9

ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    1/9

    1

    ANALISA KEGAGALAN DAN PERKIRAAN UMUR SISA PIPA AIR

    PADA BOILER 31F-4 UTILITIES-1 DI PT BADAK NGL BONTANG

    Ir. Muchtar Karokaro M.Sc,1, Yuli Setiyorini, S.T., M.Phil,

    1, Denny Alfiantino Ibni

    21Staff Pengajar Teknik Material dan Metalurgi ITS, 2Mahasiswa Teknik Material dan

    Metalurgi ITSe-mail : [email protected]

    ABSTRAKUtilities-1 boiler 31F-4 di PT Badak adalah boiler yang digunakan sebagai pembangkit

    listrik tenaga uap sumber tenaga utama untuk membangkitkan penggerak mesin proses berupapompa, kompresor, uap untuk reboiler dan pemanas kebutuhan proses. Boiler ini sudah

    digunakan selama 29 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, telah terjadi kegagalan fungsi pada

    waterwall tube (baja karbon menengah ASME B&PV SA 178 C nomor 37) di nose section.Adanya kerusakan tersebut diperlukan metode analisa kegagalan.

    Metode yang dilakukan pengamatan visual makro dan mikro yaitu meliputi pengukuranketebalan, analisa struktur mikro (mikroskop optic), analisa morfologi dan komposisi (SEM-

    EDX). Pengujian mekanikal (microhardness). Sedangkan untuk perkiraan umur sisa, dilakukanpenilaian analisa secara kuantitatif dengan menggunakan metode Shammas dan analisa kualitatifberdasarkan kurva Neubauer dan Wedel, serta gambar struktur mirko Mardianto.

    Setelah dilakukan analisa kegagalan, diketahui bahwa kegagalan berupa panas yangberlebih dalam jangka waktu yang lama dan diawali dengan korosi merata dan selanjutnya terjadikorosi galvanik pada tube. Untuk perkiraan umur sisa diperoleh nilai sebesar 12.000 jam dan

    54.040 jam secara kuantitatif dan berada pada kurva Neubauer dan Wedel berada pada kelas Cyang artinya harus diperbaiki atau diganti dengan tube yang baru setelah enam bulan beroperasi,serta berdasarkan gambar struktur mikro Mardianto perkiraan kerusakan 80% menghasilkan

    perkiraan umur sisa 20%, dengan keterangan inspeksi ulang setelah 10.000 jam operasi.

    Kata kunci: waterwall tube, baja karbon menengah SA 178 C, korosi merata, korosigalvanik, korosi erosi, perkiraan umur sisa

    ABSTRACT

    Utilities-1 boiler31F-4 in PT Badak is used as steam powered electricity generator as the

    main power to drive process-machines such as pimps, compressors, and reboiler steam. This

    boiler has been used for 29 years and suffered failure on its waterwall tube for precise on its nose

    section number 37. The tube is ASME B&PV SA 178 C.

    Failure analysis is conducted on failure macro and micro visual test including thickness

    measurement, microstructure analysis (microscope optic), morphology & composition (SEM-EDX), Mechanical testing is done by microhardness test.While to estimate remaining life

    assessment, quantitative and qualitative analysis by Shammas method, Neubauer-Wedel curve,and Mardianto microstructure standard is conducted.

    The analysis resulted that the failure is caused by long-term overheating, started by

    uniform/general corrosion that leads to galvanic corrosion is occured. For remaining life

    assessment is estimated 12.000 hours and 54.040 hours quantitatively. It is placed in C class on

    Neubauer-Wedel curve, that means to be repaired or replaced with a new tube after six months

    operation. According to Mardianto microstructure, the estimated lost is 80% that resulted to 20%

    remaining life time with inspection after 10.000 hours works.

    Keywords : waterwall tube, medium carbon steel SA 178 C, unform corrosion, galvanic

    corrosion, remaining life assessment

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    2/9

    2

    1. PENDAHULUANPT. Badak merupakan salah satu

    perusahan terbesar yang menghasilkan

    LNG, dimana diperlukan adanya daya suatupenggerak. Daya penggerak ini berasal dariturbin uap yang dibangkitkan oleh boiler.Boilersudah beroperasi selama kurang lebih

    300.000 jam, tidak menutup kemungkinanterjadi degradasi bahan pada komponen-komponen di boiler, terutama pada pipa

    yang beroperasi pada temperatur tinggi.Permasalahan yang sering terjadi di pabrik

    pada pipa berupa crack, penebalan scale,

    bluging, maupun korosi pit. Permasalahanyang sering terjadi tersebut dapat

    membahayakan bagi boiler serta dapatmenurunkan daya kerja sistem.

    Untuk mengatasi permasalahantersebut diperlukannya analisa kegagalanserta perkiraan umur sisa terhadap pipa.

    Untuk penentuan perkiraan umur sisamenggunakan dua metode, secara analisakualitatif dan secara analisa kuantitatifsebagai perbandingan.

    Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk dapat mengetahui kerusakan dan

    penilaian umur sisa pada tube dengan

    melakukan pengamatan morphology,komposisi kimia, serta pengukuran

    prosentase kemuluran sehingga diharapkan

    nantinya sebagai pertimbangan dalampencegahan dan perawatan untukmenghindari kebocoran tube yang serupa.

    2. METODOLOGI PENELITIANMetodologi yang dilakukan pada

    sampel tube digunakan pengukuran

    ketebalan, pengamatan makro dan mikro,yaitu pengamatan makro dilakukan dengan

    menggunakan kamera dan stereomicroscopesedangkan pengamatan mikro digunakan

    pengamatan mikrostruktur (Mikroskopoptik), uji SEM-EDX, dan uji kekerasan(Microhardness). Kemudian untuk perkiraan

    umur sisa menggunakan metode metalografidengan pendekatan pada penelitian kurva

    Neubauer-Wedel dan Mardianto (2007)

    untuk yang kualitatif sedangkan untuk yangkuantitatif menggunakan pendekatanShammas.

    3. DATA DAN PEMBAHASAN

    3.1. MaterialMaterial tube yang digunakan

    adalah SA 178 C. Menurut Standard Boilerand Pressure Vessel Code (ASME B&PV,

    1995) material merupakan logam paduandengan komposisi kimia unsur utama adalahFe. Berikut ini spesifikasi komposisi kimia

    unsur paduan yang terkandung dan sifatmekanik material tube.

    Tabel 3.1Komposisi Kimia Tube SA 178 C

    Element Composition, %

    Carbon 0,35 maxManganese 0,80Phosphorus, max 0,035

    Sulfur, max 0,035Silicon

    Tabel 3.2Sifat Mekanik

    Tensile Strength, ksi[MPa]

    60 [415]

    Yield Strength, ksi[Mpa]

    37 [255]

    Elongation, min, % 30

    Peninjauan dari kadar karbon yangdimiliki, material waterwall tube untuk

    boiler termasuk jenis baja karbon mediumatau nama lainnya carbon-manganese steelkarena memiliki kandungan Mn 0,8%. Mn

    menaikkan kekuatan dan kekerasan, dan inilebih efektif pada kadar karbon yang lebihtinggi. Berdasarkan tabel komposisi kimia

    masih terdapat unsur unsur pemadu lain.Unsur unsur pemadu ini dipilih agar

    memperoleh sifat mekanik tertentu yang

    tahan terhadap temperatur tinggi

    (refractory). Spesifikasi komponen materialwaterwalltube SA 178 C diperlihatkan padatabel 3.3.

    Tabel 3.3Data Teknis Waterwall Tube

    Diameter luar 76,2 mmTebal nominal 4 mmMaterial SA 178

    Grade CNomor 37Temperatur design 371

    oC

    Tekanan design 1025 Psig

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    3/9

    3

    3.2. Pengukuran Ketebalan

    Nilai rata rata kedua sampel (tubegagal dan normal) ditampilkan dalam bentuk

    grafik pada gambar 3.1.

    Gambar 3.1Grafik nilai rata rata ketebalan

    kedua sampel

    Gambar 3.1 menunjukkan bahwa

    menurut nilai ketebalan yang dihasilkanpada tube yang gagal ini menunjukkanbahwa nilai ketebalan tube berkurang akibat

    terdegradasinya material karena korosimerata yang dihasilkan. Berkurangnya nilaiketebalan pipa tentunya akan mempengaruhikekuatan material. Namun nilai ketebalan ini

    masih berada pada kawasan ketebalan yangditoleransikan karena nilai ketebalannominal sebesar 4 mm.

    3.3. Pengamatan MakroBerikut ini hasil dari pengamatan

    makro.

    Gambar 3.2 Hasil foto dari kamera digitalsampel waterwall tube yang menunjukkan

    kerusakan a) tampak samping b) permukaan luarterdapat retakan yang dilingkari b1) hasil foto

    dari streomicroscope8x perbearan c) permukaan

    dalam menunjukkan endapan deposit c1) 11xperbesaran retakan permukaan dalam c2) 15x

    perbesaran depoit; retakan dimulai dari

    permukaan dalam dan menjalar keluar

    Awal retakan (initiation crack)

    terdapat pada penggembungan dibagian tube

    yang melengkung (gambar 3.2a). Tidaktampak adanya gejala endapan deposit padadinding permukaan luar hanya saja retakan

    terlihat membentuk pola transfersal dan

    sedikit sekali lapisan coating yangterkelupas (gambar 3.2b) dan (gambar

    3.2b1). Jika diasumikan retakan berasal daridinding permukaan dalam tube, seperti yangditampilkan pada gambar 3.2c dan gambar

    3.2c1. Pada dinding permukaan dalammenunjukkan bahwa terbentuknya endapan

    deposit yang merata dan kemudian bagian

    yang menggembung, deposit sudah terlepas,sehingga kerusakan yang terjadi akibat dari

    korosi merata (uniform corrosion) padadinding tube, namun pada bagian yang

    melengkung material mengalami deformasimenyebabkan deposit dapat dengan mudah

    terlepas dari dinding tube.

    3.4. Pengamatan Mikroskop Optik

    Hasil dari pengamatan mikroskopoptik pada specimen tube normal

    ditampilkan sebagai berikut:

    penggembun

    a)

    b)

    c)

    Aliran fluida

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    4/9

    4

    Gambar 3.3Specimen tube normal perbesaran200x

    Pada gambar 3.3 merupakan gambar

    specimen tube yang normal (tidak

    mengalami perlakuan sama sekali) yangsudah mengalami etsa. Tampak pada gambarterlihat bahwa struktur ferrite diperlihatkan

    pada butiran yang berwarna terang, di mana

    memiliki unsur C yang relative sebesar0,35% dapat dilihat pada tabel 3.1, serta

    struktur pearlite diperlihatkan pada butiranyang berwarna gelap.

    Pada gambar 3.4 menunjukkan

    pengambaran tube gagal yang menghasilkantiga daerah yang berbeda, yaitu daerahdeposit, daerah transisi, dan daerah base

    metal. Pada daerah inner surface inilahterdapat endapat deposit. Endapat deposit

    merupakan unsur unsur pembawa darialiran air yang masuk kedalam tube. Dengan

    adanya deposit tersebut, seiringnya waktumaterial tube mengalami degradasi, dilihatdari gambar 3.5a. di mana material terdifusioleh deposit. Adapun penyebab lain dari

    akibat adanya deposit yaitu, material

    mengalami perbedaan pemerataan panas.Perbedaan pemerataan panas inilah yang

    menyebabkan air didalam tube tidak

    menguap secara baik, karena konduktifitastermal pada deposit lebih rendah daripada

    material tube.Pada gambar 3.5b adalah daerah

    transisi, namun pada daerah transisi kurangbegitu menampakkan perbedaan dengan

    base metal. Oleh karena itu diperlukannya

    pengujian lebih lanjut dengan menggunakanalat SEM yang mempunyai kemampuan

    perbesaran lebih besar dari pada mikroskopoptik.

    Hasil pengamatan tube yang gagal:

    Gambar 3.4Specimen tube gagal perbesaran

    100x serta daerah pengamatan

    Pada gambar 3.5 pengamatandilakukan kembali pada tiga daerah dengan

    perbesaran 500X, ditampilkan sebagai

    berikut:

    Gambar 3.5 Specimen tube perbesaran 500x

    a.)deposit b.)transisi c.)base metal

    Dinding Permukan dalam

    a)

    b)

    c)

    Dinding Permukan luar

    a)

    b)

    c)

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    5/9

    5

    Pada gambar 3.5c menunjukkan

    merupakan daerah pengamatan base metalmaterial tube gagal terlihat bahwa bentuk

    penggambaran struktur mikro berbeda sekalidengan strukutr mikro yang normal. Pada

    base metal tube gagal ini terlihat butiranferrite lebih dominan ketimbang butiran

    pearlite. Tampak juga pada butiran pearlite

    terlihat memudar (kabur). Pemudaranbutiran dimungkinkan karena terdispersinya

    karbida yang masuk ke dalam struktur.Kristal butiran ferrite, sehingga pearlite yangsebelumnya berbentuk lamellar cenderung

    berbentuk bulat,

    Pearlite(Fe3C )

    Fe3C(speroid)+

    dengan kata lain Fe3C cenderung mau

    berpisah menjadi Fe3C yang bulat

    (speroid/globular partikel). Itulah mengapabutiran ferrite cenderung lebih dominanketimbang butiran pearlite, karena butiran

    pearlite berusaha menyeimbangkan dirinya

    dengan cara menyisip pada butiran strukturkirtal ferrite yang disebabkan dari pengaruhtemperatur tinggi dalam jangka waktu yang

    lama.

    3.5 Pengamatan (SEM-EDX)Uji SEM-EDX dilakukan untuk

    melanjutkan pengamatan yang lebihmendalam beserta komposisi unsur setelahmelakukan pengamatan mikroskop optik.

    Hasil penggambaran SEM ditampilkan pada

    gambar 3.6.Hasil uji SEM dapat ditampilkan

    dengan jelas terbentuknya tiga daerah yangberbeda, terutama pada daerah transisidengan ketebalan tertentu yang di mana

    pada pengamatan mikroskop optik tidak

    mampu menghasilkan penggambarandengan jelas karena terbatasnya pembesarangambar (gambar 3.6). Pada daerah transisi

    terditeksi mengandung kadar oksigen yang

    tinggi sebesar 22,83 Wt% yang berasal darimedia aliran air yang mengalami penguapan

    (gambar 3.7b). Hal ini menunjukkan bahwakorosi yang terbentuk adalah korosi merata(uniform corrosion) dengan produk korosi

    berupa oksida besi.

    Gambar 3.6 Penampang samping pada

    pembentukan deposit di base metal specimenwaterwall tube: a) morfologi pada tiga daerah,a1) deposit

    Dengan adanya korosi merata ini ketebalan

    material akan berkurang. Berikut reaksi

    yang terjadi,

    2Fe + O2 + 2H2O2Fe(OH)2

    Selain itu pada daerah deposit jugaterditeksi mengandung unsur Cu sebesar55,44 Wt% (gambar 3.7c). unsur Cu yang

    mengendap ini sangat tinggi, hal inimenunjukkan bahwa, selain korosi merata,tube ini juga mengalami efek korosi

    galvanik. Korosi galvanik ini dapat terjadikarena adanya perbedaan potensial, Cusebagai katoda dan Fe sebagai anoda,

    sehingga Fe akan mengalami oksidasi.Menurut hasil analisa sebelumnya dari pihakPT Badak NGL, Cu ini kemungkinan

    berasal dari material compound untuk

    sealing system pada manway steam drum

    dan mud drum, menggunakan copaslip.Bahan utama copaslip ini tidak ikut

    mendidih dan tertinggal di bagian tube yangterpengaruh grafitasi sehingga menempel

    pada tube terutama di bagian nose(Purnawan 2011).

    1

    1

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    6/9

    6

    a.) Base Metal

    b.)

    Daerah Transisi

    c.)

    Daerah Deposit

    Gambar 3.7 Grafik komposisi unsur pada pemetaan gambar EDX a.) daerah base metal, b.) daerah transisi,

    c.) daerah deposit

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    7/9

    7

    3.6 Pengujian Kekerasan

    Hasil dari pengujian kekerasanditampilkan pada gambar 3.8.

    Gambar 3.8Grafik nilai kekerasan rata-rata

    pada tube gagal dan tube normal.

    Data hasil uji kekerasan diperoleh

    bahwa pada tube yang gagal memiliki angkakekerasan yang lebih tinggi dibanding

    dengan tube yang normal untuk fasa pearlite

    maupun ferrite (gambar 3.8). Ini disebabkanoleh temperatur operasi. Bisa dikatakan pula

    merupakan pemanasan yang berlebih dalam

    waktu yang lama.

    Kekerasan yang terjadidiindikasikan bahwa berdasarkan struktur

    mikro, pearlite sudah mulai terdispersi kedalam ferrite. Dalam pengertian lain,kemungkinan karbida tersisip ke dalam

    butiran kristal ferrite. Dengan terdispersinyakarbida tersebut ke dalam butiran kristal

    ferrite mengakibatkan timbulnya tegangan.

    Hal inilah yang menyebabkan kenapakekerasan pada tube yang gagal lebih tinggi

    dari pada tube normal.

    3.7 Perkiraan Umur SisaDalam melakukan perkiraan umur

    sisa secara kualitatif menggunakan

    persamaan kurva Neubauer-Wedel (1983)(gambar 3.9) dan Mardianto (2007).

    Gambar 3.9Perkiraan umur kemuluran yang

    berdasarkan pada klasifikasi cavity(Neubauerdan Wedel 1983)

    Untuk perkiraan secara kuantitatif

    menggunakan pendekatan Shammasmenjadi dua metode. Metode pertama,

    perkiraan berdasarkan persamaan 3.1 yaitu

    kombinasi dari percobaan Cane danShammas.

    .....persamaan 3.1

    Metode kedua perkiraan berdasarkan waktuoperasi dibandingkan dengan waktu rusak(texp/tr) dengan perhitungan pada persamaan

    3.2

    ..........persamaan 3.2

    Kemudian diplot pada kurva klasifikasicavity, kemudian dikorelasikan dengan

    kurva Neubauer dan Wedel, serta kurvaERA Technology dari penelitian Mardianto.

    Pada perkiraan umur sisa untuk

    metode pertama persamaan Shammas sisa

    usia kerja sebesar 12.000 jam dari waktuoperasi 200.000 jam. Metode kedua didapatsisa usia kerja sebesar 54040 jam dari waktuoperasi 200.000. hal ini menunjukkan bahwa

    pada perhitungan metode kedua sudahmendekati nilai dari waktu yang sebenarnya

    di lapangan, di mana pipa boiler telahmengalami kerusakan di saat waktu rusak

    (time to rupture) sebesar 254.040 jam. Jika

    dibandingkan dengan metode yang pertamaestimasi total sampai gagal hanya sebesar

    212.000 jam.

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    8/9

    8

    Ketika dihubungkan dengan kurva

    Neubauer dan Wedel posisi strukturmikroberada di klasifikasi kerusakan kelas C.

    klsifikasi kerusakan kelas C denganpenjelasan bahwa pipa atau tube sudah harus

    dalam perbaikan atau pergantian dengantube yang baru, karena sudah berada pada

    batas perawatan sampai dilakukan perbaikan

    sekala besar (Neubauer dan Wedel, 1983), .Begitu pula ketika dicocokkan dengan

    penelitian Mardianto perkiraan kerusakansebesar 80% dan perkiraan sisa umur hanya20%. Pada kondisi tersebut strukturmikro

    sudah menunjukkan bahwa pada fasepearlite yang pada fase normal berbentuk

    lameral, sudah cenderung berbentuk bulatterdispersi dibutiran ferrite. Hal ini

    dikarenakan proses pemanasan berlebih

    dalam jangka waktu yang sangat lama.

    3.8 Mekanisme Kegagalan

    Mekanisme kegagalan diasumsikan

    bahwa bagian dalam tube mengalami korosi.Korosi ini merupakan penumpukkan

    daripada scale/deposit. Karena adanya scaletemperatur material tube menjadi lebih

    tinggi dari pada temperatur lain(pemeratanan panas yang berbeda beda)karena konduktifitas termal pada deposit

    lebih rendah daripada konduktifitas termal

    tube. Seiringnya waktu berjalan semakinbanyak pula endapan scale yang melekat

    terutama dibagian nose section. Akibatnyatemperatur pipa meningkat sehingga

    menyebabkan kekuatan pipa berkurangterutama daerah yang menggelembung yangkemudian material mengalami deformasi.

    Dengan adanya deformasi material

    (menggelembung) ketebalan pipa menjadiberkurang atau menjadi tipis. Penipisan

    ketebalan mengakibatkan tegangan menjadibesar. Dengan tegangan menjadi besardeformasi banyak lagi. Begitu seterusnyahingga pada waktu tertentu akhirnya

    mengalami retakan (crack).

    5. KESIMPULANHasil dari analisa yang telah dilakukan

    dapat diambil kesimpulan

    1.

    Faktor yang menyebabkan kegagalan

    dari material tube SA 178 C pada Boiler31F-4 Utilities 1 PT Badak NGL

    Bontang adalah

    a.) Kegagalan berupa panas yangberlebih dalam jangka waktu yang

    lama (Long Term Overheating).b.) Kegagalan berawal dari korosi

    merata (uniform corrosion) produkkorosi okisda besi dan terjadi

    penumpukan Cu sehingga

    menghasilkan korosi bimetal(galvanic corrosion).

    2. Perkiraan umur sisa pada tube/pipaberdasarkan metode metalografi dengan

    perkiraan kuantitatif dan perkiraankualitatif adalah

    a.) Perkiraan kuantitatif- Persamaan Shammas (1988) metode

    pertama sebesar 12.000 jam.

    - Persamaan Shammas (1988) metodekedua sebesar 54.040 jam.

    b.) Perkiraan kualitatif

    -

    Kurva Neubaur dan Wedel (1983)berada di kelas C dengan keteranganharus diperbaiki atau diganti dengantube yang baru setelah enam bulan

    beroperasi.- Gambar struktur mikro Mardianto

    (2007) perkiraan kerusakan 80%

    menghasilkan perkiraan umur sisa20%. Keterangan inspeksi ulang

    setelah sekitar 10.000 jam operasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim Ahmad, J. dkk. 2009. Failureinvestigation on rear waterwall tube

    of boiler. Engineering FailureAnalysis16:2325-2332.

    Annual Book of ASTM Standards, Section 3Metals test method and analytical

    prosedures. 1986. Metallography;

    Nondestructive Testing. Standardmethods of preparation ofmetallographic specimens. ASTM

    E3: 5 - 11

  • 5/20/2018 ITS-paper-21930-2707100032-Pape.pdf

    9/9

    9

    Annual Book of ASTM Standards, Section 3

    Metals test method and analyticalprosedures. 1986. Metallography;

    Nondestructive Testing. Standardtest method for microhardness of

    materials. ASTM E384: 342 - 346

    ASME Boiler and Pressure Vessel Code,

    Section II Metrials Part A FerrousMaterial Specifications. 1995.Subcommitte on materials. New

    York: The American Society ofMechanical Engineers.

    Bulloch, J.H., Callagy, A.G., Scully, S.,

    Greene, A. 2009. A failure analysisand remnant life assessment of

    boiler evaporator tubes in two 250MW boiler. Engineering FailureAnalysis16:775-793.

    Cane, B.J. dan Shammas, M.S. 1984. AMethod for Remanent LifeEstimation by Quantitative

    Assessment of Creep Cavitation onPlant. In Damage Mechanism andLife Assessment of High

    Temperature Components, ed.R.Viswanathan, 219. USA: ASMInternational Metals Park, Ohio

    44073.

    Dhua, S.K. 2010. Metallurgical investigation

    of failed boiler water-wall tubesreceiced from a thermal powerstation. Engineering Failure

    Analysis17: 1572-1579.

    Drastiawati, N. 2009. Analisa kerusakantube left waterwall boiler furnace

    PLTU ditinjau dari aspek metalurgi.Insitut Teknologi Sepuluh

    Nopember, Surabaya.

    Ellis, F.V. et al. 1988. Remaining LifeAssessment of Boiler Pressure Parts.

    In Damage Mechanism and Life

    Assessment of High Temperature

    Components, ed. R.Viswanathan,218. USA: ASM InternationalMetals Park, Ohio 44073.

    Malek, M.A. 2005. Power Boiler Design,

    Inspection, and Repair: ASME CodeSimplified. Michigan University:

    McGraw-Hill.

    Mardianto, D. 2007. Analisa Kegagalan dan

    Perkiraan Umur Sisa Terhadap RiserTube Waste Heat Boiler E 1 007 B

    NH3 Unit di PT Pupuk Kaltim, Tbk.Institut Teknologi Sepuluh

    Nopember, Surabaya.

    Moran, M.J. 2004. Bab 8 Sistem TenagaUap: Termodinamika Teknik Jilid 2.

    Translated by Nugroho, Y.S.,

    Surjosatyo, A. Ed. Simarmata, L. 1 5. Jakarta: Erlangga.

    Neubauer, B dan Wedel, U. 1983. RestlifeEstimation of Creeping Components

    by Means of Replicas, in Advancesin Life Prediction Methods, Ed.Woodford, D.A. and Whitehead,J.R., 307-314. American Society of

    Mechanical Engineers. New York.

    Port, Robert D. and Herro, Harvey M. 1991.The Nalco Guide to Boiler Failure

    Analysis. USA: McGraw-Hill, Inc.

    Shammas, M. et al. 1988. Remaining Life of

    Boiler Pressure Parts, HAZ Models.In Damage Mechanism and Life

    Assessment of High Temperature

    Components, ed. R.Viswanathan,220 223. USA: ASM International

    Metals Park, Ohio 44073.

    Sopan Syofian, e-mail message to author,March 16, 2011

    Teguh Purnawan, e-mail message to author,Desember 30, 2011.

    Viswanathan, R. 1995. Damage Mechanismand Life Assessment of High

    Temperature Components. USA:ASM International Metals Park,

    Ohio 44073..