Upload
agung-nugraha
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
1/9
1
ANALISA KEGAGALAN DAN PERKIRAAN UMUR SISA PIPA AIR
PADA BOILER 31F-4 UTILITIES-1 DI PT BADAK NGL BONTANG
Ir. Muchtar Karokaro M.Sc,1, Yuli Setiyorini, S.T., M.Phil,
1, Denny Alfiantino Ibni
21Staff Pengajar Teknik Material dan Metalurgi ITS, 2Mahasiswa Teknik Material dan
Metalurgi ITSe-mail : [email protected]
ABSTRAKUtilities-1 boiler 31F-4 di PT Badak adalah boiler yang digunakan sebagai pembangkit
listrik tenaga uap sumber tenaga utama untuk membangkitkan penggerak mesin proses berupapompa, kompresor, uap untuk reboiler dan pemanas kebutuhan proses. Boiler ini sudah
digunakan selama 29 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, telah terjadi kegagalan fungsi pada
waterwall tube (baja karbon menengah ASME B&PV SA 178 C nomor 37) di nose section.Adanya kerusakan tersebut diperlukan metode analisa kegagalan.
Metode yang dilakukan pengamatan visual makro dan mikro yaitu meliputi pengukuranketebalan, analisa struktur mikro (mikroskop optic), analisa morfologi dan komposisi (SEM-
EDX). Pengujian mekanikal (microhardness). Sedangkan untuk perkiraan umur sisa, dilakukanpenilaian analisa secara kuantitatif dengan menggunakan metode Shammas dan analisa kualitatifberdasarkan kurva Neubauer dan Wedel, serta gambar struktur mirko Mardianto.
Setelah dilakukan analisa kegagalan, diketahui bahwa kegagalan berupa panas yangberlebih dalam jangka waktu yang lama dan diawali dengan korosi merata dan selanjutnya terjadikorosi galvanik pada tube. Untuk perkiraan umur sisa diperoleh nilai sebesar 12.000 jam dan
54.040 jam secara kuantitatif dan berada pada kurva Neubauer dan Wedel berada pada kelas Cyang artinya harus diperbaiki atau diganti dengan tube yang baru setelah enam bulan beroperasi,serta berdasarkan gambar struktur mikro Mardianto perkiraan kerusakan 80% menghasilkan
perkiraan umur sisa 20%, dengan keterangan inspeksi ulang setelah 10.000 jam operasi.
Kata kunci: waterwall tube, baja karbon menengah SA 178 C, korosi merata, korosigalvanik, korosi erosi, perkiraan umur sisa
ABSTRACT
Utilities-1 boiler31F-4 in PT Badak is used as steam powered electricity generator as the
main power to drive process-machines such as pimps, compressors, and reboiler steam. This
boiler has been used for 29 years and suffered failure on its waterwall tube for precise on its nose
section number 37. The tube is ASME B&PV SA 178 C.
Failure analysis is conducted on failure macro and micro visual test including thickness
measurement, microstructure analysis (microscope optic), morphology & composition (SEM-EDX), Mechanical testing is done by microhardness test.While to estimate remaining life
assessment, quantitative and qualitative analysis by Shammas method, Neubauer-Wedel curve,and Mardianto microstructure standard is conducted.
The analysis resulted that the failure is caused by long-term overheating, started by
uniform/general corrosion that leads to galvanic corrosion is occured. For remaining life
assessment is estimated 12.000 hours and 54.040 hours quantitatively. It is placed in C class on
Neubauer-Wedel curve, that means to be repaired or replaced with a new tube after six months
operation. According to Mardianto microstructure, the estimated lost is 80% that resulted to 20%
remaining life time with inspection after 10.000 hours works.
Keywords : waterwall tube, medium carbon steel SA 178 C, unform corrosion, galvanic
corrosion, remaining life assessment
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
2/9
2
1. PENDAHULUANPT. Badak merupakan salah satu
perusahan terbesar yang menghasilkan
LNG, dimana diperlukan adanya daya suatupenggerak. Daya penggerak ini berasal dariturbin uap yang dibangkitkan oleh boiler.Boilersudah beroperasi selama kurang lebih
300.000 jam, tidak menutup kemungkinanterjadi degradasi bahan pada komponen-komponen di boiler, terutama pada pipa
yang beroperasi pada temperatur tinggi.Permasalahan yang sering terjadi di pabrik
pada pipa berupa crack, penebalan scale,
bluging, maupun korosi pit. Permasalahanyang sering terjadi tersebut dapat
membahayakan bagi boiler serta dapatmenurunkan daya kerja sistem.
Untuk mengatasi permasalahantersebut diperlukannya analisa kegagalanserta perkiraan umur sisa terhadap pipa.
Untuk penentuan perkiraan umur sisamenggunakan dua metode, secara analisakualitatif dan secara analisa kuantitatifsebagai perbandingan.
Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk dapat mengetahui kerusakan dan
penilaian umur sisa pada tube dengan
melakukan pengamatan morphology,komposisi kimia, serta pengukuran
prosentase kemuluran sehingga diharapkan
nantinya sebagai pertimbangan dalampencegahan dan perawatan untukmenghindari kebocoran tube yang serupa.
2. METODOLOGI PENELITIANMetodologi yang dilakukan pada
sampel tube digunakan pengukuran
ketebalan, pengamatan makro dan mikro,yaitu pengamatan makro dilakukan dengan
menggunakan kamera dan stereomicroscopesedangkan pengamatan mikro digunakan
pengamatan mikrostruktur (Mikroskopoptik), uji SEM-EDX, dan uji kekerasan(Microhardness). Kemudian untuk perkiraan
umur sisa menggunakan metode metalografidengan pendekatan pada penelitian kurva
Neubauer-Wedel dan Mardianto (2007)
untuk yang kualitatif sedangkan untuk yangkuantitatif menggunakan pendekatanShammas.
3. DATA DAN PEMBAHASAN
3.1. MaterialMaterial tube yang digunakan
adalah SA 178 C. Menurut Standard Boilerand Pressure Vessel Code (ASME B&PV,
1995) material merupakan logam paduandengan komposisi kimia unsur utama adalahFe. Berikut ini spesifikasi komposisi kimia
unsur paduan yang terkandung dan sifatmekanik material tube.
Tabel 3.1Komposisi Kimia Tube SA 178 C
Element Composition, %
Carbon 0,35 maxManganese 0,80Phosphorus, max 0,035
Sulfur, max 0,035Silicon
Tabel 3.2Sifat Mekanik
Tensile Strength, ksi[MPa]
60 [415]
Yield Strength, ksi[Mpa]
37 [255]
Elongation, min, % 30
Peninjauan dari kadar karbon yangdimiliki, material waterwall tube untuk
boiler termasuk jenis baja karbon mediumatau nama lainnya carbon-manganese steelkarena memiliki kandungan Mn 0,8%. Mn
menaikkan kekuatan dan kekerasan, dan inilebih efektif pada kadar karbon yang lebihtinggi. Berdasarkan tabel komposisi kimia
masih terdapat unsur unsur pemadu lain.Unsur unsur pemadu ini dipilih agar
memperoleh sifat mekanik tertentu yang
tahan terhadap temperatur tinggi
(refractory). Spesifikasi komponen materialwaterwalltube SA 178 C diperlihatkan padatabel 3.3.
Tabel 3.3Data Teknis Waterwall Tube
Diameter luar 76,2 mmTebal nominal 4 mmMaterial SA 178
Grade CNomor 37Temperatur design 371
oC
Tekanan design 1025 Psig
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
3/9
3
3.2. Pengukuran Ketebalan
Nilai rata rata kedua sampel (tubegagal dan normal) ditampilkan dalam bentuk
grafik pada gambar 3.1.
Gambar 3.1Grafik nilai rata rata ketebalan
kedua sampel
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa
menurut nilai ketebalan yang dihasilkanpada tube yang gagal ini menunjukkanbahwa nilai ketebalan tube berkurang akibat
terdegradasinya material karena korosimerata yang dihasilkan. Berkurangnya nilaiketebalan pipa tentunya akan mempengaruhikekuatan material. Namun nilai ketebalan ini
masih berada pada kawasan ketebalan yangditoleransikan karena nilai ketebalannominal sebesar 4 mm.
3.3. Pengamatan MakroBerikut ini hasil dari pengamatan
makro.
Gambar 3.2 Hasil foto dari kamera digitalsampel waterwall tube yang menunjukkan
kerusakan a) tampak samping b) permukaan luarterdapat retakan yang dilingkari b1) hasil foto
dari streomicroscope8x perbearan c) permukaan
dalam menunjukkan endapan deposit c1) 11xperbesaran retakan permukaan dalam c2) 15x
perbesaran depoit; retakan dimulai dari
permukaan dalam dan menjalar keluar
Awal retakan (initiation crack)
terdapat pada penggembungan dibagian tube
yang melengkung (gambar 3.2a). Tidaktampak adanya gejala endapan deposit padadinding permukaan luar hanya saja retakan
terlihat membentuk pola transfersal dan
sedikit sekali lapisan coating yangterkelupas (gambar 3.2b) dan (gambar
3.2b1). Jika diasumikan retakan berasal daridinding permukaan dalam tube, seperti yangditampilkan pada gambar 3.2c dan gambar
3.2c1. Pada dinding permukaan dalammenunjukkan bahwa terbentuknya endapan
deposit yang merata dan kemudian bagian
yang menggembung, deposit sudah terlepas,sehingga kerusakan yang terjadi akibat dari
korosi merata (uniform corrosion) padadinding tube, namun pada bagian yang
melengkung material mengalami deformasimenyebabkan deposit dapat dengan mudah
terlepas dari dinding tube.
3.4. Pengamatan Mikroskop Optik
Hasil dari pengamatan mikroskopoptik pada specimen tube normal
ditampilkan sebagai berikut:
penggembun
a)
b)
c)
Aliran fluida
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
4/9
4
Gambar 3.3Specimen tube normal perbesaran200x
Pada gambar 3.3 merupakan gambar
specimen tube yang normal (tidak
mengalami perlakuan sama sekali) yangsudah mengalami etsa. Tampak pada gambarterlihat bahwa struktur ferrite diperlihatkan
pada butiran yang berwarna terang, di mana
memiliki unsur C yang relative sebesar0,35% dapat dilihat pada tabel 3.1, serta
struktur pearlite diperlihatkan pada butiranyang berwarna gelap.
Pada gambar 3.4 menunjukkan
pengambaran tube gagal yang menghasilkantiga daerah yang berbeda, yaitu daerahdeposit, daerah transisi, dan daerah base
metal. Pada daerah inner surface inilahterdapat endapat deposit. Endapat deposit
merupakan unsur unsur pembawa darialiran air yang masuk kedalam tube. Dengan
adanya deposit tersebut, seiringnya waktumaterial tube mengalami degradasi, dilihatdari gambar 3.5a. di mana material terdifusioleh deposit. Adapun penyebab lain dari
akibat adanya deposit yaitu, material
mengalami perbedaan pemerataan panas.Perbedaan pemerataan panas inilah yang
menyebabkan air didalam tube tidak
menguap secara baik, karena konduktifitastermal pada deposit lebih rendah daripada
material tube.Pada gambar 3.5b adalah daerah
transisi, namun pada daerah transisi kurangbegitu menampakkan perbedaan dengan
base metal. Oleh karena itu diperlukannya
pengujian lebih lanjut dengan menggunakanalat SEM yang mempunyai kemampuan
perbesaran lebih besar dari pada mikroskopoptik.
Hasil pengamatan tube yang gagal:
Gambar 3.4Specimen tube gagal perbesaran
100x serta daerah pengamatan
Pada gambar 3.5 pengamatandilakukan kembali pada tiga daerah dengan
perbesaran 500X, ditampilkan sebagai
berikut:
Gambar 3.5 Specimen tube perbesaran 500x
a.)deposit b.)transisi c.)base metal
Dinding Permukan dalam
a)
b)
c)
Dinding Permukan luar
a)
b)
c)
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
5/9
5
Pada gambar 3.5c menunjukkan
merupakan daerah pengamatan base metalmaterial tube gagal terlihat bahwa bentuk
penggambaran struktur mikro berbeda sekalidengan strukutr mikro yang normal. Pada
base metal tube gagal ini terlihat butiranferrite lebih dominan ketimbang butiran
pearlite. Tampak juga pada butiran pearlite
terlihat memudar (kabur). Pemudaranbutiran dimungkinkan karena terdispersinya
karbida yang masuk ke dalam struktur.Kristal butiran ferrite, sehingga pearlite yangsebelumnya berbentuk lamellar cenderung
berbentuk bulat,
Pearlite(Fe3C )
Fe3C(speroid)+
dengan kata lain Fe3C cenderung mau
berpisah menjadi Fe3C yang bulat
(speroid/globular partikel). Itulah mengapabutiran ferrite cenderung lebih dominanketimbang butiran pearlite, karena butiran
pearlite berusaha menyeimbangkan dirinya
dengan cara menyisip pada butiran strukturkirtal ferrite yang disebabkan dari pengaruhtemperatur tinggi dalam jangka waktu yang
lama.
3.5 Pengamatan (SEM-EDX)Uji SEM-EDX dilakukan untuk
melanjutkan pengamatan yang lebihmendalam beserta komposisi unsur setelahmelakukan pengamatan mikroskop optik.
Hasil penggambaran SEM ditampilkan pada
gambar 3.6.Hasil uji SEM dapat ditampilkan
dengan jelas terbentuknya tiga daerah yangberbeda, terutama pada daerah transisidengan ketebalan tertentu yang di mana
pada pengamatan mikroskop optik tidak
mampu menghasilkan penggambarandengan jelas karena terbatasnya pembesarangambar (gambar 3.6). Pada daerah transisi
terditeksi mengandung kadar oksigen yang
tinggi sebesar 22,83 Wt% yang berasal darimedia aliran air yang mengalami penguapan
(gambar 3.7b). Hal ini menunjukkan bahwakorosi yang terbentuk adalah korosi merata(uniform corrosion) dengan produk korosi
berupa oksida besi.
Gambar 3.6 Penampang samping pada
pembentukan deposit di base metal specimenwaterwall tube: a) morfologi pada tiga daerah,a1) deposit
Dengan adanya korosi merata ini ketebalan
material akan berkurang. Berikut reaksi
yang terjadi,
2Fe + O2 + 2H2O2Fe(OH)2
Selain itu pada daerah deposit jugaterditeksi mengandung unsur Cu sebesar55,44 Wt% (gambar 3.7c). unsur Cu yang
mengendap ini sangat tinggi, hal inimenunjukkan bahwa, selain korosi merata,tube ini juga mengalami efek korosi
galvanik. Korosi galvanik ini dapat terjadikarena adanya perbedaan potensial, Cusebagai katoda dan Fe sebagai anoda,
sehingga Fe akan mengalami oksidasi.Menurut hasil analisa sebelumnya dari pihakPT Badak NGL, Cu ini kemungkinan
berasal dari material compound untuk
sealing system pada manway steam drum
dan mud drum, menggunakan copaslip.Bahan utama copaslip ini tidak ikut
mendidih dan tertinggal di bagian tube yangterpengaruh grafitasi sehingga menempel
pada tube terutama di bagian nose(Purnawan 2011).
1
1
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
6/9
6
a.) Base Metal
b.)
Daerah Transisi
c.)
Daerah Deposit
Gambar 3.7 Grafik komposisi unsur pada pemetaan gambar EDX a.) daerah base metal, b.) daerah transisi,
c.) daerah deposit
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
7/9
7
3.6 Pengujian Kekerasan
Hasil dari pengujian kekerasanditampilkan pada gambar 3.8.
Gambar 3.8Grafik nilai kekerasan rata-rata
pada tube gagal dan tube normal.
Data hasil uji kekerasan diperoleh
bahwa pada tube yang gagal memiliki angkakekerasan yang lebih tinggi dibanding
dengan tube yang normal untuk fasa pearlite
maupun ferrite (gambar 3.8). Ini disebabkanoleh temperatur operasi. Bisa dikatakan pula
merupakan pemanasan yang berlebih dalam
waktu yang lama.
Kekerasan yang terjadidiindikasikan bahwa berdasarkan struktur
mikro, pearlite sudah mulai terdispersi kedalam ferrite. Dalam pengertian lain,kemungkinan karbida tersisip ke dalam
butiran kristal ferrite. Dengan terdispersinyakarbida tersebut ke dalam butiran kristal
ferrite mengakibatkan timbulnya tegangan.
Hal inilah yang menyebabkan kenapakekerasan pada tube yang gagal lebih tinggi
dari pada tube normal.
3.7 Perkiraan Umur SisaDalam melakukan perkiraan umur
sisa secara kualitatif menggunakan
persamaan kurva Neubauer-Wedel (1983)(gambar 3.9) dan Mardianto (2007).
Gambar 3.9Perkiraan umur kemuluran yang
berdasarkan pada klasifikasi cavity(Neubauerdan Wedel 1983)
Untuk perkiraan secara kuantitatif
menggunakan pendekatan Shammasmenjadi dua metode. Metode pertama,
perkiraan berdasarkan persamaan 3.1 yaitu
kombinasi dari percobaan Cane danShammas.
.....persamaan 3.1
Metode kedua perkiraan berdasarkan waktuoperasi dibandingkan dengan waktu rusak(texp/tr) dengan perhitungan pada persamaan
3.2
..........persamaan 3.2
Kemudian diplot pada kurva klasifikasicavity, kemudian dikorelasikan dengan
kurva Neubauer dan Wedel, serta kurvaERA Technology dari penelitian Mardianto.
Pada perkiraan umur sisa untuk
metode pertama persamaan Shammas sisa
usia kerja sebesar 12.000 jam dari waktuoperasi 200.000 jam. Metode kedua didapatsisa usia kerja sebesar 54040 jam dari waktuoperasi 200.000. hal ini menunjukkan bahwa
pada perhitungan metode kedua sudahmendekati nilai dari waktu yang sebenarnya
di lapangan, di mana pipa boiler telahmengalami kerusakan di saat waktu rusak
(time to rupture) sebesar 254.040 jam. Jika
dibandingkan dengan metode yang pertamaestimasi total sampai gagal hanya sebesar
212.000 jam.
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
8/9
8
Ketika dihubungkan dengan kurva
Neubauer dan Wedel posisi strukturmikroberada di klasifikasi kerusakan kelas C.
klsifikasi kerusakan kelas C denganpenjelasan bahwa pipa atau tube sudah harus
dalam perbaikan atau pergantian dengantube yang baru, karena sudah berada pada
batas perawatan sampai dilakukan perbaikan
sekala besar (Neubauer dan Wedel, 1983), .Begitu pula ketika dicocokkan dengan
penelitian Mardianto perkiraan kerusakansebesar 80% dan perkiraan sisa umur hanya20%. Pada kondisi tersebut strukturmikro
sudah menunjukkan bahwa pada fasepearlite yang pada fase normal berbentuk
lameral, sudah cenderung berbentuk bulatterdispersi dibutiran ferrite. Hal ini
dikarenakan proses pemanasan berlebih
dalam jangka waktu yang sangat lama.
3.8 Mekanisme Kegagalan
Mekanisme kegagalan diasumsikan
bahwa bagian dalam tube mengalami korosi.Korosi ini merupakan penumpukkan
daripada scale/deposit. Karena adanya scaletemperatur material tube menjadi lebih
tinggi dari pada temperatur lain(pemeratanan panas yang berbeda beda)karena konduktifitas termal pada deposit
lebih rendah daripada konduktifitas termal
tube. Seiringnya waktu berjalan semakinbanyak pula endapan scale yang melekat
terutama dibagian nose section. Akibatnyatemperatur pipa meningkat sehingga
menyebabkan kekuatan pipa berkurangterutama daerah yang menggelembung yangkemudian material mengalami deformasi.
Dengan adanya deformasi material
(menggelembung) ketebalan pipa menjadiberkurang atau menjadi tipis. Penipisan
ketebalan mengakibatkan tegangan menjadibesar. Dengan tegangan menjadi besardeformasi banyak lagi. Begitu seterusnyahingga pada waktu tertentu akhirnya
mengalami retakan (crack).
5. KESIMPULANHasil dari analisa yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan
1.
Faktor yang menyebabkan kegagalan
dari material tube SA 178 C pada Boiler31F-4 Utilities 1 PT Badak NGL
Bontang adalah
a.) Kegagalan berupa panas yangberlebih dalam jangka waktu yang
lama (Long Term Overheating).b.) Kegagalan berawal dari korosi
merata (uniform corrosion) produkkorosi okisda besi dan terjadi
penumpukan Cu sehingga
menghasilkan korosi bimetal(galvanic corrosion).
2. Perkiraan umur sisa pada tube/pipaberdasarkan metode metalografi dengan
perkiraan kuantitatif dan perkiraankualitatif adalah
a.) Perkiraan kuantitatif- Persamaan Shammas (1988) metode
pertama sebesar 12.000 jam.
- Persamaan Shammas (1988) metodekedua sebesar 54.040 jam.
b.) Perkiraan kualitatif
-
Kurva Neubaur dan Wedel (1983)berada di kelas C dengan keteranganharus diperbaiki atau diganti dengantube yang baru setelah enam bulan
beroperasi.- Gambar struktur mikro Mardianto
(2007) perkiraan kerusakan 80%
menghasilkan perkiraan umur sisa20%. Keterangan inspeksi ulang
setelah sekitar 10.000 jam operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim Ahmad, J. dkk. 2009. Failureinvestigation on rear waterwall tube
of boiler. Engineering FailureAnalysis16:2325-2332.
Annual Book of ASTM Standards, Section 3Metals test method and analytical
prosedures. 1986. Metallography;
Nondestructive Testing. Standardmethods of preparation ofmetallographic specimens. ASTM
E3: 5 - 11
5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf
9/9
9
Annual Book of ASTM Standards, Section 3
Metals test method and analyticalprosedures. 1986. Metallography;
Nondestructive Testing. Standardtest method for microhardness of
materials. ASTM E384: 342 - 346
ASME Boiler and Pressure Vessel Code,
Section II Metrials Part A FerrousMaterial Specifications. 1995.Subcommitte on materials. New
York: The American Society ofMechanical Engineers.
Bulloch, J.H., Callagy, A.G., Scully, S.,
Greene, A. 2009. A failure analysisand remnant life assessment of
boiler evaporator tubes in two 250MW boiler. Engineering FailureAnalysis16:775-793.
Cane, B.J. dan Shammas, M.S. 1984. AMethod for Remanent LifeEstimation by Quantitative
Assessment of Creep Cavitation onPlant. In Damage Mechanism andLife Assessment of High
Temperature Components, ed.R.Viswanathan, 219. USA: ASMInternational Metals Park, Ohio
44073.
Dhua, S.K. 2010. Metallurgical investigation
of failed boiler water-wall tubesreceiced from a thermal powerstation. Engineering Failure
Analysis17: 1572-1579.
Drastiawati, N. 2009. Analisa kerusakantube left waterwall boiler furnace
PLTU ditinjau dari aspek metalurgi.Insitut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Ellis, F.V. et al. 1988. Remaining LifeAssessment of Boiler Pressure Parts.
In Damage Mechanism and Life
Assessment of High Temperature
Components, ed. R.Viswanathan,218. USA: ASM InternationalMetals Park, Ohio 44073.
Malek, M.A. 2005. Power Boiler Design,
Inspection, and Repair: ASME CodeSimplified. Michigan University:
McGraw-Hill.
Mardianto, D. 2007. Analisa Kegagalan dan
Perkiraan Umur Sisa Terhadap RiserTube Waste Heat Boiler E 1 007 B
NH3 Unit di PT Pupuk Kaltim, Tbk.Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Moran, M.J. 2004. Bab 8 Sistem TenagaUap: Termodinamika Teknik Jilid 2.
Translated by Nugroho, Y.S.,
Surjosatyo, A. Ed. Simarmata, L. 1 5. Jakarta: Erlangga.
Neubauer, B dan Wedel, U. 1983. RestlifeEstimation of Creeping Components
by Means of Replicas, in Advancesin Life Prediction Methods, Ed.Woodford, D.A. and Whitehead,J.R., 307-314. American Society of
Mechanical Engineers. New York.
Port, Robert D. and Herro, Harvey M. 1991.The Nalco Guide to Boiler Failure
Analysis. USA: McGraw-Hill, Inc.
Shammas, M. et al. 1988. Remaining Life of
Boiler Pressure Parts, HAZ Models.In Damage Mechanism and Life
Assessment of High Temperature
Components, ed. R.Viswanathan,220 223. USA: ASM International
Metals Park, Ohio 44073.
Sopan Syofian, e-mail message to author,March 16, 2011
Teguh Purnawan, e-mail message to author,Desember 30, 2011.
Viswanathan, R. 1995. Damage Mechanismand Life Assessment of High
Temperature Components. USA:ASM International Metals Park,
Ohio 44073..