43
i IMPLEMENTASI FULL DUPLEX SWITCHED ETHERNET PADA AIRCRAFT DATA NETWORK BERBASIS COTS EMBEDDED DEVICE Buku Tugas Akhir Kelompok Keahlian: Telematika Faisal Defry Hussainy 1103110214 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Informatika Telkom University Bandung 2015

Implementasi Full Duplex Switched Ethernet Pada Aircraft Data Netwok Berbasis Cots Embedded Device

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aircraft Data Network (ADN) adalah sebuah konsep komunikasi data yang dikembangkan khusus untuk diimplementasikan di environment pesawat terbang. Karena ADN berada pada aircraft environment, maka otomatis diperlukan sebuah sistem yang dapat bekerja secara real time serta memiliki tingkat kehandalan yang tinggi. Avionics Full-Duplex Switched Ethernet (AFDX) adalah sebuah standar komunikasi data untuk ADN yang diimplementasikan berdasarkan spesifikasi ARINC 664. AFDX dibangun berdasarkan teknologi IEEE 802.3 (Ethernet) menggunakan komponen Commercial-Off-The-Shelf (COTS). Masalah yang biasa dihadapi dalam pengembangan teknologi penerbangan adalah lamanya waktu pengembangan serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk riset dan pembuatan alat-alat industri baru untuk memproduksi teknologi yang dibuat secara khusus untuk suatu vendor tertentu, namun dengan penggunaan teknologi Ethernet yang memiliki standar global, hal-hal tersebut tentu akan dapat ditekan. Hal terpenting dalam pengembangan AFDX adalah harus dilakukan perancangan dan implementasi sistem yang bersifat deterministik, yaitu sistem yang dapat menangani fungsi traffic policing dan frame filtering dengan performansi yang memenuhi standar spesifikasi.

Citation preview

  • i

    IMPLEMENTASI FULL DUPLEX SWITCHED

    ETHERNET PADA AIRCRAFT DATA NETWORK

    BERBASIS COTS EMBEDDED DEVICE

    Buku Tugas Akhir

    Kelompok Keahlian: Telematika

    Faisal Defry Hussainy

    1103110214

    Program Studi Teknik Informatika

    Fakultas Informatika

    Telkom University

    Bandung

    2015

  • ii

    Lembar Persetujuan

    Implementasi Full Duplex Switched Ethernet Pada Aircraft Data Netwok

    Berbasis Cots Embedded Device

    Implementation of Full Duplex Switched Ethernet on Aircraft Data Netword

    Based on COTS Embedded Device

    Faisal Defry Hussainy

    1103110214

    Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan untuk memenuhi sebagian dari syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    Fakultas Informatika

    Universitas Telkom

    Bandung, 1 Juli 2015

    Menyetujui

    Pembimbing 1

    Endro Ariyanto,ST.MT

    NIP: 04660316-1

    Pembimbing 2

    Catur Wirawan Wijiutomo,ST,MT

    NIP:

  • iii

    Lembar Pernyataan

    Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul Implementasi

    Full Duplex Switched Ethernet Pada Aircraft Data Netwok Berbasis Cots

    Embedded Device beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

    dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,

    saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

    kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya

    ini, atau ada claim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

    Bandung, Juli 2015

    Yang membuat pernyataan,

    Faisal Defry Hussainy

  • iv

    Abstrak

    Aircraft Data Network (ADN) adalah sebuah konsep komunikasi data yang

    dikembangkan khusus untuk diimplementasikan di environment pesawat terbang.

    Karena ADN berada pada aircraft environment, maka otomatis diperlukan sebuah

    sistem yang dapat bekerja secara real time serta memiliki tingkat kehandalan yang

    tinggi. Avionics Full-Duplex Switched Ethernet (AFDX) adalah sebuah standar

    komunikasi data untuk ADN yang diimplementasikan berdasarkan spesifikasi ARINC

    664. AFDX dibangun berdasarkan teknologi IEEE 802.3 (Ethernet) menggunakan

    komponen Commercial-Off-The-Shelf (COTS). Masalah yang biasa dihadapi dalam

    pengembangan teknologi penerbangan adalah lamanya waktu pengembangan serta

    besarnya biaya yang dibutuhkan untuk riset dan pembuatan alat-alat industri baru

    untuk memproduksi teknologi yang dibuat secara khusus untuk suatu vendor tertentu,

    namun dengan penggunaan teknologi Ethernet yang memiliki standar global, hal-hal

    tersebut tentu akan dapat ditekan. Hal terpenting dalam pengembangan AFDX adalah

    harus dilakukan perancangan dan implementasi sistem yang bersifat deterministik,

    yaitu sistem yang dapat menangani fungsi traffic policing dan frame filtering dengan

    performansi yang memenuhi standar spesifikasi. Selain itu, karena cost-effective

    merupakan salah satu tujuan AFDX, penggunaan komponen COTS untuk menekan

    biaya juga harus menjadi pertimbangan.

    Pada tugas akhir ini, telah dilakukan implementasi Aircraft Data Network

    yang ditujukan untuk memenuhi standar ARINC 664/AFDX menggunakan

    komponen-komponen COTS. Telah dilakukan perancangan embedded device

    berbasis PC / 1386 Processor dengan menggunakan Linux sebagai sistem operasinya.

    Sistem yang dibangun sudah dapat menerima dan meneruskan paket sesuai dengan

    rule traffic policing dan frame filtering yang didefinisikan. Selain itu, uji performansi

    juga telah dilakukan dan didapatkan nilai latency yang memenuhi standar spesifikasi

    ARINC 664 yaitu lebih kecil dari 150 miliseconds, namun nilai jitter yang didapat

    masih belum bisa memenuhi standar yaitu lebih kecil dari 500 microseconds. sehingga

    sistem yang dibangun belum dapat dikatakan deterministik sepenuhnya.

    Kata kunci: Aircraft Data Network (ADN), Avionics Full-Duplex Switched Ethernet

    (AFDX), commercial-cff-the-shelf (COTS), ARINC 664

  • v

    Abstract

    Aircraft Data Network (ADN) is a data communication concept developed

    specifically for implementation in the aircraft environment. ADN introduced by the

    Airlines Electronic Engineering Commite (AEEC) on the specification ARINC 664.

    Because of AND using in the aircraft environment, it automatically need a system that

    can works in real time and has a high level of reliability. The system can be in real

    time if the conditions of operation is limited by the span and have a clear limit-time

    (deadline). In other words, a work must be completed within a certain time.

    Avionics Full-Duplex Switched Ethernet (AFDX) is a data communications

    standar for the AND that implemented by ARINC 664 specification.The reason of

    made AFDX is special because it built on technology based IEEE 802.3 (Ethernet)

    using components of Commercial-Off-The-Shelf (COTS). This condition will certainly

    save time and development costs, because Ethernet itself is a powerful technology that

    is constantly evolving and has a high degree of reliability.

    In this final project, there will be the implementation of a real time system

    based Aircraft Data Network which can fullfil the standar ARINC 664 / AFDX. The

    system built using COTS components. This final project will handle the design and

    implementation specialy based of embedded linux that can handle switching functions

    required by the system. Problems that can be faced here is to design a frame function

    filtering and traffic policing perfectly to be able ensure that all communication

    between End System which has a deterministic nature so that it can reliably apply to

    the Aircraft Data Network.

    Key Words: Aircraft Data Network (ADN), Avionics Full-Duplex Switched Ethernet

    (AFDX), commercial-cff-the-shelf (COTS),ARINC 664

  • vi

    KATA PENGANTAR

  • vii

    UCAPAN TERIMA KASIH

  • viii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR SAMPUL

    ...................................................................................................Error!

    Bookmark not defined.

    LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.

    LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...... Error! Bookmark not defined.i

    ABSTRAK ................................................................................................................. iv

    ABSTRACT .............................................................. Error! Bookmark not defined.

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

    UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

    DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.

    1.1 Latar Belakang................................................. Error! Bookmark not defined.

    1.2 Tujuan .............................................................. Error! Bookmark not defined.

    1.3 Rumusan Masalah ........................................... Error! Bookmark not defined.

    1.4 Batasan Masalah .............................................. Error! Bookmark not defined.

    1.5 Metodologi ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    1.6 Sistematika Penulisan ...................................... Error! Bookmark not defined.

    BAB II LANDASAN TEORI .................................. Error! Bookmark not defined.

    2.1 ARINC 664 Specification, Part 7 .................... Error! Bookmark not defined.

    2.1.1 ARINC 664 ................................................................................................. 5

    2.1.2 AFDX ..................................................... Error! Bookmark not defined.6

    2.2 Full Duplex Switched Ethernet ......................................................................... 8

    2.3 Virtual Links .................................................................................................... 10

    BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Error! Bookmark

    not defined.

    3.1 Deskripsi dan Analisis Sistem ......................... Error! Bookmark not defined.

    3.1.1 Perangkat Keras ...................................................................................... 15

    3.1.2 Perangkat Lunak ...................................................................................... 16

    3.1.3 Platform .................................................................................................... 16

  • ix

    3.2 Perancangan Sistem ......................................... Error! Bookmark not defined.

    3.2.1 Struktur Frame Paket AFDX.................................................................... 15

    3.2.2 AFDX Packet Transmitter ....................................................................... 18

    3.2.3 AFDX Switch ........................................................................................... 18

    3.3 Diagram Alur Sistem ....................................... Error! Bookmark not defined.

    3.4 Rancangan Pengujian ...................................................................................... 20

    3.5 Skenario Pengujian .......................................................................................... 22

    BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ................ Error! Bookmark not defined.

    4.1 Pengujian Frame Filtering & Traffic Policing Validity . Error! Bookmark not

    defined.

    4.1.1 Frame Filtering & Traffic Policing Validity pada Ubuntu 14.04 ..... Error!

    Bookmark not defined.

    4.1.2 Frame Filtering & Traffic Policing Validity pada ChronOS .......... Error!

    Bookmark not defined.

    4.1.3 Analisis Perbandingan Validity pada Kedua Platform ............................ 24

    4.2 Pengujian Latency ........................................................................................... 25

    4.2.1 Latency pada Ubuntu 14.04 ..................................................................... 25

    4.2.2 Latency pada ChronOS ............................ Error! Bookmark not defined.

    4.2.3 Analisis Perbandingan Latency pada Kedua Platform ............................. 26

    4.3 Pengujian Jitter ................................................................................................ 27

    4.3.1 Jitter pada Ubuntu 14.04 .......................................................................... 27

    4.3.2 Jitter pada ChronOS ................................................................................. 28

    4.3.3 Analisis Perbandingan Jitter pada Kedua Platform.................................. 29

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 30

    5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 30

    5.2 Saran ................................................................................................................ 30

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 31

    LAMPIRAN A : KODE PROGRAM AFDX TRANSMITTER ................... Error!

    Bookmark not defined.

    LAMPIRAN B : KODE PROGRAM AFDX SWITCH ....................................... 34

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Jaringan AFDX..6

    Gambar 2.2 Topologi AFDX padaa pesawat A380..7

    Gambar 2.3 Infrastruktur jaringan pada pesawat terbang.....7

    Gambar 2.4 Ethernet timing.....9

    Gambar 2.5 Virtual Link pada jaringan AFDX...11

    Gambar 2.6 Transmission Flow .....12

    Gambar 2.7 Verifikasi BAG oleh switch....13

    Gambar 2.8 Latency pada jaringan AFDX.....14

    Gambar 3.1 PC yang digunakan untuk implementasi sistem.....15

    Gambar 3.2 Struktur Frame AFDX....17

    Gambar 3.3 Diagram Alur Sistem..19

    Gambar 3.4 Rancangan topologi pengujian...21

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Rancangan Parameter pengujian..20

    Tabel 4.1 Hasil uji Frame Filtering Validity pada Ubuntu 23

    Tabel 4.2 Hasil uji Frame Filtering Validity pada ChronOS ..24

    Tabel 4.3 Hasil uji Latency pada Ubuntu 25

    Tabel 4.4 Hasil uji Latency pada ChronOS ..26

    Tabel 4.5 Hasil uji Jitter pada Ubuntu .27

    Tabel 4.6 Hasil uji Jitter pada ChronOS ...28

  • xii

    DAFTAR ISTILAH

    AFDX Implementasi dari standar ARINC 664 yang dibangun

    dengan menggunakan komponen komponen COTS berbasis IEEE 802.3 (Ethernet).Pada layer fisik, AFDX

    menggunakan topologi star dengan full-duplexed

    switched Ethernet.Jaringan pada AFDX bersifat

    profiled, artinya, seluruh koneksi, addressing, serta

    bandwidth pada jaringan sudah di tentukan dari

    awal.Jalur yang ada dari setiap bagian jaringan telah

    ditentukan secara spesifik.

    .

    Commercial Of The Self Adalah produk-produk yang dapat berupa suatu paket

    aplikasi, sub sistem ataupun modul-modul perangkat

    lunak maupun perangkat keras yang telah dirancang

    sesuai dengan suatu standar proses bisnis tertentu dan

    tersedia secara luas dipasar untuk dapat digunakan

    dengan modifikasi sesuai kebutuhan masing masing.

    Delay Jarak waktu antar kedatangan paket

    Frame Filtering Fungsionalitas yang memungkinkan sistem untuk

    melakukan penyaringan terhadap frame-frame yang

    melewati Switch, kemudian memilih keputusan tentang

    apa yang harus dilakukan terhadap frame-frame

    tersebut berdasarkan rule yang telah dibuat.

    Jitter Variasi dari waktu delay.

    Latency waktu antara ketika paket siap untuk transmisikan,

    dengan waktu transmisi tersebut selesai dilakukan[12]

    Traffic Policing Fungsionalitas yang memungkinkan sistem untuk untuk

    mendefinisikan jalur yang dapat dan yang tidak dapat

    dilewati oleh frame-frame serta melakukan optimasi

    untuk memastikan frame-frame tersebut dapat terkirim

    dalam waktu yang telah ditentukan.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

    Pada saat ini, pertukaran informasi antar avionics subsystem yang berada

    pada pesawat terbang telah menjadi hal yang sangat krusial. Hal ini disebabkan karena

    sejak tahun 1988 yang dipelopori oleh pesawat Airbus A320, industri pesawat terbang

    telah beralih menggunakan sistem all-electronic fly-by-wire dimana pesawat dikontrol

    penuh menggunakan sinyal elektrik, tidak lagi menggunakan sinyal mekanik. Sebagai

    safely-critical system, penggunaan sinyal elektrik tentu membuat pesawat

    membutuhkan komunikasi yang reliable, real time serta high speed antara avionic

    subsystem yang berada di dalam pesawat.

    Berdasarkan masalah dan kebutuhan tersebut, Airbus mengembangkan dan

    memperkenalkan sebuah platform yaitu Aircraft Full Duplex Switched Ethernet

    (AFDX) yang diimplementasikan berdasarkan standar spesifikasi baru ARINC 664

    serta komponen Commercial Off The Shelf (COTS), yaitu IEEE 802.3 (Ethernet).

    Masalah yang biasa dihadapi dalam pengembangan teknologi penerbangan adalah

    lamanya waktu pengembangan serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk riset dan

    pembuatan alat-alat industri baru untuk memproduksi teknologi yang dibuat secara

    khusus untuk suatu vendor tertentu. Penggunaan Ethernet sebagai komponen COTS

    tentu akan sangat menghemat waktu dan biaya pengembangan karena Ethernet sesuai

    standar spesifikasi IEEE 802.3 sudah merupakan teknologi yang matang dan terus

    berkembang sejak tahun 1970.[4] Namun, merancang sistem yang hanya bermodalkan

    komponen COTS untuk mencapai performansi yang deterministik sesuai system

    requirement, menjadi tantangan tersendiri pada penelitian ini. Sifat deterministik pada

    penelitian ini diartikan sebagai jaringan yang memiliki nilai jitter < 500 mikrosecond

    untuk menjamin variansi delay yang nyaris nihil, nilai latency < 150 ms, hanya

    menerima paket yang memenuhi aturan frame filtering serta dapat menjamin seluruh

    transmisi data hanya dilakukan pada jalur dan tujuan yang didefinisikan sesuai aturan

    traffic policing.

    Berangkat dari konsep tersebut, penulis akan melakukan studi dan

    implementasi untuk merancang platform Aircraft Data Network berbasis real time

    system, yang akan menggunakan Embedded PC berbasis Linux sebagai komponen

    COTS serta dapat memenuhi standar spesifikasi ARINC 664. Masalah yang dihadapi

    pada penelitian ini adalah harus dilakukan perancangan dan pembuatan software,

    hardware, serta rule list yang sesuai dengan kebutuhan sistem sebelum akhirnya

    dilakukan pengujian untuk dapat menyimpulkan apakah sistem yang dibuat

    sepenuhnya dengan komponen COTS dapat memenuhi sifat jaringan deterministik

    yang diharapkan oleh Aircraft Data Network (ADN), seperti yang dilakukan AFDX.

    Pada sistem yang diimplementasikan dalam lingkup ADN, dibutuhkan jaringan yang

    bersifat deterministik, sehingga switch yang dirancang harus dapat menangani fungsi

    frame filtering serta traffic policing untuk menjamin semua transmisi frame data pada

    sistem berjalan secara deterministik.

  • 2

    1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut

    1. Bagaimana cara pengaplikasian fungsi frame filtering serta traffic policing untuk switched Ethernet berbasis embedded PC?

    2. Apakah sistem yang dibuat sudah deterministik dan memenuhi standar spesifikasi ARINC 664?.

    1.3 Tujuan

    Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

    1. Merancang dan mengimplementasikan Aircraft Full Duplex Switched Ethernet (AFDX ) berbasis embedded device menggunakan Linux yang

    dapat menangani frame filtering serta traffic policing untuk sistem.

    2. Menganalisis karakteristik jaringan AFDX berdasarkan frame filtering serta traffic policing yang telah diimplementasikan.

    3. Menganalisis performansi kernel Linux standar dengan kernel Linux kustom sebagai komponen COTS yang lebih handal berdasarkan nilai

    jitter dan latency-nya serta membuktikan bahwa performansi sistem yang

    dibuat sudah memenuhi standar spesifikasi ARINC 664.

    1.4 Batasan Masalah

    Batasan masalah pada tugas akhir ini meliputi :

    1. Standar spesifikasi yang dijadikan acuan adalah ARINC 664. 2. Media pengkabelan yang digunakan adalah kabel UTP dengan bandwidth

    maksimal 100Mb/s

    3. Bagian dari sistem yang ditangani penulis adalah Full Duplex Switched Ethernet yang dibangun berbasis embedded device menggunakan Linux

    4. Pengujian tidak mencakup performansi Redundancy Management serta Scheduling system, sehingga scheduling default yang digunakan adalah First

    In First Out (FIFO).

  • 3

    1.5 METODOLOGI PENELITIAN

    Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penyelesaian tugas akhir

    ini adalah :

    a) Studi Literatur Pada fase ini dilakukan tahap mencari, mengumpulkan, dan mempelajari

    informasi referensi yang bersumber dari buku, jurnal maupun sumber lain

    dari internet sebagai landasan teori dalam pengerjaan dan penyusunan

    tugas akhir ini. Khususnya referensi yang berkaitan dengan ARINC 664,

    Real Time System dan Network Programming berbasis linux. Tahap ini

    dilakukan selama pengerjaan tugas akhir berlangsung.

    b) Konsultasi Pada fase ini dilakukan bimbingan dengan dosen pembimbing & dosen

    lainnya yang terkait dengan masalah yang terdapat pada Tugas Akhir ini.

    c) Perancangan Sistem Pada fase ini dilakukan perancangann topologi jaringan, mendefinisikan

    addressing serta bandwidth requirement tiap virtual link, serta

    mendefinisikan filtering frame yang valid.

    d) Implementasi Sistem Pada fase ini dilakukan implementasi rancangan sistem ke dalam

    embedded device yang dibangun menggunakan Linux untuk dapat

    menangani bagian kebutuhan fungsi switching dari keseluruhan sistem.

    e) Pengujian dan Analisis Hasil Implementasi Sistem Pada fase ini dilakukan pengujian dari sistem yang telah

    diimplementasikan, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis hasil

    implementasi berupa validitas dan integritas dari frame filtering serta

    traffic policing berdasarkan komunikasi data yang dilakukan switch.

    f) Pembuatan Laporan Tugas Akhir Pada fase ini dilakukan dokumentasi dari penyelesaian tugas akhir ini ke

    dalam bentuk laporan tertulis.

  • 4

    1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

    Penulisan tugas akhir ini memiliki sistematika sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini jelaskan mengenai latar belakang, tujuan penelitian,

    rumusan masalah, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika

    penulisan tugas akhir.

    BAB II DASAR TEORI

    Pada bab ini dimuat teori pendukung mengenai Aircraft Data Network,

    socket programming, Aircraft Full Duplex Switched Ethernet dan Qos

    pada jaringan untuk mendukung penyelesaian penelitian ini.

    BAB III PERANCANGAN SISTEM

    Pada bab ini dijelaskan mekanisme sistem perangkat keras dan

    perangkat lunak, pengujian yang akan dilakukan dan spesifikasi dari

    sistem yang mendukung untuk tugas akhir.

    BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

    Pada bab ini dibahas tahap-tahap pengujian dan analisis dari hasil yang

    didapat mengenai performansi sistem yang dibangun serta tingkat

    kelayakannya terhadap spesifikasi ARINC 664

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Pada bab ini dijabarkan kesimpulan dari hasil analisa perancangan

    sistem AFDX berbasis komponen COTS dan saran saran yang

    mendukung untuk penelitian selanjutnya.

  • 5

    BAB 2

    Landasan Teori

    2.1 ARINC 664 Specification, Part 7

    2.1.1. ARINC 664

    ARINC 664 adalah sebuah standar spesifikasi yang mengimplementasikan

    pemakaian Ethernet data network di dalam pesawat terbang. ARINC 664

    dikembangkan dan dispesifikasikan kedalam beberapa bagian, yaitu :

    Part 1 - Systems Concepts and Overview

    Part 2 - Ethernet Physical and Data Link Layer Specifications

    Part 3 - Internet-based Protocols and Services

    Part 4 - Internet-based Address Structures and Assigned Numbers

    Part 5 - Network Interconnection Services and Functional Elements

    Part 6 - Reserved

    Part 7 - Avionics Full Duplex Switched Ethernet (AFDX) Network

    Part 8 - Upper Layer Services

    ARINC 664 merupakan standar baru yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan

    industri pesawat terbang modern yang membutuhkan bandwidth yang tinggi untuk

    koneksi data antar subsystem nya serta menggunakan pengkabelan seminimal

    mungkin untuk mengurangi beban pesawat. Hal ini, sayangnya belum dapat terpenuhi

    oleh pendahulunya, ARINC 429.[4]

    Bagian ke 7 dari ARINC 664 membahas tentang penerapan dari standar

    spesifikasi ARINC 664 yang menggunakan jaringan switch berbasis Ethernet pada

    Aircraft Data Network, sehingga sistem yang dibangun dapat dikatakan layak apabila

    mampu memenuhi standar dari dokumen ini.

    Pada sebuah sistem yang memiliki banyak end points seperti pesawat Airbus,

    tentu penggunaan unidirectional data bus yang bekerja secara point-to-point menjadi

    sangat tidak efektif. Hal ini menjadi kelemahan ARINC 429, yang menggunakan

    standar tersebut karena konsep tersebut akan membutuhkan banyak pengkabelan yang

    akan menambah beban pesawat. Di sisi lain, ARINC 664 yang dapat

    mengimplementasikan pemakaian Ethernet, dapat menggunakan teknik switching

    untuk dapat memenuhi kebutuhan infrastruktur yang sama, dengan pengkabelan yang

    lebih minimum.

  • 6

    2.1.2. AFDX

    AFDX merupakan implementasi dari standar ARINC 664 yang dibangun

    dengan menggunakan komponenkomponen COTS berbasis IEEE 802.3 (Ethernet).Pada layer fisik, AFDX menggunakan topologi star dengan full-duplexed

    switched Ethernet. Jaringan pada AFDX bersifat profiled, artinya, seluruh koneksi,

    addressing, serta bandwidth pada jaringan sudah ditentukan dari awal. Jalur yang ada

    dari setiap bagian jaringan telah ditentukan secara spesifik.

    AFDX menggunakan konsep virtual link untuk menggantikan konsep

    unidirectional bus connection yang digunakan oleh standar sebelum nya, yaitu

    ARINC 429. Dengan menggunakan virtual link, dapat dibuat banyak koneksi point-

    to-point dalam jaringan tanpa membutuhkan kabel fisik untuk setiap link yang ada.

    Sehingga, pengkabelan pada pesawat terbang dapat dilakukan seminimum

    mungkin.[9] Karena jaringan pada AFDX bersifat profiled, maka addressing dan

    bandwidth requirement pada setiap VL juga harus didefinisikan di awal. Dan harus di

    update secara manual ketika ada upgrade atau perubahan yang dilakukan pada

    subsystem pesawat.

    Pada topologi fisiknya, AFDX terdiri dari 3 komponen, yaitu Avionics

    Subsystem, End systems dan AFDX Interconnect (Switch).[9]

    Gambar 2.1.Jaringan AFDX[9]

    End system menyediakan layanan interface untuk avionic subsystem agar

    dapat terhubung dengan jaringan. Suatu End-System dapat terhubung dengan End-

    System lain dengan menggunakan switch, melalui virtual links yang telah didefinisikan

    di awal. Setiap switch dapat terhubung sampai dengan 24 Switch. Pada gambar di

    bawah, dapat dilihat praktik nyata penerapan topologi AFDX pada pesawat A380.

  • 7

    Gambar 2.2.Topologi AFDX pada pesawat A380 (Airbus)[5]

    Gambar 2.2.Infrastruktur jaringan pada pesawat terbang[5]

  • 8

    2.2 Full Duplex Switched Ethernet

    Pada mode half duplex, komunikasi point-to-point hanya dapat dilakukan

    secara satu arah. Komunikasi tidak dapat dilakukan dengan serentak, artinya ketika

    sebuah end system sedang melakukan transmisi, end system lainnya harus menunggu

    untuk menerima transmisi, agar kemudian dapat bergantian mendapat giliran untuk

    melakukan transmisi. Hal ini tentu akan menjadi masalah ketika ada banyak host yang

    terhubung ke media komunikasi yang sama, Collision akan sering terjadi. Untuk

    mengatasi hal tersebut, maka di perlukan Full-duplex Switched Ethernet. Komunikasi

    full duplex dapat melakukan transmisi dan penerimaan paket secara bersamaan. Hal

    ini akan mengatasi kemungkinan terjadi collision ketika ada transmisi yang terjadi.

    Jika banyak collision terjadi, delay transmission yang besar juga mungkin terjadi, hal

    ini tentu tidak dapat diterima di aircraft data network yang memerlukan koneksi yang

    reliable dan real time. Hal ini mendasari kenapa Full-Duplex Switched Ethernet yang

    dapat menghilangkan kemungkinan collision, menjadi standar mutlak pada ADN.

    Pada gambar dibawah dapat dilihat setiap End-System yang tertanam pada masing-

    masing avionics subsystem terhubung ke switch melalui Full-duplex link yang terdiri

    dari twisted pair untuk transmit (Tx) dan twisted pair untuk receive (Rx).[2]

    Rx buffer dan Tx buffer dapat menangani banyak paket yang keluar dan masuk

    dengan urutan FIFO. Fungsi CPU adalah memeriksa paket mana yang akan diteruskan

    selanjutnya dengan menentukan virtual link identifier pada Rx buffer, kemudian

    menggunakan Forwarding Table untuk menentukan Tx buffer mana yang akan

    menerima paket tersebut. Secara teori, dapat terjadi kemungkinan buffer overflow

    pada Rx buffer maupun Tx buffer, namun apa bila buffer requirement telah diukur

    dengan tepat. Kemungkinan overflow dapat dihindari.[3]

  • 9

    Gambar 2.3 Full duplex switched Ethernet

    Gambar 2.4 Ethernet timing

    Salah satu masalah lain yang menjadi ancaman pada arsitektur switching

    seperti ini adalah jitter yang dapat terjadi karena random delay saat suatu paket

    menunggu paket lain untuk dikirimkan. Pada contoh sederhana pada gambar 2.4,

    misalkan ES a dan ES b mentransmisikan data ke ES c. Frame-frame data dikirimkan

    melalui switch SWa. Switch SWa akan menangani frame yang datang serentak dari ES

    a dan ES b dengan melakukan sequencing pada dua frame tersebut kemudian

    ditransmikan ulang ke ES c. Maksimum jitter bergantung pada panjang pesan :

  • 10

    Tj = (8 x M) / Nbw + Tmin_gap (2.1)

    Latency untuk frame pertama:

    La = Ts + Tm1 + Tsw + ( 8 x M )/Nbw + Tm2 + Tr (2.2)

    Latency untuk delayed frame:

    Lb = La + Tj

    dengan:

    Tsw = hardware latency pada switch, dalam detik

    Tmi = message timing (length / bandwidth)

    M = ukuran frame dalam octets

    Nbw = media bandwidth, dalam bits/s

    Tmin_gap = minimum inter-frame gap, dalam detik

    Tj = jitter time

    Peran terpenting AFDX switch menurut ARINC Specification, Part 7 adalah

    menangani Filtering & Policing dimana setiap frame yang tiba di-switch akan di filter

    dalam beberapa langkah. Aturan-aturan yang dibuat meliputi frame integrity, frame

    length, traffic budget dan acceptable destination. Setiap frame yang tidak memenuhi

    aturan akan di drop oleh switch. Setiap frame yang lolos tahap filter akan diteruskan

    ke port tujuannya sesuai dengan data konfigurasi statis pada Configuration Tables.[4]

    2.3 Virtual Links

    Ide utama dari virtual links berdasarkan ARINC 664, Part 7 adalah untuk

    mempertahankan konsep point-to-point links, namun mengurangi jumlah pengkabelan

    dengan cara mengubah penggunaan jalur fisik pada koneksi point-to-point seperti

    pada ARINC 429, menjadi penggunaan jalur virtual yang didefinisikan secara

    spesifik.[3] Berikut ini merupakan beberapa spesifikasi Virtual Links berdasarkan

    standar ARINC 664 :

    Secara teori, sebuah jaringan dapat mendefinisikan sampai 64k (216) Virtual Links berdasarkan 16-Bit Identifier pada MAC Destination Field dalam Ethernet Frame.

    Sebuah End-System dapat memiliki lebih dari satu Virtual Links

    End-System melakukan Traffic shaping dan Integrity Checking pada setiap Virtual Link

    Switch melakukakan Traffic policing pada setiap Virtual Link

    Dengan mengkombinasikan Traffic shaping dan policing, pembentukan dari garis besar perilaku deterministik jaringan dapat dilakukan.[4]

  • 11

    Gambar 2.5 Virtual Link pada jaringan AFDX[4]

    2.3.1 Bandwidth Allocation GAP (BAG) dan Lmax

    BAG adalah minimum interval dalam milidetik antar Ethernet Frame yang

    ditransmisikan melalui Virtual Link.

    Untuk melakukan traffic shaping, End-System akan mengontrol transmission

    flow pada setiap Virtual Link sesuai dengan BAG nya, sedangkan untuk melakukan

    traffic policing, Switch akan memverifikasi BAG.

    Gambar 2.6 Transmission flow berdasarkan BAG[3]

  • 12

    Gambar 2.7 Verifikasi BAG oleh switch[3]

    Frame pada Virtual Link dapat ditransmisikan lebih lambat dari BAG nya

    tanpa memberi dampak pada switching. Namun, mentransmisikan frame pada Virtual

    Link lebih cepat dari BAG nya akan memberi dampak pada switching. Nilai dari BAG

    adalah 2n Dimana n < 8, sehingga nilai yang diterima untuk BAG adalah :

    1,2,4,8,16,32,64,128. Adapun jumlah maksimal frame yang dapat ditransmisikan

    sebuah Virtual Link dapat dihitung dengan rumus :

    Max frame per second = 1000

    (2.3)

    Misalkan sebuah Virtual Link dengan VLID 1 mempunyai nilai BAG 64

    milidetik, maka setiap frame pada VLID akan ditransmisikan paling cepat tiap 64

    milidetik pula.

    Lmax adalah Ethernet frame terbesar yang diizinkan untuk ditransmisikan

    melalui Virtual Link, yang diukur dengan satuan bytes.Misalkan VLID 1 tadi memiliki

    Lmax bernilai 400 bytes. Maka Bandwidth maksimal pada VLID 1 adalah sebesar

    50.000 bits per detik, yang dapat dihitung dengan rumus :

    Bandwidth Maksimal = Lmax * 8 * 1000

    (2.4)

    = 400 * 8 * 1000

    64 = 50.000 bit / detik.

    2.3.2 Jitter

    Jitter adalah selisih antara waktu minimum dan maksimum dari ketika sebuah

    End-System mengirim sebuah frame hingga End-System lain nya menerima frame

    tersebut melalui Virtual Link[3]. Jitter dapat juga dikatakan variasi dari delay.

    Maximum allowed jitter adalah standar parameter untuk mempertahankan Quality of

    Service dari Account pada setiap Virtual Link. Maximum allowed jitter dapat

    dihitung dengan rumus :

    MaxJitter 40 s + ((20+ i).8) { }

    (2.5)

    MaxJitter 500 s

    Aci

    Lmax

  • 13

    Dimana :

    Nbw adalah Bandwidth pada Ethernet link dalam bits per detik 40 s adalah standar minimum dari fixed technological jitter Lmax adalah Maximum size dari frames dalam byte 500 s adalah batasan mutlak dari maximum jitter SetofVLs adalah jumlah virtual link yang didefinisikan sistem

    End-System bertugas untuk melakukan traffic shaping untuk dapat menjaga traffic

    flow agar kondisi Jitter Max. allowed jitter dapat terpenuhi.

    2.3.3 Latency

    Latency pada transmisi didefinisikan sebagai durasi antara beberapa point

    pengukuran yang diilustrasikan dalam gambar 2.8 di bawah.

    Awal: Bit terakhir dari sebuah hosted partion data tersedia untuk communication service pada End-System.

    Akhir: Bit terakhir dari Ethernet frame[4] Adapun latency maksimal yang diizinkan pada sistem akan dihitung dengan rumus

    sebagai berikut :

    MaxLatency BAG +MaxJitter +Technological Latency (2.6)

    Dimana Technological Latency pada sistem = 150ms

  • 14

    Gambar 2.8 Latency pada jaringan AFDX[4]

    2.4 Embedded Linux

    Linux merupakan kernel sistem operasi yang telah berkembang pesat

    semenjak pertama kali dirilis pada tahun 1991. Linux pada awalnya dikembangkan

    untuk personal computer berbasis arsitektur Intel x86, namun pada saat ini, linux telah

    banyak dikembangkan untuk digunakan pada platform-platform lain seperti untuk

    server, mainframe computers sampai supercomputer. Linux mampu dijalankan mulai

    dari prosessor berkapasitas besar sampai dengan microprossor dengan kemampuan

    rendah. Karena kemampuan Linux yang sangat fleksibel sehingga mudah dikustomasi

    sesuai dengan kebutuhan khusus masing-masing pihak, ditambah lagi lisensi Linux

    yang mengizinkan semua orang untuk mengembangkan serta mengkustomasi Linux

    secara gratis sehingga akan menghemat biaya pengembangan, Linux sering dijadikan

    pilihan utama untuk pengembangan embedded systems. Contoh embedded system

    yang sering dikembangkan dengan menggunakan Linux adalah komputer tablet,

    router jaringan, alat-alat otomasi industri, sampai sistem akuisisi data dan navigasi

    pada pesawat terbang[14].

  • 15

    2.4.1 Ubuntu

    Ubuntu merupakan salah satu distribusi Linux yang paling popular karena

    sangat user-friendly serta karena kehandalan nya. Sebagai salah satu distribusi Linux,

    pada pemrograman C di Ubuntu, kita dapat mengandalkan system call seperti fork,

    serta dapat menggunakan native library untuk pembentukan paket yang diperlukan

    dalam sistem.

    Ubuntu sering dijadikan pilihan oleh para developer untuk mengembangkan

    embedded system karena selain lisensi Ubuntu yang gratis, sehingga dapat menghemat

    biaya pengembangan, Environment Ubuntu yang sangat familiar bagi kebanyakan

    orang, mempunyai kernel yang stabil, mudah di cross compile untuk dapat

    diaplikasikan di platform lain, Ubuntu juga disukai karena mudahnya konfigurasi

    jaringan serta banyak disediakan services untuk melakukan analisa jaringan.

    Walaupun Ubuntu sebenarnya tidak dikembangkan khusus untuk digunakan

    pada Embedded PC, namun karena kemampuan Ubuntu untuk dapat dikustomasi

    dengan bebas menjadikan user dapat dapat membuang modul-modul yang tidak

    diperlukan serta hanya menyisakan modul-modul yang diperlukan untuk keperluan

    sistem secara spesifik. Hal ini menjadikan Ubuntu dapat dijadikan Embedded System,

    karena secara definisi Embedded System adalah Kombinasi dari hardware dan software, dan bisa juga komponen-komponen tambahan lain, didesain untuk

    melakukan sebuah fungsi khusus. Pada banyak kasus, Embedded System adalah

    sebuah bagian dari sistem yang lebih besar[15].

    2.4.2 ChronOS

    Sama seperti Ubuntu, sebagai distribusi Linux, ChronOS mewarisi

    kemampuan untuk melakukan system call serta memiliki native library yang

    dibutuhkan untuk pembuatan sistem. ChronOS dikembangkan untuk menjawab

    interseksi dari tiga kebutuhan berikut:

    a) Dukungan sistem operasi untuk memperoleh best-effort timing assurances. b) Kernel realtime Linux yang ditanamkan menggunakan PREEMPT_RT patch,

    yaitu sebuah realtime patch yang mengizinkan preemption secara penuh pada

    Linux, serta meningkatkan interrupt latencies.

    c) Dukungan sistem operasi untuk melakukan realtime scheduling pada chip multiprocessor

    ChronOS juga menyediakan berbagai macam APIs serta infrastruktur

    scheduler plugin yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan serta

    mengevaluasi berbagai macam algoritma scheduling untuk single processor maupun

    multi processor. Karena ChronOS menggunakan custom kernel yang menjadikannya

    realtime linux dengan kemampuan realtime-scheduling dan resource management,

    sehingga diharapkan dapat memiliki performansi lebih tinggi dibanding linux dengan

    kernel standar seperti Ubuntu[16].

  • 16

    2.4 LibPcap

    Libpcap merupakan library C/C++ yang dapat diandalkan untuk menangkap

    serta mengirim paket data pada datalink layer. Sehingga memungkinkan aplikasi

    untuk membangun sendiri protocol stack untuk paket AFDX. Risso dan

    Degioanni[10] mengklaim bahwa Arsitektur WinPcap (Libpcap versi windows) adalah open system pertama untuk keperluan packet capture yang dapat mengisi gap

    penting antara Unix dan Windows. Selain itu Libpcap juga mengutamakan performansi sehingga sanggup untuk memenuhi kebutuhan hampir seluruh aplikasi. Hal ini juga diperkuat dengan fakta sebagian besar tools jaringan terkenal dibangun

    menggunakan Libpcap seperti Wireshark, TCPDump, Nmap, Snort, dan lain-lain.

    Adapun alur proses kerja Libpcap secara umum terdiri dari proses-proses

    sebagai berikut :

    1. Awalnya pcap akan menentukan interface mana yang akan di sniff. Biasanya interface-interface pada Linux akan memiliki nama seperti eth0, eth1, wlan0,

    dan lain-lain. Kita bisa mendefinisikan sendiri interface yang ingin digunakan

    menggunakan string, atau menggunakan modul dari pcap untuk membuat list

    dari interface yang bisa digunakan.

    2. Inisialisasi pcap. Pada tahap ini interface yang didefinisikan akan akan mulai membuka sesi sniffing. Pcap bahkan bisa melakukan sniffing pada banyak

    interface sekaligus menggunakan file handles untuk bisa membedakan satu sesi

    sni f f ing dengan sesi lainnya .

    3. Ketika dibutuhkan sniffing untuk traffic tertentu saja, misalnya hanya paket UDP, hanya paket yang menuju port 21, pcap dapat membuat rule set yang

    disimpan dalam string atau file yang dapat dibaca, meng-compile rule tersebut,

    kemudian mengaplikasikannya pada traffic yang di-sniffing.

    4. Pada tahap ini pcap akan melakukan proses loop eksekusi utamanya. Pcap akan menunggu dan menerima setiap paket-paket yang menuju atau melewati

    interface yang ditentukan serta sesuai dengan rule set yang telah di-compile

    sebelumnya. Setiap sebuah paket diterima, Pcap memanggil fungsi lain yang

    dapat didefinisikan user untuk menentukan aksi apa yang akan dilakukan untuk

    paket-paket tersebut, seperti menampilkan isi paket tersebut, menyimpannya ke

    dalam file, atau meneruskan paket tersebut ke interface lain.

    5. Setelah proses sniffing telah selesai atau cukup dilakukan, pcap akan menutup sesi dan seluruh proses selesai dilakukan[10].

  • 17

    BAB 3

    PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

    3.1. Deskripsi dan Analisis Sistem

    Untuk membuktikan bahwa implementasi AFDX dapat dibangun

    menggunakan komponen COTS (produk komersial yang beredar luas di pasaran),

    maka dilakukan perancangan AFDX switch serta AFDX packet transmitter dengan

    pendekatan Software Defined Networking. Pengembangan software dilakukan di

    sistem operasi Linux menggunakan Bahasa C dan didukung dengan library Libpcap.

    Distribusi Linux yang akan digunakan adalah Ubuntu 14.04 dan ChronoOS.

    3.1.1 Perangkat Keras

    Implementasi sistem dilakukan menggunakan 4 unit PC dengan spesifikasi

    sebagai berikut:

    a. Prosesor Intel Core i5-3230M 2.6 GHz

    b. Realtek PCIE GBE Family Controller (Ethernet Adapter) c. RAM DDR3 4GB Tiga unit PC akan berperan sebagai AFDX transmitter/End System sedangkan 1

    unit PC akan berperan sebagai AFDX Switch.

    3.1.2 Perangkat Lunak

    Perangkat lunak yang digunakan dalam pengembangan sistem ini adalah

    sebagai berikut :

    a. GCC/G++ Kode sistem ditulis dengan Bahasa C menggunakan GCC dan G++ sebagai

    compiler nya. GCC dan G++ merupakan compiler powerful yang berjalan di

    Linux, serta memiliki kemampuan untuk meng compile library tambahan.

    b. Libpcap Libpcap merupakan library C/C++ yang dikembangkan serta digunakan untuk

    menangkap serta mengirim paket data pada datalink layer.

    c. Wireshark

    Wireshark merupakan packet analyzer yang digunakan untuk menguji

    performansi dari sistem. Wireshark digunakan untuk membandingkan

    validitas paket yang dikirim serta benchmarking dari pengiriman paket-paket

    tersebut.

  • 18

    3.1.3 Platform

    Umumnya, pada safely-critical system seperti Aircraft Data Network, para

    pengembang sistem akan lebih memilih menggunakan RTOS (Real Time Operation

    System) handal seperti RTLinux, VMworks, Integrity, dan lain-lain[11]. Namun,

    karena RTOS-RTOS tersebut merupakan sistem dengan lisensi cukup mahal serta

    salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan pendekatan cost

    efficiency, maka sistem operasi Linux akan dipilih sebagai platform yang open source

    dan handal. Distribusi Linux yang digunakan serta dibandingkan performansi pada

    sistem adalah Ubuntu 14.04 dan ChronOS.

    3.2. Perancangan Sistem

    Sistem yang dibangun terdiri dari dua bagian, yaitu AFDX Packet

    Transmitter yang bertanggung jawab untuk mengirimkan paket AFDX serta AFDX

    Switch yang bertanggung jawab untuk menerima paket tersebut serta melakukan

    forwarding ke port lain berdasarkan rule yang telah dibuat sebelum nya. AFDX Packet

    Transmitter akan ditanamkan pada semua PC yang berperan sebagai End System

    sedangkan AFDX Switch kan ditanamkan pada semua PC yang berperan sebagai

    Switch.

    Karena struktur paket AFDX berbeda dengan paket TCP/IP biasa, maka

    dibutuhkan programming pada level data link layer untuk dapat memanipulasi raw

    packet menjadi paket AFDX yang memenuhi spesifikasi standar ARINC 664. Libpcap

    sebagai library yang dapat memanipulasi frame paket pada level kernel serta mampu

    menangkap dan mengirim raw packet tanpa mempedulikan protocol stack digunakan

    pada penelitian ini untuk menjadi solusi dari masalah tersebut.

    Gambar 3.2 Rancangan topologi sistem untuk pengujian

  • 19

    3.2.1 Perancangan Frame Paket AFDX

    Pada tugas akhir ini, paket AFDX dibangun dengan mengandalkan

    kemampuan manipulasi datalink layer dari libpcap serta native library linux yang

    memiliki kemampuan memanipulasi serta mendefinisikan sendiri header dan isi dari

    suatu raw Ethernet frame. Pada sistem yang dibangun, struktur paket AFDX

    didefinisikan terdiri dari 14 Bytes Ethernet Header (6 Bytes Destination Address, 6

    Bytes Source Address, 2 Bytes Type), 20 Bytes IP Header, 8 Bytes UDP Header dan

    58 Bytes AFDX Payload yang dibungkus dan definisikan menjadi sebuah struct yang

    nantinya akan diinject ke paket yang akan dikirim AFDX Packet Transmitter.

    Gambar 3.2 Struktur Frame AFDX[12]

    3.2.2 AFDX Packet Transmitter

    AFDX Packet Transmitter merupakan bagian dari sistem yang bertugas untuk

    mengirimkan paket AFDX yang telah didefinisikan dan dibangun sebelumnya dari PC

    End System menuju End System lainnya melalui PC Switch yang telah tertanam

    AFDX Switch di dalamnya. AFDX Packet Transmitter ditulis dalam Bahasa C, di

    compile menggunakan GCC dan didukung oleh library libpcap dan native library dari

    linux sehingga memungkinkan aplikasi yang dibangun untuk mengirim paket AFDX

    ke jaringan. Pada tugas akhir ini, perancangan Packet Transmitter tidak mencakup

    fungsi scheduling dan redundancy management.

    3.2.3 AFDX Switch

    AFDX Switch merupakan bagian dari sistem yang bertugas untuk melakukan

    frame filtering serta traffic policing dari paket yang dikirim oleh AFDX Packet

    Transmitter. Setelah menerima paket AFDX yang dikirim oleh transmitter, AFDX

    Switch akan memeriksa validitas paket yang diterima, jika paket tersebut memenuhi

    rule yang telah dibuat, maka paket tersebut akan di-forward ke EndSystem yang dituju

    berdasarkan Virtual Link ID yang didefinisikan. Sama seperti AFDX Packet

    Transmitter, AFDX Switch juga ditulis dalam Bahasa C, di compile menggunakan

    GCC dan didukung oleh library libpcap dan native library dari linux sehingga

    memungkinkan aplikasi yang dibangun untuk menerima serta meneruskan paket

    AFDX ke jaringan. Penggunaan System Call Fork dari Linux juga memungkinkan

    aplikasi untuk dapat meng-handle banyak network interface adapter sekaligus.

  • 20

    3.3. Diagram Alur Sistem

    Gambar 3.3 Diagram Alur Sistem

    Adapun penjelasan dari diagram di atas adalah sebagai berikut :

    a. Pada tahap inisiasi, Packet Transmitter akan membangun paket AFDX dari datalink layer kemudian mendefinisikan nilai Virtual Link ID paket

    tersebut

    b. Transmitter akan mengirim paket AFDX ke End System tujuan sesuai Virtual Link ID yang didefinisikan

    c. Ketika Switch menerima paket, awalnya akan dilakukan pengecekan apakah paket yang datang berasal dari Virtual Link ID yang sesuai, jika

    tidak, paket akan di-drop, jika sesuai maka akan dilakukan frame filtering

    sesuai rule yang didefinisikan. Jika paket tidak sesuai rule, maka paket

    akan di-drop, sebaliknya jika sesuai maka paket akan diteruskan melalui

    No

  • 21

    out-interface sesuai definisi Virtual Link ID yang telah diberikan

    sebelumnya

    d. Jika pada port out-interface paket masih melewati Switch lagi, maka akan dilakukan pengecekan dan forwarding lagi, namun jika tidak, paket dapat

    langsung diterima oleh End System tujuan.

    3.4. Rancangan Skenario Pengujian

    Pengujian akan dilakukan menggunakan bantuan tools Wireshark. Tools

    tersebut digunakan untuk menganalisa paket-paket yang berada pada jaringan.

    Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan spesifikasi sebagai berikut :

    Tabel 3.1 Rancangan spesifikasi pengujian

    Parameter Nilai yang didefinisikan

    Lmax 1518 byte

    Max Jitter 500 Mikroseconds

    Max Latency 150 Milliseconds

    Lmin 64 byte

    Bandwidth 100000 bit/s

    Jumlah frame dikirim 10 frame

    Validitas frame Valid/tidak valid

    Pengukuran performansi dilakukan dengan memanfaatkan data waktu

    pengiriman serta penerimaan paket. Selain itu, akan dilakukan pengecekan bahwa

    paket-paket yang terkirim sudah memenuhi syarat-syarat yang didefinisikan pada rule

    set yaitu memiliki ukuran paket lebih besar dari Lmin dan lebih kecil dari Lmax serta

    paket hanya dapat terkirim melalui jalur yang didefinisikan pula (paket yang tidak

    sesuai rule harus di-drop) untuk dapat menarik kesimpulan bahwa traffic policing serta

    frame filtering telah bekerja dengan sukses.

    Berikut ini merupakan beberapa aspek yang akan diperiksa untuk frame filtering :

    Destination address validity ( Ethernet address harus melalui Virtual Link yang valid dan harus konstan)

    Virtual link yang digunakan harus terdaftar pada rule set

    Ethernet frame size (S) harus Antara 64-1518 Bytes serta harus lebih kecil atau sama dengan Lmax

    Ethernet frame size harus lebih besar atau sama dengan Lmin

    Aturan serta ketentuanketentuan di atas digunakan untuk memastikan frame yang melewati switch hanya frame yang valid, menuju Virtual Link yang

    valid, serta memiliki Jitter dan Latency sesuai spesifikasi. Ketika semua syarat

    tersebut dapat terpenuhi maka jaringan yang dibangun dapat dikatakan bersifat

    deterministik dan dapat memenuhi standar ARINC 664.

  • 22

    Pengujian akan dilakukan sebanyak 5 kali per skenario pada masing masing

    platform dengan cara mengirimkan 10 sample frame paket pada tiap pengujiannya,

    sehingga akan didapatkan pula perbandingan performansi antara sistem yang

    diimplementasikan pada Ubuntu yang menggunakan kernel Linux biasa, dengan

    sistem yang diimplementasikan pada ChronOS yang menggunakan kernel Linux

    kustom yang dirancang untuk mencapai standar real time system.

    Berikut skenario pengujian yang dirancang :

    1. Pengujian Traffic Policing Validity

    Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah sistem berhasil mengirimkan

    paket sesuai tujuannya berdasarkan rule Traffic Policing yang didefinisikan

    pada tabel di bawah. Tabel 3.2 Rule Traffic Policing

    No. Multicast/Unicast Asal Tujuan Virtual

    Link ID

    1 Multicast ES A ES B & ES C 01

    2 Unicast ES B ES A 02

    3 Unicast ES C ES B 03

    Pengujian Traffic Policing Validity akan dilakukan dengan dua kondisi pada

    setiap End System. Paket yang dikirimkan adalah paket AFDX yang telah

    didefinisikan sebelumnya dengan Payload sebesar 1470 bytes. Pada kondisi

    pertama, paket akan dikirimkan ke tujuan sesuai dengan rule set yang diberikan

    pada tabel di atas. Karena paket dikirim ke tujuan dan Virtual Link yang sesuai,

    maka pengujian dikatakan berhasil apabila paket dapat diterima oleh tujuannya

    masing-masing. Pada kondisi kedua, paket akan dikirimkan ke tujuan yang

    bertolak belakang atau melanggar rule traffic yang telah dibuat, misalnya paket

    dikirimkan dari End System (ES) A menuju ES B secara Unicast, atau paket

    dikirimkan dari ES C menuju ES B melalui Virtual Link ID 01. Karena pengujian

    dilakukan menggunakan rule yang tidak sesuai, maka pengujian dikatakan

    berhasil apabila paket gagal untuk sampai ke tujuan.

    2. Pengujian Frame Filtering Validity

    Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah sistem berhasil mengirimkan

    paket sesuai tujuannya berdasarkan rule frame filtering yang didefinisikan.

    Lmax atau besar frame maksimal yang diizinkan adalah 1518 bytes, sedangkan

    Lmin atau besar frame minimum yang diizinkan adalah 64 bytes sehingga setiap

    frame yang dikirimkan harus berukuran lebih kecil atau sama dengan 1518 bytes

  • 23

    dan lebih besar atau sama dengan 64 bytes, setiap frame yang berukuran selain

    dari itu harus di drop.

    Pengujian akan dilakukan dengan tiga kondisi dari masing-masing End System

    ke tujuannya masing-masing sesuai dengan rule set dari tabel 3.2. Paket yang

    dikirimkan adalah paket AFDX yang telah didefinisikan sebelumnya dengan

    payload bervariasi pada tiap pengujian. Pada kondisi pertama, paket akan

    dikirimkan dengan besar paket di antara Lmax dan Lmin, sehingga pengujian akan

    dikatakan berhasil apabila paket sampai ke tujuan. Pada kondisi kedua, paket akan

    dikirim dengan ukuran di atas Lmax dan pada kondisi ketiga, paket akan

    dikirimkan dengan ukuran lebih kecil daripada Lmin, sehingga pada kondisi kedua

    dan ketiga pengujian dikatakan berhasil apabila paket berhasil di-drop atau tidak

    sampai pada tujuannya karena tidak sesuai dengan rule traffic yang telah

    didefinisikan.

    3. Pengujian Jitter dan Latency pada sistem

    Pengujian ini akan dilakukan untuk mengukur performansi sistem, sehingga

    dapat disimpulkan apakah sistem yang dibangun sudah cukup handal dan sesuai

    dengan standar ARINC 664.

    Pengukuran akan dilakukan dengan melakukan pengiriman 10 paket AFDX

    dengan payload sebesar 1470 bytes dari masing-masing End System ke tujuannya

    masing-masing sesuai dengan rule set dari tabel 3.2. Pengukuran dilakukan dengan

    bantuan tools Wireshark dengan memanfaatkan data waktu pengiriman serta

    penerimaan paket.

    3.5. Implementasi Sistem

    BAB 4

    PENGUJIAN DAN ANALISIS

  • 24

    Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan analisis sistem yang telah

    dirancang. Pengujian dan analisis dilakukan dengan bantuan tools Wireshark yang

    akan digunakan untuk mengukur performansi sistem. Sistem diuji pada dua platform

    yaitu Ubuntu 14.04 dan ChronOS. Hasil uji kedua platform kemudian dibandingkan

    sehingga bisa ditarik kesimpulan platform mana yang lebih handal untuk

    implementasi sistem.

    4.1. Pengujian Frame Filtering & Traffic Policing Validity

    Pengujian akan dilakukan berdasarkan scenario yang telah dibuat

    sebelumnya, Pengiriman paket dilakukan masing-masing 10 kali pada masing-

    masing platform. Hal yang di uji disini adalah kemampuan switch dalam

    mengenali paket mana yang harus di-Drop dan paket mana yang harus

    diteruskan sesuai Virtual Link ID-nya.

    4.1.1 Frame Filtering & Traffic Policing Validity pada Ubuntu 14.04

    Tabel 4.1 Hasil uji Frame Filtering & Traffic Policing Validity pada Ubuntu

    Packet

    Number

    Source

    End

    System

    Destination

    End

    System

    Virtual

    Link

    ID

    Arrived

    Packet

    Size

    Hasil Yang

    Diharapkan

    Hasil

    Uji

    Validitas

    1 ES A ES B 01 100 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    2 ESA ES C 01 100 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    3 ES B ES A 02 100 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    4 ES C ES B 03 80 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    5 ES A ES C 01 80 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    6 ES A ES B 01 80 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    7 ES B ES C - 64 Packet

    Dropped

    Packet

    Dropped

    Valid

    8 ES C ES A - 64 Packet

    Dropped

    Packet

    Dropped

    Valid

    9 ES A ES B 01 64 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    10 ES A ES C 01 40 Packet

    Dropped

    Packet

    Arrived

    Invalid

    % Validity 90%

  • 25

    4.1.2 1 Frame Filtering & Traffic Policing Validity pada ChronOS

    Tabel 4.2 Hasil uji Frame Filtering & Traffic Policing Validity pada ChronOS

    Packet

    Number

    Source

    End

    System

    Destination

    End

    System

    Virtual

    Link

    ID

    Arrived

    Packet

    Size

    Hasil Yang

    Diharapkan

    Hasil

    Uji

    Validitas

    1 ES A ES B 01 100 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    2 ESA ES C 01 100 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    3 ES B ES A 02 100 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    4 ES C ES B 03 80 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    5 ES A ES C 01 80 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    6 ES A ES B 01 80 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    7 ES B ES C - 64 Packet

    Dropped

    Packet

    Dropped

    Valid

    8 ES C ES A - 64 Packet

    Dropped

    Packet

    Dropped

    Valid

    9 ES A ES B 01 64 Packet

    Arrived

    Packet

    Arrived

    Valid

    10 ES A ES C 01 40 Packet

    Dropped

    Packet

    Arrived

    Invalid

    % Validity 90%

    4.1.3 Analisis Perbandingan Frame Filtering & Traffic Policing pada Kedua

    Platform

    Dari kedua pengujian, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan antara kedua

    platform. Dari hal ini bisa disimpulkan bahwa kernel realtime Linux tidak terlalu

    menambah poin lebih dalam hal memastikan validitas frame yang lewat melalui

    fungsi filtering yang dimiliki oleh sistem. Dari hal ini pula dapat kita simpulkan

    bahwa komponen COTS sudah cukup handal untuk memastikan validitas paket

    AFDX serta mendefinisikan virtual link yang dapat dilalui oleh paket AFDX.

    4.2. Pengujian Latency

    Pada spesifikasi AFDX di ARINC 664, latency didefinisikan sebagai waktu

    antara ketika paket siap untuk transmisikan, dengan waktu transmisi tersebut selesai

    dilakukan[12] . Sehingga pada tugas akhir ini, latency dianggap sebagai rata-rata dari

    selisih waktu transmisi antar paket

  • 26

    4.2.1 Latency pada Ubuntu 14.04

    Tabel 4.3 Hasil uji Latency Ubuntu

    Packet

    Number

    Packet Sent

    Epoch Time

    Latency i = (Sent time i (Sent time i-1))

    (seconds)

    1 1436111914.478907000 0.00005

    2 1436111914.478956000 0.00003

    3 1436111914.478980000 0.00002

    4 1436111914.479002000 0.00002

    5 1436111914.479024000 0.00002

    6 1436111914.479046000 0.00002

    7 1436111914.479068000 0.00002

    8 1436111914.479089000 0.00003

    9 1436111914.479112000 0.00002

    10 1436111914.479133000 0.00005

    Rata rata Latency 200 microseconds

    Max Latency = 500 microseconds

    Min Latency = 200 microseconds

    4.2.2 Latency pada ChronOS

    Tabel 4.4 Hasil uji Latency ChronOS

  • 27

    Packet Number Packet Sent

    Epoch Time

    Latency i = (Sent time i (Sent time i-1))

    (seconds)

    1 1436111921.432960 0.0000100

    2 1436111921.432970 0.0000100

    3 1436111921.432980 0.0000099

    4 1436111921.433060 0.0000100

    5 1436111921.433060 0.0000100

    6 1436111921.433060 0.0000200

    7 1436111921.433060 0.0000301

    8 1436111921.433140 0.0000100

    9 1436111921.433150 0.0000100

    10 1436111921.433160 0.0000100

    Rata rata Latency 130 microseconds

    Max Latency = 301 microseconds

    Min Latency = 99 microseconds

    4.2.3 Analisis Perbandingan Latency pada Kedua Platform

    Pada kedua pengujian dapat dibandingkan bahwa sistem yang

    diimplementasikan pada ChronOS memiliki nilai latency yang lebih rendah dari

    sistem yang diimplementasikan pada Ubuntu. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan

    bahwa kernel realtime Linux yang dimiliki ChronOS merupakan faktor yang

    berpengaruh pada kinerja sistem. Selain itu, dibuktikan pula bahwa komponen COTS

    sudah cukup handal untuk memenuhi requirement nilai max latency < 150 ms[4]

    menurut standar spesifikasi ARINC 664.

    4.3. Pengujian Jitter

  • 28

    Pengukuran besar Jitter pada sistem dilakukan menggunakan tools Wireshark.

    AFDX transmitter akan mengirim paket dari End System A ke End System B.

    Wireshark dipasang pada kedua End System, kemudian waktu pengiriman dan

    kedatangan paket akan dicatat dan dicari selisihnya untuk mendapatkan nilai delay.

    Kemudian nilai jitter akan dicari dengan rumus :

    Jitter =

    1

    4.3.1 Jitter pada Ubuntu 14.04

    Tabel 4.5 Hasil uji Jitter Ubuntu

    Packet

    Number

    Packet Sent

    Epoch Time

    Packet Arrival Epoch

    Time

    Delay (seconds)

    1 1436111914.478907000 1436111921.432962000 6.954060078

    2 1436111914.478956000 1436111921.432975000 6.954020023

    3 1436111914.478980000 1436111921.432976000 6.953989983

    4 1436111914.479002000 1436111921.433064000 6.954059839

    5 1436111914.479024000 1436111921.433068000 6.954039812

    6 1436111914.479046000 1436111921.433068000 6.954020023

    7 1436111914.479068000 1436111921.433069000 6.953999996

    8 1436111914.479089000 1436111921.433150000 6.954070091

    9 1436111914.479112000 1436111921.433153000 6.954040051

    10 1436111914.479133000 1436111921.433153000 6.954020023

    Jitter 0.0023333528689

    seconds

    Variansi Delay = (6.954020023-6.954060078)+( 6.953989983-6.954020023)+(

    6.954059839-6.953989983)+( 6.954039812-6.954059839)-( 6.954020023-

    6.954039812)+(6.953999996-6.954020023)+(6.954070091-6.953999996)+(

    6.954040051-6.954070091)+( 6.954020023-6.954040051)

    Variansi Delay = 0.0210

    Jitter = 0.0210001/9 = 0.0023333528689 second = 2 ms

    4.3.2 Jitter pada ChronOS

    Tabel 4.6 Hasil uji Jitter ChronOS

  • 29

    Packet

    Number

    Packet Sent

    Epoch Time

    Packet Arrival Epoch

    Time

    Delay

    (seconds)

    1 1436112914.48890 1436112921.42290 6.93400

    2 1436112914.48895 1436112921.44294 6.95399

    3 1436112914.48898 1436112921.44296 6.95398

    4 1436112914.48900 1436112921.44304 6.95404

    5 1436112914.48902 1436112921.44304 6.95402

    6 1436112914.48904 1436112921.44306 6.95402

    7 1436112914.48906 1436112921.44306 6.95400

    8 1436112914.48908 1436112921.44318 6.95410

    9 1436112914.48911 1436112921.44318 6.95407

    10 1436112914.48913 1436112921.44418 6.95505

    Jitter 0.00140001233

    Variansi Delay = (6.95399-6.93400)+( 6.95398-6.95399)+( 6.95404

    -6.95398)+( 6.95402-6.95404)-( 6.95400-6.95403)+( 6.95399-6.95402)+( 6.95407-

    6.9539)+( 6.9540-6.95407)+( 6.95402-6.95404)

    Variansi Delay = 0.01267100111

    Jitter = 0.01267100111/9 = 0.00140001233 second = 1 ms

    4.3.3 Analisis Jitter pada Kedua Platform

    Pada kedua pengujian dapat dibandingkan bahwa sistem yang

    diimplementasikan pada ChronOS memiliki nilai jitter yang lebih rendah dari sistem

    yang diimplementasikan pada Ubuntu. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa

    kernel realtime linux yang dimiliki ChronOS merupakan faktor yang berpengaruh

    pada kinerja sistem. Namun, sayangnya, nilai jitter 1ms atau 1000 mikroseconds yang

    diperoleh masih belum memenuhi spesifikasi ARINC 664 yaitu max jitter = 500

    mikroseconds[4]. Untuk dapat memenuhi spesifikasi ini, pada penelitian selanjutnya,

    disarankan menggunakan platform Real Time Operation System yang memang

    dirancang untuk memenuhi spesifikasi Flight-Critical System serta menggunakan

    Ethernet Adapter yang lebih handal.

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

  • 30

    Pada bab sebelumnya telah ditampilkan dan dijelaskan mengenai hasil dari

    simulasi yang dilakukan oleh penulis, sehingga dari hasil analisis didapat beberapa

    kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini, dapat

    ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. Komponen COTS dapat melalukan fungsi pembentukan paket AFDX menggunakan raw Ethernet packet, melakukan pemeriksaan validitas

    paket AFDX, serta mendefinisikan jalur virtual link untuk paket-paket

    tersebut dengan baik.

    2. Nilai latency untuk pengiriman paket yang dilakukan oleh sistem sudah cukup baik, namun sayangnya hal ini masih terbatasi oleh nilai

    transmission delay yang masih jelek.

    3. Nilai jitter yang dicapai sistem masih kurang baik, sehingga sistem yang dibangun masih belum bisa dikatakan mencapai sistem yang

    bersifat deterministic

    4. Kernel sistem operasi sangat berpengaruh terhadap kinerja pemrosesan paket. Sistem yang memiliki kernel yang dirancang untuk mencapai

    sifat realtime cenderung memiliki performa lebih baik.

    5.2 Saran

    1. Perlu ditambahkan Frame Check Sequence untuk dapat melakukan pengecekan frame dengan lebih akurat.

    2. Fungsi Scheduling pada sistem merupakan faktor yang penting pada pengujian, agar BAG rate dari sistem dapat diatur dan diukur.

    3. Gunakan Realtime Operating Sistem yang memang dirancang untuk Flight-Critical System seperti RTLinux dan VMWorks agar

    performansi dapat mencapai nilai yang deterministik.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] AFDX/ARINC664 Switch Testing,Jerman,AIM GmbH

  • 31

    [2] AFDX Tutorial(Mei 2005), Condor Engineering, Inc

    [3] AFDX Training(Maret 2010),Jerman,AIM GmbH

    [4] AIRLINES ELECTRONIC ENGINEERING COMMITTEE, "AIRCRAFT

    DATA NETWORK PART 7 AVIONICS FULL DUPLEX SWITCHED

    ETHERNET (AFDX) NETWORK," in ARINC SPECIFICATION 664,

    Maryland, AERONAUTICAL RADIO, INC., 2005

    [5] Fan,Sui. Comparison between ADN (Aircraft Data Network) and Internet world.

    Department of Electronics Engineer ,Beijing University of Posts and

    Telecommunications

    [6] Gurjar,Shyoram.Lakshmi,B.Optimal Scheduling Policy for Jitter Control in

    AFDX End-System.India.National Institute of Technology

    [7] Gutierrez,J.Javier.2011.AFDX networks.Computer and Real-Time

    Group.University of Cantabria

    [8] http://wiki.openwrt.org/doc/start diakses pada (02-011-2014) pukul 20.15

    [9] Land,Ian. Elliot, Jeff.2009. Architecting ARINC 664, Part 7 (AFDX) Solutions.

    [10] Risso, F., Degioanni, L. An Architecture for High Performance Network Analysis, Proceeding of the 6th IEEE Symposium on Computers and Communications, July 2001

    [11] Sriadi,Bambang.2009,Sistem waktu nyata, teori dan implementasinya dalam

    Bahasa C dan Ada.Penerbit Informatika

    [12] Serdinc,Emre.2010,Soft AFDX End System Implementation With Standar PC

    and Ethernet Card.Middle East Technical University

    [13] Tso,Philip.Galaviz,Pete.Improved Aircraft Readiness Through

    COTS.Prospective Computer Analyst,Inc.

    [14] Xiao Y., Li, L., Wen, J. Network Program Architecture Based Winpcap and Sock, Ordnance Industry Automation, Vol.24 Issue 5, Pages: 49-50, 2005

    [15] Zhao X., Li X. Methods of Capturing Network Packets, Application of Computers, Vol.21Issue 8, Pages: 242-243, 2004