13
79 ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI TERMS OF KINSHIP IN THE BANYUWANGI SOCIETY Puspa Ruriana Balai Bahasa Jawa Timur Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo Pos-el: [email protected] Telp. 081335626848 Abstract Kinship is a term to mention or greet someone who is bound to ourselves because of descent, blood, and marriage. In the Banyuwangi society, it is known terms of kinship, which is not found in the other society in east Java. The research purposes are to describe the terms of kinship and their functions to Banyuwangi society. The problem of the research is how the using of the terms kinship and the function in the daily using in Banyuwangi society. The method of the research is participant observation. Padan method is used to analyzes data which are found. Data are colected by interviewing the informants and also it is supported by recording and writing technique. Data is analyzed using kinship system theory. Kinship terms in the Banyuwangi society can be grouped in to three, the kinship terms because of direct line of descent, kinship terms because of indirect line of descent, and kinship terms because of marriage. The function of the terms kinship in the Banyuwangi society in addition to showing kinship relations, it also functions claimed to be brothers. Keywords: the terms, kinship, Banyuwangi society Abstrak Istilah kekerabatan adalah istilah untuk menyebut atau menyapa orang yang terikat kepada diri sendiri karena hubungan keturunan, darah, atau perkawinan. Dalam masyarakat Banyuwangi dikenal istilah- istilah kekerabatan yang tidak ditemukan pada masyarakat lain di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan istilah kekerabatan dan fungsinya bagi masyarakat Banyuwangi. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan istilah kekerabatan beserta fungsinya dalam pemakaian sehari-hari masyarakat Banyuwangi? Metode penelitian yang digunakan adalah metode simak dengan teknik libat dan cakap. Metode padan digunakan untuk menganalisis data yang ditemukan. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para informan dengan dibantu teknik rekam dan catat. Data dianalisis dengan menggunakan teori sistem kekerabatan. Istilah kekerabatan dalam masyarakat Banyuwangi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu istilah kekerabatan berdasarkan garis keturunan langsung, istilah kekerabatan berdasarkan garis keturunan tidak langsung, dan istilah kekerabatan karena adanya perkawinan. Dilihat dari segi fungsi istilah kekerabatan dalam masyarakat Banyuwangi selain untuk menunjukkan hubungan perkerabatan, juga berfungsi untuk nyedolOr (mengaku saudara). Kata Kunci: istilah, kekerabatan, masyarakat Banyuwangi 1. Pendahuluan Istilah kekerabatan adalah istilah untuk menyebut atau menyapa orang yang terikat kepada diri sendiri karena hubungan keturunan, darah, atau perkawinan. Istilah kekerabatan bersifat universal dan pasti dimiliki oleh semua bahasa di dunia. Chaer (1997: 99) menyebutkan kata nama perkerabatan, yaitu kata-kata yang menunjukkan

ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

Puspa RurianaIstilah Kekerabatan dalam Masyarakat Banyuwangi

79

ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

TERMS OF KINSHIP IN THE BANYUWANGI SOCIETY

Puspa RurianaBalai Bahasa Jawa Timur

Jalan Siwalanpanji, Buduran, SidoarjoPos-el: [email protected]

Telp. 081335626848

AbstractKinship is a term to mention or greet someone who is bound to ourselves because of descent, blood, and marriage. In theBanyuwangi society, it is known terms of kinship, which is not found in the other society in east Java. The researchpurposes are to describe the terms of kinship and their functions to Banyuwangi society. The problem of the research ishow the using of the terms kinship and the function in the daily using in Banyuwangi society. The method of the researchis participant observation. Padan method is used to analyzes data which are found. Data are colected by interviewing theinformants and also it is supported by recording and writing technique. Data is analyzed using kinship system theory.Kinship terms in the Banyuwangi society can be grouped in to three, the kinship terms because of direct line of descent,kinship terms because of indirect line of descent, and kinship terms because of marriage. The function of the termskinship in the Banyuwangi society in addition to showing kinship relations, it also functions claimed to be brothers.

Keywords: the terms, kinship, Banyuwangi society

AbstrakIstilah kekerabatan adalah istilah untuk menyebut atau menyapa orang yang terikat kepada diri sendirikarena hubungan keturunan, darah, atau perkawinan. Dalam masyarakat Banyuwangi dikenal istilah-istilah kekerabatan yang tidak ditemukan pada masyarakat lain di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan istilah kekerabatan dan fungsinya bagi masyarakat Banyuwangi. Masalah dalampenelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan istilah kekerabatan beserta fungsinya dalam pemakaiansehari-hari masyarakat Banyuwangi? Metode penelitian yang digunakan adalah metode simak denganteknik libat dan cakap. Metode padan digunakan untuk menganalisis data yang ditemukan. Datadikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para informan dengan dibantu teknik rekam dancatat. Data dianalisis dengan menggunakan teori sistem kekerabatan. Istilah kekerabatan dalammasyarakat Banyuwangi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu istilah kekerabatanberdasarkan garis keturunan langsung, istilah kekerabatan berdasarkan garis keturunan tidak langsung,dan istilah kekerabatan karena adanya perkawinan. Dilihat dari segi fungsi istilah kekerabatan dalammasyarakat Banyuwangi selain untuk menunjukkan hubungan perkerabatan, juga berfungsi untuk nyedolOr(mengaku saudara).

Kata Kunci: istilah, kekerabatan, masyarakat Banyuwangi

1. PendahuluanIstilah kekerabatan adalah istilah untuk

menyebut atau menyapa orang yang terikat kepadadiri sendiri karena hubungan keturunan, darah,

atau perkawinan. Istilah kekerabatan bersifatuniversal dan pasti dimiliki oleh semua bahasa didunia. Chaer (1997: 99) menyebutkan kata namaperkerabatan, yaitu kata-kata yang menunjukkan

Page 2: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

80

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

hubungan kekerabatan atau keluarga dengan pihakdiri pertama, misalnya ayah, ibu, nenek, paman,kakak, adik, bapak, dan Saudara. Kata-kata namaperkerabatan ini dapat berfungsi sebagai diri orangpertama, orang kedua, dan orang ketiga dalamsuatu pertuturan. Kata-kata ini digunakan untukmenyatakan keakraban (di dalam keluarga), sopansantun, dan hormat (terhadap orang di luar ke-luarga), dan menampilkan suasana formal (dalampembicaraan dinas).

Istilah kekerabatan yang muncul sangatdipengaruhi oleh budaya dan tentunya sangat di-pengaruhi oleh bahasa yang dimiliki oleh masya-rakat setempat. Begitu pula istilah kekerabatanpada masyarakat Banyuwangi, memiliki istilah-istilah kekerabatan yang khas dibandingkanmasyarakat lainnya di Jawa Timur.

Masyarakat Banyuwangi berlokasi di ujungTimur Pulau Jawa dengan luas wilayah sekitar5.782,50 km2. Secara administratif, Banyuwangimerupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur.Wilayahnya terdiri atas 24 kecamatan, yaknikecamatan Wonorejo, Giri, Glagah, Banyuwangi,Kabat, Singojuruh, Rogojampi, Muncar, Genteng,Srono, Gambiran, Songon, Bangurejo, Purwoharjo,Tegal Dlimo, Pesanggaran, Kalibaru, Glenmore,Sengon, Cluring, Licin, Siliragung, dan Pakis(Ruriana: 2016).

Secara kebahasaan, masyarakat Banyuwangisehari-hari menggunakan bahasa yang merekasebut sebagai bahasa Blambangan. Di samping itu,masyarakat Banyuwangi juga kerap menggunakanbahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan merekasehari-hari, terutama yang berada di daerah per-kotaan. Selain itu, tidak sedikit pula yang meng-gunakan bahasa IndOnesia dalam berbagai peristi-wa tutur. Hal itu tidak lepas dari pengaruh media,baik cetak, audio, audio-visual, dan sosial, sertabahasa pengantar pendidikan di sekolah.

Selama ini penelitian terhadap bahasa yangdigunakan masyarakat Banyuwangi masih jarang

dilakukan. Hal ini terutama disebabkan adanyaanggapan bahwa bahasa yang digunakan olehmasyarakat Banyuwangi hanyalah dianggap dialekdari bahasa Jawa. Walaupun demikian, penelitimerasa ada banyak kekhasan yang dimiliki masya-rakat Banyuwangi yang belum banyak diungkap,antara lain penelitian terkait istilah kekerabatanmasyarakat Banyuwangi. Untuk itu, penelitianterkait istilah kekerabatan ini perlu untuk dilaku-kan.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini,yaitu bagaimanakah penggunaan istilah kekera-batan dalam masyarakat Banyuwangi besertafungsi istilah kekerabatan tersebut dalam penggu-naan sehari-hari masyarakat Banyuwangi? Dengandemikian, tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui istilah kekerabatan khas yang dimilikimasyarakat Banyuwangi beserta fungsi istilah ke-kerabatan tersebut dalam penggunaan sehari-hari.

Kajian istilah kekerabatan sudah cukup banyakdilakukan. Namun, penelitian tersebut umumnyaterkait dengan sistem sapaan yang dimiliki dalamsuatu bahasa. Selain itu, penelitian yang ditemukanumumnya bersifat kontrastif, yaitu dengan mem-bandingkan istilah kekerabatan dalam dua bahasayang berbeda. Penelitian tersebut dilakukanBaransano (2014) dengan judul “Istilah Kekera-batan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Kayupulo(Suatu Analisis Kontrastif)”. Penelitian sejenisdengan membandingkan istilah kekerabatan dalamdua bahasa juga dilakukan oleh Simboh (2002),Takua (2003), Naman (2007), dan Yulianto(2012). Yang membedakan penelitian ini denganpenelitian-penelitian sebelumnya, yaitu dalampenelitian ini tidak dilakukan perbandingan istilahkekerabatan, tetapi lebih difokuskan pada peng-gunaan istilah kekerabatan tersebut dan fungsiistilah kekerabatan tersebut bagi masyarakat peng-gunanya.

Page 3: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

Puspa RurianaIstilah Kekerabatan dalam Masyarakat Banyuwangi

81

2. TeoriKekerabatan adalah unit-unit sosial yang

terdiri dari beberapa keluarga yang memilikihubungan darah atau hubungan perkawinan.Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak,menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek,nenek, dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompokkekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecilhingga besar.

Chaer (1997: 99) menyebutkan kata namaperkerabatan, yaitu kata-kata yang menunjukkanhubungan kekerabatan atau keluarga dengan pihakdiri pertama, misalnya ayah, ibu, nenek, paman,kakak, adik, bapak, dan saudara.

Menurut Wardhaugh (1986: 219), sistemkekerabatan merupakan ciri khas umum yangdimiliki oleh setiap bahasa karena kekerabatanmemegang peranan sangat penting dalam organi-sasi kemasyarakatan. Menurutnya, beberapa sis-tem lebih beragam dibanding yang lain, namunkesemuanya ditentukan oleh beberapa faktor yangberlaku secara umum, yaitu; jenis kelamin, tingkatketurunan, umur, hubungan darah, dan perkawin-an. Leech (1974: 236) menguraikan istilah keke-rabatan dapat dijelaskan berdasarkan pada jeniskelamin, generasi serta garis keturunan.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapatditarik simpulan bahwa istilah kekerabatan me-rupakan istilah yang menunjukkan adanya hubung-an kekerabatan atau keluarga karena adanya ikatandarah, baik langsung, tidak langsung maupunadanya ikatan perkawinan.

3. MetodeDalam penelitian ini digunakan metode

simak, libat dan cakap (Sudaryanto, 1993). Datadikumpulkan melalui wawancara langsung denganpara informan dibantu dengan teknik rekam dancatat. Wawancara berlangsung dalam suasana yang

tidak formal. Demi mendapatkan data yanglengkap, juga digunakan teknik pancing atauelisitasi (Spolsky, 2003:9), yaitu satu strategi untukmemancing atau mengarahkan informan dalammemberi informasi yang diinginkan dalampenelitian.

Menurut Sitorus (2000:86) populasi adalahseluruh unsur atau elemen yang menjadi anggotadalam suatu kesatuan yang akan diteliti, sedang-kan sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti.Oleh karena itu, digunakanlah sampel untukmewakili populasi secara keseluruhan. Populasidalam penelitian ini adalah seluruh penggunabahasa Blambangan, diutamakan yang berstatusmonolingual. Namun, karena sulitnya menentu-kan keakuratan pengguna bahasa Blambanganmonolingual, populasi penelitian ini dibatasihanya pada daerah relik. Hal ini dilakukan denganpertimbangan persentase pengguna bahasa Blam-bangan yang berstatus monolingual di daerah ter-sebut lebih sedikit dibanding di daerah perkotaandan desa-desa lain yang bukan relik. Mengingatbegitu banyak relik bahasa Blambangan, untukmemudahkan penelitian, populasi pada penelitianini harus dibatasi. Oleh karena itu, populasi pene-litian ini dibatasi pada desa-desa relik di Keca-matan Kabat. Kecamatan Kabat dipilih karenamobilitas masyarakat di kecamatan itu cenderungtidak terlalu tinggi. Dari empat belas desa yangberada di wilayah Kecamatan Kabat dipilih satudesa sebagai sampel, yaitu Desa Bunder. DesaBunder, dianggap telah mewakili keseluruhanpopulasi yang ada. Disamping itu, secara kebaha-saan keempat belas desa yang berada di KecamatanKabat tersebut menggunakan bahasa yang sama.

Sampel yang berkategori sebagai informanpenelitian ini merupakan warga asli Desa Bunder.Kriteria informan, yaitu sehat jasmani dan rohani,pengguna bahasa Blambangan aktif, berbahasa ibubahasa Blambangan, tidak menguasai bahasa lainsecara aktif selain bahasa Blambangan, mobilisasi

Page 4: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

82

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

rendah, maksimal dua kali dalam setahun pergike kota, interaksi dengan suku dan penggunabahasa lain rendah, maksimal dua kali dalamsetahun berkomunikasi dengan orang yang bukanpengguna bahasa Blambangan, tidak terjadiperkawinan silang dengan suku lain, baik dalamkeluarga inti maupun keluarga besar, dan minimalberusia empat puluh tahun.

4. PembahasanBerdasarkan analisis data yang telah dilaku-

kan, istilah kekerabatan dalam masyarakatBanyuwangi dapat dikelompokkan dalam tigakelompok. Ketiga kelompok tersebut, yaitu istilahkekerabatan yang terjadi karena garis keturunanlangsung, istilah kekerabatan yang terjadi karenagaris keturunan tidak langsung, dan istilah keke-rabatan karena perkawinan. Berikut ini akandijabarkan satu per satu istilah kekerabatan yangdigunakan oleh masyarakat Banyuwangi.

4.1 Istilah Kekerabatan karena GarisKeturunan LangsungIstilah kekerabatan yang terjadi karena garis

keturunan langsung adalah istilah kekerabatanyang berasal dari satu garis keturunan secaralangsung. Istilah ini terdiri atas generasi sejajardengan ego, generasi satu tingkat di atas ego, gene-rasi dua tingkat di atas ego, generasi satu tingkat dibawah ego, dan generasi dua tingkat di bawah ego.

a. Generasi Sejajar dengan EgoKerabat yang termasuk pada generasi ini

meliputi para kerabat yang berada satu generasidengan ego atau sejajar dengan ego. Dalammasyarakat Banyuwangi istilah kekerabatan ituadalah sebagai berikut.

Kakang [kakaG ]Istilah kekerabatan kakang [kakaG ] digunakan

untuk menyebut saudara laki-laki dari ego. Kakang[kakaG ] berarti ‘kakak laki-laki’.

Dalam perkembangan, istilah ini mengalamiperluasan jangkauan penggunaan. Kakang [kakaG ]yang semula hanya untuk menyebut kakak laki-laki, kini juga digunakan untuk menyebut laki-lakiyang lebih tua yang tidak memiliki hubungankekerabatan. Kata ini juga digunakan oleh istrikepada suaminya.

Sebutan yang semula hanya untuk laki-lakilebih tua pun meluas kepada laki-laki seumuran,bahkan lebih muda, dengan tujuan menghormatimitra tutur. Akan tetapi, penggunaan kata kakang[kakaG ] terhadap laki-laki lebih tua, tetapi tidakberkerabat tidak begitu umum dan berlaku hanyadi daerah-daerah tertentu saja. Pada beberapadaerah relik ada perasaan malu menggunakanistilah kakang [kakaG ] kepada laki-laki lebih tuatak berkerabat karena takut dianggap mengaku-ngaku berkerabat, kecuali penutur dan mitra tuturyang telah akrab. Namun, di daerah-daerah ter-tentu, di wilayah perkotaan, misalnya hal itu tidakberlaku. Istilah kakang [kakaG ] telah menjadisapaan pertemanan layaknya sapaan /bung/dalam bahasa IndOnesia. Akan tetapi, umumnyabukan sapaan kakang [kakaG ] secara utuh yangdigunakan melainkan ada penyingkatan menjadikang [kaG ] saja. Dalam penggunaannya katakakang [kakaG ] dapat muncul dalam dua bentuk,yakni kakang [kakaG ], dan kang [kaG ]. Bentuk yangterakhir ini akibat mengalami proses morfologispelesapan bunyi.

Dalam masyarakat Banyuwangi selain katakakang [kakaG ] digunakan kata acak [acaaca?]] untukmenyebut laki-laki lebih dewasa yang memilikihubungan kekerabatan. Kata acak [acaaca?]] berarti‘kakak laki-laki’. Dalam perkembangannya, istilahini juga mengalami perluasan jangkauan penggu-naan. Dalam penggunaannya kata [acaaca?]] dapattmuncul dalam beberapa bentuk, yakni acak [acaaca?]]dan cak [caaca?]]. Bentuk yang terakhir ini akibatmengalami proses morfologis pelesapan bunyi.

Page 5: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

Puspa RurianaIstilah Kekerabatan dalam Masyarakat Banyuwangi

83

Embok [|mbOk ]Istilah ini digunakan untuk menyebut perem-

puan lebih dewasa dari pembicara/penutur yangmemiliki hubungan kekerabatan. Embok [|mbOk ]berarti ‘kakak perempuan’. Istilah [|mbOk ] di-gunakan untuk menyebut saudara perempuan dariego.

Dalam perkembangannya, istilah ini meng-alami perluasan jangkauan penggunaan. Embok[|mbOk ] yang semula hanya digunakan untuk me-nyebut kakak perempuan, kini juga digunakanuntuk meyebut perempuan lebih tua dengan jarakusia tidak terlalu jauh yang tidak terikat hubungankekerabatan.

Istilah embok [|mbOk ] yang semula hanyadigunakan untuk perempuan lebih dewasa meluaskepada perempuan seumuran, bahkan lebih muda,dengan tujuan menghormati mitra tutur. Dalampenggunaannya kata embok [|mbOk ] dapattmuncul dalam beberapa bentuk, yakni [|mbOk ],[|mbOkaca?]], [|mbOk ], dan [|mbOkaca?]]. [|mbOk ] dan[|mbOkaca?]] biasanya muncul pada awal dan akhirklausa dan kalimat. Dua bentuk ini akibat meng-alami proses morfologis pelesapan bunyi.

b. Generasi Satu Tingkat di Atas EgoKerabat yang termasuk pada kelompok ini

meliputi orang tua kandung ego. Kerabat dalamkelompok ini terdiri atas ayah dan ibu. Dalammasyarakat Banyuwangi dikenal istilah-istilahsebagai berikut.

Apak [apaaca?]]Istilah apak [apaaca?]] digunakan untuk menyebut

orang tua laki-laki, baik orang tua biologis maupunangkat. Apak [apaaca?]] berarti ‘istilah kekerabatanuntuk orang tua laki-laki’. Dalam perkembangan-nya, terutama di perkotaan, istilah ini mengalamiperluasan jangkauan penggunaan. Apak [apaaca?]]yang semula hanya digunakan untuk menyebutorang tua laki-laki, baik orang tua biologis maupunangkat, juga menjadi sebutan untuk orang tua laki-

laki (dari) ayah dan ibu. Penggunaan, apak [apaaca?]]dapat dikatakan minim perubahan. Hinggga kinipenyebutan apak [apaaca?]] secara umum hanya diguna-kan untuk menyebut orang tua laki-laki, baik yangmemiliki hubungan biologis maupun tidak.

Dalam penggunaannya, kata apak [apaaca?]] dapattmuncul dalam beberapa bentuk, yakni [byapaaca?]],[apaaca?]], dan [paaca?]]. Byapak [byapaaca?]] diduga bentuktua dari [apaaca?]]. Sementara itu, [paaca?]] hanya munculpada awal dan akhir klausa dan kalimat.

Emak [|ma? ]Istilah ini digunakan untuk menyebut orang

tua perempuan, baik orang tua biologis maupunangkat. Emak [|ma? ] berarti ‘istilah kekerabatanuntuk orang tua perempuan’. Dalam perkembang-annya, terutama di perkotaan, istilah ini meng-alami perluasan jangkauan penggunaan. Emak[|ma? ] yang semula hanya digunakan untuk orangtua perempuan, baik orang tua biologis maupunangkat, juga untuk menyebut orang tua perem-puan (dari) ayah dan ibu. Hinggga kini istilah[|ma? ] secara umum hanya digunakan untukmenyebut orang tua perempuan, baik yangmemiliki hubungan biologis maupun tidak.

Dalam penggunaannya kata emak [|ma? ]dapat muncul dalam beberapa bentuk, yakni[|ma? ] dan [|ma? ]. Bentuk yang terakhir ini akibatmengalami proses morfologis pelesapan bunyi.

c. Generasi Dua Tingkat di Atas EgoKerabat yang berada dua tingkat di atas ego,

meliputi kakek dan nenek dari ego atau orang tuadari ayah dan ibu ego. Dalam masyarakat Banyu-wangi dikenal istilah-istilah sebagai berikut.

Embyah [|mbyah]Istilah kekerabatan ini digunakan untuk

menyebut kakek atau nenek, baik kakek ataunenek biologis maupun tidak. Embyah [|mbyah]berarti ‘istilah kekerabatan untuk menyebut kakekatau nenek’. Dalam perkembangannya, istilah ini

Page 6: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

84

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

mengalami perluasan jangkauan penggunaan.Embyah [|mbyah] yang semula hanya digunakanuntuk kakek atau nenek, baik biologis maupuntidak, juga menjadi istilah yang digunakan untukmenyebut semua orang yang telah lansia, baik laki-laki maupun perempuan, meskipun tidak memilikihubungan kekerabatan dengan tujuan nyedolOr.NyedolOr dalam bahasa Blambangan berartimengaku saudara.

Dalam penggunaannya secara tutur, istilahembyah [|mbyah] bisa muncul dalam beberapabentuk, yakni [|mbyah] dan [mbyah]. Bentuk yangterakhir ini akibat mengalami proses morfologispelesapan bunyi.

Selain istilah di atas, dalam masyarakat Banyu-wangi juga dikenal istilah khusus untuk menyebutorang tua dari ayah atau ibu, baik orang tua laki-laki dari ayah atau ibu maupun orang tua perempuandari ayah atau ibu. Berikut penjelasannya.

Embyah anang [|mbyah anaG]Istilah ini digunakan oleh ego khusus untuk

menyebut orang tua laki-laki dari ayah/ibu ataukakek, baik kakek secara biologis maupun tidak.Embyah anang [|mbyah anaG] berarti ‘istilah keke-rabatan untuk kakek’. Dalam perkembangannya,istilah ini mengalami perluasan jangkauan penggu-naan. Embyah anang yang semula hanya untukmenyebut kakek, baik biologis maupun tidak, jugamenjadi istilah untuk menyebut semua laki-lakilansia meskipun tidak memiliki hubungan keke-rabatan dengan tujuan nyedolOr atau untuk me-rekatkan persaudaraan.

Dalam penggunaannya, istilah embyah anangbisa muncul dalam beberapa bentuk, yakni[|mbyah anaG], [mbyah anaG], [|mbyah], [mbyah],[anaG], dan [naG]. Lima bentuk yang terakhir iniakibat mengalami proses morfologis pelesapanbunyi dan penyingkatan.

Embyah adOn [|mbyah adOn]Istilah embyah adOn [|mbyah adOn] ini diguna-

kan oleh ego khusus untuk menyebut nenek, baik

nenek secara biologis maupun tidak. Embyah adOnberarti ‘istilah kekerabatan untuk nenek’. Dalamperkembangannya, istilah ini mengalami perluasanjangkauan penggunaan. Embyah adOn yang semulahanya untuk menyebut nenek, baik biologis mau-pun tidak, juga menjadi istilah untuk menyebutsemua perempuan lansia meskipun tidak memilikihubungan kekerabatan dengan tujuan nyedolOr atauuntuk merekatkan persaudaraan.

Dalam penggunaannya secara tutur, [|mbyahadOn] bisa muncul dalam beberapa bentuk, yakni[|mbyah adOn], [mbyah adOn], [|mbyah], [mbyah],[adOn], dan [dOn]. Lima bentuk yang terakhir initerjadi akibat mengalami proses morfologispelesapan bunyi dan penyingkatan.

d. Generasi Satu Tingkat di Bawah EgoKerabat yang berada satu tingkat generasi di

bawah ego, yaitu meliputi anak-anak ego. Dalammasyarakat Banyuwangi istilah kekerabatangenerasi satu tingkat di bawah ego adalah sebagaiberikut.

Tolek [ .tolE?]Istilah kekerabatan ini digunakan untuk

menyebut anak laki-laki yang masih kecil. Katatolek [.tolE?] berarti ‘istilah kekerabatan untuk anaklaki-laki yang masih kecil’. Berdasar hubungankekerabatan, selain hubungan bioligis orang tuadan anak, istilah ini juga bisa digunakan oleh orangyang lebih tua kepada orang yang lebih muda atauanak kecil asalkan masih berkerabat. Dalam per-kembangannya, istilah ini mengalami perluasanjangkauan penggunaan. Kata tolek [ .tolE?] yangsemula hanya untuk menyebut anak laki-laki yangmasih kecil yang terikat hubungan kekerabatan,kini menjadi sapaan untuk anak laki-laki yangmasih kecil yang tidak terikat hubungan kekera-batan.

Dalam penggunaannya secara tutur, tolek [.tolE?]dapat muncul dalam beberapa bentuk, yakni tolek[.tolE?], dan lek [lE?]. Bentuk yang terakhir ini terjadi

Page 7: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

Puspa RurianaIstilah Kekerabatan dalam Masyarakat Banyuwangi

85

akibat mengalami proses morfologis pelesapanbunyi.

Dalam masyarakat Banyuwangi selain meng-gunakan istilah tolek [.tolE?] untuk menyebut anaklaki-laki yang masih kecil juga dikenal istilah cong[coG]. Istilah ini juga digunakan oleh orang tuauntuk menyebut anak laki-laki mereka yang masihkecil. Istilah cong [coG] dianggap para penggunabahasa Blambangan bukan merupakan bahasaBlambangan, melainkan merupakan bahasa Madura.Kata ini dimungkinkan merupakan kognet kata /kacong/ pada bahasa Madura. Walaupun demi-kian, kemunculan istilah cong [coG] dalam masya-rakat Banyuwangi sangat terbatas.

Byeng [byEG]Dalam bahasa Blambangan, byeng [byEG]

merupakan istilah kekerabatan yang digunakanoleh orang tua untuk menyebut anak perempuanmereka yang masih kecil. Byeng [byEG] merupakanhasil proses asimilasi penghilangan bunyi dari katajebyeng [j|byEG] yang berarti ‘istilah kekerabatanuntuk anak perempuan kecil’.

Berdasarkan hubungan kekerabatan, selainhubungan biologis orang tua dan anak, istilah inijuga bisa digunakan orang yang lebih tua kepadaorang yang lebih muda atau anak kecil asalkanmasih berkerabat. Dalam perkembangannya, isti-lah ini mengalami perluasan jangkauan pengguna-an. Byeng [byEG] yang semula hanya untukmenyebut anak perempuan kecil yang terikathubungan kekerabatan, kini juga untuk menyebutanak perempuan kecil yang tidak terikat hubungankekerabatan.

Dalam penggunaannya, istilah byeng [byEG]hanya muncul dalam satu bentuk, yakni byeng[byEG]. Ada sapaan bing [biG] yang merupakanvarian dari byeng [byEG], tetapi hanya bersifatparole. Selain kata byeng [byEG], juga dikenal istilahnduk [n.dU?] yang digunakan oleh orang tua untukmenyebut anak perempuan mereka yang masih

kecil. Nduk [n.do?] berarti ‘istilah kekerabatanuntuk anak perempuan kecil’. Berbeda denganistilah byeng [byEG], istilah nduk [n.do?], tidak layakdigunakan untuk perempuan usia dewasa. Ditemu-kan data penggunaan kata nduk [n.do?] oleh suamikepada istrinya, tetapi dengan frekuensi kemun-culan sangat rendah.

Berdasar hubungan kekerabatan, selain hu-bungan biologis orang tua dan anak, kata ini jugabisa digunakan orang yang lebih tua kepada orangyang lebih muda atau anak kecil asalkan masihberkerabat.

Dalam perkembangannya, kata ini mengalamiperluasan jangkauan penggunaan. Nduk [n.do?]yang semula hanya digunakan untuk anak perem-puan yang masih kecil yang terikat hubungankekerabatan, kini juga digunakan untuk menyebutanak perempuan yang masih kecil yang tidakterikat hubungan kekerabatan.

Masyarakat Banyuwangi selain menggunakanistilah byeng [byEG] dan nduk [n.dU?] untuk menye-but anak perempuan yang masih kecil dikenal pulaneng [neG]. Istilah neng [neG] ini digunakan olehorang tua untuk menyebut anak perempuan mere-ka yang masih kecil. Neng [neG] berarti ‘sapaanuntuk anak perempuan kecil’. Istilah Neng [neG]dianggap para pengguna bahasa Blambanganberasal dari bahasa Sunda. Dimungkinkan merupa-kan kognet kata neng [neG] pada bahasa Sunda.Walaupun demikian, kemunculan istilah neng [neG]dalam masyarakat Banyuwangi sangat terbatas.

e. Generasi Dua Tingkat di Bawah EgoIstilah kekerabatan yang berada pada generasi

dua tingkat di bawah ego, meliputi anak dari anakego. Dalam masyarakat Banyuwangi istilah ke-kerabatan generasi dua tingkat di bawah ego adalahsebagai berikut.

Putau [putaw]Putau [putaw] merupakan istilah kekerabatan

yang digunakan untuk menyebut anaknya anak.

Page 8: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

86

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

Kata putau [putaw] berarti ‘istilah kekerabatanuntuk anaknya anak atau cucu’.

Dalam masyarakat Banyuwangi tidak adaperbedaan penyebutan untuk menyebut anaknyaanak, baik untuk penyebutan anaknya anak ataucucu laki-laki maupun penyebutan anaknya anakatau cucu perempuan. Baik cucu laki-laki maupuncucu perempuan hanya digunakan satu istilah,yaitu putau [putaw].

Kata putau [putaw] dianggap bukan berasaldari budaya masyarakat Banyuwangi, melainkanberasal dari budaya Jawa. Umumnya, kata ini di-gunakan pada masyarakat yang tinggal di per-kotaan.

4.2 Garis Keturunan Tidak LangsungIstilah kekerabatan berdasarkan garis ke-

turunan tidak langsung adalah kekerabatan yangmemperhitungkan para kerabat yang berasal darinenek moyang yang sama, tetapi bukan berasaldari satu garis keturunan langsung. Istilah ini terdiriatas kerabat yang berada satu tingkat di atas egodan kerabat yang berada satu tingkat di bawahego.

a. Kerabat yang Berada Satu Tingkatdi Atas EgoKerabat yang berada satu tingkat generasi di

atas ego karena garis keturunan tidak langsung,meliputi paman atau bibi. Dalam masyarakatBanyuwangi istilah kekerabatan generasi satutingkat di atas ego adalah sebagai berikut.

Uwyak [uwya?]Istilah uwyak [uwya?] merupakan istilah yang

digunakan untuk menyebut kakak laki-laki atauperempuan (dari) ayah maupun ibu. Uwyak [uwya?]berarti ‘istilah kekerabatan untuk kakak laki-lakimaupun perempuan (dari) ayah maupun ibu’.Seiring dengan perkembangan, istilah ini meng-alami perluasan jangkauan penggunaan. Uwyak[uwya?] yang semula hanya untuk menyebut kakak

laki-laki maupun perempuan dari ayah maupunibu, juga menjadi sebutan untuk laki-laki danperempuan seumuran ayah dan ibu meskipun tidakmemiliki hubungan kekerabatan dengan tujuannyedolOr atau mengaku saudara.

Dalam penggunaannya uwyak [uwya?] dapatmuncul dalam beberapa bentuk, yakni [uwya?] dan[wya?]. Bentuk yang terakhir ini akibat mengalamiproses morfologis pelesapan bunyi. Dalam peng-gunaannya sehari-hari kata uwyak [uwya?] memilikivariasi penggunaan, yaitu uwyEk [uwyE?]. Dalampenggunaannya secara tutur, istilah uwyEk[uwyEk] bisa muncul dalam beberapa bentuk,yakni [uwyEk] dan [wyEk]. Bentuk yang terakhirini akibat mengalami proses morfologis pelesapanbunyi.

Selain istilah di atas, untuk menyebut saudaralaki-laki ataupun perempuan (dari) ayah maupunibu, dalam masyarakat Banyuwangi juga dikenalistilah khusus untuk menyebut kakak laki-lakiayah maupun ibu dan ada istilah khusus untukmenyebut kakak perempuan ayah maupun ibu.Selain itu, dalam masyarakat Banyuwangi dikenalpula istilah khusus untuk menyebut adik laki-lakiayah maupun ibu dan ada istilah khusus untukmenyebut adik perempuan ayah maupun ibu.Berikut penjelasannya.

Pak UwyEk [pa? uwyEk]Pak UwyEk [pa? uwyEk] digunakan oleh ego

khusus untuk menyebut kakak laki-laki (dari)ayah maupun ibu. Pak uwyEk [pa? uwyEk] berarti‘istilah kekerabatan untuk kakak laki-laki (dari)ayah maupun ibu’. Dalam perkembangannya,istilah ini mengalami perluasan jangkauan penggu-naan. Pak uwyEk [pa? uwyEk] yang semula hanyadigunakan untuk menyebut kakak laki-laki (dari)ayah maupun ibu, juga menjadi sebutan untuk laki-laki seumuran ayah dan ibu meskipun tidakmemiliki hubungan kekerabatan dengan tujuannyedolOr. NyedolOr dalam bahasa Blambangan berartimengaku saudara. Dalam penggunaannya secara

Page 9: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

Puspa RurianaIstilah Kekerabatan dalam Masyarakat Banyuwangi

87

tutur, istilah pak uwyEk [pa? uwyEk] bisa munculdalam beberapa bentuk, yakni [pa? uwyEk], [pa?wyEk], [uwyEk], dan [wyEk]. Tiga bentuk yangterakhir ini akibat mengalami proses morfologispelesapan bunyi dan penyingkatan.

Dalam penggunaannya sehari-hari istilah pakuwyEk [pa? uwyEk] memiliki variasi penggunaan,yaitu uwyak anang [uwya? anaG]. Istilah uwyak anangmerupakan istilah khusus yang digunakan untukmenyebut kakak laki-laki (dari) ayah maupun ibu.Dalam perkembangannya, istilah ini juga meng-alami perluasan jangkauan penggunaan.

Dalam penggunaannya sebagai tuturan, istilah[uwya? anaG] dapat muncul dalam beberapabentuk, yakni [uwya? anaG], [wya? anaG], [uwya?],dan [wya?]. Tiga bentuk yang terakhir ini akibatmengalami proses morfologis pelesapan bunyi danpenyingkatan.

Uwyak adOn [uwya? adOn]Istilah uwyak adOn digunakan khusus untuk

menyebut kakak perempuan (dari) ayah maupunibu. Uwyak adOn [uwya? adOn] berarti ‘istilah ke-kerabatan untuk kakak perempuan (dari) ayahmaupun ibu’. Dalam perkembangannya, istilah inimengalami perluasan jangkauan penggunaan.Uwyak adOn [uwya? adOn] yang semula hanya di-gunakan untuk menyebut, baik kakak perempuan(dari) ayah maupun ibu, juga menjadi sebutanuntuk perempuan seumuran ayah dan ibu meski-pun tidak memiliki hubungan kekerabatan dengantujuan nyedolOr. NyedolOr dalam bahasa Blambanganberarti mengaku saudara.

Dalam penggunaannya secara tutur, istilah[uwya? adOn] dapat muncul dalam beberapa ben-tuk, yakni [uwya? adOn], [wya? adOn], [uwya?],dan [adOn]. Tiga bentuk yang terakhir ini akibatmengalami proses morfologis pelesapan bunyi danpenyingkatan.

Dalam penggunaan sehari-hari istilah uwyakadOn [uwya? adOn] memiliki variasi penggunaan,

yaitu emak uwyEk [|ma? uwyEk]. Istilah emakuwyEk [|ma? uwyEk] ini digunakan khusus untukmenyebut kakak perempuan (dari) ayah maupunibu. Emak uwyEk [|ma? uwyEk] berarti ‘istilahkekerabatan untuk kakak perempuan (dari) ayahataupun ibu’.

Dalam penggunaannya secara tutur, kata[|ma? uwyEk] dapat muncul dalam beberapabentuk, yakni [|ma? uwyEk], [ma? uwyEk], [ma?wyEk], [ma wyEk], dan [wyEk]. Empat bentukyang terakhir ini akibat mengalami proses morfo-logis pelesapan bunyi dan penyingkatan.

Paman [paman]Istilah paman [paman] digunakan khusus

untuk menyebut adik laki-laki (dari) ayah ataupunibu. Paman [paman] berarti ‘istilah kekerabatanuntuk adik laki-laki (dari) ayah maupun ibu’.Dalam perkembangannya, istilah ini mengalamiperluasan jangkauan penggunaan. Paman [paman]yang semula hanya istilah untuk menyebut adiklaki-laki (dari) ayah ataupun ibu, juga menjadiistilah untuk menyebut semua laki-laki lebih tuadengan jarak usia jauh meski tidak memilikihubungan kekerabatan dengan tujuan nyedolOr atauuntuk persaudaraan.

Dalam penggunaannya kata [paman] munculdalam dua bentuk, yakni paman [paman] dan man[man]. Bentuk yang terakhir ini akibat mengalamiproses morfologis pelesapan bunyi dan penying-katan.

Selain dikenal istilah paman [paman] untukmenyebut adik laki-laki (dari) ayah ataupun ibudikenal pula pak adek [pa? ade?] untuk menyebutadik laki-laki (dari) ayah ataupun ibu’. Dalampenggunaannya kata pak adek [pa? ade?] bisa munculdalam dua bentuk, yakni [pa? ade?] dan [pa de?].Bentuk yang terakhir ini akibat mengalami prosesmorfologis pelesapan bunyi dan penyingkatan.

Selain kedua istilah tersebut di atas, dalammasyarakat Banyuwangi juga dikenal istilah pak

Page 10: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

88

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

enOm [pa? |nOm]. Istilah ini juga digunakan untukmenyebut adik laki-laki (dari) ayah ataupun ibu.Akan tetapi, frekuensi kemunculannya sangatminim. Tidak di semua relik pengguna bahasaBlambangan ditemukan istilah ini.

Dalam penggunaannya, istilah pak enOm [pa?|nOm] dapat muncul dalam beberapa bentuk,yakni [pa? |nOm], [pa? nOm], [|nOm], dan [nOm].Tiga bentuk yang terakhir ini akibat mengalamiproses morfologis pelesapan bunyi dan penying-katan.

Byebek [byebe?]Byebek [byebe?] merupakan istilah yang diguna-

kan khusus untuk menyebut adik perempuan (dari)ayah ataupun ibu. Byebek [byebe?] berarti ‘istilahkekerabatan untuk adik perempuan (dari) ayahataupun ibu’. Dalam perkembangannya, istilah inimengalami perluasan jangkauan penggunaan.Byebek [byebe?] yang semula hanya digunakan un-tuk menyebut adik perempuan (dari) ayah ataupunibu, juga digunakan untuk sebutan semua perem-puan lebih muda dengan jarak usia yang jauh meskitidak memiliki hubungan kekerabatan dengantujuan nyedolOr atau mengaku saudara.

Dalam penggunaannya, istilah byebek [byebe?]dapat muncul dalam dua bentuk, yakni [byebe?]dan [bye?]. Bentuk yang terakhir ini akibat meng-alami proses morfologis pelesapan bunyi danpenyingkatan.

Selain digunakan istilah byebek [byebe?], untukmenyebut adik perempuan (dari) ayah ataupun ibujuga digunakan istilah emak adek [|ma? ade?].Istilah emak adek [|ma? ade?] ini digunakan olehanak khusus untuk menyebut adik perempuan(dari) ayah ataupun ibu.

Dalam penggunaannya emak adek [|ma? ade?]dapat muncul dalam dua bentuk, yakni [|ma? ade?]dan [ma? ade?]. Bentuk yang terakhir ini akibatmengalami proses morfologis pelesapan bunyi danpenyingkatan.

Selain kedua istilah di atas, dalam masyarakatBanyuwangi juga dikenal istilah emak enOm [|ma?|nOm] untuk menyebut adik perempuan (dari) ayahataupun ibu. Emak enOm [|ma? |nOm] berarti‘istilah kekerabatan untuk adik perempuan (dari)ayah maupun ibu’. Dalam penggunaannya secaratutur, istilah [|ma? |nOm] dapat muncul dalambeberapa bentuk, yakni [|ma? |nOm], [ma? |nOm],[ma? nOm], [|nOm], dan [nOm]. Empat bentuk yangterakhir ini akibat mengalami proses morfologispelesapan bunyi dan penyingkatan.

b. Kerabat yang Berada Satu Tingkat diBawah EgoKerabat yang berada satu tingkat di bawah

ego karena garis keturunan tidak langsung, me-liputi keponakan, baik keponakan laki-laki mau-pun keponakan perempuan. Dalam masyarakatBanyuwangi istilah kekerabatan generasi satutingkat di bawah ego adalah sebagai berikut.

Keponakan [k|ponakan]Keponakan [k|ponakan] merupakan istilah

kekerabatan yang digunakan untuk menyebutanak dari saudara laki-laki ataupun saudara perem-puan ego. Keponakan [k|ponakan] berarti ‘istilahkekerabatan untuk menyebut anak dari saudaralaki-laki maupun saudara perempuan’.

Dalam masyarakat Banyuwangi tidak adaperbedaan untuk menyebut keponakan laki-lakiataupun keponakan perempuan. Baik keponakan[k|ponakan] laki-laki maupun keponakan perem-puan untuk menyebutnya hanya digunakan istilahkeponakan [k|ponakan].

Dalam penggunaannya, istilah keponakan[k|ponakan] dapat muncul dalam beberapabentuk, yakni [k|ponakan] dan [ponakan]. Bentukyang terakhir ini akibat mengalami proses morfo-logis pelesapan bunyi dan penyingkatan.

4.3 Istilah Kekerabatan karena PerkawinanIstilah kekerabatan karena perkawinan adalah

Page 11: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

Puspa RurianaIstilah Kekerabatan dalam Masyarakat Banyuwangi

89

istilah kekerabatan yang memperhitungkan parakerabat karena adanya perkawinan. Istilahkekerabatan ini terdiri atas generasi yang beradasejajar ego, generasi satu tingkat di atas ego, dangenerasi yang berada satu tingkat di bawah ego.

a. Generasi yang Berada Sejajar EgoIstilah kekerabat yang berada sejajar dengan

ego karena perkawinan meliputi suami, istri, dansaudara ipar. Dalam masyarakat Banyuwangiistilah kekerabatan generasi yang berada sejajarego adalah sebagai berikut.

Lakai [lakay]Lakai [lakay] merupakan istilah kekerabatan

yang digunakan untuk menyebut suami dari ego.Lakai [lakay] berarti ‘istilah kekerabatan untuksuami”. Dalam penggunaan sehari-hari seorangistri akan menyebut suaminya dengan mengatakanlakai ison [lakay ison] yang bermakna “suami saya”.Namun, dalam penyebutan atau panggilan sehari-hari kepada suaminya, seorang istri biasamenggunakan panggilan kakang [kakaG] atau kang[kaG]. Bentuk yang terakhir ini akibat mengalamiproses morfologis pelesapan bunyi dan penying-katan.

Rabai [rabay]Rabai [rabay] merupakan istilah kekerabatan

yang digunakan untuk menyebut istri dari ego.Rabai [rabay] berarti istilah kekerabatan untukistri. Dalam penggunaan sehari-hari seorang suamiakan menyebut istrinya dengan mengatakan rabaiison [rabay ison] yang bermakna “istri saya”.Namun, dalam penyebutan atau panggilan sehari-hari kepada istrinya, seorang suami biasamenggunakan panggilan dik [di?]. Bentuk dik [di?]ini diduga berasal dari bentuk adik [adi?] yangmengalami proses morfologis pelesapan bunyi danpenyingkatan.

Ipe [ipe]Ipe [lipe] merupakan istilah kekerabatan yang

digunakan untuk menyebut saudara perempuan

atau saudara laki-laki dari istri atau suami dapatjuga digunakan untuk menyebut suami atau istridari kakak atau adik ego. Istilah kekerabatan ipe[lipe] berarti ‘istilah kekerabatan untuk menyebutipar.’

Istilah ipe [lipe] dianggap bukan berasal daribudaya Banyuwangi, melainkan pinjaman daribudaya Jawa. Pengguna istilah tersebut umumnyaadalah orang Jawa yang berada dan tinggal diBanyuwangi. Masyarakat Banyuwangi memahamiistilah tersebut, tetapi mereka tidak mengguna-kannya dalam pemakaian sehari-hari. Hal initerjadi karena masyarakat Banyuwangi telahberakulturasi dengan budaya Jawa. Kedua budayatersebut telah hidup saling berdampingan.

Dalam budaya Banyuwangi tidak dikenalsaudara sambung atau saudara akibat perkawinansehingga tidak ada istilah khusus untuk menyebutsaudara laki-laki maupun saudara perempuan darisuami atau istri. Saudara laki-laki maupun saudaraperempuan dari suami atau istri dianggap samadengan kakak kandung mereka sehingga istilahyang digunakan untuk menyebut saudara perem-puan atau saudara laki-laki dari istri atau suamiadalah kakang [kakaG] untuk saudara laki-laki danmbok [mbO?] untuk saudara perempuan. Dalampemakaian sehari-hari untuk menyebut ipar seringdisebut dengan mengatakan saudaranya istri atausuami, dapat juga dengan mengatakan suaminyakakak atau adik atau istrinya kakak atau adik.

b. Generasi yang Berada Satu Tingkat diAtas EgoIstilah kekerabatan yang berada satu tingkat

di atas ego karena perkawinan, meliputi ibu mertuadan ayah mertua. Dalam masyarakat Banyuwangiistilah kekerabatan generasi satu tingkat di atasego adalah sebagai berikut.

MertuOk [mertuO?]MertuO [mertuO] merupakan istilah keke-

rabatan yang digunakan untuk menyebut orang

Page 12: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

90

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

tua suami atau istri. Istilah kekerabatan mertuO[mertuO] berarti ‘istilah kekerabatan untukmenyebut mertua, baik mertua laki-laki maupunmertua perempuan’. Namun, untuk membedakan-nya dalam masyarakat Banyuwangi juga dikenalistilah khusus untuk menyebut mertua laki-lakimaupun mertua perempuan. Berikut penjelasan-nya.

Apak mertuO [apa? mertuO]Apak mertuO [apa? mertuO] merupakan istilah

kekerabatan yang digunakan khusus untukmenyebut orang tua laki-laki dari suami atau istri.Istilah kekerabatan apak mertuO [apa? mertuO]berarti ‘istilah kekerabatan untuk menyebutmertua laki-laki’.

Emak mertuO [Ema? mertuO?]Emak mertuO [Ema? mertuO] merupakan

istilah kekerabatan yang digunakan khusus untukmenyebut orang tua perempuan dari suami atauistri. Istilah kekerabatan emak mertuO [Ema?mertuO] berarti ‘istilah kekerabatan untuk menye-but mertua perempuan’.

Istilah-istilah tersebut dimungkinkan merupa-kan kata pinjaman dari bahasa Jawa. Umumnya,penggunanya adalah masyarakat yang berada dantinggal di perkotaan.

Bagi masyarakat Banyuwangi untuk menye-but mertua laki-laki umumnya menggunakansebutan apak [apa?] dan untuk menyebut mertuaperempuan dengan sebutan emak [|ma]. Hal inidisebabkan masyarakat Banyuwangi menganggapsama antara orang tua kandung dengan mertuamereka. Dalam penyebutan sehari-hari untukmembedakan penyebutan orang tua kandungbiasanya diberikan atribut arah untuk membeda-kannya, misalnya apak kedol [apa? kedol] untuk“bapak selatan” atau emak lOr [|ma? lOr] untuk “ibuutara”.

c. Generasi yang Berada Satu Tingkat diBawah EgoIstilah kekerabat yang berada satu tingkat di

bawah ego karena perkawinan, meliputi menantulaki-laki dan menantu perempuan. Dalam masya-rakat Banyuwangi, istilah kekerabatan generasiyang berada satu tingkat di bawah ego adalahsebagai berikut.

Mantau [mantaw]Mantau [mantaw] merupakan istilah kekera-

batan yang digunakan untuk menyebut suami atauistri dari anak ego. Mantau [mantaw] berarti ‘istilahkekerabatan untuk menyebut anak menantu, baikmenantu laki-laki ataupun menantu perempuan’.Dalam masyarakat Banyuwangi tidak ada pem-bedaan istilah kekerabatan untuk menyebutmenantu, baik menantu laki-laki maupun menantuperempuan. Untuk menyebut menantu laki-lakimaupun menantu perempuan digunakan satuistilah yang sama, yaitu mantau [mantaw].

5. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah

dipaparkan di atas maka disimpulkan bahwa istilahkekerabatan dalam masyarakat Banyuwangi dapatdikelompokkan ke dalam tiga kelompok. Ke-lompok tersebut, yaitu istilah kekerabatan yangterjadi karena garis keturunan langsung, istilahkekerabatan yang terjadi karena garis keturanantidak langsung, dan istilah kekerabatan karenaadanya perkawinan.

Istilah kekerabatan yang terjadi karena garisketurunan langsung adalah istilah kekerabatanyang berasal dari satu garis keturunan secaralangsung. Istilah ini terdiri atas generasi yang sejajardengan ego, generasi satu tinggat di atas ego,generasi dua tingkat di atas ego, generasi satutingkat di bawah ego, dan generasi dua tingkat dibawah ego. Istilah kekerabatan berdasarkan garis

Page 13: ISTILAH KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT BANYUWANGI

Puspa RurianaIstilah Kekerabatan dalam Masyarakat Banyuwangi

91

keturunan tidak langsung adalah istilah kekerabat-an yang memperhitungkan para kerabat yangberasal dari nenek moyang yang sama, tetapibukan berasal dari satu garis keturunan langsung.Istilah ini terdiri atas kerabat yang berada di atasego dan kerabat yang berada di bawah ego. Istilahkekerabatan berdasarkan perkawinan adalahistilah kekerabatan yang memperhitungkan parakerabat karena adanya perkawinan. Istilah keke-rabatan ini terdiri atas generasi sejajar ego, generasisatu tingkat di atas ego, dan generasi satu tingkatdi bawah ego.

Dilihat dari fungsinya, istilah kekerabatandalam masyarakat Banyuwangi, selain berfungsiuntuk menunjukkan adanya hubungan kekera-batan, dapat juga digunakan untuk nyedolOr.NyedolOr dalam bahasa Blambangan berartimengaku Saudara.

Daftar PustakaBaransano, Astrid. 2014. “Istilah Kekerabatan

dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Kayupulo(Suatu Analisis Kontrastif)”. Jurnal. FakultasIlmu Budaya Universitas Sam Ratulangi.Manado.

Chaer, Abdul. 1997. Tata Bahasa Praktis BahasaIndOnesia (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Leech, Geoffrey. 1974. Semantics: The Study ofMeaning, Second Edition. New York: RichardClay.Ltd.

Naman, Octo Hartanto. 2007. “Istilah Kekerabatandalam Bahasa Inggris dan Bahasa Nimboran(Suatu Analisis Kontrastif)”. Skripsi. FakultasSastra Universitas Sam Ratulangi.

Ruriana, Puspa. 2016. “Perbedaan Isolek Osing danBahasa Jawa”. Dalam Jurnal Sawerigading. JurnalBahasa dan Sastra, Volume 22. NOmor 2.Desember 2016. Hal. 291—302. Balai BahasaSulawesi Selatan.

Simboh, Nancy S. 2002. “Istilah Kekerabatan dalamBahasa Inggris dan Bahasa Tondano (SuatuAnalisis Kontrastif)”. Skripsi. Fakultas SastraUniversitas Sam Ratulangi.

Sitorus, M. 2000. Berkenalan dengan Sosiologi. Jakarta:Erlangga.

Spolsky, Bernard. 2003. Sociolinguistics. Oxford:Oxford University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik AnalisisBahasa, Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaansecara Linguistik. Yogyakarta: Duta WacanaUniversity Press.

Takua, Serly Susanti. 2003. “Istilah Kekerabatandalam Bahasa Inggris dan Bahasa Pamona(Suatu Analisis Kontrastif)”. Skripsi. FakultasSastra Universitas Sam Ratulangi.

Wardhaugh, Ronald. 1986. An Introduction toSociolinguistics. New York: Basil Blackwell.

Yulianto. 2012. “Istilah Kekerabatan dalam BahasaInggris dan Bahasa Cina (Suatu AnalisisKontrastif)”. Skripsi. Fakultas SastraUniversitas Sam Ratulangi.