10
Martino Dwi Nugroho* Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta PERGESERAN GENDER PADA INTERIOR RUMAH TINGGAL DI KAWASAN JERON BENTENG YOGTAKARTA 23 One of the instruments incorporated for the construction of social reality is gender Javanese society traditionally embraces social concept of patriarchy The general Implication is that woman becomes a man s subordinate Broader implementation also can be comprehended from dissociation of social activities and rituals involving both men and women Viewed from the spatial perspective there are differences between man space and woman space This is based on the research conducted in Jeron Beteng an area in the city of Yogyakarta The analysis has resulted what follows 1 the sittingroom shows a friction once mastered by man now it turns into equation with indicators equal status ownership custom affection domestic duty execution and sittingroom domination influencing factors modernization attitude and emancipation respect 2 the livingroom also demonstrates a friction once a woman domain today it is accessible to man as well influencing factors communication marital status age work emancipation modernization moral and formal education and foreign culture 3 the kitchen witnesses an equal role for a woman and man regarding domestic duty openness and communication Woman however remains to be more dominant in kitchen although men have access in there influencing factors communications age work emancipation modernization moral and formal education . . ' . . , . , . :( ) ; : , , , ; : , .( ) ; , ; : , , , , , , , ,( ) , . , , ; : , , , , , . : , , , , Keywords gender interior sitting room livingroom kitchen | VOL.2 | EDISI 2 | 2008 ISSN 1978-0702 Pergeseran Gender Pada Interior Rumah Tinggal Di Kawasan Jeron Benteng Yogyakarta | hal 23 - 31 *Korespondensi penulis dialamatkan ke Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Telp/Fax: +62 274 417219 e-mail:[email protected] Pembicaraan tentang ruang tidak bisa lepas dari segi arsitekturalnya. Konteks ruang di sini berkaitan dengan rumah, yang disebut / oleh masyarakat Jawa. Pemahaman tentang rumah sama dengan pemahaman mengenai kehidupan suatu kelompok kebudayaan yang sering memancarkan suatu watak khas tertentu yang tampak dari luar. Rumah dalam kaitan ini merupakan suatu konsep orang Jawa dalam mengaktualisasikan diri, baik pribadi maupun sosial. Makna rumah lebih dari sekedar struktur bangunan fisik semata. Rumah adalah satuan simbolis, sosial dan praktis. Dalam pandangan masyarakat Jawa, keseimbangan antara hak dan kewajiban omah papan selalu berlangsung dalam ruang, waktu, makna dan pesan. Kebudayaan Jawa memiliki sistem kekerabatan yang unik, yang memperlihatkan kedudukan dan peran seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga, termasuk di dalamnya memperlihatkan sistem kekerabatan antara pria dan wanita, dimana dalam penelitian ini disebut sebagai relasi gender. Masyarakat Jawa secara tradisi menganut konsep sosial gender yang patriarkis. Implikasi secara umum adalah wanita menjadi subordinat pria. Oleh karena itu pewaris tahta kerajaan kecenderungannya adalah putera mahkota, bukan puteri.

JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PERGESERAN GENDER PADA INTERIOR RUMAH TINGGAL DI KAWASAN JERON BENTENG YOGTAKARTA

Citation preview

Page 1: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

Martino Dwi Nugroho*Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

PERGESERAN GENDERPADA INTERIOR RUMAH TINGGAL

DI KAWASAN JERON BENTENG YOGTAKARTA

23

One of the instruments incorporated for the construction of social reality is gender

Javanese society traditionally embraces social concept of patriarchy The general Implication is

that woman becomes a man s subordinate Broader implementation also can be comprehended

from dissociation of social activities and rituals involving both men and women Viewed from the

spatial perspective there are differences between man space and woman space This is based

on the research conducted in Jeron Beteng an area in the city of Yogyakarta The analysis has

resulted what follows 1 the sittingroom shows a friction once mastered by man now it turns

into equation with indicators equal status ownership custom affection domestic duty

execution and sittingroom domination influencing factors modernization attitude and

emancipation respect 2 the livingroom also demonstrates a friction once a woman domain

today it is accessible to man as well influencing factors communication marital status age

work emancipation modernization moral and formal education and foreign culture 3 the

kitchen witnesses an equal role for a woman and man regarding domestic duty openness and

communication Woman however remains to be more dominant in kitchen although men have

access in there influencing factors communications age work emancipation modernization

moral and formal education

.

.

' .

.

, .

, .

: ( ) ;

: , ,

, ; : ,

. ( ) ; ,

; : , , ,

, , , , , ( )

,

. , ,

; : , , , , ,

.

: , , , ,Keywords gender interior sitting room livingroom kitchen

| VOL.2 | EDISI 2 | 2008

ISSN 1978-0702Pergeseran Gender Pada Interior Rumah Tinggal

Di Kawasan Jeron Benteng Yogyakarta | hal 23 - 31

*Korespondensi penulis dialamatkan keProgram Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta,

Telp/Fax: +62 274 417219e-mail:[email protected]

Pembicaraan tentang ruang tidakbisa lepas dari segi arsitekturalnya. Konteksruang di sini berkaitan dengan rumah, yangdisebut / oleh masyarakat Jawa.Pemahaman tentang rumah sama denganpemahaman mengenai kehidupan suatukelompok kebudayaan yang ser ingmemancarkan suatu watak khas tertentuyang tampak dari luar. Rumah dalam kaitan inimerupakan suatu konsep orang Jawa dalammengaktualisasikan diri, baik pribadi maupunsosial. Makna rumah lebih dari sekedarstruktur bangunan fisik semata. Rumahadalah satuan simbolis, sosial dan praktis.

Dalam pandangan masyarakat Jawa,keseimbangan antara hak dan kewajiban

omah papan

selalu berlangsung dalam ruang, waktu,makna dan pesan. Kebudayaan Jawamemiliki sistem kekerabatan yang unik, yangmemperlihatkan kedudukan dan perans e s e o r a n g d i d a l a m k e h i d u p a nbermasyarakat dan berkeluarga, termasuk did a l a m n y a m e m p e r l i h a t k a n s i s t e mkekerabatan antara pria dan wanita, dimanadalam penelitian ini disebut sebagai relasigender.

Masyarakat Jawa secara tradisimenganut konsep sosial gender yangpatriarkis. Implikasi secara umum adalahwanita menjadi subordinat pria. Oleh karenaitu pewaris tahta kerajaan kecenderungannyaadalah putera mahkota, bukan puteri.

Page 2: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

24

dan salah satu pusat kebudayaan Jawa yangsekarang terkena dampak modernitas dalamsegala segi kehidupan. Salah satu hasilkebudayaan adalah rumah tinggal. Segalaaktifitas dan interaksi pada rumah tinggalterpentaskan dalam ruang-ruang. Konfigurasir u a n g d i k o n s e p k a n s e b a g a ipengejawantahan dari kekuasaan yangmengaturnya, maka akan selalu adakewenangan atas setiap ruang yang memilikiaturan. Pemahaman penghuni terhadapmakna yang terbentuk di dalam rumahnyaakan terwujud sebagai susunan ruang dantercermin dalam perilaku keseharian denganmengekspresikan pemahamannya terhadaprumah melalui penyusunan obyek maupunpenempatan tubuh dalam ruang. Dalamhubungan antara susunan ruang dantindakan ragawi, terdapat dua cara utamauntuk menyatakan suatu ruang secarapositif dengan mengartikulasikan pusatnyadan secara negatif dengan mendefinisikanbatasnya.

Jeron beteng adalah salah satukawasan dari Kota Yogyakarta yang menarikuntuk diteliti. Istilah Jeron Beteng biasadipakai untuk menyebut kawasan di bagiandalam benteng yang mengelilingi KeratonKasultanan Yogyakarta, yang menjadi situspusaka budaya utama di Kota Jogja.Kawasan ini memiliki pola tata ruang yangkhas, bangunan-bangunan bersejarah, sertapola tata nama yang masih lestari sejakpertama kali adanya sejak satu dua abadyang lampau. Kawasan Jeron Betengdibangun bersamaan dengan perkembanganpembangunan Karaton Ngayogyakarta yangdimulai pada tahun 1755 sebagai inti kotaYogyakarta atas perintah Sri SultanHamengku Buwono I untuk membuatperkampungan bagi para abdi dalem yanglangsung melayani kerumahtanggaanK r a t o n . J e r o n B e t e n g t e r m a s u kperkampungan pertama sejak Yogyakartaberdiri pada tahun 1765 (LaboratoriumArsitektur FT. UGM, 1970). Sehingga dapatdikatakan bahwa kawasan Jeron Betengmerupakan representas i dar i KotaYogyakarta dari aspek sosial budaya.

Karena letaknya yang berada disekeliling kraton maka kawasan ini sangatterpengaruh dengan tradisi kraton. Sebagaibagian dari suatu era, kawasan ini secara

setting

Implementasi lebih luas juga dapat dipahamidari pemisahan kegiatan sosial dan ritual bagipria dan wanita. Sehingga secara ruangterdapat perbedaan antara ruang bagi laki-laki dan ruang bagi perempuan. Bias gendertak pelak lagi membayangi pembahasantentang rumah tinggal ketika lelaki danperempuan berbagi peran di dalam setiapruangnya.

Secara umum, perbincanganmengenai gender tidak dapat terlepaskaitannya dengan relasi antara pria danwa n i ta , d i m an a p ad a d ew a sa in iperbincangan tersebut menghangat seiringdengan adanya kesadaran akan terjadinyaket impangan dalam hubungan dankedudukan antar gender.

Secara historis, relasi gender dalamm a s y a r a k a t J a w a t e r s e b u t j u g adirepresentasikan melalui ruang arsitektur,dalam hal ini diperlihatkan dalam konsep tataruang rumah tradisional Jawa pada masadahulu dimana konsep ruangnya masihdipengaruhi oleh pembatasan gender.Arsitektur sebagai salah satu produk budayamanusia adalah implementasi dari kondisikultural sosial dan psikologis masyarakat,demikian pula halnya pembagian genderyang terbentuk dari lingkungan sosial danps iko log is masyaraka t . Te r jad inyapergeseran kedudukan dan relasi gendermasyarakat Jawa pada masa sekarang yangdisebabkan antara lain oleh modernisasi,emansipasi wanita, dan masuknya pengaruhbudaya Barat, telah menggeser pola relasigender mengarah kepada persamaan derajatdan kedudukan. Pergeseran pola relasigender tersebut, khususnya yang terjadidalam keluarga Jawa, secara perlahan telahmenggeser konsep gender dalam rumahtinggal.

Sehingga menarik untuk ditelititerutama pada pergeseran konsep genderakibat dari perubahan sosial tersebut dalaminterior rumah tinggal terutama pada ruangtamu, ruang keluarga dan dapur, yang manaruang-ruang tersebut menurut konseparsitektural Jawa sangat kentara adanyapembatasan menurut gender, sejauh manapergeseran itu terjadi dan apa latarbelakangnya.

Yogyakarta merupakan salah satukota pewaris tradisi kerajaan Jawa, Mataram

| VOL.2 | EDISI 2 | 2008

ISSN 1978-0702

Page 3: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

25MARTINO DWI NUGROHO

Pergeseran Gender Pada Interior Rumah TinggalDi Kawasan Jeron Benteng Yogyakarta | hal 23 - 31

langsung ataupun tidak langsung juga akanterpengaruh oleh modernitas. Sehinggaterjadi penyesuaian-penyesuaian terhadapnilai budaya kesehariannya termasuk didalamnya soal menata dan pemanfaatanruang pada rumah tinggalnya. Persoalan inimenarik untuk diteliti terutama mengenaibagaimana pergeseran gender terjadi sertafaktor-faktor apakah yang menjadi latarbelakang perubahan tersebut.

Pada hari Kamis Pon tanggal 3 Sura,Wawu 1681 tahun Jawa, wuku Kuruwelut ataupada tanggal 9 Oktober 1755 Sri SultanHamengku Buwono I memerintahkan untukmembangun Karaton NgayogyakartaHadiningrat di desa Pacethokan dalam hutanBeringin. Setahun kemudian tepatnya padahari Kamis Pahing 13 Syura, Jimakir 1682tahun Jawa, wuku Julungwangi atau tanggal 7Oktober 1756 Sri Sultan Hamengku Buwono Ibeserta keluarganya memasuki KaratonNgayogyakarta Hadiningrat yang baru danuntuk sementara waktu menempati gedhongsedhahan. Peristiwa pindahnya Sri SultanHamengku Buwono I dari Ambarketawang keKaraton Ngayogyakarta Hadiningrat iniditandai dengan DwiNaga Rasa Tunggal, berupa dua ekor nagayang kedua ekornya saling melilit yangdiukirkan di atas atau

danMulai saat itu berbagai macam

sarana dan bangunan pendukung untukmewadahi aktivitas pemerintahan, baikkegiatan sosial, politik, ekonomi, budayamaupun tempat tinggal mulai dibangunsecara bertahap. Pembangunan KaratonNgayogyakarta Hadiningrat sebagai pusat( ) pengembangan Kota Yogyakartaselain memenuhi aspek fungsi juga didasariaspek politis, strategis, teknis dan filosofis

TINJAUAN TENTANG JERON BETENG

candra sengkala memet

banon renteng kelirbaturana kagungan dalem regol kemagangan

regol Gadhung Mlathi.

centrum

religius.Bersamaan dengan perkembangan

pembangunan Karaton NgayogyakartaHadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono Imemerintahkan juga untuk membangunkampung-kampung di sekeliling BaluwartiKraton dimulai dari perkampungan untukrumah asrama prajurit kraton dan perwiranya,perkampungan para abdi dalem yanglangsung melayani kerumahtanggaan kraton,perkampungan untuk para pejabat tingginegara, perkampungan untuk para ahli teknikkraton dan lain sebagainya. Untuk paraprajurit dan Bupati Nayaka berada diluarbenteng, sedangkan untuk para abdi dalemtetap berada di dalam kawasan jeronbenteng. Mereka menempati kampung-kampung yang sesuai dengan tugas yangdiembannya, misalnya :

a. Kampung Siliran, ditempati abdi dalemya n g m e m p u n ya i t u g a s

memelihara lampu.b. Kampung Gamelan, ditempati abdi

d a l e m ya n g b e r t u g a smemelihara kuda-kuda kerajaan.

c. Kampung Patehan, tempat abdi dalemyang mengurus minuman untuk kraton

d. Kampung Langenastran, tempat abdidalem selaku pengawalraja.

e. Kampung Kemitbumen, tempat abdidalem yang mempunyai tugas sebagaipembersih Kraton.

f. Kampung Pesidenan, tempat tinggalabdi dalem pesinden atau wiraswarayaitu mereka yang bertugas untukmenembangkan tembang-tembangJawa dalam upacara-upacara Kraton.

g. Kampung Nagan, tempat abdi dalemyang bertugas menabuh gamelan.

h. Kampung Suranatan, merupakantempat tinggal para abdi dalem yangbertugas dalam bidang keagamaan,yaitu sebagai ulama Kraton.

s i l i r

g a m e l

langenastra

Page 4: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

Gambar 1. Peta perkembangan kota Yogyakarta ( ) tahun 1756 – 1800Kawasan Jeron Benteng

Luas keseluruhan lahan KawasanJeron Benteng (Kecamatan Kraton) adalah1.40 km² dengan batas-batas wilayahnyaadalah: Kecamatan Gondomanan (SebelahUtara) , Kecamatan Gondomanan /Kecamatan Mergangsan (Sebelah Timur),Kecamatan Mantrijeron (Sebelah Selatan),dan Kecamatan Mantrijeron/KecamatanNgampilan (Sebelah Barat).

Jumlah populasi penduduk KecamatanKraton adalah 29.468 jiwa dengan kepadatanpenduduknya 20.049 jiw/km² terbagi dalam 3kelurahan (Panembahan, Patehan danKadipaten), 43 RW dan 175 RT. (lihat Gambar2)

Gambar 2. Denah Kecamatan Kraton tahun 1970 dan 2000

Rumah JawaMenurut Heinz Frick (1997:84),

masyarakat Jawa menganggap bahwa rumahsebagai tempat tinggal diungkapkan samadengan pribadi yang memilikinya. Sehinggamenurut Suryanto Sastroatmojo (2006: 31-32) penghidupan setiap insan lebih

jikalaujelas pula pusat kediamannya, sebagai“puser” dari kegiatan kulturalnya. Dalammakna yang lebih tinggi lagi, sesungguhnyaadalah representasi pemikiran dari pusat“lakon alam dan isinya”, karena padakenyataannya, dalem-dalem di Jawa saratdengan suci.

gumolong, genah, mapan, gumathok

piwulang

26 | VOL.2 | EDISI 2 | 2008

ISSN 1978-0702

Page 5: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

Gambar 3. Organisasi ruang pada rumah Jawa, Sumber: Heinz Frick (1997 : 87)

Pada rumah tinggal Jawa terdapatpembagian ruang-ruang berdasar gender.Misalnya bisa dilihat dari pendapat HeinzFrick (1997 : 86) bahwa

: timur rumah) untuk tidur kaum laki-lakidan : baratrumah untuk kaum perempuan. Sedangkanmenurut Revianto Budi Santosa (2000 : 211-215) Bagian depan sebuah rumahmerupakan wilayah yang berorientasi keluartempat prestise domestik dan keteraturansosial ditampilkan dalam bentuk perbedaan-perbedaan status dan formalitas. Menemuiorang lain sering diasosiasikan dengan laki-laki, karena laki-laki dianggap (ataumenganggap dirinya) sebagai pewakilan darirumah yang harus berhadapan dengan dunialuar. Sebagai figur teladan dalam rumahtangga, dia wajib memelihara prestisnya.Sedangkan Bagian dalam dari rumah, yangd iasos ias ikan dengan perempuan,merupakan tempat kaum perempuan secararutin melakukan tugas-tugas domestikmereka. Dalam ritus itu, perempuanmengemban kapasitas untuk menjagakesejahteraan keluarga dan akumulasikekuatan dalam rumah.

Di dalam perwujudannya dalamrumah tinggal, atau rumahbelakang

merupakan domain wanita,sedang adalah domain laki-laki.S e m e n t a ra m e r u p a k a nbatas/ruang transisi antara kedua domain diatas. Jadi meskipun sering disebutkan bahwa

Gandhok kiwa (wetanomah

gandhok tengen (kulon omah)

omah mburi(datem, senthong, gandhok, pawon

dan kulah)pendapa

p r i n g g i t a n

semakin ke belakang, bagian rumah Jawaakan semakin privat, tetapi peran genderdalam konteks budaya Jawa dalam hal inimasih sangat berperan.

Tjahjono (1989:71) mengemukakankonsep tentang rumah tinggal Jawa adalah

.Aktivitas yang berlangsungdi dalam rumah terbagi menjadi aktivitas rutin(kegiatan sehari-hari) dan non-rutin (kegiatanritual). Pembedaan gender di dalam ruang-ruang tidak berlaku tegas dalam aktivitas rutinyang melibatkan seluruh penghuni kecualidapur (area wanita), sentong dan ruangtengah (area pria dan wanita), pojok selatan-barat (area wanita), pojok selatan-timur (areapria). Biasanya dalam beraktivitas rutinpenghuni menghindari sentong tengahkarena dipercaya pusat spiritual dari rumahd a n k e g i a t a n r i t u a l , r u a n g y a n gmenghubungkan tanah dengan udara melaluiapi.

Dalam buku “”, Mansour Fakih (1996)

menjelaskan bahwa gender adalahperbedaan tingkah laku (

) antar jenis kelamin yangdikonstruksikan oleh masyarakat (

). Gender secara konseptualberbeda dengan jenis kelamin ( ), dia lebihbermakna sebagai perilaku sosial, sehinggauntuk memahami konsep gender harusdibedakan dengan pengertian jenis kelaminyang merupakan pemberian Tuhan (kodrat).

center and duality

Analisis Gender danTrasformasi Sosial

behaviouraldifferences

sociallyconstructed

sex

Tinjauan Tentang Gender

27MARTINO DWI NUGROHO

Pergeseran Gender Pada Interior Rumah TinggalDi Kawasan Jeron Benteng Yogyakarta | hal 23 - 31

Page 6: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

Sementara gender sifatnya bukan kodratTuhan dan bukan biologis, melainkandiciptakan oleh masyarakat melalui prosessosial dan budaya yang panjang. Jadi, genderadalah : “

”. Sehinggaidentifikasinya berupa maskulinitas danfeminitas. Maskulin adalah karakteristkseksual yang bersifat kelaki-lakian danfeminim adalah karakteristik seksual yangbersifat kewanitaan.

Menurut Trisakti Handayani danSugiarti (2006 : 5), konsep gender adalah sifatyang melekat pada kaum laki-laki danperempuan yang dibentuk oleh faktor-faktorsosial maupun budaya, sehingga lahirbeberapa fungsi dan peran yang dibedakanmenurut kedudukan, fungsi dan peranmasing-masing dalam berbagai bidangkehidupan. Sementara, Ivan Illich (1983:60-80) dalam kaitannya dengan pola ruangmengungkapkan bahwa pembedaan ruangatas dasar gender antar perempuan dan laki-laki merupakan pembedaan fungsi danperalatan yang digunakan. Gender sendirioleh Il l ich dipahami bukan sekedarperbedaan jenis kelamin, namun adanyasuatu cara pandang yang melekat pada tiapmanusia.

Dari segenap penelusuran tersebut,gender dapat dipahami sebagai suatupemahaman masyarakat tertentu yangberada pada ranah konseptual (abstrak)sekaligus memiliki bahasa simbol yangberupa atribut-atribut seperti pola ruang,e lemen arsi tektur dan sebagainya.Pemahaman gender juga berada padarentang yang luas, artinya pada suatukelompok masyarakat tertentu bisa terjadidikotomi pemahaman gender. Faktor penentuatau variabel pemahaman gender jugabermacam-macam, seperti usia, latarbelakang sosial-ekonomi, budaya dan politik.

Menurut Christina S. Handayani,Ardhian Novianto dalam buku “

” (2004), laki-laki menempatkan diripada posisi dominan, superordinat,sedangkan perempuan subordinat. Namundalam posisinya yang subordinat itu, wanitaJawa pada kenyataannya juga membuktikanbahwa mampu memberi peran/andil yangpenting dalam rumah tangga.

suatu sifat yang melekat pada kaumlaki-laki dan perempuan yang dikonstruksisecara sosial dan kultural

Kuasa WanitaJawa

Kaitannya dalam sebuah rumah,rumah bagi perempuan merupakan tempatdimana ia dapat berperan lebih besar danl e b i h b e b a s . S e p e n u h n y a d a p a tdikendalikannya termasuk dengan menatadan memelihara rumah. Keberhasilanmemenuhi tugas tersebut akan dinilai(biasanya oleh tetangga, keluarga danteman). Sulitnya untuk setiap perempuankarena dibelakangnya selalu ada citra “rumahideal”. Ideologi kedomestikan yangmenjelaskan bagaimana benda-bendaseharusnya ada dan terlihat, akan selalumempengaruhi apa yang dia kerjakan;bahkan ketika ia bereaksi melawannya,biarpun selalu dibatasi oleh uang, ruang danwaktu. Padahal rumah biasanya dibangunoleh laki-laki yang apada umumnya lebihsering tanpa konsultasi dengan perempuanyang nantinya akan paling banyak berperan dirumah.

Jenis penelitian ini adalah penelitiandeduktif kualitatif. Populasi pada penelitian iniadalah rumah tinggal-rumah tinggal diKawasan Jeron Benteng (Kecamatan Kraton)Yogyakarta. Pengambilan sampel penelitianmenggunakan teknik danmencakup dua aspek (Sanapiah, 1990:56-61) yaitu informan dan situasi sosial. Informanadalah subjek yang benar-benar mengetahuiinformasi yang dibutuhkan. Sementara situasisosial merupakan subjek yang akan diamatidalam hal ini bisa berupa tempat (rona),l i ngkungan sos ia l , o rgan isas i dansebagainya. Situasi sosial yang dimaksudkanadalah ruang tamu, ruang keluarga dan dapurdengan segala kegiatan yang ada didalamnya. Data yang telah dikumpuldianalisis dengan menggunakan analisiskualitatif. Dalam penelitian ini menggunakanteknik analisis data yang disebut dengan

, yaitu proses analisis yangsaling menjalin masih tetap dilakukan padawaktu pengumpulan data sudah berakhir dandilanjutkan sampai pada waktu penulisanlaporan peneli t ian berakhir. Prosesanalisisnya terbagi menjadi tiga komponenutama, yaitu reduksi data, penyajian data danverifikasi, penarikan kesimpulan (Sutopo,2002:91).

BAHAN DAN METODE

purposive sampling

flowmodel of analysis

28 | VOL.2 | EDISI 2 | 2008

ISSN 1978-0702

Page 7: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

HASIL DAN PEMBAHASAN

status adattugas domestikdominasi

Dari analisis tentang pergeserangender diketahui bahwa Ruang tamu padarumah tinggal masyarakat Jeron BetengKecamatan Kraton tidak seluruhnya berada di

, hanya sebagian saja yangmempunyai ruang tamu di , itupunsudah mengalami renovasi guna memenuhikebutuhan ruang dan keamanan. Dalaminterior ruang tamu yang berada di pendopoyang domain laki-laki maupun diyang merupakan batas transisi antara keduadomain di rumah tinggal masyarakat kawasanJeron Benteng (Kecamatan Kraton) adapergeseran gender dalam ruang tamu.Pergeseran ini dikarenakan tidak ditemukandominasi gender antara kekuasaan laki-lakiatau kekuasaan perempuan. Dilihat darisudut peran gender antara bapak dan ibumempunyai rasa kepemilikan yang samaterhadap ruang tamu, sama-sama memiliki

, terpengaruh , melaksanakan, dan sama-sama memiliki

terhadap ruang tamu. Ruang tamuyang berada di wilayah depan sebagaiperwujudan rasa 'hormat' bagi masyarakatJawa tidak menjadi ruangnya laki-laki ataulebih dominan laki-laki saja, tapi kaumperempuan dan laki-laki mempunyai peranyang sama didalamnya.

Berdasarkan aspek tugas domestik,laki-laki dan perempuan sama-sama memilikiperan dalam ruang keluarga. Sedangkankomunikasi yang terjadi diruang keluargaantara laki-laki dan perempuan juga terjalinsaling berkesinambungan. Namun dalamruang keluarga masih tetap didominasi olehkaum perempuan, hal ini nampak padagagasan, wewenang dan kesempatan yanglebih pada kaum perempuan di ruangkeluarga. Maka dapat disimpulkan bahwaterdapat pergeseran pada ruang keluarga,dimana pada penelitian sebelumnya ruangkeluarga adalah domain perempuan, namunsaat penelitian ini dilakukan pada masyarakatJeron Beteng (Kecamatan Kraton)Yogyakar ta , lak i - l ak i sudah dapatmengakses.

Peran antara laki-laki dan perempuandi ruang lainnya, yaitu dapur, saat ini sudahmemiliki persamaan dalam hal melakukantugas domestik khususnya di ruang dapur danterdapat keterbukaan dalam berpendapat

pendopopendopo

pringgitan

serta komunikasi. Akan tetapi, walaupundalam akses serta kedudukan antara laki-lakidan perempuan sama, tetap kaumperempuan yang lebih dominan di ruangdapur.

Faktor-faktor yang mempengaruhipergeseran gender dalam ruang tamu lebihdikarenakan oleh realitas di masyarakat danlatar belakang penghuni, diantaranya adalah :

Proses pergeseran sikapdan mentalitas untuk bisa hidup sesuaidengan kondisi di masa kini. Peran mediasangat berpengaruh pada masuknyabudaya barat pada masyarakat JeronBeteng (Kecamatan Kraton) Yogyakarta.

. Kegiatan yangd i l a k u k a n d a l a m m e w u j u d k a npersamaan hak antara wanita dan pria.Emansipasi wanita dalam keluargadipengaruhi oleh beberapa hal :

. Pernahtinggal di luar negri akan terpengaruhpada budaya setempat. Di negara-negara maju sudah mengakuipersamaan hak dan kewajibansebagai ujud gerakan emansipasi.

Usia mampu mempengaruhibanyak sedikitnya aktivitas yang bisadikerjakan, termasuk masalahkesehata.

Pekerjaan sebagaipenopang perekonomian dai dalamrumah tangga. Pekerjaan di luarrumah mempengaruhi banyaksedikitnya waktu luang dirumah untukmelakukan aktifitas di dalam rumah.

Pendidikan meliputipendidikan moral yang didapat dikeluarga dan lingkungannya, danpendidikan setinggi-tingginya dalamsebuah institusi formal.

S i k a pmenghormati dalam keluarga sangatberpengaruh dalam kerukunan dankeharmonisan rumah tangga. Sikapmenghormati bisa ditunjukkan denganadanya interaksi dengan anggotakeluarga untuk mencari kata sepakat.Keadaan hubungan yang tidak harmonissangat berpengaruh di dalam polakehidupan berumah tangga, sehinggasikap sal ing menghormati akanberkurang karena tiap individu lebih

1. Modernisasi.

2. Emansipasi wanita

a. Pernah tinggal di luar negri

b. Usia.

c. Pekerjaan.

d. Pendidikan.

3. S i k a p m e n g h o r m a t i .

29MARTINO DWI NUGROHO

Pergeseran Gender Pada Interior Rumah TinggalDi Kawasan Jeron Benteng Yogyakarta | hal 23 - 31

Page 8: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

mementingkan pribadinya.Sedangkan Faktor-faktor yang

mepengaruhi pergeseran gender di ruangkeluarga rumah tinggal kawasan JeronBeteng (Kecamatan Kraton) Yogyakarta,diantaranya adalah:

. Komunikasi atau diskusisaling bertukar pendapat yang terjadi diruang keluarga secara tidak langsungmendorong pada rasa kebersamaan danketerbukaan.

. Keadaan hubungan didalam rumah tangga yang sudah tidakharmonis sangat berpengaruh dalam polakehidupan di dalam rumah.

Usia mampu mempengaruhi banyaksedikitnya aktivitas yang bisa dikerjakan.

. Pekerjaan sebagai penopangperekonomian di dalam rumah tangga.Pekerjaan di luar rumah mempengaruhibanyak sedikitnya waktu luang dirumahuntuk melakukan aktifitas di dalam rumah.

Kegiatan yang dilakukandalam mewujudkan persamaan hak antarawanita dan pria. Gerakan emansipasi inilebih banyak dilakukan oleh kaum wanita.

. Proses pergeseran sikapdan mentalitas untuk bisa hidup sesuaidengan kondisi di masa kini.

. Pendidikanadalah faktor yang menentukan karenapendidikan moral adalah ajaran mengenaiperilaku, etika, akal budi yang baik yangditanamkan sejak kecil oleh orang tua yangsecara tidak langsung akan berpengaruhpada sikap dan perilaku ketika sudahdewasa dan menikah. Pendidikan formaldidapat dari institusi yang mengajarkanberbagai macam pengetahuan umum danmengenai kepribadian, bepengaruh padapola pikir seseorang.

. Sebagian orangyang pernah tinggal diluar negeri, makasecara tidak langsung akan berpengaruhpada pola kehidupannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhipergeseran gender pada ruang dapur dirumah tinggal Kawasan Jeron Benteng(Kecamatan Kraton) Yogyakarta, diantaranyaadalah peran gender dan realitas yang sangatdipengaruhi oleh latar belakang penghunidiketahui dari statusnya dalam masyarakatdan keluarganya, diantaranya adalah:

1. Komunikasi

2. Status perkawinan

3. Usia.

4. Pekerjaan

5. Emansipasi.

6. Modernisasi

7. Pendidikan moral dan formal

8. Pengaruh budaya asing

1. Komunikasi

2. Usia.

3. Pekerjaan

4. Emansipasi

5. Modernisasi.

6. Pendidikan moral dan formal

DAFTAR ISTILAH :

. Kontak , hubungan,penyampaian dan penerimaan pesan sertakata sepakat merupakan hasil darikomunikasi antara laki-laki dan perempuandi ruang dapur.

Usia mampu mempengaruhi banyaksedikitnya aktivitas yang dapat dikerjakan.Dalam kenyataannya di Kawasan JeronBenteng, karena faktor usia (tua) makalaki-laki (bapak) mengakses dapur.

. Pekerjaan sebagai penopangperekonomian di dalam rumah tangga.Karena bidang usaha wiraswasta danpensiunan, maka laki-laki dapat seringmengakses dapur.

. Kegiatan yang dilakukandalam mewujudkan persamaan hak antarawanita dan pria. Gerakan emansipasi inilebih banyak dilakukan oleh kaum wanita.

Proses pergeseran sikapdan mentalitas untuk bisa hidup sesuaidengan kondisi di masa kini.

. Pendidikanadalah faktor yang menentukan karenapendidikan moral adalah ajaran mengenaiperilaku, etika, akal budi yang baik yangditanamkan sejak kecil oleh orang tua yangsecara tidak langsung akan berpengaruhpada sikap dan perilaku ketika sudahdewasa dan menikah. Pendidikan formaldidapat dari institusi yang mengajarkanberbagai macam pengetahuan umum danmengenai kepribadian, bepengaruh padapola pikir seseorang

Dalem: Rumah inti pada rumah Jawatradisional. Terletak di belakang pendopodan pringgitan. Bagian ini terdiri atas tigaarea, yaitu tiga kamar yang disebut

Gadri: Serambi (ruang makan) yang terletakdi belakang dalem agung

Gandhok: Bangunan kecil memanjang yangterdapat di sekitar omah njero. Katagandhok dalam bahasa jawa berartip a s a n g a n a t a u r e k a t a n y a n gditambahkan. Ruang ini merupakanbangunan tambahan yang mengitari sisisamping dam belakang bangunan inti.

Kulah: Kamar mandiPawon: Dapur

senthong tengah, senthong kiwo,senthong tengen.

30 | VOL.2 | EDISI 2 | 2008

ISSN 1978-0702

Page 9: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

Pendhopo: Ruangan yang berada padabagian terdepan dari keseluruhanbangunan.

Piwulang:AjaranPringgitan: merupakan lorong penghubung

antara pendopo dengan omah njero.Bagian pringgitan ini sering difungsikansebagai tempat pertunjukan wayang kulit

Senthong Kiwo: Ruang tidur tuan rumah;terletak bagian belakang dalem agungsebelah kanan.

Senthong tengah: Ruang ini merupakanruang yang sakral yang sering menjaditempat pelaksanaan upacara atau ritualkeluarga. Tempat ini juga menjadi tempatpenyimpanan benda–benda pusakakeluarga penghuni rumah.

Senthong tengen: Ruang pengantin lengkapdengan pelaminan selama 35 harisesudah perkawinan; terletak di bagianbelakang dalem agung sebelah kiri.

Regol: angunan "regol" (gapura), asalnyadari kata "rigol" juga "parigolan",dimaksudkan sebagai pengetrapan tata-krama/tata-susila antara muda kepadatua, antara kecil kepada yang besar."Parigolan" adalah batas pemberhentiandari kendaraan, atau membuka/menutuppayung, topi, atau turunnya dari pendapake "regol". Hormat kepada tamu lebih tuaatau tinggi derajat / pangkatnya. Turunnyadar i tempat atau kendaraan i tudiumpamakan "rigol" (rigol = jatuh).

Candrasangkala: Angka tahun (hari, bulan)yang dirahasiakan dalam kata-kata ataugambar tertentu pada kalimat atausemboyan..

Fakih, Mansour. 1996.YOGYAKARTA:

Pustaka Pelajar.

Frick, Heinz. 1997..

YOGYAKARTA: Kanisius.

Handayani, Christina S., & Novianto, Ardhian.2 0 0 4 . .YOGYAKARTA: LKIS PelangiAksara.

B

DAFTAR PUSTAKA

.Analisis Gender dan

Trasformasi Sosial

Pola Struktural danTeknik Bangunan di Indonesia

K u a s a Wa n i t a J a w a

Handayani, Trisakti & Sugiarti. 2006..

MALANG: UMM Press.

Illich, Ivan. 1993. . LONDON: MarionBoyars Publishers Ltd.

Sanapiah, Faisal. 1990.

MALANG: YayasanAsih,Asah,Asuh.

Santosa, Revianto Budi. 2000.

YOGYAKARTA: Yayasan BentangBudaya.

Sastroatmodjo, Suryanto. 2006.YOGYAKARTA: Narasi

Soekanto, Soerjono. 1990.JAKARTA: PT Raja

Grafindo Persada

Sutopo, H.B. 2002.SURAKARTA: Sebelas

Maret University Press.

Tjahjono, Gunawan. 1989.

( D i s e r t a s i ) .BERKELEY: Doctor of Philosophybidang Arsitektur University ofCalifornia.

Konsepdan Teknik Penelitian Gender

Gender

PenelitianKualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi

Omah:Membaca Makna Rumah Jawa

Citra DiriOrang Jawa

Sosiologi, SuatuPengantar

Metodologi PenelitianKualitatif.

Cosmo Centera n d D u a l i t y i n J a v a n e s eArchitectural Traditions: TheSymbolic Dimensions of HouseS h a p e s i n K o t a g e d e a n dS u r r o u n d i n g s .

.

.

.

.

s,

31MARTINO DWI NUGROHO

Pergeseran Gender Pada Interior Rumah TinggalDi Kawasan Jeron Benteng Yogyakarta | hal 23 - 31

Page 10: JLR22 03 Martino-PERGESERAN GENDER

32 | VOL.2 | EDISI 2 | 2008

ISSN 1978-0702