3
.iurnal desain komunikasi visual ntrmana Jurnal of visual communication design nirmana Daftar Isi Pendekatan Analisis Data Menggunakan NViuesoftuare Desain Logo Museum Nasional Jakarta Amelin Sidik, Bodhiya Wijaya Mulya Wayang Purwa dan Tantangan Teknologi Media Baru Bedjo Riyanto Isu-Isu Multikulturalisme dalam Film "cin(T)a-God is a Konteks Keindonesiaan Sekarang Elisabeth Christin e Yuworw Jururan Femln Xonunikarl Vlsual Fakuhas Seni dan Desain UnlverJitas Krist€n Pctra Jl, Siwalankerto 142-144, surabay: 60236 Telp(o3l)2983416, Fax.{03I) 8417658 e-mait : ju [email protected] http//puslit2.petra-ac-idlejournal,4ndex.php/dkv untuk Penelitian I-4 5- 11 Direction" dalam L2-L9 20-26 Z I -O,J 34-42 The Importance of Pachaging and. Graphic Design to C,ommunicate C orp or ate So c ial Responsib ility Listin Natod,jaja Perspektif Multikultur, Kasus Film 3 Hati 3 Dunia 1 Cinta Moria Naln Damayanti Fotografi: Sains, Teknologi, Seni, dan Industri Pray anto Widy o Hq,r sctnto UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

iurnal desain komunikasi visual ntrmana Jl, … fotografi sebagai sesuatu yang mudah, murah, dan merrrpakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Inilah

Embed Size (px)

Citation preview

.iurnaldesain komunikasi visualntrmanaJurnal of visual communication design nirmana

Daftar Isi

Pendekatan Analisis Data Menggunakan NViuesoftuareDesain Logo Museum Nasional JakartaAmelin Sidik, Bodhiya Wijaya Mulya

Wayang Purwa dan Tantangan Teknologi Media BaruBedjo Riyanto

Isu-Isu Multikulturalisme dalam Film "cin(T)a-God is aKonteks Keindonesiaan SekarangElisabeth Christin e Yuworw

Jururan Femln Xonunikarl VlsualFakuhas Seni dan DesainUnlverJitas Krist€n Pctra

Jl, Siwalankerto 142-144, surabay: 60236

Telp(o3l)2983416, Fax.{03I) 8417658e-mait : ju [email protected]//puslit2.petra-ac-idlejournal,4ndex.php/dkv

untuk Penelitian

I-4

5- 11

Direction" dalam

L2-L9

20-26

Z I -O,J

34-42

The Importance of Pachaging and. Graphic Design to C,ommunicateC orp or ate So c ial Responsib ilityListin Natod,jaja

Perspektif Multikultur, Kasus Film 3 Hati 3 Dunia 1 CintaMoria Naln Damayanti

Fotografi: Sains, Teknologi, Seni, dan IndustriPray anto Widy o Hq,r sctnto

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UDIN
Highlight

Fotografi: Sains, Teknologi, Seni, dan Industri

Prayanto Widyo HarsantoInstitut Seni Indonesia Yogyakarta

Jurrrsan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan DesainUniversitas Kristen Petra, Surabaya

E-mai-l: [email protected]

Abstrak

Era fotografi figital mempakan proses kemajuan pengetahuan dan teknologi yang maha dahsyat dalamsejarah fotografi setelah Niepce dan Dagr,rerre pada abad 19 dalam eksperimennya mampu merekamsebuah gambar yang permanen dengan objek pemandangan suasana kota di Perancis. Penemuan inidianggap paling sempurna di bidang fotografi dibanding sebelumnya. Di era kamera digital, masyarakatmemandang fotografi sebagai sesuatu yang mudah, murah, dan merrrpakan bagian dari kehidupansehari-hari. Inilah apa yang sering disebut dengan digitalisasi fotografi. Meskipun d.emikian secanggihapapun peralatan fotografi saat ini namun masih tetap diperlukan seorang fotografer yang memilikipengetahuan dan kemampuan teknis dengan kepekaan estetis yang baik sebagai 'man, behind, theccrmera'. Di era industri kreatif seperti saat ini, fotografi dapat dikatakan berada pada empat aspek (sains,teknologi, seni, dan industri) yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Sebab masalah fotografiternyata tidak sesederhana perkara memencet tombol rana (memotret saja), lebih-lebih dalam duniapendidikan. Pengajaran fotografi tidak hanya dilihat dari sekedar pengajaran tentang penguasaan teknisbelaka, yang hanya mengatur diafragma, kecepatan, dan pencahayaan yang tepat saja, tetapi fotografimelibatkan mata, pikiran (pengetahuan dan wawasan), dan rasa dalam menyeleksi sebuah objek danmenyatukan dalam sebuah frame yang disebut sebagai sebuah katya foto. Dan yang tidak kalah pentingdiperhatikan pula adalah bahwa selain mengajarkan bagaimana cara memproduksi atau membuat foto,sejak awal seharusnya juga diberikan pengetahuan dan pemahaman atas segala kemungkinan aspekpendistribusian setelah foto itu berhasil diproduksi.

Kata kunci: Fotografi, sains, teknologi, seni, dan industri.

Abstract

The diginl photography era is a great deuelopment iru science and technology in the history of photographyafter l{iepce and Daguene. Yl/h,ere in the 19h century, their experiments lead to the ability to capture imogespermanently with the subject of a cityscape in France. This discouery wa,s considered most perfect inphotography compared to preuious onBs. In the digital comero era, society uieu,n photagraphy as somethingeasy, inexpensiue, and a part of euerl,day life. This is what is called the digitalimtion of photography.Howeuer so sophisticeted the photographic equipment there may be todny, there is stilt the rueed aphotographer that hu,s the hnowledge crnd technical skills with good ctesthetic sensibilites cts "the manbehind the cemere." In the era of creatiue industry like today, photography cun be said to be in four aspects,u-thich are sciense, technolngy, art, and industry, that are intertwirued. It is becctuse photography is not asectsy os pushing the shutter button, euen more so in the world of educcttion. Tlrc teoching of photographltcctnnot be seeru as mere$t tectching techniques, adjusting apertures, speed, and li1htinq, but it inuolues theeyes, thoughts ('lzrntnledge crnd understanding), and feeling in selecting an object and arranging it in aframe of a photograph. Furthermore, u,hat should be considered, is thqt besides teachirug hou,t to produce and,create a photo, one should knaw and understand os to euery possibilites of aspects of its distribution after thephoto hos been successfully prod,uced.

Keytoords: Photography, science, techrwlogy, art, industry.

Pendahuluan

Sekarang ini adalah zamarl teknologi informasi,dimana menuntut semua orang untuk bergerakserba cepat, maka tidaklah heran bila untuk

mendapatkan sesuatu cara-cara instan seringdilakukan. Segala sesuatu yang ingin dicapaimaunya dilakukan dengan serba cepat danmudah. Kebiasaan ini menjadikan semua halseolah dapat ditempuh dengan cara instan tanpa

34

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UDIN
Highlight

Prayanto W.H.: Fotografi: Sains, Teknoloei, Seni dan Industri 35

melalui sebuah proses dan tingkah laku sepertiinilah yang sering disebut sebagai "budaya instan".Dan yang menjadi remrngan dan sekaligus per-tanyaan dalam dunia desain (seni rupa) umumnyadan fotografi pada khususnya saat ini adalah,'Masih pentingkah sebuah teori dan pengetahuanuntuk mendasari seseorang dalam berkarya? Atauseberapa pentingkah sebuah proses dalam men-cipta sebuah kalrya?"

Terkait dengan tulisan ini, dalam kurun waktuIima tahun terakhir ini sering terdengar per-bincangan tentang permasalahan dalam fotografidi era digital, dan bahkan muncul pendapatsebagian masyarakat yang menyatakan bahwaaktivitas potret-memotret adalah sangat gampangsekali, tinggal pencet, jepret, dan jadilah sebuahgambar yang disebut fotografi. Hampir semua halyang berkaitan dengan penciptaan seni rupa,termasuk fotografi di era digital yang terjadi saatini, dianggap sederhana dan mudah. Masyarakatyang dulu menganggap fotografi menjadi suatupekerjaan yang sulit dan membutuhkan biayayang mahal, sekarang ini fotografi merupakanpekerjaaan yang mudah dan murah. Dan memangtidak dapat dipungkiri lagi, dulu fotografi merupa-kan aktivitas yang hanya dapat dilakukan olehsegelintir orang saja, karena untuk bisa mengua-sai kamera saja butuh keterampilan yang tidakmudah serta waktu yang lama. Belum lagrprosesnya yang rumit dan membutuhkan biayayang relatif mahal. Maka, dulu tidak setiap orangbisa melakukan pekerjaan menjadi seorangfotografer. Sekarang ini siapa saja bisa melakukanbahkan dapat dikatakan aktivitas memotret tidaklagi mengenal umur, penfidikan, jenis kelaminbahkan status sosial. Perkembangan dunia foto-grafi saat ini telah mengubah pola kehidupanmanusia, kalau dulu fotografi adalah hobi danprofesi, kini fotografi merupakan gaya hidup bagihampir setiap manusia. Keinginan untuk memilikikamera sama besarnya dengan keinginanseseorang memiljki handphone/telepon genggam(Kompas,14 Juli 2009).

Aksi jeprat-jepret dengan kamera digital, secaratidak langsung, menjadi sinyal positif bagi duniafotografi dewasa ini. Seakan memi_liki nilai magissekaligus magnet bagi masyarakat yang berminatingin mencoba di bidang fotografi. Era kameradigital pula yang merubah cara kerja, dan para-digma fotografi, yang tidak sesakral di era kameraanalog. Sebagaimana yang dikatakan WalterBenjamin (1999), 'aura', telah berlalu. Buktinya,sekarang muncul keyakinan banyak orang bahwapakem dan teknik fotografi sudah dianggap tidakpenting dan tidak harus diindahkan lagi. Tanpakecuali, semua orang dapat menggunakan kamera

digital dan dapat menghaslkan gambar. Kameradigital memang membuat segalanya menjadimungkin. Memotret memang mudah, tetapi untukmembuat foto yang baik dan indah tidaklahsedemikian mudah, sebab fotografi tidak sekedarmengandalkan alat saja tetapi masih ada hal lainyang lebih penting yakni pengetahuan sepertihalnya gagasan4ronsep, dan estetika.

Maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa akhir-akhir ini hanya dengan bermodalkan kameradigital banyak berdiri usaha fotografi, bahkansemakin ramai dan menjamur. Orang pun banyakmenjual jasa dengan kamera digital dari menjadifotografer panggilan, membuka studio, sampaimembuka kursus fotografi. Kamera digital telahmemunculkan fotografer-fotografer dadakan, kadangtanpa dibekali pengetahuan mengenai teknik,estetika, dan manajemen, tetapi cukup denganmodal keberanian dan kamera. Inilah yang saatini menjadikan fotografi sebagai bisnis yang cukupmenjanjikan. Namun demjkian, bila dikaitkanupaya pemerintah Indonesia yang ingin memaju-kan industri kreatif, yang salah satunya fotografisebagai sektor industri kreatif dari 14 sektor,maka kondisi tersebut fi atas justru merupakankeprihatinan pemerintah. Sebab sektor industrikreatif tems mengalami perkembangan, bahkanmarnpu bersaing dengan sektor lain yang lebihmapan. Akan tetapi, ada kelemahan industrikreatif, yakni rendahnya kualitas sumber dayamanusia serta penguasaan teknologi. Memangharuslah diakui bahwa hal ini merupakan bebandan menjafi tanggung jawab semua pihak.Bahkan masih ada se,jumlah persoalan dan tan-tangan yang menghadang pertumbuhal industrikreatif di Indonesia, seperti kebutuhan SDM yangterampil, hak cipta, perall pemerintah, dan lainsebagainya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif digunakan. agar jalannyapenelitian dapat dilakukan secara sistematis se-bagai upaya untuk menghimpun, mengidentifi-kasi, menganalisis, dan mengevaluasi (menyim-pulkan) data serta informasi yang diperoleh.

Metode ini ditujukan untuk memperoleh penge-tahuan mengenai kemajuan teknologi pada bidangfotografi dan dampak yang ditimbulkan. Karenasaat ini, dunia fotografi dapat dikatakan beradapada empat aspek (sains, teknoiogi, seni. dareindustri) yang saling berkaitaa antara satu denganyang lain. Untuk mencapai ha-l tersebut dilakukanIangkah-langkah dengan dua tahapan pokok yangdilakukan dalam penelitian ini yaitu: teknik

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta