Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 i
Journal of Tourism
DESTINATION AND ATTRACTION
ii Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 iii
Journal of
TOURISM DESTINATION AND ATTRACTION
Volume IV No.2 Juni 2017
ISSN: 2339-1987
Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila
Jakarta
iv Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
SUSUNAN REDAKSI
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017
ISSN: 2339-1987
Diterbitkan oleh:
Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila
Editor Utama:
Devi Roza K Kausar, Ph.D
Dewan Editor:
Dr. Ir. Riadika Mastra, M.Eng
Riza Firmansyah, M.Si
I Made Adhi Gunadi, S.IP., M.Si.Par
Editor Ahli (Mitra Bestari):
Prof. Azril Azahari – ICPI
Dr. Norain Othman – Universiti Teknologi MARA, Malaysia
Drs. J. Ganef Pah, MS – STP Bandung
Drs. Ec. I Putu Anom, M.Par – Universitas Udayana
Dr. Yophie Septiadi – Universitas Pancasila
Sekretariat Redaksi:
Tina Wahyuti, SE
Layout Designer:
A. Andhika Nugraha, SIP.
Syahreza Lazuardi, SIP.
Alamat Redaksi:
Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila
Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640
Telp.: +6221 7888 5779, Fax: +6221 2912 0719
Email: [email protected]
Website: www.pariwisata.univpancasila.ac.id
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 v
KATA PENGANTAR
Salam wisata!
Jumpa lagi di Volume Keempat Journal of Tourism Destination and Attraction (JTDA). Mengawali
edisi kedua dari tahun 2017 ini, JTDA menyajikan lima tulisan dengan topik yang variatif namun
masih dalam tema besar destinasi dan atraksi pariwisata beserta segala isunya yang terkait.
Heryanti Utami melalui artikel berjudul “Pengembangan Potensi Ekowisata Desa Malasari,
Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor” menganalisis pariwisata berbasis masyarakat atau
Community Based Tourism (CBT) sebagai sebuah pendekatan dalam pengembangan pariwisata yang
dinilai sebagai jawaban alternatif dari pengembangan pariwisata yang selama ini telah dikenal luas.
Artikel ini membahas mengenai masyarakat Desa Malasari yang berada di dalam Taman Nasional
Gunung Halimun Salak. Selama ini, masyarakat menggunakan kawasan Taman Nasional untuk
kepentingan mata pencaharian, terutama yang berhubungaan dengan hasil hutan. Dalam perkembangan
selanjutnya dengan potensi alaminya, pariwisata menjadi solusi alternatif bagi masyarakat Desa
Malasari. Sementara Mordahai Siburian, Devi Roza K. Kausar dan Riza Firmansyah membahas
tentang Strategi Pengembangan Wisata Edukasi Di Godong Ijo Depok Dengan Experiential Marketing.
Penelitian ini membahas tentang penggunaan konsep experiential marketing yang menekankan pada
keterlibatan konsumen secara aktif melalui penggunaan panca indera, emosi dan pikiran yang
dianggap sesuai dengan karakteristik program wisata edukasi Godong Ijo yang melibatkan pengunjung
atau wisatawan secara aktif.
Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar dan Yustisia P. Mbulu dalam artikelnya membahas
tentang pengaruh aplikasi Safe Travel dalam keputusan berwisata ke luar negeri untuk pencarian
dan pemesanan tiket pesawat dan moda transportasi lainnya serta akomodasi. Selain itu, aplikasi
yang diluncurkan oleh Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) ini berisi informasi praktis yang
diperlukan oleh warga negara Indonesia yang akan atau sedang bepergian di luar negeri untuk
keperluan spesifik yang terdapat pada fitur darurat. Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka dan Meiti
Azmi Efenly menganalisis Peranan Kelompok Sadar Wisata Gerude Care Belitong Dalam
Pengembangan Destinasi Wisata Tanjung Kelayang. Penelitian ini membahas tentang pengembangan
pariwisata yang ada di pantai Tanjung Kelayang telah melibatkan masyarakat, ini menunjukan
bahwa konsep community based tourism sebagai salah satu konsep pengembangan pantai Tanjung
Kelayang sudah berjalan. Masyarakat sekitar pantai Tanjung Kelayang sudah terlibat dalam kegiatan
pengembangan pariwisata. Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina dan Nungky Puspita
membahas tentang Pengaruh Type Hedonic Shopping Motivation Terhadap Keputusan Berkunjung
Tourist Shopper, dengan Studi Kasus di Grand Indonesia Shopping Town. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara type hedonic shopping dengan keputusan berkunjung di
Grand Indonesia Shopping Town.
Semoga semua sajian ini bermanfaat dan selamat membaca.
Devi Kausar
(Editor Utama)
vi Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 vii
DAFTAR ISI
SUSUNAN REDAKSI .............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. v
PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA DESA MALASARI, KECAMATAN
NANGGUNG KABUPATEN BOGOR
Heryanti Utami ................................................................................................................. 1-10
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI GODONG IJOD DEPOK
DENGAN EXPERIENTIAL MARKETING
Mordahai Siburian, Devi Roza K. Kausar dan Riza Firmansyah ...................................... 11-18
APLIKASI SAFE TRAVEL DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNA
BERWISATA KE LUAR NEGERI
Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu .................................... 19-28
PERANAN KELOMPOK SADAR WISATA GERUDE CARE BELITONG DALAM
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA TANJUNG KELAYANG
Nungky Puspita, Yuwana M. Marjuka dan Meiti Azmi Efenly ......................................... 29-34
PENGARUH TYPE HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP KEPUTUSAN
BERKUNJUNG TOURIST SHOPPER Studi Kasus: Grand Indonesia Shopping Town
Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina dan Nungky Puspita .......................... 35-44
BIODATA PENULIS ........................................................................................................... 45-46
PEDOMAN PENULISAN NASKAH.................................................................................. 47-50
viii Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 1
PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA DESA MALASARI, KECAMATAN
NANGGUNG KABUPATEN BOGOR
Development of Ecotourism Potential at Desa Malasari, Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor
Heryanti Utami
Program Studi Usaha Jasa Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur, Telepon: 0214890108, Email: [email protected]
Abstract
Malasari village is a village located within the Halimun Salak Mountain National Park. For years, people
have been using the National Park area for the sake of livelihood, especially with regard to forest products.
However, in later development, tourism becomes an alternative solution for the people of Malasari Village.
The purpose of this study was to determine the extent of tourism potential and the direction of tourism
development at Malasari Village. This study used qualitative approach with descriptive analytical method.
Collecting data using interviews and observations in the field. The collected data were analyzed
qualitatively. The results showed that the tourism potential that can be developed in Malasari Village is not
only the nature-based tourism related to its existence inside Mount Halimun Salak National Park but also
cultural tourism, rural tourism, educational and special interests tourism. Based on the results, hencer
further research is needed to develop tourism development strategy for Malasari which includes the
promotion strategy and partnership of government, private and public.
Keywords: Ecotourism, Tourism Potential, Tourism Development.
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan jaman terjadi
perubahan minat wisatawan dari produk wisata
yang bersifat massal dan lebih memilih produk
wisata yang lebih alamiah dengan konsep alam
atau “back to nature“ dan berkelanjutan (sustainable)
sehingga melahirkan suatu konsep pengembangan
pariwisata alternatif yang tepat sesuai tren pariwisata
terkini dan secara aktif membantu menjaga
keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam
secara berkelanjutan dengan memperhatikan segala
aspek dari pariwisata berkelanjutan yaitu; ekonomi
masyarakat, lingkungan, dan sosial-budaya.
Pengembangan pariwisata alternatif berkelanjutan
yang salah satunya adalah ekowisata, merupakan
suatu perkembangan di dunia pariwisata yang
mendukung pelestarian ekologi dan pemberian
manfaat yang layak secara ekonomi dan adil
secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
Ekowisata sebagai salah satu produk pariwisata
alternatif yang mempunyai tujuan seiring dengan
pembangunan pariwisata berkelanjutan yaitu
pembangunan pariwisata yang secara ekologis
memberikan manfaat yang layak secara ekonomi
dan adil secara etika, memberikan manfaat sosial
terhadap masyarakat guna memenuhi kebutuhan
wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian
kehidupan sosial-budaya, dan memberi peluang bagi
generasi muda sekarang dan yang akan datang
untuk memanfaatkan dan mengembangkannya.
The International Economic Society mengartikan
ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang
bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi
lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lokal (responsible travel to natural areas that conserves
the environment and improves the well-being of
local people). (Wood,2000). Dari definisi ini ekowisata
dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu: pertama,
ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai
pasar; dan yang ketiga, ekowisata sebagai pendekatan
pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan
semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam;
sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan
yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian
Heryanti Utami
2 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
lingkungan; dan akhirnya sebagai pendekatan
pengembangan, ekowisata merupakan metode
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata
secara ramah lingkungan. Kegiatan wisata yang
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat
lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan
dan merupakan ciri khas ekowisata (Damanik,
2006:37-38).
Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(TNGHS) adalah salah satu taman nasional yang
ada di Indonesia dan lokasi taman nasional ini
tepatnya adalah berada di tiga wilayah administratif
yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan
Provinsi Banten. Berdasarkan pada SK Menteri
Kehutanan nomor 175/Kpts-II/2003 Luas kawasan
ini adalah kurang lebih 113.357 ha. Di kawasan
hutan tropis ini terbagi menjadi 3 zonasi yaitu zona inti,
zona penyangga dan zona pemanfaatan. Pada zona
pemanfaatan ini terdapat sebuah kawasan pemukiman
masyarakat dan perkebunan teh milik swasta.
Pemukiman masyarakat yang ada didalam
kawasan tersebut adalah Desa Malasari. Lebih
dari 80% kawasan Desa Malasari berada di dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak
dan keberadaan desa ini jauh lebih awal dibandingkan
dengan keberadaan taman nasional.
Desa ini memiliki potensi alam dan budaya
masyarakat yang menarik dan belum dikembangkan
secara maksimal sebagai sebuah produk ekowisata,
hal ini terlihat dari sedikitnya jumlah wisatawan yang
datang berkunjung ke desa tersebut dan belum adanya
paket-paket wisata yang berbasis pada ekowisata
yang ditawarkan kepada para wisatawan. Adapun
wisatawan yang datang hanya singgah untuk kemudian
mereka melakukan tracking ke dalam kawasan
hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Dengan melihat akan besarnya potensi alam
dan budaya Desa Malasari yang berada di dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak,
maka perlu dilakukan penelitian pengembangan
produk ekowisata yang sesuai dengan potensi
alam dan budaya masyarakat Desa Malasari,
kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor.
Potensi Pariwisata
Pengertian potensi wisata menurut Pendit
(2008:42) dalam Pengantar Ilmu Pariwisata adalah
segala sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi
daya tarik wisata. Potensi wisata digolongkan dalam
2 kategori, yaitu:
1. Potensi Alam.
Potensi alam adalah keadaan geografis serta
jenis flora dan fauna suatu daerah, misalnya
pantai, hutan, pegunungan, lembah, sungai,
danau, flora dan fauna khas, dll.
2. Potensi Budaya.
Potensi budaya merupakan semua hasil cipta,
rasa dan karsa manusia baik berupa adat
istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan
sejarah, kearifan lokal, dll.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia
No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I
Pasal 5 menyebutkan bahwa, daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti
(2002: 5) adalah segala sesuatu yang dapat menarik
wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah
tujuan wisata, antara lain: (a) Wisata Alam: pemandangan
alam, pemandangan laut, pantai-pantai, iklim dan fitur
geografi lainnya dari destinasi wisata. (b) Wisata
Budaya: sejarah dan cerita rakyat, agama, seni
serta kegiatan serta festival spesial. (c) Wisata Sosial:
cara hidup, populasi penduduk, bahasa, kesempatan
untuk pendekatan sosial. (d) Wisata Bangunan:
bangunan, arsitektur bersejarah dan modern, monumen,
taman, kebun, dermaga, dll. Dari beberapa definisi
potensi pariwisata diatas maka dapat disimpulkan
bahwa potensi pariwisata merupakan segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya
dan hasil buatan manusia yang menarik dan menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Pengembangan Wisata
Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti
dari pengembangan itu sendiri Menurut Paturusi
(dalam Antara, 2011 hal: 13) mengungkapkan bahwa
pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan
untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan
kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik
wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta
mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar
objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah.
Selanjutnya Suwantoro (dalam Antara, 2011, hal: 14)
pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk
dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 3
Ekowisata
Undang-undang Republik Indonesia No. 10
tahun 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan
bahwa ekowisata merupakan salah satu daya
tarik wisata selain wisata budaya dan wisata minat
khusus pada pasal 14 ayat 1 menyebutkan bahwa
pengusahaan daya tarik ekowisata merupakan
usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata
lingkungannya untuk dijadikan sarana wisata.
Selanjutnya Fandeli (2000:5) menjabarkan konsep
ekowisata dengan memberi batasan ekowisata
sebagai suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab
terhadap kelestarian daerah yang masih alami, memberi
manfaat secara ekonomis dan mempertahankan
keutuhan budaya masyarakat lokal.
Kilas balik sejarah ekowisata berawal pad tahun
1960-an ketika kaum ekologis dan lingkungan semakin
prihatin terhadap penggunaan sumberdaya alam secara
berlebihan. Keberlangsungan keanekaragaman
hayati sangat terancam karena kepentingan ekonomi
dan eksplorasi bahkan eksploitasi yang berlebihan
terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati
yang ada didalamnya (Higham, 2007).
Menurut The International Ecotourism Society
atau TIES (1991) dalam Wood (2002:9), ekowisata
adalah:
“Ecotourism is responsible travel to natural
area that conserves environment to sustain
thes well being of local people“
Ekowisata adalah perjalanan wisata ke
wilayah–wilayah alami dalam rangka mengkonversi
atau menyelamatkan lingkungan dan memberi
penghidupan penduduk lokal.
Ekowisata merupakan suatu bagian dari
pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).
Sustainable tourism adalah sektor ekonomi yang
lebih luas dari ekowisata yang mencakup sektor-
sektor pendukung kegiatan wisata secara umum,
meliputi wisata bahari (beach and sun tourism),
wisata pedesaan (rural and agro tourism), wisata
alam (natural tourism), wisata budaya (cultural
tourism), atau perjalanan bisnis (business travel).
Sementara itu Wood (2002:9) mendefinisikan
ekowisata sebagai bentuk usaha atau sektor
ekonomi wisata alam yang dirumuskan sebagai
bagian dari pembangunan berkelanjutan. Dengan
penerapan ekowisata ini dapat memberikan
implikasi terhadap prinsip-prinsip ekowisata.
Prinsip-Prinsip Ekowisata
Tabel 1. Prinsip-Prinsip Ekowisata
Minimize the negative impacts
on nature and culture that
can damage a destination.
Mengurangi dampak negatif
yang dapat merusak alam
dan budaya suatu destinasi.
Educate the traveler on the
importance of conservation.
Mendidik wisatawan tentang
pentingnya konservasi.
Stress the importance of
responsible business, which
works cooperatively with local
authorities and people to
meet local needs and deliver
conservation benefits.
Pentingnya tanggung jawab
dan bekerja secara kooperatif
dengan pemerintah daerah
dan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan lokal
dan memberikan manfaat
konservasi.
Directs revenues to the
conservation and management
and management of natural
and protected areas.
Pendapatan digunakan untuk
konservasi oleh manajemen
dalam pengelolaan kawasan
alam yang dilindungi
Emphasize the need for
regional tourism zoning and
for visitor management plans
designed for either regions
or natural areas that are slated
to become eco-destination
Perlunya zonasi daerah
pariwisata dan manajemen
pengunjung yang dirancang
baik untuk daerah atau
kawasan yang direncanakan
menjadi eco-destination.
Emphasize use of environment
and social base-line studies
as well as long-term monitoring
programs to assess and
minimize impacts.
Pemanfaatan lingkungan
dan studi latar belakang sosial
serta program pemantauan
jangka panjang untuk menilai
dan mengurangi dampak.
Strive to maximize economics
benefit for the host country,
local business and commu-
nities, particulary peoples
living in the adjacent to natural
and protected areas.
Meningkatkan perekonomian
negara tuan rumah, usaha
lokal dan masyarakat,
khususnya masyarakat
yang tinggal di dekat
kawasan alam wisata.
Seek to ensure that tourism
development does not exceed
the social and environment
limit to acceptable change
as determined by researchers
in cooperation with local
residents.
Pengembangan pariwisata
tidak melebihi batasan sosial
dan lingkungan serta bisa
diterima seperti yang
ditentukan oleh para peneliti
yang bekerjasama dengan
penduduk lokal.
Rely on infrastructure that has
been developed in harmony
with the environment, minimi-
zing use of fossil fuels,
conserving local plants
and wildlife, and blending
with the natural and cultural
environment.
Mengandalkan infrastruktur
yang telah dikembangkan
selaras dengan lingkungan,
mengurangi penggunaan
bahan bakar fosil, melestari-
kan tanaman lokal, satwa liar,
lingkungan alam dan budaya.
Sumber: Ecotourism: Principles, Practices &
Policies for Sustainablility (Wood, 2002:14)
Heryanti Utami
4 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dimana metode penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara holistik dan dengan cara deskripsi pada
suatu konteks khusus dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moeleng, 2009:203).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Data yang dikumpulkan
adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua
yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang sudah diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa Malasari
1. Letak dan Luas
Desa Malasari secara administratif kewilayahan
berada di wilayah Kecamatan Nanggung Kabupaten
Bogor. Desa Malasari merupakan desa yang
memiliki luas wilayah 8.262,22 Ha, terdiri dari
empat kedusunan yang terdiri dari 30 kampung,
12 RW dan 49 RT. Desa Malasari sebagian besar
wilayahnya termasuk ke dalam wilayah konservasi
Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang
meliputi 3 wilayah kabupaten yaitu Sukabumi,
Bogor dan Banten. Adapun Desa Malasari
merupakan bagian dari wilayah Taman
Nasional Gunung Halimun Salak bagian utara
yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten
Bogor, dan Desa Malasari merupakan desa
terakhir yang langsung berbatasan dengan
wilayah Kabupaten Banten di sebelah barat
dan wilayah Kabupaten Sukabumi di sebelah
selatan. Desa Malasari memiliki batas-batas
wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Cisarua dan Curug Bitung
2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa
Bantar Karet
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Cipeuteuy Kabupaten Sukabumi dan
Kabupaten Lebak Banten
4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa
Kiarasari
2. Iklim dan Curah
Untuk kondisi iklim di Desa Malasari, rata-rata
suhu udara mencapai 18- 24 ˚C di malam hari
dan 25 - 30 ˚C pada siang hari, dengan ketinggian
terendah + 800 m hingga ketinggian tertinggi
sampai dengan 1880 m di atas permukaan laut
dengan curah hujan rata-rata pertahun adalah
2500 mm sampai dengan 3000 mm.
Variasi curah hujan rata-rata di wilayah yang
masuk Desa Malasari adalah berkisar antara
4.000 mm - 6.000 mm/tahun, bulan Oktober - April
merupakan musim hujan dengan curah hujan
antara 400 mm - 600 mm/bulan, sedangkan
musim kemarau berlangsung dari bulan Mei -
September dengan curah hujan sekitar 200
mm/bulan. Berdasarkan pencatatan data 5
tahun terakhir yang tercatat stasiun klimatologi
Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor
menunjukkan rata-rata jumlah curah hujan
yang cukup tinggi yaitu dengan curah hujan
rata-rata/tahun sebesar 209 mm/tahun, curah
hujan maksimum 392 mm/tahun, dengan hari
hujan rata-rata adalah 145 hari/tahun. Jumlah
rata-rata bulan basah (curah hujan > 100
mm/tahun) adalah 9 bulan/tahun.
3. Tanah
Untuk sejarah geologi Desa Malasari yang masuk
dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak, kawasan ini merupakan bagian dari sabuk
gunung berapi yang memanjang dari Pegunungan
Bukit Barisan Selatan Sumatera ke Gunung
Honje di Taman Nasional Ujung Kulon dan seterusnya
ke Gunung Halimun - Salak. Selama periode
Miocene dan Pleostean (sekitar 10 - 20 juta tahun
yang lalu) permukaan pegunungan tersebut
terdorong ke atas. Gerakan tektonik ini kemudian
membentuk wilayah Bayah sedang bagian yang
runtuh menjadi Selat Sunda yang telah memisahkan
Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
Rentetan gerakan tektonik ini membentuk dinding
lava dan wilayah yang turun di sebelah selatan
menghadap pegunungan yang membentuk formasi
tapal kuda. Seiring berjalannya waktu, perubahan
cuaca, erosi permukaan bumi sehingga membentuk
bentang alam yang luas.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 5
Akibatnya sebagian komplek kawasan TNGHS
terdiri dari batuan vulkanik seperti, brecsias,
basalt, andesit dan beberapa dacitic. Bahkan
Gunung Salak sampai saat ini masih berstatus
gunung berapi strato type A dan tercatat terakhir
Gunung Salak meletus tahun 1938. Gunung
Salak memiliki kawah yang masih aktif dan lebih
dikenal dengan nama Kawah Ratu.
Berdasarkan peta tanah Provinsi Jawa Barat skala
1: 250.000 dari lembaga Penelitian Tanah Bogor
tahun 1966, sebagian jenis tanah di kawasan TNGHS
terdiri dari asosiasi andosol coklat dan regosol coklat,
latosol coklat, asosiasi latosol coklat kekuningan,
asosiasi latosol coklat kemerahan dan literit air
tanah, kompleks latosol coklat kemerahan dan
litosol, asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu.
4. Topografi
Desa Malasari yang merupakan bagian dari
kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak memiliki ketinggian berkisar terendah +
800 m hingga ketinggian tertinggi sampai dengan
1.929 m di atas permukaan laut. Beberapa
gunung yang terdapat di dalam kawasan Desa
Malasari adalah Gunung Halimun Utara (1.929
m) dan Gunung Botol (1.850 m). Keadaan
topografi Desa Malasari yang berbukit dengan
kemiringan tanah yang cukup tinggi serta
beberapa wilayahnya berbatasan dengan kawasan
konservasi, memerlukan upaya terus-menerus
dalam rangka menjaga dan melestarikan ekosistem
serta mencegah dan menghindari kerusakan
tanahnya, oleh karena itu, penggunaan tanahnya
harus tetap dapat menjamin fungsi lindung
dengan menghindari penggunaan tanah untuk
budidaya tanaman musiman yang dapat
merusak tanah dan lingkungan hidup.
Seiring dengan maraknya penambangan emas
tanpa ijin yang berada di luaran wilayah
eksplorasi pertambangan emas pongkor oleh
PT Aneka Tambang saat ini sangat mengganggu
lingkungan dan juga menyebabkan tercemarnya
air karena merkuri, ketertiban dan keamanan
masyarakat yang rawan, sehingga diperlukan
penanganan yang terintegrasi. Perubahan
mata pencaharian dari pertanian ke pertambangan
ini menyebabkan akibat-akibat yang merugikan
secara sosial maupun lingkungan ekologi.
5. Hidrologi
Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak
mempunyai nilai penting sebagai daerah tangkapan
air. Banyak sungai berasal dari kawasan ini yang
bermuara ke Laut Jawa di sebelah utara maupun
ke Lautan Hindia di sebelah selatan. Air sungai
tersebut menyuplai air ke lahan-lahan pertanian di
sekitar kawasan ini yang berair sepanjang musim.
6. Flora Fauna
Van Steenis (1972), salah seorang ahli botani
yang pernah menerbitkan Flora Malesiana,
membagi zonasi vegetasi berdasarkan ketinggian
dari permukaan laut, yaitu:
- Zona Collin pada ketinggian antara 500 -
1.000 m dpl
- Zona Sub Montana pada ketinggian 1.000 -
1.500 m dpl
- Zona Montana pada ketinggian di atas
1.500 - 2.400 m dpl
Pada setiap ketinggian tersebut mempunyai
beberapa ciri khas terutama menyangkut
keanekaragaman jenis tumbuhan, yang
diperkirakan di Taman Nasional Gunung Halimun
Salak terdapat lebih dari 1000 jenis tumbuhan
dimana 845 jenis tumbuhan tercatat sebagai
tumbuhan berbunga. Seperti pada ketinggian
500 - 1.000 m dpl, di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak dapat dijumpai jenis-jenis: Rasamala
(Altingia excels), Puspa (Schima wallichii),
Saninten (Castanopsis javanica), Kiriung Anak
(C. acuminatissima), Pasang (Quercus gemelliflora).
Pada ketinggian 1.000 - 1.500 m dpl dapat
dijumpai pohon-pohon yang tinggi sampai 30 -
40 m dengan diameter 120 cm. Sedangkan
pada ketinggian yang lebih rendah, akan
dijumpai pohon-pohon yang lebih tinggi lagi.
7. Kondisi Sosial Masyarakat
Kependudukan
Desa Malasari adalah salah satu Desa di
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat yang terletak sebelah utara dengan
Desa Cisarua dan Curug Bitung, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Bantar Karet,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten
Sukabumi dan Provinsi Banten, sebelah barat
berbatasan dengan Desa Kiarasari, Kecamatan
Heryanti Utami
6 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Sukajaya. Dengan luas wilayah 8.262,22 Ha, serta
jumlah penduduk 8.417 dari 2314 kepala keluarga,
4 (Empat) kepala dusun yang terbagi 12 RT
dan 49 RW yang mayoritas sebagai para petani.
Tabel 2. Peta Demografi Desa
No
KE
LO
MP
OK
UM
UR
JUMLAH JIWA LAKI-
LAKI DAN PEREMPUAN
JU
ML
AH
KETERANGAN
L P
1 0-04 484 455 939 Jum
lah K
epala
Kelu
arg
a (
KK
) =
2.3
14 K
K 2 05-09 345 398 743
3 10-14 279 287 566
4 15-19 380 352 732
5 20-24 488 501 989
6 25-29 405 371 776
7 30-34 335 280 615
8 35-39 291 251 542
9 40-44 247 236 483
10 45-49 184 167 351
11 50-54 250 241 491
12 55-59 146 140 286
13 60-64 159 122 281
14 65-69 146 129 275
15 70-
Keatas 93 75 168
Jumlah 4,232 4,005 8,237 2,314
Keadaan Penduduk Desa Malasari berdasarkan
agama yang dianut mayoritas merupakan
beragama Islam (Sumber: Desa Malasari 2015).
Untuk data tingkat pendidikan masyarakat Desa
Malasari mayoritas berpendidikan setingkat
SD (Sumber: Desa Malasari 2015). Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat Desa Malasari
memerlukan pengemangan kapasitas SDM dengan
diadakan pelatihan-pelatihan maupun sertifikasi.
8. Kondisi Sarana Prasarana
a. Kesehatan
Dalam bidang pelayanan kesehatan, di Desa
Malasari terdapat 17 Posyandu dan 2 (dua)
Puskesmas Pembantu (Pustu), sebagai
perpanjangan tugas Puskesmas Nanggung.
b. Pendidikan
Sarana pendidikan yang dimiliki oleh Desa
Malasari hingga saat ini memiliki 6 gedung
Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang berada
di bawah pengawasan Dinas Pendidikan
Kabupaten Bogor diantaranya SD Negeri
Malasari I hingga SD Negeri Malasari V dan
SD Negeri Pabangbon. Sedangkan untuk
kelanjutan dari program pendidikan dasar,
di Desa Malasari terdapat 5 Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) yakni dengan
memanfaatkan gedung sekolah dasar. Usai
kegiatan belajar mengajar bagi siswa SD,
barulah gedung tersebut dipergunakan
untuk mengajar para siswa SLTP.
Potensi Wisata Desa Malasari
1. Potensi Daya Tarik Alam
Desa Malasari memiliki beragam potensi
wisata yang menarik untuk bisa dijadikan
sebagai salah satu atraksi wisata. Dari
keseluruhan sebaran 33 kampung yang ada di
dalam daerah administratif Desa Malasari
hanya 9 kampung yang memiliki obyek wisata
yaitu Nirmala, Citalahab, Cisangku, Cihanjawar,
Pasir Banteng, Sijagur dan Legok Jeruk dan
Cimalang. Adapun masing-masing kampung
tersebut memiliki keragaman obyek wisata
yang berbeda satu sama lainnya. Adapun
potensi-potensi yang ada di Desa Malasari
adalah sebagai berikut:
Kampung Citalahab
a. Kebun Teh Nirmala
Perkebunan Teh Nirmala memiliki luas
sekitar 900 hektar yang dimulai pembukaannya
sejak masa kolonial Belanda, jauh sebelum
Taman Nasional Gunung Halimun Salak
pada tahun 1992. Keberadaan perkebunan
yang milik pemerintah dan dikelola oleh
swasta melalui kepemilikan hak guna usaha
itu menjadi kawasan enclave tersendiri dalam
kawasan taman nasional.
b. Jalur Interpretasi (loop trail)
Jalan setapak Cikaniki - Citalahab sepanjang
3,8 km dibuat pada tahun 1997, jalur ini
sengaja dibangun sebagai jalur yang bisa
diakses untuk kepentingan penelitian primata
di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Pada perkembangannya kemudian jalur
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 7
penelitian ini menjadi salah satu atraksi
wisata yang ditawarkan oleh Taman Nasional
bagi kepentingan wisata khususnya wisata
yang bertemakan kepada pendidikan dan
pelestarian lingkungan. Jalur ini telah
dilengkapi pal hekto meter (HM), papan
petunjuk dan shelter. Setelah HM 15, jalur
ini terdapat dua alternatif jalan yaitu langsung
menuju kampung Citalahab dimana terdapat
fasilitas wisma tamu dan homestay yang
pengelolaannya langsung oleh masyarakat
setempat. Menyusuri loop trail memberikan
nuansa petualangan yang penuh petualangan
bagi wisatawan, sepanjang jalur ini wisatawan
dapat menikmati berbagai flora fauna
menarik yang akan memberi pengalaman
baru bagi wisatawan ketika berjalanan
menyusui setapak di dalam hutan tropis.
c. Canopy Trail
Canopy trail memiliki 4 Jembatan gantung
dengan ketinggian 25 meter dari permukaan
tanah. Namun pada pohon ketiga canopy trail
mengalami kebusukan dan akan direnovasi
tahun 2016 oleh Kementerian Kehutanan.
Canopy trail penggunaannya diresmikan
oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan
pada masa itu Dr. Ir. Muslimin Nasution.
Fungsi dari canopy trail ini sebagai wahana
pengamatan satwa dan untuk melihat keindahan
vegetasi hutan taman nasional dari ketinggian.
Untuk bisa menaiki canopy trail ini, harus
mendapat ijin dari petugas jaga kehutanan
yang berada di stasiun penelitian Cikaniki.
d. Air Terjun
Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak menyimpan keindahan alam yang
beragam, salah satunya adalah banyaknya
air terjun yang berada di kawasan taman
nasional, hal ini membuktikan bahwa memang
Gunung Halimun merupakan sumber mata
air dan hulu dari beberapa sungai besar
yang bermuara di Laut Jawa dan Samudera
Hindia. Terdapat beberapa curug atau air terjun
yaitu Curug Cihanjawar, Walet dan Cikudapeh
di sekitar Perkebunan Teh Nirmala, Curug
Piit setinggi sekitar 25 meter dan Curug Macan
yang memiliki ketinggian sekitar 7 meter.
2. Potensi Budaya
Daya tarik Wisata Seni Budaya dan Kerajinan
a. Pagelaran Seren Taun
Upacara Adat Seren Taun merupakan salah
satu upacara adat yang dilakukan oleh
masyarakat Sunda pada saat panen padi
setiap tahun. dengan penuh khidmat dan
semarak upacara adat ini berlangsung di
berbagai daerah adat Sunda.
b. Seni Musik Tradisional
Seni musik tradisional yang masih ada dan
dikembangkan di Desa Malasari adalah
gamelan Sunda dan angklung. Gamelan Sunda
ini masih dipertahankan dan dilestarikan
untuk kepentingan persiapan Desa Malasari
untuk menerima kunjungan wisatawan. selain
itu Gamelan Sunda dan angklung sebagai
seni tradisional yang merupakan syarat
yang akan di pentaskan dalam perayaan
seren taun satu tahun sekali.
c. Calung
Calung merupakan alat musik tradisional
Jawa Barat yang terdiri dari deretan tabung
bambu yang disusun berurutan dengan
tangga nada pentatonik dan dimainkan
dengan cara memukul bagian bilah atau
tabungnya. Bambu yang dipakai untuk
membuat alat musik calung berasal.
d. Tutunggulan
Salah satu kesenian khas dari Jawa Barat
ini berawal dari aktifitas masyarakat terutama
yang dilakukan oleh para kaum perempuan
khususnya ibu-ibu yang menumbuk padi
dengan lisung (alat penumbuk padi).
3. Potensi Sejarah
Menurut keterangan Sekretaris Desa Desa
Malasari Bapak Sukandar, pada zaman penjajahan
Belanda, Mandalasari (sekarang Malasari) masih
berupa kemandoran. Kemudian berubah menjadi
desa pada masa kepemimpinan Bapak Ining yang
memerintah selama 24 tahun (1942-1966). Belanda
melakukan Agresi Militer II dan berhasil
menguasai wilayah perkotaan termasuk wilayah
kabupaten Bogor. Oleh karenanya, Bupati Bogor
ketika itu, H.R. Ipik Gandamana Sumawinata,
mengungsi ke Desa Malasari, dan memimpin
Heryanti Utami
8 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
pemerintahan dari tempat pengungsiannya tersebut
selama kurang lebih 2 tahun (1947-1949). Setelah
selesai perang agresi militer II, Bupati kembali
ke pusat kota. Adapun bekas pengungsiannya
hingga kini dilestarikan menjadi situs/cagar budaya
oleh pemerintah Desa Malasari. “Rumah tersebut
sudah pernah direnovasi. Bagian dinding dari
bilik bambu yang sudah rapuh diganti dengan
papan kayu. Bagian depan yang asalnya terbuka,
sekarang memakai kaca,” papar Lurah Sepuh
saat diwawancarai di dalam rumah bersejarah.
Ia menambahkan bahwa rumah tersebut dipakai
sebagai pusat roda pemerintahan desa sejak
dulu dan pasca kepemimpinannya sengaja
dikosongkan karena telah diakui sebagai salah
satu aset budaya Kabupaten Bogor.
Pengelolaan Ekowisata Halimun Desa Malasari
Upaya meningkatkan ekonomi masyarakat,
Pemerintah Desa (Pemdes) Malasari bekerjasama
dengan CV Pesona Malasari, Perhutani, Taman Nasional
Gunung Halimun Salak (TNHGS) dan masyarakat
setempat yang tergabung dalam Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) untuk memanfaatkan potensi
dan sumber daya yang banyak dimiliki diwilayah
tersebut diantaranya, sumber daya alam, dengan
membuat salah satu konsep yakni Desa Wisata
Malasari (DWM) yang sudah berjalan bahkan sudah
mendapatkan Surat Keputusan Kepala Desa
dengan Nomor 144/14SK.Kades/2015 dan telah
menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
yang dinamakan "BUMDES Sauyunan" dengan
SK Nomor. 141/04/KPTS/2015.
Adapun secara kelembagaan, ekowisata
Halimun yang selama ini berjalan di Desa Malasari
dikelola secara swadaya oleh masyarakat.
Kelembagaan yang terlibat di antaranya Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM), Pesona Malasari,
BUMDES, Kepengurusan Desa Wisata Malasari.
Pembangunan kepariwisataan Desa Wisata
Malasari menurut Sekretaris Desa Bapak Sukandar
juga dilakukan dengan semangat partisipatif.
Masyarakat secara langsung dilibatkan untuk
merencanakan, mengkoordinasikan, mengontrol,
melaksanakan dan mengelola pariwisata sebagai
wujud keseriusan dan kesiapan masyarakat dan
pemerintah Desa Malasari untuk mendukung
keberhasilan pengembangan wisata di Desa Wisata
Malasari dan mengembangkan ekowisata sesuai
dengan situasi, kondisi dan potensi yang ada.
Sarana Wisata Kampung Citalahab Desa Malasari
1. Wisma Tamu Citalahab
Wisma tamu Citalahab adalah rumah yang
dipersiapkan oleh pengelola Kelompok Swadaya
Masyarakat Saluyu yang di ketuai oleh Bapak
Suryana. Sebagai sarana akomodasi bagi para
pengunjung yang ingin menikmati fasilitas layanan
menginap dengan setting sebuah nuansa alami
pedesaan. Wisma tamu ini memiliki fasilitas 6 kamar
dengan kapasitas daya tampung sejumlah 15 orang,
fasilitas lain yang tersedia 2 kamar mandi, dapur,
ruang tamu, teras dan pendopo depan wisma. Selain
menginap, pengelola juga memberikan fasilitas
layanan konsumsi dan juga menyediakan
konsumsi tambahan untuk makanan-makanan
kecil dan tradisional khas Kampung Citalahab.
2. Homestay (Rumah Penduduk)
Selain sarana akomodasi wisma tamu yang
tersedia, pengembangan yang dilakukan oleh
Kelompok Swadaya Masyarakat Saluyu adalah
pelibatan warga masyarakat untuk ikut terlibat
di dalam penyediaan sarana akomodasi untuk
menginap. Warga yang bersedia rumahnya
untuk dijadikan sarana akomodasi bagi
wisatawan yang berkunjung diberikan bantuan
untuk penataan dan pengelolaan pelayanan.
Jumlah rumah warga di Citalahab berjumlah 23
rumah. Jumlah homestay Rumah warga di
Citalahab yang biasanya digunakan untuk
menginap para wisatawan berjumlah 16
homestay dengan kondisi bangunan yang
terawat dengan kapasitas kenyamanan hingga
6 - 12 orang dalam satu homestay tergantung
kepada jumlah kamar yang dimiliki. Fasilitas
homestay untuk 1 rumah adalah 2 kamar, 1 ruang
tengah dan kamar mandi/toilet. Di dalam rumah
juga tersedia kasur, televisi, dan lain lain.
3. Sarana Meals
Di Citalahab pengunjung bisa menikmati
makan pagi siang malam yang disediakan oleh
pemilik homestay secara prasmanan. Jenis
makanan yang disajikan dengan menu rumah
bisa sesuai dengan permintaan wisatawan. Di
Desa Malasari juga terdapat rumah makan
yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Menu
yang ditawarkan bervariasi seperti makanan
rumahan, makanan berat dan ringan serta
harga makanan cukup terjangkau.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 9
Pengembangan Ekowisata Halimun Desa Malasari
1. Wisata Minat Khusus (Camping Site)
Camping site merupakan wisata yang menyatu
dengan alam yang terdapat di Kampung Citalahab
Desa Malasari. Kampung Citalahab Desa Malasari
selain memiliki homestay sebagai tempat penginapan
juga memiliki sebuah area camping ground. Area
camping ground berkapasitas 150 dengan 30 tenda.
Untuk tarif bumi perkemahan Rp 20.000/grup.
Sedangkan untuk fasilitasnya terdapat sebuah
saung yang bisa digunakan untuk api unggun.
Kemudian disekitar kawan area camping ground
dikelilingi berbagai jenis vegetasi diantaranya
tanaman kopi dan tanaman Kapulaga.
2. Eco Edutourism
Educational Tour atau Wisata Pendidikan adalah
perjalanan untuk tujuan pendidikan dan pembelajaran
formal atau informal dengan mengunjungi lingkungan
alam, sejarah & multi budaya yang unik. Hal ini
mengacu pada program kepariwisataan yang
menawarkan sebuah pengalaman perjalanan
kepada peserta dengan tujuan utama terlibat
dalam pengalaman belajar. Perjalanan pembelajaran
di luar kelas dapat memperkuat apa yang telah
guru ajarkan di kelas tentang subjek belajar
dan membantu siswa untuk memahami topik
pembelajaran dengan lebih baik.
Program tinggal bersama masyarakat yang dilakukan
oleh peserta wisata. Tujuan dari kegiatan ini
adalah mengenalkan bagaimana peserta siswa
menjadi bagian dari sebuah masyarakat, mereka
akan tinggal bersama masyarakat dan mengikuti
segala macam aktivitas kemasyarakatan. Tujuan
dari kegiatan live in ini adalah untuk membangun
relasi sosial antara peserta dengan masyarakat,
melatih kemandirian dan melatih cara hidup
sederhana kepada peserta siswa.
3. Agroforest
Pengertian dan Definisi dari agroforest adalah budidaya
tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama
dengan tanaman pertanian (tanaman semusim).
Pengertian agroforest merupakan pengertian
sederhana karena agroforest dapat diartikan
lebih luas lagi dengan pengabungan sistem budidaya
kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan.
agroforest dikenal juga dengan istilah "wanatani".
Wisata Sejarah dan Budaya
1. Wisata Sejarah
Wisata yang berkaitan dengan potensi sebuah
kenangan masa lalu yang memiliki kaitan
dengan perkembangan sebuah wilayah atau kota
bisa kita dapatkan ketika berada di Desa Malasari.
Potensi yang dimiliki oleh Desa Malasari berkaitan
dengan peran dimasa lalu adalah keberadaan
rumah bersejarah pemerintahan Kabupaten Bogor.
Rumah bekas kantor pemerintahan Kabupaten
Bogor pada tahun 1947 - 1949 bisa menjadi
media pendidikan untuk generasi muda yang
ingin tahun mengenai sejarah perkembangan
pemerintahan Kota Bogor.
2. Wisata Budaya
Potensi budaya yang bisa dikembangkan di
Desa Malasari menjadi wisata budaya adalah
berupa aktivitas budaya baik itu dilakukan oleh
warga masyarakat sekitar maupun aktivitas
budaya yang ditujukan bagi pengunjung untuk
keperluan pariwisata. Aktivitas budaya utama
yang menjadi andalan sangat beragam dan ragam
tersebut terlihat dari segi ritual, adat dan kesenian.
Ritual adat yang dimunculkan kembali dan dilestarikan,
bahkan terbukti berpotensi untuk menarik wisatawan
dalam jumlah besar adalah prosesi ritual Seren Taun.
SIMPULAN
Desa Malasari memiliki banyak potensi wisata
yang bisa dilakukan pengembangan yang lebih luas.
Potensi alam yang dikembangkan menjadi aktivitas
wisata selama ini terdiri dari lanskap wilayah yang
terdiri dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak, Perkebunan Teh Nirmala, Kampung Konservasi
Citalahab, Canopy Trail dan air terjun yang tersebar
di beberapa wilayah Taman Nasional Gunung
Halimun Salak. Selain potensi alam, Desa Malasari
juga memiliki potensi sejarah dan budaya, seperti
bangunan peninggalan rumah Pemerintahan
Kabupaten Bogor 1947 - 1949.
Selain itu Desa Malasari memiliki potensi seni
budaya yang bisa dikembangkan menjadi aktivitas
wisata budaya seperti seni tradisional calung, ritual
adat seren taun yang diselenggarakan satu tahun
sekali sebagai tradisi yang di hidupkan kembali oleh
masyarakat Desa Malasari. Selain kesenian, potensi
wisata Desa Malasari dilengkapi pula oleh kerajinan
masyarakat sebagai pelengkap daya tarik bagi
wisatawan yang berkunjung ke Desa Malasari.
Heryanti Utami
10 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Adapun saran untuk pengembangan ekowisata
Desa Malasari menyangkut beberapa sektor
pengembangan yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Accessibility: Peningkatan sarana dan prasarana
aksesibilitas terutama akses menuju Desa
Malasari, hal ini untuk mengefektifkan waktu
tempuh untuk menuju Desa Malasari
2. Amenity: Peningkatan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan terkait dengan kebutuhan
langsung wisatawan seperti akomodasi yang
sesuai dengan keadaan alam yang ditawarkan,
dalam hal ini penyediaan homestay yang sesuai
dengan standar kenyamanan wisatawan.
3. Attraction: Pengembangan daya tarik wisata yang
tidak hanya bergantung kepada daya tarik alam,
pengembangan potensi yang berbasiskan kepada
budaya dan kehidupan masyarakat Desa Malasari
sehingga pengembangan paket-paket yang berbasis
kepada ekowisata yang bisa dilakukan antara
lain wisata budaya, wisata pedesaan, dan wisata
pendidikan yang dikemas secara kreatif.
4. Ancillaries: Pengembangan kelembagaan melalui
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
ekowisata Desa Malasari melalui partisipasi aktif
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pengembangan ekowisata Desa Malasari serta
peningkatan stakeholder dalam pengendalian
terhadap pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan.
5. Peningkatan kerjasama stakeholder dalam
pengembangan dan promosi ekowisata Desa
Malasari secara terpadu yang melibatkan
kemitraan pemerintah, swasta (Biro Perjalanan
Wisata) dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, 2000. Agenda 21 Sektoral Agenda Pariwisata
untuk Pengembangan Kualitas Hidup secara
Berkelanjutan. Jakarta: Proyek Agenda 21
Sektoral Kerjasama Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan UNDP
Angri, Putra S, 2001. Peranan Agen Pembaharuan/
Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan
(Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola
Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap
Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan,
Institut Petanian Bogor (IPB)
Damanik, J& helmut F. Weber, 2006. Perencanaa
Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi
Denzin, K. Norman & Yvonna S. Lincoln (EDs) 2009.
Handbook of Qualitative Research, Terjemahan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fandeli, C & Muchlison, 2000. Pengusahaan Ekowisata.
Fakultas Kehutanan Universitas Gajamada,
Yogyakarta
Higham J, 2007. Critical Issues in Ecotourism:
Understanding a Complex Tourism Phenomenon,
Elsevier Ltd: Berlington
Nugroho, Iwan, 2001. Ekowisata dan Pembangunan
Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pendit, Nyoman S. 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Wood, M.E. 2002. Ecotourism Principles, Practices
and Policies for Sustainability, UNEP
WTO (World Tourism Organization). 2002. World
Ecotourism Summit: Final report. Quebec
(Canada) 19-22 May 2002.
Yoeti, Oka. A. 2001. Ilmu Pariwisata, Sejarah,
Perkembangan dan Prospeknya. Jakarta:
PT. Toko Gunung Agung
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 11
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI GODONG IJOD DEPOK
DENGAN EXPERIENTIAL MARKETING
Educational Tourism Development Strategy in Godong Ijo Depok With Experiential Marketing
Mordahai Siburian, Devi Roza K. Kausar dan Riza Firmansyah
Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila
Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia
Abstract
Godong Ijo is a visitors’ attraction offering educational tourism programs with quite strong interaction with
nature. The programs are designed as a means of learning, hence they are often participated by students.
The purpose of this study is to describe the application of experiential marketing in Godong Ijo’s programs
from visitors’ perspectives and to develop development strategy for Godong Ijo based on experiential
marketing. The method used is qualitative research method using survey, interview and observation as the
data collection techniques. Further, data collected were analysed using SWOT analysis. The result of this
research reveals that Godong Ijo has tourism potential in terms of attraction, accessibility, amenity, and
ancillary. In terms of experiential marketing, most respondents agree that all experiential marketing
elements, i.e. think, sense, feel, act, and relate have been delivered to the visitors. Recommendations for
development strategy include more extensive promotion, service improvement, product innovation and
more product development.
Keywords: educational tourism, experiential marketing, strategy development
PENDAHULUAN
Wisata edukasi merupakan konsep wisata yang
menerapkan pendidikan informal tentang suatu
pengetahuan kepada wisatawan yang berkunjung
ke suatu daya tarik wisata. Di tempat tersebut pengunjung
dapat melakukan kegiatan wisata dan belajar dengan
metode yang menyenangkan. Melalui edutainment
maka proses pembelajaran dapat lebih mudah
dimengerti dan diingat karena metodenya yang
menyenangkan. Wisata edukasi atau edutourism
adalah suatu program dimana wisatawan berkunjung
ke suatu lokasi wisata dengan tujuan utama untuk
memperoleh pengalaman pembelajaran secara
langsung di daya tarik wisata tersebut (Rodger, 1998:28).
Menurut Rahmawati (2013) program wisata edukasi
dapat berupa ekowisata (ecotourism), wisata sejarah
(heritage tourism), desa wisata, wisata komunitas
dan pertukaran siswa antar institusi pendidikan
(student exchange).
Menurut Ankomah dan Larson (2000) pariwisata
pendidikan atau edu-tourism mengacu pada setiap
program dimana peserta melakukan perjalanan sebagai
sebuah kelompok dengan tujuan utama terlibat
dalam pengalaman belajar secara langsung terkait
dengan lokasi. Hal itu menandai bahwa pengembangan
wisata edukasi dapat sejalan dengan kegiatan positif
pada hal ini dengan mengembangkan wisata minat
khusus yaitu wisata edukasi. Pada perkembangannya
wisata edukasi tidak terlepas dari sebuah daerah
tujuan wisata yang memiliki aspek sebagai wahana
penambah wawasan seperti museum, agrowisata
dan lain sebagainya. Kota Depok merupakan sebuah
kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kota Depok
memiliki potensi pengembangan sektor pariwisata
karena memiliki daya tarik wisata yang menarik dan
terkenal mulai dari wisata alam, kuliner dan lain
sebagainya. Kota ini berada di selatan DKI Jakarta,
yaitu di antara Jakarta dan Bogor. Kota Depok berasal
dari bahasa Sunda yang artinya pertapaan atau
tempat untuk bertapa. Akan tetapi, ada juga yang
mengatakan jika kata Depok adalah sebuah
akronim dari De Eerste Protestants Onderdaan
Kerk yang artinya adalah sebuah Gereja Kristen
Rakyat Pertama (Pemerintah Kota Depok, 2015).
Salah satu daya tarik wisata yang dikunjungi
wisatawan Kota Depok adalah Godong Ijo yang
terletak di daerah Sawangan. Di Kota Depok masih
sedikit daya tarik wisata yang mengangkat program
Mordahai Siburian
12 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
berbasis wisata edukasi. Godong Ijo merupakan
salah satu tempat wisata yang ada di Kota Depok
yang menggunakan konsep wisata edukasi, dengan
tujuan untuk mengasah kemampuan motorik anak serta
membekali anak untuk dapat lebih mengenal lingkungan
alam yang ada di sekitar lokasi daya tarik wisata.
Pengenalan semacam ini dilakukan dengan cara
mengedukasi anak melalui beberapa alat permainan
yang juga dapat mengasah kemampuan berpikir
anak, melatih mental, melatih kedisiplinan dan melatih
kekompakan serta kedisiplinan anak. Melalui alat
permainan yang disediakan oleh pihak pengelola
Godong Ijo diharapkan wisata edukasi yang telah
disediakan dapat menjadi referensi bagi para wisatawan
yang ingin menggali potensi anak didik mereka.
Tempat ini memiliki beberapa program untuk menarik
wisatawan, salah satunya yaitu: The Young Greens.
Program ini salah satu paket wisata edukasi yang
merupakan program pendidikan lingkungan yang
dikemas sesuai dengan tumbuh kembang anak mulai
dari bermain wayang, dokter anak, belajar batik,
robotik, dan kelas angklung. Program ini bertujuan
untuk mencari dan menggali potensi yang dimiliki anak
dengan cara yang sangat mudah dan menyenangkan.
Adapun paket kegiatan wisata edukasi yang ditawarkan
seperti Mind Map, Super Memory, Brain Gym, Brain
Games, Planting, Vertical Garden, Reptiles & Mammals
Corner, Fishing, Outbond, pengetahuan Global Warming
dan sebagainya. Dalam penelitian, konsep experiential
marketing digunakan untuk menganalisis produk
wisata edukasi di Godong Ijo. Kartajaya (2004),
menjelaskan experiential marketing adalah suatu
konsep pemasaran yang bertujuan untuk membentuk
pelanggan-pelanggan yang loyal dengan menyentuh
emosi mereka dan memberikan suatu feeling yang
positif terhadap produk dan service.
Penelitian terdahulu yang telah menggunakan
konsep experiential marketing pada daya tarik wisata,
antara lain dilakukan oleh Jatmiko dan Andharini (2012)
di Taman Rekreasi Sengkaling Malang, dan oleh Tsaur,
Chiu, Wang (2006) di Taipei Zoo. Experiential marketing
di kebun binatang Taipei berfokus kepada pengalaman
konsumen. Sejak konsep ini diterapkan oleh kebun
binatang Taipei, tempat yang selama ini hanya berfokus
kepada fitur fungsional dan keuntungan berubah
menjadi lebih memberikan kesan dan pengalaman
kepada pengunjung dengan menggunakan 5 elemen
dasar yaitu: sense, feel, think, act, dan relate.
Sense adalah menciptakan sensory experiences
melalui panca indera; feel adalah upaya untuk
menyentuh inner feelings dan emosi, dengan
sasaran membangkitkan pengalaman afektif, sehingga
ada rasa gembira dan bangga; think adalah upaya
untuk merangsang kemampuan intelektual dan
kreatifitas seseorang; Act didesain untuk menciptakan
pengalaman konsumen dalam hubungannya dengan
physical body, lifestyle, dan interaksi dengan
orang lain; dan relate merupakan kombinasi think,
feel, sense, dan act marketing yang bertujuan
untuk mengaitkan individu dengan sesuatu yang
berada di luar dirinya, misalnya dengan orang lain,
kelompok-kelompok, sosial lainnya dalam pekerjaan,
etnis, atau gaya hidup, dan bahkan dengan ruang
lingkup sosial yang lebih luas, seperti negara,
masyarakat, dan budaya (Schmitt, 1999). Penggunaan
konsep experiential marketing yang menekankan
pada keterlibatan konsumen secara aktif melalui
penggunaan panca indera, emosi dan pikiran
dianggap sesuai dengan karakteristik program
wisata edukasi Godong Ijo yang melibatkan
pengunjung atau wisatawan secara aktif.
Perkembangan pasar wisata edukasi yang dapat
menjangkau semua kalangan, mengharuskan pengelola
untuk terus memperbarui strategi pengembangan
produknya. Oleh karena itu penelitian ini akan
difokuskan pada aplikasi experiential marketing di
Godong Ijo dan strategi pengembangannya. Di
samping menggunakan konsep experiential marketing
sebagai pertimbangan dalam penyusunan strategi
pengembangan, kondisi saat ini dari empat komponen
daya tarik wisata yaitu attraction (atraksi), accessibilities
(aksesibilitas), amenities, (amenitas atau fasilitas),
dan ancillary (kelembagaan) (Cooper 1995) juga
akan menjadi input pada pengembangan strategi.
METODE
Metode penelitian yang digunakan penulis
adalah metode penelitian mixed method dengan
teknik pengumpulan data berupa survei dengan
menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi
(tabel 1). Sampel penelitian ini adalah 30 pengunjung
yang dipilih secara acak namun dengan memperhatikan
keterwakilan usia, pekerjaan dan jenis kelamin.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi analisis deskriptif. Untuk mencapai tujuan
penelitian, pendekatan analisis yang digunakan
adalah dengan pendekatan SWOT. Mengidentifikasi
faktor eksternal dan internal, serta kemudian
memilahnya kedalam kekuatan, kelemahan,
ancaman dan peluang.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 13
Tabel 1 Variabel dan Sumber Data
Variabel Indikator Sumber
data
Teknik Pengumpulan
data
Attraction - Tempat wisata yang menarik - Program wisata edukasi yang menarik
Pengunjung Survei
Wawancara
Accessibility Akses jalan, ketersediaan transportasi Pengunjung Survei
Wawancara
Amenity
- Fasilitas cafe - Pelayanan cafe - Kondisi toilet (fasilitas umum)
Pengunjung Pengelola
Survei Wawancara
Ancilliary - Pengelolaan - Promosi
Pengunjung Pengelola
Survei Wawancara
Think
- Peserta didorong untuk melakukan inovasi - Peserta didorong untuk menyelesaikan suatu masalah - Program wisata edukasi yang disajikan dapat membangkitkan rasa ingin tahu
Pengunjung Pengelola
Survei Wawancara
Feel
- Program wisata edukasi yang disajikan dapat memberikan rasa senang karena berinteraksi dengan alam
- Program wisata edukasi yang disajikan dapat memberikan rasa senang karena berinteraksi dengan hewan
Pengunjung Pengelola
Survei Wawancara
Sense
- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan perserta untuk melihat aneka tumbuhan
- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan perserta untuk melihat aneka hewan
- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan perserta untuk menyentuh hewan
Pengunjung Pengelola
Survei Wawancara
Act
- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan peserta untuk mencoba sesuatu yang baru
- Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan peserta untuk belajar melalui praktek
- Program wisata edukasi yang disajikan mendorong peserta untuk melestarikan lingkungan hidup
Pengunjung Pengelola
Survei Wawancara
Relate
- Pemandu program dapat berinteraksi dengan baik dengan peserta - Program wisata edukasi yang disajikan memungkinkan peserta untuk berinteraksi dengan peserta lain
- Program wisata edukasi yang disajikan membuat peserta ingin datang kembali
- Program wisata edukasi yang disajikan dapat direkomendasikan kepada orang lain
Pengunjung Pengelola
Survei Wawancara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Godong Ijo merupakan daya tarik wisata
yang mengusung konsep wisata edukasi yang
menitikberatkan kepada pendidikan lingkungan.
Tempat wisata ini terletak di Jalan Raya Cinangka
Km 10 No 60 RT/RW 02/04, Desa Serua, Sawangan
Depok, Provinsi Jawa Barat. Dengan suhu rata-rata
pada siang hari berkisar antara 27C-32C dan
20C-22C pada malam hari, membuat tempat wisata
ini sangat sejuk dan nyaman bagi pengunjung
yang datang.
Untuk mendukung kegiatan wisata edukasi,
Godong Ijo meyediakan berbagai fasilitas, seperti
kafe, toilet umum, tempat parkir, pemancingan, tempat
rekreasi, dan sebagainya. Program wisata yang ada
di Godong Ijo adalah The Young Greeners, yaitu
program yang memberikan pemahaman kepada
peserta untuk memahami konsep ekosistem, habitat,
pemanasan global, pertanian modern, seluk beluk
reptile. Program renewable energy/green energy,
yaitu program yang mengajarkan kepada siswa
tentang sumber energi yang dapat diperbaharui dan
ramah lingkungan. Program fast learning camp,
yaitu program metode belajar yang efektif dengan
pendekatan bagaimana cara otak belajar, mengingat,
berkonsentrasi, berfikir kreatif, teknik ujian, mind goal
serta aplikasi mind game. Program junior master chef,
yaitu program pelatihan memasak untuk anak yang
dikemas dengan cara yang mudah dan menyenangkan,
dimana setiap anak akan diajak menikmati pengalaman
Mordahai Siburian
14 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
baru dalam membuat makanan ringan yang pasti
mereka sukai dan mudah diterapkan ketika mereka
di rumah seperti donat, roti sosis goreng, hamburger
dan spaghetti. Untuk makanan utama, mereka akan
membuat Chicken Katsu, Calamary, Soups dan Beef
Teriyaki. Program fun with clay, yaitu program membuat
keramik dari tanah liat kepada siswa, menggunakan
tanah liat yang aman sekalipun tertelan oleh siswa,
tidak mengandung bakteri, telur cacing ataupun kolin
(campuran bahan pembuat semen), telah mendapat
sertifikat aman dari test laboratorium Succofindo.
Siswa diajak berkreasi dan berimajinasi dalam
membentuk sesuatu baik dengan teknik cetak,
teknik putar maupun teknik bebas sesuai keinginan
siswa, tentunya dipandu oleh pelatih yang profesional.
Program dokter cilik, yaitu progam ini merupakan
pelatihan kesehatan bagi siswa dipandu langsung
oleh dokter, tujuan utamanya adalah agar siswa
dapat menjaga kesehatan diri sendiri dan menolong
orang disekitarnya bila terserang penyakit. Program
learning batik, yaitu program pelatihan yang bertujuan
bagaimana cara membuat batik mulai dari proses
mencanting sampai pewarnaan. Program angklung
class, yaitu program yang memperkenalkan dan
mengajarkan cara memainkan alat musik multitonal
(bernada ganda) tradisional yang berkembang pada
masyarakat sunda demi melestarikan kebuadayaan
nasional. Program robotik, yaitu program yang
memperkenalkan siswa terhadap teknologi pada
robotik, siswa belajar konstruktif yaitu belajar membuat
suatu konstruksi dari rangkaian yang telah disediakan,
belajar mekanika gerak, mempelajari elektronika
atau rangkaian listrik dan belajar logika memprograman.
Hasil survei kepada pengunjung Godong Ijo
menunjukkan bahwa elemen experiential marketing
secara umum telah diterapkan di Godong Ijo melalui
berbagai program wisata edukasi. Pada elemen think,
72% responden setuju bahwa program Godong Ijo dapat
menghasilkan inovasi, menyelesaikan masalah, dan
membangkitkan keingintahuan. Pada elemen feel, 86%
responden menyatakan setuju pengunjung merasa
senang berinteraksi dengan alam buatan maupun
melihat aneka hewan yang ada di Godong Ijo melalui
program wisata edukasi yang dapat memberikan rasa
senang dengan alam dan rasa senang dengan hewan
di Godong Ijo. Sedangkan pada elemen sense, 73%
pengunjung setuju bahwa program wisata edukasi
yang tersedia memungkinkan peserta untuk melihat
serta menyentuh aneka tumbuhan dan hewan di
Godong Ijo. Kemudian pada elemen act, 79% responden
setuju bahwa program Godong Ijo melibatkan pengunjung
secara aktif dengan carea belajar melalui praktik,
misalnya pada permainan angklung dan memotivasi
pengunjung untuk ikut mencitai alam dan melestarikan
alam melalui kegiatan menanam tanaman. Terakhir,
pada elemen relate, sebanyak 84% responden setuju
bahwa pemandu berinteraksi dengan peserta. Selain
itu, peserta dapat berinteraksi dengan peserta lainnya
melalui kerjasama team atau kompetisi antar kelompok.
Analisis SWOT
Dalam penelitian ini, pendekatan SWOT digunakan
sebagai strategi untuk mengembangkan wisata edukasi
Godong Ijo. Pendekatan SWOT dirumuskan berdasarkan
wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.
Kekuatan Kawasan Wisata Godong Ijo dalam
menghadapi tantangan dan peluang terkait sumberdaya
internal yang dimilikinya meliputi:
1. Tempat wisata yang menarik
Godong Ijo merupakan tempat yang nyaman
dan teduh. Sekitar 70% daerah Godong Ijo adalah
daerah yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan
dihiasi taman. Pengunjung akan merasakan
suasana seperti di hutan meski berada di kota.
Udara yang sejuk ditambah pemandangan Godong
Ijo yang asri, menambah daya tarik tersendiri
bagi penduduk kota yang penat dengan aktifitas
sehari-hari. Selain flora, koleksi aneka fauna
seperti burung unta dan ular piton, juga menjadi
salah satu daya tarik pengunjung ke Godong Ijo.
habitat fauna juga disesuaikan dengan aslinya
sehingga pengunjung tidak hanya dapat melihat
eksostisme hewan tersebut, tetapi juga belajar
mengenal habitat binatang. Pengunjung juga
dapat berinteraksi dengan berbagai hewan
tersebut dengan memberi makan atau sekadar
menyentuhnya (dalam pengawasan petugas).
2. Program wisata yang menarik
Variasi program wisata Godong Ijo membuat
pengunjung memiliki banyak pilihan untuk mengikuti
program mana yang paling sesuai dengan
kebutuhan. Program wisata yang berbasis pendidikan
ini menyasar sekolah-sekolah sebagai konsumen
utama sehingga setiap program dirancang untuk
menarik pelajar namun dengan topik yang tetap
berbasis pada pengenalan lingkungan. Dampaknya
tentu sangat positif bagi perkembangan sikap
anak muda ditengah trend moderenisasi yang
semakin menjauhkan manusia dengan alam.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 15
3. Fasilitas kafe baik
Godong Ijo menyediakan fasilitas kafe yang
lengkap demi kenyamanan Pengunjung.
4. Pelayanan Godong Ijo baik
Petugas Godong Ijo merespon cepat dalam melayani
wisatawan yang datang. Petugas berusaha untuk
mengakomodir permintaan pengunjung dalam hal
yang berhubungan dengan kegiatan wisata Godong
Ijo. Bahkan mereka tidak segan untuk menawarkan
diri untuk membantu. Keramahan petugas Godong
Ijo membuat setiap pengunjung nyaman untuk
berlama-lama tinggal di tempat wisata ini.
5. Tiket masuk Gratis
Pengunjung yang datang ke Godong Ijo tidak
dikenai biaya. Mereka bebas melihat-lihat
lingkungan yang ada di Godong Ijo. Cara ini
dapat menarik jumlah wisatawan semakin banyak.
6. Pengunjung melihat tumbuhan di Godong Ijo
Aneka tumbuhan juga dapat menarik perhatian
wisatawan. Dengan melihat aneka tumbuhan,
wisatawan dapat lebih mencintai alam.
7. Pengunjung melihat hewan di Godong Ijo
Aneka tumbuhan juga dapat menarik perhatian
wisatawan. Dengan melihat aneka tumbuhan,
wisatawan dapat lebih mencintai hewan.
8. Pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan
flora dan fauna yang ada di Godong Ijo.
Interaksi yang terjadi dengan flora dan fauna
menambah daya tarik Godong Ijo sehingga
pengunjung dapat semakin mengenal flora dan fauna.
Selain itu, terdapat faktor kelemahan kawasan wisata
edukasi Godong Ijo dalam menghadapi tantangan dan
mengantisipasi peluang dibanding dengan tempat wisata
lainnya. Kelemahan dari Godong Ijo tersebut meliputi:
1. Jumlah pengunjung terbanyak berasal dari
Kota Depok.
Hal ini menyebabkan wisatawan dari Kota
Depok adalah yang pengunjung yang paling
banyak mengunjungi Godong Ijo
2. Belum adanya sentra souvenir di sekitar daya
tarik wisata Godong Ijo.
Souvenir merupakan barang oleh-oleh yang
khas dari suatu tempat wisata. Souvenir cukup
penting karena akan mengingatkan pengunjung
dengan tempat wisata yang mereka kunjungi.
Sayangnya, di Godong Ijo belum tersedia souvenir
khas yang bisa dibeli oleh pengunjung. Padahal,
souvenir tersebut juga bisa dijadikan media
promosi bagi orang lain. Orang-orang yang melihat
souvenir tersebut akan mengetahui objek wisata
Godong Ijo dengan sendiri sehingga Goding Ijo
semakin dikenal masyarakat luas.
3. Fasilitas penunjang yang masih sedikit seperti tempat
istirahat bagi wisatawan (tempat duduk) atau gazebo.
Meskipun Godong Ijo merupakan daerah yang teduh,
namun kehadiran bangku taman atau tempat
peristirahatan masih dirasa kurang. Setelah
menghabiskan tenaga untuk berkeliling, alangkah
baiknya pengunjung dilengkapi fasilitas tempat
duduk yang mencukupi. Selain bisa beristirahat,
pengunjung juga bisa menikmati pemandangan
alam Godong Ijo sembari duduk.
Selain faktor internal, terdapat juga faktor eksternal
yang mempengaruhi strategi pengembangan di suatu
objek wisata yaitu peluang. Peluang Kawasan Wisata
Godong Ijo dalam pengembangan sumberdaya lokal
untuk mencapai tujuan pembangunan yang ditetapkan
meliputi:
1. Kondisi Jalan menuju Godong Ijo baik
Jalan menuju Godong Ijo terbilang baik. Jalan sudah
di aspal dan tidak ada kerusakan jalan yang berarti.
Pengunjung dapat melalui jalan ini dengan aman.
2. Kemudahan transportasi menuju Godong Ijo
Kendaraan yang melalui Godong Ijo cukup
banyak. Pengunjung dapat ke Godong Ijo
menggunakan kereta, bus, ataupun angkot.
Jika menggunakaan bus atau kereta, pengunjung
harus melajutkan perjalanan dengan angkot.
3. Ketersediaan papan penunjuk jalan
Pengunjung dapat dengan mudah mengetahui
keberadaan Godong Ijo melalui papan petunjuk
yang terpasang di pinggir jalan.
4. Dekat jalan utama
Letaknya yang strategis yang dekat dengan
perkotaan memudahkan pengunjung untuk
mencapai lokasi Godong Ijo. Memang terjadi
kemacetan dibeberapa titik jalan menuju
tempat ini. Namun itu masih dalam taraf yang
Mordahai Siburian
16 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
wajar. Selain itu, cukup banyak kendaraan umum
yang melewati tempat ini sehingga pengunjung
yang tidak memiliki kendaraan pribadi tetap
dapat ke Godong Ijo dengan mudah.
5. Banyaknya sekolah di Kota Depok bisa menjadi
potensi target pasar bagi wisata Godong Ijo
Banyaknya sekolah di Kota Depok bisa menjadi
potensi target pasar bagi wisata Godong Ijo
terutama karena program wisata ini utamanya
dirancang untuk pendidikan. Anak-anak yang
juga akan disuguhkan pembelajaran diluar
sekolah (berada di alam) yang menyenangkan
sehingga mengusir kejenuhan belajar anak
dari kegiatan sekolah.
6. Didukung oleh pemerintah Kota Depok
Sebagai objek wisata, Godong Ijo merupakan
kontributor pajak untuk menambah penghasilan
daerah Kota Depok. Semakin majunya Godong
Ijo sebagai destinasi wisata, tentunya akan semakin
berdampak baik bagi perekonomian kota. Bukan
saja dilihat dari segi pajak, tetapi juga membantu
pemerintah dalam mengurangi pengangguran
sebab Godong Ijo telah memberikan banyak
lapangan pekerjaan bagi penduduk disekitarnya,
mulai dari pegawai administrasi hingga pekerja
lapangan. Dukungan pemerintah adalah dalam
bentuk memasukan daya tarik wisata Godong
Ijo ke website resmi pemerintah Kota Depok sebagai
10 daya tarik wisata yang ada di Kota Depok.
Pembobotan Internal Factor Analysis System
(IFAS) dan External
Berdasarkan matriks IFAS, menunjukkan bahwa
tempat wisata yang menarik sebagai menjadi
kekuatan terbesar bagi Godong Ijo (0,16), disusul
dengan berbagai program wisata edukasi yang
menarik (0,15). Dapat disimpulkan bahwa dengan
tempat wisata dan program wisata yang menarik
akan memberikan minat wisatawan untuk data
dan berkunjung ke Godong Ijo. Sedangkan kelemahan
utamanya adalah pengunjung terbanyak berasal
dari sekitar Godong Ijo (0,16) dan di posisi kedua
adalah fasilitas penunjang yang masih sedikit seperti
tempat istirahat bagi wisatawan (tempat duduk)
atau gazebo (0,10) sehingga mempengaruhi frekuensi
kunjungan dan pengunjung yang datang sebagai
besar adalah yang berasal dari daerah wisata itu sendiri.
Berdasarkan matriks EFAS pada tabel 4.5.3.2,
menunjukkan bahwa peluang utama yang dimiliki
wisata Godong Ijo adalah kehadiran sekolah-sekolah
di sekitar Godong Ijo yang dapat memperluas
pasar (0,15) lalu disusul dukungan pemerintah
Kota Depok yang akan memperkuat jangkauan
promosi Godong Ijo (0,13), sedangkan ancaman
utama yang dihadapi adalah munculnya pesaing
dengan mulai hadirnya tempat wisata yang juga
mengusung konsep wisata edukasi (0,11).
Strategi Pengembangan Wisata
Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan
faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternal
terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor
internal terdiri dari kekuatan dan kelamahan. Jika
dilihat dari hasil gambar analisis SWOT, strategi
yang dihasilkan berada pada Kuadran 1 yang
merupakan pertemuan dua elemen yaitu kekuatan
(S) dan peluang (O) sehingga memberikan
kemungkinan bagi suatu destinasi untuk bisa
berkembang lebih cepat. Strategi yang diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif.
Analisis Matriks Swot menunjukan bahwa
strategi dengan bobot tertinggi adalah strategi
Strengths-Opportunities (SO), yaitu strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Kondisi ini memperlihatkan
bahwa pengelola maupun pemerintah mempunyai
tugas mengupayakan pengembangan dengan
melihat dan memanfaatkan kondisi yang paling
kuat untuk digunakan setepat mungkin agar bisa
memanfaatkan peluang dengan baik dan efektif.
Strategi pengembangan wisata kawasan Godong
Ijo Depok, adalah sebagai berikut:
1. Mempromosikan program wisata edukasi di
Godong Ijo ke sekolah dan masyarakat.
Wisata Godong Ijo sangat sesuai untuk menunjang
pembelajaran di sekolah. Selain belajar dengan cara
konvensional, Godong Ijo menawarkan cara belajar
di luar kelas yang menyenangkan. Promosi ini
dilakukan dalam bentuk kunjungan ke sekolah-
sekolah, mengadakan pameran, dan aktif menginfor-
masikan Godong Ijo melalui media massa.
2. Menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kota
Depok dalam mengadakan event di Godong Ijo
dengan tema wisata edukasi bagi anak.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 17
Dengan adanya kerja sama dengan pemerintah kota,
akan memberikan keuntungan tersendiri bagi pihak
Godong Ijo dalam hal promosi. Ditambah lagi,
Godong Ijo akan terbantu dalam hal sarana dan
prasarana dalam mengembangkan potensi wisatanya,
berupa alat peraga dan media pembelajaran
lainnya untuk mendukung wisata edukasi anak.
3. Tetap menjaga fasilitas yang ada di Godong Ijo
agar wisatawan merasa nyaman berada di
Godong Ijo dan menarik wisatawan lainnya.
Fasilitas merupakan salah satu unsut terpenting
dalam meningkatkan jumlah pengunjung. Fasilitas
perlu dijaga agar pengunjung tetap merasa nyaman.
Pemeliharaan fasilitas Godong Ijo dilakukan
dalam bentuk pembersihan fasilitas, pengecatan
bangunan atau infrastruktur, serta pengecekan
secara teratur mengenai kekuatan fasilitas.
4. Mengadakan event di Godong ijo dengan tema
tumbuhan dan hewan yang dihadiri oleh
peserta pecinta hewan dan tumbuhan.
Aneka tumbuhan dan hewan yang ada di Godong
Ijo menjadi daya tarik tersendiri. Dengan adanya
event ini akan menjadi wadah bagi pecinta hewan
dan tumbuhan untuk sama-sama berbagi
pengetahuan tentang pemeliharaan hewan
dan tumbuhan. Selain itu, diharapkan juga akan
meningkatkan minat masyarakat dan mengedukasi
mereka untuk mencintai hewan dan tumbuhan.
SIMPULAN
Godong Ijo merupakan salah satu daya tarik
wisata yang berada di Kota Depok. Godong Ijo
merupakan daya tarik wisata yang mengusung
konsep wisata edukasi yang mana terdapat program
pendidikan informal berupa pengenalan lingkungan,
khususnya flora dan fauna yang ada di Godong Ijo.
Penerapan experiential marketing pada Godong
Ijo telah dilakukan melalui berbagai program wisata
edukasi yang mengusung konsep keterlibatan pengunjung
secara aktif pada berbagai kegiatan. Identifikasi SWOT
yang dilakukan dengan menggunakan data dari
kuesioner, wawancara dan observasi menunjukkan
bahwa keberadaan Godong Ijo sebagai tempat
wisata edukasi yang menarik adalah kekuatan
utama, sedangkan kelemahan menurut data dari
pengelola adalah pangsa pasar yang masih terbatas
pada lokasi-lokasi yang dekat dengan daya tarik wisata
tersebut. Peluan bagi Godong Ijo adalah banyaknya
sekolah-sekolah di sekitar lokasi dan di Kota
Depok pada umumnya. Sedangkan ancaman bagi
Godong Ijo adalah pesaing dengan produk sejenis.
Analisis SWOT yang dilakukan mengarah kepada
strategi Strength – Oppotunity sebagai pilihan strategi
yang sesuai. Oleh karenanya, strategi yang
direkomendasikan untuk pengembangan wisata
edukasi Godong Ijo adalah dengan mempromosikan
program wisata edukasi tersebut ke sekolah dan
masyarakat, menjalin kerjasama dengan Pemerintah
Kota Depok dalam mengadakan event dengan tema
wisata edukasi bagi anak, mengadakan event di Godong
ijo dengan tema tumbuhan dan hewan yang dihadiri
oleh pecinta hewan dan tumbuhan, tetap menjaga
fasilitas yang ada di Godong Ijo agar wisatawan
merasa nyaman dan menarik wisatawan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ankomah and Larson. 2000. Education Tourism: A Strategy to SustainableTourism Development in Sub-Saharan Africa.
Cooper, J.F. 1995. Tourism, Principles and Practice. London: Logman.
Jatmiko, R.D dan Andharini, S.N. 2012. Analisis Experiential Marketing Dan Loyalitas Pelanggan Jasa Wisata (Studi Pada Taman Rekreasi Sengkaling Malang). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, vol. 14, No. 2, 128-137.
Kartajaya H. 2004, Marketing in Venus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rahmawati HFI. 2013. Pengembangan pengembangan program wisata Edukasi di wanna wisata Gunung Puntang. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Rodger, K. 1998. Planning Education System. Tecnomic publishing Company inc florida.
Tsaur and Chiu, Wang. 2006. The visitors Behavioral Consequences Of Experiential Marketing: An Empirical Study On Taipei Zoo. Journal Of Travel And Tourism Marketing, Vol. 21(1), 47-64.
Yuniarti, T. 2016. Pengaruh Experiential Marketing Dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Rumah Makan Soto Ayam Lamongan Cak Har, Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen: Volume 5, Nomor 6, 1-15.
Mordahai Siburian
18 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 19
APLIKASI SAFE TRAVEL DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNA
BERWISATA KE LUAR NEGERI
Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu
Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila Jakarta
Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia
Abstract
The Safe Travel app is an application developed by the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of
Indonesia, which contains practical information to assist Indonesian citizens when they are abroad. The
application also gives suggestions and warnings regarding the country that the users are in, to ensure their
safety whilst on the trip. Using tourism mobile application concept, the purpose of this research is to describe
the features of Safe Travel app and investigate how the application influences the decision to travel among
its users. The study used survey as means for data collection method and 60 respondents participated in
the survey. Multiple linear regression was used to analyse the data collected. The findings indicate that navigation,
social communication, marketing, emergency, transactions and entertainment variable do not influence the
decision to travel abroad. Meanwhile, information variable has a positive effect on the decision to travel.
Keywords: Tourism Mobile Application, Decision to Travel, Safe Travel Application
PENDAHULUAN
Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) mempermudah proses perencanaan
dan memperluas jangkauan informasi pada sektor
pariwisata dengan menggunakan koneksi internet
dan komputer. Menurut Bethapudi (2013) TIK
memungkinkan penyatuan aktivitas pengelolaan
pelanggan dan rantai suplai sehingga pemilihan
produk, pemesanan, pengiriman dan pelacakan barang,
pembayaran serta pelaporan dapat dilakukan
dengan menggunakan satu fasilitas dengan mudah.
Industri pariwisata dengan produknya yang berupa
jasa tak berwujud adalah industri yang sangat
intensif menggunakan TIK dan memanfaatkan berbagai
media informasi cetak, audio-visual maupun online
untuk merepresentasikan produk yang tak berwujud
tersebut ke hadapan pelanggannya (Buhalis, 2003).
TIK pun berkembang dengan munculnya mobile
application/mobile app atau aplikasi mobile yang
terdapat pada smartphone atau telepon pintar.
Aplikasi menurut Jogiyanto dalam Putra, dkk (2015)
adalah penggunaan dalam suatu perangkat komputer,
instruksi (instruction) atau pernyataan (statement)
yang disusun hingga sedemikian rupa dari komputer
dapat memproses masukan (input) menjadi keluaran
(output). Secara istilah aplikasi adalah program
siap pakai yang dirancang untuk melaksanakan
suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain
dan dapat digunakan oleh sasaran yang dituju
sedangkan mobile dapat diartikan sebagai perpindahan
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Maka, mobile
app merupakan suatu program yang memiliki fungsi
sesuai kebutuhan dan keinginan yang dapat digunakan
pada suatu tempat dengan menggunakannya dengan
koneksi internet.
Selain aplikasi untuk pencarian dan pemesanan
tiket pesawat dan moda transportasi lainnya serta
akomodasi yang telah banyak digunakan oleh
wisatawan, terdapat aplikasi Safe Travel. Diluncurkan
oleh Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu), aplikasi
ini berisi informasi praktis yang diperlukan oleh
warga negara Indonesia (WNI) yang akan atau
sedang bepergian di luar negeri dengan berbagai
keperluan. Salah satu fitur yang spesifik pada
aplikasi Safe Travel adalah fitur darurat.
Semakin meningkatnya jumlah wisatawan
nasional yang melakukan perjalanan ke luar negeri
adalah alasan utama pemerintah membuat aplikasi
Safe Travel untuk tetap memantau keselamatan
warganya selama berada di luar negeri. Tabel 1
memuat data jumlah wisatawan nasional yang
melakukan perjalanan ke luar negeri.
Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu
20 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Tabel 1. Data Wisatawan
Nasional Ke Luar Negeri 2011-2016
Tahun Jumlah Wisatawan Nasional
2011 6,750,416
2012 7,453,633
2013 8,024,876
2014 7,899,070
2015 7,908,534
2016 6,677,918
(Sumber: Kemenpar.go.id)
Saat ini, jumlah pengguna aplikasi Safe
Travel adalah kurang lebih 5000 orang (Gambar 1),
sedangkan jumlah pengguna yang telah mengulas
aplikasi tersebut adalah 145.
Gambar 1. Jumlah Pengguna Aplikasi Safe Travel
Sumber: Play Store Android (April, 2017)
Tujuan dari penelitian ini adalah menjabarkan
fungsi fitur aplikasi Safe Travel dalam memberikan
pelayanan dan informasi dari sudut pandang
pengguna; dan meneliti pengaruh aplikasi Safe
Travel dalam terhadap keputusan berkunjung
penggunanya untuk berwisata ke luar negeri.
Kennedy-Eden dan Gretzel (2012) menciptakan
taksonomi tourism mobile travel app yang memiliki
dua sudut pandang yaitu perspektif rantai nilai
customer-centric (melihat dari kacamata pelanggan)
dan perspektif interaksional. Perspektif customer-
centric mengklasifikasikan aplikasi sesuai dengan
layanan yang diberikan. Dengan demikian, sudut
pandang fungsional berfokus pada nilai tambah
yang dapat diperoleh pengguna dari penggunaan
aplikasi ini. Perspektif interaksional menggunakan
interaktivitas sebagai kriteria klasifikasi. Interaktivitas
didefinisikan sebagai tingkat kontrol pengguna
terhadap berbagai aspek aplikasi seperti konten, format
tampilan, dan lainnya. Penelitian ini menggunakan
sudut pandang pertama yaitu customer centric
(Kennedy-Eden dan Gretzel, 2012) Dalam taksonomi
tourism mobile travel app, terdapat tujuh kategori
fungsi, yaitu navigasi, sosial, pemasaran, keamanan/
darurat, transaksional, hiburan, dan informasi untuk
mengklasifikasikan aplikasi sesuai dengan layanan
yang diberikan, kemudian meneliti bagaimana aplikasi
berperan dalam proses keputusan berkunjung ke luar
negeri. Sebagaimana menurut Amirullah dalam Fitroh
(2017), keputusan berkunjung merupakan proses dimana
wisatawan melakukan proses penilaian terhadap berbagai
alternatif pilihan, kemudian memilih salah satu atau
beberapa alternatif yang dibutuhkan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu (Gambar 2).
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran tersebut, hipotesis
yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Variabel X1 dengan Y
H0: Navigation tidak berpengaruh terhadap
keputusan berkunjung ke luar negeri.
Ha: Navigation berpengaruh terhadap keputusan
berkunjung ke luar negeri.
Variabel X2 dengan Y
H0: Ruang sosial tidak berpengaruh terhadap
keputusan berkunjung ke luar negeri.
Ha: Ruang sosial berpengaruh terhadap
keputusan berkunjung ke luar negeri.
Variabel X3 dengan Y
H0: Mobile Marketing tidak berpengaruh
terhadap keputusan berkunjung ke luar negeri.
Ha: Mobile Marketing berpengaruh terhadap
keputusan berkunjung ke luar negeri.
Variabel X4 dengan Y
H0: Emergency/security tidak berpengaruh
terhadap keputusan berkunjung ke luar negeri.
Ha: Emergency/security tidak berpengaruh
terhadap keputusan berkunjung ke luar negeri.
Keputusan Berkunjung Amirullah
(2002) (dalam Fitroh, 2017)
(Y)
Tourism Mobile Application (Kennedy-Eden and Gretzel, 2012) (X)
1. Navigation 2. Social 3. Marketing 4. Security/Emergency 5. Transaction 6. Information
7. Entertainment
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 21
Variabel X5 dengan Y
H0: Transaksi tidak berpengaruh terhadap
keputusan berkunjung ke luar negeri.
Ha: Transaksi berpengaruh terhadap keputusan
berkunjung ke luar negeri.
Variabel X6 dengan Y
H0: Informasi tidak berpengaruh terhadap
keputusan berkunjung ke luar negeri.
Ha: Informasi berpengaruh terhadap keputusan
berkunjung ke luar negeri.
Variabel X7 dengan Y
H0: Hiburan tidak berpengaruh terhadap
keputusan berkunjung ke luar negeri.
Ha: Hiburan berpengaruh terhadap keputusan
berkunjung ke luar negeri.
METODE
Sasaran penelitian yang menjadi sumber
penelitian adalah pengguna aplikasi Safe Travel
Kementerian Luar Negeri RI. Menurut data, pengguna
yang telah mengulas aplikasi Safe Travel sampai
bulan April 2017 berjumlah 145 (Gambar 1). Pemberi
ulasan aplikasi Safe Travel dianggap sebagai
populasi untuk mendapatkan informan atau sampel.
Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan teori Slovin adalah
60 responden.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, yang merupakan satu bentuk penelitian
ilmiah untuk mengkaji satu permasalahan dari
suatu fenomena, serta melihat kemungkinan kaitan
atau hubungan-hubungannya antarvariabel dalam
permasalahan yang ditetapkan (Indrawan and
Yaniawati, 2014). Pengumpulan data penelitian
kuantitatif merupakan upaya peneliti untuk
mengumpulkan data bersifat angka, atau bisa juga
data bukan angka, namun bisa dikuantifikasikan
(Indrawan and Yaniawati, 2014)..
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data
adalah melalui survei dengan menggunakan kuesioner
berupa daftar pertanyaan tertulis kepada responden.
Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan
skala likert (1 – 5). Skala likert paling sering digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden
terhadap suatu objek (Utama and Mahadewi, 2012).
Untuk menyusun kuesioner, perlu dilakukan
operasionalisasi variabel yaitu kegiatan mengurai
variabel menjadi sejumlah variabel operasional
atau variabel empiris (indikator, item) yang merujuk
langsung pada hal-hal yang dapat diamati atau
diukur (Silalahi, 2009). Operasionalisasi variabel
pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Definisi Variabel penelitian
Konsep Variabel Indikator
Tourism
Mobile
Application
(X)
Navigation
Membantu
petunjuk jalan
adanya GPS, Aug.
Reality (sesuai
kenyataan), dan
mencari jalan
Social
Berbagi,
kolaborasi,
komunikasi sosial
Mobile
Marketing
Informasi
pemasaran berupa
kupon, pameran,
himbauan dan
sebagainya
Securit/
Emergency
Layanan locator
darurat,
pemantauan
kesehatan, cuaca,
Transaction
Melibatkan
transaksi
keuangan,
pemesanan dan
belanja
Information
Beragam sumber
informasi berkaitan
pariwisata
Entertainment
Menyediakan
pilihan hiburan
game, film, e-
reader, dll
Keputusan
Berkunjung
(Y)
Proses
Alternatif
Penilaian alternatif
pilihan
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu statistik
yang digunakan untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu
22 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
untuk umum atau generalisasi Sugiyono (2004);
dan regresi linier berganda digunakan untuk
memprediksi variable tergantung (Y) berdasarkan
variable bebas (X) lebih dari satu (Siswanto, 2014)
Y = α + β1X1 +β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+β7X7+ε
Dimana:
Y=Jumlah Wisatawan
α = Konstanta
β = Koefisien, β1β2β3β4β5β6β7 = Koefisien regresi
X1= navigation
X2= social
X3= security/emergency
X4= marketing
X5= transaction
X6= information
X7= entertainment
ε = error / kesalahan
Selanjutnya, skoring hasil data konversi ke
interval didapat pada jawaban dari responden,
analisis menggunakan SPSS.
Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui
konsistensi internal dari suatu construct. Uji
validitas yang dilakukan pada setiap pertanyaan
menghasilkan p-value < alpha 0,05, yang berarti
seluruh pertanyaan pada kuesioner valid. Sedangkan
uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk. Suatu variable atau konstruk
dinyatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,60. Hasil uji reliabilitas menunjukkan
nilai Cronbach's Alpha di atas 0.6 sehingga dapat
disimpulkan data yang digunakan dalam
penelitian ini memenuhi asumsi realibilitas data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif Variabel
Untuk memudahkan penilaian dari jawaban
responden, maka dibuat kriteria penilaian dengan
menggunakan nilai ordinal sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) : 5
Setuju (S) : 4
Ragu-ragu (R) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
Dengan jumlah responden sebanyak 60 orang,
maka hasil interval menunjukkan:
Tabel 3. Hasil Interval
No Range Keterangan F
1 46,15-52,11 Sangat Tidak Setuju 3
2 52,11-58,07 Tidak Setuju 10
3 58,07-64,03 Ragu-ragu 21
4 64,03-69,99 Setuju 12
5 69,99-75-96 Sangat Setuju 14
Total 60
Tabel 3 menunjukkan penilaian responden
terhadap aplikasi Safe Travel sebagai aplikasi
yang memberikan pelayanan dan informasi,
sebagian masih berada pada range sedang atau
“ragu-ragu” walaupun jumlah responden terbanyak
berada pada range “setuju dan sangat setuju”. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa aplikasi Safe Travel memiliki
berbagai fitur informasi yang baik untuk rencana
perjalanan dan saat di luar negeri.
Hasil Regresi Berganda dan Uji data
Dari data yang sudah dikumpulkan berupa
kuesioner kemudian diolah menggunakan SPSS 15.0.
Proses pengolahan data menggunakan konversi
data ordinal menjadi interval untuk dapat dihitung
lebih lanjut menggunakan Uji Regresi Berganda.
1. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besar kontribusi variabel
bebas navigation (X1), social (X2), transaction
(X3), marketing (X4), security/emergency (X5),
entertainment (X6), information (X7) terhadap
variabel terikat keputusan berkunjung (Y)
digunakan R2 yang terdapat pada tabel 6.
Tabel 6 Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel 6 dijelaskan bahwa nilai R
Square adalah 0,351 atau 35,1% yang dapat
diinterpretasikan bahwa variabel bebas dalam
penelitian ini yakni informasi, pemasaran,
navigasi, darurat, sosial, transaksi dan hiburan
memiliki kontribusi sebesar 35,1% terhadap
variabel keputusan berkunjung. Maka dalam
penelitian ini adalah keputusan berkunjung
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 23
sebesar 64,9 % lainnya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain di luar variabel X. Dimana di
luar dari tourism mobile application ada faktor
lain yang mempengaruhi keputusan berkunjung.
Faktor lain tersebut seperti motivasi wisatawan,
tiket pesawat dengan tawaran harga murah,
iklim, lokasi, special events, mengunjungi teman,
budaya, lingkungan alam, masyarakat dan
sebagainya (Jackson dalam Fansuri, 2016).
2. Uji F (Test simultan / serentak)
Pengujian F dilakukan untuk mengetahui apakah
hasil dari analisis regresi yang dilakukan signifikan
atau tidak. Uji F dapat dilakukan dengan
membandingkan F hitung tabel, jika F hitung >
dari F tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya
jika F hitung < dari F tabel maka H0 diterima.
Analisis regresi ini digunakan untuk menghitung
besarnya pengaruh antara variabel bebas,
yaitu navigation (X1), social (X2), marketing (X3),
transaction (X4), security/emergency (X5),
entertainment (X6), dan information (X7) terhadap
variabel terikat yaitu keputusan berkunjung (Y).
Hasil Uji F / Uji Simultan dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 7. Uji F/Simultan
Berdasarkan gambaran diatas data yang
tersaji menunjukkan nilai F = 4,015 (lebih dari 4)
dalam signifikan 0.001 (kurang dari 0,05) maka
dapat dikatakan X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan
X7 berpengaruh secara secara simultan.
3. Uji T-test (Uji Parsial)
Pengujian ini untuk mengetahui apakah masing-
masing variabel bebas secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Dapat juga dikatakan jika t hitung > t tabel atau
t hitung < t tabel maka hasilnya signifikan dan
berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan
jika t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel maka
hasilnya tidak signifikan dan berarti H0 diterima
dan H1 ditolak. Hasil dari uji t dapat dilihat pada
tabel 8 berikut:
Tabel 8 Uji t-test
a. Antara X1 navigation dengan Y keputusan
berkunjung menunjukan sig = 0,961 dan
nilai signifikan navigation = 0,961 > 0,05 maka
tidak ada pengaruh X1 (navigation) terhadap
keputusan. Hal ini berarti H01 diterima dan
H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
keputusan berkunjung tidak dipengaruhi
secara signifikan oleh navigation.
b. Antara X2 social dengan Y keputusan berkunjung
menunjukan sig = 0,816 dan nilai signifikan
social = 0,816 > 0,05 maka tidak ada
pengaruh X2 (social) terhadap keputusan.
Hal ini berarti H02 diterima dan H2 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan
berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan
oleh social.
c. Antara X3 marketing dengan Y keputusan
berkunjung menunjukan sig = 0,717 dan
nilai signifikan marketing = 0,717 > 0,05 maka
tidak ada pengaruh X3 (marketing) terhadap
keputusan. Hal ini berarti H03 diterima dan
H3 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
keputusan berkunjung tidak dipengaruhi
secara signifikan oleh marketing.
d. Antara X4 security/emergency dengan Y
keputusan berkunjung menunjukan sig = 0,356
dan nilai signifikan security/emergency =
0,356 > 0,05 maka tidak ada pengaruh X4
(security/emergency) terhadap keputusan.
Hal ini berarti H04 diterima dan H4 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan
berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan
oleh security/emergency.
Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu
24 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
e. Antara X5 transaction dengan Y keputusan
berkunjung menunjukan sig = 0,960 dan
nilai signifikan transaction = 0,960 > 0,05 maka
tidak ada pengaruh X5 (transaction) terhadap
keputusan. Hal ini berarti H05 diterima dan
H5 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa keputusan berkunjung tidak dipengaruhi
secara signifikan oleh transaction.
f. Antara X6 entertainment dengan Y keputusan
berkunjung menunjukan sig = 0,112 dan
nilai signifikan entertainment = 0,112 > 0,05
maka tidak ada pengaruh X6 (entertainment)
terhadap keputusan. Hal ini berarti H06
diterima dan H6 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa keputusan berkunjung tidak dipengaruhi
secara signifikan oleh entertainment.
g. Antara X7 information dengan Y keputusan
berkunjung menunjukan sig = 0,009 dan
nilai signifikan information = 0,009 < 0,05
maka ada pengaruh X7 (information) terhadap
keputusan. Hal ini berarti H07 ditolak dan
H7 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa keputusan berkunjung dipengaruhi
secara signifikan oleh information.
Maka dari hasil diatas dapat menemukan
persamaan regresi linier berganda pada tabel 9.
Tabel 9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel Koefisien Regresi
Sig.
(Constanta) 30,931 0.001
Navigation 0,006 0,961
Social -0,028 0,816
Marketing 0,027 0,717
Security/Emergency -0,131 0,356
Transaction 0,006 0,960
Entertainment 0,236 0,112
Information 0,466 0,009
R = 592 F = 4.015 R2= 0,351 Sig = 0.001
Berdasarkan tabel 9 maka dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 30,931 + 0,006 X1 - 0,028
X2 + 0,027 X3 - 0,131 X4 + 0,006
X5 + 0,236 X6 + 0,466 X7
Maka, persamaan regresi di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Konstanta (nilai tetap) sebesar 30,931; artinya,
bila ketujuh variabel X sama dengan nol,
maka proses dari keputusan berkunjung (Y)
penggunanya berwisata ke luar negeri
nilainya sebesar 30.931.
b. Koefisien regresi navigation (X1) sebesar 0,006;
artinya, setiap kenaikan navigation sebesar
satu satuan, maka keputusan berkunjung
wisatawan ke luar negeri mengalami peningkatan
sebesar 0,006 atau 0,6%. Maka navigation
akan mempengaruhi terhadap keputusan
berkunjung penggunanya berwisata ke luar
negeri sebesar 0,6%.
c. Koefisien regresi social (X2) sebesar -0,028;
artinya, setiap kenaikan social sebesar satu satuan,
maka keputusan berkunjung wisatawan ke luar
negeri mengalami penurunan sebesar -0,028
atau 2,8%. Maka social tidak mempengaruhi
terhadap keputusan berkunjung penggunanya
berwisata ke luar negeri sebesar 2,8%.
d. Koefisien regresi marketing (X3) sebesar 0,027;
artinya, setiap kenaikan marketing sebesar
satu satuan, maka keputusan berkunjung
wisatawan ke luar negeri mengalami peningkatan
sebesar 0,027 atau 2,7%. Maka marketing
akan mempengaruhi terhadap keputusan
berkunjung penggunanya berwisata ke luar
negeri sebesar 2,7%.
e. Koefisien regresi security /emergency (X4)
sebesar -0,131; artinya, setiap kenaikan
security/emergency sebesar satu satuan,
maka keputusan berkunjung wisatawan ke
luar negeri mengalami penurunan sebesar
-0,131 atau 13,1%. Maka security/emergency
tidak mempengaruhi terhadap keputusan
berkunjung penggunanya berwisata ke luar
negeri sebesar 13,1%.
f. Koefisien regresi transaction (X5) sebesar 0,006;
artinya, setiap kenaikan transaction sebesar satu
satuan, maka keputusan berkunjung wisatawan
ke luar negeri mengalami peningkatan sebesar
0,006 atau 0,6%. Maka transaction akan mempe-
ngaruhi keputusan berkunjung penggunanya
berwisata ke luar negeri sebesar 0,6%.
g. Koefisien regresi entertainment (X6) sebesar
0,236; artinya, setiap kenaikan entertainment
sebesar satu satuan, maka keputusan berkunjung
wisatawan ke luar negeri mengalami peningkatan
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 25
sebesar 0,236 atau 23,6%. Maka entertainment
akan mempengaruhi keputusan berkunjung
penggunanya berwisata ke luar negeri
sebesar 23,6%.
h. Koefisien regresi information (X7) sebesar 0,466;
artinya, setiap kenaikan information sebesar satu
satuan, maka keputusan berkunjung wisatawan
ke luar negeri mengalami peningkatan sebesar
0,466 atau 46,6%. Maka information akan mempe-
ngaruhi keputusan berkunjung penggunanya
berwisata ke luar negeri sebesar 46,6%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dengan melihat
signifikansi pada uji t dapat disimpulkan bahwa:
1. Hipotesis 1 (Navigation)
Dari hasil olahan data mengenai variabel navigation
di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa
hipotesis H1 ditolak dan H01 diterima, artinya
keputusan berkunjung tidak dipengaruhi secara
signifikan oleh navigation di aplikasi Safe Travel.
Angka signifikansi navigation tidak memiliki
pengaruh yaitu α = 0,961, hal ini karena fitur
Check-in hanya dapat digunakan ketika pengguna
berada di luar negeri, sementara sebagian
responden baru pada tahap menggunakan
aplikasi ini untuk merencanakan kunjungan.
Dijelaskan juga menurut Kennedy-Eden and
Gretzel (2012) kategori navigation adalah
aplikasi yang membantu petunjuk jalan
misalnya dengan adanya GPS, augmented reality,
dan Way Finding yang dapat menemukan jalan.
2. Hipotesis 2 (Social)
Dari hasil olahan data mengenai variabel social
di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa hipotesis
H2 ditolak dan H02 diterima, artinya keputusan
berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan
oleh sosial komunikasi di aplikasi Safe Travel.
Angka signifikansi social tidak memiliki pengaruh
yaitu α = 0,816, hal ini karena sebagian responden
berada pada tahap merencanakan kunjungan
ke luar negeri. Sehingga fitur sosial ini belum
dimanfaatkan. Menurut Kennedy-Eden and
Gretzel (2012), fitur sosial merupakan fitur
untuk membagikan catatan, foto, dan opini lainnya
selama perjalanan ke social network dan
timbulnya komunikasi dengan pengguna lain.
3. Hipotesis 3 (Marketing)
Dari hasil olahan data mengenai variabel marketing
di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa hipotesis
H3 ditolak dan H03 diterima, artinya keputusan
berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan
oleh marketing di aplikasi Safe Travel.
Angka signifikansi marketing tidak memiliki
pengaruh yaitu α = 0,717, hal ini karena hanya
terdapat fitur asuransi perjalanan yang menjelaskan
untuk pembelian jasa tersebut dan belum adanya
tampilan kupon, diskon dan informasi pemasaran
lain. Sedangkan, menurut Kennedy-Eden and
Gretzel (2012), fitur pemasaran merupakan
fitur yang memberikan informasi berupa kupon,
pameran, himbauan dan sebagainya. Pada aplikasi
Safe Travel, fitur ini belum dikembangkan.
4. Hipotesis 4 (Security/Emergency)
Dari hasil olahan data mengenai variabel
security/emergency di aplikasi Safe Travel
menunjukan bahwa hipotesis H4 ditolak dan
H04 diterima, artinya keputusan berkunjung tidak
dipengaruhi secara signifikan oleh security/emergency
di aplikasi Safe Travel.
Angka signifikansi security /emergency tidak memiliki
pengaruh yaitu α = 0,356, hal ini karena fitur darurat
dapat digunakan pada saat di luar negeri. sedangkan
sebagian responden adalah pengguna yang berada
pada tahap merencanakan. Sedangkan, menurut
Kennedy-Eden and Gretzel (2012), fitur darurat
merupakan fitur yang dapat digunakan pada
saat perjalanan dan adanya keadaan bermasalah,
dimana perlu adanya informasi keamanan dan
informasi keadaan darurat.
5. Hipotesis 5 (Transaction)
Dari hasil olahan data mengenai variabel transaction
di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa hipotesis
H5 ditolak dan H05 diterima, artinya keputusan
berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan
oleh transaction di aplikasi Safe Travel.
Angka signifikansi transaction tidak memiliki
pengaruh yaitu α = 0,960, hal ini karena sebagian
responden masih pada tahap merencanakan
banyak yang tidak beraktivitas untuk bertransaksi
melalui aplikasi serta aplikasi Safe Travel belum
memiliki fitur pembelian/pembayaran. Sebagaimana,
Anggi Khoirunnisa, Devi Roza K. Kausar, dan Yustisia P. Mbulu
26 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
menurut Kennedy-Eden and Gretzel (2012), fitur
transaksi dikembangkan untuk meminimalisir
penggunaan waktu transaksi dengan sistem
pembayaran atau keuangan membantu pengguna
aplikasi melakukan reservasi, pembelian tiket,
dan sebagainya.
6. Hipotesis 6 (Entertainment)
Dari hasil olahan data mengenai variabel entertainment
di aplikasi Safe Travel menunjukan bahwa hipotesis
H6 ditolak dan H06 diterima, artinya keputusan
berkunjung tidak dipengaruhi secara signifikan
oleh entertainment di aplikasi Safe Travel.
Angka signifikansi hiburan tidak memiliki
pengaruh yaitu α = 0,112, hal ini karena hanya
ada fitur mengambil foto sedangkan fitur yang
dapat menonton video, TV dan bermain game
belum tersedia di aplikasi Safe Travel.
Sebagaimana menurut Kennedy-Eden and
Gretzel (2012) hiburan adalah pengguna yang
menggunakan aplikasi untuk hiburan dapat
mengambil foto atau mengeditnya, menonton
video/TV, membaca dan sebagainya.
7. Hipotesis 7 (Information)
Dari hasil olahan data mengenai variabel
information di aplikasi Safe Travel menunjukan
bahwa hipotesis H7 diterima dan H07 ditolak,
artinya keputusan berkunjung dipengaruhi secara
signifikan oleh information di aplikasi Safe Travel.
Angka signifikansi information memiliki pengaruh
yaitu α = 0,009, hal ini karena fitur sebagian besar
adalah berbentuk informasi yang di setiap fiturnya
menyajikan informasi terhadap fitur, informasi wisata,
informasi kuliner dan informasi keperluan lain selama
diperjalanan. Sebagaimana menurut Kennedy-
Eden and Gretzel (2012), informasi ialah aplikasi
yang berisi memberi tamu beragam informasi
yang berkaitan dengan pariwisata.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
fitur pada aplikasi Safe Travel menurut pengguna
telah baik dalam memberikan pelayanan dan informasi
untuk perencanaan perjalanan dan saat di luar negeri.
Berdasarkan hasil uji menggunakan uji f, t-
test serta regresi berganda menggunakan SPSS
yang dilaksanakan mengenai pengaruh tourism
mobile application terhadap keputusan berkunjung,
dapat diambil kesimpulan bahwa variabel navigation,
transaction, social, marketing, security/emergency
dan entertainment tidak berpengaruh terhadap keputusan
pengguna untuk berkunjung ke luar negeri. Hal ini
karena variabel-variabel tersebut belum sepenuhnya
difungsikan dengan baik dan belum adanya fitur-
fitur yang mendukung video, TV, kupon diskon dan
sebagainya Sedangkan, variabel yang berpengaruh
terhadap keputusan berkunjung wisatawan adalah
information. Aplikasi Safe Travel dianggap telah
banyak menampilkan informasi wisata, kuliner dan
tempat ibadah di beberapa negara.
Tidak berpengaruhnya enam dari tujuh
variabel tourism mobile application terhadap
keputusan berkunjung dapat juga diakibatkan
karena sebagian besar responden pada penelitian
ini baru menggunakan aplikasi Safe Travel pada
tahap merencanakan perjalanan ke luar negeri.
Sehingga beberapa fitur yang hanya dapat
digunakan saat penggunanya berada di luar
negeri belum dimanfaatkan oleh responden. Hal
ini merupakan keterbatasan dari penelitian ini.
SARAN
Untuk meningkatkan manfaat dari aplikasi
Safe Travel, beberapa hal perlu menjadi perhatian,
misalnya pada fitur pelayanan untuk kerusakan
atau hilangnya dokumen terdapat pilihan negara,
namun ketika dipilih semua pilihan negara akan
tersambung dengan link Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) Malaysia. Sehingga perlu diperbaiki
untuk dapat mengarah menuju link KBRI di negara
yang bersangkutan. Lalu, informasi terbaru pada
suatu negara perlu terus diperbaharui misalnya
pada himbauan, informasi kesehatan.
Untuk fitur penambahan video sesuai negara
dapat berupa link menuju youtube atau membuat
kolom video sendiri. Kemudian, fitur check-in
dapat ditambahkan menu edit karena banyak
pengguna yang senang mengedit foto. Penguatan
fitur yang berfungsi untuk pemasaran seperti
kupon dan sebagainya juga perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Yogyakarta
(ID): Graha Ilmu.
Bethapudi, A. 2013. The Role of ICT in Tourism Industry.
India (IND). Journal Appl. Economic Bus. 1, 67-79.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 27
Buhalis, D. 2003. ETourism: Information Technology
for Strategic Tourism Management. London:
Financial Times/Prentice Hall.
Fansuri, M.F. 2016. Pengaruh Viral Marketing Melalui
Media Sosial Terhadap Keputusan Berkunjung
Wisatawan Di Pantai Dato Majene. Skripsi.
Makasar (ID). Hasanudin Univ.
Fitroh, S.K.A., Hamid, D., Hakim, L. 2017.
Pengaruh Atraksi Wisata dan Motivasi
Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung
(Survei pada Pengunjung Wisata Alam
Kawah Ijen). Jurnal Adm. Bisnis 42, 18–25.
Malang (ID). Brawijaya Univ.
Kemenpar. Perkembangan Wisnas (Wisatawan
Nasional) Tahun 2011-2016. Tersedia Online Di
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=1
12&id=1358. Di akses pada 15 Agustus 2017.
Kennedy-Eden, H., Gretzel, U. 2012. A Taxonomy
of Mobile Applications in Tourism. E-review of
Tourism Research, 10 (2), 47-50.
Indrawan, R., Yaniawati, P., 2014. Metodologi
Penelitian. Bandung (ID). PT. Refika Aditama.
Mardiyana, E., Wibowo, L.A., Andari, R. 2012.
Pengaruh Shopping Destination Strategy
Terhadap Keputusan Berkunjung Di Wisata
Belanja Mall (Studi Banding Pada Pengunjung
Wisata Belanja Mall Kota Bandung Yang
Terdiri Dari Mall Cihampelas Walk Dan Mall
Paris Van Java). Tourism and Hospitality
Essentials (THE) Journal, Vol.II, No.2, 2012 – 315.
Putra, A.D., Cahyana, R., dan Lainnya. 2014.
Pengembangan Aplikasi Peta Wisata Garut
Berbasis Android Menggunakan Metode
Rapid Application Development. Garut (ID).
Jurnal Algoritma 11. ISSN: 2302-7339 Vol. 11
No. 1 2014.
Sopyan, S., Widiyanto, I. 2015. Analisis Pengaruh Daya
Tarik Wisata dan Kualitas Pelayanan terhadap
Minat Berkunjung Ulang Pengunjung dengan
Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening
(Studi pada Cagar Budaya Gedung Lawang
Sewu). Skripsi. Semarang (ID). Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Diponegoro Univ.
Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial.
Bandung: Refika Aditama.
Siswanto. 2014. Metode Penelitian Kesehatan
dan Kedokteran. Bursa Ilmu.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Utama, I., Mahadewi, N.M.E. 2012. Metodologi
Penelitian Pariwisata dan Perhotelan.
Denpasar (ID).
Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka, Meiti Azmi Efenly
28 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 29
PERANAN KELOMPOK SADAR WISATA GERUDE CARE BELITONG DALAM
PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA TANJUNG KELAYANG
Nungky Puspita, Yuwana M. Marjuka dan Meiti Azmi Efenly
Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila Jakarta
Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia
Abstract
Community Based Tourism is a tourism development concept that is adopted at Tanjung Kelayang Beach,
Belitung Island. Through this concept it is expected that people living around the beach vicinity can
participate in tourism from the planning process up to its implementation. The purpose of this research is
to describe local people’s participation in developing the destination, their motivation to participate, and the
form of participation. Using qualitative research method, this research employs a participant observation
approach in collecting the data. The research finds that local people participate in tourism development by
forming a community organization named Gerude Care Belitong. The organization develops a work
program which guides them in conducting activities such as organizing event and participating in tourism
service provision at Tanjung Kelayang beach.
Keywords: Community Bassed Tourism, Participation, Local Work
PENDAHULUAN
Konsep pengembangan pariwisata mulai
dari pariwisata berkelanjutan hingga pariwisata
berbasis masyarakat (community based tourism/ CBT)
mulai berkembang. Pariwisata berbasis masyarakat
merupakan peluang untuk menggerakkan segenap
potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi
peran pelaku usaha pariwisata skala besar. Pariwisata
berbasis masyarakat tidak berarti merupakan
upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan
dalam konteks kerjasama masyarakat secara global.
Salah satu destinasi yang sedang berkembang
dalam bidang pariwisata adalah Kabupaten Belitung.
Kabupaten Belitung adalah salah satu kabupaten
dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan
daerah bercirikan kepulauan. Secara administratif
Kabupaten Belitung memiliki luas 2.293,69 km dengan
jumlah penduduk 155.965 jiwa. Batas wilayah Kabupaten
Belitung sebelah utara langsung berbatasan dengan
Laut Cina Selatan bagian selatan berbatasan dengan
Laut Jawa, bagian barat berbatasan langsung dengan
Selat Gaspar dan sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Belitung Timur, dengan jumlah pulau-
pulau kecil 100 pulau dengan panjang garis pantai
95 km (Belitung dalam angka, 2012:12 ).
Perkembangan pariwisata di Pulau Belitung dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan kemajuan
yang signifikan. Setelah booming lewat film Laskar
Pelangi, kunjungan ke daerah tersebut meningkat tajam.
Berdasarkan karakteristik wilayah, dapat dipastikan
kabupaten Belitung memiliki potensi wisata yang sangat
potensial. Potensi wisata yang dimiliki Kabupaten
Belitung antara lain, wisata alam, wisata budaya,
dan wisata sejarah yang tersebar hampir disemua
kecamatan yang ada di Kabupaten Belitung
(Belitung Dalam Angka, 2012:7).
Berdasar data yang diberikan dari Dinas
Pariwisata Kabupaten Belitung, kunjungan wisatawan
nusantara maupun mancanegara selalu meningkat
20 – 30 persen per tahun, bahkan lebih, bisa dilihat
pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1 data Wisman dan Wisnus Kabupaten
Belitung tahun 2008-2013
Tahun Jumlah
Wisman/Orang
Jumlah
Wisnus/Orang
Total
Keseluruhan
2008 2.053 29.945 31.998
2009 2.734 39.449 42.223
2010 1.383 49.118 50.501
2011 1.309 82.584 83.893
2012 975 110.638 111.613
2013 451 131.091 131.542
Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kabupaten Belitung, 2014
Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka, Meiti Azmi Efenly
30 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Menyadari akan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten
Belitung maka pemerintah daerah Belitung menetapkan
tiga sektor unggulan dalam program pembangunan jangka
panjang daerah. Ketiga sektor pembangunan tersebut
meliputi pengembangan perikanan dan kelautan, pengem-
bangan pariwisata dan pengembangan kepelabuhan.
Dengan menetapkan tiga sektor ini diharapkan
dapat menopang laju perekonomian di Kabupaten
Belitung (Pemerintah Kabupaten Belitung, 2014).
Dalam pembangunan dan pengembangan di sektor
pariwisata Kabupaten Belitung diperkuat dengan
ditetapkanya sebagai salah satu Destinasi Pariwisata
unggulan di Indonesia (Peraturan Menteri Pariwisata
No 33/UM.001/MKP/09 tahum 2009 tentang penetapan
destinasi wisata unggulan). Selain itu, salah satu atraksi
wisata yang ada di Kabupaten Belitung, Pantai Tanjung
Kelayang dan sekitarnya yang berada di Kecamatan
Sijuk ditetapkan sebagai kawasan strategis pariwisata
nasional (PP No 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS).
Ditetapkannya Pantai Tanjung Kelayang dan
sekitarnya sebagai destinasi wisata unggulan
berdampak terjadinya pembangunan dan pengembangan
untuk destinasi wisata andalan Belitung. Bentuk
pembangunan dan pengembangan pariwisata dapat
dilihat dari maraknya pengembangan kepariwisataan
di pantai Tanjung Kelayang.
Ditetapkan konsep community based tourism
sebagai salah satu konsep pengembangan pantai
Tanjung Kelayang, salah satunya diharapkan agar
masyarakat sekitar pantai Tanjung Kelayang dapat
terlibat langsung dalam kegiatan pengembangan
pariwisata yang ada di pantai Tanjung Kelayang.
Masyarakat diharapkan tidak sebagai penonton,
keterlibatan masyarakat menjadi sebuah keharusan
mulai dari proses perencanan sampai kepada
pelaksaannya. Dalam pembangunan pariwisata
berbasis community based tourism yang terpenting
adalah bagaimana memaksimalkan peran serta
masyarakat sekitar pantai Tanjung Kelayang dalam
berbagai aspek pembangunan pariwisata pantai
Tanjung Kelayang itu sendiri. Namun peran masyarakat
masih terlihat kurang untuk mengelola sebuah destinasi
wisata unggulan yang ditetapkan pemerintah tersebut.
Saat ini pengembangan pariwisata yang ada
di pantai Tanjung Kelayang sudah melibatkan masyarakat,
ini menunjukan bahwa konsep community based
tourism sebagai salah satu konsep pengembangan
pantai Tanjung Kelayang sudah berjalan. Masyarakat
sekitar pantai Tanjung Kelayang sudah terlibat
dalam kegiatan pengembangan pariwisata.
Menyikapi situasi yang ada di pantai Tanjung
Kelayang, peneliti tertarik untuk meneliti partisipasi
masyarakat sekitar pantai Tanjung Kelayang dalam
pariwisata, hal yang memotivasi masyarakat untuk
terlibat dalam kegiatan pengembangan atraksi wisata
pantai Tanjung Kelayang dan bentuk-bentuk partisipasi
masyarakat dalam upaya pengembangan pantai
Tanjung Kelayang.
Berdasarkan uraian di atas maka tergambar
beberapa masalah seperti apa saja manfaat pembentukan
sadar wisata dalam mengembangkan destinasi
wisata Tanjung Kelayang dan bagaimana bentuk
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan
destinasi wisata Tanjung Kelayang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan manfaat pembentukan kelompok
sadar wisata dalam mengembangkan destinasi wisata
Tanjung Kelayang dan mendeskripsikan bentuk
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan
destinasi wisata Tanjung Kelayang.
METODE
Penelitian ini dilakukan di pantai Tanjung
Kelayang dan sekitarnya, pantai Tanjung Kelayang
terletak di Desa Keciput Kecamatan Sijuk. Dipilihnya
pantai Tanjung Kelayang sebagai lokasi penelitian
didasari alasan bahwa pantai Tanjung Kelayang
ini masuk kedalam salah satu destinasi tujuan
wisata yang dikembangkan di Kabupaten Belitung.
Adapun waktu pengambilan data dalam penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2016.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode ini disebut juga sebagai metode
artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni
(kurang terpola), dan disebut juga sebagai metode
interpretive karena data hasil penelitian akan lebih
berkenaan dengan interpretasi terhadap data
yang ditemukan di lapangan. Metode penelitian ini
juga sering disebut metode naturalistik karena
penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(Sugiyono, 2011).
Metode pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti adalah Observasi Participant Pasif
yaitu peneliti datang langsung ketempat kegiatan
orang yang diteliti, tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut. Observasi yang dimaksud adalah
peneliti ingin melihat bagaimana partisipasi yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar destinasi wisata
Tanjung Kelayang dalam mengembangkan destinasi
wisata Tanjung Kelayang desa Keciput, serta melihat
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 31
kontribusi apa yang diberikan oleh masyarakat dalam
kegiatan pariwisata yang ada di desa Keciput tersebut.
Analisis data menggunakan tahapan seperti
mereduksi data yang berarti merangkum, yaitu proses
pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan,
abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh
di lapanganstudi kemudian penyajian data ini
dapat dilakukan dengan bentuk table, grafik, pie
card, pictogram, dan sejenisnya. Tahap akhir
adalah Penarikan kesimpulan dan verifikasi yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya (Sugiyono, 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pantai Tanjung Kelayang
Pantai Tanjung Kelayang terletak di Desa
Keciput Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. secara
keseluruan potensi pariwisata Belitung mulai dikenal
pada saat dirilisnya film Laskar Pelangi yang
ceritanya diangkat dari novel Laskar Pelangi karya
putra daerah Belitung, Andrea Hirata. Sejak saat
itu kegiatan pariwisata mulai banyak dilakukan di
Belitung berbagai perkembangan di berbagai
sektor mulai dilakukan guna mendukung kegiatan
pariwisata Belitung.
Pantai Tanjung Kelayang merupakan salah
satu destinasi tujuan wisata andalan bagi pariwisata
di Kabupaten Belitung. Di pantai ini terdapat terdapat
atraksi wisata andalan dan atraksi wisata tujuan
utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Belitung.
Pantai Tanjung Kelayang memiliki potensi wisata bahari.
Dengan berbagai potensi wisata yang dimiliki
pantai Tanjung kelayang, menyebabkan tingkat
kunjungan wisata ke Belitung semakin meningkat.
Sumber: Buku tahunan Pemerintah Daerah
Kabupaten Belitung 2014.
Partisipasi Masyarakat
Pengembangan pariwisata yang terkait dengan
pengembangan peran serta masyarakat, mampu
meningkatkan kesempatan dan peluang bagi
masyarakat untuk menikmati manfaat pariwisata bagi
peningkatan kesejahteraan. Dengan demikian diperlukan
sebuah konsep pengembangan pariwisata yang
menekankan pada peran serta dan pemberdayaan
masyarakat lokal, yang kemudian dikenal dengan
istilah pariwisata berbasis masyarakat atau community
based tourism (CBT) dan merupakan dasar dari
pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pariwisata
berbasis masyarakat memungkinkan tercapainya
manfaat bagi masyarakat yang dihasilkan dari kegiatan
pariwisata yang berlandaskan pengambilan keputusan
sesuai konsesus dan kontrol dari komunitas lokal
(Supriana dalam Hermantoro 2011).
Partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pantai Tanjung Kelayang diwujudkan dengan dibentuknya
kelompok komunitas masyarakat. Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) Gerude Care Belitong adalah
kelompok masyarakat yang berpartisipasi dalam
pengembangan pantai Tanjung Kelayang.
Dalam hal kelembagaan, masyarakat Desa
Keciput terlibat dalam Kelompok Sadar Wisata
Gerude Care Belitong, dimana Gerude Care Belitong
merupakan salah satu kelompok sadar wisata
yang dibentuk oleh masyarakat. Pada tahun 2011,
masyarakat yang sadar akan potensi pariwisata
yang dimiliki daerah mereka, akhirnya membentuk
kelompok sadar wisata yang menghimpun masyarakat
yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk
mengolah dan mengembangkan potensi wisata
yang ada di Desa Keciput menjadi tujuan wisata.
Tujuan pembentukan pokdarwis adalah sebagai
mitra pemerintah dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat di bidang pariwisata, meningkatkan
sumber daya manusia, mendorong terwujudnya Sapta
Pesona (keamanan, ketertiban, keindahan, kesejukan,
kebersihan, keramahtamahan dan kenangan), dan
meningkatkan mutu produk wisata. Adapun maksud
dan tujuan dari Kelompok Sadar Gerude Care
Belitong, meliputi:
1. Mengembangkan kelompok masyarakat yang
berperan sebagai motivator.
2. Membangun masyarakat pariwisata yang mandiri
berbasis masyarakat serta dapat bersinergi
dan bermitra dengan pemangku kepentingan.
3. Mengembangkan dan menumbuhkan sikap
masyarakat dan dukungan positif masyarakat
Tahun 2011;
83.893
Tahun 2012;
111.613
Tahun 2013;
131.569
Tahun 2014;
199.823
Grafik 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan
Kabupaten Belitung
Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka, Meiti Azmi Efenly
32 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
sebagai tuan rumah melalui perwujudan nilai-
nilai sapta pesona.
4. Memperkenalkan, melestarikan dan memanfaatkan
potensi daya tarik wisata.
5. Meningkatkan posisi dan peran masyarakat
terhadap pembangunan kepariwisataan.
Pokdarwis Gerude Care Belitong merupakan
pokdarwis pertama yang ada di Desa Keciput
Kabupaten Belitung. Pokdarwis Gerude Care
Belitong dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
jumlah anggota, sedangkan program kerja pokdarwis
Gerude Care Belitong juga mengalami peningkatan.
Berikut bentuk keterlibatan masyarakat yang
merupakan anggota dari Pokdarwis tersebut melalui
pembinaan Pokdarwis Gerude Care Belitong dalam
pengelolaan prasarana kebutuhan wisatawan (Tabel 2).
Tabel 2 Sarana dan Prasarana di Tanjung Kelayang
No Sarana dan
Prasarana Lokasi Jumlah
1 Cottage Pantai Tanjung Kelayang 6 Unit
2 Toko Souvenir Pantai Tanjung Kelayang 1 Unit
3 Rumah Makan Pantai Tanjung Kelayang 7 Unit
4 Toilet Umum Pantai Tanjung Kelayang 10 Unit
5 Penyewaan Boat Pantai Tanjung Kelayang 20 Unit
6 Homestay Sekitar Pantai Tanjung
Kelayang 20 Unit
7 Restoran dan Rumah Makan
Sekitar Pantai Tanjung Kelayang
5 Unit
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa
masyarakat sudah berperan aktif dalam memajukan
pariwisata di desanya. Masyarakat turut andil dalam
penyediaan kebutuhan wisatawan melalui pembinaan
dari Pokdarwis tersebut. Karena melalui program-
program Pokdarwis Gerude Care Belitong mereka
juga mendapatkan beberapa pengetahuan mengenai
kepariwisataan dan pelatihan kesiapan SDM pariwisata
dalam menghadapi kondisi bahwa Tanjung kelayang
merupakan salah satu dari 10 Prioritas Destinasi
Pariwisata Indonesia.
Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan
Destinasi Wisata Tanjung Kelayang.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pantai Tanjung Kelayang dapat
dilihat dari program yang dimiliki kelompok/
komunitas masyarakat. Berikut ini adalah bentuk
partisipasi masyarakat:
1. Pelatihan Manajemen Organisasi
Program ini merupakan program yang diadakan
sejak awal berdirinya kelompok sadar wisata,
yang diselenggarakan bekerjasama dengan Dinas
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Belitung.
Pelatihan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan
kinerja Pokdarwis Gerude Care Belitong. Melalui
pelatihan ini, masyarakat ataupun anggota dari
pokdarwis dibekali pengetahuan bagaimana
mengelola suatu organisasi, membekali pengurus
dengan keterampilan keorganisasian, menumbuhkan
leadership, dan mempersiapkan mental pengabdian
dalam mengelola organisasi. Sasaran dari program
ini adalah anggota Pokdarwis Gerude Care Belitong
dan masyarakat Desa Keciput yang berpartisipasi
dalam pengembangan pariwisata. Program ini rutin
dilaksanakan setiap tahun dan terakhir dilaksanakan
pada bulan Juni 2015. Program ini akan terus
berlangsung dari tahun ke tahun guna meningkatkan
kemampuan pengelolaan organisasi masyarakat.
2. Pelatihan Kepemanduan
Program ini memiliki tujuan untuk menanamkan
pengetahuan dan peningkatan wawasan tentang
tatacara, prosedur serta kaidah-kaidah dalam
rangka kepemanduan di dalam kawasan wisata.
Program pelatihan ini juga bertujuan untuk
memperkenalkan kepada masyarakat bagaimana
sikap yang harus dilakaukan seorang pemandu
wisata kepada wisatawan maupun tanggung jawab
kepada lingkungan yang ada di atraksi wisata.
3. Pelatihan Kepariwisataan
Program pelatihan kepariwisataan ini merupakan
program dari Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung.
Kegiatan ini diselenggarakan untuk memberikan
pengetahuan dasar kepada masyarakat Desa
Keciput bagaimana kegiatan pariwisata, siapa
yang terlibat maupun yang bertanggung jawab
di dalam kegiatan pariwisata. Kegiatan kepariwisataan
sudah dilakukan sebanyak dua kali sejak dibentuknya
pokdarwis Gerude Care Belitong sampai sekarang.
Namun kegiatan ini akan tetap dilakukan agar
masyarakat semakin memahami kepariwisataan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti,
hasil dari kegiatan kepariwisataan ini memberikan
perubahan yang positif bagi masyarakat Desa
Keciput (khususnya masyarakat yang terlibat
langsung dalam kegiatan pariwisata seperti
pedagang, pemandu wisata, dan sebagainya).
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 33
4. Sosialisasi Homestay
Sosialisasi homestay diselenggarakan oleh Dinas
Pariwisata Kabupaten Belitung pada tahun 2010,
saat homestay di Desa Keciput pertama kali
diresmikan. Pada saat ini homestay yang ada
di desa Keciput berjumlah 10 homestay. Sosialisasi
homestay ini ditujukan kepada masyarakat yang
memiliki homestay, sosialisasi ini mengarahkan
kepada pemilik bagaimana memperlakukan
tamu homestay. Sosialisasi ini kemudian dilakukan
dua tahun sekali mengingat pertambahan jumlah
homestay setiap tahunnya. Pada saat ini homestay
yang ada di Desa Keciput berjumlah 20 dan akan
bertambah mengingat sedang dipersiapkan
beberapa rumah masyarakat untuk dijadikan
homestay baru.
5. Workshop Sadar Wisata
Workshop sadar wisata ini ditujukan kepada
masyarakat Desa Keciput tetapi lebih dikhususkan
kepada pelajar maupun remaja yang ada di
Desa Keciput. Workshop ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan kepada para remaja
apa itu sadar wisata dan sapta pesona. Diharapkan
juga melalui workshop sadar wisata ini remaja
dapat mengaplikasikan sapta pesona dalam kegiatan
pariwisata. Karena hampir sebagian dari remaja
yang ada di Desa Keciput terlibat langsung
dalam kegiatan pariwisata desa Keciput.
Sedangkan untuk partisipasi berdasarkan
sistem dan mekanisme partisipasi yang dikemukakan
oleh Cohen dan Uphoff (1977), masyarakat sekitar
pantai Tanjung Kelayang sudah mengikuti setiap
sistem dan mekanisme partisipasi mulai dari:
1. Participation in decision making dimana masyarakat
terlibat dalam proses pembuatan keputusan
dan kebijakan dalam sebuah organisasi (dalam
hal ini Pokdarwis Gerude Care Belitong).
2. Participant in benefit, yang berarti partisipasi
masyarakat dalam menikmati ataupun memanfaatkan
hasil-hasil pembangunan dan pengembangan
seperti pengembangan dari sisi transportasi dan
akses yang dikembangkan di pantai Tanjung Kelayang.
3. Participation in evaluation merupakan partisipasi
masyarakat dalam bentuk keikutsertaan menilai
serta mengawasi kegiatan pembangunan serta
hasil-hasilnya. Hal ini dapat dilihat dari program
kerja yang dimiliki oleh kelompok sadar wisata
Gerude Care Belitong dan kelompok masyarakat
Belitong Sekawan yang memiliki program
rapat akhir bulan. Yang memiliki tujuan untuk
mengidentifikasi masalah hingga potensi yang
ada di masyarakat, pengambilan keputusan, hingga
tahap evaluasi. Hal ini juga dapat mendorong
masyarakat untuk lebih bertanggung jawab,
memperbaiki semangat kerja dan lebih
memungkinkan masyarakat untuk mengikuti
perubahan-perubahan yang ada.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah diuraikan sebelumnya maka kesimpulan terhadap
penelian pengembangan destinasi wisata Tanjung
Kelayang dengan pendekatan community based
tourism, adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pariwisata di pantai Tanjung Kelayang adalah
berupa pembentukan Kelompok Sadar Wisata
Gerude Care Belitong pada tahun 2011. Partisipasi
lainya adalah komunitas Belitong Sekawan yang
dibentuk pada tahun 2013.
2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pantai Tanjung Kelayang adalah dengan program-
program yang dimiliki oleh kelompok sadar wisata
Gerude Care Belitong, terlibat dalam setiap event
yang ada di pantai Tanjung Kelayang dan penyediaan
fasilitas penunjang pariwisata yang ada area tersebut.
SARAN
Pembentukan komunitas berdampak pada
lebih terpadunya upaya pengembangan pariwisata
berbasis masyarakat. Oleh karena itu penelitian
ini memberikan rekomendasi untuk pembentukan
komunitas penyedia jasa pariwisata, seperti akomodasi,
amenitas, dan sarana penunjang pariwisata lainnya.
Dibentuknya berbagai komunitas tersebut diharapkan
berdampak pada pengembangan pantai Tanjung
Kelayang melalui berbagai program. Permasalahan
atau konflik juga menjadi lebih cepat terselesaikan.
Menambah jumlah sarana dan prasarana yang
ada di sekitar pantai Tanjung Kelayang dengan
memberdayakan masyarakat sekitar pantai
Tanjung Kelayang, seperti penambahan toko sovenir,
home stay, dan sarana dan prasarana penunjang lainnya.
Selanjutnya diharapkan Kelompok Sadar Wisata
Gerude Care Belitong dapat terus mengembangkan
program kerja dalam mendukung pengembangan
pantai Tanjung Kelayang.
Nungky Puspita, Yuwana M Marjuka, Meiti Azmi Efenly
34 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Belitung, 2013. Luas Daratan
Menurut Kecamatan.
Badan Pusat Statistik, 2012. Belitung dalam Angka,
Kabupaten Belitung.
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014. Data
Kepariwisataan Kabupaten Belitung.
Dinas Kebudayaan kabupaten Belitung np: 556/
006KEP/DISBUDPAR, 2011. Tentang pembentukan
kelompok wisara Gerude Care Belitong.
Dinas Pariwisata. Belitung dalam angka (2015).
Hermantoro, H. 2009. Creative Based Tourism Dan Wisata
Rekreasi Menjadi Wisata Creative, Depok, Aditri.
Pemerintah Kabupaten Belitung, 2014. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Belitung.
Peraturan Menteri Pariwisata no:33/UM.001/MKP/09,
2009, Tentang Penetapan Destinasi Wisata Unggul.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung; Alfabeta.
Cohen, J.M, and N.T. Uphoff. 1977. Rural
Development Participation. New York: Ithaca.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 35
PENGARUH TYPE HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP KEPUTUSAN
BERKUNJUNG TOURIST SHOPPER
Studi Kasus: Grand Indonesia Shopping Town
Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina dan Nungky Puspita
Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila Jakarta
Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia
Abstract
Grand Indonesia Shopping Town is a premium mall offering shopping experience that includes apparels
and clothings including internationally renowned brands, restaurants and entertainment options. With
modern architecture and design, the Mall is enjoyed by a wide range of consumers. .This study aims to
look at the influence of hedonic shopping motivation on the decision to visit among the tourist shoppers at
Grand Indonesia Shopping Town. The method used in this research is quantitative descriptive using
Structural Equation Modelling (SEM) with a sample of 100 respondents. Results from this study found that
out of six variables that constitute hedonic shopping motivation, only two of which have a significant
influence on the decision to visit, namely, the idea of shopping (***) and social shopping (,006).
Keywords: Hedonic Shopping Motivation, Decision to Visit.
PENDAHULUAN
Jakarta memiliki banyak daya tarik wisata sehingga
dapat menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke
kota ini. Kota Jakarta merupakan salah satu kota yang
memiliki berbagai daya tarik pariwisata, sehingga menarik
minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Jakarta menawarkan berbagai bentuk wisata antara lain
wisata sejarah, wisata seni dan budaya, wisata alam,
wisata kuliner, serta wisata belanja. Jakarta tercatat
sebagai destinasi wisata terpopuler kedua di Indonesia
setelah Bali. Sebagai ibu kota yang merupakan pintu
gerbang negara Indonesia, kota ini memiliki banyak
tempat wisata belanja berbentuk mal modern. Bahkan
disinyalir bahwa Jakarta adalah salah satu kota di dunia
yang memiliki pusat perbelanjaan modern terbanyak,
diantaranya beberapa mal terbaik di Jakarta yaitu mal
Senayan City, Mall Of Indonesia, Plaza Senayan, Pondok
Indah Mall, Plaza Indonesia, Grand Indonesia dan
sebagainya (Kompasiana, 2015).
Selain banyak pusat perbelanjaan modern,
keunggulan Jakarta sebagai daerah tujuan wisata
belanja adalah harga barang yang kompetitif, serta
kian maraknya event-event berskala internasional
yang mampu menjaring turis asing. Banyaknya
mal-mal kelas atas dan hotel berbintang menjadikan
Jakarta sangat potensial untuk mendatangkan
wisatawan domestik dan mancanegara. Khusus
wisatawan domestik, adanya mal-mal mewah di
Jakarta membuat mereka tak perlu lagi harus berbelanja
ke Hong Kong maupun Singapura, karena harga
barang-barang bermerek terkenal (branded) di
seluruh dunia cenderung sama. Hal ini dapat mencegah
larinya devisa ke luar negeri (Beritasatu, 2015).
Pusat perbelanjaan yang sukses dapat menjadi
tujuan wisatawan masa kini. Dengan demikian,
pusat perbelanjaan yang sukses dapat meningkatkan
visibillitas negara tempat mereka berada dengan
menarik menawarkan wisatawan ke lokasi pusat
perbelanjaan tersebut (Lynda dan Kok Wing 2005).
Bagi pengunjung lokal, kunjungan ke pusat perbelanjaan
menyediakan tempat rekreasi yang menyenangkan,
menarik, aman, nyaman, dan dapat dipercayai (Kowinski,
1985 dalam Lynda dan Kok Wing 2005). Dari survey
yang dilakukan oleh salah situs wisata terbesar
TripAdvisor, Jakarta berada di 10 besar kota
terbaik untuk wisata belanja di Asia (PATA, 2015).
Dari survey dan vote yang telah dilakukan secara
online, Jakarta mengalahkan beberapa kota terkenal
lainnya dan berhak menyandang predikat 2012 Travellers’
Choice Destinations on the Rise (tujuan wisata yang
sedang menanjak) (alternatifwisata.blogspot.com
dalam Mbulu, 2014). Penghargaan serupa juga
dilakukan untuk benua Eropa, Amerika, Australia,
dan Afrika. Di Asia sendiri Jakarta bisa mengalahkan
tujuan terkenal Osaka dan Chiang Mai. Berikut ini
beberapa kota tujuan utama wisatawan di Asia
versi Trip Advisor dalam Mbulu (2014) Jakarta,
Indonesia, Kathmandu, Nepal, Kolkata, India, Manila,
Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita
36 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Filiphina, Bangalore, India, Luang Prabang, Kamboja,
Phnom Penh, Kamboja (alternatifwisata.blogspot.com
dalam Mbulu 2014). Dari hasil survey tersebut maka
shopping mall di Jakarta mempunyai peluang untuk
bersaing dengan shopping mall lainnya yang ada
di Malaysia, Singapura, Bangkok dan Hongkong,
karena produk-produk yang ditawarkan mempunyai
karakter yang serupa.
Dengan produk yang ditawarkan oleh negara
luar memiliki karakter yang serupa maka perlahan-
lahan mengubah kebiasaan masyarakat kota, yang
tadinya mengisi waktu luangnya dengan berwisata
keluar kota atau keluar negeri, tetapi sekarang dengan
terbatasnya waktu mereka lebih memilih untuk
pergi ke mal yang ada di Jakarta. Berdasarkan
fenomena ini, bisa dikatakan bahwa mal merupakan
sarana untuk bersantai yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kota, karena mal dengan mudah bisa
dijangkau tanpa banyak mengorbankan waktu.
Menurut Rubenstain dalam Yempormase (2013)
mal adalah suatu area pergerakan (linier) pada
suatu area pusat bisnis kota atau Central Bussiness
Distric (CBD) yang lebih diorientasikan bagi pejalan
kaki, berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza
dan ruang-ruang interaksional. Sedangkan menurut
Mailand dalam Yempormase (2013) mal adalah
pusat perbelanjaan yang berintikan suatu atau beberapa
department store besar sebagai daya tarik retail-
retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan
seperti toko-toko yang menghadap kekoridor utama
mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama
dari shopping mall dengan fungsi sebagai sirkulasi
dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya
interaksi antar pengunjung dan pedangang.
Salah satu budaya yang secara turun-temurun
dan secara tidak sadar bertahan di Indonesia adalah
budaya konsumtif. Belanja menjadi alat pemuas keinginan
mereka akan barang-barang yang sebenarnya tidak
mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh
trend atau mode yang tengah berlaku, maka mereka
merasa akan suatu keharusan untuk membeli
barang-barang tersebut (Gewati, 2017). Keinginan
pemenuhan hasrat emosional wisatawan selain
sekedar melakukan pencarian barang dituangkan
dalam konsep hedonic shopping motivation.
“Hedonic shopping motivation are similar to the
task orientation of utilitarian shopping motives,
only the task is concerned with hedonic fulfillment,
such as experiencing fun, amusement, fantasy
and sensory stimulation” (Cinjarevic, 2011). Hedonic
shopping motivation serupa dengan orientasi
utilitarian motivation (berbelanja sesuai kebutuhan),
hanya saja hedonic shopping motivation berkaitan
dengan pemenuhan hedonis, seperti kegembiraan,
dan stimulasi sensorik.
Motivasi belanja hedonis telah ditemukan
melalui fenomena belanja kegembiraan konsumen,
gairah, dan kenikmatan dalam berbelanja. Arnold
dan Reynolds (2003) mengembangkan tipologi yang
berisi enam motivasi belanja hedonik (petualangan,
gratifikasi, sosial, nilai, peran dan ide). Di antara
keenam motivasi, petualangan dan kepuasan motivasi
belanja berurusan dengan imbalan emosional yang
mendasar dan manfaat. Belanja gratifikasi menekankan
keinginan pembeli untuk meningkatkan keadaan
mood mereka dengan menghabiskan uang dan
membeli sesuatu yang baik. Dengan cara ini,
mereka bisa menghilangkan stress, menghilangkan
depresi, atau melupakan masalah mereka (Arnold
dan Reynolds, 2003).
Dari uraian di atas yang menjelaskan tentang
Hedonic Shopping maka tujuan penelitian ini
untuk menganalisa pengaruh Hedonic Shopping
Motivation terhadap keputusan berkunjung di Mall
Grand Indonesia, baik secara simultan dan parsial
(lihat gambar 1 Kerangka Pemikiran).
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Hipotesa
Terdapat enam kategori besar dari motivasi
hedonic shopping yaitu: Adventure Shopping, Social
Shopping, Gratification Shopping, Idea Shopping,
Role Shopping, Value Shopping. Sehingga menimbulkan
keputusan berkunjung tourist shopper oleh karena
itu hipotesis yang diperkirakan adalah:
1. Adventure Shopping adalah dimana sebagian
besar konsumen berbelanja karena adanya sesuatu
yang dapat membangkitkan gairah belanjanya
dan merasakan bahwa berbelanja adalah suatu
Mall Grand Indonesia
sebagai Wisata
Belanja di
Jakarta
Type Hedonic Shopping Motivation (Mayer &
Wilkinson, 2013)
1. Adventure Shopping 2. Social Shopping
3. Gratification Shopping 4. Idea Shopping 5. Role Shopping
6. Value Shopping
Kep
utu
san
Berk
unju
ng
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 37
pengalaman dan dengan berbelanja mereka
merasa memiliki dunianya sendiri.
Ha1: Terdapat pengaruh Adventure Shopping
terhadap keputusan berkunjung
H01: Tidak terdapat pengaruh Adventure
Shopping terhadap keputusan berkunjung
2. Social Shopping adalah dimana sebagian besar
konsumen beranggapan bahwa kenikmatan dalam
berbelanja akan tercipta ketika mereka menghabiskan
waktu bersama-sama dengan keluarga atau teman.
Ha2: Terdapat pengaruh Social Shopping
terhadap keputusan berkunjung
H02: Tidak terdapat pengaruh Social Shopping
terhadap keputusan
3. Gratification Shopping adalah di mana berbelanja
merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
stress, mengatasi suasana hati yang buruk, dan
berbelanja sebagai sesuatu yang spesial untuk
dicoba serta sebagai sarana untuk melupakan
problem-problem yang sedang dihadapi.
Ha3: Terdapat pengaruh Gratification Shopping
terhadap keputusan berkunjung
H03: Tidak terdapat pengaruh Gratification Shopping
terhadap keputusan berkunjung
4. Idea Shopping kategori yang mengacu pada belanja
untuk mengikuti tren dan model baru dan untuk
melihat produk-produk baru dan inovasi. Dalam
kategori ini, biasanya konsumen berbelanja karena
melihat sesuatu yang baru dan iklan-iklan yang
ditawarkan di media massa. Dengan demikian,
konsumen juga melakukan pembelajaran mengenai
tren baru dan mendapat informasi mengenai
tren-tren lama.
Ha4: Terdapat pengaruh Idea Shopping terhadap
keputusan berkunjung
H04: Tidak terdapat pengaruh Idea Shopping
terhadap keputusan
5. Role Shopping di mana banyak konsumen lebih
suka berbelanja untuk orang lain daripada untuk
dirinya sendiri. Konsumen merasa berbelanja
untuk orang lain adalah sangat menyenangkan
daripada berbelanja untuk diri sendiri. Selain
itu dengan berbelanja untuk orang lain baik itu
keluarga atau teman adalah sesuatu yang
istimewa sehingga dengan demikian mereka
merasa senang.
Ha5: Terdapat pengaruh Role Shopping terhadap
keputusan berkunjung
H05: Tidak terdapat pengaruh Role Shopping
terhadap keputusan berkunjung
6. Value Shopping dimana konsumen menganggap
bahwa berbelanja merupakan suatu permainan
yaitu pada saat tawar menawar harga, atau pada
saat konsumen mencari tempat perbelanjaan
yang menawarkan diskon, obralan, ataupun tempat
perbelanjaan dengan harga yang murah.
Ha6: Terdapat pengaruh Value Shopping terhadap
keputusan berkunjung
H06: Tidak terdapat pengaruh Value Shopping
terhadap keputusan berkunjung
Keputusan
Jika nilai Sig > 0.05 maka H0 diterima.
Sedangkan jika sig < 0.05 maka Ha diterima.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
deskriptif. Penelitian kuantitatif deskriptif yaitu hasil
penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis
untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang
dilakukan adalah penelitian yang menekankan
analisisnya pada data-data numeric (angka),
dengan menggunakan metode penelitian ini akan
diketahui hubungan yang signifikan antara variabel
yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang
diteliti (Sugiyono, 2012). Tujuan survey yang di
lakukan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk
menggambarkan bagaimana pengaruh type hedonic
shopping motivation pada keputusan berkunjung
tourist shopper di Grand Indonesia Shopping Town.
Untuk data yang digunakan pada penelitian
ini adalah data primer melalui survey lapangan ke
Grand Indonesia dan wisatawan sedangkan data
sekunder yang diperoleh dari internet buku dan lainnya.
Pengumpulan data primer dilakukan langsung dari
responden melalui kuesioner dan wawancara langsung
kepada wisatawan yang sedang berkunjung ke Mall
Grand Indonesia. Adapun data primer yang
dikumpulkan adalah Data karakteristik responden.
Data sekunder yang dikumpulkan didapat dari
berbagai sumber seperti internet dan buku.
Responden atau sampel dalam penelitian ini
sebanyak 100 responden wisatawan yang sedang
Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita
38 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
berkunjung di Mall Grand Indonesia. Untuk teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini maka
digunakan teknik random sampling yang dimana semua
individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri
atau bersamaan diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih satu anggota sampel (Sugiyono, 2003).
Dalam penelitian ini digunakan teknik
pengukuran skala likert yaitu untuk digunakan
dengan mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2012) jawaban setiap
instrument penelitian yang menggunakan skala
likert memiliki gradasi jawaban dari sangat positif
sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-
kata antara lain: sangat tidak setuju (STS), tidak
setuju (TS), netral (N), setuju (S), sangat setuju (SS).
Adapun untuk pengukuran variabel sebanyak
26 item: (Diadaptasi dari Susanti, 2014)
Tabel 3.2 Indikator Variabel
No Variable Indikator Skala
pengukuran
1 Adventure Shopping
Motivasi untuk merasakan kegiatan belanja seperti sedang berpetualang
Motivasi untuk merasakan semangat ketika melakukan kegiatan belanja
Motivasi untuk merasakan belanja seperti berada di tampat yang baru/berbeda
Likert 1-5
2 Gratification
Shopping
Motivasi untuk mengembalikan mood yang rusak dengan cara melakukan wisata belanja
Motivasi untuk mengurangi stress dengan cara melakukan wisata belanja
Motivasi untuk melakukan wisata belanja sebagai cara menyenangkan diri secara khusus
Likert 1-5
3 Idea
Shopping
Motivasi untuk mengetahui tren yang berlangsung dengan cara melakukan wisata belanja
Motivasi untuk mengikuti mode yang sedang berkembang dengan cara melakukan wisata belanja
Motivasi wisatawan untuk membeli produk terbaru
Likert 1-5
4 Role
Shopping
Motivasi melakukan wisata belanja dengan tujuan membelikan barang untuk orang lain
Motivasi melakukan wisata belanja dengan tujuan merasa senang ketika orang lain senang dengan barang yang kita belikan
Motivasi melakukan wisata belanja untuk mencari hadiah yang sempurna bagi orang lain
Likert 1-5
5 Social
Shopping
Motivasi untuk melakukan wisata belanja dengan tujuan bersosialisasi dengan teman/keluarga
Motivasi untuk melakukan wisata belanja dengan tujuan bersosialisasi dengan orang lain
Motivasi untuk merasakan kebersamaan saat melakukan kegiatan belanja
Likert 1-5
6 Value
Shopping
Motivasi melakukan kegiatan wisata belanja karena adanya diskon
Motivasi melakukan wisata belanja untuk mencari barang-barang yang sedang didiskon
Motivasi melakukan wisata belanja untuk mencari harga yang sesuai
Likert 1-5
7 Keputusan Berkunjung
Berkunjung karena keunggulan wisata belanja di Grand Indonesia
Berkunjung karena kepopuleran wisata belanja di Grand Indonesia
Berkunjung karena kestrategisan wisata belanja di Grand Indonesia
Berkunjung karena intensitas kunjungan ke wisata belanja di Grand Indonesia
Berkunjung karena melakukan kunjungan saat waktu luang
Likert 1-5
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 39
Berkunjung karena melakukan kunjungan pada saat weekend
Berkunjung karena melakukan kunjungan pada saat weekdays
Berkunjung karena melakukan kunjungan pada saat hari libur nasional/libur sekolah
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian
yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu
instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan
instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian
(Sugiyono, 2006). Pendekatan yang dilakukan adalah
menghubungkan suatu construct. Dimana suatu indikator
dipandang “valid” sepanjang sesuai dengan telaah.
Nilai sig diatas < 0.05 yang berarti setiap indikator-
indikator tersebut dapat digunakan untuk mengukur
ketujuh variabel yaitu Adventure Shopping, Gratification
Shopping, Idea Shopping, Role Shopping, Social
Shopping, Value Shopping, Keputusan Berkunjung.
Uji reliabilitas merupakan suatu pengujian
terhadap konsistensi, akurasi prediktabilitas alat
ukur (Sugiyono, 2006). Reliabiltas adalah istilah
yang dipakai untuk menunjukan sejauh mana
hasil pengukuran relative konsisten apabila
pengukuran diulang dua kali atau lebih. Realibiltas
diuji dengan menggunakan inter-item consistency
reliability yang melihat cronbach’s coficient alpha
sebagai efisiensi dari reliabilitas.
Diketahui bahwa nilai dari cronbach alpha semua
variabel lebih besar dari 0.6 sehingga dapat dikatakan
bahwa seluruh variabel dan dapat digunakan untuk
melihat pengaruh Adventure Shopping, Gratification
Shopping, Idea Shopping, Role Shopping, Social
Shopping, Value Shopping, Keputusan Berkunjung.
Penelitian ini dengan menggunakan software SPSS
(Statistical Package for Social Science). Dengan
teknik analisis menggunakan SEM (Structural Equation
Modelling), dengan Software AMOS 18.
HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil temuan pengolahan yang
dilakukan dengan menggunakan SEM (Structural
Equation Modelling) dengan Software AMOS 18 maka
terlihat beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan
dari pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Temuan Pengolahan Data SEM
No Variabel P-Value Keterangan
1 Keputusan Berkunjung Adventure Shopping ,101 >0,05 H0 diterima
2 Keputusan Berkunjung Gratification Shopping ,124 >0,05 H0 diterima
3 Keputusan Berkunjung Idea Shopping *** <0,05 Ha diterima
4 Keputusan Berkunjung Role Shopping ,915 >0,05 H0 diterima
5 Keputusan Berkunjung Social Shopping ,006 <0,05 Ha diterima
6 Keputusan Berkunjung Value Shopping ,139 >0,05 H0 diterima
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Keterangan: Ha: Jika P-Value pengujian memiliki nilai < 0,05 maka terdapat pengaruh yang di timbulkan. H0: Jika P-Value pengujian memiliki nilai > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang di timbulkan. Hipotesis 1 Ha1: Terdapat pengaruh adventure shopping terhadap keputusan berkunjung. H01: Tidak terdapat pengaruh adventure shopping terhadap keputusan berkunjung.
Dilihat dari signifikan sebesar 0,101 > 0,05 maka H0 diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari adventure shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan bahwa berbelanja didasarkan pada rangsangan, petualangan dan perasaan yang menyenangkan dan menurut Arnold dan Reynolds (2003) adventure shopping ialah suatu bentuk eksperimen dalam konteks petualangan belanja sebagai bentuk pengekspresian seseorang dalam berbelanja, akan tetapi di Grand Indonesia Shopping Town menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh.
Hal ini dikarenakan berbelanja di Grand Indonesia Shopping Town merupakan suatu hal yang biasa yang bisa dilakukan di pusat perbelanjaan lainnya sehingga tidak adanya kelebihan tersendiri
Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita
40 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
serta pengunjung tidak memiliki rangsangan yang berlebih pada saat melakukan kegiatan wisata belanja, sehingga tidak menimbulkan bentuk pengekspresian atau pengalaman yang lebih pada saat melakukan kegiatan wisata belanja.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di Grand Indonesia Salah satu faktor lain juga, mengapa indikator variabel adventure shopping ini tidak berpengaruh karena kebanyakan tourist shopper lebih senang untuk sekedar leisure saja sehingga tidak adanya rangsangan yang berlebih pada saat melakukan kegiatan wisata belanja beberapa dari sebagian tourist shopper yang peneliti wawancarai juga berpendapat bahwa mereka berkunjung karena faktor diajak teman atau keluarga menjadikan suatu keharusan apalagi masyarakat kota sekarang lebih cenderung menghabiskan waktu luangnya memilih untuk pergi ke mal. Hipotesa 2 Ha1: Terdapat pengaruh gratification shopping terhadap keputusan berkunjung. H02: Tidak terdapat pengaruh gratification shopping terhadap keputusan berkunjung.
Dilihat dari signifikan sebesar 0,124 > 0,05 maka H0 diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari gratification shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan berbelanja sebagai suatu kegiatan untuk mengurangi mood yang buruk atau stres dan berbelanja sebagai cara istimewa untuk memanjakan diri dan menurut teori Arnold dan Reynold (2003) gratification shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja dimana keterlibatan seseorang dalam berbelanja dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan stres sebagai alternatif untuk menghilangkan mood negatif dan berbelanja digunakan untuk memperbaiki mental, akan tetapi di Grand Indonesia Shopping Town menunjukkan tidak adanya pengaruh.
Hal ini karena tourist shopper yang berkunjung ke Grand Indonesia Shopping Town tidak merasakan berbelanja dapat mengembalikan mood yang rusak karena menurut sebagian besar tourist shopper, mengembalikan mood dapat dilakukan dengan cara lain, misalnya bermain game, menonton atau traveling. Selain itu sebagian besar dari tourist shopper beranggapan bahwa berbelanja tidak dapat mengurangi tingkat stres mereka, hal ini dikarenakan berbelanja bukan merupakan cara menyenangkan diri secara khusus.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di Grand Indonesia pada dasarnya menurut sebagian besar tourist shopper, anggapan bahwa belanja dapat menghilangkan stres rupanya hanya isapan jempol. Sebaliknya, berbelanja untuk
menghilangkan stres alias retail therapy justru hanya akan menambah stres. Para tourist shopper penggila belanja yang membeli barang-barang mahal untuk menyenangkan hati saat mengalami masalah cenderung akan tetap mengalami stres. Menghilangkan stres dan rasa sedih dengan berbelanja kerap dinilai tidak efektif dan sifatnya hanya sementara.
Berbelanja saat stres juga hanya akan merusak kontrol diri para konsumen. karena pada saat stres, keinginan berbelanja secara impulsif akan semakin meningkat, sehingga cenderung membeli benda-benda yang sebenarnya tidak diperlukan. Saldo rekening yang menyusut atau tagihan kartu kredit kian menggunung tentu akan membuat stres tidak kunjung reda. Pemanjaan terhadap naluri konsumtif seseorang dapat membuat boomerang tersendiri kebiasaan belanja akan membuat perasaan gembira yang berlebihan. Namun, setelah itu mereka mengalami kekecewaan, depresi dan kurangnya rasa puas. Maka, dari indikator-indikator gratification shopping seperti ini tidak berpengaruh terhadap keputusan berkunjung di Grand Indonesia Shopping Town.
Hipotesa 3 Ha3: Terdapat pengaruh idea shopping terhadap keputusan berkunjung. H03: Tidak terdapat pengaruh idea shopping terhadap keputusan berkunjung.
Dilihat dari signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka Ha diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Idea shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan bahwa berbelanja untuk tetap mengikuti tren dan mode terbaru yang sedang berlangsung juga untuk melihat inovasi terbaru. Sedangkan Arnold dan Reynolds (2003) mengatakan bahwa idea shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja yang digunakan untuk mengetahui tren terbaru sebagai contoh pada produk-produk fashion. Sesuai dengan kedua teori tersebut adanya pengaruh di Grand Indonesia Shopping Town.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada para tourist shopper yang peneliti temukan di lapangan, hal ini dikarenakan responden yang berkunjung ke Grand Indonesia Shopping Town merasa jika dengan melakukan kegiatan berbelanja pengunjung lebih mengetahui tren-tren yang berlangsung. Dikarenakan, Grand Indonesia Shopping Town merupakan salah satu mal terlengkap yang memiliki nilai prestisius sehingga pengunjung yang datang merasa memiliki kebanggaan tersendiri dan dengan melakukan wisata belanja di Grand Indonesia tourist shopper dapat mengikuti mode
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 41
atau tren yang sedang berkembang seperti mengetahui fashion-fashion terbaru.
Para tourist shopper yang sangat memperhatikan penampilan ini biasanya kebanyakan wanita-wanita muda dari kalangan metropolitan dan para remaja. Para tourist shopper ini melakukan kegiatan berbelanja untuk mendapatkan produk terbaru, mereka mengikuti perkembangan trend baju dan selalu ingin mendapatkan baju-baju yang sedang trend. Kecenderungan perilaku konsumtif di Indonesia ini tidak hanya terjadi pada masyarakat golongan ekonomi mapan, tetapi juga dari mereka yang finansialnya yang tidak memadai. Demi mendapatkan produk terbaru, termasuk pakaian baru, golongan masyarakat tak mampu itu rela berhutang (Gewati, 2017) . Kehadiran merek-merek mewah dan juga kelas menengah internasional lainnya seperti Massimo Dutti, Stradivarius, Mango, sekaligus menguatkan posisi Grand Indonesia Shopping Town ini sebagai salah satu destinasi wisata belanja di Jakarta.
Jadi, indikator-indikator idea shopping menurut teori Mayer dan Wilkinson (2003) dan Arnold dan Reynold (2003) berpengaruh terhadap keputusan berkunjung di Grand Indonesia Shopping Town.
Hipotesa 4 Ha4: Terdapat pengaruh role shopping terhadap keputusan berkunjung. H04: Tidak terdapat pengaruh role shopping terhadap keputusan berkunjung.
Dilihat dari signifikan sebesar 0,915 > 0,05 maka H0 diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari role shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan bahwa berbelanja untuk suatu kesenangan sebagai individu yang memiliki peranan dan arti penting dalam suatu komunitas. Hal ini terjadi ketika seseorang berbelanja untuk orang lain. Menurut teori Arnold dan Reynold (2003) role shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja untuk memperoleh produk yang terbaik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Akan tetapi, penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh. Hipotesa 5 Ha5: Terdapat pengaruh social shopping terhadap keputusan berkunjung. H05: Tidak terdapat pengaruh social shopping terhadap keputusan berkunjung.
Dilihat dari signifikan sebesar 0,006 < 0,05 maka Ha diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada social shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003), kategori ini
menjelaskan bahwa berbelanja dilakukan untuk memperoleh kegembiraan dengan anggota keluarga dan teman. Arnold dan Reynold (2003) mengatakan bahwa social shopping merupakan suatu bentuk kegiatan belanja untuk mencari kesenangan yang dilakukan bersama dengan teman atau keluarga dengan tujuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang di lakukan peneliti di Grand Indonesia ini hal ini dikarenakan tourist shopper yang berkunjung ke Grand Indonesia Shopping Town merasa bahwa tujuan mereka untuk melakukan kegiatan wisata berbelanja untuk bersosialisasi dengan orang lain, teman dan sanak keluarga karena di Grand Indonesia Shopping Town terdapat banyak tempat-tempat yang nyaman dan populer dan sangat tepat untuk dijadikan tepat berkumpul.
Grand Indonesia Shopping Town memiliki banyak fasilitas menarik untuk pengunjung yang memiliki minat dan ketertarikan yang berbeda mulai dari restoran, karaoke, bioskop, salon, toko buku dan tempat olahraga. Restoran merupakan tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga atau teman. Banyaknya pilihan restoran-restoran yang menjual citarasa yang enak dan unsur estetika dalam menu yang disajikan juga menarik sehingga cafe dan resto tersebut dapat menarik para pengunjung.
Grand Indonesia juga merupakan yang pertama memiliki wahana Magic Fountain Show, tempat air mancur menari dan bernyanyi yang dipertunjukkan setiap satu jam sekali dengan pertunjukan, dan warna warni lampu dan tidak dikenakan biaya yang memanjakan mata para pengunjung yang ada di sana. Mal tidak hanya dirancang sebagai tempat belanja, juga digunakan untuk tempat hangout kalangan. Sarana lengkap mulai resto, butik fesyen sampai salon spa mendukung Grand Indonesia sebagai tempat alternatif hangout. Seiring pola gaya hidup masyarakat urban, mall saat ini sudah menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi hal ini didukung dengan kehadiran mal-mal kelas premium seperti Grand Indonesia Shopping Town di Ibu Kota. Kehadiran kualitas tempat hangout di mal semakin digemari masyarakat kelas menengah atas karena memiliki standar sesuai gaya hidupnya.
Masyarakat urban di kota besar seperti Jakarta dengan pola hidup tinggi menjadikan mal sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain masalah penampilan, gaya hidup juga menjadi bagian penting. Jadi, indikator-indikator idea shopping menurut Mayer dan Wilkinson (2003) dan Arnold dan Reynold (2003) berpengaruh terhadap keputusan berkunjung di Grand Indonesia Shopping Town.
Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita
42 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Hipotesa 6 Ha6: Terdapat pengaruh value shopping terhadap keputusan berkunjung. H06: Tidak terdapat pengaruh value shopping terhadap keputusan berkunjung.
Dilihat dari signifikan sebesar 0,139 > 0,05 maka H0 diterima. Karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari value shopping terhadap keputusan berkunjung. Menurut Mayer dan Wilkinson (2003) kategori ini menjelaskan bahwa berbelanja dilakukan untuk mencari potongan harga maupun keuntungan lain. Sedangkan menurut Arnold dan Reynold (2003), value shopping merupakan suatu kegiatan belanja untuk memperoleh nilai (value) seperti yang diakibatkan karena adanya discount, promosi penjualan dan lain sebagainya, akan tetapi di Grand Indonesia Shopping Town menunjukkan tidak adanya pengaruh.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti hal ini dikarenakan Grand Indonesia Shopping Town termasuk pusat belanja mewah di Jakarta sehingga bagi sebagian besar pengunjungnya, harga atau uang yang dikeluarkan bukan merupakan pertimbangan utama. Sebagian besar tourist shopper melakukan kegiatan wisata belanja tidak untuk berburu barang-barang diskon, apalagi menurut mereka barang-barang yang didiskon biasanya adalah keluaran tahun lalu yang trennya sudah lewat atau barang yang memiliki cacat tetapi tetap dijual.
Para tourist shopper lebih cenderung memilih berbelanja pada saat memiliki waktu luang, sehingga lebih leluasa untuk menemukan barang yang bagus dan harga yang sesuai. Maka, indikator-indikator value shopping menurut Mayer dan Wilkinson (2003) dan Arnold dan Reynold (2003) tidak berpengaruh terhadap keputusan berkunjung di Grand Indonesia Shopping Town.
SIMPULAN
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian dan
pengujian dengan SEM (Structural Equation Modeling)
yang dilaksanakan mengenai pengaruh type hedonic
shopping motivation terhadap keputusan berkunjung
tourist shopper, dapat diambil kesimpulan bahwa
hedonic shopping motivation yang terdiri dari
adventure shopping, gratification shopping, idea
shopping, role shopping, social shopping, dan
value shopping memiliki pengaruh terhadap keputusan
berkunjung tourist shopper.
Setelah di uji menggunakan spss dan AMOS
menunjukan dari keenam variabel mendapatkan
penilaian mulai dari yang sangat tidak berpengaruh
sampai sangat berpengaruh jika diurutkan ialah
role shopping (,915), value shopping (,139), gratification
shopping (,124), adventure shopping (,101), social
shopping (,006), idea shopping (***). Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa yang paling tidak
berengaruh ialah variabel role shopping dan
hanya terdapat dua dimensi yang berpengaruh
terhadap keputusan berkunjung tourist shopper,
yaitu idea shopping dan social shopping.
Sehingga type hedonic shopping motivation
terhadap keputusan berkunjung tourist shopper di
Jakarta khususnya di pusat perbelanjaan modern
seperti Mal hanya dua dimensi yang perlu diperhatikan
untuk dapat menarik wisatawan berkunjung yaitu
idea shopping dan social shopping. Idea shopping
merupakan kegiatan belanja yang digunakan untuk
mengetahui tren terbaru sebagai contoh pada
produk-produk fashion maka diharapkan Mal yang
ada di Jakarta dapat menyediakan tren atau mode
terbaru sehingga keputusan berkunjung tourist
shopper dapat meningkat.
Selain itu dilihat dari social shopping yang
merupakan suatu bentuk kegiatan belanja untuk
mencari kesenangan yang dilakukan bersama
dengan teman atau keluarga dengan tujuan untuk
berinteraksi dengan orang lain. Maka diharapkan
Mal yang ada di Jakarta juga dapat memberikan
suasana atau kegiatan belanja untuk bisa dilakukan
bersama-sama dengan teman atau keluarga sehingga
keputusan berkunjung tourist shopper juga dapat
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
AA.Yempormase.2013. Landasan Konseptual
Perencenaan & Perancangan Yogya City
Walk sebagai Kawasan Ciri Khas Wisata
Kuliner & Fashion yang Berkonsep Green
Architecture di Yogyakarta. http://e-
journal.uajy.ac.id/3877/3/2TA13261.pdp.
A.Hari Karyono. 1997. Kepariwisataan. Jakarta:
Grasindo.
Anonymous. 2015. Online. http://www.kompasiana.com/
backpakerjakarta/10-mall-terbaik-di-jakarta.
Diakses 6 April 2016.
Anonymous. 2015. Online. http://anekatempatwisata.com/
15-mall-di-jakarta-yang-wajib-dikunjungi/.
Diakses 6 April 2016.
Arikunto, S . 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 43
Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,. Penerbit
PT Rineka Cipta, Jakarta.
Arnold, M. J. & Reynolds, K. E. 2003. Hedonic shopping
motivations. Journal of Retailing, 79, 77-95.
Babin, B.J., Darden, W.R. and Griffin, M. 1994,
“Work and/or fun: measuring hedonic and utilitarian
shopping value”, Journal of Consumer
Research, Vol. 20 No. 4, pp. 644-56.
BlackWell, R. D., James F. E., Paul W.M., 1994.,
Perilaku Konsumen, The Dryden Pres, 1992,
Bina Aksara, Jakarta.
Budi, B. 2000, Pariwisata Indonesia Menuju World
Class Tourism,. Jurnal Akutansi dan Manajemen.
Brierley, J. A. 2006. Applications of Costs In Make-
Or-Buy Decisions An Analysis. Journal Management.
Cinjarevic, M., Tatic, K., and S. Petric. 2011. See It,
Like It, Buy It! Hedonic Shopping Motivations and
Impulse Buying. Journal of Economics and Business.
Correia, A. dan G. I. Crouch. 2008. A Study of
Decision Processes. Andi. Yogyakarta.
Dawson, S., Bloch, P.H., and Ridgway, N.M. 1990.
“Shopping Motive, Emotional States, and
Retail Outcome”. Journal of Retailing, 66
(Winter): 408-427.
Engel, J. F. R. D., Blackwell, dan Paul W. M. 1994.
Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid 1.
Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.
Fandeli, C. 2001. Dasar-dasar Manajemen
Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.
Gilbert, D. 2011. Retail Marketing Management.
Edisi Kedua. Prentice Hall. New Jersey.
Gewati, M. 2017. Lebaran, Baju Baru dan Budaya
Orang Indonesia. http://nasional.kompas.com/
read/2017/06/26/12000091/lebaran.baju.bar
u.dan.bidaya.konsumtif.orang
Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling
dengan Lisrel 8.80 edisi II. Semarang.
Penerbit: Universitas Diponegoro.
Halni, M. 2010. Definisi penataan PKL, definisi wisata
belanja, dan definisi temporer. Online. Tersedia
di:http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/457/jbptu
nikompp-gdl-musrihalni-22840-3-unikom_m-i.pdf.
Diakses 9 April 2016.
Husaini, U., Purnomo,S. A., 2008, Metodologi
Penelitian Sosial,. Bandung: Bumi Aksara.
J.Setiadi, N. 2008. Perilaku Konsumen. Kencana.
Jakarta.
Japarianto, E. 2010. Analisa Faktor Type Hedonic
Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk
Kepuasan Tourist Shopper di Surabaya.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Vol.12, No.1, Maret 2010: 76-85.
Keng Neo, L.W. dan Kok Wing 2005, The 4Rs of
ASIAN Shopping Centre Management, PT Bhuana
Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Kotler, A. 2009. Marketing an Introduction, Ninth
Edition. New Jersey: Prentice Hall.
[WTO] World Tourism Organization.2002. World
Ecotourism Summit – Final Report. World
Tourism Organization dan United Nnations
Environment Programme, Spain
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran.
Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.
Kowinski W. Severini,1985, The Mailing of
Amerika: An Inside Look at the Great
Consumer Paradise.
Levy, Michael; Weitz, Barton A. 2004. Retailing
Management. USA: Richard D Irwin, Inc.
Leasing Retail Space, Chicago: Institute of
Real Estate Management, 1990.
Marpaung, Happy dan Herman Bahar. 2000.
Pengantar Pariwisata. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Mayer & Wilkinson, 2003. A cluster of retail outlets
under a single roof that collectively handle a
varied assortment of goods, satisfying most
of the merchandise needs of consumers
within convenient traveling times of their
homes or places of work. New Jersey:
Prentice Hall Inc.
Mbulu, Y.P., 2014. Daya Saing Shopping Mall
sebagai Atraksi Wisata Belanja di Jakarta.
Jurnal Kepariwisataan Indonesia vol. 9. No 3. 2014.
Moh Nazir, 2011. Metode Penelitian. Cetakan 6.
Bogor: Penerbit Ghalia.
Morrison, A. 2008. Hospitality and Travel
Marketing. Edisi Kelima. Ahli Bahasa
Sulistiyani. Salemba Empat. Jakarta.
Muslim,A dan Rusyanto, E .2015.Jakarta kota
belanja dunia, November 08,2015. Online:
http://www.beritasatu.com/food-travel/320513
-jakarta-kota-belanja-dunia-1.html diakses 1
April, 2016, pukul 12:45 WIB.
PATA. 2015. TripAdvisor Names Best Cities in Asia
for Holiday Shopping. Online: https://www.pata.org/
tripadvisor-names-best-cities-in-asia-for-holiday
-shopping/
Pitana, I G. 2010. Sosiologi Pariwisata. Andi
Offset. Yogyakarta.
Yustisia Pasfatima Mbulu, Raisya Kurnia Maidina, Nungky Puspita
44 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Pricilla W.J. 2010. Pemetaan Persepsi Konsumen
Tourist Shopper Terhadap Retail Mix Ditinjau
Dari Hedonic Shopping Motivation di Surabaya.
Skripsi. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Sim, L.L.1992. Overview of Recent Developments and
Policies in Retail Planning Singapore. Makalah
pada Seminar Changing Face of Retail
Development and Planning in Singapore, National
University of Singapore, 15 April 1992.
Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwista. Jakarta:
Gramedia.
Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, .2008. Metode Penelitian Kunatitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1,
Bandung: Alfabeta.
Susanti, D. F. 2014. Pengaruh hedonic shopping
motivation terhadap keputusan berkunjung di
wisata belanja Kota bandung. Skripsi.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Sutrisno, H. 1998. Analisis Regresi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Swarbrooke, J. dan S. Horner. 2007. Customer
Behaviour in Tourism. Edisi Kedua. Elsevier, Ltd
Swarbrooke, John and Horner, Susan. 2003.
Consumer Behaviour in Tourism.
Butterworth-Heinemann: Oxford.
Undang-Undang Republik Indonesia no 9 tentang
kepariwisataan, Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 ayat 1 dan 2
Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 tahun 2000.
Wolfinbarger, M., and Gilly, M.C. 2003. eTailQ:
Dimensionalizing, measuring, and predicting e-tail
quality. Journal of Retailing. Vol.79, 183-198.
Yoeti. Oka. A. 1995. Pengantar Ilmu Kepariwisataan
Edisi 1. Yogyakarta Erlangga.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 45
BIODATA PENULIS
Heryanti Utami
Saat ini aktif mengajar di Program Studi Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta.
Email: [email protected]
Mordahai Siburian Menyelesaikan S1 Pariwisata Program Studi Pariwisata di Universitas Pancasila pada tahun 2017.
Anggi Khoirunnisa
Menyelesaikan S1 Pariwisata Program Studi Pariwisata di Universitas Pancasila pada tahun 2017.
Yustisia Pasfatima Mbulu
Alumnus Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti dan London School of PR ini merupakan staf pengajar
di Fakultas Pariwisata Universitas Panacasila. Sesuai latar belakangnya, Yustisia menaruh minat kuat
pada penelitian-penelitian di bidang hospitaliti dan urban tourism. Email: [email protected]
Nungky Puspita
Sarjana ekonomi dari Universitas Trisakti ini menekuni dunia hospitaliti setelah meraih Magister
Manajemen bidang Hospitality dari Universitas Trisakti. Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan
Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila. Email: [email protected]
Meiti Azmi Efenly
Menyelesaikan S1 Pariwisata Program Studi Pariwisata di Universitas Pancasila pada tahun 2015.
Yuwana M Marjuka
Saat ini sebagai Guru Besar tidak tetap Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila. Email:
Devi Roza K. Kausar
Doctor of Philosophy di bidang International Development, Universitas Nagoya. Saat ini menjabat
sebagai Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila. Email: [email protected]
Journal of Tourism Destination and Attraction
46 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 47
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
JOURNAL OF TOURISM DESTINATION AND ATTRACTION
Jurnal Tourism Destination and Attraction
merupakan media untuk publikasi tulisan asli
yang berkaitan dengan pariwisata secara luas,
dalam Bahasa Indonesia. Naskah dapat berupa:
hasil-hasil penelitian mutakhir (paling lama 5
tahun yang lalu), ulasan (review), analisis kebijakan
dan hasil awal penelitian (preliminary result).
Naskah yang diterima adalah naskah yang
belum pernah dimuat atau tidak sedang
dalam proses publikasi dalam jurnal ilmiah
nasional maupun internasional lainnya.
FORMAT
Agar naskah dapat dipublikasikan,
penulis diharapkan untuk mengikuti format
yang telah ditentukan. Naskah termasuk
Abstrak diketik satu spasi pada kertas HVS
ukuran A4 (21 cm x 29.7 cm), format dua
kolom dengan pias 3, huruf Times New Roman
berukuran 12 point. Naskah diketik dengan
program Microsoft Word (.doc).
Setiap halaman diberi nomor secara
berurutan, maksimum 15 halaman termasuk
tabel dan gambar. Gambar dan tabel dalam
program aslinya (Microsoft Excel atau yang
lainnya) perlu disertakan dalam file terpisah
untuk mempermudah proses editing. File
Naskah dikirimkan melalui e-mail.
Journal of tourism destination and attraction
Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila
Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
12640
Telepon/fax: +62 21 78885779
e-mail: [email protected]
SUSUNAN NASKAH Halaman pertama dari naskah terdiri atas:
- Judul
- Nama lengkap penulis (beri tanda * pada
penulis untuk korespondensi)
- Alamat dan afiliasi penulis (termasuk
nomor telepon, nomor faksimili, dan alamat
e-mail penulis untuk korespondensi)
Halaman ke-2 terdiri atas:
- Judul
- Abstrak
- Kata kunci
Nama dan identitas penulis tidak boleh
dituliskan pada halaman ini.
Halaman selanjutnya terdiri atas:
1. Pendahuluan
2. Metode
3. Hasil dan Pembahasan
4. Kesimpulan
5. Ucapan Terima Kasih (bila ada)
6. Daftar Pustaka
Naskah berupa ulasan, analisis kebijakan,
dan catatan penelitian tidak harus ditulis
menurut susunan naskah hasil penelitian.
DEKRIPSI TIAP BAGIAN NASKAH
Halaman Judul
Judul dicetak tebal (bold) dengan huruf
kapital pada setiap awal kata, kecuali kata
sambung, antara lain dan, yang, untuk, di, ke,
dari, terhadap, sebagai, tetapi, berdasarkan,
dalam, antara, melalui, secara.
Judul maksimum terdiri atas 12 kata
(tidak termasuk kata sambung). Judul harus
mencerminkan hasil penelitian. Naskah dalam
Bahasa Indonesia harus disertai judul dalam
Bahasa Inggris yang dicetak tebal (bold) dan
miring (italic).
Di bawah judul, ditulis nama lengkap
(tidak disingkat) semua penulis beserta nama
dan alamat lembaga afiliasi penulis. Nama
penulis untuk korespondensi diberi tanda *.
Alamat untuk korespondensi dilengkapi
dengan kode pos, nomor telepon dan HP,
nomor faksimile, dan e-mail.
Journal of Tourism Destination and Attraction
48 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
Contoh penulisan judul, nama penulis,
dan alamat lembaga afiliasi penulis:
Manfaat dan Hambatan Pengembangan
Pariwisata Berbasis Masyarakat di
Perkampungan Budaya Setu Babakan
Benefits and Obstacles of Community Based
Tourism Development in Setu Babakan
Cultural Village
Gagih Pradini1, Devi Roza Kausar1*, dan
Faruk Alfian1
1Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila
Srengseng Sawah, Jagakarsa
Jakarta Selatan 12640, Indonesia
Abstract dan Keywords
Halaman ke-2 terdiri atas judul, abstrak
(abstract), dan kata kunci (keywords). Identitas
penulis tidak boleh disertakan pada halaman ini.
Ketentuan mengenai abstrak dan kata kunci adalah:
1. Paragraf yang dapat berdiri sendiri dan harus
mencakup pendahuluan singkat, tujuan, metode,
hasil, dan kesimpulan utama secara ringkas.
2. Implikasi hasil penelitian juga sebaiknya
tercantum dalam abstrak.
3. Tidak ada kutipan pustaka di dalam abstrak.
4. Abstrak ditulis dalam Bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia.
5. Abstrak dalam masing-masing bahasa terdiri
atas satu paragraf, maksimum 200 kata dan
diketik dalam dua spasi.
6. Kata kunci ditulis setelah abstrak, maksimum
5 kata selain kata dalam judul dan disusun
berurutan berdasarkan abjad.
Teks
Awal paragraf dimulai 5 indent dari sisi kiri
naskah. Penulisan sub judul (PENDAHULUAN,
METODE, HASIL DAN PEMBAHASAN,
KESIMPULAN, UCAPAN TERIMA KASIH,
dan DAFTAR PUSTAKA) ditulis di sisi kiri
dengan huruf kapital dan tidak menggunakan
nomor. Sub-sub judul ditulis di kiri halaman
dan huruf kapital di setiap awal kata.
Penulisan satuan menggunakan Standar
Internasional (SI). Satuan ditulis menggunakan
spasi setelah angka, kecuali untuk menyatakan
persen. Contoh: 37 oC, bukan 37oC; 0.8%,
bukan 0.8 %. Penulisan desimal menggunakan
titik (bukan koma), sedangkan penulisan ribuan
dipisahkan oleh tanda koma. Seluruh tabel
dan gambar harus dirujuk dalam teks.
Daftar Pustaka
Ketentuan untuk pustaka sebagai rujukan adalah:
1. Minimal 80% acuan adalah pustaka
primer (jurnal, paten, disertasi, tesis) yang
aktual (10 tahun terakhir),
2. Proporsi acuan jurnal minimal 10 jurnal,
3. Membatasi jumlah pustaka yang mengacu
pada diri sendiri (self citation), merujuk
pada minimal 1 naskah yang telah diterbitkan
di Jurnal Tourism Destination and Attraction,
4. Sebaiknya penggunaan pustaka di dalam
pustaka, buku populer, dan pustaka dari
internet dihindari
5. Pustaka dari internet yang dapat digunakan
adalah jurnal dan pustaka dari instansi
pemerintah atau swasta,
6. Makalah yang dipresentasikan di suatu
seminar atau simposium tetapi tidak
dipublikasi-kan dalam suatu prosiding
atau media publikasi ilmiah lain tidak
diperbolehkan sebagai rujukan,
7. Abstrak tidak diperbolehkan sebagai rujukan.
Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan
abjad dari nama akhir penulis pertama. Pustaka
dengan nama penulis (kelompok penulis)
yang sama diurutkan secara kronologis.
Apabila ada lebih dari satu pustaka yang
ditulis penulis (kelompok penulis) yang sama
pada tahun yang sama, maka huruf ‘a’, ‘b’ dan
seterusnya ditambahkan setelah tahun.
Beberapa contoh penulisan datar pustaka
adalah sebagai berikut:
Jurnal
Tang C. 2000. Limits to community participation
in the tourism development process in
developing countries. Tourism Management.
67:228-234.
Buku
Fennell D. 1999. Ecotourism: An Introduction.
London (UK): Routledge.
Journal of Tourism Destination and Attraction
Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987 49
Fennell D. 2002. Ecotourism Programme Planning.
London (UK): Routledge.
Holden A. 2000. Environment and Tourism.
London (UK): Routledge.
Prosiding dengan lembaga atau organisasi
sebagai pengarang
Kausar D, Gunawan M. 2015. Revitalizing
Tourism In The Heritage Land of Toraja:
Planning as A Process. Proceedings of
Tropical Tourism Outlook Conference.
Indonesia 29-31 July 2015.
Disertasi/Tesis
Firmansyah R. 2014. Pengembangan Wisata
Berkelanjutan di Pantai Gelung, Situbondo.
Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Internet
Badan Pusat Statistik. 2014. Yogyakarta
Dalam Angka 2014. http://www.bps.go.id
[11 September 2014].
Tabel
Seluruh tabel harus dirujuk dalam teks.
Tabel harus dituliskan dalam format tabel dari
Microsoft Excel (xls.) dan dimasukkan dalam
file terpisah dari teks.
Penomoran tabel adalah berurutan. Judul
tabel ditulis singkat namun lengkap. Judul dan
kepala tabel menggunakan huruf kapital pada
awal kalimat. Garis vertikal tidak boleh digunakan.
Catatan kaki menggunakan angka dengan kurung
tutup dan diketik superscript. Tanda * atau **
digunakan untuk menunjukkan tingkat nyata
berturut-turut pada taraf kesalahan 5 dan 1%.
Contoh penulisan tabel 1 kolom dan judulnya:
Tabel 1. Jumlah kedatangan wisatawan
mancanegara ke Indonesia menurut negara
tempat tinggal tahun 2013-2014
Negara asal Tahun 2013
(orang)
Tahun 2014
(orang)
Singapura 1,634,149 1,739,825
Malaysia 1, 430,989 1,485,643
Australia 997,984 1,128,533
Negara asal Tahun 2013
(orang)
Tahun 2014
(orang)
China 807,429 926,750
Jepang 491,574 525,419
Korea Selatan 343,627 370,142
Gambar
Seluruh gambar harus dirujuk dalam teks.
Gambar dan ilustrasi harus menggunakan
resolusi tinggi dan kontras yang baik dalam
format JPEG, PDF atau TIFF. Resolusi minimal
untuk foto adalah 300 dpi (dot per inch),
sedangkan untuk grafik dan line art adalah
600 dpi. Gambar hitam putih harus dibuat
dalam mode grayscale, sedangkan gambar
berwarna dalam mode RGB. Gambar dibuat
berukuran lebar maksimal 80 mm (satu kolom),
125 mm (satu setengah kolom), atau 166 mm
(dua kolom).
Gambar hitam putih atau berwarna
dengan keterangan di dalam gambar harus
jelas. Jika ukuran gambar diperkecil maka
semua tulisan harus tetap dapat terbaca.
Grafik statistik disertai dengan file data
sumbernya (program Microsoft Excel) untuk
memudahkan editing.
Prosedur Publikasi Penulis wajib mengisi form pernyataan
bahwa naskah belum pernah atau tidak sedang
diajukan untuk dipublikasikan di jurnal lain.
Seluruh naskah yang diterima akan
dikirimkan ke Dewan Editor untuk dinilai.
Dewan Editor berhak meminta penulis untuk
melakukan perbaikan sebelum naskah dikirim
ke penelaah. Editor juga berhak menolak
naskah jika naskah tidak sesuai dengan format
yang telah ditentukan.
Naskah akan ditelaah oleh minimum dua
orang ahli di bidang yang bersangkutan.
Dewan Editor akan menentukan naskah yang
dapat diterbitkan berdasarkan hasil penelaahan.
Hasil penelaahan diberitahukan kepada penulis.
Journal of Tourism Destination and Attraction
50 Volume IV No.2 Juni 2017, ISSN: 2339-1987
A