14
Implikasi Trip's Terhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati Sri Wartini Abstrak The Protection of Intellectual Property Rights regulated on TRIP'S raises negative and positive impacts to the Biological Diversity Convention. The Protection of Intellectual Property Rights appliedto Invention on the biotechnology encouragespeople to invent a new variety of plant, on the other hand, the Protection of Intellectual Property Rights causes disadvantages to the developing countries such as patentedof traditional knowl edge owned by Indigenous people of a State or patented of a certain kind-of plant. Furthermore. TRIP'S also raises negative Impact to the objective of the Biological Diver sity Convention, such as the decrease of biological diversity. Pendahuluan Liberalisasi perdagangan di bidang pertanian yang tertuang dalam persetujuan pertanian {Agreement on Agriculture) dalam Putaran Uruguay telah mengubah poia produksi pertanian yang beraneka ragam dan berskala kecil menjadi pola produksi pertanian besar yang bersifat monokultur.' Hal tersebut menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan bahkan akan dapat merusak lingkungan. Ketentuan perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual dalam Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights - World Trade Oganlzatlon (TRIP'S - WTO), menimbul- kan pertentangan dengan pelestarian keaneka ragaman hayati. Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIP'S) mengatur 'WTOSecretariat (ed), Trade, Development andthe Environment, Kluwer Law International, London, 2000, him. 72. tentang akses dan pemanfaatan penemuan yang merupakan kreativltas manusia. Secara tradisional, hukum yang dimaksudkan untuk melindungi penemuan tersebut biasanya untuk penggunaan dalam bidang industri dan design. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya teknologi, maka orang pun telah mampu untuk membuat suatu produk yang berasai dan mi- cro-organisme ataupun penciptaan varietas tanaman baru dengan menggunakan teknik rekayasa genetika. Dengan demikian hasil temuan dan inovasi baru ini juga tercakup dalam regim hokum perlindungan hak atas kekayaan intelektual. Dimasukkannya materi biologi kedalam sistem perlindungan hak atas kekayaan intelektual, adalah atas desakan kuat dari 210 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:210 - 223

Implikasi Trip'sTerhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Implikasi Trip's Terhadap KonvensiKeanekaragaman Hayati

Sri Wartini

Abstrak

The Protection of Intellectual Property Rights regulated on TRIP'S raises negative andpositive impacts to the Biological Diversity Convention. The Protection of IntellectualProperty Rights appliedto Invention on the biotechnology encouragespeople to invent anew variety of plant, on the other hand, the Protection of Intellectual Property Rightscauses disadvantages to the developing countries such as patentedof traditional knowledge owned by Indigenous people of a State or patented of a certain kind-of plant.Furthermore. TRIP'S also raises negative Impact to the objective of the Biological Diversity Convention, such as the decrease of biological diversity.

Pendahuluan

Liberalisasi perdagangan di bidangpertanian yang tertuang dalam persetujuanpertanian {Agreement on Agriculture) dalamPutaran Uruguay telah mengubah poiaproduksi pertanian yang beraneka ragam danberskala kecil menjadi polaproduksi pertanianbesar yang bersifat monokultur.' Hal tersebutmenyebabkan ketidakseimbangan ekosistemdan bahkan akan dapat merusak lingkungan.Ketentuan perlindungan Hak atas KekayaanIntelektual dalam Agreement on Trade-RelatedAspects of Intellectual Property Rights - WorldTrade Oganlzatlon (TRIP'S - WTO), menimbul-kan pertentangan dengan pelestarian keanekaragaman hayati.

Agreement on Trade RelatedAspects ofIntellectual PropertyRights (TRIP'S) mengatur

'WTOSecretariat (ed), Trade, DevelopmentandtheEnvironment, Kluwer Law International, London,2000, him. 72.

tentang akses dan pemanfaatan penemuanyang merupakan kreativltas manusia. Secaratradisional, hukum yang dimaksudkan untukmelindungi penemuan tersebut biasanya untukpenggunaan dalam bidang industri dandesign.Akan tetapi dengan semakin berkembangnyateknologi, maka orang pun telah mampu untukmembuat suatu produk yang berasai dan mi-cro-organisme ataupun penciptaan varietastanaman baru dengan menggunakan teknikrekayasa genetika. Dengan demikian hasiltemuan dan inovasi baru ini juga tercakupdalam regim hokum perlindungan hak ataskekayaan intelektual.

Dimasukkannya materi biologi kedalamsistem perlindungan hak atas kekayaanintelektual, adalah atas desakan kuat dari

210 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:210 - 223

Wartini. Implikasi Trip's Terhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati

negara-negara maju. Menurut negara-negaramaju kurangnya perlindungan terhadapsumber-sumber biologi akan menyebabkanhambatan dalam perdagangan bebas yangdilarang dalam WTO. Akses terhadapsumber-sumber genetic yang berada diwilayah selatan menyebabkan negara-negaramaju dapat memanfaatkan sumber-sumbertersebut untuk tujuan komersial, seperti obat-obatan danpenciptaan varietas tanamanbaru.

Dengan dipatenkannya penemuan-penemuan tersebut, akan mengakibatkannegara-negara maju memperoleh kembalimodalnya yang telah mereka gunakan dalampenelitian untuk penemuan produk-produktersebut. Argumentasi yang digunakan untukmengadopsi TRIP'S didasarkan pada suatuasumsi bahwa dengan adanya perlindungan hakatas kekayaan intelektual yang kuat akanmerupakan suatu insentif bag! inovasi danpenemuan-penemuan baru, dan menciptakansuatu tehnologi bam di negara-negara maju.Melalui penanaman modal asing dan aiihteknologi akan mendorong negara-negaraberkembang untuk berpartisipasi dalam pasarinternasional dan memfasllitasl pembangunannegara berkembang.

Mekanisme pembagian keuntungan(benefit-sharing) yang merupakan isu pokokdalam Konvensi Keanekaragaman Hayatitidak dlkenal di dalam TRIP'S. Pembagiankeuntungan memillkl suatu pengertlan bahwasumberdayagenetic yangada dl selatanyangdimanfaatkan oieh negara-negara maju, telahmenlmbuikan banyak keuntungan, sehlnggakeuntungan tersebutseharusnyadibagi antaranegara berkembang dan negara maju. Akantetapl dengan berlakunya ketentuan TRIP'Sjustru seballknya, negara-negara selatanyangmemillkl sumber genetik, justru harus

membayar royalty unntuk memproduksl suatuproduk yang telah dipatenkan yang berasal darisumber, genetic yang mereka mlliki telahdijadlkan sebagal bahan dasar suatu produkataupun untuk penciptaan varietas tanaman.Sehlngga dengan adanya regim hukum yangdimuat dalam TRIP'S Inl menlmbuikan suatu

keruglan bagi negara-negara selatan.Dalam persetujuan TRIP'S tidak dlkenal

atau diatur mengenai prinsip pembagiankeuntungan atau ketentuan pembagiankeuntungan antara si pemegang paten dannegara yang telah memberlkan geneticresourcesnya sebagal bahan mentahpenciptaan suatu produk. Hal inl membuktlkanadanya suatu konfilk kepentlngan antaraTRIP'S dan Konvensi Keanekaragaman Hayati.Selain Itu jugaada pertentangan yang munculantaraTRIP'S dan Konvensi KeanekaragamanHayati yaltu ketentuan tentang hak berdaulatatas sumber-sumber genetic ( souvereignityovergenetic resources).Dalam tulisan Inipenulistertarlk untuk menganallsa bagaiman implikasiTRIP'S terhadap Konvensi KeanekaragamanHayati, khususnya ketentuan perlindungan HakAtasKekayaan Intelektual dalam invention yangmenggunakan bioteknologi yang diatur dalamKonvensi Keanekaragaman Hayati.

Tinjauan Umum KonvensiKeanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati memillkl fungsiyang sangat penting bagi kehldupan manusiadan llngkungannya. Keanekaragaman hayatimenurut Konvensi Keanekaragaman Hayatiiaiah:

"the variability among living organisms fromail sources, including terrestrial, man'ne andother aquatic ecosystems and theecological

211

complexes ofwhid) they arepart; this indudediversity within spedes, between spedes andecosystems'?Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik

suatu pengertian bahwa yang dimaksudkeanekaragaman hayati adalah keaneka-ragaman diantara mahkluk hidup dari semuasumber, termasuk diantaranya daratan, lautan,dan ekosistem akuatik lain serta {kompleks-kompleks) ekologi yang merupakan bagian dariekosistem. Keanekaragaman hayati mencakuptiga ha! yaitu keragaman ekosistem, jenis(spesies) dan genetik {varietas I ras).^

Keanekaragaman ekosistem merupakandimensi yang terpenting, sebab semua makhiukhidup berada danmelakukan fungsinya di daiamekosistem. Oleh karena itu, perlindungankeanekaragaman hayati akan iebih efektif jikadiiakukan dengan memberikan periindunganterhadap ekosistemnya.^ Di sisi lain keanekaragaman spesies diklaim sebagai konsep yangpaiing sentrai, karena secaratradisionai spesiesdiposisikan sebagai toiak ukur taksonomi awaidaiam mengkiasifikasikan organisme hidup.Keanekaragaman genetik dianggap sebagaikonsep yang paiing fundamental mengingat

genus yang ada di daiam dandiantara spesiestersebut merupakan bahan dasar dari inovasidan pengembangan ilmu pengetahuan,industri dan pertanian serta diperlukan daiammempertahankan biosfer pada saat terjadinyadegradasi lingkungan yang terus berlanjutsampai saat ini.^ Walaupun demikian, ketigahai tersebut masing-masing memiiiki fungsiyang sangatpanting. Oieh karena itu ketiganyaharus dipandang sebagai unsur yang saiingmendukung dan saiing tergantung satu samalain.

Konvensi ini bertujuan untuk meiakukankonservasi keanekaragaman hayati, pemanfaat-an komponen-komponennya secara berkelanjut-an dan membagi keuntungan yang dihasilkandari pendayagunaan sumberdayagenetik secaraadii dan merata,® termasuk melalui akses yangmemadai terhadap sumberdaya genetik dandengan aiih teknoiogi yang tepat guna, dandengan memperhatikan semuahak atas sumberdaya dan teknoiogi itu, maupun denganpendanaan yang memadai.

Semakin menurunnya keanekaragamanhayati merupakan suatu masaiah yang tidaksaja bersifat nasional tetapi jugabersifat giobai,

^Pasai 1Konvensi Keanekaragaman Hayati Tahun 1992.^Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan United Nations Development Programme, Agenda 21

Indonesia: StrategiNasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri NegaraLingkungan Hidup,(Jakarta, 1997), hlm.539.

*Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup danPembangunan, (Djambatan, 1991), him. 20.Beliaumenyatakan .•" Ekosistem iaiah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbai ballk antara makhiukhidup dengan iingkungannya. Ekosistem terbentuk dari komponen hidup dan takhidup disuatutempat yangberinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadl oleh adanya arus materi dan energiyang terkendallkan oieh arusInformasi antara komponen daiam ekosistem itu. Masing-masing komponen itumempunyai fungsi atau reiung. Selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya danbekerja samadengan balk, keteraturan ekosistem itu pun terjaga".

5Nandang Sutrisno," Hak Atas Kekayaan intelektual dan Perdagangan Internasional: implikasinyaTerhadap Perlindungan Keanekaragaman Hayatidaiam, Erman Rajagukguk (ed ), 75 Tahun Prof. Dr.KoesnadiHardjasoemantri, SH.,ML, (Program Pascasarjana Unlversitas Indonesia, Jakarta, 2001), him. 89.

®Pasai 3 Konvensi Keanekaragaman Hayati Tahun 1992.

212 JURNAL HUKUf^. NO. 30 VOL 12 SEPTEfUIBER 2005:210 • 223

Wartini. Implikasi Trip's Terhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati

karena keanekaragaman hayati tidak hanyadibutuhkan oleh suatu negara saja tetapi jugadibutuhkan oleh masyarakat internasional.Oleh karena itu, dangan diiaksanakannya alihleknolcgi bloteknolcgi dari negara maju kenegara berkembang yang berwawasaniingkungan diharapkan akan mendukung salahsatu tujuan Konvensi yaitu untuk memanfaatkansumber daya hayati secara berkelanjutan.

Konvensi Keanekaragaman Hayatimerupakan suatu instrumen hukum yangsecara komprehensif mengatur perlindungankeanekaragaman hayati dan pemanfaatannyasecara berkelanjutan. Secara garis' besar isiKonvensi Keanekaragaman Hayati dapatdiklasifikasikan ke dalam empat bagian, yaitu: tujuan Konvensi; kerjasama; hak-hak negarapeserta; dan kewajiban-kewajiban negarapeserta.

Tujuan Konvensi sebagaimana yangtertuang dalam Pasal 1 adalah sebagai berikut:

The objectives of this Convention, to bepursuedinaccordance with itsrelevantprovisions, are consen/ation of biological diversity, thesustainable use ofitscomponentsandthefair andequitable sharing ofthebenefits arising out of the utilization ofgeneticresources, including by appropriate accesstogenetic resourcesandbyappropriate transferof technologies taking into account allrights over those resources and to technologies, and byappropriate fundingDari ketentuan pasal 1 tersebut ada tiga

tujuan yang ingin dicapai oleh Konvensi iniyaitu: pertama, konservasi keanekaragamanhayati, kedua, pemanfaatan secara ber

kelanjutan komponen-komponen sumberdaya genetik danpembagian keuntungan yangadil sebagai akibat pendayagunaan sumbergenetik, dan ketiga terciptanya pembagianyang adit terhadap keuntungan yang timbuldari pemanfaatan sumber daya genetik,termasuk akses terhadap sumber dayagenetik dan alih teknologi yang relevan sertaakses terhadap sumber dana yang memadai.

Walaupun Konvensi KeanekaragamanHayati merupakan instrumen hukum internasional yang komprehensif, namun tidakluput dari berbagai keiemahan, baik yangbersifat teknis maupun yuridis. Diantarakelemahan-kelemahan yuridis adalah bahwaketentuan-ketentuan yang dlmuat dalamkonvensi ini hanya bersifat rekomendasiatapun himbauan kepada negara pesertauntuk melaksanakan kewajiban.

Keiemahan tersebut dapat menghambatpelaksanaan untuk mencapai tujuan Konvensi,karena hampir keseluruhan keanekaragamanhayati berada dalam yurisdiksi naslonal. Dalamkondisj seperti ini kewajiban untuk melaksanakan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutankeanekaragaman hayati leblh dititikberatkanpada kemauan masing-masing negara untukmelaksanakan kewajiban-kewajiban yangtermuat dalam konvensi secara sukarela.

Dengan demikian efektifltas pelaksanaanKonvensi akan sangattergantung padakemauanpolitik masing-masing negara dan itikad baiknegara-negara peserta.

Alih teknologi tanaman transgenik'merupakan jenis teknologi baru terutama baginegara-negara berkembang seperti Indonesia.

^A.M. Mannion dan S.R. Bowlby {ed), Environmental Issuesin the 1990s, (John Wiley &Sons Ltd,1992)hlm. 154. Menyatakan: "Tanaman transgenik dihasilkan dari rekayasa genetika melibatkan manlpulasiDMA dantransfer komponen-komponen genantar species untuk mendorong replikasi desired traits. Hal tersebutdlkenal dengan teknologi rekombinan DMA, cloning gen,dan manipulasi genetic secara in-vltro".

213

Dalam Konvensi ini menyatakan bahwa pe- para ilmuwan merekayasa organisme barulaksanaan alih teknologi haruslah berwawasan {Genetically Modified Organisms) selanjutnyalingkungan,® artinya teknologi yang dialihkan tidak akan disebut GMO. GMO pada hakekatnyaboleh menyebabkan kerusakan terhadap merupakan suatu sel hidup dengan sifat dankeanekaragaman hayati tetapi dapat memberikan karakteristik yang baru sebagai akibat darinilai tambah terhadap pemanfaatan keaneka- rekayasa gen-gen di dalam kromosomnya.ragaman hayati secara berkelanjutan. Oleh Dengan teknik ini dihasilkan organisme barukarenaitu, alih teknologi ini hams didahului dengan yang disebut organisme transgenik dimanapengkajian dampak lingkungan,^ dan diiaksana- kedaiam kromosom organisme tersebutkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang termuat digabungkan beberapa fragmen gen daridalam Konvensi Keanekaragaman Hayati organisme yang lain. Pembuatan organismemaupun Protokol Cartagena seperti prinsip kehati- transgenik ini tidak hanya dilakukan pada sel-hatian (precautionary principle) serta pembagian selprokariot" seperti virus dan bakteri, namunkeuntungan yang adii (equitable benefit sharing). dapat pula dilakukan pada sei-sei eukariot'̂

Saiah satu teknik yang digunakan dalam seperti sei tanaman dan sei hewan, bahkanbioteknologi modern^" adalah teknik rekayasa gen dari sel-sel berasai dari organ manusia.atau DNA rekombinan. Teknik Ini memungkinkan

®Preparatory Committee for UNCED" ReportontheTransferofTechnology; Report by theSecretaryGeneraloftheConferenceA/Conf/51/AC/53, United Nations, New York, hlm.3, menyatakan: "...lesspolluting, lessenergyand resource insentive, use renewable resource ina more suitable manner, recycle moreof their wastes andproducts, andhandle residual waste ina moreacceptable manner then thetechnologies theyreplace."

®Pasal14Konvensi Keanekaragaman Hayati Tahun 1992.'"Sugiono Moeljoprawiro, Prospek BioteknologiDalam Pembangunan Pertanian, Kantor Menteri Negara

lingkungan Hidup, Jakarta, 1994, hlm.37." Beliau menyatakan bahwa bioteknologi modern seringkali masihmenggunakan prinsip yang samadengan bioteknologi konvensional. Perbedaan antara bioteknologi konvensionaldengan bioteknologi modem adalah seberapa jauh suatu proses dapatdipengaruhi dandiarahkan. Bioteknologipertanian moderen didasarkan padaduateknik yang telah diperbaiki dandikembangkan lebih lanjut yaitu teknikkultur jaringan dan DNA rekombinan (r-DNA)".

" M. Abercrombie, M. Hickman (et,al), DictionaryofBiology, Penguin, England, 1980, him. 522. "Prokariotmempunyai ciri bersel tunggal ataumempunyai filalemen danberukuran kecil (diameter sampai 3 mm). DNAtidak terbungkus dalam pembungkus nucleus danselprokariota tidak berasaidari selbernukleus seperti ini.Didalam membran plasma terdapat sisasitoplasma, seringkali berbelit danterlipat, yang mengandung ribosomyang lebih kecil dari ribosom eukariota, bersama inklusi granula. Tidak mempunyai tubulin, aktin, danhlstonyang merupakan cirri khas eukariota dan dengan demikian rnempunyai carapembelahan yang berbeda. Sandigenetiknya sangat mirip dengan eukariota. Pembelahan selbiasanya lebih lambat dari pada replikasi kromosom,sehingga selprokariota biasanya mengandung paling sedikit dua kromosom yang masing-masing terdiri atasDNA dan protein non-histon yang seringkali untuk sementara waktu tertaut padamembran plasma. Tidakterdapat mitokondriadan kloroplas, tetapi mempunyai stukturyang mempunyai fungsi sama".

Id, him. 219."Eukariot adalah organisme yang mempunyai bahan genetik kromosom selatau sel-selnya disimpan didalam satuataulebih nucleus dan dengan demikian terpisah dari sitoplasma oleh duamembran nucleus. Beberapaseleukorata kehilangan nukleusnya selama perkembangan; tetapi semua dibedakandari sel-sel prokariota oleh sel-sel yang umumnya jauh lebih besar, oleh adanya protein-protein aktin, miosin,

214 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:210 - 223

Wartini. Implikasi Trip's Terhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati

Dalam bidang pertanian, banyak sekaliproduk bioteknologi seperti tanaman baru,jenishewan barudan mikroba baruyangakandilepas ke lingkungan. Pengkajian terhadapdampak negatif produk-produk tersebutterhadap lingkungan hanya dapat dilakukanbila telah dipelajari dengan seksama perllakudan karakteristik dari mahluk hidup yangsecara genetik telah direkayasa. Has!!pengkajian in! akan merupakan pedomanbagi para ahli dan para pengambil keputusanuntuk memahami secara tepat cara-carapengelolaan produk bioteknologi sekaligusmemberi penyuluhan kepada masyarakatagar mereka memahami keuntungan dankerugian penggunaan bioteknologi dalamkehidupan sehari-hari.

Masalah lain yang perlu diperhatikandalam pengembangan tanaman hasijrekayasa genetika adalah masalah alihteknologi dan Hak Atas Kekayaan Intelektual(HAKI)J^ Hal inl disebabkan perluasan claimyang dilakukan oleh Inventor terhadap sumber-

tubulin dan histon, oleh ribosom yanglebih pekat, dan olehkeragaman yang lebih besar dari organel-organel yang terikat membran. Pembelahan seldengan mitosis atau miosis. Ketika terjadi pembelahan selbeberapa protein-protein tersebut akan terlibafJ^ H.S. Kartadjoemena, GATTWTO danHasil Uruguay Round,(Ul- Press, Jakarta, 1997), him. 267.

" Gerad Middendort, Mike Skladany (et.al), " NewAgricultural Biotechnologies : The Struggle (orDemocratic Choice(MonthlyReview, New York, July-August 1998), him. 86-87.

Philllppe Sands, Principles ofInternational Environmental Law IFrameworks Standards andImplementation, (Manchester University Press, Manchester, 1995), him. 208-213.

'6 David P. Fidler, International Law and Public Health: Materials on and Analysis of Global Health

Jurisprudence , (Transnational Publishers, Inc, New York, 2000), him. 467. Pasal 19 ayat 3 KonvensiKeanekaragaman Hayati:" Theparties shallconsidertheneed forand modalities ofa protocol settingoutappropriate procedures, including, inparticular, advance informedagreement, inthefield ofthesafe transfer,handling and use ofanyliving modi^ed organism resulting from biotechnology thatmayhaveadverseeffect ontheconsen/ation and sustainableuse of biological diversity".

" Pasal 15 Konvensi Keanekaragaman Hayati Tahun 1992.Gerald Dworkin," Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights and GATT." dalam Lve Lin

Heng, Current LegalIssues in the Internationalization ofBussinessEnterprises, (Butterworths, Singapore,1996), him. 323.^° Ahmad Azhar Basyir. Op. Cit. Him. 21

sumber genetika yang tadinya merupakanpubiic domain setelah mengalami prosesrekayasa genetika menjadi milik individu.'̂ Alihteknologi tanaman transgenik sebagai hasilpengembangan bioteknologi tentunya harusmelalui suatuseleksi yangcukup ketat, karenaberkaitan dengan organisms hidup yangdimodifikasi ( Living Modified Organism )selanjutnya akan disebut LMO. Dampak yangditlmbulkan oleh tanaman hasil rekayasagenetika terhadap lingkungan maupunmanusia belum dapat dipastikan secarailmiah.'̂ Oleh karena itu prinsip kehati-hatiandalam alih teknologi tanaman hasil rekayasagenetika^^ sangatlah diperlukan.

Konvensi Keanekaragaman Hayatimengakui bahwa negara memlliki hakberdaulat ( sovereign right) atas sumber-sumberalamnya^^ dan berhakuntuk memper-oleh keuntungan atas penggunaan sumbergenetik yang dimlllklnya secara komerslalmaupun untuk penggunaan lain.^® Olehkarena itu setlap negara berhak untuk

215

mengaturnya dalam lingkup nasional untukkepentingan dan kesejahteraan negaralersebut. Indonesia belum dapat memanfaatkansecara optimum keanekaragaman hayati yangdimilikinya, karena kurangnya modal dankemampuan teknologi rekayasa genetlkatanaman. Selain itu jugabelum adanya peraturan-peraturan yang memadal untuk pengembanganbloteknologi modem.

Kelemahan liukum Internasional dalam

memberikan perllndungan lingkungan, khususnyakeanekaragaman hayati terhadap aktlvitas alihteknologi tanaman transgenik semakin menegas-kan pentlngnya penyelenggaraan pengawasanproses alih teknologi oleh negara penerimateknologi melalui berbagal macam peraturan.Namun dl sisl lain peraturan-peraturan Ituseringkall dianggap oleh negara maju sebagaitindakan yang berslfat anti kompetltif yangdapat menghambat arus alih teknologi Itusendlrl. Hal inl perlu mendapatkan perhatlanpemerlntah Indonesia dalam menentukankebljaksanaan alih teknologi. Dl satu sislmasihdiperlukan peraturan alih teknologi untukmellndungi kepentingan nasional, khususnyakepentingan perllndungan keanekaragamanhayati dan lingkungan. Namun di sis! lainperaturan tersebut harus dibentuk sedemiklanrupa sehingga tidak menghambat arus alihteknologi.

Implikasi TRIP'S Terhadap KonvensiKeanekaragaman Hayati

Hak Kekayaan Intelektual (IntellectualProperty Rights) merupakan hak hukum privatyang diterapkan terhadap kontrlbusi manusiayang berslfat intangible terhadap suatuteknologi tertentu. Dalam bentuknya yangsangat mendasar, hak kekayaan intelektualmemberikan hak kepada pemegangnya untukmengontrol pihak lain dalam menggunakanhak tersebut secara komerslal mengenaiinformasi yang terkandung dalam suatuteknologi tertentu selamaberlakunya hak ataskekayaan Intelektual tersebut.^®

Konferensi para Plhak Konvensi Keanekaragaman Hayati, menghubungkan antara IsuKekayaan Intelektual dengan alih teknologidalam suatu pokok bahasan mengenai aksesterhadap sumber genetik (/Access to GeneticResources). Pasal 15 Konvensi Keanekaragaman Hayati memberikan suatu kerangkakerja yang luas mengenai akses terhadapsumber-sumber genetik.^® Konvensi inlmengakul bahwa peraturan akses terhadapsumber genetik merupakan kewenangannasional suatu negara. Dalam ketentuan Ini jugamenyangkut adanya pembaglan keuntunganyang didasarkan pada kesepakatan bersama.Pembaglan keuntungan inl bervarlasi dapatmeliputi kompensasi keuangan, training maupunketerlibatan dalam penelltian maupun alihteknologi.

Jeffrey A. McNeely and Lothar Gundling," Guide totheConvention onBiological DiversityEnvironmental Policy and Law PaperNo. 30,(lUCN -The World Conservation Union, 1994), him. 87.

^ Gerald Dworkin," Trade Related Aspects ofIntellectual Property Rights and GATT." dalam Lye LinHeng et al. Current LegalIssues intheInternationalization ofBusiness Enterprises, (Butterworths, Singapura,1996),him. 323.Menyatakan:"... Developing countries have theright tocontrolandaccess theirown geneticresources andalso toobtain some fair and equitable share ofthebenefits arlngfrom their commercialandotherutilization

216 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:210-223

Wartini. Implikasi Trip's Terhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati

Teknologi yang dimaksudkan dalampemanfaatn sumber-sumber genetik ini adalahbioteknologi. Hubungan antara hak ataskekayaan inteiektual dan alih teknologi bioteknologi merupakan suatu masalah yang kompiekdan sulit. Pasal 16 Konvensi Keaneka-ragamanHayati menjpakan ketentuan yang seoaraekpiisitmenunjuk adanya keterkaitan antara alihteknologi dan Hak Atas Kekayaan Inteiektual.Pasal 16 (3) seoara langsung mengatur menge-nai hubungan antara hak atas kekayaanInteiektual dengan akses terhadap alih teknologidalam pemanfaatan sumber-sumber genetik.Pasal 16ayat (3) menyatakan:

"Each Contracting Party shall take legisiative,administrative or poiicy measures, asappropriate, with the aim that ContractingParties, in Particularthose that aredevelopingcountries, whichpivvidegenetic resourcesareprovidedaccess toandtransferoftechnologywhich makesuseofthose genetic resources,on mutually agreed terms, including technology protected patents and other intellectualpropertyrights, where necessary,through theprovisions ofArticles 20 and21andin accordance with international lawand

consistent with paragraphs 4 and 5 below."Dalam Pasal 16 ayat (3) ini menghendaki

adanya usaha dari setlap negara peserta untukmendorong sektorswasta untuk melaksanakanpenelitian dan alih teknologi, mengingat sektorswasta memegang peranan yang penting dalampengembangan bioteknologi, karena per-kembangan yang sangat cepat dalam bidangbioteknologi dilakukan oleh sektor swasta. Olehkarena itu keberhasilan dalam pengembanganbioteknologi dan alih teknologi ini sangatdiperlukan adanyakerja sama antarapemerintah

2' Id,him.88.

dan pihak swasta.Peranan yang fundamental Hak Atas

Kekayaan Intektual (HAKI) iaiah sebagaiInsentifdalam hal kreativitas dan untuk memfasilitasi

alih teknologi. Peranan HAKI sebagai Insentifhal ini disebabkan karena adanya pengkuanbahwa bahwa si penemu telah menghablskanbanyak waktu dan biaya dalam menciptakansuatu hasil karyanya. Kedua, peranan HAKIadalah untuk memfasilitasi adanyaalih teknologi.Dalam hal bioteknologi, khususnya dalam halpemuliaan tanaman yang berupa tanamantransgenik ada empat bentuk perlindunganterhadap hak atas kekayaan inteiektual yangberkaitan dengan pengembangan dan alihteknologi, yaitu : paten, hak pemulla tanaman(plant breeders'rights), rahasia dagang danmerk.

Paten merupakan suatu bentuk perlindunganhukum yang diberlkan kepada penemu,sehlngga orang lain tidakdapat menggunakanhak tersebut tanpa seeijin si penemu. Patenini merupakan jenisperlindungan yangsangatrelevan dengan alih teknologi tjioteknologisebagai bagian dari akses sebagaimana yangdiatur dalam pasal 15Konvensi KeanekaragamanHayati. Dengan demikian dalam hal aksesterhadap sumber-sumber genetic termasukjuga untuk memperoleh perlindungan patenterhadap produk yang dihasllkan dari sumber-sumber genetik, dalam rangka untuk mengem-balikan biaya investasi, penelitian danpengembangan.

Beberapa jenis varietas tanaman barudipandang sebagai hasil dari penemuanbioteknologi, dimana sipenyedia sumber-sumbergenetik menghendaki akses terhadap teknologitersebut. Bentuk perlindungan yang paling umumterhadap perlindungan varietas tanaman baru

217

iaiah PlantBreeder's Right{PBHsf yang secaraumum memberikan hak monopoli kepadapemulia tanaman untuk tujuan komersiil.

Bentuk perlindungan lain yang relevandengan bioteknologi iaiah rahasia dagang{trade secret), hak in! memberikan perlindungankepada pemiiiknya untuk merahasikaninformasi yang dimilikinya. Bioteknologimerupakan teknologi yang padat denganpengetahuan. Oleh karena itu, akses terhadapinformasi terhadap teknologi yang bersangkutanmerupakan halyangsangat penting dan berartidalam alih teknologi.

Menurut kalimat pertama artikel 27 (3) bpersetujuan TRiPs, anggota WTO dapat menge-cualikan tanaman dan binatang (kecuali mikroorganisme) dari paten dan terutama adalahproses biologi untuk menghasilkan tanamanatau binatang (kecuaii proses non biologi danproses mikrobiologi).^ Ketentuan ini memilikiimplikasi yang sangat iuas. Ketentuan inimensyaratkan negara-negara berkembanguntuk memberikan periindungan patenterhadap mikro organisme dan terhadapproses non bioiogi dan non mikro-organisme,sehingyd negara-negara berkembang di-wajibkan untuk memberikan perlindunganterhadap biji (benih). Hal ini akan meningkatkanbiaya dan sebagai konsekuensinya akanmempengaruhi sejumlah besar penduduk yangbergantung pada pertanian.

Paten

Paten diterapkan pada jenis teknoiogimekanis, kimia, eiektrik, produk biologi dan

.proses, dan jika diijinkan termasuk juga

organisme hidup. Paten sebagaimana jugabentuk Hak Atas Kekayaan Intelektual lain, hakini dilaksanakan untuk menseimbangkanantara penemu dan masyarakat. Masyarakatmemberikan hak sebagian monopoli kepadapenemu dalam jangka waktu sementara."Sementara" merujuk kepada lamanya perlindungan yaitu 20 tahun. Sedangkan sebagianmerujuk kepada luasnya perlindungan, tingkatperbedaan ini disyaratkan sebelum pengajuanpaten. Kaiau setelah masa perlindunganhabis.maka tidak hanya akan membukakompetisi bebas tetapi juga akan memperolehkeuntungan dengan adnya tambahan teknologiyang sebelumnya tidak ada. Walaupun patendalam sistem hukum Kekayaan inteiektuaidiatur secaranasioanal, yangberbedadari satunegara dan negara lain, namun dalam hal-hal persyaratan umum telah terjadi suatukesamaan dan keseragaman. Persyaratan-persyaratan ini diterapkan dalam industri,termasuk industri bioteknologi, termasuk jugapersyaratan kebaharuan, stabiiitas dankeseragaman.

inovasi dalam bioteknologi telah menimbul-kan beberapa permasalahan dalam hukumpaten. Ada empat macam penemuan bioteknologi yang dapat menjadi subjek hokumpaten yaitu: produk, komposisi, penggunaan danmetode penggunaan. Produk adalah sesuatuyang nyata yang berupa material atau entitytermasuk organisme itu sendiri, bagian dariorganisme (misainya:sel), substansi yangdihasilkan dari rekayasa genetika. Komposisinyamerupakan campruran antara substansi atauorganisme, dalam ha! ini mungkin saiah satuunsurnya sudah diketahui atau sudah ada.

^ Marguilles, R.L," Protecting Biodiversity: Recognizing Intellectual Property Rights inPlantGeneticResources(Michigan Journal OfInternational Law, 1993), him. 74.

218 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:210 - 223

Waitini. Implikasi Trip's Terhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati

akan tetapi kombinasi dari kedua unsur inidapat menimbulkan suatu produk baru.Pengajuan paten terhadap bioteknologikonvensional menggunakan mikro organismeatau selyang lebih tinggi dari organisme untukmemproduksi produk baru atau untukmemproduksi produk yang sudah dikenaldengan cara baru. Salah satu problem yangberkaitan dengan penemuan bioteknologiialah penemuan dalam bidang proses yangmungkin dapat terulang oleh ahli lain. Masalahini ditujukan kepada pemanfaatan koleksijaringan yang didepositkan untuk "patenjaringan".

Paten dalam bioteknologi menimbulkanpermasalahan pada waktu diterapkan padapenemuan mikrobiologi.^^ Hal ini disebabkan,karena suatu pengulangan tidak dapat dijaminhanya dengan menggunakan gambarantertulis saja. Oleh karena itu banyak negarayang membentuk undang-undang untukmengatasi masalah tersebut dengan membuatsuatu peraturan khusus yang mencakup mikroorganisme Salah satu Konvensi Interhaslonalyang mengatur hal tersebut yaitu The BudapestTreaty on the International Recognition of theDeposit of Micro-organisms for the Purposes ofPatent Procedure (197)-2'' Treaty ini secarakeseluruhan berhubungan dengan mikroorganisme. The Budapest Treaty menyediakansuatu sistem yang seragam tentang pende-positan atau penyimpanan mikro organisme.Budapest Treaty juga mengakui koleksijaringan tertentu sebagai" International Depositary Authorities " (IDA's) dan juga de-

^ Microbiologicalprocesses, productproducedbymicro-organism andmicro organism areall consideredpatentable.

TheBudapest Treaty entered into force in 1980.United Nations Commission onTrade and Development, 'The Role of the Patents System in the

Ttransferof Technology toDeveloping Countries", United Nation Document TD/B/Ac.11/19/rev.1,1975, hlm.5.

posit tunggal yang dibuat oleh IDAs diterimaoleh setiap negara anggota Budapest Treatydan persyaratannya memenuhi ketentuapnasional negara anggota tersebut.

Paten sebagai salah satu subjek dalamperjanjian lisensi memainkan peranan pentingdi negara-negara berkembang. Pertamamelalui ekspor ke negara-negara penerimateknologi, yang kedua melalui pembangunan "pabrik di negara penerima lisensi teknologitersebut. Dalam rangka hubungannya denganimplementasi Konvensi KeanekaragamanHayati, paten sangatlah penting untukmelindungi kekayaan intelektual dalam alihteknologi, karena negara maju sebagai pemilikpaten bioteknologi menginginkan perlindung-ah. Di lain pihak negara berkembang yangmenyediakan sumber genetik juga mempunyaihak untuk akses dan alih teknologi supayamereka juga dapat mengusahakan sendiri.Oleh karena itu paten bioteknologi bukan hanyamerupakan hak negara maju saja, tetapiseharusnnya dibagi dengan negara berkembangyang telah menyediakan sumber genetik. Patendapat didefinisikan sebagai berikut:

"A staturyprivilege grantedby a governmentto an inventorandtootherpersonsderivingtheir rights from the inventor, for a fixedperiodofyears, to excludeotherpersons frommanufacturing, using or sellling a patentedproduct orfrom utilizing a patented methodor proccess".^^Beberapa masalah yang timbul dari paten

antara lain ketidakmampuan untuk menggunakanbahan domestik dan ilmu pengetahuan lokal

219

sehingga membatasi prospek untuk meningkat-kan kemampuan keija Oleh sebab itu partisi-pasi dari pemerintah sangat diperlukan, karenapemerintah dapat menentukan jenis paten yangsesuai dengan kebijaksanaan nasionalnya.

Persyaratan paten untuk penemuan yangberkaitan dengan Living Modified Organism(LMO)a. Novelty

Suatu varietas dianggap baru apabiiapada saat penerimaan permohonan paten,basil panen dari varietas tersebut beiumpernah diperdagangkan di negara dimanapaten didaftarkan atau telah diperdagangkantetapi tidak lebih dari satu tahun, atau telahdiperdagangkan di luar negeri tidak lebih dariempat tahun untuk tanaman semusim danenam tahun untuk tanaman tahunan.

b. Distincness

Suatu varietas dianggap unik apabiiavarietas tersebut dapatdibedakan secarajelasdengan varietas lain yang keberadaannyasudah diketahui secara umum pada saatpenerimaan permohonan paten.0. Uniformity

Suatuvarietas dianggap seragam apabiiasifat-sifat utama atau penting pada varietastersebut terbukti seragam meskipun bervariasisebagaiakibat daricara tanamdan lingkunganyang berbeda-beda.d. Stability

Suatu varietas dianggap stabil apabiiasifat-sifatnya tidak mengalami perubahan

setelah ditanam berulang-ulang, atau untukdiperbanyak melalui siklus perbanyakankhusus, tidak mengalami perubahan padasetiap akhir siklus tersebut.

Ditetapkannya paten pada makluk hidupakan berdampak monopoli atas hasil-hasilpertanian oleh perusahaan-perusahaantransnasional yang bergerak dalam bidangbioteknologi. Misalnya, sebuah perusahaanyang diberikan satu paten akan menguasaiseluruh hasil rekayasa genetika yangdilakukan pada gen kapas dan seluruh variasihasil rekayasa genetika pada tanaman kapas.Hal inl akan membuat perusahaan tersebutmenguasai seluruh produksi kapas dunia,sehingga akan merugikan negara-negara lainkhususnya negara berkembang.^® Bahkanmuncul kasus yang sangat merugikan suatunegara, misalnya, pemberian paten olehAmerika terhadap pengobatan kuno yangmempergunakan daun-daunan, dengan patenNo. 5,401,504, yangsebenarnya telah dikenaloleh orang-orang Indian beberapa abadyanglalu. Kemudian, Amerika juga memberikanpaten terhadap beberapa varietas yang samadengan tanaman yang telah tumbuh beberapaabad yang lalu di beberapa wilayah geografis,misalnya dengan diberikannya paten No.5,663,464 kepada Rice - Tec Corporationatas varietas padi Basmati, yang merupakanjenis padi yang wangi yang sebenarnya telahtumbuh di di India dan Pakistan.®®

UNCTC, License Agreement in Developing Countries, 1987, United Nations Document, ST/CTC/78.hlm.57.

^ Pasal 5-9 International Convention for the Protection of New/ Varieties of Plants, 1991. Lihat juga Rule 13bisInvention Relating toBiological Material Patent Cooperation Treaty, 1978.2® Hira Jhamtani, Ancaman GlobalisasidanImperialisme Lingkungan, (INSIST Press,Yogyakarta, 2001), him. 5-6.

2® A, Kothari," Biodiversityand Intellectual Property Rights: Can theTwo Coexist T,Linkages Journal, Vol. 4No.2,28Mel 1999. hlm.1 sebagaimana dikutip oleh Nandang Sutrisno, dalam, Erman Rajagukguk (ed),, op.cit. him. 103.

220 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:210 - 223

Wartini. Implikasi Trip's Terhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati

Plant Breeder's Rights

Plant Breeders. Rights (PBR's) merupakansuatu sistem paten khusus seperti paten yangditerapkan pada pemulia tanaman. PBR'smula-mula disistematisasi pada tahun 1961dalam International Union for the Protection ofNew varieties of Piants (UPOV). Dalam hukumpaten disyaratkan adanya kebaharuan (novelty),(Non-obviousness) dan kegunaan (utility),sedangkan dalam PBR's menggunakanpersyaratan distinctness, uniformity, andstability.Keseragaman dan kestabilan dipersyaratkandalam hal reproduksi yang terjadi dalam suatuspesies dari generasi satu ke generasi yangberikutnya. Pengujian yang paling pentingiaiah mengenai distinctness untuk suatuvarietas tanaman harus jelas-jelas berbedadari varietas yang sudah dikenal.

PBR's dlbedakan dengan paten karenaadanya hak istimewa yang dimlliki oleh parapetani dan adanya pengecualian penelitian,yang kadang-kadang sering disebut "breederprivilege".^ Hak petani adalah hak yang dimllikipetani untuk memiliki bibit untuk suatu alasanyang sangat penting (petani menyimpan benihuntuk atau untuk Bin Competition). Pengecualianpenelitian menunjuk kepada hak untukmenggunakan varietas yang dilindungl sebagaibahan asal pembentukan varietas baru atauuntuk penggunaan penelitian yang lain.

Kalau diperhatikan perbedaan antarapaten dan PBR's, bahwa PBR's kurang membe-rikan perlindungan dari pada paten. Perlin-dungan ini juga diterapkan padaselumh tanamanatau bagian dari tanaman. Sedangkan apa yangtidak dilindungl iaIah karakteristik yang unik dari

^ Jeffrey A. McNeely and Lothar Gundling," Guide tothe Convention onBiological DiversityEnvironmental Piicy andLaw Paper, No. 30,(lUCN-The World Conservation Union, 1994), hlm.88.

3'UNEP/CBD/COP/2/17.hlm.5.

suatu varietas. Dengan alasan tersebut, makatidak ada perlindungan nyata yang disediakanterhadap suatu varietas yang menggunakangen untuk dilakukannya tindakan rekayasadimana gen tersebut secara hokum dapatdihilangkan atau digunakan dalam varietaslain atau ditambah dengan unsur-unsur iain. '̂

Trade Secrets

Trade Secrets dimaksudkan untuk mela-

kukan perlindungan terhadap informasi yangdijaga kerahasiaanya yang tidak bolehdisebarkan tanpa seijin si pemilik informasi,sehingga kalau hal ini diianggar, si peianggarakandikenai hukuman untuk membayar hargadari informasi yang dirahasiakan tersebut.Contoh daripada trade secretsiaiah termasukpraktek untuk meningkatkan effisiensi prosesbreeding. Tidak seperti paten dan PBRs, tradesecrets ini tidak mensyaratkan adanyapendaftaran formal, tetapi syaratnya iaiahbahwa informasi tersebut harus bernilaiekonomi dan ada usaha untuk tetap menjagakerahasiaan informasi tersebut.

Seiain itu dalam Pasal 16 ayat (5)menekankan pada negara peserta untukbekerjasama dan menjamin bahwa IPR yangdilaksanakan adalah untuk mendukung terca-painya tujuan konvensi dan bukannya berten-tangan dengan tujuan konvensi. Ketentuan dalampasal ini hanya menyebutkan bahwa IPR mem-pengaruhi pelaksanan konvensi ini tetapi tidakmenyebutkan apakah pengaruh ini pengaruhpositip atau negatif.

221

Lebih jauh lagi, dalam Pasal 16ayat 4 dan5yangdidukung oleh ayat 3,menyebutkan bahwapelaksanaan pasal in! hams konsisten denganhukum intemaslonal, ini berarti termasuksistemhukum internasiona! mengenai hak ataskekayaan intelektual. TRIPs menciptakan suatustandar minimum untuk perlindungan hak ataskekayaan intelektual, tetapi juga menekankankepada semua negara peserta untuk memenuhipersyaratan minimum yang telah ditetapkan didalam TRIP'S. Selain itu TRIP'S juga mensyarat-kan kepada semua negara penanda tangan,termasuk 70 negara berkembang untukmelakukan perlindungan terhadap hal-halsebagaimana yang disebutkan dlbawah inidalam jangka waktu 5-10 tahun tergantungdari perkembangan masing-masing negara.

Simpulan

TRIP'S sebagai suatu regim hukum yangberkaitan dengan perdagangan dan perlindunganhak atas kekayaan intellektual memilikiki dampakpositif dan negatif terhadap Konvensi Keaneka-ragaman Hayati. Diterapkannya TRIP'S dalamKonvensi Keanekaragaman Hayati, memberikanperlindungan hukum kepada para inventor dibidang biotehnologi yang diatur daiam KonvensiKeanekaragaman Hayati, sehingga mendorongorang untuk melakukan penemuan- penemuanbam di bidang bioteknolgi, misalnya penemuanvaiietas tanaman dengan rekayasa genetika akanmenambah keanekaragaman hayati, kalau itudilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan

mengenai keselamatan hayati sebagaimana yangdiatur dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati.

Di lain pihak, penerapan TRIP'S dalamKonvensi Keanekaragaman Hayati, memberikanpeluang-peluang bagi negara-negara majumelakukan pematenan terhadap pengetahuan

tradisional yang sudah turun-temurun dimllikioleh masyarakat tradisional suatu negara.Bahkan pematenan terhadap suatu jenistanaman tertentu yang ada secara alaml. Disamping itu dengan adanya pefiindung hak ataskekayaan intelektual terhadap suatu jenis tanamanhasll rekayasa genetika yang dihasilkan olehbioteknologi akan menyebabkan berkurangnyakeanekaragaman hayati, karena tanaman hasilrekayasa agar mengandung bahan-bahanberacun yang bersifat obat atau pestisida akanmembawa resiko bagi makluk hidup lain.

Daftar Pustaka

Abercrombie M., M. HIckman (et,al), Dictionaryof Biology, Penguin, England, 1980

Erman Rajagukguk (ed ), 75 Tahun Prof. Dr.Koesnadi Hardjasoemantri, SH.,l\/iL,Program Pascasarjana UniversitasIndonesia, Jakarta, 2001.

Fidler David P., international Law and PublicHealth ; Materials on and Analysis ofGlobal Health Jurisprudence,Transnational Publishers, Inc, NewYork, 2000.

Lin Heng Lye, Current Legal Issues in theInternationalization of Bussiness

Enterprises, Butterworths, Singapore,1996.

Mc Neely Jeffrey A. and Lothar Gundling,"Guide to the Convention on BiologicalDiversity ", Environmental Policy andLaw Paper No. 30, lUCN -The WorldConservation Union, 1994.

Mannion .A.M. dan S.R. Bowlby (ed), Environmental Issuesin the 1990s, John Wiley&Sons Ltd,, 1992.

Marguilies R.L, "Protecting Biodiversity;Recognizing Intellectual Property

222 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:210-223

Wartini. Implikasi Trip's Terhadap Konvensi Keanekaragaman Hayati

Rights in Plant Genetic Resources".Michigan Journal Of International Law,1993.

Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidupdan Pembangunan, Djambatan, 1991

Sugiono Moeljoprawiro, Prospek BioteknologiDalam Pembangunan Pertanian,Kantor Menteri Negara lingkunganHidup, Jakarta, 1994, hlm.37."

Sands Phillippe, Principles of InternationalEnvironmental Law I Frameworks

Standards and Implementation,Manchester University Press,Manchester, 1995.

International Convention for the Protection ofNew Varieties of Plants, 1991.

Konvensi Keanekaragaman Hayati Tahun1992.

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup danUnited Nations Development Programme,Agenda 21 Indonesia: Strategi NasionalUntuk Pembangunan Berkelanjutan,

Menteri Negara Lingkungan Hidup,Jakarta,1997, him. 539.

Patent Cooperation Treaty, 1978.Preparatory Committee for UNCED" Report on

the Transfer of Technology : Report bythe Secretary General of the Conference", A/Conf/51/AC/53, United Nations, NewYork, hlm.3

The Budapest Treaty.United Nations Commission on Trade and De

velopment, 'The Role of the PatentsSystem in theTtransfer of Technologyto Developing Countries", United Nation Document TD/B/Ac.11/19/rev.1,1975, him. 5.

UNCTC, License Agreement in Developing Countries, 1987, United Nations Document, ST/CTC/78.hlm. 57.

UNEP/CBD/COP/2/17, hlm.5.WTO Secretariat ( ed ), Trade, Development

and the Environment, Kluwer Lawinternational, London, 2000, him. 72.

223