X. Xu, R. Gan, J. Zheng, Y. Li, J. Zhang, D. Xu, and H. Li. 2019. Optimization of ultrasound-assisted extraction of antioxidant polyphenols from the seed coats of red sword bean (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.). Antioxidants 8(200) doi: 10.3390/antiox8070200.

Karakter Morfologis Kacang Pedang (Canavalia gladiata (Jacq.) DC.: Fabaceae) dan Potensinya Sebagai Pakan Ternak [I Made Saka Wijaya dan I Wayan Suarna]